• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK JALANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK JALANAN"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK JALANAN

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Nama : Yulida Firdayanti NIM : 2014820067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018

(2)

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Skripsi 19 Juli 2018

Yulida Firdayanti (2014820067)

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK JALANAN

xvi + hal 114 , tabel 19 , gambar 2 , lampiran 16 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris masalah tentang pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar anak jalanan. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar anak jalanan. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Master Depok. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan angket dan rapot (dokumentasi). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas 2-6 yang berjumlah 200 siswa. Instrument yang diberikan adalah angket pernyataan untuk lingkungan keluarga sebanyak 15 pernyataan dan rapot untuk melihat prestasi belajar anak. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana yang tidak adanya pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar anak jalanan di SD Master Depok. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan uji regresi linier sederhana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar anak jalanan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada pihak-pihak terkait yang dapat memanfaatkan seperti kepala sekolah, guru, orang tua, siswa dan peneliti selanjutnya.

Kata Kunci : Lingkungan Keluarga, Prestasi Belajar, Anak Jalanan Daftar Pustaka (2006-2016)

Lampiran

(3)

ii

Persetujuan Pembimbing Persetujuan Panitia Ujian Skripsi

(4)

iii

Lembar Pengesahan

(5)

iv

Fakta Integritas

kk

(6)

v

Pernyataan Persetujuan

(7)

vi PERSEMBAHAN

Sujud Syukur ku persembahkan pada ALLAH S.W.T yang maha kuasa, berkat dan rahmat detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan yang diberikan-Nya hingga saat ini saya dapat mempersembahkan srkipsi ku pada orang-orang

tersayang.

Kedua orang tua ku Bapakku Firdaus HM S.Pd dan Umiku Yusroh HMY, yang selalu memberikan dukungan dengan penuh

kasih sayang, motivasi, dan pengorbanan dalam hidup ini.

kakanda-kakandaku Farchan Nur Hakim, Mufti Nurul Fachmi danVisca Rinu Liary. Yang selalu memberikan dukungan, semangat dengan canda tawa dan kasih sayang tanpa batas.

(8)

vii MOTTO

“ Barang Siapa Yang Bersungguh-sungguh, Sesungguhnya Kesungguhan Tersebut Untuk Kebaikan Dirinya Sendiri”

(Qs. Al-Ankabut Ayat 61)

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya yang selalu melaksanakan ajarannya.

Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis ingin menyampaikan permohonan kritik dan sarana dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi di fakultas ini.

2. Bapak Azmi Al Bahij, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang

(10)

ix

telah mendorong dan mengarahkan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

3. Ibu Mas Roro Diah Wahyu Lestari, M.Pd., Pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan meluruskan jalan pikiran penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Lianti S.PD.I, Kepala SD Master Depok beserta para guru yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah ini.

5. Orang tua Tercinta, Bapakku Firdaus HM.S.Pd dan Umiku Yusroh HMY, yang telah melahirkan, merawat, serta banyak memberikan semangat dan bimbingannya.

6. Kakanda-kakanda Farchan Nur Hakim, Mufti Nurul Fachmi, dan Visca Rinu Liary, yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil dalam melanjutkan studi di universitas ini serta penyelesaian studi dengan tepat waktu.

7. Boby Krismanjaya Zebua yang selalu memberikan waktu,tenaga,dan dukungan selama penyusunan skripsi sampai dengan selesai.

8. Dian Andhini Poetri sahabat yang selalu memberikan waktu,semangat dan bantuan dari awal perkenalan sampai saat ini.

9. Sahabatku Aprillia Genada yang selalu memberikan support dan dukungan walaupun terbatas oleh jarak yang sangat jauh.

10. Teman-teman kelas BSD 2014 dan kelompok 11 bimbingan skripsi yang telah saling memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas, penulis berdoa semoga segala amal baik yang telah mereka berikan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin

Jakarta, 19 Juli 2018

Penulis

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK……….

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………

PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………..

LEMBAR PENGESAHAN……….

FAKTA INTEGRITAS………...

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………

PERSEMBAHAN………....

MOTO………....

KATA PENGANTAR………..

DAFTAR ISI……….

DAFTAR TABEL………

DAFTAR GAMBAR………

DAFTAR LAMPIRAN………

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………

B. Identifikasi Masalah………

C. Batasan Masalah………

D. Rumusan Masalah……….

E. Tujuan Penelitian………...

F. Manfaat Penelitian……….

G. Sistematika Penelitian………..

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori……….

B. Kerangka Berpikir………..

C. Hipotesis Penelitian………

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

I ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xv xvi

1 6 6 7 7 7 8

10 41 44

(12)

xi

A. Tempat dan Waktu Penelitian………

B. Metode Penelitian………

C. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel………

D. Populasi dan Sampel (Teknik Sampling)………

E. Teknik Pengumpulan Data………

F. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian……….

G. Teknik Analisis Data………..

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data………

B. Hasil Analisa Data………

C. Interpretasi Hasil Penelitian………

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan………...

B. Saran ………

DAFTAR PUSTAKA………

LAMPIRAN-LAMPIRAN………

45 46 47 48 49 51 53

59 72 79

83 84 86 88

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Penelitian …...

Tabel 3.2 Skema Penilaian Instrument (Skala Likert) ...

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X………...

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Y………...

Tabel 4.1 Pernyataan 1………..

Tabel 4.2 Pernyataan 5………..

Tabel 4.3 Pernyataan 6………..

Tabel 4.4 Pernyataan 7………..

Tabel 4.5 Pernyataan 8……….……….

Tabel 4.6 Pernyataan 9……….…..………

Tabel 4.7 Pernyataan 10………

Tabel 4.8 Pernyataan 11…….………..

Tabel 4.9 Pernyataan 13…….………..

Tabel 4.10 Pernyataan 14.……….……….

Tabel 4.11 Pernyataan 15..…….……….

Tabel 4.12 Pernyataan 16….…….……….

Tabel 4.13 Pernyataan 17...….………

Tabel 4.14 Pernyataan 19.………

Tabel 4.15 Pernyataan 20.………

Tabel 4.16 Hasil Uji Validitas Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Anak Jalanan………

Tabel 4.17 Uji Realibilitas……….

Tabel 4.18 Uji Normalitas……….

Tabel 4.19 Uji Linier………

Tabel 4.20 Uji Homogenitas ……….

46 50 51 52 61 61 62 63 63 64 65 66 66 67 68 69 69 70 71

73 74 75 76 77

(14)

xiii

Tabel 4.21 Uji Keberartian Regresi (F)………

Tabel 4.22 Koefisien Determinasi………....

78 79

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Pengaruh Ekonomi Keluarga Terhadap Kepribadian

Anak………...

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir………

20 41

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(17)

xvi

Lampiran 1. Angket Penelitian Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap

Prestasi Belajar Anak Jalanan……….. 88

Lampiran 2. Skor Variabel……….... 89

Lampiran 3. Uji Validitas………...91

Lampiran 4. Uji Reabilitas ……….94

Lampiran 5. Uji Normalitas……….95

Lampiran 6. Uji Linier……….….96

Lampiran 7. Uji Homogenitas……….97

Lampiran 8. Tabel R………98

Lampiran 9. Rapot……….…………..………..100

Lampiran 10. Surat Validitas………....102

Lampiran 11. Surat Penelitian……..………...104

Lampiran 12. Dokumentasi………..106

Lampiran 13. Kartu Menonton Sidang………...112

Lampiran 14. Kartu Bimbingan Skripsi…………...………113

Lampiran 15. Kartu Bimbingan Pasca Sidang………..115

Daftar Riwayat Hidup………116

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan menurut Webster’s New Collegiate Dictionary diterangkan sebagai “the aggregate of all the external conditions and influences affecting the life and development of an organism atau diartikan sebagai kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme”

Hadikusumo (1996:74). Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan Hadikusumo (1996:74). Sedangkan lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardjadan La Sulo (1994:168) adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan. Berdasarkan pengertian dari definisi- definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.

Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu dilahirkan sampai meninggalnya, sehingga antara lingkungan dan manusia

(19)

2

terdapat hubungan timbal balik dalam artian lingkungan mempengaruhi manusia dan manusia mempengaruhi lingkungan.

Begitu pula dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh dalam proses belajar maupun perkembangan anak. Pengertian belajar di atas menekankan bahwa belajar merupakan suatu pengalaman dan pengalaman itu salah satunya diperoleh berkata adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan pendidikan mencakup:

1) lingkungan keluarga, 2) lingkungan sekolah, dan 3) lingkungan masyarakat, Munib (2004:76). Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi.

Lingkungan keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kegiatan dan proses belajar/pendidikan.

Oleh sebab itu seyogyanya lingkungan tempat tinggal anak atau lingkungan masyarakat ini dapat berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif. Untuk membina anak kearah yang lebih positif dan bermanfaat adalah dengan adanya saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga anak timbul saling pengaruh dengan proses pendidikan akan berjalan dengan lancar dan baik. Sebagaimana firman Allah SWT “ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

(20)

3

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (AL-Hujurat ayat 13).

Dalam surat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai makhluk- Nya hidup tidak sendiri, harus saling kenal mengenal satu dengan yang lainnya (saling berhubungan). Pengaruh-pengaruh yang negatif inilah yang harus kita hilangkan didalam masyarakat. Dengan begitu akan membantu sukses nya pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Menurut Haidir Ali dalam penelitiannya menyatakan, jelasnya suasana lingkungan tempat tinggal atau lingkungan masyarakat, kawan sepergaulan, juga ikut serta memotivasi terlaksana kegiatan belajar bagi anak. Suasana lingkungan sebenarnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar bagi anak. Lingkungan yang tentram, nyaman, damai akan mempunyai pengaruh yang baik kepada anak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, tidak aman, hingar bingar akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap kelangsungan proses belajar anak. Adanya suasana lingkungan masyarakat yang kurang baik, akan mengganggu anak dalam belajar dan secara langsung akan mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh di sekolah. Bisa juga di sebabkan suasana yang ribut tapi menyenangkan hati anak, anak akan

(21)

4

terpengaruh dan ikut serta di dalamnya dan ia lupa bahwa dirinya seorang pelajar.

Prestasi belajar sangat penting sekali sebagai indikator keberhasilan baik bagi seorang guru dan siswa, Bagi seorang guru, prestasi belajar siswa dapat dijadikan sebagai pedoman penilaian terhadap keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran siswa. Seorang guru dapat dikatakan berhasil dalam program pembelajarannya apabila separuh atau lebih dari jumlah siswa telah mencapai tujuan instruksional khusus maupun umum. Sedangkan bagi siswa, prestasi belajar merupakan informasi yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan atau keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan positif atau negative.

Tidak ada seorang pun siswa yang tidak menginginkan suatu prestasi belajar yang baik. Namun untuk memperoleh semua itu tidaklah mudah karena mengingat adanya perbedaan setiap individu baik motivasinya, karakternya, cita-citanya dan lain-lain yang di miliki oleh setiap siswa. Dengan perbedaan yang demikian menyebabkan tercapainya suatu prestasi belajar yang berbeda pula yaitu ada prestasi yang tergolong tinggi,sedang dan rendah. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dijalanan baik

(22)

5

untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan dan tempat-tempat umum lainnya (Depsos R.I.,1995).

Menurut Entarto (2002), di kalangan kota Yogyakarta, seorang bisa diakiui anak jalanan kalau dia sudah pernah melakukan ngeyen (memakan sisa-sisa makanan). Sedangkan pandangan lain menyatakan apapun yang dilakukan anak jalanan tetap dikategorikan sebagai anak jalanan. Dan ada beberapa pandangan anak jalanan berkaitan dengan kegiatan, ada pandangan bahwa anak-anak yang hanya melakukan kegiatan semata-mata mencari seperti mengamen dan mengemis, ini tidak dikategorikan sebagai anak jalanan karena tidak mempertaruhkan apapun. Sedangkan pandangan lain menyatakan apapun kegiatan yang dilakukan oleh anak jalanan untuk mendapatkan uang atau mempertahankan hidupnya di tengah jalanan tetap dikategorikan sebagai anak jalanan.

Menurut Yudit (2008) Secara umum, pendapat yang berkembang di masyarakat mengenai anak jalanan adalah anak-anak yang berada di jalanan untuk mencari nafkah dan menghabiskan waktu untuk bermain, tidak bersekolah, dan kadang kala ada pula yang menambahkan bahwa anak-anak jalanan mengganggu ketertiban umum dan melakukan tindak kriminal. Dalam fenomena tersebut, yang menarik lagi adalah anak-anak jalanan pada umumnya berada pada usia sekolah, usia produktif, yang layak dan mempunyai kesempatan yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Anak jalanan memang

(23)

6

terlihat memiliki mental yang kokoh namun di sisi lain hal itu dapat memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadiannya dan pada saatnya akan melahirkan kepribadian yang introvert, cenderung sukar mengendalikan diri dan anti sosial.

Dalam kegiatan belajar, sukses atau gagalnya seseorang anak mencapai prestasi, tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan semata, tetapi yang tidak kalah pentingnya juga lingkungannya.

Atas dasar hal tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan kemudian penulis tuangkan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “ Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Anak Jalanan”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya :

1. Permasalahan pengaruh lingkungan keluarga yang terjadi pada anak jalanan

2. Siswa yang mengalami permasalahan dalam prestasi belajar anak jalanan dalam menjalankan tugas di sekolah.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam penelitian yang dilakukan seperti yang tertulis dilatar belakang, penulis perlu

(24)

7

membatasi permasalahan yang diteliti sebagai berikut:“Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Anak Jalanan”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang di rumuskan adalah :

1. Apakah lingkungan keluaga mempengaruhi prestasi belajar anak jalanan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar

2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar anak jalanan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dalam penulisan ini adalah :

1. Bagi penulis sebagai penambah pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan karya ilmiah dalam hal ini adalah skripsi.

2. Bagi kalangan akademis, sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar anak jalanan.

3. Bagi orang tua agar lebih memahami betapa pentingnya pengaruh lingkungan terhadap keberhasilan pendidikan anak mereka di sekolah.

(25)

8 G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan kajian teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan skripsi serta berisi tentang kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, kisi-kisi dan instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan deskripsi data, hasil analisa data, dan interpretasi hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

(26)

9

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran penelitian terkait dengan temuan hasil di lapangan.

(27)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Lingkungan

Di Indonesia penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan di tiga tempat yang dikenal dengan istilah "Tripusat Pendidikan”. Yaitu pendidikan dalam keluarga yang bersifat informal, pendidikan di sekolah yang bersifat non formal (Ki hajar dewantara). Di antara ketiga tempat itu keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak, sehingga keluarga atau orang tua adalah pembina pribadi yang pertama yang akan menanamkan pendidikan kepada anak dalam rangka mengembangkan potensl yang dibawa dari lahir.

Menurut Depdikbud 1990, Muslih (2016:42) menyatakan bahwa, lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial”. Contoh lingkungan fisik yang dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah buku, musium, toko, pasar, jalan, sungai sedangkan yang termasuk dalam contoh lingkungan sosial adalah keluarga dan masyarakat. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar sebagai sumber belajar meliputi aspek manusia dan non manusia. Keluarga

(28)

2

sebagai lingkungan belajar pertama sebelum lingkungan sekolah dan masyarakat, Purwanto (2004:42) menyatakan “Lingkungan pendidikan yang ada dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

a. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama b. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.

c. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga a. Pengertian Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.

Menurut Sigelman dan Shaffer (dalam Yusuf, 2012 : 36) menyatakan bahwa keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia (universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem sosial yang lebih besar. Bentuk pola keluarga yaitu, a) Keluarga batin/inti (Nuclear Family), yang terdiri atas suami/ayah,istri/ibu, dan anak-anak yang lahir dari pernikahan antara keduanya dan yang belum berkeluarga (termasuk anak tiri jika ada), b). Keluarga luas (Extertended Family), yang keanggotaannya tidak hanya meliputi suami, istri dan anak-anak yang belum berkeluarga, tetapi juga termasuk kerabat lain yang biasanya tinggal dalam sebuah rumah tangga bersama, seperti mertua (orangtua suami/istri), adik, kakak ipar

(29)

3

atau lainnya, bahkan mungkin pembantu rumah tangga atau orang lain yang tinggal menumpang.

Menurut Slameto (2016:42) menyatakan bahwa “anak akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: Cara orang tua mendidik anak, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga”. Faktor-faktor tersebut apabila dapat menjalankan sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing dengan baik, kemungkinan dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar. Menurut Slameto (2016:43) sebagai berikut. Orang tua yang kurang / tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya.

Keluarga merupakan wadah dimana sifat-sifat kepribadian anak terbentuk pertama kali, dalam keluarga pula anak pertama kali mengenal nilai dan norma dalam hidupnya. Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal dan kodrati.

(30)

4

Sebagaimana diungkapkan oleh Ahmadi dan Uhbiyati (2016:43) tentang pendidikan informal sebagai berikut: “Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan, masyarakat,organisasi”.

Dapat disimpulkan bahwa, lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang. Baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga.

b. Fungsi, ciri-ciri, dan Peran Keluarga

Bagi seorang anak keluarga merupakan perekutuan hidup pada lingkungan keluargat tempat dimana dia menjadi pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya.

Menurut Yusuf (2012:37) berpendapat bahwa, keluarga memiliki peranan penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.

Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan factor yang kondusif untuk mempersiapkan

(31)

5

anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia.

Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya,baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self-actualization).

Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak).

Kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang,dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga.

Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuhkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungannya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.

Menurut Sugandhi (2013 : 23), menyatakan bahwa cri-ciri dalam keluarga yang baik pada umumnya yaitu:

(32)

6

1) Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak

2) Keluarga merupakan lingkungan pertama keluarga yang mengenalkan nilai-nilai kehidupan kepada anak

3) Orang tua dan anggota keluarga lainnya merupakan “significant people” bagi perkembangan kepribadian anak

4) Keluarga sebagai institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik yang bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis, dan

5) Anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan keluarga.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi, ciri-ciri dan peran dalam keluarga secara psikologis keluarga berfungsi sebagai :

a) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.

b) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis.

c) Sumber kasih sayang dan penerimaan.

d) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik,

e) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat,

f) Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan,

g) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri

(33)

7

h) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat, Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan

i) Sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai

cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.

c. Faktor keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak 1) Keberfungsian Keluarga

Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor internal (kondisi fisik, psikis dan moralitas anggota keluarga) dan faktor eksternal (perubahan sosial-budaya), maka setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya (fungsional-normal) tetapi ada juga keluarga yang mengalami keretakan atau ketidakharmonisan (disfungsional/tidak normal).

Menurut Yusuf (2012:42) berpendapat bahwa, keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana yang sudah dijelaskan. Keluarga yang fungsional ditandai oleh karakteristik :

a) Saling memperhatikan dan mencintai, b) Bersikap terbuka dan jujur,

c) Orangtua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatannya,

(34)

8

d) Ada “ sharing “ masalah atau pendapat di antara anggota keluarga,

e) Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya, f) Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi, g) Orangtua melindungi (mengayomi) anak,

h) Komunikasi antaranggota keluarga berlangsung dengan baik, i) Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan

mewarisikan nilai-nilai budaya, dan

j) Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Apabila dalam satu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi-fungsi seperti telah diuraikan di atas, keluarga tersebut berarti mengalami stagnasi (kemandegan) atau disfungsi yang pada gilirannya akan merusak

kekokohan konstelasi keluarga tersebut (khususnya terhadap perkembangan keribadian anak).

Dan adapun Menurut Dadang Hawari dalam Yusuf (2012:43) berpendapat bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi mempunyai resiko yang lebih besar untuk bergantung tumbuh kembang jiwanya (misalnya berkepribadian anti sosial), daripada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan utuh (sakinah). Keluarga yang disfungsi itu adalah : (a) kematian salah satu atau kedua orangtua, (b) kedua orangtua berpisah atau bercerai (divorce), (c) hubungan orangtua dengan

(35)

9

anak tidak baik (poor parent-child relationship), (d) suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan (high tension and low warmth), (e) orangtua sibuk dan jarang berada di rumah (parent’s absence), dan (f) salah satu kedua orangtua mempunyai kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or psychological disorder).

2) Kelas sosial dan Status Ekonomi

Kelas sosial terbagi menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Pada prinsipnya, jika setiap atribut manusia diciptakan dalam suatu masyarakat dapat dibagi menjadi kelas-kelas sosial yang berbeda maka kelas sosial tersebut dapat dibagi berdasarkan pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengaruh politik, asal negara, jenis kelamin.

Menurut Maccoby dan Mcloyd dalam Yusuf (2012:53) berpendapat bahwa, telah membandingkan orangtua kelas menengah dan atas dengan kelas bawah atau pekerja. Hasilnya, menunjukkan bahwa orangtua kelas bawah atau pekerja cenderung : (a) sangat menekankan kepatuhan dan respek terhadap otoritas, (b) lebih restriktif (keras) dan otoriter, (c) kurang memberikan alasan kepada anak, (d) kurang bersikap hangat dan memberi kasih sayang kepada anak.

Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian remaja, adalah bahwa orangtua dari status ekonomi rendah cenderung lebih

(36)

10

menekankan kepatuhan kepada figure-figur yang mempunyai otoritas; kelas menengah dan atas cenderung menekankan kepada pengembangan inisiatif, keingintahuan, dan kreatifitas anak.

Menurut Conger dalam (Yusuf 2012:53) dan perkumpulannya mengemukakan bahwa orangtua yang mengalami tekanan ekonomi atau perasaan tidak mampu mengatasi masalah finansialnya cenderung menjadi depresi, dan mengalami konflik keluarga, yang akhirnya mempengarahi masalah anak, seperti kurang harga diri, prestasi belajar rendah, kurang dapat bergaul dengan teman, mengalami masalah penyesuaian diri (karena depresi dan agresi).

Secara visual, penjelasan di atas dapat disimak pada bagan berikut :

(37)

11

Gambar 2.1. Pengaruh Ekonomi Keluarga Terhadap Kepribadian Anak

Dapat dirumuskan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah terdapat dalam keberfungsian kelarga yang meliputi faktor internal (kondisi fisik, psikis dan moralitas anggota keluarga) dan faktor eksternal (perubahan sosial-budaya), dan kelas sosial dan status ekonomi dalam hal ini dapat berpengaruh terhadap kepribadian anak. Orang tua yang mengalami tekanan ekonomi atau perasaan tidak mampu mengatasi masalah

PENGHASILAN YANG KECIL

PEKERJAAN YANG TIDAK

STABIL

BANYAK UTANG

MENGANGGUR

EKONOMI KELUARGA MORAT-MARIT

AYAH

IBU DEPRESI

KONFLIK PEREKONOMIAN

TERABAIKAN NYA GIZI KELUARGA DAN FUNGSI

ORANGTUA

ANAK BERPRILAKU

NAKAL

(38)

12

finansialnya cenderung menjadi depresi, dan mengalami konflik keluarga, yang akhirnya mempengarahi masalah anak, seperti kurang harga diri, prestasi belajar rendah, kurang dapat bergaul dengan teman.

2. Hakikat Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar yaitu hasil usaha belajar yang berupa nilai- nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2000:415)

“prestasi adalah hasil baik yang dicapai ”, dan banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian prestasi belajar sesuai dengan penekanan dan sasaran yang berbeda.

Menurut Syah (2013:216) prestasi belajar adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Syah (2014:87) mengatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan

(39)

13

jenjang pendidikan. Bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Menurut Merson (2016:45) Untuk mencapai hasil yang baik, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain; faktor tersebut adalah faktor kecerdasan, bakat, minat, dan perhatian, motif cara belajar, sekolah, lingkungan keluarga. Selain itu faktor penghambat prestasi belajar yaitu faktor dari dakam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalamnya yaitu kesehatan, kecerdasan, perhatian, minat dan bakat. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah, disiplin, masyarakat, lingkungan tetangga, dan aktivitas organisasi.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki oleh siswa menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam dalam mempelajari materi pelajaran, yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan penilaian hasil belajar.

(40)

14

b. Indikator-indikator dalam Prestasi Belajar

Menurut Bloom, hasil belajar atau prestasi belajar mencakup 3 kemampuan yaitu : Kognitif, Afektif, dan Psikomotor peserta didik.

1) Ranah Kognitif

a) Knowledge (Pengetahuan) b) Comprehension (pemahaman) c) Application (penerapan)

d) Analysis (analisis) e) Syintesis (sintesis) f) Evaluation (evaluasi) 2) Ranah Afektif

a) Receiving (Sikap menerima) b) Responding (Member respons) c) Valuing (Nilai)

d) Organization (Organisasi) e) Characterization (karakterisasi) 3) Ranah Psikomotor

a) Keterampilan bergerak dan bertindak b) Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal c. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yangdi dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi,

(41)

15

tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung pada faktor- faktor tersebut.

Faktor-faktor tersebut dikatakan oleh Syah (2013:146) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal, eksternal, dan pendekatan belajar.

1) Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi 2 aspek, yaitu:

a) Faktor Fisiologis (jasmani) yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh

Kondisi umum jasmani atau tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang memperngaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Jika seorang siswa kondisi fisiknya kurang sehat, maka akan menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga menyebabkan kesulitan menerima materi dengan baik.

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan sangat memengaruhi siswa dalam menyerap materi atau informasi yang baru, terutama ketika proses belajar mengajar berlangsung.

(42)

16 b) Faktor Psikologis

Merupakan suatu aspek yang dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa.Adapun faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang lebih esensial.

yaitu meliputi tingkat inteligensi/kecerdasan, minat, bakat, dan motivasi.

2) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar individu, yang terdiri atas dua macam, yaitu:

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, lingkungan sosial masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa tersebut. Dan lingkungan sosial yang paling banyak memengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga itu sendiri.

Seperti sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, dan ketegangan keluarga semuanya dapat member dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

(43)

17 b) Lingkungan Nonsosial

Faktor yang meliputi lingkungan nonsosial adalah sarana dan prasarana yang ada di sekolah, seperti gedenga sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan keadaan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor-faktor ini dianggap dapat memengaruhi keberhasilan belajar siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning)

Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Sementara,Menurut Tu‟u (2004:31) menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi:

a) Faktor kecerdasan.Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol pada dirinya.

b) Faktor bakat. Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir dan diterima sebagai warisannya dari orang tua.

(44)

18

c) Faktor minat dan perhatian. Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu.

Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu.

d) Faktor motif. Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila dalam belajar peserta didik mempunyai motif yang besar dan kuat, maka akan memperbesar usahanya untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Faktor cara belajar. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien.

e) Faktor lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa karena sebagian besar waktu seseorang berada di rumah.

f) Faktor sekolah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Kondisi lingkungan sekolah diharapkan kondusif agar siswa terdorong untuk giat belajar.

3. Hakikat Anak jalanan a. Pengertian Anak Jalanan

(45)

19

Anak jalanan atau sering disingkat anjal menjadi sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Sampai saat ini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak.

Menurut Suyanto (2010:184) mengatakan bahwa Anak jalanan yang dianggap tidak mempunyai orientasi hidup dan kurang dalam berkegiatan yang positif. Hal ini merupakan masalah sosial yang menjadi fenomena menarik dalam kehidupan bermasyarakat. Anak-anak yang sebagian besar hidupnya berada di jalanan dapat dijumpai di berbagai titik pusat keramaian di kota besar, seperti di pasar, terminal, stasiun, traffic light, pusat pertokoan, dan sebagainya.

Kehidupan jalanan mereka terutama berhubungan dengan kegiatan ekonomi, dintaranya mengamen, mengemis, mengasong, kuli, loper koran, pembersih mobil, dan sebagainya. Meskipun ada pula sekumpulan anak yang hanya berkeliaran atau berkumpul tanpa tujuan yang jelas di jalanan.

Anak jalanan didefinisikan sebagai anak yang berusia antara 5-18 tahun dan banyak menghabiskan waktunya di jalan untuk bekerja mencari nafkah atau hanya menjadi

(46)

20

pengangguran yang suka berkeliaran di jalan dan tempat- tempat umum lainnya.

Pendapat yang berkembang di masyarakat mengenai anak jalanan adalah anak-anak yang berada di jalanan untuk mencari nafkah dan menghabiskan waktu untuk bermain, tidak bersekolah, dan kadang kala ada pula yang menambahkan bahwa anak-anak jalanan mengganggu ketertiban umum dan melakukan tindak kriminal. Dalam fenomena tersebut, yang menarik lagi adalah anak-anak jalanan pada umumnya berada pada usia sekolah, usia produktif, yang layak dan mempunyai kesempatan yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Anak jalanan memang terlihat memiliki mental yang kokoh namun di sisi lain hal itu dapat memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadiannya dan pada saatnya akan melahirkan kepribadian yang introvert, cenderung sukar mengendalikan diri dan anti sosial.

Menurut Kementrian Sosial Republik Indonesia 2010 dalam Ivada El Ummah (2013:229) mengatakan bahwa penyebab menjadi anak jalanan bervariasi, Banyak kemungkinan, diantaranya adalah tekanan masalah ekonomi, pergaulan, pelarian, tekanan dari orang tua, dan atas dasar pilihannya sendiri karena ingin merasa bebas

(47)

21

tanpa beban. Secara kuantitas pertumbuhan anak jalanan cukup pesat. Pada tahun 2010 jumlah anak-anak jalanan membengkak menjadi 232.894 anak dan jumlah tersebut diperkirakan masih dapat bertambah lagi dari tahun ke tahun.

Pada hakekatnya, anak jalanan berhak untuk mendapatkan hak asasi yang sama dengan anak-anak pada umumnya. Sesuai dengan UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Keputusan Presiden RI No. 36 tahun 1990 tentang pengesahan Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of The Child) yaitu hak sipil dan kemerdekaan (Civil right and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (Family environment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (Basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (Education, leisure and culture activities), dan perlindungan khusus (Special protection).

Dapat dirumuskan bahwa masalah pada anak jalanan adalah masalah yang kompleks. Anak jalanan anak yang sebagian besar waktunya mencari nafkah dan berkeliaran dijalanan dan tempat umum lainnya. Jalanan menjadi tempat terakhir manakala keluarga dan masyarakat tidak menginginkan mereka. Kondisi anak jalanan selalu penuh ancaman bai dari aparat, preman, yang kerap memberantas

(48)

22

keberadaan mereka serta berbagai bentuk depresi sosial, ekonomi, yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak.

b. Pengelompokan Anak Jalanan

Menurut penelitian Kementerian Sosial dan UNDP (United Nations Development Programme) Haidir Ali (2014:28) di Jakarta dan Surabaya, anak jalanan dikelompokkan dalam empat kategori:

1) Anak jalanan yang hidup dijalanan, dengan kriteria:

a) Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya

b) Berada di jalanan selama 8-10 jam untuk “bekerja”

(mengamen,mengemis,memulung) dan sisanya menggelandang/ tidur; Tidak lagi sekolah

c) Rata-rata berusia di bawah 14 tahun.

2) Anak jalanan yang bekerja di jalanan, dengan kriteria:

a) Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya;

b) Berada di jalanan selama 8-16 jam;

c) Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua/ saudara,umumnya di daerah kumuh;

d) Tidak lagi sekolah;

e) Pekerjaan : penjual koran, pengasong, pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu, dll.

(49)

23

f) Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.

3) Anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria:

a) Bertemu teratur setiap hari/ tinggal dan tidur dengan keluarganya;

b) Bekerja di jalanan selama 4-5 jam;

c) Masih bersekolah;

d) Pekerjaan: penjual koran, penyemir, pengamen, dll.

e) Usia rata-rata di bawah 14 tahun.

4) Anak jalanan berusia di atas 16 tahun, dengan kriteria:

a) Tidak lagi berhubungan/ berhubungan teratur dengan orang tuanya;

b) Berada di jalanan selama 8-24 jam;

c) Tidur di jalan atau di rumah orang tua;

d) Sudah tamat SD atau SLTP, namun tidak bersekolah lagi.

Selain ciri khas yang melekat akan keberadaannya, anak jalanan juga dapat dibedakan dalam tiga kelompok. Menurut Surbakti Bagong (2013:200) membagi pengelompokan anak jalanan tersebut sebagai berikut :

1) Children on the street yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalanan, namun mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Fungsi anak jalanan dalam kategori ini

(50)

24

adalah membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang harus ditanggung dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh orang tuanya.

2) Children of the street yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial dan ekonomi, beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tua mereka tetapi frekuensinya tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak- anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan, lari, atau pergi dari rumah.

3) Children from families of the street yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan, walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari suatu tempat ketempat yang lain dengan segala resikonya.

Meskipun demikian tanpa disadari, anak jalanan yang sering hidup dan berkembang dibawah stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban mempunyai banyak motivasi yang mendorong mereka untuk tetap bertahan dan menikmati hidup dengan segala kekurangan. Banyak diantara mereka yang sudah merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan sekarang,

(51)

25

namun juga tidak sedikit dari mereka yang menginginkan perubahan besar dan berarti dalam hidupnya. Kebiasaan hidup dan menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan yang rentan dialami oleh anak-anak jalanan, seperti kekerasan dalam keluarga ataupun di jalanan yang mengakibatkan terganggunya fisik dan psikologis anak, pelecehan seksual yang sering dialami oleh anak jalanan perempuan untuk dijadikan komoditas sebagai pelacur, kriminalitas yang dilakukan anak jalanan itu sendiri ataupun dari pihak lain yang memanfaatkan anak jalanan untuk dijadikan pelaku kejahatan di jalanan, putus sekolah atau bahkan tidak sekolah karena mencari uang sepanjang waktu di jalanan, penyalahgunaan obat dan zat adiktif serta resiko yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan keselamatan jiwa.

c. Faktor pendukung pencapaian terhadap prestasi belajar anak jalanan

Dalam usaha untuk mencapai suatu prestasi atau keberhasilan, tentunya tidak terlepas dari dukungan orang-orang yang berada di sekitarnya. Berbekal usaha dan dukungan tersebut, seseorang akan lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan setiap aktivitasnya demi mendapatkan keberhasilan, begitu juga bagi responden dalam penelitian ini.

Menurut Ivada El ummah (2013:235) dalam penelitiannya

(52)

26

mengatakan bahwa, Keluarga merupakan suatu lembaga terkecil yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak juga menjadi salah satu faktor yang dapat mendorong anak untuk menjadi seorang pekerja, begitu pula dengan situasi lingkungan yang membawa pengaruh dan dampak besar pada anak-anak yang secara tidak langsung memberikan dorongan dalam melakukan aktivitas demi pencapaian sebuah prestasi.

Dapat disimpulkan bahwa, keluarga dan lingkungan sekitar merupakan dua hal yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian anak. Peran keluarga terutama orang tua sangat diperlukan dalam fungsinya untuk pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis anak, baik berupa kesehatan, asupan gizi yang cukup, perhatian, kasih sayang, perlindungan dan dukungan dalam melakukan berbagai aktivitas.Terpenuhinya kebutuhan tersebut, dapat menumbuhkan kepercayaan dalam diri anak sehingga membentuk karakter diri yang positif.

4. Psikologi Perkembangan SD

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun.

(53)

27

Menurut Witherington 1952 (Budiman dalam penelitiannya hal 1) mengemukakan bahwa, usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan cirri perkembangan sosial yang pesat. Pada tahapan ini anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanggulanginya. Sekolah sebagai tempat terjadinya proses menumbuh kembangkan seluruh aspek siswa memiliki tugas dalam memabntu perkembangan anak sekolah. Adapun tugas-tugas perkembangan anak sekolah Makmun (1995:68), diantaranya adalah: (a) mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari, (b) mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai, (c) mencapai kebebasan pribadi, (d) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial.

Tugas-tugas perkembangan yang tercapai pada masa kanak- kanak akhir dengan kisaran usia 6-13 tahun. Didin Budiman dalam penelitiannya mengemukakan bahwa keterampilan yang dicapai diantaranya social-help skills dan play skill. Social-help skills untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman, merapihkan meja dan kursi. Ini

(54)

28

akan menambah perasaan harga diri dan sebagai anak yang berguna hingga menjadikan anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan.

Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat.

akhir masa kanak-kanak disebut gang age Soesilowindardini, (2004:63-64) (Budiman dalam penelitiannya hal 1) mengatakan bahwa, pada masa ini perkembangan sosial terjadi dengan cepat.

Anak berubah dari self centered, yang egoistis, yang senang bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dengan jenis-jenis permainan yang dia gemari atau melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan.

Biasanya mereka memiliki tempat berkumpul tertentu yang jauh dari jangkauan dan pengawasan orang tua. Ketika terjadi pertentangan dengan orang tua, anak lebih cenderung menentang orang tuanya dan mengikuti kelompoknya. Dalam hubungan dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam masyarakat, misalnya dalam hal bekerja sama dengan anak lain, menerima tanggung jawab,

(55)

29

membela anak lain jikalau diperlakukan tidak adil, dan secara sportif menerima kekalahan. Tidak semua proses itu berjalan lancar. Sebab ada kalanya anak mengalami kesulitan melakukannya, bahkan berbalik arah untuk melakukan tindakan yang merugikan dengan melakukan perilaku kenakalan. Beberapa sebab anak melakukan kenakalan diantaranya adalah:

a. Tidak menghiraukan apa yang diharapkan dari mereka.

b. Salah pengertian dari aturan yang ada.

c. Mencoba orang-orang yang lebih berkuasa daripadanya (orang tua, guru)

d. Adanya keinginan menunjukkan kebebasan e. Ingin mendapat pujian dari teman-temannya.

Beberapa macam perbuatan kenakalan anak:

1) Di rumah :

a) Bertengkar, berlaku kasar terhadap saudara-saudaranya b) Merusak milik orang lain

c) Berdusta, mencomel 2) Di sekolah:

a) Mencuri

b) Menggangu, membolos, membuat keributan c) Berdusta

d) Berkata kasar dan kotor

e) Merusak benda-benda milik sekolah

(56)

30 f) Bertengkar

Dari tahun ke tahun anak memiliki kecenderungan untuk lebih banyak melanggar peraturan-peraturan (Soesilowindradini,131) (Budiman dalam penelitiannya hal 2) disebabkan oleh:

1) Makin kurang senangnya kepada sekolah dan guru-gurunya 2) Merasa kurang disenangi dalam kelompok sebaya daripada diharapkannya. Melihat gejala itu. Dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator, anak bergaul dan mendapat pengakuan dari anggota kelompoknya.

Dapat disimpulkan bahwa Perkembangan yang dialami anak bersifat progresif, sistematis dan berkesinambungan dan perkembangan pada masa usia ini mengikuti berbagai prinsip perkembangan. Perkembangan anak menyangkut aspek fisik- motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan aspek-aspek tersebut tidak berkembang sendiri-sendiri tetapi saling berintegrasi satu sama lain. Bagaimana upaya pendidikan mampu membantu berkembangnya seluruh aspek perkembangan anak seoptimal mungkin.

(57)

31 B. Kerangka Berfikir

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK JALANAN

Rumusan Masalah

1. Apakah lingkungan keluaga mempengaruhi prestasi belajar anak jalanan?

2. Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar anak jalanan

Teori :

1. Hakikat Lingkungan Keluarga

2. Hakikat Prestasi Belajar

3. Hakikat Anak Jalanan

Narasumber : 1. Guru kelas 3 SD 2. Orangtua Siswa

Hasil /

Interprestasi

Kesimpulan dan Saran

Metode Kuantitatif 1. Kuesioner 2. Dokumentasi

(58)

32

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dijalanan baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan dan tempat-tempat umum lainnya. Di tengah perdebatan definisi mengenai anak jalanan, dijumpai adanya pengelompokan anak jalanan berdasarkan hubungan mereka dengan keluarga. Pada awalnya ada dua kategori, yaitu children on the street dan children of the street.

Dalam usaha untuk mencapai suatu prestasi atau keberhasilan, tentunya tidak terlepas dari dukungan orang-orang yang berada di sekitarnya. Berbekal usaha dan dukungan tersebut,seseorang akan lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan setiap aktivitasnya demi mendapatkan keberhasilan,begitu juga bagi responden dalam penelitian ini. Keluarga merupakan suatu lembaga terkecil yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak juga menjadi salah satu faktor yang dapat mendorong anak untuk menjadi seorang pekerja, begitu pula dengan situasi lingkungan yang membawa pengaruh dan dampak besar pada anak-anak yang secara tidak langsung memberikan dorongan dalam melakukan aktivitas demi pencapaian sebuah prestasi. Dalam usaha untuk mencapai sebuah prestasi sudah menjadi tugas keluarga bahkan orang tua untuk membimbing, memberi arahan dan motivasi pada anak agar dapat meraih prestasi yang maksimal. Namun secara

(59)

33

keseluruhan, yang dapat menunjang seseorang dalam mancapai prestasi tidak lain adalah dirinya sendiri, dengan kemauan tinggi, usaha yang keras, percaya diri dan sikap berani dalam mengambil resiko dapat mengantarkan seseorang menuju keberhasilan.

Prestasi bisa dilakukan di berbagai bidang dan dalam meraih sebuah prestasi bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu dalam pencapaian prestasi tentunya ada orang-orang terdekat yang selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga menjadikan semangat serta usaha untuk menjadi yang lebih baik lagi. Banyak hal yang menjadi faktor pendukung seseorang dalam rangka meraih prestasinya, salah satu diantaranya yang paling penting adalah faktor ekonomi. Keberhasilan seseorang akan dapat dicapai dengan mudah jika berjuang dengan sungguh-sungguh serta tersedianya biaya atau fasilitas yang lengkap sebagai faktor penunjang.

Anak jalanan memiliki prestasi dan bakat yang luar biasa, tentu orang tua sebagai keluarga harus mendukung dan membantu anak untuk terus berkreativitas dan berprestasi. Hal ini juga harus diimbangi oleh guru di sekolah, sebab guru di sekolah adalah orang tua kedua bagi anak. Motivasi dan dukungan yang seimbang dari guru dan orang tua sangat dibutuhkan oleh anak jalanan. Motivasi dan dukungan tersebut akan menghasilkan suatu prestasi dan bakat yang luar biasa.

(60)

34 C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Hipotesis alternatif (Ha): terdapat pengaruh lingkungan keluarga dalam prestasi belajar anak jalanan

2) Hipotesis nihil (Ho): tidak terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar anak jalanan.

(61)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Sekolah Gratis Master Indonesia. Sekolah gratis ini di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), yang berlokasi di jalan Margonda Raya No.58 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Terminal Terpadu Kota Depok,16431 ,mempunyai letak yang cukup strategis.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dimulai pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Dimulai pada tanggal 29 Januari sampai dengan tanggal 12 Februari 2018 dan tempat penelitian yang akan dilakukan di Sekolah Dasar Master Indonesia.

(62)

36

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Dengan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2015:13) Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Sugiyono (2015:14) Filsafat positivisme memandang realitas/

gejala/ fenomena itu dapat diklarifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga`dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya

Kegiatan

Bulan

Okt Nov Des Jan Feb Mar Juli Pengajuan Judul dan ACC

Penyusunan BAB I-II Penyusunan BAB III

Penelitian

Penyusunan Bab IV dan V ACC Skripsi Sidang Skripsi

(63)

37

dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuntitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil..

C. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang , obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sugiyono (2015 : 38)

Berdasarkan analisis permasalahan yang telah diuraikan diatas.

Penelitian ini menggunakan dua macam variabel yaitu : 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengaruh lingkungan keluarga.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas.Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prestasi belajar .

(64)

38

Penitian ini difokuskan pada dua variabel yang terdiri dari variabel bebas (independent) yaitu pengaruh lingkungan keluarga dan variabel terikat (dependent) yaitu prestasi belajar

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek yang diteliti itu.

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu seluruh siswa dan orang tua siswa sekolah master depok yang berjumlah 200 siswa.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:62) Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang dimaksud untuk mengangkat kesimpulan penelitian yang berlaku

Gambar

Gambar 2.1. Pengaruh Ekonomi Keluarga Terhadap Kepribadian Anak
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
Tabel 3.1  Jadwal Penelitian
Tabel  4.1  Pernyataan  1  :  Orang  tua  dapat  memberikan  rasa  aman  kepada  anak setiap saat
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Pada dasarnya kaum waria sudah mendapatkan perlindungan HAM, namun belum terlaksana dengan maksimal, karena tidak ada peraturan yang mengakui keberadaan kaum waria. Tapi

Selain itu, juga 50 kilogram benih padi asal China, 8 dus makanan, obat-obatan, serta lampu yang juga berasal dari China.Dalam waktu dekat, barang- barang impor

[r]

Dengan berkaca pada konteks populernya hijab ini, aktivisme gerakan mahasiswa akan menjadi budaya populer dengan syarat, diskursus tentang aktivisme gerakan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan arus kas operasi, investasi dan pendanaan memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan perubahan laba

Penerapan Model CICR ( Cooperative Integrated Reading Composition) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas II. Universitas Pendidikan Indonesia

student at Macquarie University, Australia, and during that time was gratefully supported by an international Macquarie University Research Scholarship and a Scott Russell

Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat