• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR STANDAR KOMPETENSI MENCATAT DIKTE UNTUK MEMPERSIAPKAN NASKAH PADA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN SEKRETARIS DI SMK NEGERI 2 BLORA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR STANDAR KOMPETENSI MENCATAT DIKTE UNTUK MEMPERSIAPKAN NASKAH PADA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN SEKRETARIS DI SMK NEGERI 2 BLORA."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR STANDAR KOMPETENSI MENCATAT DIKTE UNTUK

MEMPERSIAPKAN NASKAH PADA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN SEKRETARIS

DI SMK NEGERI 2 BLORA

SKRIPSI

Disusun guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Ninta K Bangun

3301404034

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. S. Martono, M.Si Dra. Harnanik, M.Si

NIP. 131813655 NIP. 130812918

Mengetahui, Ketua Jurusan Manajemen

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Dra. Nanik Suryani, M.Pd NIP. 131474079

Anggota I Anggota II

Drs. S. Martono, M.Si Dra. Harnanik, M.Si

NIP. 131813655 NIP. 130812918

Mengetahui : Dekan,

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2009

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

a. ” Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku ”. (Filipi 4: 13)

b. ” Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan ”. (Amsal 1 :7)

Persembahan :

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala karuniaNya dan pertolonganNya skripsi ini kupersembahkan kepada:

a. Bapak dan Mamakku tercinta, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang, dan bimbingannya selama ini. b. Adik-adikku Gina, Ruth, Ame, dan Tanta tercinta,

yang selalu menyayangi dan memberi dukungan yang tulus sampai saat ini

c. Guru dan Dosenku yang senantiasa dirahmati Tuhan, terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan.

d. Sahabat-sahabatku Hana, Eni, Rina, Dwi, Ina, Aan, M’Dhum, M’Dedi, M’Temon, dan M’Kempong.

e. Teman-teman Pendidikan Administrasi Perkantoran’04

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, serta kemudahan dan kelapangan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR STANDAR KOMPETENSI MENCATAT DIKTE UNTUK MEMPERSIAPKAN NASKAH PADA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN SEKRETARIS DI SMK NEGERI 2 BLORA” dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada:

1. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Drs. Sugiharto, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. S. Martono, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

4. Dra. Harnanik, M.Si Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

(7)

vii

6. Drs. Runindyo, Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Blora yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

7. Ibu Sad Triasri, B.A Guru SMK N 2 Blora yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

8. Bapak dan Ibu guru beserta staf karyawan SMK N 2 Blora atas segala bantuan yang diberikan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca yang budiman.

Semarang, Februari 2009

(8)

viii SARI

Ninta K Bangun. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar standar

kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang. 73 halaman.

Kata kunci : Kesulitan Belajar Standar Kompetensi Mencatat Dikte Untuk Mempersiapkan Naskah

Latar belakang dalam penelitian ini yaitu Siswa SMK Negeri 2 Blora hanya memiliki nilai rata-rata harian 6,95 pada standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah, dimana seharusnya untuk mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan program produktif setiap siswa harus mencapai nilai minimum yakni nilai 7 (tujuh).

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “(1) Adakah pengaruh faktor anak didik, keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terhadap kesulitan belajar siswa pada standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora? (2) Faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa pada standar kompetensi mencatat dikte untuk mempesiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora?”. Peneilitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui pengaruh faktor anak didik, keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terhadap kesulitan belajar siswa pada standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora (2) untuk mengetahui Faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa pada standar kompetensi mencatat dikte untuk mempesiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI program keahlian Sekretaris di SMK Negeri 2 Blora yang berjumlah 78 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara acak, dengan catatan setiap karakter dari siswa akan terwakili. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi, analisis data didasarkan pada regresi linier ganda.

Berdasarkan uji simultan diperoleh Fhitung sebesar 92,842 dengan signifikasi = 0,000 < 0,05 karena signifikasi kurang dari 0,05 maka H a diterima. Pada pengujian secara parsial dengan uji t diperoleh Fhitung untuk X1 sebesar 2,407 dengan signifikasi 0,019, X2 sebesar 2,338 dengan signifikasi 0,022, X3 sebesar 4,645 dengan nilai signifikasi 0,000, dan X4 sebesar 4,192 dengan signifikansi 0,000 karena signifikasi kurang dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Secara simultan anak didik (X1), keluarga (X2), sekolah (X3), dan lingkungan masyarakat (X4) berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa (Y) sebesar 83,6%. Sedangkan secara parsial, pengaruh X1 terhadap Y sebesar 7,34%, pengaruh X2 terhadap Y sebesar 6,97%, pengaruh X3 terhadap Y sebesar 22,85%, dan pengaruh X4 terhadap Y sebesar 19,36%. Hal ini berarti pengaruh X4 lebih besar dibandingkan X1, X2, dan X3 terhadap Y.

(9)

ix DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

SARI... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 9

2.1. Konsep Belajar ... 9

(10)

x

2.3. Prinsip-Prinsip Belajar ... 12

2.4. Teori Belajar ... 15

2.5. Kesalahan-Kesalahan Dalam Belajar... 17

2.6. Kesulitan Belajar ... 19

2.7. Macam-Macam Kesulitan Belajar... 19

2.8. Faktor-Faktor Yang Menpengarui Kesulitan Belajar... 20

2.9. Standar Kompetensi Mencatat Dikte Untuk Mempersiapkan Naskah... 36

2.10 Kerangka Berfikir ... 37

2.11 Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Populasi ... 44

3.2 Sampel ... 44

3.3 Variabel ... 45

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 51

3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 52

3.5.1. Uji Validitas... 52

3.5.2. Uji Reliabilitas... 53

3.6 Metode Analisis Data... 54

3.6.1 Metode Analisis Regresi Linier Berganda... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Hasil Penelitian ... 58

(11)

xi

4.1.2 Analisis Regresi ... 60

4.1.3. Uji Parsial ... 63

4.1.4 Uji Simultan... 65

4.1.5 Analisis Koefisien Determinasi ... 66

4.2 Pembahasan... 66

BAB V PENUTUP... 72

5.1. Simpulan ... 72

5.2. Saran ... 72

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1 Prestasi Belajar Siswa ... 4

Tabel 2 Sarana dan Prasarana Sekolah... 58

Tabel 3 Jumlah Siswa Kelas X, XI, dan XII Data Per Jurusan ... 59

Tabel 4 Koefisien Regresi ... 61

Tabel 5 Hasil Uji Parsial ... 63

Tabel 6 Hasil Uji Simultan ... 65

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1 Kisi-Kisi Angket ... 76

Lampiran 2 Angket Penelitian ... 77

Lampiran 3 Tabel Perhitungan Validitas Dan Reliabilitas Angket ... 83

Lampiran 4 Perhitungan Validitas Angket ... 84

Lampiran 5 Perhitungan Reliabelitas Angket... 85

Lampiran 6 Hasil Output Analisis Regresi... 86

Lampiran 7 Daftar Nilai Kelas XI S1 ... 92

Lampiran 8 Daftar Nilai Kelas XI S2 ... 93

Lampiran 9 Surat Permohonan Observasi ... 94

Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian ... 94

Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 95

Lampiran 12 SILABUS ... 96

Lampiran 13 Program Diklat Produktif Sekretaris Kurikulum 2004 ... 98

Lampiran 14 Data Siswa... 102

Lampiran 15 Data Pendidikan Edukatif dan Administratif ... 103

Lampiran 16 Daftar Sarana dan Prasarana ... 104

Lampiran 17 Rekapitulasi Daftar Inventaris Barang Milik ... 105

(15)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dengan Undang-Undang yaitu Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pada BAB II pasal 3, bahwa fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut :

”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”

(16)

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Suharsimi, 2002:19).

Kegiatan belajar-mengajar memiliki peranan yang sangat penting agar pendidikan dapat berjalan dengan baik. Belajar dan mengajar adalah 2 (dua) konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar mengacu pada kegiatan siswa dan mengajar mengacu pada kegiatan guru. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik (Djamarah, 2002:13). Tujuan orang belajar adalah agar dalam dirinya terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, kemampuan berfikir kritis, kreatif, bersikap terbuka maupun berupa keterampilan yang berfungsi sebagai pengendalian sikap dan perilaku siswa (Dalyono, 2007:491).

Pencapaian tujuan pembelajaran dapat diukur atau dilihat dengan melihat prestasi belajar yang telah dicapai siswa. Prestasi Belajar merupakan tolak ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan perbuatan belajar selama waktu yang telah ditentukan bersama. Untuk mengetahui prestasi belajar, guru perlu mengadakan evaluasi hasil belajar, melalui pelaksanaan evaluasi hasil belajar tersebut, maka dapat dilihat prestasi belajar siswa yang dipakai selama mengikuti proses belajar-mengajar. Prestasi belajar dapat dijadikan petunjuk terhadap kecerdasan anak didik serta untuk melihat berhasil tidaknya kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

(17)

dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Ada siswa prestasi belajarnya tinggi dan ada pula siswa prestasi belajarnya rendah. Demikian juga halnya dengan kesulitan belajar. Tiap siswa mempunyai tingkat kesulitan belajar berbeda antara satu dan lainnya. Ada siswa tingkat kesulitan belajarnya tinggi dan ada tingkat kesulitan belajarnya rendah.

Secara umum kesuliatn belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. (Tim MKDK, 2000:77)

Faktor-faktor kesulitan belajar menurut Muhbbin Syah dalam Djamarah (2002:200) penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi 2 (dua) faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam anak didik yaitu faktor fisiologis (kondisi tubuh) dan psikologis (kondisi kerohanian/kejiwaan). Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar anak didik yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah termasuk salah satu mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan dari program produktif yang diajarkan pada siswa program keahlian sekretaris. Standar kompetensi ini menuntut siswa lebih banyak latihan. Seorang sekretaris dituntut untuk mampu mencatat dengan cepat guna mempersiapkan naskah. Oleh karena itu pada program keahlian sekretaris diajarkan cara mencatat dikte untuk memepersiapkan naskah yakni dengan menggunakan huruf/tulisan stenografi.

(18)

pada standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah, dimana seharusnya untuk mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan program produktif setiap siswa harus mencapai nilai minimum yakni nilai 7 (tujuh). Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan belajar yang dialami siswa yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata sebagian besar siswa mempunyai nilai yang kurang dari batas ketuntasan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Prestasi belajar siswa

No Interval Prestasi belajar Frekuensi Persentase

1 ≥7 Tuntas 37 47,44

2 < 7 Belum tuntas 41 52,56

Total 78 100

Sumber : Data nilai ujian semester genap standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah.

(19)

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Program Produktif adalah kelompok program diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja. Program Produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian.

Banyaknya faktor pendukung kesulitan belajar siswa, bervariasinya alasan yang mendorong dan menghambat prestasi belajar siswa dan fakta yang terdapat di SMK Negeri 2 Blora membuat peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan belajar standar kompetensi mencatat dikte untuk mepersiapkan naskah pada siswa kelas XI Program Keahlian Sekretaris di SMK Negeri 2 Blora dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR STANDAR KOMPETENSI MENCATAT DIKTE UNTUK MEMPERSIAPKAN NASKAH PADA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN SEKRETARIS DI SMK NEGERI 2 BLORA”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(20)

1.2.2 Faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap kesulitan belajar standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora baik secara parsial maupun secara simultan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh faktor anak didik, faktor keluarga, faktor sekolah, faktor lingkungan masyarakat terhadap kesulitan belajar standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora baik secara parsial maupun secara simultan.

1.3.2 Untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap kesulitan belajar standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora baik secara parsial maupun secara simultan.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

a. Bagi SMK Negeri 2 Blora

(21)

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora

b. Bagi Guru SMK Negeri 2 Blora

Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora dilihat dari sudut pandang kondisi siswa.

c. Bagi Siswa

Bagi siswa hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan pendorong secara sadar untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Sebagai wahana tambahan referensi dan bahan kajian dalam menambah kasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dan untuk penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar pada standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa yang belum dikaji dalam penelitian ini.

1.5 Sistematika Penulisan

(22)

sampai penutup. Untuk mempermudah penelitian, skripsi ini disusun secara sistematika sebagai berikut :

1.5.1 Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan dari skripsi ini memuat halaman: judul, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

1.5.2 Bagian Isi Skripsi BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan, Manfaat dan Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Bab ini terdiri dari Landasan Teori, Kerangka Berfikir dan Hipotesis. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi Populasi Penelitian, Sampel Penelitian, Variabel Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Validitas dan Reliabilitas , dan Metode Analisis Data

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini mengemukakan tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran. 1.5.3 Bagian Penutup Skripsi

(23)

9

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1Konsep Belajar

Pengertian belajar ada beberapa macam tergantung pada teori belajar yang dianut oleh seseorang. Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Muh Surya dalam Tim MKDK IKIP Semarang (2000:30), merumuskan pengertian belajar sebagai berikut : ”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.”

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar, antara lain :

Belajar adalah penguasaan materi, penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita (Oemar Hamalik, 2004:45).

(24)

Hilgard dan Brower dalam Purwanto (2003:84) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh .pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan dan keadaan-keadaan seseorang dalam kondisi tertentu (kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).

T.Raka Joni dalam buku Santoso (1998:81) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya diri seseorang atau perubahan insting yang bersifat temporer.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik (Djamarah, 2002:13)

Belajar juga didefenisikan pula sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya (Dalyono,2007:491).

(25)

1. Pegetahuan atau pengertian, semata-mata mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.

2. Sikap atau respon emosi seseorang terhadap tugas tertentu (sesuatu tugas yang dihadapinya).

3. Keterampilan, kapabilitas untuk mengkoordinir mata, jiwa dan jasmaniah kedalam suatu perbuatan yang kompleks, sehingga seorang pelajar dapat melakukan tugasnya dengan mudah dan tangkas.

Dari beberapa defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan dari defenisi belajar, yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.2Ciri-Ciri Belajar

Belajar menunjukkan ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan-kecenderungan respon bawaan, kematangan atau keadaan temporer dari subjek (misalnya ketelitian).

Dengan pengertian tersebut, maka ternyata belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri (karakteristik) tertentu, yaitu :

1. Belajar berbeda dengan kematangan

(26)

(Oemar Hamalik, 2004:48-50)

Sedangkan menurut Slameto (2003:3-4), ciri-ciri belajar adalah : 1. Perubahan terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

2.3Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip adalah suatu pernyataan mengenai hubungan antara dua atau lebih konsep-konsep. Suatu prinsip sering dikatakan suatu aturan (Tim pengembangan MKDK IKIP Semarang 2000:171).

Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar.

Dalam hal ini ada beberapa prinsip belajar menurut Oemar Hamalik (2004:10-11) yang penting untuk diketahui, antara lain :

1. Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya. 2. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri pada siswa. 3. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi.

(27)

5. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

6. Belajar dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (a) belajar secara langsung, (b) kontak, penghayatan, pengalaman langsung, (c) pengenalan dan atau peniruan.

7. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif. 8. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi

kemampuan belajar yang bersangkutan.

9. Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari.

10.Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.

11.Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas.

Menurut Zainal Aqib (2002:44-45) prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:

1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapan.

2. Belajar memerlukan bimbingan baik dari bimbingan guru maupun bimbingan buku-buku.

3. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.

(28)

5. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungan.

6. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.

7. Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggub menerapkan ke dalam bidang praktik sendiri-sendiri.

Sedangkan menurut Slameto (2003:27-28) prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan prasyaratan yang diperlukan untuk belajar :

1.1Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan untuk belajar berpartisiapasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional

1.2Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

1.3Belajar perlu lingkungan yang matang dimana anak dapat mengembangkan kemampuan berekspresi dan belajar dengan aktif.

1.4Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2. Sesuai hakikat belajar :

2.1Belajar itu proses continiue, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

2.2Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

(29)

Stimulasi yang diberikan menimbulkan respon yang diharapakan. 3. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari

3.1Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3.2Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

4. Syarat keberhasilan belajar

4.1Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang

4.2Repetisi dalam proses belajar ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

Berdasarkan prinsip-prinsip belajar di atas, dalam mempelajari mata pelajaran kejuruan standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiakan naskah diperlukan siswa yang aktif, siswa yang memiliki tujuan yang jelas, siswa yang mampu memotivasi dari diri sendiri, latihan, ulangan, ketekunan dan ketelitian.

2.4Teori Belajar

(30)

Para psikologi behavioristik yang sering disebut ”Contemporary

Behaviorist” atau yang disebut ”S-R” psicologis adalah para pelopor munculnya

teori-teori belajar. Dalam teori yang dikenal dengan ”Teori Belajar Psikologi Behavioristik” mereka mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau peguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antar reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya (Dalyono, 2007:30). Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya yaitu :

1. Teori Connectionism

Teori Connectionism ditemukan oleh Edward L. Thorndike berdasarkan eksperimen yang dilakukan pada tahun 1890-an (Mudzakir dan Sutrisno, 1997:40). Eksperimen tersebut dilakukan dengan menggunakan hewan-hewan (kucing) yang ditempatkan dalam puzzle box serta dilengkapi dengan peralatan dan makanan yang diletakkan di depan pintu puzzle box sebagai media untuk mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan eksperimen tersebut Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Thorndike juga memastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar yang dialamai oleh seekor kucing) merupakan hal yang sangat vital dalam belajar. Dalam Teori Connectionism terdapat 2 proses yaitu :

a. Trial and error (mencoba dan gagal)

b. Low of effect yaitu tingkah laku yang berakibat pada suatu keadaan yang

(31)

2. Teori Conditioning

Dalam teori Conditioning belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang paling penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang continue. 3. Teori Psicology Gestalt

Dalam teori tersebut mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor pemahaman dan pengertian merupakan faktor yang penting, karena apa yang dipelajari merupakan sesuatu hal atau objek yang dapat diamati. Untuk dapat mengamati suatu objek yang dipelajari diperlukan suatu pengubahan kognitif, yaitu apabila siswa telah mampu mengamati dan memperoleh pemahaman tentang objek tersebut atau dengan kata lain dalam diri siswa tersebut telah timbul insight. Selain itu setiap diri siswa memegang peranan yang sangat penting sehingga belajar tidak hanya dilakukan dengan sadar tapi juga dengan bermotif dan bertujuan. (Purwanto, 2003:89)

Berdasarkan teori belajar di atas, dalam mempelajari mata pelajaran kejuruan standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiakan naskah Teori

Connectionism merupakan teori belajar yang paling sesuai. Hal ini disebabkan

karena untuk mempelajari mata pelajaran kejuruan standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersipakan naskah diperlukan siswa yang mau mencoba walaupun dia gagal (Trial and error).

2.5Kesalahan-Kesalahan Dalam Belajar

(32)

menurut Oemar Hamalik (2004:16-19), yaitu :

1. Belajar asal belajar saja tanpa mengetahui untuk apa dan apa tujuan yang hendak dicapainya.

2. Tidak memiliki motifasi murni atau mungkin belajar dengan motifasi tertentu. 3. Belajar dengan kepala kosong, tidak menyadari pengalaman-pengalaman

belajarnya masa lampau atau yang telah dimiliki. 4. Menganggab bahwa belajar sama dengan menghafal.

5. Mentafsirkan bahwa belajar semata-mata hanya untuk memperoleh pengetahuan saja, dalam arti pengetahuan yang sebanyak-banyaknya.

6. Belajar tanpa adanya konsentrasi pikiran.

7. Belajar tanpa rencana dan melakukan perbuatan belajar asal ada keinginan yang bersifat insidential saja.

8. Terlalu mengutamakan sesuatu mata pelajaran saja dan mengabaikan mata pelajaran yang lain dengan berbagai alasan yang tidak rasional.

9. Segan belajar bahasa asing dan terlebih-lebih lagi segan membuka kamus. 10.Baru melakukan perbuatan belajar pada waktu akan diadakan tentament atau

ujian sehingga memforsir dirinya tanpa mengenal waktu dan tenaga. 11.Membuang-buang waktu dalam kegiatan diluar pelajaran .

12.Bersikap pasif dalam belajar di kelas, diskusi dan belajar bersama.

13.Kecendrungan untuk mengasingkan diri atau mengisolasikan diri dalam hal belajar.

14.Membaca cepat tetapi tidak atau kurang memahami isinya.

(33)

tidak disadari akan menggangu siswa dalam belajar, sehingga siswa tidak dapat menyerap pelajaran dengan maksimal, hal inilah yang perlu untuk diperhatikan oleh setiap pendidik

2.6Kesulitan Belajar

Proses belajar pada siswa tidak selalu lancar, ada banyak masalah yang dihadapi dan perlu ditanggulangi agar proses belajar itu mencapai proses yang diharapkan. Secara umum kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. (Tim MKDK, 2000:77) Sedang menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (1991:88), kesulitan belajar adalah dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses anak didik atau siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dimana hal tersebut ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.

2.7Macam-macam Kesulitan Belajar

Macam-macam kesulitan belajar yang sering dijumpai adalah :

1. Learning Disorder, yaitu kesulitan belajar karena adanya respon tertentu yang bertentangan atau tidak sesuai.

(34)

3. Learning Disfungtion, gangguan proses belajar ini merupakan gejala proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan saraf otak. 4. Slow Learner atau siswa lamban, siswa tidak mampu untuk menyelesaikan

tugas-tugas dalam belajar sebelum batas waktu yang sudah ditentukan. Biasanya hal ini disebabkan karena mereka memiliki IQ dibawah normal. 5. Under Achiever, siswa semacam ini memilki hasil belajar rendah, dibawah

potensi yang ada padanya. (Tim MKDK 2000 : 41 - 42).

2.8Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa itu tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebaban oleh faktor-faktor nonintelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar (Dalyono, 2007:229-230). Ada beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesulitan belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya yaitu :

(35)

1. Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri siswa)

Faktor intern merupakan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini meliputi :

1.1Faktor fisiologi (faktor yang bersifat fisik) yang meliputi : 1.1.1 Karena sakit

Seorang anak yang sakit akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat ke otak. Dengan demikian akan menyebabkan daya tangkap siswa berkurang dan menyebabkan prestasi belajarnya rendah karena tingkat kesulitan belajarnya bertambah.

1.1.2 Karena kurang sehat

Seorang yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, hilang daya konsentrai, kurang semangat dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses dan mengelola, menginterprestasikan dan mengorganisasi materi pelajaran melalui indranya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.

1.1.3 Karena cacat tubuh

Cacat tubuh dibedakan atas 2 golongan, yaitu :

(36)

b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, bisu dan tuli.

Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti pendidikan umum dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa tersebut dengan wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh yang serius harus mengikuti pendidikan ditempat khusus seperti sekolah luar biasa (SLB).

1.2Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)

Faktor psikologi merupakan faktor yang berhubungan dengan jiwa atau kondisi mental seseorang. Faktor psikologi meliputi :

1.2.1 Inteligensi

Kecerdasan dianggab sebagai kemamupan rasional matematis. Kecerdasan menunjukkan kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami, mengerti, memecahkan masalah tetapi termasuk kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan lingkungannya yang berubah dan pengalaman belajar dari pengalamannya. Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki oleh siswa sangat menentukan keberhasilan mencapai prestasi belajar termasuk prestasi-prestasi lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada diri siswa.

(37)

IQ 0 -25 termasuk idiot. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental dan mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.

1.2.2 Bakat

Bakat adalah kemapuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua. Setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Dengan bakat yang dimiliki setiap siswa dalam suatu mata pelajaran akan cenderung membuat siswa menyukai pelajaran tersebut sesulit apapun pelajaran yang dihadapi, karena dengan adanya bakat dalam diri siswa akan membuatnya dengan mudah memahami materi pelajaran yang diajarkan dan cenderung membuatnya tertarik untuk mempelajari dan memahami lebih dalam tentang pelajaran tersebut. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tapak pada anak yang menggangu di kelas, berbuat gaduh dan tidak mau mengikuti pelajaran sehingga nilaninya rendah.

1.2.3 Faktor minat

(38)

memperhatikan pelajaran tersebut dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu seorang siswa harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran di sekolah. Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran. Dengan minat dan perhatian yang rendah siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.

1.2.4 Faktor motivasi

Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak yang kurang baik dalam prestasi belajarnya. Seorang anak yang motivasinya rendah akan cenderung acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu di kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak mengalami kesulitan belajar.

1.2.5 Faktor kesehatan Mental

(39)

mental dan ketenangan sosial akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian pula belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Individu didalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan seperti memperoleh penghargaan, mendapat kepercayaan dan rasa aman. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa.

1.2.6 Tipe-tipe khusus

Kita mengenal tipe-tipe belajar anak yaitu tipe visual motoris dan campuran. Seorang yang bertipe visual akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bahan-bahan grafik dan gambar. Sebaliknya mereka merasa sulit apabila dihadapkan pada bahan-bahan dalam bentuk suara atau gerakan. Individu yang bertipe motoris mudah mempelajari bahan-bahan baik berupa tulisan maupun gerakan akan tetapi sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan (sesuatu yang dilihat).

2. Faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar diri siswa) 2.1Faktor ekstern yang berasal dari lingkungan keluarga.

(40)

2.1.1 Faktor orang tua, meliputi : a. Cara mendidik anak

Orag tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya seperti sikap acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajar pada anak tersebut. b. Hubungan orang tua dan anak

Hubungan orang tua dan anak berperan penting dalam menentukan kemajuan belajar anak. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang bersifat baik maupun tidak seperti kasih sayang, penuh pengertian, kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, dan lainnya. Hubungan orang tua dan anak yang kurang baik biasanya dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar.

c. Contoh atau bimbigan orang tua

Orang tua merupakan contoh terhadap anak-anaknya. Segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Demikian pula bimbingan orang tua sangat diperlukan dalam bimbingan belajar siswa. Orang tua yang sibuk dan kurang memperhatikan anak-anaknya dapat menyebabkan kesulitan belajar pada diri siswa.

2.1.2 Suasana rumah atau keluarga

(41)

kesulitan belajar.

2.1.3 Keadaan ekonomi keluarga

a. Keadaan ekonomi yang kurang atau miskin

Keadaan ekonomi keluarga yang kurang atau miskin dapat menimbulkan masalah-masalah seperti kurangnya alat belajar bagi anak, kurangnya biaya yang disediakan dan tidak mempunyai ruang belajar yang baik. Keadaan tersebut dapat mengurangi motivasi belajar siswa, sehingga tidak menutup kemungkinan prestasi belajar menurun yang diakibatkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut. b. Keadaan ekonomi sedang

Keadaan ekonomi keluarga yang sedang dianggab mampu mendukung kegiatan belajar anak. Karena setidaknya kebutuhan-kebutuhan akan tercukupi meskipun masih sederhana. Keterbatasan keluarga dalam memenuhi kebutuhan siswa juga dapat menghambat perkembangan belajar siswa.

c. Keadaan ekonomi yang berlebihan

Dalam lingkungan keluarga yang memeliki kondisi ekonomi yang berlebihan, anak cenderung malas belajar, karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Keadaan ini akan menghambat dalam belajar siswa tersebut.

2.2Faktor ekstern yang berasal dari lingkungan sekolah : 2.2.1 Guru yang meliputi :

(42)

Guru yang kurang menguasai materi dan kurang persiapan sebelum mengajar dapat berpengaruh pada cara menerangkan sehingga sulit dimengerti oleh siswa. Hal ini dapat menghambat proses belajar mengajar, karena siswa tidak menghasilkan hasil yang maksimal dari pembelajaran tersebut.

b. Hubungan guru dan murid yang kurang baik

Hubungan guru dan murid yang kurang baik biasanya bermula dari sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh siswa. Sikap guru yang kasar, mudah marah, suka mencela dan tidak pandai menerangkan yang dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan dalam belajar dan dapat mengakibatkan hubungan guru dengan murid kurang baik. c. Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak

Sikap seperti ini biasa terjadi pada guru yang masih muda dan belum berpengalaman sehingga belum dapat mengukur kemampuan siswa. Akibatnya hanya sebagian kecil siswa yang dapat berhasil dengan baik. Sedangkan siswa yang lainnya mengalami kesulitan belajar akibat tertekan karena tuntutan dari guru yang berlebihan.

d. Guru tidak mempunyai kecakapan dalam mendiagnosis kesulitan belajar.

(43)

2.2.2 Faktor alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap dapat mengakibatkan penyajian pelajaran tidak baik, terutama pada mata pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat akan banyak menimbulkan kesulitan belajar. Alat-alat tersebut dapat menentukan perubahan metode mengajar guru, ilmu pengetahuan anak bertambah dan memenuhi tuntutan siswa dari bermacam-macam karakteristik anak.

2.2.3 Kondisi gedung

Gedung merupakan komponen yang harus ada dalam proses belajar mengajar. Ruang kelas atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat kesehatan seperti :

a. Ruang berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan dan sinar matahari dapat menyinari ruangan.

b. Dinding harus terlihat bersih.

c. Lantai tidak becek, licin dan terlihat kotor.

d. Letak gedung jauh dari keramaian seperti pasar, pabrik, sehingga anak mudah dalam konsentrasi belajarnya.

Apabila beberapa persyaratan tersebut tidak terpenuhi akan menimbulkan situasi belajar kurang baik sehingga pelajaran akan terhambat.

2.2.4 Kurikulum

(44)

a. Bobot materi pelajaran terlalu tinggi

b. Pembagian materi tidak seimbang (misalnya kelas X terlalu banyak dan kelas XI sedikit)

c. Tidak adanya pendataan materi 2.2.5 Waktu sekolah dan disiplin

Apabila sekolah masuk siang, sore atau malam maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan optimal untuk menerima pelajaran sebab energi sudah berkurang, udara yang relatif panas pada waktu siang hari dapat mempercepat proses kelelahan. Disamping itu sikap kurang disiplin baik guru maupun siswa seperti sering terlambat datang, tidak melaksanakan tugas yang telah diberikan dan melalaikan kewajibannya akan mengahambat proses belajar mengejar.

2.3Faktor eksternal yang berasal dari media masa dan lingkungan masyarakat 2.3.1 Faktor mass media meliputi : TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik,

novel, internet dan lainnya yang ada disekitar kita. Hal ini akan menghambat proses belajar apabila anak terlalu banyak menggunakan waktunya untuk hal-hal tersebut, misalnya nonton TV, sehingga lupa akan tugasnya sebagai seorang pelajar.

2.3.2 Lingkungan sosial meiputi : a. Teman bergaul

(45)

b. Lingkungan tetangga

Corak kehidupan tetangga misalnya lingkungan yang gemar main judi, minum arak dan mabuk-mabukan, menganggur, tidak suka belajar akan memepengaruhi anak-anak terutama anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Yaitu dapat menurunkan motivasi anak untuk belajar.

c. Aktivitas dalam masyarakat

Seorang anak yang banyak berorganisasi dilingkungan masyarakat akan menyebabkan belajarnya terbegkalai. Dengan demikian ia akan ketinggalan pelajaran yang seharusnya diterimanya.

Faktor-faktor kesulitan belajar menurut Muhbbin Syah dalam Djamarah (2002:200) penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi 2 (dua) faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam anak didik yaitu faktor fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang bersal dari luar anak didik yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Faktor intern atau yang berasal dari dalam diri anak didik meliputi: 1. Intelegensi (IQ) yang kurang baik

2. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau diberikan oleh guru.

(46)

4. Aktivitas belajar yang kurang. Sikap malas belajar dan hanya belajar jika ada ulangan dapat mengurangi pemahaman siswa karena ia hanya cenderung menghafal materi yang terpisahkan untuk bahan ulangan saja.

5. Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan yang ada ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan pengertian sehingga sukar ditransfer kesituasi yang lain.

6. Penyesuaian sosial yang sulit. Lambatnya penyerapan bahan pelajaran oleh anak didik tertentu menyebabkan anak didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbanginya dalam belajar.

7. Latar belakang pengalaman yang pahit. Misalnya siswa sekolah sambil bekerja, kondisi ekonomi orang tua kurang sehingga memaksa anak didik untuk bekerja demi membiayai uang sekolah. Waktu yang seharusnya dipakai untuk belajar dengan terpaksa digunakan untuk bekerja.

8. Latar belakang pendidikan dimasuki dengan sistem dan kegiatan belajar mengajar dikelas yang kurang baik.

9. Cita-cita yang tidak relevan.

10.Ketahanan belajar yang tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya. Ketidakmampuan guru dalam mengakomodasi jadwal kegiatan pembelajaran dengan ketahanan belajar anak didik dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa.

(47)

dapat menghambat proses belajar siswa.

12.Kesehatan yang kurang baik, misalnya sakit kepala, flu, sakit mata dan sebagainya menyebabkan anak mudah capek dan tidak berkonsentrasi dalam belajar.

13.Seks atau pernikahan yang tidak terkendali. Misalnya terlalu intim dengan lawan jenis, berpacaran dan sebagainya sehingga melalaikan kewajibannya sebagai seorang pelajar.

14.Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai atas bahan yang dipelajari. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang sangat rendah akan menjadi kendala menerima dan mengerti materi pelajaran yang baru.

15.Tidak ada motivasi dalam belajar. Materi pelajaran sukar diterima dan diserap bila anak didik tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Faktor ekstern atau yang berasal dari luar anak didik meliputi : 1. Faktor lingkungan sekolah yang meliputi :

a Pribadi guru yang kurang baik.

b Guru tidak berkualitas, baik dalam mengambil metode yang digunakan maupun dalam penguasaan materi pelajaran. Hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dimilikinya kurang sesuai sehingga kurang menguasai dan kurang persiapan.

c Hubungan guru dan anak didik yang kurang harmonis. d Guru menunutut standar diatas kemampuan anak didik.

(48)

f Cara guru mengajar kurang baik.

g Alat atau media kurang memadai. Alat pelajaran kurang lengkap terutama dalam pelajaran praktikum akan menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa.

h Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh anak didik.

i Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya suasana bising karena letak sekolah berada dekat dengan jalan raya.

j Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.

k Kepemimpinan dan administrasi. Dalam hal ini berhubungan dengan sikap guru yang egois, kepala sekolah yang otoriter dan pembuatan jadwal yang tidak sesuai dengan kompetensi anak didik akan menyebabkan terhambatnya proses belajar mengajar.

l Waktu sekolah dan disiplin yang kurang. 2. Faktor lingkungan keluarga, meliputi :

a Kurang lengkapnya alat-alat belajar di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan tidak ada, maka kegiatan belajarpun terhenti untuk beberapa waktu.

b Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga siswa harus ikut memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat. Anak yang belajar sambil bekerja terpaksa belajar apa adanya dengan kesulitan belajar yang bervariasi.

(49)

d Ekonomi keluarga yang terlalu tinggi atau kuat yang menjadikan anak berlebih-lebih.

e Kesehatan orang tua yang kurang baik. Misalnya orang tua yang sakit-sakitan membuat anak harus memikirkan dan merasa prihatain.

f Perhatian orang tua yang tidak memadai, anak akan merasa kecewa dan mungkin frustasi melihat orang tua yang tidak pernah memperhatikannya. Kerawanan hubungan orang tua dan anak ini menyebabkan masalah psikologis dalam belajar anak di sekolah.

g Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang. Kebiasaan keluarga yang tidak mencontohkan sikap disiplin dalam belajar akan ditiru oleh anak sehingga ia cenderung malas belajar atau belajar jika ada ulangan atau test.

h Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan. Misalnya saja anak yang berprestasi lebih diperhatikan dan diutamkan sebaliknya anak yang kurang atau tidak berprestasi kurang diperhatikan atau diacuhkan sehingga membuat anak merasa tidak dihargai dan tidak diharapkan yang sering sekali menyebabkan anak tersebut menjadi tertekan dan menjadikannya semakin malas belajar.

i Anak yang terlalu banyak membantu orang tua. Hal ini menyebabkan anak kehilangan banyak waktu untuk belajar. Sehingga ia tidak bisa berprestasi secara maksimal.

(50)

2.9Standar Kompetensi Mencatat Dikte Untuk Mempersiapkan Naskah

Standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah merupakan salah satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran kompetensi kejuruan yang diajarkan pada kelas XI program keahlian sekretaris. Standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah memiliki 2 (dua) sub kompetensi yaitu mencatat dan mendikte naskah untuk catatan.

Sub kompetensi atau kompetensi dasar mencatat memiliki beberapa indikator, yaitu :

1. Melakukan pencatatan dengan pengenalan huruf, kata dan kalimat 2. Tulisan dapat dibaca secara cermat.

3. Menerapkan sistem penulisan yang baik dan benar. 4. Menulis dengan teknik penyambungan yang benar. 5. Membaca/menulis dengan tepat dan benar.

Sub kompetensi/kompetensi dasar mencatat juga memiliki beberapa materi pokok, yaitu :

1. Pengenalan huruf dengan ukuran ruang, bentuk dan cara penulisannya, yang meliputi :

a Pengenalan cara penulisan dan penyambungan b Menulis dan membaca kata dan kalimat

2. Peningkatan pengenalan huruf, cara penyambungan huruf hidup atau mati dan aturannya.

a Peningkatan penulisan kata dan kalimat

(51)

benar dengan cepat, yang meiputi :

a Latihan menulis dan membaca tulisan. b Peningkatan latihan menulis dan mebaca. 4. Peningkatan latihan menulis dan membaca.

Sama halnya dengan sub kompetensi mencatat, sub kompetensi mendikte naskah untuk catatan juga memiliki beberapa indikator, yaitu :

1. Melakukan pencatatan dengan sistem yang benar. 2. Menghasilkan kalimat yang singkat dan benar.

Sub kompetensi mendikte naskah untuk catatan juga memiliki materi pokok, yaitu pengenalan singkatan yang meliputi :

1. Menyingkat berdasarkan ukuran. 2. Singkatan tetap.

3. Singkatan fungsional. 4. Latihan menulis singkatan.

5. Peningkatan latihan dengan menggunakan singkatan beraturan dan singkatan tetap.

6. Peningkatan kecepatan menulis dan membaca. 7. Latihan kecepatan.

8. Cara menghasilkan teks yang benar dari dikte atau catatan.

2.10 Kerangka Berfikir

(52)

tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya” (Darsono, 2000:49). Untuk mencapainya siswa melakukan aktivitas belajar dengan cara dan kemampuan masing-masing.

Dalam proses belajar terkadang siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan belajar siswa biasanya tampak dari rendahnya prestasi yang diperoleh. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi juga dapat disebabkan oleh nonintelegensi. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern).

Faktor anak didik meliputi : 1. Kesehatan

Seorang yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, hilang daya konsentrai, kurang semangat dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses dan mengelola, menginterprestasikan dan mengorganisasi materi pelajaran melalui indranya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.

2. Karena cacat tubuh

(53)

3. Inteligensi

Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental dan mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.

4. Minat

Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran. Dengan minat dan perhatian yang rendah siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.

5. Faktor motivasi

Siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak yang kurang baik dalam prestasi belajarnya. Seorang anak yang motivasinya rendah akan cenderung acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu di kelas dan sering meninggalkan pelajaran. 6. Faktor kesehatan Mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelektual, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional.

Faktor lingkungan keluarga meliputi: 1. Faktor orang tua

(54)

2. Suasana rumah atau keluarga

Suasana rumah atau keluarga sangat menentukan kemajuan belajar anak. Suasana rumah yang tidak harmonis, sangat ramai dan selalu tegang akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar sehingga anak mengalami kesulitan belajar.

3. Keadaan ekonomi kelaurga

Keadaan ekonomi keluarga meliputi ekonomi yang kurang atau miskin, keadaan ekonomi sedang dan keadaan ekonomi yang berlebihan. Ekonomi keluarga yang kurang atau miskin biasanya menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar karena orang tua tidak mampu memenuhi fasilitas belajar yang dibutuhkan anak.

Faktor lingkungan sekolah meliputi : 1. Guru yang meliputi :

Faktor guru yang meliputi guru yang tidak berkualitas, hubungan guru dan murid yang kurang baik, guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak, guru tidak mempunyai kecakapan dalam mendiagnosis kesulitan belajar dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.

2. Faktor alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap dapat mengakibatkan penyajian pelajaran tidak baik, terutama pada mata pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat akan banyak menimbulkan kesulitan belajar.

3. Kondisi gedung

(55)

Ruang kelas atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat kesehatan seperti : ruang berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan dan sinar matahari dapat menyinari ruangan, dinding harus terlihat bersih, lantai tidak becek, licin dan terlihat kotor, letak gedung jauh dari keramaian seperti pasar, pabrik, sehingga anak mudah dalam konsentrasi belajarnya. 4. Kurikulum

Kurikulum harus disusun berdasarkan batas kemampuan siswa secara umum. Apabila kurikulum tidak disusun berdasarkan batas kemampuan siswa pada umumnya dapat menghambat anak didik dalam belajar.

5. Waktu sekolah dan disiplin

Apabila sekolah masuk siang, sore atau malam maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan optimal untuk menerima pelajaran sebab energi sudah berkurang, udara yang relatif panas pada waktu siang hari dapat mempercepat proses kelelahan. Disamping itu sikap kurang disiplin baik guru maupun siswa seperti sering terlambat datang, tidak melaksanakan tugas yang telah diberikan dan melalaikan kewajibannya akan mengahambat proses belajar mengejar.

Faktor lingkungan masyarakat 1. Teman bergaul

Teman bergaul pengaruh besar dan cepat masuk dalam jiwa anak. Teman bergaul yang jelek akan memberi pengaruh yang buruk, seperti suka bermain (ngerumpi), dan suka keluyuran sehingga anak lupa akan belajar.

2. Pengaruh mass media

(56)

dapat menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugasnya belajar.

3. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Anak yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan, karang taruna dan lain-lain akan menyita waktu belajar, lebih-lebih bila tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

Faktor-faktor tersebut apabila dioptimalkan dapat memotivasi siswa dalam belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa seperti yang dikehendaki oleh berbagai pihak baik siswa itu sendiri maupun orang tua, guru dan masyarakat. Namun apabila faktor-faktor tersebut tidak dioptimalkan maka akan menimbulkan kesulitan dalam belajar bagi siswa.

Secara garis besar kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 : Bagan Kerangka Berfikir

2.11 Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 2006;67).

Suatu hipotesis akan diterima kalau bahan-bahan penyelidikan 1. Faktor Anak Didik

2. Faktor Keluarga 3. Faktor Sekolah

4. Faktor lingkungan masyarakat

(57)

membenarkan pernyataan ini dan ditolak bilaman kenyataan menyangkalnya (Sutrisno Hadi, 1993:257).

(58)

44

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk

mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Dengan cara ilmiah itu, diharapkan data

yang akan didapatkan adalah data yang objektif, valid dan reliabel. Objektif

berarti semua orang akan memberikan penafsiran yang sama, valid berarti adanya

ketepatan antara data yang terkumpul oleh peneliti dengan data yang terjadi pada

objek sesungguhnya, dan reliabel berarti adanya ketepatan/keajegan/konsisten data

yang didapat dari waktu ke waktu.

3.1Populasi

Suharsimi (2006:130) memberi pengertian populasi sebagai keseluran

subjek penelitian. Menurut Hadi (1987:70), yang dimaksud populasi adalah semua

individu untuk siapa kenyataan hendak digeneralisasikan. Pendapat lain

mengatakan bahwa populasi adalah totalita semua nilai yang mungkin, hasil

menghitung ataupun pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif tertentu dari semua

anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Siswa dengan program

keahlian Sekretaris Kelas XI SMK Negeri 2 Blora dengan jumlah siswa 78 siswa.

3.2Sampel

(59)

(2006:131). Dalam penelitian ini, semua populasi dijadikan sampel. Hal ini untuk

menentukan secara tepat keadaan populasi yang berjumlah sedikit yang

seluruhnya sebagai sampel penelitian karena subjek yang akan diteliti berjumlah

kurang dari 100 yakni 78. Sesuai dengan pendapat Suharsimi bahwa jika populasi

kurang dari 100 maka diambil semua, sehingga yang menjadi sampel pada

penelitian ini adalah semua siswa program keahlian sekretaris kelas XI SMK

Neger 2 Blora dengan jumlah 78 siswa. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan

penelitian populasi

3.3Variabel

F.N. Kerlinger dalam Suharsimi (2006:116) menyebut variabel sebagai

sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam

konsep kesadaran. Sedangkan Sutrisno Hadi dalam Suharsimi (2006:116)

mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya luas kota, umur,

banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

3.3.1 Faktor anak didik (X1)

Faktor anak didik yaitu faktor dari dalam anak didik itu sendiri atau lebih

sering disebut faktor intern yang meliputi :

a. Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenab badan beserta

bagian-bagiannya/bebas dari peyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.

(60)

kesulitan belajar yaitu pernah tidaknya siswa dalam keadaan kurang sehat

pada saat mengikuti pelajaran standar kompetensi mencatat dikte untuk

mempersiapkan naskah.

b. Karena cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh/badan.

Adapun instrumen yang digunakan yaitu ada tidaknya gangguan penglihatan

pada siswa.

c. Inteligensi

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Adapun instrumen yang digunakan yaitu tingkat IQ (Intelligence quotient)

siswa.

d. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan.

Adapun instrumen yang digunakan yaitu ada tidaknya minat terhadap

pelajaran standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah.

e. Faktor motivasi

Motivasi adalah dorongan seseorang untuk berbuat sesuatu.

(61)

pelajaran standar kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah

f. Faktor kesehatan Mental

Faktor kesehatan mental merupakan faktor kelelahan yang bersifat psikis yang

dapat dilihat dengan adaya kelesuan dan kebosanan , sehingga minat dan

dorogan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Adapun instrumen yang digunakan yaitu mengenai apa yang dirasakan siswa

pada saat mengikuti pelajaran standar kompetensi mencatat dikte untuk

mempersiapkan naskah.

3.3.2 Faktor lingkungan keluarga (X2)

Faktor lingkungan keluarga adalah faktor yang berasal dari lingkungan

keluarga yang meliputi :

a. Faktor orang tua

Orang tua berarti ayah dan ibu dimana orang tua seharusnya memperhatikan

pendidikan anaknya, misalnya orang tua memperhatikan akan

kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan belajar anak, mengatur waktu belajar

anak, menyediakan/melengkapi alat belajarnya, dan lain sebagainya.

Adapun instrumen dari faktor orang tua meliputi tingkat perhatian orang tua

terutama dalam kegiatan belajar anak.

b. Suasana rumah atau keluarga

Suasana rumah dimaksudkan sebagai stuasi atau kejadian-kejadian yang

sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.

Suasana rumah dalam hal ini yaitu melihat apakah suasana di rumah tenang

(62)

c. Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga berarti tingkat ekonomi keluarga yang dibedakan

menjadi tingkat ekonomi keluarga rendah, sedang, dan tinggi.

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengetahui keadaan ekonomi

keluarga dari anak didik yaitu tingkat perhatian orang tua akan kebutuhan

belajar anak.

3.3.3 Faktor sekolah (X3)

Faktor sekolah yaitu faktor yang mempengaruhi belajar anak yang berasal

dari lingkungan sekolah yang meliputi :

a. Guru

Guru berarti orang yang berkewajiban mengajar dan mendidik orang lain baik

secara individu maupun kelompok di dalam kelas.

Adapun yang menjadi indikator dari guru yaitu guru yang tidak berkualitas,

hubungan guru dan murid yang kurang baik, guru menuntut standar pelajaran

di atas kemampuan anak.

b. Faktor alat

Alat berarti segala sesuatu yang digunakan dalam mengajar.

Adapun yang menjadi indikator dari alat yaitu buku dan sarana pembelajaran

di sekolah.

c. Kondisi gedung

Kondisi gedung yang dimaksud di sini yaitu keadaan gedung sekolah yang

meliputi letak sekolah serta kondusif tidaknya keadaan kelas saat proses

(63)

d. Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.

Dalam hal ini untuk melihat apakah kurikulum yang dibuat sudah baik

digunakan instrumen waktu sebagai tolak ukur apakah kurikulum yang dibuat

sudah sesuai dengan kebutuhan pembelajaran standar kompetensi mencatat

dikte untuk mempersiapkan naskah siswa di sekolah.

e. Waktu sekolah dan disiplin

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah.

Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan

melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan

administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung seolah, halaman dan

lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam megelola seluruh staf beserta

siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanan kepada siswa.

Yang menjadi indikator dari waktu sekolah dan disiplin yaitu tingkat disiplin

di sekolah.

3.3.4 Faktor lingkungan masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat.

a. Teman bergaul

Teman bergaul yang dimaksud di sini adalah teman bergaul siswa yang

meliputi teman bergaul dilingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal

(64)

Yang menjadi indikatornya yaitu intensitas bergaul dengan teman bergaul

sehigga kita mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kesulitan

belajar siswa.

b. Pengaruh mass media

Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar,

majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan

beredar dalam masyarakat.

Mass media berarti sejumlah besar media komunikasi yang ada dan yang

menjadi indikatornya yaitu seberapa besar pengaruh mass media terhadap

kesulitan belajar siswa.

c. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat berarti aktivitas siswa dalam lingkungan

masyarakat di sekitar siswa tersebut tinggal. Dan yang menjadi indikatornya

adalah tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan yang ada dalam lingkungan

masyarakat sekitar.

3.3.5 Tingkat Kesulitan Belajar Siswa (Y)

Kesulitan belajar siswa adalah dimana anak didik atau siswa tidak dapat

belajar sebagaimana mestinya (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono 1991:88).

Tingkat Kesulitan Belajar Siswa memiliki sebuah indikator, yaitu nilai

prestasi belajar. Semakin nilai rendah maka semakin dipengaruhi oleh variabel

(65)

3.4Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data penelitian digunakan metode pengumpulan

data sebagai berikut :

1. Kuesioner (angket)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi 2006:151). Metode ini digunakan untuk

mengungkap data dari variabel faktor anak didik, faktor sekolah, faktor keluarga,

faktor lingkungan masyarakat terhadap kesulitan belajar siswa pada standar

kompetensi mencatat dikte untuk mempersiapkan naskah pada siswa kelas XI

program keahlian sekretaris di SMK Negeri 2 Blora. Peneliti memilih metode

kuesioner dalam pengumpulan data karena metode kuesioner memberikan

beberapa keuntungan, diantaranya :

a. Dapat dibagikan secara serempak kepada responden

b. Dapat dijawab responden sesuai dengan kecepatan masing-masing dan

menurut wakut senggang responden.

c. Dapat dibuat anonim (tanpa nama) sehingga resonden bebas dan jujur dalam

menjawab.

d. Dapat dibuat standar sehinga semua responden dapat diberi pertanyaan yang

sama.

Penggunaan angket diharapkan akan memudahkan bagi responden dalam

memberikan jawaban karena alternatif jawaban telah tersedia, sehingga untuk

Gambar

Tabel 2 Sarana dan Prasarana Sekolah.........................................................
Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir ...............................................................
Tabel Perhitungan Validitas Dan Reliabilitas Angket ..........
Tabel 1 Prestasi belajar siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga