• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI DAERAH"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

FREDERIK JW TIELMAN

BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR JL. ALFONS NISNONI, KUPANG NTT

PENGELOLAAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI DI DAERAH

(2)

2

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pemanfaatan SDA

Output:

• Kelestarian fungsi LH,

• Peningkatan nilai dukung ekosistem,

• Pemanfaatan berkelanjutan.

Outcome:

Pembangunan berkelanjutan (peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian tata nilai kelangsungan kehidupan)

Pengelolaan LH

Prinsip pengelolaan LH,

1. Pengendalian Kerusakan LH :

• Konservasi SDA (keanekaragaman hayati, Air, Energi, dan SDA Lainnya);

• Kesesuaian peruntukan pemanfaatan/fungsi lahan  Tata ruang/tataguna lahan;

• Pengembangan nilai dukung ekosistem  peningkatan produktivitas lahan/kawasan (nilai tambah, bentuk, dan pola pemanfaatan berkelanjutan);

2. Pengendalian pencemaran LH (Pengelolaan Limbah/Sampah) :

• Minimalisasi limbah/sampah { Teknologi bersih (hemat bahan baku/energi) dan 3R}

• Pengolahan limbah/sampah { Kompos, Biogas, incenerator, Landfill, dll.}

PENGANTAR

(3)

Sumber Daya Alam (SDA):

Terdiri dari unsur-unsur alam. Nilai manfaat unsur tersebut merupakan modal untuk pembangunan ekonomi (peningkatan kesejahteraan

masyarakat). Setiap unsur alam merupakan bagian dari unsur lingkungan hidup dan kelestarian tata-nilai keberadaan unsur tersebut merupakan penentu kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sejak 1st Stockholm Env. Conv.-1972, diketahui bahwa

penopang utama keberhasilan pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk itu,

penerapan kaidah kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam kegiatan pembangunan merupakan hal yang

mutlak dan kegiatan pengelolaannya diawali dengan

kejelasan mengenai elemen/unsur yang dikelola dan/atau

menjadi permasalahan.

(4)

Unsur/elemen keanekaragaman hayati: ekosistem, spesies, dan genetik (dokumen Convention on

Biological Diversity tahun 1992).

Pengelolaan SDA Hayati (Keanekaragaman hayati):

Konsep/prinsip pengelolaan sumber daya alam hayati (keanekaragaman hayati) diawali dengan pemahaman terhadap unsur/elemen dan keterkaitan nilai

keberadaan unsur-unsur sumber daya tersebut.

(5)

Nilai Pemanfaatan SDA Hayati (Keanekaragaman Hayati),

Sumber penyediaan kecukupan pangan, sandang, papan, oba- obatan, berbagai bahan baku industri, pengembangan stok pengadaan tumbuhan/satwa komersial, dan bahan hayati lainnya.

Penyedia jasa lingkungan seperti pengatur tata air, kesuburan tanah, pengendali iklim mikro, habitat hidupan liar, jasa

ekowisata, serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat setempat/lokal.

Menyadari nilai penting keanekaragaman hayati tersebut,

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati melalui UU No.: 5 Tahun 1994.

Merupakan aset/modal pembangunan, yaitu sebagai:

(6)

P engelolaan SDA tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan SDA yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas serta keanekaragamannya (UU No.: 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Hal tersebut meliputi upaya pengelolaan SDA yang menjamin terselenggaranya:

Konservasi SDA adalah:

PENGERTIAN

• Perlindungan kelestarian kelangsungan kehidupan (berlangsungnya proses-proses ekologis dan keletarian sistem penyangga kehidupan);

• Pengawetan SDA, meliputi: (a) kelestarian keanekaragaman hayati

(keanekaragaman ekosistem, spesies, dan genetik); (b) efisiensi/peng- hematan pemanfaatan SDA tak-terbarukan; dan (c) kelestarian tata nilai kondisi bentang alam penopang keberhasilan pemanfaatan SDA secara berkelanjutan (kelerengan/kelandaian lahan, ketinggian lahan dari

permukaan air laut, sistem hidrologi/tata air, jenis tanah, kesuburan, dll.);

• Pemanfaatan SDA secara lestari (kelestarian penopang keberhasilan

pemanfaatan berkelanjutan).

(7)

Keanekaragaman hayati:

Adalah keanekaragaman makhluk hidup di muka bumi dan peran ekologisnya masing-masing yang meliputi

keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman genetik.

Konservasi keanekaragaman hayati:

Adalah upaya pengelolaan keanekaragaman hayati yang menjamin:

a. Perlindungan kelestarian kelangsungan kehidupan (sistem penyangga kehidupan);

b. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistem;

c. Pemanfaatan berkelanjutan.

(8)

Unsur/elemen keanekaragaman hayati,

adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh- menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk

keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

1. Ekosistem:

2. Spesies:

Adalah kumpulan individu makhluk hidup yang mempunyai ciri-ciri genetik sama sehingga antara individu satu dengan yang lain dapat melangsungkan reproduksi.

3. Genetik (sumber daya genetik atau plasma nutfah):

Adalah bahan tanaman, hewan, atau jasad renik yang mempunyai

kemampuan untuk menurunkan sifat dari satu generasi ke generasi

berikutnya.

(9)

Keanekaragaman Ekosistem:

ekosistem alami dan ekosistem buatan/binaan

Sebagai salah satu negara megabiodiversity dan anggota pada Konvensi Keanekaragaman Hayati, Indonesia memiliki komitmen untuk melestarikan

keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yg meliputi berbagai tingkatan, yaitu ekosistem, spesies dan genetik ini merupakan aset pembangunan yang apabila dikelola secara tepat akan menghasilkan manfaat, baik manfaatnya secara ekologis maupun manfaat secara ekonomi. Keanekaragaman hayati pada tingkatan ekosistem sangat bervariasi, terdiri dari ekosistem alami dan

ekosistem buatan dan terletak mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi.

KEANEKARAGAMAN SPESIES (HEWAN)

35 spesies primata, 515 mamalia (kedua di dunia), 515 reptilia (keempat didunia),

1531 spesies burung (kelima di dunia), 270 amfibi (keenam di dunia)

Keanekaragaman Spesies (Tumbuhan)

Indonesia punya 38.000 spesies tumbuhan (kelima di dunia)

(10)

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Undang-undang:

UU 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati & Ekosistemnya,

UU 5 Tahun 1994 tentang Ratifikasi CBD (Pasal 7 CBD mengenai Identifikasi dan Pemantauan  Mengidentifikasi komponen-komponen kehati yang penting bagi konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan),

UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

UU 29 tahun 2001 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah:

PP 21/2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika, PP 7/ 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa,

PP 8/1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan & Satwa,

PP 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam & kawasan Pelestarian Alam,

PP 18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di zona pemanfaatan, taman nasional, taman hutan raya & taman wisata alam,

PP 38/2007 tentang Kewenangan Pemerintah.

Peraturan Menteri LH

Permen LH No.: 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.

(11)

Tujuan Pengelolaan Kehati:

1. Konservasi yang menjamin kelestarian kekayaan keanekaragaman jenis makhluk hidup dan nilai tatanan kelangsungan keanekaraaman kehidupan,

2. Pemanfaatan unsur keanekaragaman hayati dan/atau penyediaan kecukupan kebutuhan bahan hayati secara berkelanjutan (sustainable use), dan

3. Terwujudnya akses pembagian keuntungan yang adil atas pemanfaatan sumber daya gnetik (benefit sharing).

Arah Kebijakan Konservasi Kehati

1. Meningkatkan kepedulian upaya pelestarian Kehati (sosialisasi/pencerahan);

2. Memperlambat, mengurangi/menghentikan laju kerusakan/degradasi dan kepunahan Kehati, diiringi upaya rehabilitasi serta implementasi prinsip pemanfaatan berkelanjutan;

3. Meningkatkan keberdayaan pranata kelembagaan, kebijakan, dan penegakan hukum;

4. Mengembangkan pemanfaatan berkelanjutan, IPTEK dan melestarikan kearifan lokal;

5. Implementation of 3 Goals of the Convention on Biological Diversity

(conservation, sustainable use, and benefit sharing). Indonesia has ratified CBD in 1994 (Act No. 5/1994);

6. Implementation of Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plans (IBSAP), 2003 – 2020;

7. Mewujudkan keadilan, keseimbangan peran/kepentingan dan memperkecil potensi konflik;.

(12)

URUSAN BIDANG LH berdasarkan PP 38/2007

12

1. B3

2. AMDAL

3. Pencemaran Air 4. Pencemaran Udara

5. Pencemaran & atau Kerusakan Pesisir & Laut,

6. Pencemaran/Kerusakan Tanah Akibat Kebakaran Hutan/

Lahan,

7. Pencemaran/Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa, 8. Penanggulangan Pencemaran & Kerusakan Akibat Bencana, 9. SNI,

10. Pengembangan Perangkat Ekonomi Lingkungan, 11. Penerapan SML, Produksi Bersih, Ekolabel

12. Diklat,

13. Pelayanan Bidang Lingkungan,

14. Pembinaan & Pengawasan Otonomi Daerah Bidang LH, 15. Penegakan Hukum Lingkungan,

16. Perjanjian Internasional Bidang Pedal, 17. Perubahan Iklim & Perlindungan Atmosfir, 18. Laboratorium Lingkungan.

2. Sub Bidang Konservasi SDA

19. Keanekaragaman Hayati 1. Sub bidang

Pengendalian Dampak

Lingkungan

(13)

Permeneg LH No.: 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah

No. Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 1. Koordinasi dalam perencanaan konservasi

keanekaragaman hayati skala provinsi.

Koordinasi dalam perencanaan konservasi keanekaragaman hayati skala kab./kota.

• Substansi/objek dan tujuan koordinasi pengelolaan,

• SKPD yang dikoordinasikan

• Pihak yang mengkoordinasi.

• Substansi/objek dan tujuan koordinasi pengelolaan,

• SKPD yang dikoordinasikan,

• Pihak yang mengkoordinasi.

Perencanaan konservasi Kehati skala provinsi:

• In-situ,

• Ex-situ,

• Lekat-lahan,

• Ekosistem penopang keberhasilan pemanfaatan berkelanjutan.

Perencanaan konservasi Kehati skala kabupaten/kota:

• In-situ,

• Ex-situ,

• Lekat-lahan,

• Ekosistem penopang keberhasilan pemanfaatan berkelanjutan.

Bentuk perencanan: RIP Kehati Bentuk perencanaan: RIP Kehati RIP Kehati disusun berdasarkan profil

Kehati skala provinsi. Dokumen RIP ini wajib diintegrasikan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari RPJM provinsi.

RIP Kehati disusun berdasarkan profil Kehati skala kab/kota. Dokumen RIP ini wajib diintegrasikan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari RPJM kab/kota.

SKPD provinsi menetapkan rencana kerja tahunan (RKT) berdasarkan RIP Kehati sebagaimana tercantum di dalam dokumen RPJM provinsi bersangkuutan.

SKPD kab/kota menetapkan rencana kerja tahunan (RKT) berdasarkan RIP Kehati sebagaimana tercantum di dalam dokumen RPJM kab/kota bersangkuutan.

13

(14)

Penyusunan Profil dan RIP Kehati Daerah

Gubernur (Profil Kehati Provinsi)

Bupati/Wali kota (Profil Kehati Kabupaten/Kota) Dilaksanakan oleh tim yang dibentuk oleh:

Perencanaan Konservasi Kehati Daerah

Penyusunan Profil Kehati

Penyusunan RIP Kehati

SKPD menetapkan Renstra

RIP Kehati

diintegrasikan/menjadi bagian dari RPJMD

Renstra dijabarkan dalam Renja SKPD

Program/kegiatan masing-masing SKPD SKPD, UPT, dan pakar yang terkait dengan bidang Kehati

Tim penyusun Profil dan RIP:

(15)

Konservasi dan pemanfaatan Kehati berkelanjutan

Identifikasi kawasan bernilai penting bagi

konservasi Kehati

Kebijakan perencanaan konservasi dan peman-

faatan berkelanjutan

• Kesesuaian peruntukan lahan/kawasan (penetapan tata ruang wilayah);

• Kelestarian tata nilai kelangsungan kehidupan dan tatanan ekosistem penopang keberhasilan pemanfaatan berkelanjutan;

• Pengembangan nilai tambah, pola, dan bentuk pemanfaatan.

(16)

 FLORAdan FAUNA

POTENSI DAN PEMANFAATAN

SUMBERDAYA ALAM HAYATI DI NTT

Di NTT ada 46 jenis satwa yang dilindungi sesuai

UU No. 5 tahun 1990 tentang KSDA Hayati dan

Ekosistemnya yang dijabarkan dalam PP No. 7

tahun 1999 tentang Pengawetan jenis Tumbuhan

dan Satwa atau sekitar 19,50% dari jenis satwa

yang dilindungi di Indonesia. Ke-46 jenis satwa

tersebut termasuk jenis Mamalia, Aves, Reptil,

Insekta, Anthozoa, dan Bivalvia (lihat tabel

berikut).

(17)

Tabel 1. Jenis Mamalia di NTT yang dilindungi UNDANG- undang

N

o Nama Jenis Nama Latin

1 Paus Biru Balaenoptera musculus

2 Paus bersirip Balaenoptera physalus 3 Rusa, sambar (gns Cervus) Cervus spp.

4 Paus (dari semua jenis famili

Cetacea) Cetacea

5 Lumba-lumba air laut Dlphinidae

6 Duyung Dugong dugon

7 Landak Hystrixbrachyura

8 kuskus (semua jenis phalanger) phalanger spp.

9 Lumba-lumba air laut (famili

ziphiidae) Ziphiidae

(18)

Tabel 2. Jenis Aves (Burung) di NTT yang dilindungi Undang-Undang

No Nama Jenis Nama Latin

1 Alap-Alap, Elang (Jns Accipiteridae) Accipitridae 2 Udang, Raja Udang (Jns Alcedinidae) Alcedinidae

3 Pecuk Ular Anhinga melanogaster

4 Kuntul, Bangau Putih Bubulcus ibis

5 Julang, Enggang, Rangkong, Bucerotidae 6 Kangkareng (Fam Bucerotidae) Bucerotidae sp.

7 Kakatua Jambul Kuning Cacatua sulphurea 8 Bangau Hitam, Sandang Lawe Ciconia episcopus

9 Pergam Raja Ducula whartoni

10 Kuntul Karang Egretta sacra

11 Kuntul, Bangau Putih Egretta spp.

12 Alap-Alap Putih, Alap-Alap Tikus Elanus caerulleus

13 Burung Kipas Rhipidura javanica

14 Alap-Alap, Elang (Fam Falconidae) Falconidae

15 Beo Flores Gracula religiosa mertensi

16 Bayan Lorius roratus

17 Burung Gosong Megapodius reintwardtii

18 Sesap, Pengisap Madu (Fam Meliphagidae) Meliphagidae

(19)

Tabel 3. Jenis Reptilia di NTT yang dilindungi Undang-Undang

No Nama Jenis Nama Latin

1 Penyu Hijau Chelonia mydas

2 Buaya Muara Crocodylus porosus 3 Penyu Belimbing Dermochelys coriacea 4 Penyu Sisik Eretmochelys imbricata 5 Penyu Ridel Lepidochelys olivacea 6 Sanca Timor Python timorensis

7 Biawak Komodo, Ora Varanus komodoensis

8 Biawak Timor Varanus timorensis

(20)

Tabel 4. JENIS INSEKTA DAN ANTHOZOA DI NTT YANG DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

No Nama Jenis (insekta) Nama Latin

1 Kupu-kupu raja Troides haliphron

2. Kupu-kupu raja Troides helen

3. Kupu-kupu raja Troides plat

No Nama Jenis (Anthozoa) Nama Latin

1. Akar bahar, koral hitam Antiphates sp

(21)

TABEL 5. JENIS BIVALVIA DI NTT YANG DILINDUNGI UNDANG- UNDANG

No Nama Jenis Nama Latin

Ketam Kelapa Birgus latro

2 Kepala Kambing Cassis cornuta

3 Triton Trompet Charonia tritonis

4 Kima Tapak Kuda, Kima Kuku Beruang Hippopus hipopus

5 Nautilus Berongga Nautilus pompillius

6 Troka, Susu Bundar Trochus niloticus

7 Batu Laga, Siput Hijau Turbo marmoratus

(22)

Permasalahan yang dihadapi :

1.

Menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan

2.

Terjadinya penyusutan sumberdaya alam dan lingkungan

3.

Permasalahan Lingkungan Buatan

4.

Penerapan Standar Mutu Lingkungan Hidup yang masih lemah

5.

Masalah Pemanfaatan Dan Pengurasan Sumber Daya Alam (hutan, tanah, sumberdaya air, keanekaragaman hayati dan sumberdaya pesisir dan laut)

6.

Terjadinya bencana alam

7.

Pencemaran lingkungan

(23)

Faktor Penyebab Belum Optimalnya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Perangkat hukum dan kebijakan nasional maupun daerah mungkin sudah ada, namun kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan, pelaku pembangunan dan masyarakat masih kurang.

Masih terdapat jenis usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan

dampak besar dan penting namun belum memiliki AMDAL atau unit pengelolaan lingkungan atau unit pemantauan lingkungan, sementara izin untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan tersebut sudah berjalan

1

2

(24)

Adalah sulit untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, karena juga tidak mudah untuk menjamin bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan tidak melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan

Belum semua orang mempergunakan haknya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Tidak semua orang menyadari haknya untuk berperan dalam menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan, serta memberikan saran pendapat dalam

pengelolaan lingkungan hidup

3 4 5

Faktor Penyebab Belum Optimalnya Pengelolaan

Lingkungan Hidup

(25)

Gambar

Tabel    1.  Jenis  Mamalia  di  NTT  yang  dilindungi  UNDANG-                     undang
Tabel   2.  Jenis Aves (Burung) di NTT yang dilindungi                     Undang-Undang
Tabel   3.  Jenis Reptilia  di NTT yang dilindungi                     Undang-Undang
Tabel 4. JENIS INSEKTA DAN ANTHOZOA  DI  NTT  YANG                  DILINDUNGI  UNDANG-UNDANG
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah membahas tentang presentasi semigrup 〈 〉 dan 〈 〉, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari presentasi semigrup tersebut dapat dibuat beberapa bentuk

---Bahwa terdakwa SIRAJUDIN RUSLI Bin RUSLI selaku Kepala Desa Babat Kecamatan Tetap Kabupaten Kaur berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Kaur Nomor

Dalam rangka mencapai sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada periode Renstra 2015-2019 maka ditetapkan indikator kinerja yaitu (1) Jumlah laporan pencegahan dan

Bapak Ahmad Jazuli, S.Kom., M.Kom, selaku ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Muria Kudus.. Bapak Ahmad Abdul Khamid S.Kom., M.Kom, selaku pembimbing

Se­ telah melalui proses pemikiran panjang, di dalam film karakter utamanya menemukan jawabannya: “cinta bisa kedaluwarsa, tapi orang yang paling tepat untuk kita akan terus ada

Namun secara multidimensional, ia memiliki berbagai sebutan (fungsi/ posisi) yang sesuai pula dengan esensi dan eksistensinya sebagai Krista.lisasi nilai-nilai budaya dan

Hipotesis ketiga yang diuji adalah terdapat pengaruh antara kompetensi sosial (X 1 ) dan Kecerdasan Spritual (X 2 ) secara bersama-sama terhadap moral kerja (Y) guru SMP Negeri

Kebangkrutan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-