18 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) Di Wisata Pantai Popoh Tulungagung membutuhkan kajian referensi dan batasan pengertian yang memiliki fungsi sebagai dasar dan penentu arah dalam pembahasan. Berikut akan dipaparkan kajian referensi yang relevan dalam pembahasan penelitian ini.
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari berbagai penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai kelebihan dan kekurangan yang sudah ada. Selain itu, dalam rangka mendapatkan informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang bersangkutan dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan landasan teori ilmiah.
Penelitian yang ditulis oleh Maya, Agustini, dan Laurentius (2019) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa keberhasilan Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT) adalah masyarakat itu sendiri. Namun, pada kenyataannya kesadaran dan partisipasi masyrakat lokal Pantai Puru belum maksimal, karena kurangnya kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat dari pariwisata. Kurangnya peran aktif dan kerjasama dari pemerintah daerah, serta ketidak aktifan dari kelompok sadar wisata di Pantai Puru juga menjadi kelemahan yang membuat Pantai Puru tidak maksimal.
Berdasarkan analisis Matriks SWOT penulis menemukan strategi-strategi untuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pantai Puru, diantaranya adalah
19 meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pengelola Pantai Puru, melakukan kerjasama antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan masyarakat, mengoptimalkan kelompok sadar wisata di Pantai Puru.
Rahmawati dan Afifatur (2017) dalam penelitiannya mengidentifikasi potensi dan karakteristik wisata potensial, merumuskan model pemsaran destinasi wisata yang ada di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang, dan menganalisis kesiapan mayarakat serta program-program yang sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten Jombang dalam pengembangan Coummunity Bassed Tourism. Potensi produk wisata di Wonosalam Kabupaten Jombang bisa dikatakan baik diantaranya terdiri dari potensi religi, budaya dan alam. Terdapat pula produk wisata buatan, yakni atraksi budaya masyarakat yang berupa kesenian rakyat, permainan rakyat, upacara adat, legenda atau cerita rakyat yang bisa ditampilkan di depan wisatawan yang datang ke obyek wisata di Kabupaten Jombang untuk memperkaya pengalaman wisatawan. Dengan obyek dan daya tarik wisata yang lengkap maka dapat dilakukan promosi pemasaran dengan program Information Communication Tourism secara terpadu antara obyek wisata religi, alam dan budaya.
Effendi dan Endri (2020) dalam tulisannya menyatakan bahwa proses yang menjadi utama dalam pengembangan pariwisata di Kampung Tanjung Siambal ialah masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan pariwisata. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya pelatihan-pelatihan pengembangan kapasitas bagi masyarakat yang harusnya dilakukan oleh pemerintah tidak berjalan dengan baik sehingga kemampuan masyarakat dalam pengelolaan destinasi pariwisata hanya bisa didapat secara otodidak oleh masyarakat lokal Kampung Tanjung Siambang. Selain itu, penataan pantai dan
20 fasilitas-fasilitas penunjang tidaklah rapi, sehingga tidak dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke wisata tersebut.
Dimas, Wilopo, dan Luchman (2016) penelitian ini menununjukkan bahiwa pengeilolaan Desai iWisata dilakisanakan dengan melailui pengeilolaan sumberi idaya pariiwisata, pemiasaran, maniajemen sumiber dayai imanusia (SDM), dani imanajemen koniflik. Peneriapan communityi ibased itourism dilakisanakan melialui pelesitarian ialam, pelesitarian buidaya, jamiinan tinigkat paritisipasi masiyarakat dani ipemerataan pendiapatan. Tinigkat paritisipasi masyiarakat yaitu citizen control dimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata berada dalam tingkatan dalam puncak tertinggi. Jika poin dalam indicator CBT sudah dikatakan berhasil, maka langkah yang harus ditempuh untuk mengoptimalkan CBT adalah memastikan terjadinya regenerasi dalam pelestarian budaya.
Arieta (2010) menjelaskan haisil dairi peneilitian inii iadalah commiunity
ibased tourismi yangi idilakukan pada masyarakati ipesisir adalah konsepi iyang sangati itepat untuki idiaplikasikan. Berjailannya communityi ibased itourism di kawiasan pesiisir iakan mengiurangi tergantungnya masyiarakat terihadap banituan pemierintah yangi ibersifat kariitatif yang akan berdapak keterigantungan. Dengan diterapkannya community based tourism artinya masyarakat akan mampu mengelola secara maksiimal segiala aktiifitas pariwisataa sesiuai denigan karakiteristik wiliayah melailui tolak ukuri iuji manaijemen keloimpok dani ujii pemberidayaan. Dengan menjadikan kawasani ipesisir sebagaii isuatu kekuatani
idalam pembangunan perekonomiani ikomunitas, tetapi dengan tetapi
imempertahankan ibudaya dengan kearifani ilokal sertai imenjaga kesinambiungan lingkunganiialam agar generasiiimendatang juga ikut merasakannya.
21 Martiarini (2017) mengemukakan hasil dalam penelitiannya bahwa strategi pengembangan desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat Desa Ketenger terdapat 8 strategi yang diantaranya adalah pengkoordinasian antara pengelola desa wisata dengan masyarakat, fasilitas pemerintah memberikan pendanaan untuk mengelola desa wisata, mengembangkat atraksi wisata, mempromosikan Desa Ketenger, analisis program kelembagaan, penyediaan akomodasi, pengelolaan souvenir, dan pengadaan fasilitas umum. Sedangkan pada perspektif ekonomi islam, pengembangan desa wisata terffokus menuju kesejahteraan, adil, serta memanfaatkan lingkungan tanpa merusak lingkungan itu sendiri.
2.2 Deskripsi Teori 2.2.1 Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengembangan adalah, proses, cara, perbuatan mengembangkan.10 Dijelaskan lagi dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia karya WJS Poerwadarminta bahwa pengembangan adlah perbuatan menjadikan bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya).11 Pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan serta memvalidasi suatu produk. Pengembangan dapat berupa proses, produk dan rancangan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2002 Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada
10 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, 2014. Hlml. 201.
11 Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2012.
HLM. 53
22 atau menghasilkan teknologi baru.12 Istighfarotul Rahmaniyah mengatakan bahwa:
“pengembangan terfpokus pada aspek jasmani seperti ketangkasan, kesehatan, cakap, kreatif dan sebagainya. Pengembangan tersebut dilakukan dalam intuisi dan juga luar intuisi seperti dalam keluarga atau masyarakat.”13
Yang dimaksud dengan pengembangan ialah proses menjadikan sesuatu yang sudah ada menjadi suatu yang berguna dan lebih baik lagi.
2.2.2 Pariwisata
1. Pengertian Pariwisata
Dalami Undangi-iUndang Nomori i90 iTahun i1990 itentang Kepariwisataan dijelaskani iwisata merupakan kegiatani iperjalanan iatau sebagiani idari kegiatani itersebut yangi idilakukan secarai isukarela srta berisifat sementarai iuntuk menikmatii obyek dani idaya tariki iwisata, sedaingkan pariiwisata ialah segiala seisuatu yangi berhiubungan dengani
iwisata, terimasuk penguisahaan obyek dani idaya tariki iwisata serita usiaha yaing terikait pada bidiang terisebut.14
Pariiwisata adailah suatu istiilah yaing dibeirikan kepiada seseorang wisiatawan yaing melakiukan suiatu perijalanan. Haliiini menciakup semua hial dimulai darii iperencanaan perijalanan, perijalanan ketempat teritentu, juga kembalinya darii isuatu itempat. Selaini iitu meliputi juiga segala akitivitas perijalanan yaing diliakukan untuk bagiani idari perijalanan yang sedang
12 ibid
13 Istghfarotul Rahmaniyah, Pendidikan Etika, Malang: UIN Maliki Press, 2010. Hlm.2
14 Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 10 Tahun 1990. Kepariwisataan. Dalam https://jdih.kemenkeu.go.id/
23 dilaikukan, segala pemibelian disaat melakukani iperjalanan juga inteiraksi yaing terijadi dalam perijalanan tersebut. Lengkiapnya pariiwisata merupakan segala aktiivitas serta kejadiani iyang terjiadi saat seseoirang melaikukan
isebuah perijalanan.15
Menurut Spillane berpendapat bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, bersifat sementara dan dilakukan dengan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencarii ikeseimbangan ataui ikeserasian dani ikebahagiaan dengani ilingkungan hidupiidalam sebuah dimensiiisosial, alam, budiaya , serta ilimu.16
Seperti yang dijelaskan diatas, maka dapati idisimpulkan bhwa pariiwisata adalah kegiatani iperjalanan yangi imelibatkan baik sesieorang mauoun sekelompoki iorang iyang memiliki tujuan untuki imendapatkan kenikimatan serta memenuhii ihasrat untuk ingini imengetahui suuatu yangi
ibaru di kuruniiwaktu yang ditentukan daniibukan bertujuan untuk mencarii
inafkah atauiimenimbulkan dampakiiekonomi pada masyiarakat.17
Orang yang sedang melakukan pariwisata disebuti iwisatawan, mengatakan wisaitawan merupakan seseiorang maupun sekeilompok oriang yangi sedang melakukaniisuatu perijalanan pariwisata denganiiwaktu tinggal sekurangnya 24i ijam dii daerahi ilain, sedangkan jikai iwaktu wisatanya kuriang dari 24iijam makai bisa disebutiidengan pelaincong. Seseiorang atau kelompok bisa dikaitakan melaikukan perijalanan wisiata jika berisifat sukarela, semeintara, serta tiidak menmpunyai tujuan untukiibekerja.
15 Roberti Christiei Miill; Terij. Trii BudiiiSastrio, Tourismi The iInternational iBussines, Jakarita: PT. i Raja Grafiindo, i2000. iHlm. 25-26.
16 Hasisek Nogi S. Tangkilisan, Kebijakani Dani Manajemeni iOtonomi Daierah, Yogyiakarta:
Lukmainoffset, i2004. Hlm. i209-210.
17 Oka. A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1996. Hlm.133-134
24 2. JenisiiPariwisata
Menurut Pendit, pariwisata dikeloimpokkan imenurut objeki iyang menjadiiidaya itariknya, iyaitu:18
a. Pariwisatai iBudaya, pariwisatai iyang didasarii irasa ingini itahu wisatai yang ada pada budayai ilain, kebiasaian yangi idilakukan, ikepercayaan, sertaiiatraksi budayaiilain;
b. Pariiwisata Kesehatan, merupakan suatuiikegiatan yangiidilakukan iuntuk penyiegarani ijasmanii imaupun irohani, contohnya berkunjungi ike pemaindian airiipanas;
c. Pariwisatai iOlahraga, yakni pariiwisata yangi idilakukan dalami irangka olahriaga, sepierti bepergian dalami irangka periwakilan Negarai idalam pertandinganiiolahraga antariiNegara;
d. PariwisataiiKomersial, adalah pariwisataiiyang idikomersilkan. Biasanya berupai pamerian-pamerian;
e. PariwisataiiIndustri, eratiikaitannya dengani ipariwisata komerisil. Hanyai
isaja objekiiyang ditujui berupaiilingkungan induistri;
f. Pariwisatai iPolitik, merupakan ipariwisata yangi iberkenaan denigan keggiatan poliitik pada suatuiI Negara;
g. Pariwisatai iKonvensi, yaitu pariwisatai iyang menyediakani fasilitasi
itempat pertemuani-ipertemuan atau acarai antariiNegara;
h. Pariiwisata Social, merupakan kegiatan pariwisata yangi idiperuntukkan
ibagi ikelas menengahi ike ibawah. Kegiatani iwisata inii ibiasanya disponsoriiioleh Lembaga-Lembaga tertentu;
18 Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 2006. Hlm. 38
25 i. Pariiwisata Peritanian, yakni pariiwisata yangi memanfaiatkan pada
kegiiatan peritanian (agiriculture) dan produk-iproduknya.
j. Pariiwisata Mariitim, adalah kegiataniiwisata yangiimemanfaatkan pesiona alamiilaut;
k. Pariiwisata CagariiAlam, merupakan kegiataniiwisata dengani berpergian ke temipat cagariialam.
l. Pariiwisata iBuru, adalahi ipariwisata yangi imenyediakan tempati iuntuk beriburu;
m. Pariiwisata Bulani iMadu, ialah pariiwisata yangi diperiuntukkan untuk pasaingan yaing sedang melakiukan perjalan bulaniimadu;
n. Pariiwisata Petuailangan, merupakan kegiatani iberwisata ketempat-
itempat wisata yangi itidak lazimi idikunjungi oleh oriang. Fasiilitas iyang
iada sungguh miniim atiau bahkan tidakiiada. Dalam pariwisata ini semua sanigat berisifat alaimi;
o. Pariiwisata Pilgriim, ialah pariiwisata yangi diperiuntukkan unituk kegiiatan keagamiaan.
Spilliane, membeidakan jenisi-ijenis pariiwisata unituk:19
a. Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism) b. Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism)
c. Pariwisata Untuk Kebudayaan (Cultural Tourism) d. Pariwisata Untuk Olahraga (Sports Tourism)
e. Pariwisata Untuk Usaha Dagang (Bussines Tourism) f. Pariwisata Untuk Berkonvensi (Convention Tourism)
19 Spillane J. J, Pariwisata Indonesia Sejaran Dan Prospeknya, Yogyakarta, Kanisius. 1987
26 Sedangkan Suwiantoro, menggoilongkan pariiwisata dalam beberiapa jeniis, yaituiidari isegi:20
a. Jumliahnya:
1) Indiviidual iTour, dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri,
2) Family Group Tour, dilakukan oleh serombongan keluarga yang satu sama lainnya masih mempunyai kekekerabatan,
3) Group Tour, dilakukan berkelompok minimal 10 orang dengan satu ketua atau penanggung jawab,
b. Kepengaturannya:
1) Prei Arrainged iTour 2) Pacikage iTour 3) Coiach iTour
4) Spiecial Arranged Tour 5) Special Mission Tour 6) Optional Tour
c. Maksudi DaniiTujuan:
1) Holiiday iTour
2) Famiiliarization iTour 3) Edicational Tour d. Penyelenggaraannya:
1) Ekskursi 2) Safiari iTour
20 Suwantoro, Gamal. Dasar-Dasar Pariwisata, Penerbit Andi, Yogyakarta. 2004
27 3) Criuize iTour
4) Yoiuth iTour 5) Wriieck iDiving
Dilihat dari konsepnya Community Based Tourism merupakan pembangunan dari, oleh, dan untuk masyarakat, maka dalam hal ini CBT merupakan bentuk strategi pengembangan pariwisata Family Group Tour.
Partisipasi masyarakat lokal sebagai peleku utama wajib aktif berpartisipasi dalam semua tahap pembangunan wisata, mulai dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan, pengembangan, pemantauan, serta evaluasi demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal tersebut. Begitu juga dengan peran Pemerintah dan stakeholder harus membina dan memotivasi masyarakat agar aktif berpartisipasi dalam pengelolaan pariwisata.21
3. Komponen Pariwisata
Terdapat tujuh komponen dalam sistem pariwisata, yang dimiana komiponen komponen tersebuti imerupakan sektori iutama dalami
ikepariwisataan yangi imemerlukan keterikaitan, keterigantungan, dan keteirpaduan, yaiitu :22
a. Sekitor Pemaisaran (TheiiMarketing iSector)
Menicakup semuai iunit pemaisaran yang ada di dalami iindustri pariiwisata. Misialnya, kanitor promosi daerah tujuan wisata daerah tertentu.
21 Agyo Demartoto, Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Surakarta: UNS Press, 2009.
Hlm. 21.
22 I Gede Pitanai DaniiI KetutiiSurya iDiarta, PengantariiIlmu Pariiwisata, Yogyakartai: Anidi, 2009i. Hlm. 63.
28 b. Sektor Perhubungan (The Carrier Sector)
Sektor ini mencakup segala macam dan bentuk tranportasi public, khususnyai iyang berioperasi disepanjang jaluri itransit iyang menghubungkani itempat asali iwisatawan tersebut dengani itempat
itujuan wisaitawan. Misalinya ibus, keretaiiapi, dll.
c. SektoriiAkomodasi (Thei Accomimodation iSector)
Merupakan penyediai itempat tinggali isementara (pengiinapan) dani berbagai pelayananiiyang berhubunganiidengan hali tersebut. Misalnya penyediaaniimakanan daniiminuman.
d. Sektori Daya Tarik/Atraksi Wisata (The Attraction Sector)
Sektor yang terfokus pada penyediaan daya tarik ataupun atrakasi wisata pada wisatawan. Misalnya hiburan, event, taman budaya, peninggalan budaya, dan sebagainya.
e. Sektor Tour Operator (The Tour Operation Sector)
Mencakup penyedia paket wisata dan perusahaan penyelenggara.
Perusahaan tersebut membuat dan mendesain paket wisata perjalanan dengan dua komponen atau lebih dan memasarkannya alam tingkat harga tertentu.
f. SektoriiPendukung/Rupai-iRupa (Thei Miscellanious iSector)
Menciakup semua pendukung terselienggaranya kegiiatan wisiata dii
iNegara/tempati iasal wisatiawan tersebut, sepanijang rutei itransit, ataupun idi Negiara/temipat tujuani iwisata. Contohnya took olehi-olehi i (souvenir), restoran, travel cek (traveller cheque), daniisebagainya.
29 g. SektoriiPengkoordinasi/Reguilator (TheiiCoordinating iSector)
Pada sektor ini mencaikup perian pemeirintah seliaku asosiasi dani regulator dibidangi wisata selaiku penyeilenggara pariiwisata, baiki idi tingikat loikal, regiional, ataupun interinasional. Biasanya sektori iini menangiani perenicanaan funigsi managerial unituk bisa memibuat sisitem kooridinasi antiara seluiruh sekitor yang berada dalami iindustri pariiwisata. Contoh di tingkak lokial dani nasiional adalah Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI), dan sebagainya. Sedangkan pada tingkat regional dan internasional contohnya adalah World Tourism Organization (WTO), dan sebagainya.
2.2.3 Pariwisata Berbasis Masyarakat (Coummunity Based Tourism)
1. Konsep Community Based Tourism
Community Based Tourism (CBT) merupakan bentuk pariwisata dimana masyarakat lokal diberi kesempatan untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen pengelolaan dan pembangunan pariwisata. Namun masyarakat yang tidak terlibat secara langsung dalam usaha pengelolaan pariwisata juga mendapat keuntungan serta pemberdayaan secara politis dan demokratis juga distribusi keuntungan kepada komunitas kurang beruntung di desa. CBT didefinisikan sebagai pariwisata yang diperhitungkannya aspek keberkelanjutan lingkungan, budaya dan sosial.23 Jadi CBT adalah alat konservasi lingkungan dan pembangunan komunitas atau CBT sebagai alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata secara berkelanjutan.
23 Suansri, Potjana, Community Based Tourism Handbook. Thailand: Rest Project, 2003. Hlm. 139
30 Bagaiimana masyiarakat loikal bisa diberidayakan dani diiikut seritakan daliam pengelolaan pariiwisata daliam ranigka mendapatkan manfaat dari kegiatan pariwisata tersebut, merupakan salah satu poin yang penting dalam proses pengembangan pariwisata berkelanjutan. Mengingat pentingnya masyarakat dalam menjaga lingkungan obyek wisata, maka penulis akan memaparkan defiinisi dairi beberiapa teiori mengienai koinsep pengeimbangan pariiwisata beribasis masiyarakat atau community based tourism (CBT).
Nicole Hausler (2003), mengemukakan gagasan tentang definisi dari Community Based Tourism (CBT), yaitu:24
a. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk ikut mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangaunan pariwisata
b. Masyarakat yang tidak ikut terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga akan mendapatkan keuntungan
c. Menuntut pemberdayaan secara demokratis dan politis dan distribusi keuntungan pada komunitas kurang beruntung di pedasaan.
Pantini daniiFrancis menyusuniiCBT sebagaiiiintegrasi dani kolabiorasi antiara pendeikatan daniialat (toiol) untiuk pemberidayaan ekoinomi komuinitas, melailui asseissment, pengemibangan dani pemiasaran sumiber daiya aliam idan sumberi idaya budayai ikomunitas25. Derimatoto dani iSugiarti mendefiinisikan CiBT sebagaii ipembangunan pariwiisata dairi masiyarakat olehi masyiarakat dani iuntuk masiyarakat.26 Sedangkat meniurut peniulis, konisep Community
24 Hausler, Nicole & Stardas, Wolfgang, Training Manualfor Community Based Tourism.
Zschourtau. 2003
25 Pantin, D, And Francis, J. Community Based Sustainable Tourism, UK: UWI SEDU, 2005. Hlm.
2
26 Dermatoto, Argyo, Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2009. Hlm. 19
31 Based Tourism (CBiT) merupakan pengeimbangan pariiwisata yangi mengharuskan adainya partisipasi, akises, contriol, dain manfiaat untuk komiunitas daliam asipek sosial, ekoinomi, politik, budaiya, dain lingikungan.
2. Prinisip-Prinsip Community Based Tourism
Prinsip Community Based Tourism sebagaimana definisi yang telah disampaikan oleh Suansri (2003), merupakan gagasani untuki imemunculkan wadah berparadigmai barui idalam pengembangan wisata adalahi iuntuk menijaga keberilangsungan pariiwisata tersebut. Oleh karena itu ada terdapat beberaipa priinsip daisar Community Based Tourism (CBiT) yangi disampiaikan Suanisri daliam gagasainnya, yaiitu:
a. Mengakuii, mendukungi idan mengembiangkan kepeimilikan komuinitas dalam industri wisata
b. Mengikiutsertakan angigota komiunitas daliam memiulai setiiap asipek c. Mengemibangkan kebanggan komiunitas
d. Mengemibangkan kuailitas hiidup komuinitas e. Menjiamin keberilanjutan lingikungan
f. Mempiertahankan keuinikan kariakter daniibudaya diareai lokal
g. Memibantu berkembiangnya pembielajaran tenitang peritukaran budiaya padaiikomunitas
h. Mengihargai peribedaan budiaya dani maritabat maniusia
i. Mendistriibusikan keuintungan secaria adiil paida angigota komiunitas j. Berperian dailam menientukan priesentase pendiapatan (pendistiribusian
pendiapatan) daliam prioyek yaing adaiidi komuinitas.27
27 Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism Handbook. Thailand: Rest Project. Hlm.12
32 Sepiuluh dasar priinsip diatas akan menijadi tumipuan, ariah, dani priinsip dasariidari pengembangan pariiwisata supaya keberilanjutannya dapat terijamin. Dalam gagasan Suansri lebih fokus pada kepentingan masyarakat lokal, namun ide utamanya ialah hubungan yang seimbang antara masyarakat lokal dan wisatawan dalam industri pariwisata. Yang dimaksud keseimbangan tersebut adalah dalam hal pembagian keuntungan, status kepemilikan komunitas, upaya bersama dalam menjaga lingkungan, dan hubunigan sosiial buidaya yaing didaisari pada sikiap saliing mengihargai.
Sebagai tindak lanjutnya, Suansri menjabarkan poin-poin yang merupakan aspek utama pengembangan Community Based Tourism (CBT) yang berupa dalam 5 dimensi, yaitu :28
a. Dimensi Ekonomi, dengan indikator :
1) Terciptanya lapangan pekerjaan pada sektor pariwisata 2) Adanya dana untuk pengembangan komunitas
3) Timbulnya pendapatan masyarakat lokal oleh sektor pariwisata b. Dimensi Sosial, dengan indikator:
1) Membangun penguatan organisasi komunitas 2) Meningkatnya kualitas hidup
3) Meningkatnya kebanggan komunitas
4) Pembagian peran adil antara, perempuan, laki-laki,, generasi tua dan muda
28 Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism Handbook. Thailand: Rest Project. Hlm.21- 22
33 c. Dimensi Budaya, dengan indikator:
1) Membantu perkembangan pertukaran budaya
2) Mendorong masyarakat saling menghargai budaya yang berbeda 3) Budaya pembangunan yang melekat dalam budaya lokal
d. Dimensi Lingkungan, dengan indikator:
1) Mengatur pembuangan sampah
2) Meningkatnya keperdulian akan perlunya konservasi 3) Mempelajari carrying capacity area
e. Dimensi Politik, dengan indikator:
1) Meningkatnya partisipasi masyarakat lokal
2) Meningkatnya kekuasaan komunitas yang lebih luas 3) Menjamin hak-hak di dalam pengelolaan SDA 3. Ciri-Ciri Community Based Tourism
Ciri-ciri khusus dalam CBT menurut Hudson (Timothy, 1999) adalah berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal, serta lain kelompok memiliki ketertarikan/minat, yang memberi control lebih besar dalam proses sosial untuk mewujudkan kesejahteraan.29
Nasikun (2001) mengemukakan ciri-ciri pada Community Based Tourism, yaitu:30
a. Oleih kariena kariakternya yaing leibih muidah diorgianisasi dii daliam skiala keicil, jeniis parawisata iniiipada dasarnyaiimerupakan suatuiijenis pariiwisata yangiibersahabat denganiilingkungan, seciara ekoilogis amani
29 Timothy D. J, “Participatory Planning A View Of Tourism In Indonesia”, Annuals Review Of Tourism Research, XXVI (2) 1999. Hlm. 373
30Nasikun. 2001. Bahan Kuliah ; Isu Dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. Magister Administrasi Public. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
34
idan tidiak banyak menimibulkan damipak negative sepeirti yaing dihasiilkan olieh jeniis pariiwisata konviensional yaing beriskala masisif b. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu
mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil, oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal, menimbulkan dampak sosial-kultural yang minimal, dan dengan demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima oleh masyarakat
c. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya, lebih dari pariwisata konvensional yang bersifat massif, pariwisata alternative yang berbasis komunitas memberikan peluang yang lebih besar bagi pertisipasi komunitas lokal untuk melibatkan diri di dalam proses pengambilan keputusan dan di dalam menikmati keuntungan pengembangan industri pariwisata, maka dari iitu lebih memberdayakan masyarakat.
Selain itu, manfaat-manfaat lain yang diakibatkan oleh Community Based Tourism (CBT) adalah dengan adanya partisipasi dimana masyarakat lokal juga dilibatkan dalam segala hal jenis aspek maka masyarakat merasa dibela dengan adanya hal tersebut, serta tidak adanya diskriminasi antara kelompok atau golongan masyarakat manapun. Sehingga, mengakibatkan masyarakat lokal lebih bersemangat dan aktif dalam melestarikan lokal, meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan lokal, serta membangun keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, maka Community Based Tourism (CBT) akan berdampak positif untuk perubahan masyarakat lokal.
35 4. Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam Pariwisata
a. Partisipasi Masyarakat Dalam Pariwisata
Pada saat ini masyarakat juga harus terlibat sebagai subyek dalam pengembangan pariwisata. Masyarakat bukan lagi di tempatkan sebagai obyek yang menurut dengan apa yang sudah diputuskan oleh pemerintah. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pariwisata dapat menimbulkan rasa memiliki dan rasa ingin ikut memelihara potensi pariwisata yang ada di lokasi tersebut. Untuk mengidentifikasi ciri-ciri khusus siapa yang berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata adalah: (Manafie:2003)31
1) Penduduk setempat
Dalam kategori ini dikelompokkannya penduduk setempat menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, status keluarga, pekerjaan pendapatan, dan tempat tinggal sangatlah penting.
2) Pemimpin masyarakat baik formal maupun non formal 3) Pejabat pemerintah
4) Orang asing
b. Enterpreneurship Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata Perkembangan pariwisata pada suatu daerah secara tidak langsung akan berdampak positif pada daerah itu sendiri. Aktivitas dalam pembangunan pariwisata bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Hal tersebut bisa dilihat dari penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor restoran, perhotelan, rumah makan, dan sebagainya. Pariwisata
31 Manafie, Adi Hendrik, Wisatawan Dan Penerimaan Masyarakat Lokal. Salatiga: UKSW Salatiga, 2002. Hlm. 21
36 bisa menjadi bagian dari integrasi pembangunan ekonomi jika bisa menggerakkan sektor pembangunan yang lain. Sebagai contohnya, berbagai hotel memerlukan bahan-bahan makanan seperti sayur dan buah-buahan yang bahan-bahan tersebut disediakan oelh para petani.
Ketika hubungan tersebut berjalan dengan baik atau adanya hubungan simbiosis, maka para ekonom menyebut hal itu sebagai efek pengganda. Jika efek tersebut dijalankan dengan baik, maka akan meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta perekonomian daerah.
Perkembangan pariwisata akan menggerakkan aktivitas masyarakat setempat agar mengembangkan diri sebagai etrepeneur lokal.
Peran entrepreneur local dalam pengembangan pariwisata mempunyai dampak langsung pada perekonomian lokal, jika masyarakat lokal bisa berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata.
Contohnya, pengusaha pariwisata yang berkembang pada kawasan pariwisata mendukung dan memprioritaskan usaha lokal yang dijalankan masyarakat lokal melalui membeli produk barang maupun jasa yang dihasilkan dari usaha masyarakat lokal. Ketika ini dijalankan dengan baik, maka pengusaha lokal dianggap sebagai mitra usaha oleh pengusaha besar.
c. Peran Masyarakat Lokal Dalam Konservasi Lingkungan Hidup
Mengingat bahwa aktivitas pariwisata tidak bisa dipisah dengan daya lingkungan tersebut, maka pada bagian ini akan dibahas konsep- konsep peran komunitas masyarakat dalam konservasi lingkungan.
Budaya modernisasi pada pembangunan menyebabkan beberapa
37 perubahan dalam kualitas hidup manusia serta gaya hidup konsumtifnya juga peningkatan kualitas oenduduk yang perlu akan dukungan sumber daya tinggi. Oleh karena itu, pentingnya menjaga kondisi lingkungan agar selalu terpelihara dan menjaga kelestariannya sangat penting untuk dibaha, supaya kelak untuk saat ini dan dikemudian hari dapat bermanfaat.
Secara tidak disadari, sektor pariwisata juga ikut berpartisipasi untuk memperburuk kondisi lingkungan. Sebagai contohnya, dalam beberpa penelitian banyak dijumpai akibat dari pengembangan wisata di Bali mengakibatkan terjadinya krisis lahan, air bersih, serta beberapa persoalan pembangunan yang diakibatkan oleh pembangunan fisik, seperti restoran , lapangan golf, hotel, dan lain sebagainya.
Terlibatnya masyarakat lokal merupakan syarat mutlak tercapainya pengembangan pariwisata berkelanjutan. Pembangunan harus menerapkan kembali local knowledge, traditional knowledge, dan etnoscience. Oleh sebab itu, agar bisa menjaga dan meminimalkan krisis lingkungan global, maka sangat dibutuhkannya tanggung jawab dan peran komunitas lokal dalam menjaga sebuah ekosistem lokal.
d. Perian Pemiimpin Loikal (Locali Leaider) Dalam Pengembangan Pariwisata
Dalam suiatu komiunitas atau organisasi, kepemimpinan menjadi faktor yang sangat penting dalam penentuan pencapaian organisasi.
Pemimpin berperan penting dalam penentuan keberihasilan suiatu kegiiatan yaing dilakiukan. Perian tersebut yangi menentukan perigerakan
38 ariah yaing beribeda atiau budiaya atiau metiode operiasi. Yang menjadi daya tarik seorang pemimpin adalah integritas, kematangan, konsisten, keuletan, dan antusiasme. Karakter yang solid juga harus dimiliki seorang pemimpin.
Konsep peniting daliam perian komiunitas loikal pada pengemibangan pariiwisata berikelanjutan, salah satunya perian pemiimpin loikal. Perian pemiimpin lokial menijadi utama daliam sebiuah komiunitas, mengiingat pemimpin lokal terisebut sanigat mengienal angigota komuinitasnya. Jadi apaun yangi dikerjakan ataui disampaikan olehi sosok tersiebut, diangigap sesiuatu yaing hairus ditiriu. Sehingga peran pemimpin lokal bisa diyakini mampu bersama dengan komunitas masyarakat lokal berpartisipasi dalam tercapainya tujuan pariwisata yang berkelanjutan.