• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1585/B/PK/PJK/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1585/B/PK/PJK/2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PUTUSAN

Nomor 1585/B/PK/PJK/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

Memeriksa permohonan peninjauan kembali perkara pajak telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara:

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, tempat kedudukan di Jalan Jenderal AF Nomor 40 - 42, Jakarta, XXXX0;

Dalam hal ini memberi kuasa kepada:

1. AA, jabatan Direktur Keberatan dan Banding, Direktorat Jenderal Pajak;

2. BB, jabatan Kepala Sub Direktorat Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

3. CC, jabatan Kepala Seksi Peninjauan Kembali, Sub Direktorat Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

4. DD, jabatan Penelaah Keberatan, Sub Direktorat Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

Keempatnya berkantor di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jalan Jenderal AF Nomor 40 - 42, Jakarta, XXXX0, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor SKU-1633/PJ./2012 tanggal 19 Oktober 2012;

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Terbanding;

melawan:

PT. FGH, tempat kedudukan di Jalan FG Kav. 3A, Semper Timur, Jakarta Utara, XXXX0;

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Banding;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Terbanding telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Banding, dengan posita perkara sebagai berikut:

Bahwa dengan diterbitkannya Surat Keputusan Terbanding Nomor: Kep- 207/WPJ.21/2011 tanggal 8 Juni 2011 yang

Pemohon Banding terima tanggal 10 Juni 2011 tentang Pembetulan atas Keputusan Nomor: Kep-184/WPJ.21/2011 tanggal 27 Mei 2011 yang Pemohon Banding terima tanggal 30 Mei 2011 perihal Menerima Sebagian keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Periode Januari-Desember 2008 Nomor: 00065/207/08/046/10 tanggal 25 Juni 2010;

Bahwa melalui surat ini Pemohon Banding mengajukan Banding atas Keputusan Terbanding Nomor: Kep-207/WPJ.21/2011 tanggal 8 Juni 2011 tentang pembetulan Nomor: Kep-184/WPJ.21/2011 tanggal 27 Mei 2011;

Bahwa besarnya SKPKB PPN Nomor: 00065/207/08/046/10 tanggal 25 Juni 2010 yang diterbitkan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh KPP Madya Jakarta Utara adalah:

Dasar Pengenaan Pajak

Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutang PPN Pajak Keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan

Dibayar dengan NPWP sendiri PPN yang lebih dibayar

Pajak yg dikompensasikan ke masa Pajak berikutnya PPN yang kurang dibayar

: Rp. 572.198.904.956,00 : Rp. 53.933.001.959,00 : Rp. 44.407.100.370,00 : Rp. 10.270.060.479,00 : Rp. 744.158.890,00 : Rp. 2.337.224.029,00 : Rp. 1.593.065.139,00

Bahwa perhitungan tersebut di atas diterima sebagian dalam surat keputusan keberatan Nomor: Kep-184/WPJ.21/2011 tanggal

(2)

27 Mei 2011 sebagaimana dibetulkan dengan Kep-207/WPJ.21/2011 tanggal 8 Juni 2011 dengan rincian sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak

Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutang PPN Pajak Keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan

Dibayar dengan NPWP sendiri PPN yang lebih dibayar

Pajak yg dikompensasikan ke masa Pajak berikutnya PPN yang kurang dibayar

: Rp . 572.198.904.956,00 : Rp. 53.933.001.959,00 : Rp. 44.469.981.015,00 : Rp. 10.270.060.479,00 : Rp. 807.039.535,00 : Rp. 2.337.224.029,00 : Rp. 1. 530.184.494,00

Bahwa perhitungan PPN menurut Pemohon Banding adalah sebagai berikut : Dasar Pengenaan Pajak

Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutang PPN Pajak Keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan

Dibayar dengan NPWP sendiri PPN yang lebih dibayar

Pajak yg dikompensasikan ke masa Pajak berikutnya PPN yang kurang dibayar

: Rp. 572.198.904.956,00 : Rp. 53.933.001.959,00 : Rp. 44.904.616.180,00 : Rp. 10.270.060.479,00 : Rp. 1.241.674.700,00 : Rp. 2.337.224.029,00 : Rp. 1.095.549.329,00

Bahwa rincian pos yang dikoreksi oleh Terbanding adalah sebagai berikut :

No Pos yang dikoreksi Jumlah Koreksi Menurut Pemohon Banding 1 Pajak Masukan atas jasa

perantara PT.DFG, Dikoreksi karena mengikuti koreksi positif atas biaya jasa perantara dari PPh Badan

Rp.434.635.165 Pemohon Banding Tidak setuju atas koreksi tersebut, menurut Pemohon Banding biaya ini merupakan biaya langsung yang berkaitan dengan usaha Pemohon Banding sebagai dealer untuk produk unit QQ truck dan RR dan merupakan bagian dari harga pokok penjualan Pemohon Banding, disamping itu PPN atas transaksi tersebut sudah dibayar oleh Pemohon Banding

Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:

Menyatakan mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP- 184/WPJ.21/2011 tanggal 27 Mei 2011 sebagaimana telah dibetulkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP- 207/WPJ.21/2011 tanggal 8 Juni 2011, tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2008 Nomor: 00065/207/08/046/10 tanggal 25 Juni 2010, atas nama: PT. FGH, NPWP 0X.XXX.XXX.X-0XX.000, Jenis Usaha : Dealer Truk, beralamat di Jalan FG Kav. 3A, Semper Timur, Jakarta Utara, XXXX0, sehingga perhitungan Pajak Pertambahan Nilai menjadi sebagai berikut:

Pajak Keluaran

Pajak yang dapat diperhitungkan Dibayar dengan NPWP sendiri

PPN yang masih Kurang/(Lebih) Bayar Dikompensasi Ke Masa Pajak Berikutnya PPN Kurang di Bayar

Sanksi Administrasi, berupa:

- Bunga Pasal 13 (2) KUP - Kenaikan Pasal 13 (3) KUP PPN yang masih harus dibayar

Rp 53,933,001,959.00 Rp 44,904,616,180.00 Rp 10,270,060,479.00 (Rp 1,241,674,700.00) Rp 2,337,224,029.00 Rp 1,095,549,329.00 Rp 67,539,202.00 Rp 845,288,524.00 Rp 2,008,377,056.00

(3)

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.38998/PP/M.III/16/ 2012 tanggal 29 Juni 2012 diberitahukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 26 Juli 2012, kemudian terhadapnya oleh Pemohon Peninjauan Kembali dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 19 Oktober 2012 diajukan permohonan peninjauan kembali secara tertulis di Kepaniteraan Pengadilan Pajak pada tanggal 23 Oktober 2012, dengan disertai alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada tanggal 23 Oktober 2012;

Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama pada tanggal 26 Desember 2012, kemudian terhadapnya oleh pihak lawannya diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada tanggal 19 Maret 2013;

Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, juncto Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, maka permohonan peninjauan kembali tersebut secara formal dapat diterima;

ALASAN PENINJAUAN KEMBALI

Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan-alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:

I. Tentang Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali;

1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 77 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut dengan UU Pengadilan Pajak) menyatakan sebagai berikut : “Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.”

2. Bahwa ketentuan Pasal 91 huruf e UU Pengadilan Pajak menyatakan :

“Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan berdasarkan alasan sebagai berikut :

e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.”

3. Bahwa dalam putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak Nomor: Put. 38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012, yang amarnya menyatakan mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-184/WPJ.21/2011 tanggal 27 Mei 2011 sebagaimana telah dibetulkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-207/WPJ.21/2011 tanggal 8 Juni 2011, tentang

keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2008 Nomor : 00065/207/08/046/10 tanggal 25 Juni 2010, atas nama: PT. FGH, NPWP :

0X.XXX.XXX.X-0XX.000, tidak memperhatikan atau mengabaikan fakta yang menjadi dasar pertimbangan dalam koreksi yang dilakukan Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) tersebut, sehingga Majelis Hakim menghasilkan putusan yang tidak adil dan tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

4. Bahwa kekhilafan dan kekeliruan penerapan hukum yang dilakukan oleh Majelis Hakim pada tingkat banding di Pengadilan Pajak yang nyata-nyata tersebut terdapat dalam pertimbangan hukum yang bertentangan atau tidak sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku sehingga menghasilkan putusan yang tidak adil.

II. Tentang Formal Jangka Waktu Pengajuan Memori Peninjauan Kembali;

1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 92 ayat (3) UU Pengadilan Pajak, menyatakan sebagai berikut :

“Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud Pasal 91 huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim”.

2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 11 UU Pengadilan Pajak, menyatakan sebagai berikut :

“Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimile, atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.”

3. Bahwa Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put. 38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012, atas nama : PT.

FGH (Termohon Peninjauan Kembali / (semula Pemohon Banding)), telah diberitahukan secara patut oleh Pengadilan Pajak melalui Surat Sekretariat Pengadilan Nomor : P.4938/SP.23/2012 tanggal 24 Juli 2012 hal Pengiriman Putusan Pengadilan Pajak dan diterima secara langsung oleh Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) pada tanggal 31 Juli 2012 sesuai dengan surat tanda terima dokumen Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Nomor Dokumen : X0XX0XXX000X000X.

(4)

4. Bahwa dengan demikian, pengajuan Memori Peninjauan Kembali atas Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.

38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012 ini, masih dalam tenggang waktu yang diijinkan oleh Undang- undang Pengadilan Pajak atau setidak-tidaknya antara tenggang waktu pengiriman/pemberitahuan Putusan Pengadilan Pajak tersebut dengan Permohonan Peninjauan Kembali ini belum lewat waktu sebagaimana telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga oleh karenanya sudah sepatutnya Memori Peninjauan Kembali ini diterima oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia.

III. Tentang Pokok Sengketa Pengajuan Memori Peninjauan Kembali;

Bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam permohonan Peninjauan Kembali ini adalah:

Tentang Koreksi Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2008 atas Jasa Perantara sebesar Rp 434.635.165,00 yang tidak dipertahankan oleh Majelis Hakim Pengadilan Pajak.

IV. Tentang Pembahasan Pokok Sengketa Peninjauan Kembali;

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put. 38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012, maka dengan ini menyatakan sangat keberatan atas putusan Pengadilan Pajak tersebut, karena pertimbangan hukum yang keliru dan tidak tepat sehingga menghasilkan putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (contra legem), khususnya peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, dengan dalil-dalil dan alasan-alasan hukum sebagai berikut:

Tentang Koreksi Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2008 atas Jasa Perantara sebesar Rp434.635.165,00 yang tidak dipertahankan oleh Majelis Hakim Pengadilan Pajak;

1. Bahwa pokok sengketa banding yang diajukan Peninjauan Kembali adalah Koreksi Pajak Masukan atas Jasa Perantara sebesar Rp 434.635.165,00 yang terkait dengan koreksi Biaya Jasa Perantara pada PPh Badan Tahun 2008 yang telah diputus dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.38997/PP/M.III/15/2012 tanggal 29 Juni 2012 yang juga Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) mohonkan Peninjauan Kembali ke

Mahkamah Agung RI.

2. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) sangat keberatan dengan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

Halaman 13 Alinea ke-2 sd. 4:

“Bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put-38997/PP/M.III/15/2012 yang telah diucapkan oleh Hakim Ketua dalam sidang terbuka untuk umum pada Hari Jumat, tanggal 29 Juni 2012, dalam amar putusannya menyatakan bahwa terkait jasa perantara termasuk dalam biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang¬undang Nomor 36 Tahun 2008, sehingga dapat dibiayakan.”

“Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas Majelis berpendapat bahwa atas Pajak Masukan terkait biaya jasa perantara yang telah dibayar Pemohon Banding dapat diperhitungan dalam penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar.”

“Bahwa mengingat juga Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menyatakan bahwa : "Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan

berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim"

serta dalam Memori Penjelasan pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menyatakan bahwa : "Keyakinan Hakim didasarkan pada penilaian pembuktian dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan", Majelis berpendapat bahwa koreksi Pajak Masukan atas biaya jasa perantara yang dikoreksi sebesar Rp434.635,165,00, dibatalkan.”

3. Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012 tersebut di atas, maka Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) dengan ini menyatakan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang telah memeriksa dan mengadili sengketa banding tersebut telah salah dan keliru atau setidak-tidaknya telah membuat suatu kekhilafan (error facti) dalam membuat pertimbangan-pertimbangan hukumnya dengan telah mengabaikan dasar hukum dan atau prinsip perpajakan yang berlaku sehingga hal tersebut nyata-nyata telah melanggar asas kepastian hukum dalam bidang perpajakan di Indonesia.

4. Bahwa berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 (selanjutnya disebut dengan UU PPN) yang menyatakan :

Pasal 9 ayat (8) huruf b:

“Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk:

(5)

b. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha.”

Penjelasan:

Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha.

5. Bahwa ketentuan UU Pengadilan Pajak menyebutkan sebagai berikut : Pasal 78 :

“Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan hakim”

Penjelasan Pasal 78:

“Keyakinan Hakim didasarkan pada penilaian pembuktian dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan.”

6. Bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan berdasarkan hasil pemeriksaan sengketa banding di Pengadilan Pajak sebagaimana telah dituangkan dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012 serta berdasarkan penelitian atas dokumen-dokumen milik Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding), maka telah dapat diketahui secara jelas dan nyata- nyata adanya fakta-fakta dalam persidangan sebagai berikut:

6.1. Bahwa pokok sengketa banding adalah Koreksi Pajak Masukan Masa Pajak Januari s.d. Desember 2008 sebesar Rp 434.635.165,00 yaitu atas Jasa Perantara karena sesuai dengan koreksi Biaya Jasa Perantara di PPh Badan yang dianggap tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding).

6.2. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) pada sengketa PPh Badan sebagaimana tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.

38997/PP/M.III/15/2012, diketahui bahwa atas Biaya Jasa Perantara sebesar Rp3.295.511.396,00 dikoreksi oleh Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) karena merupakan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding), karena berdasarkan kontrak perjanjian Pengangkatan Dealer antara Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dengan ATPM (PT. OPQ) secara substansi adalah merupakan transaksi jual-beli, sehingga unsur jasa perantara tidak seharusnya ada.

6.3. Bahwa Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) tidak setuju dengan koreksi yang dilakukan Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) atas Pajak Masukan sebesar Rp434.635.165,00 tersebut, karena menurut Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) biaya ini merupakan biaya langsung berkaitan dengan usaha Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) sebagai dealer untuk produk unit truck QQ dan RR, sehingga PPN masukan yang berkaitan dengan biaya tersebut bisa dikreditkan, disamping PPN atas transaksi tersebut sudah dibayarkan oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding).

6.4. Bahwa berdasarkan hasil analisis evaluasi terhadap pokok sengketa dan data-data yang ada, Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) berpendapat bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam sengketa ini selain masalah yuridis juga masalah pembuktian, atas pengkreditan Pajak Masukan atas Jasa Perantara yang terkait dengan sengketa koreksi di PPh Badan.

6.5. Bahwa berdasarkan data dan fakta yang ada, diketahui bahwa atas transaksi pembelian unit kendaraan maupun spare parts yang dilakukan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) selaku Dealer kepada pihak ATPM, pihak ATPM mengenakan Biaya Jasa Perantara sesuai kontrak Perjanjian Pengangkatan Dealer, dan juga memungut PPN, dimana sesuai dengan nilai sengketa banding ini yaitu PPN Masukan sebesar Rp434.635.165,00.

6.6. Berdasarkan data dan fakta yang terungkap diketahui bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) melakukan koreksi Pajak Masukan sebesar Rp434.635.165,00 tersebut karena tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha, yang terkait koreksi Biaya Jasa Perantara pada sengketa PPh Badan.

(6)

6.7. Bahwa berdasarkan hasil analisis terhadap Putusan Pengadilan Pajak Nomor:

Put.38997/PP/M.III/15/2012 atas sengketa koreksi Biaya Jasa Perantara pada PPh Badan, Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) menyatakan sebagai berikut :

Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) meyakini bahwa koreksi atas Biaya Jasa Perantara sebesar Rp3.295.511.396,00 tersebut adalah sudah tepat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, karena berdasarkan penjelasan skema alur transaksi yang disampaikan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) di persidangan.

Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) berpendapat bahwa alur transaksi pembelian yang terjadi antara pihak Dealer dengan ATPM tidak lazim dilakukan, dimana setiap transaksi pembelian yang dilakukan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) baik atas unit kendaraan maupun suku cadang kepada pihak ATPM, pihak ATPM seolah-olah hanya berperan sebagai pihak perantara saja, dengan meneruskan Purchase Order Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) kepada pihak QQ Truck Corporation di Luar Negeri.

Bahwa menurut pendapat Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding), pihak ATPM terutama untuk sektor otomotif pada umumnya adalah pihak yang melakukan impor barang untuk kemudian dipasarkan di dalam negeri melaui Dealer-dealer, sehingga kemudian Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) melakukan koreksi atas transaksi yang terjadi antara Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) (pihak Dealer) dengan PT. OPQ (pihak ATPM) yang secara substansi murni merupakan transaksi jual-beli, sehingga unsur jasa perantara tidak seharusnya ada, sehingga biaya jasa perantara yang ditagih oleh PT. OPQ tidak semestinya ada.

Bahwa pendapat Pemohon peninjauan Kembali (semula Terbanding) atas ketidaklaziman alur transaksi yang menurut Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) telah sesuai dengan kontrak perjanjian Pengangkatan Dealer oleh pihak ATPM, didukung pula dengan adanya hubungan istimewa antara Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) selaku Dealer yang bergerak di bidang distribusi dan perdagangan alat berat berikut suku cadang dan jasa pelayanan serta perawatan terutama untuk merk QQ dengan PT. OPQ selaku pihak ATPM dimana berdasarkan data pemegang saham kedua pihak pada pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2008, diketahui PT. KK Tbk.

memiliki 67.5% saham PT. FGH, sedangkan 75% saham PT. OPQ dimiliki pula oleh PT.

KK Tbk. secara tidak langsung (90% saham PT. OPQ dimiliki PT. IMG Sejahtera Langgeng, sedangkan 75% saham PT. IMG Sejahtera Langgeng dimiliki PT. KK Tbk), Dengan demikian, sehingga sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh dapat dipastikan bahwa antara Pemohon Banding dengan PT. OPQ terdapat hubungan istimewa, sehingga transaksi yang terjadi dalam hal ini pembebanan biaya Jasa Perantara oleh pihak PT. OPQ kepada Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dipengaruhi hubungan istimewa, dan hal tersebut tidak dilakukan pengujian lebih lanjut oleh Majelis Hakim, bahwa apakah pembebanan biaya Jasa Perantara oleh PT. OPQ kepada Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) sebagaimana tertuang dalam kontrak Perjanjian Pengangkatan Dealer, berlaku pula untuk Dealer-dealer lainnya.

6.8. Bahwa oleh karena berdasarkan hasil penelitian terhadap Putusan Pengadilan Pajak atas PPh Badan Tahun 2008 terhadap sengketa Koreksi Fiskal Positif atas Biaya Jasa Perantara sebesar Rp3.295.511.396,00, diketahui bahwa nyata-nyata koreksi Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) sudah tepat sesuai dengan data dan fakta yang terungkap di persidangan, serta mengacu pada ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku, bahwa biaya tersebut tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha, maka dengan demikian, terkait pokok sengketa banding koreksi Pajak Masukan sebesar Rp434.635.165,00 atas Jasa Perantara tersebut sesuai ketentuan tidak dapat dikreditkan.

6.9. Bahwa hal tersebut di atas, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN yang menyebutkan :

“Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk:

b. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha”.

(7)

7. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) berpendapat bahwa putusan Majelis Hakim yang menyatakan bahwa Pajak Masukan terkait biaya jasa perantara yang telah dibayar Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dapat diperhitungan, sehingga koreksi Pajak Masukan atas biaya jasa perantara sebesar Rp434.635.165,00 dibatalkan, menurut Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak tersebut nyata-nyata tidak sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

8. Dengan demikian, berdasarkan fakta-fakta yang telah diuraikan di atas, serta mengacu pada ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku, Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) berpendapat bahwa terbukti adanya kelemahan Majelis Hakim dalam melakukan pemeriksaan dan penilaian pembuktian atas sengketa koreksi Pajak Masukan atas biaya jasa perantara sebesar Rp434.635.165,00 yang membatalkan koreksi Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) tersebut dan mengabulkan seluruhnya permohonan Termohon

Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding), sehingga nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku, dimana Putusan Pengadilan Pajak tidak memenuhi ketentuan Pasal 78 beserta

penjelasannya UU Pengadilan Pajak karena putusan diambil tidak berdasarkan hasil penilaian pembuktian dan peraturan perundangundangan perpajakan yang bersangkutan.

9. Bahwa dengan demikian, telah terbukti pula secara nyata-nyata bahwa amar pertimbangan dan amar putusan (dictum) Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang telah dituangkan dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.

38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012 tersebut telah dibuat dengan tidak berdasarkan kepada fakta-fakta yang ada dan yang telah nyata-nyata terungkap dalam pemeriksaan sengketa banding tersebut, sehingga telah terbukti secara nyata-nyata melanggar ketentuan Pasal 78 dan Pasal 91 huruf e UU Pengadilan Pajak dan Penjelasannya dan oleh karena itu atas Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put. 38998/PP/M.III/ 16/2012 tanggal 29 Juni 2012 tersebut harus dibatalkan.

V. Bahwa dengan demikian, Putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak Nomor: Put.38998/PP/M.III/16/2012 tanggal 29 Juni 2012 yang menyatakan:

Menyatakan mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP- 184/WPJ.21/2011 tanggal 27 Mei 2011 sebagaimana telah dibetulkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-207/WPJ.21/2011 tanggal 8 Juni 2011, tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2008 Nomor : 00065/207/08/046/10 tanggal 25 Juni 2010, atas nama: PT.FGH , NPWP : 0X.XXX.XXX.X-0XX.000, Jenis Usaha: Distributor Truk, beralamat di Jalan FG Kav. 3A, Semper Timur, Jakarta Utara, 14130, dihitung kembali menjadi sebagaimana di atas;

adalah tidak benar serta telah nyata-nyata bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut, Mahkamah Agung berpendapat:

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan, karena Putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor KEP-184/WPJ.21/2011 tanggal 27 Mei 2011 sebagaimana telah dibetulkan dengan Keputusan Terbanding Nomor: KEP-207/ WPJ.21/2011 tanggal 8 Juni 2011 mengenai Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2008 Nomor: 00065/207/08/046/10 tanggal 25 Juni 2010 atas nama Pemohon Banding, NPWP : 0X.XXX.XXX.X-0XX.000, sehingga pajak yang masih harus dibayar menjadi Rp2.008.377.056,00; adalah sudah tepat dan benar, dengan pertimbangan:

1. Bahwa alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu Koreksi Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2008 atas Jasa Perantara sebesar Rp434.635.165,00;

yang tidak dipertahankan oleh Majelis Hakim Pengadilan Pajak tidak dapat dibenarkan, karena setelah meneliti dan menguji kembali dalil-dalil yang diajukan dalam Memori Peninjauan Kembali oleh Pemohon Peninjauan Kembali dihubungkan dengan Kontra Memori Peninjauan Kembali tidak dapat menggugurkan fakta-fakta dan melemahkan bukti- bukti yang terungkap dalam persidangan serta pertimbangan hukum Majelis Pengadilan Pajak, karena dalam perkara a quo memiliki hubungan hukum (Innerlijke Samenhang) terhadap Putusan Badan Peradilan Pajak yang telah

Berkekuatan Hukum Tetap (BHT) Nomor Put-38997/PP/M.III/15/2012 yang diucap pada sidang terbuka untuk umum pada hari Jum'at tanggal 29 Juni 2012 yang pertimbangan hukumnya menyatakan terkait jasa perantara substansi

(8)

tersebut memiliki hubungan langsung dengan 3M (Mendapatkan, Menagih dan Memelihara) penghasilan, sehingga Pajak Masukan dapat dikreditkan, dan oleh karenanya koreksi Terbanding (sekarang Pemohon Peninjauan Kembali) dalam perkara a quo tidak dapat dipertahankan karena tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Penjelasan Pasal 29 ayat (2) Alinea Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo Pasal 9 ayat (8) huruf b jo Pasal 9 ayat (2) dan ayat (9) Undang-Undang Pajak

Pertambahan Nilai;

2. Bahwa dengan demikian, tidak terdapat Putusan Pengadilan Pajak yang nyata-nyata bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 91 huruf e Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali: DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut tidak beralasan, sehingga harus ditolak;

Menimbang, bahwa dengan ditolaknya permohonan peninjauan kembali, maka Pemohon Peninjauan Kembali dinyatakan sebagai pihak yang kalah, dan karenanya dihukum untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali ini;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak serta peraturan perundang-undangan yang terkait;

MENGADILI,

Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali: DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut;

Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu Rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Senin, tanggal 19 Desember 2016 oleh H.

XYZ, S.H., M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. M. FFF, S.H., M.S. dan GGG, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh HHH, S.H., M.H., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

Anggota Majelis : ttd/

Dr. H. M. FFF, S.H., M.S.

ttd/

GGG, S.H., M.H.,

Biaya – biaya :

1. M e t e r a i……….. Rp 6.000,00 2. R e d a k s i……….. Rp 5.000,00 3. Administrasi ………..…. Rp 2.489.000,00 Jumlah ………. Rp 2.500.000,00

Ketua Majelis:

ttd/

H. XYZ, S.H., M.H.,

Panitera Pengganti ttd/

HHH, S.H., M.H.,

(9)

Untuk salinan Mahkamah Agung RI

atas nama Panitera

Panitera Muda Tata Usaha Negara, H. Ashadi, S.H.

NIP. : 19540827 198303 1 002

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Keputusan Terbanding Nomor : KEP-1446/WPJ.19/2013 tanggal 23 Oktober 2013 sebesar Rp2.069.668.760 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Bahwa putusan Majelis tersebut tidak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku yang mengatur bahwa Surat Keterangan Domisili sudah harus dimiliki oleh Termohon Peninjauan

Surat bantahan dari Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) Nomor GB-COJF-VEN-L-00444 tanggal 25 Januari 2012 menyatakan “Dengan demikian seharusya Terbanding

Bahwa menurut Pemohon Banding, dalam penjelasan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM tersebut jelas-jelas disebutkan bahwa yang dimaksud dengan terutangnya pajak pada

Bahwa pokok sengketa banding adalah koreksi Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) atas Pajak Masukan sebesar Rp171.497.554,00 yang digunakan untuk menghasilkan Tandan

Bahwa terkait perbedaan pendapat antara Pemohon Peninjauan Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali yaitu apakah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

Peninjauan Kembali tidak dapat menggugurkan fakta-fakta dan melemahkan bukti-bukti yang terungkap dalam persidangan serta pertimbangan hukum Majelis Pengadilan Pajak, karena

Bahwa terhadap permasalahan eksportasi yang melampaui tanggal perkiraan ekspor dan barang ekspor dimuat diluar kawasan pabean berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf c dan Pasal