• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEMANFAATAN AGREGAT PADA LOKASI TAMBANG EMAS DARI KECAMATAN SEPANG UNTUK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET BASE (HRS-BASE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN PEMANFAATAN AGREGAT PADA LOKASI TAMBANG EMAS DARI KECAMATAN SEPANG UNTUK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET BASE (HRS-BASE)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ch. 7, pp. 799-808, ISBN: 979-95721-2-19

799

transportation infrastructures FSTPT

Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi

KAJIAN PEMANFAATAN AGREGAT PADA LOKASI TAMBANG EMAS DARI KECAMATAN SEPANG UNTUK

CAMPURAN HOT ROLLED SHEET BASE (HRS-BASE)

Frans Licardo Saragih Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya

Hp. +6281397929410 Fax. (0536) 3226487 edosaragih14@gmaill.com

Desriantomy Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya

Hp. +6281352766899 Fax. (0536) 3226487 desriantomy@yahoo.co.id

Suradji Gandi Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya

Hp. +6282156233366 Fax. (0536) 3226487 suradjigandiir@gmail.com

Abstract

Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas Central of Kalimantan Province, is kecamatan that has source sizeable which is large enough as material mixture of road pavement. Material which will be use must be specified regulation whom decided by Bina Marga, therefore this research was review about the use of White Stone of gold mine residue from Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas as aggregate to mixture Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base). Base on reaserch physical charactristics of aggregate, white stone can be used as mixture of HRS-Base. Then, that it was made into three mixtrure compositions in each five varieties of asphalt content. Proportion of coarse aggregate, stone dust and sand to Composition A (45%,28%,27%), Composition B (48%,20%,32%) and Composition C (50%,20%,30%). Marshall test was produced Optimum Asphalt Content as big 7,2% for Composition A, while value for Composition B and C are 6,9% and 7,07%.

Keywords: HRS-Base, Marshall test, optimum asphalt content

Abstrak

Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan kecamatan yang memiliki cadangan sumber daya material alternatif cukup besar yang dapat digunakan sebagai bahan campuran lapis perkerasan jalan. Material yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditetapkan oleh Bina Marga, oleh karena itu penelitian ini mengkaji penggunaan Batu Putih sisa tambang emas dari Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas sebagai agregat pada campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base).

Berdasarkan pemeriksaan sifat-sifat fisik agregat, Batu Putih dapat digunakan sebagai campuran HRS-Base.

Selanjutnya dibuat tiga komposisi campuran dengan masing-masing lima variasi kadar aspal. Proporsi agregat kasar, abu batu dan pasir pada Komposisi A (45%, 28%, 27%), Komposisi B (48%, 20%,32%) dan Komposisi C (50%, 20%, 30%). Tes Marshall menghasilkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 7,2% untuk Komposisi A, sementara itu nilai KAO untuk Komposisi B dan C adalah 6,9% dan 7,07%.

Kata-kata kunci: lataston lapis pondasi, tes Marshall, kadar aspal optimum

PENDAHULUAN

Transportasi merupakan suatu kegiatan pemindahan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain yang tentunya memerlukan sarana dan prasarana untuk keperluan tersebut, dengan demikian dapat dipahami bahwa sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang sangat penting dan tidak terpisahkan dalam kaitannya untuk memperlancar arus transportasi.

(2)

800

Seiring dengan banyaknya pembangunan jalan di Kalimantan Tengah memberikan dampak terhadap kebutuhan material yang cukup besar. Kabupaten Gunung Mas khususnya Kecamatan Sepang merupakan kecamatan yang mempunyai material alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan campuran pembentuk Lapis perkerasan jalan. Material yang akan digunakan sebaiknya harus memenuhi syarat- syarat standar mutu yang ditetapkan oleh Bina Marga. Berdasarkan alasan tersebut perlu dilakukan penelitian mencoba menggunakan material yang pemanfaatannya belum maksimal, sebagai agregat kasar pada lapisan perkerasan jalan, dalam hal ini campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base), sehingga material yang berupa batu putih sisa tambang emas dari Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas diharapkan dapat dioptimalkan penggunaannya, sebagai agregat kasar untuk membangun jaringan jalan di daerah sekitar dan juga dapat membangun Provinsi Kalimantan Tengah pada umumnya.

Batasan Masalah

Dari uraian di atas dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah batu putih dari sisa tambang emas Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai agregat pada campuran pembentuk Lataston Lapis Pondasi (HRS- Base) ?

2. Bagaimana komposisi campuran HRS-Base yang diperoleh?

3. Berapa besar nilai karakteristik Marshall yang dihasilkan dari penggunaan batu putih sisa tambang emas dari Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas sebagai agregat pada campuran perkerasan Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) ?

4. Berapa nilai kadar Aspal Optimum (KAO) yang dihasilkan serta nilai karakteristik Marshall pada KAO?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui sifat-sifat fisik dari agregat batu putih untuk campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base)

2. Mengetahui komposisi yang dihasilkan dari campuran yang menggunakan agregat batu putih dari Kecamtan Sepang

3. Mengetahui nilai karakteristik Marshall dari masing-masing komposisi yang akan direncanakan

4. Menghitung Kadar Aspal Optimum dari masing-masing komposisi yang direncanakan.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Untuk memanfaatkan sumber daya alam dalam hal ini penggunaan agregat kasar yaitu batu putih hasil tambang emas dai Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas, sebagai bahan campuran pembentuk Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base)

2. Untuk memberikan gambaran tentang penggunaan material sisa tambang emas dari Kecamatan Sepang, sebagai campuran pembentuk Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base)

(3)

801

3. Untuk menambah pemahaman mengenai perkerasan jalan raya khususnya mengenai perkerasan Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base).

TINJAUAN PUSTAKA

Perkerasan Jalan Raya

Perkerasan jalan terdiri dari campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang digunakan antara lain batu pecah, batu kali dan batu belah. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal dan semen.

Lapis tipis aspal beton atau dikenal dengan nama Lataston merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran antara agregat dengan kadar aspal yang tinggi sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Karena dicampur dalam keadaan panas maka sering kali disebut sebagai “hot mix”.

Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai tidak bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dengan suhu tertentu.

Adapun karakteristik yang harus dimiliki oleh campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS- Base) menurut (Sukirman, 2003) adalah sebagai berikut:

1. Stabilitas lapisan perkerasan jalan 2. Durabilitas

3. Kelenturan (Fleksibelitas)

4. Tahan geser kekuatan (Skid Resistance) 5. Ketahanan kelelehan (Fatigue Resistance) 6. Kemudahan pelaksanaan (Workability) METODE PENELITIAN

Umum

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah uji laboratorium untuk menganalisis pemanfaatan agregat dari Kecamatan Sepang sebagai bahan campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base). Sebelum digunakan material diperiksa dahulu di laboratorium untuk mendapatkan karakteristik dari masing-masing material tersebut.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengujian Sifat-sifat Fisik Agregat

Pengujian sifat-sifat fisik agregat terdiri dari pengujian gradasi agregat, pengujian berat jenis dan penyerapan agregat terhadap air, pengujian keausan (abrasi) agregat kasar dan pengujian kadar lempung agregat halus (sand equivalent). Pemeriksaan gradasi agregat kasar, abu batu dan pasir yang dilakukan menggunakan analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 1.

(4)

802

Pemeriksaan sifat-sifat fisik agregat yang berupa pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan agregat halus, pemeriksaan keausan (abrasi) agregat kasar, pemeriksaan kadar lempung (sand equivalent) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Hasil Analisis Saringan Masing-masing Agregat

Nomor Saringan Jumlah Lolos Saringan (%)

Agregat Kasar Abu Batu Pasir

3/4’’ 100,00 100,00 100,00

1/2’’ 84,79 100,00 100,00

3/8’’ 50,48 100,00 100,00

No.8 0,24 100,00 98,44

No.30 0,05 42,15 52,67

No.200 0,02 8,10 4,81

PAN 0,00 0,00 0,00

Sumber: Hasil Pemeriksaan Laboratorium (2016)

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisik Masing-masing Agregat

Pemeriksaan Agregat Kasar Abu Batu Pasir Spesifikasi

Berat Jenis (atas dasar kering oven) (gr/cm3) 2,410 2,569 2,598 -

Berat Jenis (SSD/kering permukaan) (gr/cm3) 2,455 2,593 2,618 -

Berat Jenis Semu (gr/cm3) 2,524 2,634 2,651 Min. 2,5

Penyerapan (%) 1,868 0,963 0,768 Max. 3

Keausan/Abrasi (%) 33,49 - - Max. 40

Sand Equivalent (%) - - 94,71 Min. 40

Sumber: Hasil Pemeriksaan Laboratorium (2016)

Perencanaan Campuran

Perencanaan campuran menggunakan metode Asphalt Institute, sedangkan penentuan proporsi campuran dilakukan dengan menggunakan cara diagonal untuk kemudian diperiksa dengan spesifikasi gradasi gabungan. Berdasarkan Metode Diagonal diperoleh Komposisi A yaitu (Agregat Kasar 45%, Agregat Halus 27% dan Pasir%), Komposisi B yaitu (Agregat Kasar 48%, Agregat Halus 20% dan Pasir 32%) dan Komposisi C yaitu (Agregat Kasar 50%, Agregat Halus 20% dan Pasir 30%) diperoleh melalui coba-coba (Trial and Error).

Dari perhitungan kombinasi yang dilakukan, diperoleh proporsi campuran yang memnuhi persyaratan gradasi gabungan untuk masing-masing komposisi campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) yang direncankan. Dari hasil perhitungan kadar aspal masing- masing komposisi, diambil nilai 6,5% karena hasil perhitungan kadar aspal masing-masing komposisi tersebut semuanya mendekati nilai 6,5%, yang kemudian diurutkan dua variasi kadar aspal ke bawah dan dua variasi kadar aspal ke atas dengan interval 0,5%. Dari hasil perhitungan perkiraan kadar aspal diperoleh lima variasi kadar aspal yaitu : 5,5%, 6,%, 6,5%, 7,% dan 7,5%. Persentase terhadap berat total agregat yang digunakan yaitu 1200 gram. Hasil proporsi agregat campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) dapat dilihat pada table 3 berikut ini.

(5)

803

Tabel 3 Proporsi Agregat dalam Campuran

Sumber: Hasil Perhitungan Campuran dan Kadar Aspal, (2016)

Pengujian Marshall

Setelah perhitungan komposisi campuran (mix design) maka selanjutnya adalah pembuatan briket atau benda uji.Pembuatan benda uji mengikuti prosedur pada Manual Pemeriksaan Bahan Jalan PC 0201-76.Jumlah tumbukan yang digunakan adalah 2 x 75 kali tumbukan dengan asumsi jalan digunakan untuk lalu lintas sedang.Hasil dari pengujian Marshall di Laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. dan Tabel 6.

Tabel 4 Hasil Pengujian Marshall untuk Komposisi A

Sumber: Hasil Pengujian Marshall Komposisi A (2016)

Tabel 5 Hasil Pengujian Marshall untuk Komposisi B

Sumber: Hasil Pengujian Marshall Komposisi B (2016)

Tabel 6 Hasil Pengujian Marshall untuk Komposisi C

Hasil dari pengujian Marshall pada Komposisi A menunjukkan bahwa pada kadar aspal 7% dan 7,5% campuran aspal tersebut memenuhi spesifikasi terhadap semua parameter

Jenis Material Persentase Terhadap Total Agregat

Kadar Aspal (%)

Komposisi A Komposisi B Komposisi C

Agregat Kasar 45 48 50

5,5%;6,%;6,5%;7%;7,5%

Abu Batu 28 20 20

Pasir 27 32 30

Kadar Aspal (%)

Parameter Marshall

Stabilitas (kg) Flow (mm) Berat Isi (gram/cm3) VIM (%) VFB (%) MQ (kN/mm)

5,5 814,856 2,92 2,167 8,184 58,597 279,521

6 822,817 3,07 2,166 7,602 62,547 268,535

6,5 853,374 3,08 2,162 7,107 66,021 277,010

7 883,269 3,37 2,180 5,673 72,654 262,359

7,5 863,781 3,10 2,194 4,423 78,696 278,725

Spesifikasi  800  3 - 4 - 6  68  250

Kadar Aspal (%) Parameter Marshall

Stabilitas (kg) Flow (mm) Berat Isi (gram/cm3) VIM (%) VFB (%) MQ (kN/mm)

5,5 744,661 2,78 2,152 8,790 56,680 267,537

6 798,810 2,90 2,143 8,540 59,526 275,508

6,5 825,926 3,10 2,205 5,232 72,914 266,402

7 874,105 3,18 2,206 4,497 77,234 274,679

7,5 836,250 3,12 2,209 3,718 81,567 268,535

Spesifikasi  800  3 - 4 - 6  68  250

Kadar Aspal (%)

Parameter Marshall Stabilitas (kg) Flow (mm) Berat Isi (gram/

cm3) VIM (%) VFB (%) MQ (kN/mm)

5,5 772,440 2,93 2,153 8,581 57,287 263,309

6 809,383 3,02 2,155 7,900 61,518 268,349

6,5 819,541 2,98 2,173 6,480 68,155 274,698

7 860,174 3,18 2,186 5,226 74,312 270,292

7,5 829,368 3,02 2,218 3,159 83,947 274,951

Spesifikasi >800 >3 - 4-6 >68 >250

(6)

804

Marshall, sedangkan pada kadar aspal 5,5%, 6%, 6,5% beberapa parameter Marshall pada campuran aspal tersebut tidak memenuhi spesifikasi. Hasil dari pengujian Marshall pada Komposisi B menunjukkan bahwa pada kadar aspal 6,5% dan 7% campuran aspal tersebut memenuhi spesifikasi terhadap semua parameter Marshall, sedangkan pada kadar aspal 5,5%, 6%, 7,5% beberapa parameter Marshall pada campuran aspal tersebut tidak memenuhi spesifikasi. Hasil dari pengujian Marshall pada Komposisi C menunjukkan bahwa pada kadar aspal 7% campuran aspal tersebut memenuhi spesifikasi terhadap semua parameter Marshall, sedangkan pada kadar aspal 5,5%, 6%, 6,5%, 7,5% beberapa parameter Marshall pada campuran aspal tersebut tidak memenuhi spesifikasi.

1. Hubungan stabilitas terhadap kadar aspal

Batas spesifikasi stabilitas untuk HRS-Base minimal 800 kg.

a. Komposisi A dengan campuran agregat kasar 45%, abu batu 28% dan pasir 27%. Nilai stabilitas tertinggi pada Komposisi A terjadi pada nilai kadar aspal 7%, yaitu sebesar 883,269 kg, sedangkan nilai stabilitas terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 814,856 kg.

b. Komposisi B dengan campuran agregat kasar 48%, abu batu 20% dan pasir 32%. Nilai stabilitas tertinggi pada Komposisi B terjadi pada nilai kadar aspal 7% yaitu sebesar 874,105 kg, sedangkan nilai stabilitas terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 744,661 kg.

c. Komposisi C dengan campuran agregat kasar 50%, abu batu 20% dan pasir 30%. Nilai stabilitas tertinggi pada Komposisi C terjadi pada nilai kadar aspal 7%, yaitu sebesar 860,174 kg, sedangkan nilai stabilitas terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 772,440 kg.

Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis. Pada Komposisi A nilai stabilitas terhadap semua kadar aspal memenuhi spesifikasi, sedangkan pada Komposisi B nilai stabilitas yang memenuhi spesifikasi yaitu pada kadar aspal 6,5%, 7% dan 7,5% dan juga pada Komposisi C nilai stabilitas yang memenuhi spesifikasi yaitu pada kadar aspal 6%, 6,5%, 7% dan 7,5%.

2. Hubungan kelelehan plastis (flow) terhadap aspal.

Batasan spesifikasi kelelehan plastis (flow) untuk HRS-Base minimal 3 mm.

a. Komposisi A dengan campuran agregat kasar 45%, abu batu 28% dan pasir 27%.

Nilai flow tertinggi pada Komposisi A terjadi pada nilai kadar aspal 7%, yaitu sebesar 3,37 mm, sedangkan nilai flow terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 2,92 mm.

b. Komposisi B dengan campuran agregat kasar 48%, abu batu 20% dan pasir 32%.

Nilai flow tertinggi pada Komposisi B terjadi pada nilai kadar aspal 7%, yaitu sebesar 3,18 mm, sedangkan nilai flow terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 2,78 mm.

c. Komposisi C dengan campuran agregat kasar 50%, abu batu 20% dan pasir 30%.

Nilai flow tertinggi pada Komposisi C terjadi pada nilai kadar aspal 7%, yaitu sebesar 3,18 mm, sedangkan nilai flow terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 2,93 mm.

(7)

805

Flow atau kelelahan plastis adalah suatu perubahan keadaan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat penambahan beban sampai terjadinya keruntuhan. Nilai flow yang tidak memenuhi spesifikasi terjadi pada Komposisi A dengan nilai kadar aspal 5,5%, sedangkan Komposisi B dengan nilai kadar aspal 5,5%, 6% dan Komposisi C dengan nilai kadar aspal 5,5%. Nilai flow yang memenuhi spesifikasi menunjukkan bahwa campuran cukup mampu menahan beban lalu lintas berulang kali tanpa menimbulkan retak.

3. Hubungan rongga dalam campuran (VIM) terhadap kadar aspal

Batasan spesifikasi rongga dalam campuran (VIM) untuk HRS-Base adalah 4-6%

a. Komposisi A dengan campuran agregat kasar 45%, abu batu 28% dan pasir 27%.

Nilai VIM tertinggi pada Komposisi A terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 8,184%, sedangkan nilai VIM terendah terjadi pada nilai kadar aspal 7,5%, yaitu sebesar 4,423%.

b. Komposisi B dengan campuran agregat kasar 48%, abu batu 20% dan pasir 32%.

Nilai VIM tertinggi pada Komposisi B terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 8,790%, sedangkan nilai VIM terendah terjadi pada nilai kadar aspal 7,5%, yaitu sebesar 3,718%.

c. Komposisi C dengan campuran agregat kasar 50%, abu batu 20% dan pasir 30%.

Nilai VIM tertinggi pada Komposisi C terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 8,581%, sedangkan nilai VIM terendah terjadi pada nilai kadar aspal 7,5%, yaitu sebesar 3,159%.

Hasil pengujian yang memenuhi spesifikasi terjadi pada Komposisi A dengan kadar aspal 7% dan 7,5%, Komposisi B pada kadar aspal 6,5% dan 7% dan Komposisi C pada kadar aspal 7%.

4. Hubungan rongga terisi aspal (VFB) terhadap kadar aspal

Batasan spesifikasi rongga terisi aspal (VFB) untuk HRS-Base minimal 68%.

a. Komposisi A dengan campuran agregat kasar 45%, abu batu 28% dan pasir 27%.

Nilai VFB tertinggi pada Komposisi A terjadi pada nilai kadar aspal 7,5%, yaitu sebesar 78,696%, sedangkan nilai VFB terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 58,597%.

b. Komposisi B dengan campuran agregat kasar 48%, abu batu 20% dan pasir 32%.

Nilai VFB tertinggi pada Komposisi B terjadi pada nilai kadar aspal 7,5%, yaitu sebesar 81,567%, sedangkan nilai VFB terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 56,680%.

c. Komposisi C dengan campuran agregat kasar 50%, abu batu 20% dan pasir 30%.

Nilai VFB tertinggi pada Komposisi C terjadi pada nilai kadar aspal 7,5%, yaitu sebesar 83,947%, sedangkan nilai VFB terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 57,287%.

Nilai VFB semakin meningkat dengan adanya penambahan aspal. Hasil pengujian yang memenuhi spesifikasi terjadi pada Komposisi A dengan kadar aspal 7% dan 7,5%, Komposisi B pada kadar aspal 6,5%, 7% dan 7,5% dan Komposisi C pada kadar aspal 6,5%, 7% dan 7,5%.

5. Hubungan hasil bagi Marshall (Marshall Quotient) terhadap kadar aspal Batasan spesifikasi hasil bagi Marshall untukHRS-Base minimal 250 kg/mm.

(8)

806

a. Komposisi A dengan campuran agregat kasar 45%, abu batu 28% dan pasir 27%.

Nilai hasil bagi Marshall (MQ) tertinggi pada Komposisi A terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 279,521 kg/mm, sedangkan nilai hasil bagi Marshall terendah terjadi pada nilai kadar aspal 7%, yaitu sebesar 262,359 kg/mm.

b. Komposisi B dengan campuran agregat kasar 48%, abu batu 20% dan pasir 32%.

Nilai hasil bagi Marshall (MQ) tertinggi pada Komposisi B terjadi pada nilai kadar aspal 6%, yaitu sebesar 275,508 kg/mm, sedangkan nilai hasil bagi Marshall terendah terjadi pada nilai kadar aspal 6,5%, yaitu sebesar 266,402 kg/mm.

c. Komposisi C dengan campuran agregat kasar 50%, abu batu 20% dan pasir 30%.

Nilai hasil bagi Marshall (MQ) tertinggi pada Komposisi C terjadi pada nilai kadar aspal 7,5%, yaitu sebesar 274,951 kg/mm, sedangkan nilai hasil bagi Marshall terendah terjadi pada nilai kadar aspal 5,5%, yaitu sebesar 263,309 kg/mm.

Hasil pengujian dari Komposisi A, Komposisi B dan Komposisi C semua variasi kadar aspal memenuhi spesifikasi. Untuk lebih jelas, nilai parameter Marshall dari masing-masing komposisi berdasarkan nilai kadar aspal optimum (KAO) yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 7 Nilai Parameter Marshall pada Kadar Aspal Optimum

Sumber: Hasil Pengujian Marshall Komposisi A, B dan C, (2016)

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah melalui serangkai penelitian yang meliputi pemeriksaan bahan/material, perencanaan benda uji dan pengujian benda uji maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Dari hasil pemeriksaan pengujian sifat-sifat fisik agregat terdiri dari pengujian gradasi agregat (analisa saringan), pengujian berat jenis dan penyerapan agregat terhadap air, pengujian keausan (abrasi) agregat kasar dan pengujian kadar lempung (sand equivalent test) diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa batu putih dari Kecamatan Sepang dan pasir dari Km.38 Jalan Tjilik Riwut (Palangka Raya-Tangkiling) memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan sebagai bahan campuran pembentuk campuran aspal panas jenis Lataston Lapis Pondasi atau Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base).

2. Berdasarkan hasil analisa saringan kemudian dilanjutkan dengan Metode Diagonal dan Trial and Erorr diperoleh Komposisi A (Agregat Kasar 45%, Abu Batu 28% dan Pasir 27%), Komposisi B (Agregat Kasar 48%, Abu Batu 20% dan Pasir 32%) dan Komposisi C (Agregat Kasar 50%, Abu Batu 20% dan Pasir 30%), dengan variasi kadar aspal 5,5%, 6%, 6,5%, 7% dan 7,5% memberikan hasil sebagai berikut:

Komposisi Campuran

KAO (%)

Parameter Marshall Stabilitas (kg) Flow

(mm)

Rongga dalam Campuran (%)

Rongga Terisi Aspal (%)

Hasil Bagi Marshall (kg/mm)

A 7,21 890,000 3,25 5,50 75,1 274,500

B 6,9 850,000 3,2 4,95 74,9 265,000

C 7,07 840,000 3,1 5,00 75,0 270,000

(9)

807

3. Berdasarkan pengujian Marshall terhadap ketiga Komposisi yang direncanakan diperoleh hasil berupa nilai karakteristik Marshall sebagai berikut:

a. Nilai Stabilitas

Nilai Stabilitas untuk Komposisi A semua kadar aspal memenuhi spesifikasi Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base). Untuk Komposisi B hanya kadar aspal 6,5% - 7,5% yang memenuhi spesifikasi Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base). Sedangkan pada Komposisi C pada kadar aspal 5,5% saja yang memenuhi spesifikasi Lataston Lapis Pondasi (HRS- Base). Nilai Stabilitas tertinggi pada Komposisi A pada kadar aspal 7% yaitu 883,269 kg.

b. Nilai Kelelehan (Flow)

Dalam penelitian ini nilai kelelehan (flow) yang tidak memenuhi spesifikasi pada Komposisi A yaitu pada kadar aspal 5,5%, pada Komposisi B yaitu pada kadar aspal 5,5% dan 6% dan pada Komposisi C yaitu pada kadar aspal 5,5% dan 6,5%.

c. Nilai VFB (Voids Filled Bitumen)

Dalam penelitian ini nilai VFB pada Komposisi A yang tidak memenuhi spesifikasi yaitu pada kadar aspal 5,5% - 6,5%, pada Komposisi B dan Komposisi C yaitu pada kadar aspal 5,5% dan 6%.

d. Nilai VIM (Void In Mixture)

Nilai Rongga dalam campuran sebagian tidak memenuhi spesifikasi dimana nilai VIM pada Komposisi A yang tidak memenuhi spesifikasi yaitu pada kadar aspal 5,5% - 6,5%, pada Komposisi B yaitu pada kadar aspal 5,5%, 6% dan 7,5% dan pada Komposisi C yaitu pada kadar aspal 5,5% - 6,5% dan 7,5% dimana nilainya kurang/melebihi dari nilai yang disyaratkan.

e. Nilai Hasil Bagi Marshall

Nilai Hasil Bagi Marshall untuk Komposisi A, B, dan C memenuhi spesifikasi Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base).

4. Dari hasil penelitian diperoleh nilai KAO dari masing-masing komposisi yaitu : Komposisi A kadar aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 6,92% -7,5% sehingga diperoleh nilai KAO sebesar 7,2% dengan nilai stabilitas sebesar 890 kg dan flow sebesar 3,25.

Komposisi B kadar aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 6,49% - 7,3% sehingga diperoleh nilai KAO sebesar 6,9% dengan nilai stabilitas sebesar 850 kg dan flow sebesar 3,2.

Komposisi C kadar aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 6,81% - 7,32% sehingga diperoleh nilai KAO sebesar 7,07% dengan nilai stabilitas sebesar 840 kg dan flow 3,1.

Saran

1. Berdasarkan nilai KAO dan karakteristik Marshall yang dihasilkan, direkomendasikan penggunaan Komposisi B jika diinginkan adanya penghematan dalam penggunaan material aspal. Sementara itu jika diinginkan adanya stabilitas yang maksimal, direkomendasikan menggunakan Komposisi A.

2. Pada pemeriksaan bahan dan pemeriksaan benda uji sebaiknya berpedoman pada prosedur- prosedur yang telah ditentukan dan perlu ketelitian yang baik dalam pemeriksaan bahan,

(10)

808

karena selanjutnya dalam perhitungan dan perencanaan akan berpengaruh terhadap hasil akhir yang akan dicapai.

3. Penelitian tidak selalu menghasilkan sesuatu yang baik/memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, tetapi hasil penelitian ini dapat dikaji lebih lanjut untuk penelitian lain dengan tinjauan yang berbeda khususnya dalam teknologi perkerasan jalan.

4. Peningkatan dan peremajaan peralatan di laboratorium perlu dilakukan guna memaksimalkan hasil dan waktu penelitian sebagai wadah pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

American Association of State Highway and Transportation Officials. 2008. National Asphalt Specification. Washington D.C.

Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi Umum (Revisi 2). Jakarta.

Desriantomy. 2004. Penuntun Pratikum Bahan Perkerasan Jalan Raya. Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Manual Pemeriksaan Badan Jalan. Jakarta.

Kadri, A. 2006. Penggunaan Batu Riam Desa Gunung Karasik Kabupaten Barito Timur sebagai Agregat pada Campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base). Tugas Akhir, Universitas Palangka Raya.

Nugraha. 2008. Penggunaan Batu Desa Pepas Kabupaten Barito Utara sebagai Agregat pada Campuran Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base). Tugas Akhir, Universitas Palangka Raya.

Sukirman, S. 2003. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Penerbit Nova.

Sukirman, S. 2003. Beton Aspal dan Campuran Panas. Jakarta: Penerbit Granit.

Suprapto, T.M. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Yogyakarta: KMTS FT UGM

Yurentan. 2008. Analisis Penggunaan Batu Putih dari Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas sebagai Agregat pada Campuran Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base). Tugas Akhir, Universitas Palangka Raya.

Referensi

Dokumen terkait

Selain kesalahan-kesalahan fatal berkaitan kaidah penafsiran dan bahasa Arab yang menjadikan Minardi dikritik sebagai orang yang tidak paham bahasa Arab, dalam terjemahan

Nawawi Banten, (Yogyakarta: Universitas Islam Indo- nesia (UII) Press, 2006), Ridwan, Islam Kontekstual: Pertautan Dialektis Teks dengan Konteks, (Purwokerto: STAIN Purwokerto

perkebunan perkebunan azas dan bertang gung jawab Informasi tentang produk dan pelayanan disediakan berdasark an prinsip- prinsip dan praktik perkebun an 

Sehingga memahami politik anggaran merupakan kekuasaan dalam pengelolaan keuangan, mulai dari perencanaan keuangan, kemudian pendistribusian keuangan, dan pelaksanaan

Sigit yang telah banyak membantu, memberi arahan dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi serta Bapak-Ibu dosen Kimia FMIPA Universitas Riau.. Rolan Pane

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) pengaruh variabel- variabel dalam konsep psikologiss (moti- vasi, sikap, secara bersama-sama maupun secara

- Tingkat kejelasan materi ajar yang disampaikan dosen melalui e-learning Karyawan Komitmen Institusi - Dukungan institusi terhadap pemanfaatan e- learning sebagai

Hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat peningkatan dari pratindakan, siklus I, dan siklus II sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui metode Talking Stick