• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil asam lemak ubur UBUR (Aurelia aurita) sebagai sumber bahan baku hasil perairan kaya manfaat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil asam lemak ubur UBUR (Aurelia aurita) sebagai sumber bahan baku hasil perairan kaya manfaat"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL ASAM LEMAK UBUR-UBUR (Aurelia aurita) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU HASIL PERAIRAN KAYA MANFAAT

DIMAS UTOMO AJI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRAK

DIMAS UTOMO AJI. C34070085. Profil Asam Lemak Ubur-ubur (Aurelia

aurita) Sebagai Sumber Bahan Baku Hasil Perairan Kaya Manfaat. Dibimbing

oleh ASADATUN ABDULLAH dan NURJANAH.

Ubur-ubur (Aurelia aurita) merupakan biota laut yang diduga memiliki kandungan asam lemak yang bagus sehingga memiliki potensi dijadikan bahan baku tetapi belum banyak dimanfaatkan. Ubur-ubur yang diekspor biasanya dalam bentuk segar atau telah melalui pengolahan sederhana, yaitu dengan penggaraman untuk meningkatkan daya awet dan mempermudah pengolahan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan komposisi asam lemak yang terdapat pada ubur-ubur (Aurelia aurita). Pengamatan dilakukan terhadap kandungan proksimat (kadar air, kadar abu, lemak, protein dan karbohidrat) serta asam lemak pada daging ubur-ubur segar dan kering yang telah diberi perlakuan penambahan tawas dan garam dengan perbandingan 1:5 dari bobot total ubur-ubur yang digunakan. Hasil proksimat daging ubur-ubur segar, yaitu kadar air 87,50%; abu 1,76%; lemak 2,03%; protein 5,31%; dan karbohidrat 3,40%, sedangkan hasil proksimat daging ubur-ubur kering, yaitu kadar air 67,33%; abu 3,26%; lemak 9,20%; protein 4,67%; dan karbohidrat sebesar 13,54%. Asam lemak jenuh tertinggi pada ubur-ubur, yaitu asam palmitat sebesar 15,36% pada daging segar dan 15,35% pada daging kering. Kandungan linolenat pada ubur-ubur tergolong kecil dibandingkan dengan asam lemak tidak jenuh majemuk (PUFA) lainnya, yaitu arakhidonat, linoleat dan EPA. Kandungan EPA daging segar dan kering ubur-ubur adalah 0,30% dan 0,32%.

Kata kunci: Analisis proksimat, asam lemak, ubur-ubur (Aurelia aurita)

ABSTRACT

DIMAS UTOMO AJI. C34070085. Fatty Acid Profile of Jellyfish (Aurelia

aurita) As a Source Raw Material of Aquatic Result Rich Benefit. Supervised by

ASADATUN ABDULLAH and NURJANAH.

Jellyfish (Aurelia aurita) is a marine animal who has a soft transparent body and are thought to have a good content of fatty acids that have the potential to be used as raw material but not yet widely used. Jellyfish are usually exported in the form of fresh or has undergone simple processing such as by salting to improve durability and simplify further processing. This study aimed to determined the characteristics and composition of fatty acids are found in jellyfish

(Aurelia aurita). Observations were made on the proximate content (water

(3)

4,67% protein and 13,54% carbohydrates. Based on testing with gas chromatography method obtained the highest saturated fatty acids content in the jellyfish, which amounted to 15,36% palmitic acid on fresh meat and 15,35% on dry meat. The content of linolenic acid in jellyfish is small compared with the others compound unsaturated fatty acids (PUFA), which is arachidonat, linoleat and EPA. EPA content of fresh meat and dried jellyfish is 0,30% and 0,32%.

(4)

PROFIL ASAM LEMAK UBUR-UBUR (Aurelia aurita) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU HASIL PERAIRAN KAYA MANFAAT

DIMAS UTOMO AJI C34070085

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul : Profil asam lemak ubur-ubur (Aurelia aurita)

sebagai sumber bahan baku hasil perairan kaya manfaat Nama : Dimas Utomo Aji

NRP : C34070085

Departemen : Teknologi Hasil Perairan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Asadatun Abdullah, S.Pi, M.Si, M.S.M. Dr. Ir. Nurjanah, MS NIP. 1983 0405 2005 01 2 001 NIP.1959 1013 1986 01 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, M.Phil NIP.1958 0511 1985 03 1 002

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Profil Asam Lemak Ubur-ubur (Aurelia aurita) sebagai Sumber Bahan Baku Hasil Perairan Kaya Manfaat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 1990

dari pasangan Bapak Dhady Irianto dan Ibu Hero

Yuliwati serta merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh penulis

dimulai dari SDN Parung Bingung II dan lulus pada

tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP

Negeri 2 Depok dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 1 Depok dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun yang

sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi S1 Teknologi Hasil

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama studi di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif sebagai pengurus

Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan (HIMASILKAN) periode 2008/2009

Divisi Kewirausahaan dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-C) FPIK IPB

Divisi Best Entrepreneurship periode 2009/2010. Penulis juga aktif sebagai asisten

mata kuliah Ikhtiologi Perairan periode 2009/2010, asisten mata kuliah Fisiologi,

Formasi dan Degradasi Metabolit Hasil Perairan periode 2010/2011, asisten mata

kuliah Diversifikasi dan Pengolahan Produk Hasil Perairan periode 2010/2011,

asisten mata kuliah Teknologi Penanganan Hasil Samping dan Limbah Hasil

Perairan periode 2010/2011 serta asisten mata kuliah Pengetahuan Bahan Baku

Industri Hasil Perairan periode 2010/2011.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian

dengan judul “Profil Asam Lemak Ubur-ubur (Aurelia aurita) sebagai Sumber Bahan Baku Hasil Perairan Kaya Manfaat. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

dalam menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Ibu Asadatun Abdullah S.Pi, M.S.M, M.Si dan Dr. Ir. Nurjanah, MS selaku dosen

pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan banyak pengarahan dan

masukan selama penelitian dan penulisan skripsi ini, selanjutnya Dr. Ir. Ruddy

Suwandi, MS, M.Phil, selaku ketua Departemen Teknologi Hasil Perikanan,

Institut Pertanian Bogor, kemudian seluruh staf dosen dan pegawai administrasi

Departemen Teknologi Hasil Perairan yang telah banyak membantu penulis dalam

berbagai hal, sekretariat dan seluruh laboran dari Laboratorium MIPA Terpadu,

Baranangsiang, Bogor dan Laboratorium Pusat Antar Universitas, Fakultas

Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu penulis

dalam berbagai analisi kimia serta senantiasa memberikan bantuan dan

pengarahan yang bermanfaat, ayah dan ibunda tercinta yang senantiasa

memberikan semangat dan do’anya pada penulis selama penelitian dan pembuatan skripsi, teman-teman asisten Pengetahuan Bahan Baku Hasil Perairan 2011 atas

kerjasama dan dukunganya, Fitriany Faujiah yang setia mendampingi penulis

selama pembuatan skripsi ini serta teman-teman dan keluarga THP 43, 44, 45 dan

46 yang telah memberi berbagai bantuan bagi penulis selama penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak diharapkan

oleh penulis demi perbaikan. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2011

(9)

DAFTAR ISI

3.3.1 Pengambilan dan preparasi sampel ... 12

3.3.2 Analisis proksimat ... 12

4.3 Kandungan Proksimat Ubur-ubur ... 21

(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Komposisi kimia ubur-ubur... 4

2 Komposisi kimia ubur-ubur segar dan kering... 21

3 Retention time asam lemak ubur-ubur (Aurelia aurita)... 26

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Ubur-ubur (Aurelia aurita)... 4

2 Struktur kimia lemak... 6

3 Struktur EPA dan DHA... 9

4 Diagram alir metode penelitian... 11

5 Diagram alir pengolahan ubur-ubur kering... 11

6 Kromatografi gas dan rekorder... 17

7 Diagram alir kromatografi gas untuk asam lemak... 17

8 Ubur-ubur segar... 19

9 Ubur-ubur segar ditimbang... 19

10 Ubur-ubur kering... 19

11 Preparasi ubur-ubur kering... 19

12 Diagram pie rendemen ubur-ubur... 20

13 Kandungan asam lemak jenuh ubur-ubur segar dan kering... 28

14 Kandungan asam lemak tak jenuh tunggal ubur-ubur... 30

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Contoh perhitungan proksimat ubur-ubur... 38

2 Prosedur analisis asam lemak... 41

3 Contoh perhitungan asam lemak... 42

4 Kromatogram standar asam lemak... 43

5 Kromatogram asam lemak daging ubur-ubur segar... 45

6 Kromatogram asam lemak daging ubur-ubur kering... 47

(13)

1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Wilayah Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat baik untuk

berkontribusi dalam pemenuhan gizi masyarakat. Salah satu biota perairan yang

bernilai ekonomis tetapi belum banyak dimanfaatkan di Indonesia adalah

ubur-ubur (Aurelia aurita). Ubur-ubur merupakan spesies yang termasuk ke dalam kelas Scyphozoa. Bentuk morfologinya menyerupai selaput transparan dengan

banyak tentakel yang berfungsi untuk melindungi diri dan menangkap mangsa.

Jenis ubur-ubur ini memiliki varietas yang beraneka warna, mulai dari warna

gelap hingga yang berwarna terang (Imre dan Saghk 1997). Ubur-ubur memiliki

potensi yang baik untuk dijadikan sebagai sumber devisa negara melalui jalur

ekspor. Beberapa propinsi di Indonesia, yaitu Sulawesi Utara, Cilacap dan Jepara

sudah banyak mengekspor ubur-ubur ke berbagai negara antara lain Jepang,

Vietnam dan Hongkong. Ubur-ubur diekspor dalam bentuk segar atau dengan

pengolahan sederhana, yaitu dengan penggaraman untuk meningkatkan daya awet

serta mempermudah pengolahan selanjutnya. Berdasarkan statistik nilai produksi

ubur-ubur di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 674.000 ton (KKP 2011).

Ubur-ubur diduga memiliki kandungan nilai gizi yang cukup tinggi, yaitu

meliputi protein, asam amino, asam lemak, vitamin dan mineral. Ubur-ubur yang

terdapat di beberapa lokasi penangkapan ikan di Indonesia masih menjadi

komoditas by catch sehingga diperlukan adanya penelitian lebih lanjut agar dapat menjadi bahan pangan bermanfaat. Salah satu kandungan gizi yang khas pada

ubur-ubur adalah asam lemak (Imre dan Saghk 1997).

Asam lemak merupakan komponen rantai panjang hidrokarbon yang

menyusun lipid. Asam lemak memiliki fungsi yang penting bagi tubuh manusia,

antara lain linolenat (omega-3), linoleat (omega-6) dan oleat (omega-9) yang

bermanfaat untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta

mempunyai peranan penting dalam perkembangan otak. Asam lemak omega-3

dapat mencegah aterosklerosis, kanker, diabetes dan memperkuat sistem

(14)

adalah asam lemak tak jenuh yang paling umum dan merupakan prekursor untuk

produksi PUFA (Almatsier 2006).

Informasi mengenai kandungan gizi ubur-ubur masih terbatas sehingga

sumberdaya tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimum, namun faktanya

spesies ini berpotensi sebagai sumber bahan pangan kaya gizi yang bernilai

ekonomis tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai

tambah dari ubur-ubur adalah dengan melakukan penelitian mengenai asam lemak

yang terkandung di dalam organisme tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai kandungan asam lemak

pada ubur-ubur untuk proses pengolahan selanjutnya menjadi sumber bahan

pangan bergizi tinggi.

1.2Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan komposisi

(15)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1Deskripsi dan Klasifikasi Ubur-ubur (Aurelia aurita)

Ubur-ubur termasuk hewan Cnidaria, yaitu sebuah filum yang terdiri atas

sekitar 9.000 spesies hewan sederhana yang hanya ditemukan di perairan dangkal.

Secara etimologi, kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani “cnidos” yang berarti

“jarum penyengat”. Kemampuan untuk menyengat tersebut yang merupakan asal nama mereka. Ciri khas dari hewan Cnidaria adalah memiliki knidosit yang

merupakan sel terspesialisasi yang digunakan untuk menangkap mangsa dan

membela diri. Tubuh mereka terdiri atas mesoglea, suatu bahan tak hidup yang

mirip jeli, terletak di antara dua lapisan epitelium yang biasanya setebal satu sel.

Ubur-ubur memiliki dua bentuk tubuh dasar, yaitu medusa yang berenang serta

polip yang sesil atau menetap dan menempel pada suatu medium, keduanya

memiliki bentuk simetris radial dengan mulut dikelilingi oleh tentakel berknidosit.

Kedua bentuk tersebut mempunyai satu lubang jalan masuk yang berfungsi

sebagai mulut maupun anus yang disebut manus serta rongga tubuh yang

digunakan untuk mencerna makanan dan bernapas. Banyak cnidaria memproduksi

koloni yang merupakan organisme tunggal terdiri atas zooid mirip medusa atau

mirip polip atau keduanya. Kegiatan cnidaria dikoordinasikan oleh jaring-jaring

saraf tak terpusat serta reseptor sederhana. Semua cnidaria berkembangbiak secara

seksual. Banyak cnidaria memiliki daur hidup yang rumit dengan tingkat

perkembangan polip aseksual dan medusa seksual, namun beberapa tidak

memiliki polip atau tidak memiliki medusa. Klasifikasi ubur-ubur menurut Lovett

(16)

Ubur-ubur (Aurelia aurita) adalah binatang diploblastik, dengan kata lain

mereka mempunyai dua lapisan sel utama, sedangkan binatang yang lebih

kompleks adalah triploblastik yang mempunyai tiga lapisan utama. Dua lapisan sel

utama membentuk epitel yang kebanyakan setebal satu sel dan melekat pada

membran dasar berserat yang dapat disekresikan. Ubur-ubur juga mensekresikan

mesoglea yang mirip jeli yang memisahkan lapisan-lapisan tersebut.

Ubur-ubur memiliki sejumlah kecil sel-sel yang mirip amoeba dan sel otot

pada beberapa spesies. Akan tetapi jumlah sel dan tipe lapisan tengah lebih sedikit

daripada spons. Morfologi ubur-ubur dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Ubur-ubur (Aurelia aurita) 2.2 Komposisi Kimia Ubur-ubur

Berdasarkan literatur analisis proksimat yang terkandung dalam ubur-ubur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi kimia ubur-ubur Senyawa Jumlah (%) Kadar air 85,48 Kadar abu 3,94

Protein 5,44

Lemak 2,63

Karbohidrat 6,26

Sumber: Lovett (1981) dalam Solihat (2004)

Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan tertinggi yang terdapat dalam

tubuh ubur-ubur adalah kadar air. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh habitat

ubur-ubur yang hampir seluruh hidupnya berada dalam perairan. Kadar abu yang

terdapat pada ubur-ubur berkaitan dengan mineral yang terkandung dalam bahan

tersebut. Sebagian besar bahan makanan, sekitar 96% terdiri dari bahan organik

dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral yang juga dikenal sebagai unsur

(17)

anorganiknya tidak dan biasanya itulah yang disebut abu (Winarno 2008).

Kandungan lemak dan protein dari ubur-ubur cukup tinggi dan berpotensi untuk

dapat diolah menjadi bahan baku uang kaya gizi melalui proses diversifikasi yang

tepat serta dapat dijadikan komoditas ekspor yang dijadikan sumber devisa

(Lovett 1981 dalam Imre dan Saghk 1997).

2.3Lipid

Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut

dalam air tetapi dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti

kloroform atau eter. Jenis lipid yang paling banyak adalah lemak atau

triasilgliserol yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme.

Lipid itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: 1) lipid netral, 2)

fosfolipida, 3) spingolipid dan 4) glikolipid. Semua jenis lipid ini banyak terdapat

di alam (Suhardi et al. 2007).

Lipid berasal dari bahasa Yunani, “Lipos” yang berarti lemak yang merupakan segolongan besar senyawa yang tidak larut air yang terdapat di alam.

Lipid berperan penting sebagai 1) komponen struktural membran; 2) lapisan pada

beberapa jasad; 3) energi cadangan; 4) komponen permukaan sel yang berperan

dalam proses interaksi antara sel dengan senyawa kimia di luar sel, seperti dalam

proses kekebalan jaringan, dan 5) sebagai komponen dalam proses pengangkutan

melalui membran (Grosch 1999).

Kelompok-kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan struktur kimia

tertentu. Kelompok-kelompok lipida tersebut (Suhardi et al. 2007), yaitu: 1) Kelompok trigliserida, yaitu lemak, minyak dan asam lemak

2) Kelompok turunan asam lemak

Lemak didefinisikan sebagai komponen makanan yang tidak larut dalam

(18)

mengenai lemak ialah suatu molekul yang disintesis oleh sistem biologis yang

memiliki rantai alifatik hidrokarbon yang panjang sebagai struktur utamanya,

dapat bercabang dan tidak bercabang, dapat membentuk cincin karboksilat dan

dapat mengandung rantai tak jenuh (Davenport dan Johnson 1971).

Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber

energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak ini merupakan sumber energi

paling tinggi yang menghasilkan 9 kkal untuk tiap gramnya, yaitu 2,5 kali energi

yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama

(Almatsier 2006). Suatu molekul lemak tersusun dari satu hingga tiga asam lemak

dan satu gliserol. Gliserol adalah alkohol trihidrat, yaitu mempunyai tiga gugus

hidroksil (Gaman dan Sherrington 1992). Struktur lemak berdasarkan jumlah

asam lemak yang terdapat pada gugus gliserol ditunjukkan pada Gambar 2.

HO-CH CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7C(O)O CH2

Gambar 2 Struktur kimia lemak berdasarkan jumlah gliserida

2.5Asam Lemak

Asam lemak merupakan komponen rantai panjang yang menyusun lipid.

Asam lemak adalah asam organik yang mempunyai atom karbon 4-24, memiliki

gugus karboksil tunggal dan ujung hidrokarbon nonpolar yang panjang

menyebabkan hampir semua lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak

berminyak atau berlemak (Davenport and Johnson 1971). Penamaan asam lemak

berdasarkan pada jumlah atom karbon dan posisi ikatan tak jenuh dari gugus

karboksilnya (Lobb 1992).

Asam lemak dapat dibedakan berdasarkan tingkat kejenuhan, yaitu asam

(19)

fatty acid). Asam lemak jenuh memiliki titik cair lebih tinggi daripada asam lemak tak jenuh dan merupakan dasar dalam menentukan sifat fisik lemak dan minyak.

Lemak yang tersusun oleh asam lemak tak jenuh akan bersifat cair di suhu kamar,

sedangkan lemak yang tersusun oleh asam lemak jenuh akan berbentuk padat.

Asam lemak tak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap disebut asam lemak

tak jenuh tunggal (Monounsaturated fatty acid/MUFA).

Perbedaan antara asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh juga

terdapat pada ikatan rangkapnya. Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan

rangkap antar karbonnya sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan

rangkap karbon (CH=CH) (Ackman 1994). Keberadaan ikatan rangkap dalam

struktur asam lemak mengakibatkan adanya perbedaan konfigurasi. Bila ikatan

rangkapnya terletak pada sisi yang sama dengan gugus hidrogen maka disebut

konfigurasi cis, sedangkan apabila ikatan rangkapnya terletak di sisi yang

berlawanan maka disebut sebagai konfigurasi trans. Asam lemak konfigurasi trans

dapat memberikan resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Asam lemak tak

jenuh yang ideal adalah asam lemak yang berkonfigurasi cis, biasanya berasal dari

alam, seperti asam lemak omega-3 cis yang berasal dari ikan (Hidajat 2003).

Berikut ini merupakan berbagai jenis asam lemak tak jenuh (Unsaturated

Fatty Acid) (O’Keefe et al. 2002):

1. Asam lemak n-3 (Omega 3)

Bentuk paling umum dari omega 3 adalah asam eikosapentaenoat (EPA),

asam dokosaheksaenoat (DHA) dan asam alpha-linolenat, yang membantu

membentuk EPA dan DHA. Omega 3 dapat dihasilkan dari minyak ikan, terdiri

atas rantai panjang dari asam linolenat.

a) Asam α-linolenat (18:3n-3)

Asam lemak ini dihasilkan di dalam tubuh tumbuhan oleh desaturasi Δ12 dan Δ15 asam oleat. Bersama asam oleat, asam α-linolenat menggantikan satu dari dua produk PUFA primer biosintesis asam lemak. Asam lemak ini terdapat pada

daun tumbuhan dan komponen kecil dari minyak biji.

b)Asam eikosapentaenoat (20:5n-3)

Asam eikosapentaenoat (EPA) dapat dihasilkan oleh alga laut dan pada

(20)

produk primer asam lemak minyak ikan (± 20-25% berat) walaupun tidak

dihasilkan oleh ikan.

c) Asam dokosapentaenoat (22:5n-3)

Asam dokosapentaenoat merupakan elongasi hasil EPA dan muncul di

banyak lipid laut. Asam DPA dapat diubah menjadi DHA lewat tiga langkah

melibatkan dasaturasi Δ6 pada hewan.

2. Asam lemak n-6 (Omega 6)

Omega 6 umumnya ditemukan pada tanaman. Berikut merupakan beberapa

jenis asam lemak omega 6:

a) Asam linoleat (18:2n-6)

Asam linoleat dan α-linolenat adalah prekursor dalam sintesis PUFA.

Asam linoleat diproduksi dari tanaman dan secara khusus banyak dikandung pada

seed oil. Walaupun alam memproduksi asam linoleat setara α-linolenat, namun

dapat ditemukan beberapa cadangan makanan.

b)Asam γ-linolenat (18:3n-6)

Asam γ-linolenat (GLA) diproduksi pada hewan dan tumbuhan rendah

melalui desaturasi Δ6 asam linoleat. Asam linoleat pada hewan didesaturasi oleh

Δ6 desaturase untuk menghasilkan asam γ-linolenat sebagai produk intermediet dalam produksi asam arakhidonat.

c) Asam arakhidonat

Asam arakhidonat merupakan hasil desaturasi dan elongasi asam linoleat

pada hewan. Asam arakhidonat diproduksi pada alga laut. Asam arakhidonat

merupakan asam lemak esensial sebagai prekursor untuk eikosanoid.

d)Asam dokosatetraenoat (22:4n-6)

Asam dokosatetraenoat merupakan hasil elongasi langsung asam

arakhidonat dan terdapat sedikit pada jaringan hewan.

3. Asam lemak n-9 (Omega 9)

Asam lemak omega 9 juga tergolong ke dalam jenis asam lemak

non-esensial yaitu asam lemak yang dapat disintesa oleh tubuh. Asam oleat merupakan

(21)

a) Asam oleat (18:1n-9)

Asam oleat merupakan produk desaturasi Δ9 asam stearat dan diproduksi

pada tumbuhan, hewan dan bakteri. Asam oleat adalah asam tak jenuh yang paling

umum dan merupakan prekursor untuk produksi PUFA (Almatsier 2000).

b)Asam erukat (22:1n-9)

Asam erukat adalah asam lemak tak jenuh tunggal rantai panjang

ditemukan dalam tumbuhan, terutama dalam rapeseed. Asam erukat merupakan produk elongasi asam oleat (Thoha 2004).

Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak yang memiliki ikatan

rangkap pada atom C urutan ke-3 jika dihitung dari gugus C (metil). Asam lemak

yang merupakan kelompok omega-3 adalah α-linolenat (18:3; ALA), EPA (20:5)

dan DHA (22:6). Struktur kimia EPA dan DHA dapat dilihat pada Gambar 3

(Muchtadi et al. 1993).

EPA dan DHA berfungsi sebagai pembangun sebagian besar korteks

cerebral otak dan pertumbuhan organ lainnya (Ackman 1994).

(a) EPA (b) DHA

Gambar 3 Struktur EPA dan DHA

(Sumber: Visentainer et al. 2005)

Asam lemak esensial yang terdapat dalam tubuh seperti fosfolipid

mempunyai fungsi (Muchtadi et al. 1993) sebagai berikut: 1. Memelihara integritas dan fungsi membran seluler

2. Merupakan prekursor dari senyawa yang memilki fungsi pengatur fisiologis

yaitu prostaglandin, thromboksan, prostasiklin

3. Dibutuhkan untuk aksi piridoksin (Vitamin B6) dan asam pantotenat

(22)

3 METODOLOGI 3.1Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2011 di

Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Industri Hasil Perairan, Laboratorium

Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen

Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan; Laboratorium

Biologi Pusat Antar Universitas, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor; serta Laboratorium MIPA Terpadu, Baranangsiang, Bogor.

3.2Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari bahan utama,

yaitu ubur-ubur (Aurelia aurita) dan bahan untuk analisis proksimat seperti akuades, HCl, NaOH, katalis selenium, H2SO4, H3BO3 dan pelarut heksana serta

bahan yang digunakan untuk pengujian asam lemak antara lain etanol, isooktan,

NaCl, NaOH, BF3 dan akuades.

Alat-alat yang digunakan antara lain pisau, talenan, timbangan digital,

sudip, gegep, cawan porselen, oven, desikator, tabung reaksi, gelas erlenmeyer,

tabung Kjeldahl, buret, mortar, kertas saring Whatman 42, kapas bebas lemak,

tabung soxhlet, plastik, homogenizer, botol vial, waterbath, syringe dan perangkat kromatografi gas 2010 Shimadzu (identifikasi asam lemak).

3.3Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa bagian meliputi pengambilan

sampel ubur-ubur (Aurelia aurita), penentuan ukuran dan berat, preparasi sampel, penghitungan rendemen dan analisis kimia yang terdiri atas analisis proksimat dan

analisis asam lemak. Selain itu, sebagian daging ubur-ubur segar diberi perlakuan

melalui pengeringan dan pemberian garam untuk menghilangkan lendir dan

meningkatkan daya awet. Diagram alir metode penelitian ubur-ubur dan

(23)

Gambar 4 Diagram alir metode penelitian

*Ubur-ubur

Gonad, isi perut dan filamen dibuang

Daging ubur-ubur dicuci

Daging ubur-ubur direndam (100 L air tawar + 10% tawas)

Gambar 5 Diagram alir pengolahan ubur-ubur kering Pencucian

Preparasi Sampel

Analisis Asam Lemak Analisis

Proksimat

Utuh

Segar Kering*

Ubur-ubur

Daging ditiriskan

(24)

3.3.1 Pengambilan dan preparasi sampel

Penelitian ini diawali dengan pengambilan ubur-ubur (Aurelia aurata) dari pantai Cirebon. Ubur-ubur ditemukan di pinggir pantai dengan air yang dangkal

dan banyak terkena sinar matahari. Setelah sampel ubur-ubur diperoleh lalu

dibawa dengan cool box hingga ke laboratorium kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan benda asing yang menempel selanjutnya dilakukan

preparasi untuk memisahkan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Setelah itu,

diperoleh daging utuh ubur-ubur untuk diuji proksimat dan asam lemaknya. Selain

itu, sebagian daging ubur-ubur tersebut dilakukan pengeringan dan pemberian

garam yang kemudian diuji proksimat dan asam lemaknya.

3.3.2Analisis proksimat

Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk

mengetahui komposisi kimia yang ada pada suatu bahan. Analisis proksimat

dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi secara kasar (crude) yang meliputi kadar air dengan menggunakan metode oven (AOAC 2005), kadar abu dengan

menggunakan tanur (AOAC 2005), protein dengan menggunakan metode kjeldahl

(AOAC 2005) dan lemak dengan menggunakan metode sokhlet (AOAC 2005).

a) Analisis kadar air (AOAC 2005)

Prinsip dari analisis kadar air yaitu untuk mengetahui kandungan atau

jumlah air yang terdapat pada suatu bahan. Tahap pertama pada analisis kadar air

adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105 0C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan

dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Sampel seberat 1 gram ditimbang

setelah terlebih dahulu digerus. Selanjutnya cawan yang telah diisi sampel tersebut

dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105 0C selama 5-6 jam. Cawan

B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)

(25)

b) Analisis kadar abu (AOAC 2005)

Prinsip dari analisis kadar abu yaitu untuk mengetahui jumlah abu yang

terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis.

Cawan abu porselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu

sekitar 105 0C selama 30 menit. Cawan abu porselen tersebut dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 gram

ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan abu porselen. Selanjutnya

dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam

tanur pengabuan dengan suhu 600 oC selama 7 jam. Cawan dimasukkan di dalam desikator dibiarkan sampai dingin dan kemudian ditimbang.

% Kadar abu = C - A x 100% B - A

Keterangan : A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)

B = Berat cawan abu porselen dengan sampel (gram)

C = Berat cawan abu porselen + sampel setelah dikeringkan (gram)

c) Analisis kadar protein (AOAC 2005)

Prinsip dari analisis protein, yaitu untuk mengetahui kandungan dari

protein kasar (crude protein) pada suatu bahan. Tahapan yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.

1. Tahap destruksi

Sampel ditimbang seberat 0,5 gram. Kemudian sampel dimasukkan ke

dalam labu kjeldahl. Satu butir selenium dimasukkan ke dalam tabung tersebut

dan ditambahkan 3 ml H2SO4. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan

ke dalam alat pemanas dengan suhu 410 oC ditambahkan 10 ml air. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi jernih.

2. Tahap destilasi

Larutan yang telah jernih didinginkan dan kemudian ditambahkan 50 ml

akuades dan 20 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam

erlenmeyer 125 ml yang berisi 25 ml asam borat (H3BO3) 2% yang mengandung

indikator bromcherosol green 0,1% dan methyl red 0,1% dengan perbandingan 2:1. Destilasi dilakukan dengan menambahkan 50 ml larutan NaOH-Na2S2O3 ke

dalam alat destilasi hingga tertampung 40 ml destilat di dalam erlenmeyer dengan

(26)

3. Tahap titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,09 N sampai warna larutan

pada erlenmeyer berubah warna menjadi merah muda. Volume titran dibaca dan

dicatat. Perhitungan kadar protein pada ubur-ubur adalah sebagai berikut:

% Nitrogen = (ml HCl sampel – ml HCl blanko) x N HCl x 14 x 100% mg daging ubur-ubur

% Kadar Protein = % nitrogen x faktor konversi (6,25)

d)Analisis kadar lemak (AOAC 2005)

Sampel seberat 2 gram (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring dan

dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam labu

lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan dengan

tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung

soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung ekstraksi dipasang pada alat

destilasi soxhlet lalu dipanaskan pada suhu 40 0C dengan menggunakan pemanas listrik selama 16 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga

semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di

ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak,

selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3). Kadar lemak

Metode analisis yang digunakan memiliki prinsip mengubah asam lemak

menjadi turunanya, yaitu metil ester sehingga dapat terdeteksi oleh alat

kromatografi. Gas chromatography (GC) memiliki prinsip kerja pemisahan antara gas dan lapisan tipis cairan berdasarkan perbedaan jenis bahan. Hasil analisis akan

% Kadar lemak = W3 - W2 x100%

(27)

terekam dalam suatu lembaran yang terhubung dengan rekorder dan ditunjukkan

melalui beberapa puncak pada waktu retensi tertentu sesuai dengan karakter

masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi metil ester, terlebih

dahulu lemak diekstraksi dari bahan lalu dilakukan metilasi sehingga terbentuk

metil ester dari masing-masing asam lemak yang didapat (Fardiaz 1989).

Standar asam lemak yang digunakan, yaitu kaprat (C10:0), laurat (C12:0),

miristat (C14:0), palmitat (C16:0), stearat (C18:0), linoleat (C18:2), linolenat

(C18:3), EPA (C20:3), dan DHA (C22:6). Kadar asam lemak dapat dihitung

dengan:

Analisis asam lemak dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain

ekstraksi, metilasi, injeksi dan pembacaan sampel dengan kromatogram.

(a) Tahap ekstraksi

Terlebih dahulu diperoleh asam lemak dengan metode Sohxlet. Pada tahap ini akan diperoleh lemak dalam bentuk minyak. Sampel tersebut kemudian

ditimbang sebanyak 0,02-0,03 g lemak untuk dilanjutkan pada tahap metilasi.

(b) Pembentukan metil ester (metilasi)

Tahap metilasi dilakukan untuk membentuk senyawa turunan dari senyawa

asam lemak menjadi metil esternya. Asam-asam lemak dirubah menjadi

ester-ester metil atau alkil yang lainya sebelum disuntikkan ke dalam kromatografi gas

(Fardiaz 1989).

Metilasi dilakukan dengan merefluks lemak diatas penangas air dengan

menembahkan 1 ml NaOH dalam metanol 0,5 N, BF3 dan isooktan. Kemudian

Sebanyak ± 0,03 g minyak dari sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

ditambahakan 1 ml NaOH dalam metanol 0,5 N lalu dipanaskan dalam penangas

air selama 20 menit dengan suhu 80 oC kemudian larutan didinginkan. Selanjutnya Sebanyak ± 2 ml BF3 ditambahkan ke dalam tabung lalu dipanaskan kembali pada

waterbat dengan suhu 80 0C selama 20 menit lalu didinginkan. Setelah itu,

ditambahkan 2 ml NaCl jenuh dan isooktan lalu dikocok sempurna. Sebanyak 2 µl

sampel diinjeksikan ke dalam Gas Chromatography.

(28)

(c)Identifikasi asam lemak

Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menginjeksikan metil ester pada

alat kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut: jenis alat kromatografi gas

yang digunakan adalah Shimadzu GC-2010, gas yang digunakan sebagai fase

bergerak adalah gas nitrogen dengan aliran bertekanan 1 kg/cm2 dan sebagai gas pembakar adalah hidrogen dan oksigen dengan aliran 0,5 kg/cm2, kolom yang digunakan adalah kolom packing yang panjangnya 4 m dengan diameter dalam 0,3 cm. Suhu terprogram yang digunakan adalah suhu 200 oC, kemudian suhu dinaikkan 5 oC permenit hingga suhu akhir 230 oC.

Analisis kuantitatif dapat dihitung dengan cara:

Asam lemak (%) = Konsentrasi sampel X 100 %

100 - (Konsentrasi pelarut)

3.3.4Kromatografi gas

Analisis asam lemak dilakukan menggunakan metode kromatografi gas.

Metode ini memerlukan preparasi sampel sebelum diinjeksikan ke alat

kromatografi. Kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atau

distribusi diferensial komponen sampel diantara dua sampel. Kromatografi

melibatkan dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam biasanya berupa

cairan yang terikat pada permukaan, sedangkan fase gerak berupa eluen, pelarut

atau gas pembawa inert. Sampel daging ubur-ubur ditimbang 30 mg (minyak)

masukkan dalam tabung 10 ml yang ditutup rapat kemudian tambahkan 1 ml

NaOH 0,5 N selanjutnya direfluks selama 20 menit mengguakan water bath pada suhu 80 oC. Labu lalu diangkat dan dibiarkan sampai dingin kemudian tambahkan 2 ml BF3, panaskan kembali selama 20 menit, dinginkan lalu tambahkan 2 ml

larutan NaCl jenuh dan 1 ml isooktan sambil dikocok. Kemudian, pisahkan

lapisan isooktan yang di bagian atas dan dimasukkan ke dalam evendof yang telah bersisi Na2SO4 anhidrat kemudian diinjeksikan kedalam kromatografi gas. Berikut

(29)

(a) (b)

Gambar 6 (a) alat kromatografi gas; (b) tabung gas pembawa

Tabung gas pembawa

Pengendali aliran

Injektor

Detektor

Hasil rekaman

Gambar 7 Diagram Alir Kromatografi Gas untuk Asam Lemak

Kondisi alat GC pada saat analisis:

a) Jenis kolom : Cyanopropil methyl sil (capilary column) b) Panjang kolom : 60 cm

c) Diameter dalam : 0,25 mm

d) Tebal lapisan film : 0,25 µm

e) Laju alir N2 : 20 ml/menit

f) Laju alir H2 : 30 ml/menit

g) Laju alir udara : 200-250 ml/menit

h) Suhu injektor : 200 oC i) Suhu detektor : 230 oC j) Suhu terprogram : 190 – 230 oC

(30)

3.3.5 Pengolahan Ubur-ubur (Aurelia aurita)

Ubur-ubur dengan diameter minimum 25 cm adalah yang paling baik

untuk diolah. Sebelum proses pengolahan, ubur-ubur dicuci bersih dengan air

tawar kemudian bagian payung dipisahkan dengan bagian tentakel. Bagian yang

tidak diperlukan seperti filamen dan isi perut dibuang. Proses pengolahan dipisah

antara bagian payung dan lengan. Bagian-bagian yang telah terpisahkan ini

masing-masing dimasukkan ke dalam bak kayu yang dilapisis dengan lembaran

polietilen cukup tebal dengan ukuran (2x1,5x1)m. Proses pengolahan ubur-ubur

terbagi dalam beberapa tahap dan biasanya yang banyak digunakan adalah bagian

payung yang dijabarkan sebagai berikut.

Tahap 1.

Bagian payung direndam dalam larutan yang terdiri dari campuran tawas

500 g dan bubuk pemutih 200 g yang dilarutkan dalam 100 l air tawar. Lama

perendaman 3-5 jam atau sampai terlihat adanya lapisan berwarna putih tebal pada

sub umbrella.

Tahap 2.

Bagian payung ubur-ubur yang telah dibersihkan dari lapisan putih disusun

pada bak lain dengan bagian sub umbrella menghadap keatas kemudian dibiarkan 3-4 hari. Diantara tumpukan tersebut diselipkan campuran yang terdiri dari tawas

dan garam dengan perbandingan 1:5 dari bobot payung yang digunakan.

Tahap 3.

Pada fase ini cairan pada bagian payung sudah berkurang. Setelah 50%

dari cairan tereduksi, bagian payung tersebut dipindahkan kembali ke bak lain

yang telah diisi dengan campuran 600 g tawas dan 800 g garam kemudian

didiamkan selama 3 hari.

Tahap 4.

Pada fase ini perkiraan cairan pada payung yang telah tereduksi 70%

akibat perendaman dan pada hari keempat payung kelihatan mulai terlipat yang

kemudian dicuci dengan larutan garam hingga lipatan akan hilang dengan

sendirinya dan bagian payung tersebut akan menjadi pipih seperti lempengan

berwarna cokelat tanpa mengalami kerusakan. Lempengan payung tersebut

(31)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Bahan Baku

Penelitian ini menggunakan bahan baku daging ubur-ubur (Aurelia aurita) segar dan kering yang berasal dari Perairan Cirebon dan Pantai Ancol, Jakarta.

Sampel ubur-ubur segar yang diperoleh segera dibawa ke laboratorium untuk

dibersihkan dari benda asing kemudian di preparasi untuk dipisahkan dari bagian

tubuhnya yang tidak diperlukan lalu diperoleh daging utuh segar ubur-ubur yang

kemudian dilakukan pengujian proksimat dan analisis asam lemak dengan metode

gas kromatografi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan daging ubur-ubur

kering dengan perlakuan penambahan garam. Daging ubur-ubur kering tersebut

kemudian juga dilakukan pengujian terhadap kandungan proksimat dan analisis

asam lemak sebagai perbandingan dengan daging ubur-ubur segar.

Gambar 8 Ubur-ubur segar Gambar 9 Ubur-ubur segar ditimbang

Gambar 10 Ubur-ubur kering Gambar 11 Preparasi ubur-ubur kering

Ubur-ubur yang digunakan pada penelitian ini memiliki tekstur yang

lunak, berwarna putih transparan, tubuhnya berlendir dan jika disentuh dapat

menyebabkan gatal. Ubur-ubur tersebut kemudian ditangani dengan pencucian air

tawar dilanjutkan ke dalam air garam selama beberapa tahap untuk

(32)

memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan yang segar. Hal tersebut

disebabkan karena sebagian air dalam tubuh ubur-ubur telah teruapkan oleh panas

saat pengeringan. Kadar air tersebut merupakan air bebas yang mudah dihilangkan

melalui proses pengeringan (Winarno 2008). Hasil pengujian proksimat terhadap

ubur-ubur segar dan kering juga menunjukkan beberapa perubahan seperti

peningkatan kadar abu dan protein pada ubur-ubur yang telah dikeringkan dan

diberi garam serta perbedaan hasil uji asam lemak dari masing-masing daging

ubur-ubur tersebut.

4.2 Rendemen Ubur-ubur (Aurelia aurita)

Rendemen adalah persentase bagian tubuh bahan baku yang dapat

dimanfaatkan. Rendemen merupakan parameter untuk mengetahui nilai ekonomis

dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan rendemen didasarkan pada

presentase perbandingan bobot contoh dengan bobot total. Semakin besar

rendemen maka semakin tinggi pula nilai ekonomis dari produk tersebut, begitu

pula sebaliknya, semakin kecil rendemen maka semakin rendah nilai ekonomisnya

atau keefektivitasan suatu produk atau bahan (Yunizal et al. 1998). Tubuh ubur-ubur hanya terdiri dari beberapa bagian, yaitu daging dan filamen (isi perut dan

jeroan). Kedua bagian tersebut memiliki rendemen yang berbeda. Rendemen dari

tiap bagian tubuh ubur-ubur dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Diagram pie rendemen ubur-ubur (Aurelia aurita) Gambar 12 menunjukkan bahwa rendemen yang terbesar dari ubur-ubur

adalah daging, yaitu 87,96% dan rendemen filamen (isi perut dan jeroan) hanya

sebesar 12,04%. Menurut Solihat (2004), ubur-ubur memiliki rendemen daging

yang paling besar. Hal ini disebabkan seluruh bagian tubuh ubur-ubur terhitung

sebagai daging yang dapat dimanfaatkan seluruhnya. Daging ubur-ubur

mengandung protein yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku

Isi perut dan jeroan

12,04%

(33)

fungsional. Orang-orang Cina telah memanfaatkan daging ubur-ubur sebagai

santapan dan obat untuk penyakit tekanan darah tinggi, bronchitis dan banyak

penyakit lain. Ubur-ubur juga diduga memiliki kolesterol dan lemak rendah

sehingga dapat dijadikan sebagai makanan diet.

4.3 Kandungan Proksimat Ubur-ubur

Bahan baku yang baik, yaitu bahan yang mempunyai komposisi gizi yang

meliputi air, lemak, protein, abu dan karbohidrat. Setiap komponen ini harus

diketahui jumlahnya agar pemenuhan kebutuhan gizi dalam tubuh dapat terpenuhi

secara tepat. Komposisi gizi ini dapat diketahui dengan cara analisis proksimat.

Komposisi kimia daging ubur-ubur segar dan ubur-ubur kering dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi kimia daging ubur-ubur segar dan kering

Parameter Ubur-ubur

tinggi menyebabkan kadar lemak menurun secara proporsional. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang menyatakan bahwa kadar air umumnya berbanding terbalik

dengan kadar lemak (Yunizal et al. 1998). Kandungan zat gizi paling banyak yang terdapat pada ubur-ubur kering adalah kadar air, karbohidrat dan lemak. Kadar

abu yang meningkat pada ubur-ubur yang telah dikeringkan dipengaruhi oleh

perlakuan pemberian garam sebesar 20% dari berat total ubur-ubur. Kadar abu

berkaitan dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan dan garam

mengandung banyak mineral sehingga dapat meningkatakan kandungan abu yang

terdapat pada ubur-ubur tersebut. Perhitungan karbohidrat dilakukan dengan

(34)

a. Kadar air

Air merupakan komponen yang penting dalam bahan makanan, karena air

dapat memberikan pengaruh kepada penampakan, tekstur serta cita rasa. Bahkan

di dalam makanan kering sekalipun, terkandung air dalam jumlah tertentu. Produk

hasil perikanan memiliki kandungan air yang sangat tinggi, sekitar 80%.

Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan daya terima, kesegaran

serta daya simpan bahan tersebut (Winarno 2008).

Kadar air yang terkandung pada daging ubur-ubur segar dan kering

masing-masing sebesar 87,50% dan 67,33%. Kandungan air yang tinggi tersebut

dapat disebabkan karena habitat ubur-ubur yang seluruh hidupnya terdapat di

perairan. Menurut penelitian Sutiyoso (2009), kadar air yang terdapat pada teripang mencapai 79,35%. Kandungan air tersebut tidak berbeda jauh dengan

yang terdapat pada daging ubur-ubur baik segar maupun kering. Pengeringan

dapat menghilangkan air yang terkandung dalam bahan pangan. Semakin lama

waktu pengeringan yang dilakukan, kadar air yang terdapat pada suatu bahan

pangan akan semakin rendah. Proses pemberian garam juga dapat menyebabkan

berkurangnya kadar air yang terkandung pada ubur-ubur tersebut. Garam bersifat

higroskopis sehingga dapat menyerap air yang terkandung dalam bahan kemudian

menurunkan aktifitas air dari bahan tersebut (Winarno 2008).

Kadar air pada daging ubur-ubur yang telah dikeringkan hanya sedikit

mengalami penurunan dapat disebabkan karena produk ubur-ubur yang telah

diolah biasanya masih termasuk semi basah karena apabila terlalu kering dapat

merusak tekstur dari ubur-ubur tersebut saat ditransportasikan ke pembeli atau

luar negeri. Selain itu, faktor lainya juga dapat disebabkan untuk mempermudah

pengolahan seanjutnya terhadap daging ubur-ubur karena bila terlalu kering akan

menjadi keras dan sukar untuk dipotong unutk disajikan (Solihat 2004).

Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut dan alat angkut zat-zat gizi,

terutama vitamin larut air dan mineral. Selain itu, air juga berfungsi sebagai

katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu dan peredam benturan

(35)

b.Lemak

Lemak didefinisikan sebagai bahan-bahan yang dapat larut dalam eter,

kloroform (benzene) dan tidak dapat larut dalam air. Lemak merupakan sumber

energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak

dapat menghasilkan 9 kkal/gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya

menghasilkan 4 kkal/gram. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pelarut

vitamin A, D, E dan K. Lemak merupakan cadangan makanan dalam tubuh,

karena kelebihan karbohidrat diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan

adiposa (Winarno 2008).

Kadar lemak yang diperoleh dari hasil proksimat ubur-ubur segar sebesar

2,03% lebih rendah dibandingkan kadar lemak yang terdapat pada ubur-ubur yang

telah dikeringkan, yaitu sebesar 9,20%. Proses pengeringan menyebabkan

kandungan air yang terdapat pada daging ubur-ubur turun sehingga menyebabkan

lemak pada ubur-ubur kering meningkat. Menurut Almatsier (2006), hal tersebut

disebabkan karena kandungan lemak berbanding terbalik dengan kadar air yang

terdapat dalam suatu bahan. Lemak pada tubuh makhluk hidup biasanya disimpan

sebesar 45% di sekililing organ dan rongga perut. Kadar lemak yang terdapat pada

biota laut lainya seperti teripang, yaitu sebesar 6,28% (Sutiyoso 2009).

Peranan lemak di dalam tubuh adalah menghasilkan energi yang

diperlukan tubuh. Selain itu, lemak juga berperan membentuk struktur tubuh,

penghasil asam lemak esensial dan pembawa vitamin yang larut dalam lemak.

Angka kecukupan lemak untuk orang dewasa menurut Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi (2004), yaitu 54 g/hari untuk pria dan wanita.

c. Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh, karena

selain berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur jaringan-jaringan baru yang

selalu terjadi di dalam jaringan tubuh. Protein digunakan sebagai bahan bakar

apabila keperluan energi mengandung N yang tidak dimiliki oleh lemak dan

karbohidrat (Winarno 2008).

Hasil analisis kadar protein yang diperoleh pada daging ubur-ubur segar

yaitu sebesar 5,31%, sedangkan daging ubur-ubur kering sebesar 4,67%. Hasil

(36)

Disamping itu, berdasarkan penelitian Sutiyoso (2009), kadar protein pada hewan laut lain seperti teripang mencapai 5,65%. Perbedaan kadar protein ini

dikarenakan oleh umur, ukuran dan perlakuan terhadap ubur-ubur tersebut.

Protein di dalam tubuh manusia berfungsi membentuk jaringan baru dan

mempertahankan jaringan yang telah ada. Kekurangan protein dalam jangka

waktu yang lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan

menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Angka kecukupan protein untuk

orang dewasa menurut, yaitu 50 g/hari untuk pria dan 42 g/hari untuk wanita

(Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004).

d.Kadar abu

Abu merupakan zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan yang dianalisis.

Sebagian besar bahan makanan, sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air.

Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral yang juga dikenal sebagai unsur

anorganik (abu). Komponen-komponen organik terbakar, tetapi komponen

anorganiknya tidak karena itulah disebut abu (Winarno 2008).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar abu pada daging ubur-ubur

segar lebih rendah yaitu sebesar 1,76% dibandingkan kadar abu pada daging

ubur-ubur kering yang bernilai 3,26%. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya

akumulasi mineral yang berasal dari garam yang diberikan pada perlakuan

pengeringan ubur-ubur untuk menghilangkan lendir dan gatal. Faktor lainya yang

dapat mempengaruhi adalah lingkungan dan waktu pengambilan sampel. Pada

umumnya hewan memperoleh asupan mineral dari tumbuhan dan kemudian

menumpuknya di dalam jaringan tubuhnya (Winarno 2008).

Kadar abu pada daging ubur-ubur hasil penelitian ini lebih rendah

dibandingkan dengan hasil penelitian Solihat (2004) yaitu sebesar 4,64%. Hal ini

disebabkan oleh adanya perbedaan habitat, waktu pengambilan sampel dan

kondisi lingkungan hidup dari organisme tersebut. Di samping itu, menurut

penelitian Sutiyoso (2009), kadar abu pada biota air lainya seperti teripang

mencapai 5,67%. Masing-masing organisme memiliki kemampuan yang

(37)

sehingga akan memberikan pengaruh pada nilai kadar abu dalam masing masing

bahan.

e. Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena karbohidrat

merupakan sumber energi utama bagi hewan dan manusia. Selain itu, karbohidrat

juga memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan

seperti penampakan, warna dan tekstur. Karbohidrat berfungsi untuk mencegah

terjadinya pemecahan protein yang berlebihan, kehilangan mineral dan membantu

metabolisme lemak dan protein (Winarno 2008). Kadar karbohidrat pada daging

ubur-ubur segar dan kering yaitu sebesar 3,40% dan 13,54%. Menurut penelitian

Sutiyoso (2009), kadar karbohidrat pada teripang sebesar 7,86%. Perbedaan kadar karbohidrat tersebut dapat disebabkan karena perbedaan spesies, umur, perlakuan

dan habitat tempat pengambilan sampel. Dua pertiga bagian dari karbohidrat yang

terdapat dalam bentuk glikogen pada hewan disimpan di dalam otot dan

selebihnya dalam hati (Almatsier 2006). Glikogen disebut juga sebagai pati hewan

karena diproduksi dari glukosa di dalam tubuh. Glikogen dipergunakan oleh

hewan untuk memasok energi pada saat bergerak (Nasoetion et al. 1994).

Kadar karbohidrat pada daging ubur-ubur hasil penelitian ini lebih rendah

dibandingkan dengan hasil penelitian Solihat (2004), yaitu sebesar 16,93% dan

17,08%. Hal ini dikarenakan kadar karbohidrat dihitung secara by difference. Rendahnya kadar air dan protein dapat menyebabkan kandungan karbohidrat,

lemak dan kadar abu suatu bahan meningkat.

Peranan karbohidrat di dalam tubuh adalah sebagai sumber energi untuk

aktifitas tubuh, baik untuk bergerak ataupun bekerja. Apabila jumlah karbohidrat

yang tersedia di dalam tubuh tidak mencukupi, maka akan mengakibatkan

terjadinya peningkatan katabolisme atau penguraian lemak. Jika kadar karbohidrat

dan lemak juga tidak mencukupi, maka protein akan dirombak untuk

menghasilkan energi (Nasoetion et al. 1994). Angka kecukupan karbohidrat untuk orang dewasa menurut widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), yaitu

(38)

4.4Komposisi Asam Lemak Ubur-ubur (Aurelia aurita)

Asam lemak merupakan komponen rantai panjang yang menyusun lipid,

terdiri atas rantai hidrokarbon lurus yang mempunyai gugus karboksil (COOH) di

salah satu ujungnya dan gugus metil (CH3) di ujung lainnya. Hasil analisis asam

lemak pada daging ubur-ubur (Aurelia aurita) segar dan kering menunjukkan terdapat asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SAFA), asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acid/MUFA) dan asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA). Injeksi terhadap asam lemak menghasilkan hasil kromatogram untuk ubur-ubur segar dan kering seperti pada

Lampiran 5, yang masing-masing peak menunjukkan jenis asam lemak tertentu. Identifikasi tiap komponen asam lemak dilakukan dengan membandingkan

waktu retensinya dengan standar pada kondisi analisis yang sama. Retention time

merupakan waktu yang diperlukan oleh sampel mulai dari saat injeksi sampai

sampel mencapai peak maksimum (Riyadi 2009). Pada peak asam lemak sampel, dihasilkan nilai retention time yang mendekati nilai retention time standar asam lemak. Retention Time (RT) asam lemak pada daging segar dan kering ubur-ubur

(Aurelia aurita) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Retention time asam lemak ubur-ubur (Aurelia aurita)

(39)

time standar asam lemak dengan retention time sampel yang diuji.Pada peak asam lemak sampel, dihasilkan nilai retention time yang mendekati dengan nilai

retention time standar asam lemak (Riyadi 2009).

Asam lemak yang terkandung dalam daging segar dan kering ubur-ubur

terdiri atas asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak

tidak jenuh majemuk. Asam lemak jenuh, yaitu laurat (C12:0), miristat (C14:0),

palmitat (C16:0) dan stearat (C18:0). Asam lemak tidak jenuh tunggal, yaitu

palmitoleat (C16:1) dan oleat (C18:1). Asam lemak tidak jenuh majemuk, yaitu

linoleat (C18:2), linolenat (C18:3), arakhidonat (C20:4) dan EPA (C20:5)

Komposisi asam lemak pada daging ubur-ubur dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Kromatogram asam lemak daging ubur-ubur dan standar yang digunakan

pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 4-6. Kandungan asam lemak terkecil

yang dapat dideteksi oleh GC adalah asam laurat (C12:0) sebesar 0,06% dan

0,07% pada daging segar dan kering ubur-ubur. Histogram untuk komposisi asam

lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh majemuk

dari daging ubur-ubur dapat dilihat pada Gambar 13, 14 dan 15.

Tabel 4 Komposisi asam lemak daging ubur-ubur

(40)

dan oleat; serta asam lemak tak jenuh majemuk terdiri atas linoleat, linolenat,

arakhidonat dan EPA. Asam laurat, miristat, palmitat dan stearat merupakan asam

lemak berantai panjang yang secara luas terdapat di alam. Asam laurat sebagai

monogliserida digunakan dalam industri farmasi sebagai antimikroba. Asam

miristat dan stearat terdapat dalam jumlah sedikit, tidak lebih dari 2%. Asam

stearat merupakan asam lemak jenuh dengan berat molekul tertinggi dan terdapat

pada biji-bijian serta minyak hewan laut dalam jumlah sedikit (Jacquot 1962).

Komposisi asam lemak yang dihasilkan pada daging ubur-ubur segar dan

kering dalam penelitian ini berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu umur, perlakuan dan ukuran ubur-ubur (Ozogul dan Ozogul 2005).

Gambar 13 Kandungan asam lemak jenuh ubur-ubur segar dan

kering

Gambar 13 menunjukkan kandungan asam laurat pada ubur-ubur (Aurelia

aurita) segar dan kering diperoleh hasil sebesar 0,06% dan 0,07%. Perbedaan nilai

asam laurat ini dapat disebabkan oleh umur, perlakuan dan ukuran ubur-ubur

tersebut. Menurut penelitian Sutiyoso (2009), kandungan asam laurat pada biota

air lainya seperti teripang sebesar 0,15 %. Asam laurat digunakan dalam industri

makanan yaitu sebagai antibakteri, antivirus dan anti protozoa serta digunakan

(41)

juga dalam industri sabun dan kosmetik. Asam laurat bertanggungjawab terhadap

naiknya LDL darah dan berhubungan dengan serangan jantung (Solihat 2004).

Kandungan asam miristat pada daging ubur-ubur segar dan kering adalah

sebesar 3,33% dan 3,68%. Perbedaan nilai asam miristat ini disebabkan oleh

umur, perlakuan dan ukuran ubur-ubur tersebut. Menurut penelitian Sutiyoso

(2009), kandungan asam miristat pada teripang lebih kecil, yaitu 1,25 %. Asam

miristat dapat dimanfaatkan dalam pembuatan shampo, krim, kosmetik dan flavor

makanan. Asam miristat dibutuhkan dalam photoreseptor (Winarno 2008).

Berdasarkan hasil analisis asam palmitat pada ubur-ubur segar dan kering

menunjukkan hasil 15,36% dan 15,35%. Perbedaan nilai asam palmitat ini

disebabkan oleh spesies, perlakuan, umur dan ukuran ubur-ubur tersebut. Menurut

penelitian Sutiyoso (2009), teripang mengandung palmitat sebesar 10,75 %. Asam

palmitat merupakan asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan pada bahan

pangan, yaitu sebesar 15-50% dari seluruh asam-asam lemak yang ada. Asam

palmitat dapat meningkatkan resiko aterosklerosis, kardiovaskular dan stroke

(Winarno 2008).

Kandungan asam stearat yang terdapat pada ubur-ubur segar dan kering,

yaitu sebesar 6,20% dan 6,24%. Perbedaan nilai asam stearat ini disebabkan oleh

spesies, lama perlakuan penjemuran, konsentrasi garam dan ukuran ubur-ubur

yang digunakan. Menurut penelitian Sutiyoso (2009), biota air yang memiliki

kekerabatan dengan ubur-ubur, yaitu teripang memiliki kandungan stearat sebesar

5,77 %. Asam stearat dapat menyebabkan trombogenik atau pembekuan darah,

hipertensi, kanker, dan obesitas (Solihat 2004). Komposisi asam lemak tidak jenuh

tunggal yang terkandung dalam daging ubur-ubur segar dan kering dapat dilihat

(42)

3,1 3,15 3,2 3,25 3,3 3,35

Palmitoleat Oleat

3,31 3,32

3,2 3,22

Kandungan (%)

Jenis Asam Lemak Tidak Jenuh Tunggal

Gambar 14 Kandungan asam lemak tak jenuh tunggal daging ubur-ubur segar dan kering

Gambar 14 menunjukkan hasil asam oleat pada ubur-ubur segar dan kering

sebesar 3,32% dan 3,22%. Perbedaan nilai asam oleat ini disebabkan oleh

perbedaan perlakuan, umur dan ukuran ubur-ubur. Asam oleat lebih stabil

dibandingkan dengan asam linoleat dan linolenat, terlihat dari peranannya dalam

meningkatkan HDL kolesterol yang lebih besar dan menurunkan LDL kolesterol

di dalam darah (Muchtadi et al. 1993). Menurut penelitian Sutiyoso (2009), hewan air lainya seperti teripang diketahui mengandung asam oleat sebesar 2,21%. Asam

oleat juga berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh dan sebagai

prekursor terbentuknya PUFA (Farouk et al. 2007). Kandungan palmitoleat yang terdapat pada daging ubur-ubur segar dan kering, yaitu sebesar 3,31% dan 3,20%.

Perbedaan ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan, ukuran dan umur

ubur-ubur tersebut. Selain itu, juga dipengaruhi oleh suhu dan habitat ubur-ubur

(43)

0

Gambar 15 Kandungan asam lemak tak jenuh majemuk daging ubur-ubur segar dan kering

Asam lemak linoleat dan linolenat merupakan asam lemak esensial karena

dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan tubuh tidak dapat mensintesisnya.

Masing-masing mempunyai ikatan rangkap pada karbon ke-6 dan ke-3 dari ujung gugus

metil. Manusia tidak dapat menambah ikatan rangkap pada karbon ke-6 dan ke-3

pada asam lemak yang ada di dalam tubuh sehingga tidak dapat mensintesis kedua

jenis asam lemak tersebut. Asam lemak esensial digunakan untuk menjaga

bagian-bagian struktural dari membran sel dan untuk membuat bahan-bahan seperti

hormon yang disebut eikosanoid. Tingginya asam linoleat dapat menghambat laju

biosintesis DHA dari asam linolenat (Connor et al. 1992 dalam Prasastyane 2009). Asam linoleat dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik (Simopoulos 1991 dalam

Witjaksono 2005).

Asam arakhidonat merupakan hasil desaturasi dan elongasi asam linoleat.

Sedangkan EPA dan DHA dalam tubuh ubur-ubur hanya dapat dikonversi dari

asam α-linolenat. Desaturasi merupakan proses penambahan ikatan rangkap pada

asam lemak dengan bantuan enzim, sedangkan elongasi merupakan perpanjangan

dua rantai karbon. Tubuh manusia hanya dapat mengkonversi asam α-linolenat

kurang dari 5-10% EPA dan 2-5% DHA (Grosch 1999). Kandungan linoleat pada

ubur-ubur cukup tinggi dibandingkan dengan asam lemak lainnya, yaitu 0,34%

pada daging segar dan 0,36% pada daging kering. Berdasarkan Gambar 15, dapat

dilihat kandungan linolenat ubur-ubur segar dan kering sebesar 0,08% dan 0,06%;

(44)

arakhidonat sebesar 0,33% dan 0,29%; dan EPA sebesar 0,32% dan 0,30%.

Komponen DHA pada hasil pengujian daging ubur-ubur segar dan kering tidak

ditemukan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh ekstraksi awal untuk lemak

menggunakan soxhlet dengan suhu pemanasan cukup tinggi yang dapat menyebabkan sebagian hasil ekstrak lemak menjadi hancur. Faktor lain yang

dapat menyebabkan tidak terdeteksinya DHA pada daging ubur-ubur yang

digunakan adalah berkaitan dengan matriks alam atau rantai makanan yang

dikonsumsi oleh ubur-ubur tersebut. Ubur-ubur memakan ikan-ikan kecil yang

merupakan pemakan fitoplankton. Terdapat kemungkinan bahwa pakan yang

dikonsumsi oleh ikan-ikan makanan dari ubur-ubur tersebut sedikit mengandung

DHA sehingga saat dilakukan ekstrak hasil yang diperoleh sangat kecil dan tidak

terbaca dalam kromatogram. EPA dan DHA berfungsi sebagai pembangun

sebagian besar korteks serebral otak (bagian yang digunakan untuk berpikir) dan

untuk pertumbuhan normal organ ini, karena sangat penting untuk tetap menjaga

(45)

5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penguiian diperoleh karakteristik ubur-ubur yang

digunakan pada penelitian ini antara lain memiliki tekstur yang lunak, warna

tubuh putih transparan, berlendir dan memiliki tentakel. Rendemen dari daging

ubur-ubur terdiri atas daging 87,96% dan filamen (isi perut dan jeroan) 12,04%.

Komposisi kimia untuk daging ubur-ubur segar dan kering terdiri atas kadar air

87,50% dan 67,33%; kadar abu 1,76% dan 3,26%; lemak 2,03% dan 9,20%;

protein sebesar 5,31% dan 4,67%; serta karbohidrat sebesar 3,40 % dan 13,54%.

Daging ubur-ubur pada penelitian ini juga terdeteksi mengandung asam

laurat, miristat, palmitat dan stearat (asam lemak jenuh), asam palmitoleat dan

oleat (asam lemak tak jenuh tunggal) serta linoleat, linolenat, arakhidonat dan

EPA (asam lemak tak jenuh majemuk). Kandungan asam lemak jenuh tertinggi

pada daging ubur-ubur adalah palmitat, yaitu sebesar 15,36% (ubur-ubur segar)

dan 15,35% (ubur-ubur kering), sedangkan asam lemak tak jenuh tunggal tertinggi

pada daging ubur-ubur segar dan kering adalah asam oleat, yaitu sebesar 3,32%

dan 3,22%. Asam lemak tak jenuh majemuk berantai panjang yang terkandung

pada ubur-ubur segar dan kering adalah EPA, yaitu sebesar 0,32% dan 0,30%.

Kandungan lemak pada daging ubur-ubur yang tidak terlalu tinggi dapat

dimanfaatkan untuk pengolahan selanjutnya sabagai bahan baku fungsional atau

makanan konsumsi yang sehat.

5.2Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan

penelitian lanjutan mengenai komponen gizi lainya yang terdapat pada ubur-ubur

(Aurelia aurita) seperti asam amino, vitamin dan mineral. Selain itu, penggunaan

metode lain untuk pengujian asam lemak dapat dilakukan untuk mengetahui

Gambar

Tabel 1 Komposisi kimia ubur-ubur
Gambar 5 Diagram alir pengolahan ubur-ubur kering
Gambar 6 (a) alat kromatografi gas; (b) tabung gas pembawa
Gambar 12 Diagram pie rendemen ubur-ubur (Aurelia aurita)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat ditarik kesimpulan jika karyawan wanita RS Permata Bunda mengalami konflik dalam keluarga disebabkan waktu yang habis digunakan untuk bekerja dan

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penting yang diperlukan bagi setiap orang. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek keagamaan, kepribadian,

Dari rancangan sistem e-voting dalam penelitian ini, maka peneliti memperoleh hasil perbandingan antara sistem lama yang sedang berjalan dengan sistem baru yang

)esistensi adalah ukuran kemudahan #luida yang akan mengalir melalui tabung" yakni semakin mudah" semakin sedikit resistensi terhadap aliran" dan sebaliknya.$alam

Penelitian ini diperlukan sebagai dasar teori dan dasar praktis dalam memanfaatkan daun jambu biji sebagai bahan obat tradisional untuk mengetahui pengaruh daya

Data dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah anak pada PAUD Lestari berdasarkan jenis kelamin dari kelompok A jumlah laki-laki 12 orang dan perempuan14 orang,

Menurut Eriyanto (2011: 255), pada dasarnya elemen struktur mikro leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata

Tujuan dari penelitian ini untuk menghasilkan solusi database High Availability, flexibility, dan scalability sehingga dapat meminimalkan dampak gangguan pada