• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERDA DALAM KONSEP SIYĀSAH DUSTŪRIYYAH) Hasiah *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERDA DALAM KONSEP SIYĀSAH DUSTŪRIYYAH) Hasiah *"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DUSTŪRIYYAH)

Hasiah* Abstrak

Pemerintahan daerah diatur dalam bab tersendiri dalam UUD 1945 Bab VI dengan judul “Pemerintahan Daerah”. Pemerintah daerah terdiri dari daerah -daerah Provinsi, dan Kabupaten/ Kota yang disebutkan dalam Pasal 18 ayat (1) yaitu

“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap -tiap provinsi dan kota mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang -undang.” Berdasarkan aturan UUD 1945 tersebut, jelas menunjukan bahwa ne gara Indonesia secara vertikal yang terdiri dari pemerintahan daerah-daerah dalam penyelenggaraanya adalah berdasarkan aturan hukum. Begitu pula dalam menentukan kebijakan yang diwujudkan dalam Peraturan Daerah dilakukan oleh pihak yang berwenang diperoleh dari Undang-Undang.

Kewenangan pembentukan oleh pihak yang berhak merumuskan undang - undang memiliki kesamaan dalam ketatangeraan Islam terutama dalam konsep Siyāsah Dustúriyyah. Dalam konsep Siyāsah Dustúriyyah, perumus undang-undang disebut Al-Sulṭhah al-Tasyrī‟iyyāh. Kaitannya dengan perumusan peraturan secara lokal atau disebut Peraturan Daerah yakni memiliki relevansi sumbernya yaitu dari nash/ UU tertinggi dan bersumber dari umat/ rakyat. Namun dalam konteks umat, kewenangan Al-Sulṭhah al-Tasyrī‟iyyāh diakui atas dasar kesamaan aqidah, sedangkan dalam konteks pemerintahan daerah, keberadaanya berdasarkan dipilih rakyat dan diakui secara paksa oleh hukum negara. Perbedaan yang terlihat dalam konsep yang sehar usnya dalam negara Islam bahwa Al-Sulṭhah at-Tasyrī‟iyyāh dituntut dan wajib memahami ilmu perundang-undangan Islam sebagai syarat melakukan Ijtīhad.Mekanisme proses terbentuknya Peraturan Daerah juga memiliki relevansi dengan proses terbentuknya hukum dalam negara Islam yaitu memerlukan „illat, ijtihad dan mekanisme Syura‟ dalam proses persidangan dan penetapan Perda.

Kata Kun ci : Kewenangan, P em eri nt ahan Daerah, Legal Dr aff ting , Si yās ah Dustūriyyah

* Penulis adalah Dosen Fakultas Syariah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

(2)

PENDAHULUAN

Sebagai negara hukum, Indonesi a adal ah negara yang mem akai sist em hukum Civil Law yang berarti berdas arkan asas legalit as atau kepasti an hukum . (Asshiqie, 2005) . Menurut Tut ik Tri wul an, si st em Ci vil L aw adal ah negara yang menempatkan konst itusi pada urutan tertinggi dal am perat uran perundang - undangan. Dem iki an konstitusi sebagai inst rumen hukum dasar pen yei mbang hak ra k yat dan kekuasaan l embaga -l embaga negara agar dapat berfungsi bagi terwuj udn ya cita -cita dem okrasi dengan wujudn ya Pemeri ntah menj al ankan as as kepast ian hukum.

(Tutik T. T., 2016) .

Kebij akan pem erint ah mel aksanakan kepasti an hukum dijadikan landasan dal am mel aksanakan urusan -urus ann ya

bagi menjal ankan roda

pem erint ahan dan sebagi an diserahkan kepada pem erint ahan daerah m el alui peraturan perundang-undangan. Demi kian hal ini bert ujuan unt uk mempermudah mengat ur dan m engurus warg a negara s esuai kebut uhan daerahn ya masi ng-masing. Untuk itu, pem erint ah daerah dapat m em buat suat u peraturan berupa P erat uran Daerah, P erat uran dan Keputusan Kepal a Daerah atau Keputusan dan peraturan DPRD bai k yang bersi fat mengat ur (r egeling) maupun yang bersi fat menetapkan ( bes chi king).

(Kaho, 2012) .

Bent uk kebij akan pem erint ah daerah m embuat Perda s ebagai sal ah satu m em enuhi kebut uhan daerah juga di at ur dalam Isl am.

Dal am ket at anegaraan Isl am , wujud peraturan ters ebut se bagai tugas negara waji b m emberi kan j aminan bagi seluruh wargan ya dengan

men yel enggarakan undang -undang at au regul asi . (Iqbal, 2014) . Wewenang m em bentuk regul asi at au biasa di sebut legal draffti ng tersebut mem iliki relevans i de ngan konsep Siyāsah al-Dustūriyyah yang m embahas t ent ang perundang - undangan dan prakt ekn ya dilaks anakan ol eh Al-Sulṭah al - Tasyrī‟iyyah.

Kedudukan Peraturan Daerah dalam Und ang -Und ang

Regulasi Perda merupakan bagian dari pel aks anaan legisl asi lokal s ebagai salah s atu uns ur men yel enggarakan pem eri nt ahan yang berkait an dengan otonomi daerah yang diatur dal am Pas al 18 a yat (6) UUD NR I 1945 yakni:

“Pemerintah Daerah berhak menet apkan perat uran daerah dan peraturan-peraturan lai n untuk mel aks anakan ot onomi dan tu gas pembantuan”.

Kedudukan P erda l ebi h kuat mel alui Undang -Undang Nom or 12 Tahun 2011 t entang Pembentukan Peraturan Perundang -undangan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 t entang P em eri ntahan Daerah serta dit erbit kann ya P em endgari Nomor 80 Tahun 2015. (Ali, 2014) Dis ebut kan dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014:

(1) Daerah berhak menet apkan kebijakan Daerah untuk men yel enggarakan Urus an Pem eri ntahan yang menj adi kewenangan Daerah.

(2) Daerah dal am menet apkan kebijakan Dae rah sebagaim ana dimaksud pada a yat (1), wajib berpedoman pada norm a, standar, prosedur, dan krit eri a yang t el ah di tet apkan ol eh Pem eri ntah Pusat.

(3) Dal am hal kebij akan Daerah yang di buat dal am rangka

(3)

pen yel enggaraan Urus an Pem eri ntahan yang menj adi kewenangan Daerah ti dak mempedom ani norm a, standar, prosedur, dan kri teri a sebagaim ana di maksud pada a yat (2), P em eri ntah P us at membat alkan kebij akan Daerah sebagaim ana di maksud pada a yat (1).

(4) Apabil a dal am j angka wakt u 2 (dua) t ahun sebagaim ana dimaksud dal am P a s al 16 a yat (5) Pem erint ah Pusat belum menet apkan norm a, standar, prosedur, dan krit eri a, pen yel enggara Pemerint ahan Daerah mel aksanakan Urusan Pem eri ntahan yang menj adi kewenangan Daerah.

Terbent ukn ya Perda merupakan produk politi k yang dibuat at au dides a i n ol eh badan Politik yakni Kepal a Daerah dan Dewan Perwakil an Rak yat Daerah bukan badan Peradilan. Sumber pel aksanaan produk politik memili ki kewenangan s esuai tugas dan fungsi n ya dal am negara.

Menurut Philipus Hadjon, wewenang yang diberikan oleh pem erint ah pus at kepada daerah dan DPR D s el ain tercantum dal am Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 t entang pembuat an P erda j uga tercant um dal am Undang -Undang Nomor 30 Tahun 2014 t ent ang Administ rasi Pemerint ahan.

(Hadj on, 2015).

Perda m erupakan s al ah satu peraturan perundang -undangan yang bers inergi lansung dengan politik hukum nasional dan politik perundang-undangan. M enurut Abdul Beri Azed, politi k

perundang-undangan yang

terkonsep s ebagai kebij akan pem erint ah at au negara dituangkan dal am bentuk perundang -undangan

termasuk peraturan Daerah yang mengandung m akna tugas pem bantuan. Tugas pembant uan yang berikut (Azhary, 2012) :

a. Pen yel enggaraan urus an pem erint ahan pus at l ebi h efekti f dan efesi en

b. Menj aga dinami ka mas yaraka t menurut keadaan daerah

c. Perpanj ang tangan pus at s ecara tak l ansung dengan pen yedi aan dana dan fasilit as dal am pel aks anaann ya

d. Cara persi apan s ebelum suatu urusan dis erahkan menjadi urusan rum ah tangga daerah

Maka dapat dipahami bahwa, tugas Kepal a Daerah d an DPR D dal am m emperol eh wewenangn ya bersum ber dari undang -undang Nomor 30 Tahun 2014. Hal i ni merupakan bent uk atribusi atau del egasi dalam upa ya kreati f membuat kebij akan dal am m engat ur daerahn ya m asi ng -m asing.

1. Kewenangan P embent ukan Peraturan Daerah ( l egal Draff ting ) dal am Konsep Siyāsah Dustūriyah

a. Rel evansi Sumber Kewenangan Dal am kaji an Siyāsah al- Dustūriyyah, kegiatan m erumus regul asi hukum dalam Isl am s eri ng dikaitkan dengan ahl al -ȟall wa al - āqdi yang diterjemahkan sebagai anggot a parl em en yang m e wakili rak yat. Nam un, di li hat dari jenis pem bagian kekuasaan dal am negara, Muham mad Iqbal berpandangan bahwa bahwa perumus regulas i hukum dis ebut Al-Sulṭah al-Tasyrī‟iyyah. Al - Sulṭah at-Tasyrī‟iyyah l ebi h mengandung arti kekuasaan mel aksanakan proses pem be ntukan hukum yang terl embaga secara sistemat is, t eoritis dan prakti s.

(Suhendra, 2014) .

(4)

Kewenangan s ebagai perumus regul asi ti dak bis a terpis ah dari sumber kewenangan yang diperol eh olehn ya bai k negara Non Isl am maupun Non Isl am. Sebagai Negara yang memakai sistem hukum Civil Law, Indonesia memiliki prinsip dalam melaksanakan kewenangan oleh pemerintah yang berpatok pada asas legalitas. Kewenangan berdasarkan asas legalitas berarti suatu kewajiban dan hak yang bersumber dari undang- undang yang diberikan kepada subjek hukum publik.

Asas Legalitas yang bersumber dari hukum tertinggi yaitu pancasila dan UUD 1945, maka dalam konsep ketatanegaraan islam juga mempunyai sumber hukum tertinggi yaitu Al- Quran dan Hadits. Kesamaan dari dua sumber tersebut dijadikan pedoman oleh pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan dan mengembangkan kebijakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada masyarakatnya.

Adapun kewenangan yang dimiliki lembaga legislatif negara bersumber atributif sesuai UUD 1945 dan atas dasar pelimpahan undang- undang terkait begitu pula dalam pandangan Islam, kontek menegakkan keadilan dan perlindungan oleh pihak yeng berwenang bersumber dari Al- Quran telah ditegaskan dalam surah An-Nisā‟ Ayat 58:



















































“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerima, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.”

Ayat di atas mengandung maksud kebijakan menetapkan hukum haruslah berlaku adil, dalam arti menempatkan sesuatu sesuai porsi. Untuk mewujudkan keadilan dalam

membentuk hukum maka

diperlukannya Ijtihād yang mempertimbangkan situasi agar hasi l perat uran yang akan dibuat undang-undang it u ses uai dengan aspi rasi mas yarakat dan ti dak memberatkan m ereka dalam menj al ankann ya. Ol eh s ebab itu, mereka adal ah terdi ri dari Mujt ahi d (ahli Ijti hād ) at au ulama tel ah

mem enuhi s yarat dan

berkem ampuan dal am mem ahami nash bersam a pemeri ntah.

Berbeda dal am kont eks legi slatif di Indones ia menggunakan si stem demokrasi yait u pemim pin dipli h t anpa pers yarat an mam pu mem ahami secara mendalam undang -undang dan yuri sprudensi. Para pemegang kewenangan dengan cara dipilih berdasarkan suara terbanyak dengan sistem demokrasi atau disebut Pemilu.

Pemimpin yang dipilih menjadi wakil rakyat yaitu Kepala Daerah maupun DPRD. (Bactiar, 2014). Kedua lembaga terpilih tersebut mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing berdasarkan Undang-Undang. Setelah mereka diangkat menjadi pemerintah, maka secara sah kewenangannya diakui masyarakat baik dengan rela maupun secara paksa.

Hakikatn ya lem baga yang bertugas m embuat produk hukum diisi dengan orang -orang yang minim pengal am an mengenai l egal drafti ng. (Watunghada, 2015).Minim n ya pengal am an tersebut dipengaruhi tingkat pendidi kan dari anggot a DPR D dan sebagai sal ah sat u konsekuensi dari

(5)

sistem demokrasi yakni pemilihan anggot a l egisl ati f berdas arkan suara t erban yak.

Nam un dem iki an, tanggung jawab yang ditunjukan ol eh para akt or politi k (Eksekuti f dan Legi sl ati f) yang terpili h harus berperan akti f m enjal an fungsi input dengan menunj ukan kem ampuann ya sebagai wadah aspri rasi m as yarakat. Tanggung jawab sos ial yang di emban seorang pemim pin s ebagai pel aks ana apa yang dikehendaki ol eh mas yarakat diwuj udkan dalam output poli tik dal am skal a lokal adal ah melal ui Peraturan Daerah. Hal ini j uga sej al an dengan tujuan dari pem erint ahan yang baik dan tanggung j awab s ebagaim ana yang diaj arkan dalam Is lam.

b. Rel evansi Kewenangan berdas arkan P ros es Legis lasi

Berdasarkan pandangan Muhamm ad Iqbal dal am bukun ya berjudul Fiqh Siyas ah:

Kont ekt uali sasi Doktr in Polit ik Islam dan karangan J ubai r Situmorang berj udul Model Legis latif dalam Ketat ageraan Islam, m aka dapat dit emukan beberapa kes am aan kewenangan dal am kons ep Si yas āh dal am proses legi slasi at au l egal drafti ng dal am pem bentukan Perda yait u:

1. Illat atau s ebab hukum

Pembent ukan suat u hukum dal am Isl am dis ebut Ill at. ( Iqbal , Fiqh Si yasah: Kont ektualisasi Dokt rin Polit ik Isl am, 2014) .Lat ar bel akang pen ye bab dal am pandangan Isl am mengandung aspek tingkat an penet apan hukum sesuai Maqāsid Syarīah bersifat dhārurī (primer), hājī (sekunder), tasinī (tersier). Adapun tingakatan penet apan hukum tersebut dijel askan sebagai berikut (Irwans yah, 2009) :

a. Dhār urī , yaitu ti ngkat an hukum yang harus dit et apkan Al -Sulṭah at-Tasyrī‟i yyah unt uk m enj aga kehidupan m anusia dari persoal an yangm emungkinkan rus akn ya keselam at an m anusia serta bert ujuan menghindari efek -efek dari kerusakan tersebut .

b. Hājjī , yaitu tingkatan hukum yang dit et apkan Al -Sul ṭah at -

Tasyrī‟iyyah untuk

menghil angkan kes ulitan dan memberikan kemudahan dal am kehidupan m anus i a.

c. Tahsinī , yait u tingkat an hukum yang dit et apkan Al -Sul ṭah at - Tasyrī‟iyyah mengikuti petunjuk dan aj aran agam a agar dapat meni ngkatkan deraj at m anusi a.

Tingkat an hukum i ni bertujuan menj aga moral, eti ka dan nil ai kehidupan s osi al m as yarakat.

Pembuat an hu kum oleh Al - Sulṭah at-Tasyrī‟iyyah sesuai tugas dan fungsin ya s ebagai kekuasaan legi slatif, t ersebut harus s el aras dengan nilai dan norm a sebagaim ana yang menj adi tuj uan syari‟at/Maqāsid Syarīah. Maqāsid Syarīah dijadikan dasar berfilsafat oleh Al -Sulṭah at-Tasyrī‟iyyah dal am hukum , terdi ri dari (Harapan, 2014) :

1) Hifz Dīn (m em eli hara agam a) 2) Hifz al-Nāfs (memeli hara jiwa) 3) Hifz al-„aql (memeli hara akal ) 4) Hifz al -Nasl (memelihara

keturunan)

5) Hifz al-maāl (memel i hara hart a) Di s amping harus merujuk kepada nash , Ijt ihād oleh Sulṭ ah al - Tasyrī‟iyyah harus mengacu pada prinsip jal b al-mas al ih wa dar'u al - mafasid (mengambil masl ahat dan menolak kem udarat an) .

Dari beberapa tingkat an penet apan hukum Isl am di at as jel as m emiliki tujuan yang sam a

(6)

dal am penet apan hukum yakni, melindungi warga negara, memudahkan kehi dupan s osi al dan mengut am akan kes ej aht eraan mas yarakat bai k dal am skal a Nasional dan Lokal .

2. Men yes uaikan nash at au Peraturan Perundang -undangan Tertinggi (Pusat)

Di negara Isl am s eperti Arab Saudi dan Iran, pros es l egi sl asi sel ain berl andaskan Al -Quran dan Hadist, negara t ersebut juga mem akai kit ab -kit ab hasil dari ījtihad dari berbagai m ahz ab - mahz ab. Kit ab -ki tab t ers ebut dijadikan ruj ukan oleh Al -Sulṭah al-Tasyrī‟i yyah. S edangkan bagi negara yang ti dak ingi n m elakukan istinbāth (penggalian hukum secara kreatif) t anpa kitab rujukan m aka hukum yang berl aku s ecara kaku dan mutl ak.

Di Indonesi a, khus us n ya dalam kont eks pembent ukan Peraturan Daerah yakni perumusann ya t idak bisa l epas dari kem ampuan menggali hukum berdasarkan sistem hukum yang di pakai di Indonesi a (undang -undang dan yuri sprudensi). Pembentukan Peraturan Daerah sebagaim ana tugas Al -Sulthah At -Tasr yī‟iyyah adal ah m em ahami nas h dan menj el askan hukum yang ditunj ukann ya. J ika tidak ada nash n ya m aka mereka wajib menganganalogikan at au qi yas sebagai j alan Ijti hād, lal u mencari sebab dan m engevaluasin ya.

Kem udi an dis esuaikan dengan ket ent uan yang t erdapat dal am peraturan perundang -undangan yang anali sis dat a ten tang persoal an sosial dan mas yarakat yang dil akukan ol eh pakar hukum at au dalam Isl am disebut ahli mufti .

Beberapa relevans i kons ep dapat dipahami s ebagai beri kut:

S u m b e r M e n e t a p k a n H u k u m ( A l - S u l ṭ h a h a t - T a s y r ī ‟ i y y ā h )

L e g i s l a t i f d a l a m k e t a t a n e g a r a a n I s l a m

L e g i s l a t i f d a l a m k e t a t a n g e r a a n

m o d e r n 1 . A l - Q u r a n P a n c a s i l a , U U D , U U

2 . H a d i s t ( S u n n a h ) A d a t / k e b i a s a a n

3 . H a s i l m u s y a w a r a h d a n I j t i h ā d U l a m a

H a s i l k r e a t i v i t a s m u s y a w a r a h d a n m e l a l u i s i d a n g

Sumber -sum ber menet apkan aturan hukum di at as Maka tugas penggali an hukum oleh Al -Sul ṭah at-Tasyrī‟i yyah memerl ukan pertimbangan (Azhary, 2012)

1) al-'Ādah (adat at au kebi as aan) 2) al-Tājari b (pengalam an -

pengalam an)

3) Al-aw-dha Al -mawr utsh/ at uran - aturan t erdahul u yang diwari skan.

Berdasarkan pemaparan di at as, bahwa rel evans i pembent ukan Peraturan daerah dan konsep legil as i Isl am menunjukan pentingn ya penggali an hukum berdas arkan keperl uan daerahn ya masi ng-masing yakni dengan berbagai norm a dan nilai t ertinggi, adat i sti adat, buda ya dan akal manusi a s etem pat. Nam un, set iap peraturan yang secara resmi ditet apkan ol eh negara, ti dak bol eh bert ent angan dengan undang - undang, agam a dan buda yan ya agar dapat dit erima dan di pat uhi.

Mek anis me Syu ra

Syura dalam ket at angeraan Is l am m emili ki konsep s aat memut uskan harus berl andas kan dari aturan Tuhan sedangkan konsep demokrasi berasal dari manusi a. ( Ichs an, 2014) Mekanisme Syura s angat mengut am akan aturan -at uran dan et ika dal am mengel uarkan pendapat , sedangkan

(7)

mekani sme yang dipakai ol eh sistem negara demokrasi mengut am akan suara t erban yak tanpa m em perhit ungkan pendapat pali ng bai k.

Kesam aan dal am mekani sme Syura menetapkan hukum pernah tercat at dal am sejarah para sahab at, Khalifah Um ar Bi n Khattab. P ada mas a Um ar, kegi at an sidang Majli s Syura t erdiri dari sidang um um, sidang khus us dan s idang t erbatas.

Dal am sidang umum, m en yangkut hal -hal penting yang harus dibi carakan secara bers am a -sama seperti perang, eks pansi wila y ah dan m as al ah pajak. Sidang khusus pul a han ya m enghadirkan anggota maj elis , s edangkan sidang khusus dilakukan pada wakt u tert ent u atau set el ah mel akukan sidang umum.

(Situm orang, 2015) Penu tup

Berdasarkan paparan di at as, dapat dit arik beberapa kesimpulan yait u adan ya relevansi pembentukan Peraturan Daerah dalam konsep Ketatanegaraan Islam yaitu dalam konsep Siyāsah Al- Dustúriyyah. Pihak yang berwenang dalam pemebntukan peraturan dalam konsep Siyāsah Al- Dustúriyyah adalah Al-Sulṭhah at- Tasyrī‟iyyāh yaitu lembaga yang merumuskan peraturan perundang- undangan dalam tatanegara Islam.

Dengan demikian, kaitannya dengan kewenangan Pemerintahan Daerah membentuk Peraturan Daerah yang ada dalam ruang lingkup penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yaitu:

1) Sumber memperoleh kewenangan:

a. Nash/ Undang-Undang tertinggi, yaitu kewenangan yang diperoleh dari Undang-Undang.

b. Umat/ rakyat. Kewenangan Al- Sulṭhah at-Tasyrī‟iyyāh diakui atas dasar kesamaan aqidah dan kepatuhan umat terhadap pemimpin yang dianggap

perantara aturan Allah, sedangkan dalam konteks pemerintahan daerah, keberadaanya berdasarkan dipilih rakyat dan kewenanganya bersifat memaksa.

c. Tugas dan fungsi yaitu kekuasaan legislatif daerah (DPRD dan Bupati) atau Al-Sulṭhah at- Tasyrī‟iyyāh memiliki tugas dan fungsi yang sama yaitu membentuk peraturan perundang- undangan. Namun, dalam proses regulasi Perda Nomor 3 Tahun 2015 di Kabupaten Sambas, DPRD bidang hukum tidak memiliki keahlian membentuk peraturan perundang-undangan (legal draffting) tetapi menyerahkan lansung dan membuat kontrak dengan Tim Regulasi Kalimantan Barat. Berbeda dengan konsep Siyāsah Dustūriyyah, Al-Sulṭhah at-Tasyrī‟iyyāh adalah ahli Ijtīhad atau orang yang telah menguasai ilmu perundang-undangan/hukum Islam.

d. Peran Politik

1. Fungsi input: komunikasi politik antar anggota DPRD. Fungsi ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan Islam sesuai dengan prinsip mufakat.

2. Fungsi Output: membentuk peraturan yang dituangkan aturan tertulis.

Mekanisme proses terbentuknya memiliki relevansi dengan proses terbentuknya hukum dalam konsep ketatanegaraan Islam yaitu mempunyai illat (latar belakang/masalah/ sebab harus dibentuknya aturan), berlandaskan nash/ undang-undang tertinggi, ijtihad (upaya mencari solusi/penggalian hukum) dan mekanisme Syura‟ (musyawarah) dalam proses persidangan dan penetapan Perda.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

A.A.Anwar Prabu Mangkunegara. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahan PT Remaja Rosdakarya Bandung. Bandung.

Ambar Teguh Sulistiyani. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Agus Anas Fuadi.2014. Pengaruh Kepemimpinan,Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Guru dengan Komitmen Organisasi sebagai Moderating.STIE Adi Unggul Bhirawa Surakarta.

Andy Setiawan. 2013. Pengaruh Karakteristik Individu dan Faktor- Faktor Pekerjaan Terhadap Motivasi. STIE Widya Manggala. Semarang.

Arif Yusuf Hamali.2013. Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja. Politeknik PIKSI Ganesha Bandung.

Badeni,M.A. 2013. Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Bandung. ALFABETA.

Eko Putro Widoyoko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta.

Pustaka Pelajar.

Etta Mamang Sangadji & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Malang. ANDI Yogyakarta.

Gary Yukl. 2001. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta. Indeks .

Ghozali .2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Hartatik. 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM. Yogyakarta ; LAKSANA

Hair, J., W. Black, et al.. 2006. Multivariate Data Analysis, New Jersey : Prentice Hall.

Hazairin MS Kepala Dinas Pertanian TPH. 2014. dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi B DPRD Prov Kalbar, Erviyanto, Dinas Pertanian TPH Prov.

Kalbar.

Hair, J., W. Black, et al.. 2006. Multivariate Data Analysis, New Jersey: Prentice Hall.

Hani Handoko. 2000. Dasar–Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta ; BPFE Yogyakarta.

Indah Puji Hartatik. 2014. Mengembangkan SDM. Yogyakarta. LAKSANA.

Jay Heizer Barry Render. 2009. Manajemen Operasi. Jakarta. Salemba Empat.

Mahmudi. 2013. Manajemen Kinerja.Yogyakarta. UPP STIM YKPN.

Micah B. Masuku. 2013 Factors Affecting the Productivity and Profitability of Vegetables Production in Swaziland. Journal of Agricultural Studies, ISSN 2166- 0379.

Moekijat. 2000. Kamus manajemen. CV. Mandar Maju. Bandung.

Mingming Liu. 2010. An Analysis on Total Factor Productivity and Influencing Factors of Soybean in China .Journal of Agricultural Science, E-ISSN: 1916-9760.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. 2013. “Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal dalamRangka Mendukung Kemandirian Pangan Nasional”, Palembang, ISBN 979-587-501-9.

Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Cetakan Pertama. Media Kom:

Yogyakarta.

P. C.Obasi1, A. Henri. I. S. Ukewuihe1 and N. M. Chidiebere .2013 Factors Affecting Agricultural Productivity among Arable Crop Farmers in Imo State, Nigeria .American Journal of Experimental Agriculture 3(2): 443-454.

(9)

Ryan Irtanto. 2013 .Pengaruh Budaya, Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja karyawan pada PT. PLN(Persero)distribusi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta di Semarang .Diponegoro Journal of Social and Politic.

Ridwan dan Kuncoro, E.A. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur.

Alfabeta: Bandung.

Renindia Maharlin. 2013. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Robinson Supermarket Samarinda. Ejournal Ilmu Administrasi Bisnis.

Sarwono, J dan Suhayati E. 2010. Riset Akuntansi Menggunakan SPSS. Graha Ilmu:

Bandung.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. ALFABETA. Bandung.

Sukino. 2013. Membagun Pertanian dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.

Singarimbun. 2011. Metode Penelitian Survei. Jakarta. LP3ES.

Sinungan. 2014. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. BUMI AKSARA. Jakarta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Sri Hastuti. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivivtas Petani Tanaman Pangan di Kecamatan Sungai Kakap‟‟; Tesis tidak diterbitkan.Pontianak: Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Pontianak.

Sunyoto.2012 Manajemen sumber daya manusia. Caps Publishing.Yogyakarta.

Tjutju Yuniarsih & Suwatno. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung.

ALFABETA.

Vincent Gaspersz. 1998. Manajemen Produktivitas Total. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

www. Jonathansarwono. Info/ ag / Analisis Jalur.htm 2015.

Referensi

Dokumen terkait

pipilan kering biji per tanaman g, bobot pipilan kering biji per hektar ton/ha dan intersepsi cahaya % pada perlakuan pemangkasan 50% daun bawah dan bunga jantan serta

Tämän raportin tarkoituksena on kuvata raskaana olevien ja kumppaneiden odotuksia ja tietämystä sikiöseulonnoista sekä kokemuksia varhaisraskauden sikiöseulonnan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memvisualisasikan supercontinuum pada spektrum keluaran sinar ultraviolet berdasarkan variasi panjang gelombang yang digunakan..

Berdasarkan hasil pemaparan dari perbandingan selisih harga antara produk Dakota Fortune Pasteur dengan pesaingnya tersebut, penelitian ini ingin mengevaluasi harga

5.2 Merespon makna dan langkah retorika dalam esei yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari

Dibalik dari keuntungan memiliki perpindahan panas yang lebih baik dari konfigurasi pipa lurus, solar kolektor tipe plat datar konfigurasi pipa puntir memiliki kerugian dalam

Pengujian terbang dilakukan untuk menguji pengiriman paket data dan video streaming dari unit pengiriman menuju stasiun pemantauan.Dari pengujian terbang seperti pada Gambar

selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) dan selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan saran dan pengetahuan baru kepada penulis sehingga