• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI BENTUK INTERJEKSI DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 19 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI BENTUK INTERJEKSI DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 19 MAKASSAR"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

ANDI NURUL ANNISA 105330645110

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2014

(2)

Berangkat dengan penuh keyakinan Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan

Dari ibu, kita belajar mengasihi

Dari ayah kita belajar tanggungjawab Dari teman kita belajar memahami

Dari Allah kita belajar cinta kasih yang tulus

Perjuangan adalah awal dari kesuksesan

Namun halangan dan rintangan kunci kesabaran

Kupersembahkan karya ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta saudara-saudaraku, dan sahabatku Dengan segenap ketulusan dan keikhlasan hati Terucap terima kasih atas segala kasih sayang dan iringan doa Hingga sukses kuraih kelak.

vi

(3)

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbingan Drs. Muh Amier dan Tarman A.Arif

Penelitian ini termasuk bentuk penelitian deksriptif kuantitatif.

Maksudnya, penelitian akan menggambarkan bagaimana kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah variabel penelitian dan desain penelitian, penulis akan menguraikan definisi variabel yang akan dioperasionalkan dalam penelitian. Kemampuan siswa mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia adalah kesanggupan siswa menentukan bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia. Interjeksi atau kata seru adalah jenis kata yang digunakan untuk mengungkapkan rasa hati, sang pembicara lazim menggunakan kosakata yang dapat mewakili maksud dan pesan yang disampaikan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 19 Makassar yang berjumlah 380 orang yang dibagi dalam sembilan kelas, Sampel penelitian ini sebanyak 31 siswa. Dalam penelitian ini, penulis telah menentukan metode dalam penelitian.Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik analisis persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas sebanyak 16 orang siswa (51,55%) dikategorikan sudah mampu mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah 6,9 sebanyak 15 orang (48,32%) dikategorikan belum mampu mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dikategorikan hampir sepenuhnya mampu dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas tidak mencapai kriteria jumlah yang ditentukan, yaitu 85 %.

Kata Kunci : Bentuk Interjeksi, Kalimat Bahasa Indonesia

vii

(4)

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Kemampuan mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat

bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar” dan merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Banyak hikmah dan pengalaman berharga yang dapat menjadi pelajaran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tapi tidak sedikit pula hambatan dan kesulitan yang didapatkan, namun berkat ketabahan, kesabaran, keikhlasan, kerja keras, ketekunan serta kemauan besar yang disertai doa dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Karena itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan yang setinggi- tingginya dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya Ayahanda Andi Makmur dan Ibunda tercinta ST Maryam atas segala jerih payah, kasih sayang, pengorbanan, baik materi maupun moral serta doa yang senantiasa diberikan kepada penulis sampai akhir penulisan skripsi ini. Kepada Drs.Muh Amier S.Pd.,M.Pd dan Tarman A.Arif S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing I dan Pembimbing II dengan ikhlas memberikan masukan, petunjuk, arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada (1) Dr. H Irwan Akib, M. Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, (2) Dr.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum,

viii

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Kemampuan mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat

bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar” dan merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Banyak hikmah dan pengalaman berharga yang dapat menjadi pelajaran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tapi tidak sedikit pula hambatan dan kesulitan yang didapatkan, namun berkat ketabahan, kesabaran, keikhlasan, kerja keras, ketekunan serta kemauan besar yang disertai doa dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Karena itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan yang setinggi- tingginya dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya Ayahanda Andi Makmur dan Ibunda tercinta ST Maryam atas segala jerih payah, kasih sayang, pengorbanan, baik materi maupun moral serta doa yang senantiasa diberikan kepada penulis sampai akhir penulisan skripsi ini. Kepada Drs.Muh Amier S.Pd.,M.Pd dan Tarman A.Arif S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing I dan Pembimbing II dengan ikhlas memberikan masukan, petunjuk, arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada (1) Dr. H Irwan Akib, M. Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, (2) Dr.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum,

viii

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Kemampuan mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat

bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar” dan merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Banyak hikmah dan pengalaman berharga yang dapat menjadi pelajaran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tapi tidak sedikit pula hambatan dan kesulitan yang didapatkan, namun berkat ketabahan, kesabaran, keikhlasan, kerja keras, ketekunan serta kemauan besar yang disertai doa dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Karena itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan yang setinggi- tingginya dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya Ayahanda Andi Makmur dan Ibunda tercinta ST Maryam atas segala jerih payah, kasih sayang, pengorbanan, baik materi maupun moral serta doa yang senantiasa diberikan kepada penulis sampai akhir penulisan skripsi ini. Kepada Drs.Muh Amier S.Pd.,M.Pd dan Tarman A.Arif S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing I dan Pembimbing II dengan ikhlas memberikan masukan, petunjuk, arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada (1) Dr. H Irwan Akib, M. Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, (2) Dr.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum,

viii

(5)

lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan Kepala Sekolah, guru dan seluruh staf SMP Negeri 19 Makassar yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk mengumpulkan data hasil penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kakak Amir, Kakak Linda, Kakak Ira dan Kakak Ana, yang selalu membantu saya serta teman seperjuanganku (Wahida,Mukmin,tika,Irma dan Risna) saya mengucapkan banyak terimakasih yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya angkatan 2010 atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya semoga Allah swt membalas jasa atas segala bantuan dan dorongan yang telah penulis dapatkan dari pihak-pihak yang tersebut di atas.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut yang sifatnya membangun karena penulis yakin suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah- muadahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri penulis. Amin

Makassar, Oktober 2014 Penulis,

Andi Nurul Annisa

ix

(6)

LEMBAR PENGESAHAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

LEMBAR PERJANJIAN v

MOTTO vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Rumusan masalah 3

C. Tujuan penelitian 3

D. Manfaat penelitian 3

BAB II KAJIANAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka 5

B. Kerangka pikir 27

C. Hipotesis 30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel dan desain penelitian 31

B. Definisi operasional variabel 31

C. Populasi dan sampel 32

D. Instrumen penelitian 33

E. Teknik pengumpulan data 33

F. Teknik analisis data 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37

A. Penyajian hasil analisis data 37

B. Pembahasan hasil penelitian 44

x

(7)

DAFTAR PUSTAKA xiv LAMPIRAN

RIWAYAT HUDUP

xi

(8)

xii

(9)

Tabel hasil perolehan 37

Tabel peringkat hasil tes 40

Tabel distribusi frekuensi 44

Tabel hasil tingkat kemampuan 45

xiii

(10)

Alwi, H, dkk. 1999. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitin: Suatu Pendekatn Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, 1988.Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Asriani.2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri 291 Lobi Kabupaten Bulukumba.Skripsi: Unismuh Makassar.

Asriari, R. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Murid Kelas V SD Inpres Pamandongan Kabupaten Gowa. Skripsi: Unismuh Makassar.

Badudu , J.S. 1979. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Chaer, Ab& Leoni, A. 2004.Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1990. Petunjuk Pelaksanaan penilaian. Jakarta:

Depdikbud.

Ghazali, S. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif- Interaktif. Bandung: Revika Aditama.

Junus, M & Fatimah.2009. Pembentukan Kalimat Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Keraf, G. 1996. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah Kridalaksana, H. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Rineka Cipta

Moeliano, A. 1988.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Murtiningtyas, R. 2011. Terjemahan Interjeksi dari Bahasa Perancis (BP) ke dalam Bahasa Indonesia. (On line) dalam http:/ /digilib. uns. ac. id/ gdl.php?mod = browse&op= read

& id =gdlhub-gdl-indrayanipuspa.Diakses tanggal 13 Oktober 2012.

Ningsih, C, M. 2011.Ungkapan Interjeksi pada Dialog Komik Serial Naruto. (On line) dalam http:/ /digilib. unej. ac. id/ gdl. php?mod = browse&op= read&id =gdlhub-gdl- nuralindah-5415. Diakses tanggal 13 Oktober 2012.

xiv

(11)

Santoso, K. 1990. Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suharso & Retnoningsih, A. 2009.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: CV. Widya Karya.

Syamsuri, Andi Sukri. 2010. Bahasa Indonesia. Makassar.

xv

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan perasaan.Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, dalam pembelajaran, siswa dilatih melalui keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.Pengajaran bahasa di sekolah terdiri atas empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak/mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Tujuan akhir keempat keterampilan tersebut dalam pembelajaran bahasa agar siswa mampu berkomunikasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dibahas masalah keterampilan menulis khususnya masalah penggunaan interjeksi dalam membuat kalimat siswa tingkat menengah pertama. Penggunaan interjeksi dalam menulisbahasa Indonesia bukanlah hal yang sepele,dalam linguistik dikatakan demikian, karena dalam kenyataanya banyak kesalahan yang ditemukan mengenai penggunaan interjeksi dalam membuat kalimat bahasa Indonesia.

Pemahaman siswa terhadap penggunaan interjeksi dalam menulis bahasa Indonesia harus mendapat perhatian. Siswa sebagai pemakai bahasa perlu dibina dan dikembangkan pengetahuan kebahasaannya. Kondisi initentu melibatkan pengajaran atau guru bidang studi bahasa Indonesia yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai peserta didik. Selain itu, juga dibutuhkan perhatian dari

1

(13)

peminat dan pemerhati bahasa untuk mewujudkan tujuan dari kurikulum bahasa Indonesia.

Interjeksi atau kata seruan termasuk bagian dari kategori kata tugas yang cukup menarik untuk diteliti.Penulis beranggapan bahwa interjeksi sering menjadi kendala bagi siswa dalam menulis atau berbicara. Oleh karena itu, masalah interjeksi ini diangkat kedalam bentuk karya ilmiah ini diharapkan dapat mengungkap permasalahan mengenai interjeksi dalam bahasa Indonesia.

Selanjutnya, masalah interjeksi bahasa Indonesia yang akan diteliti adalah penggunaan interjeksi dalam bahasa Indonesia. Penulis memilih siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar sebagai wilayah atau tempat penelitian dengan berbagai pertimbangan. Diantaranya adalah siswa yang berada pada tingkat menengah pertama cenderung menggunakan variasi bahasa Indonesia yang berkembang. Selain itu, siswa tesebut sering melakukan penyimpangan- penyimpangan kebahasaan yang secara tidak langsung berpengaruh dalam menulis tulisan yang bersifat formal. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan siswa mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar.

Untuk membuktikan hipotesis tersebut perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang pemakaian interjeksi. Penulis memilih lokasi tersebut sebagai objek penelitian karena merupakan salah satu sekolah yang baik. Hal-hal yang dikemukakan sebelumnya yang memotivasi penulis memilih masalah kemampuan

(14)

mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimanakah kemampuan mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia siswa kelasVIII SMP Negeri 19 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Seiring dengan rumusan masalah yang dikemukakan tesebut,tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang penggunaan interjeksi dalam menulis bahasa Indonesia pada lingkungan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Dapat dijadikanreferensi bagi pembaca dalam menambah wawasan kebahasaan khususnya dalam memahami tentang pemakaian interjeksi dalam percakapan atau menulis bahasa Indonesia.

2. Dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang pemakaian interjeksi dalam menulis atau percakapan bahasa Indonesia.

(15)

3. Dapat memberikan masukan bagi perkembangan bahasa Indonesia khususnya perkembangan interjeksi dalam bahasa Indonesia.

(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Berikut ini beberapa penelitian yang berkenaan dengn topik penelitian ini yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan proposal penelitian:

Murtiningtyas (2011) dalam penelitiannya berjudul Terjemahan Interjeksidari Bahasa Prancis (BP) ke Bahasa Indonesia (BI).Fokus pada penelitian ini terletak pada interjeksi bahasa Prancis kategori nomina, adjektiva, dan adverbial. Interjeksi bahasa Prancis yang terhimpun dianalisis dari segi perpadanan terhadap bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah penelitian pustaka yang dikhususkan pada penelitian terjemahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:“konteks dan situasi merupakan faktor utama penentu makna interjeksi. Sesuai dengan konteksnya interjeksi BP memiliki makna berbeda sehingga padangannya dalam BI berbagai bentuk”.

Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini yang digunakan dalam penelitian Restu Murtiningtyas adalah fokus penelitian terletak pada interjeksi bahasa Prancis kategori nomina, adjektif, dan adverbial, sedangkan penelitian ini dalam proses belajarnya bersifat kuantitatif tujuannya untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kemampuan siswa mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia. Penulis menempuh beberapa tahap penelitian

5

(17)

yaitu tahap pengumpulan data dan tahap analisis data. Adapun persamaan antara kedua penelitian ini adalah pada penelitian sama–sama menganalisis data.

Ningsih (2011) Ungkapan Intrejeksi pada Dialog Komik Serial Naruto.Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk ungkapan interejeksi yang terdapat dalam komik serial Naruto.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kuantitatif, dengan objek penelitian interejeksi yang terdapat dalam serial komik Naruto seri ke 50.

Perbedaan dalam penelitian yang digunakan Cahya Mustika Ningsih adalah perbedaan pada tindakandalam mengambil sebuah analisis sedangkan peneliti mengambil sebuah penelitian deskriptif kuantitatif.Adapun persamaannya sama-sama menggunakan metode kuantitatif.

2. Menulis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya; melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan”(Suharso &Retnoningsih, 2009:

593).

Widyamartaya dalam Asriani, (2011: 11) mengemukakan bahwa:‘menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan melaui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis’. Pengertian ini mengandung empat unsur penting, yaitu: (1) gagasan, (2) bahasa tulis, (3) untuk pembaca, dan (4) terpahami.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Tarigan dalam Asriari, (2012: 11) juga menyatakan bahwa: menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Dalam

(18)

menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik.

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis suatu kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis.Di balik kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwamenulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Menulis juga diartikan sebagai keterampilan kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan media tulisan. Setiap penulis pasti memiliki tujuan dengan tulisannya antara lain mengajak, menginformasikan, meyakinkan, atau menghibur pembaca.

a. Menulis Sebagai Proses

Kita dapat melakukan kegiatan penulisan itu sebagai satu kegiatan tunggal jika yang ditulis ialah sebuah karangan yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah siap di kepala. Akan tetapi, sebenarnya kegiatan menulis itu ialah suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa kita melakukan itu dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi (Akhadiah, dkk, 1998: 2).

Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegiatan utama yang berbeda.

Dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam tahap penulisan dilakukan apa yang telah ditentukan itu yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-

(19)

kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draft) yang pertama. Dalam tahap revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi.

1) Tahap Prapenulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan.

Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan jika menulis karangan/paragraf ialah menentukan topiknya. Ini berarti bahwa kita menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik ini dapat diperoleh dari berbagai sumber. Pengalaman, lebih-lebih pengalaman membaca, merupakan sumber yang sangat penting. Di samping itu, kita dapat menemukan topik tulisan dari pengamatan terhadap lingkungan.Kita juga dapat menulis tentang pendapat, sikap dan tanggappan sendiri atau orang lain, atau tentang khayalan.Jadi sebenarnya topik karangan itu dapat ditemukan di mana-mana.Akan tetapi, perlu diingat bahwa topik karangan ilmiah harus selalu mengenai fakta.Setelah kita menentukan topik, maka topik tersebut kemudian dikembangkan menjadi judul, dan judul tersebut dikembangkan menjadi kalimat utama.

2) Tahap Penulisan

Pada tahap ini setiap butir yang ada dalam kerangka yang disusun.Ini berarti bahwa kita menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan

(20)

menurut keperluan sendiri. Kadang-kadang pada tahap ini disadari masih diperlukan bahan lain.

Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini kita harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Ini berarti bahwa kita harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif.

Selanjutnya kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan. Tetapi itu saja belum cukup. Tulisan ini harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat.

3) Tahap Revisi/Pasca Menulis

Jika buram tulisan sudah selesai, maka tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin buram itu perlu direvisi di sana-sini, diperbaiki, dikurangi, atau kalau perlu diperluas. Sebenarnya, revisi ini sudah dilakukan juga pada waktu tahap penulisan berlangsung. Yang dikerjakan sekarang ialah revisi secara menyeluruh sebelum ditulis/diketik sebagai bentuk akhir naskah/paragraf tersebut.

Pada tahap ini biasanya ditelitii secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki, daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi persyaratan selesailah sudah tulisan kita.

(21)

b. Jenis-jenis Situasi Menulis

Tugas menulis bisa bermacam-macam, mulai dari mengisi formulir, melakukan surat-menyurat dengan kenalan, atau membuat cerpen dan puisi.

Britton dalam Ghazali, (2010: 297) telah mengajukan sebuah skema dari jenis- jenis tulisan yang dibuat berdasarkan apa peran penulis (apakah sebagai pengamat yang melaporkan sesuatu ataukah sebagai satu dari beberapa orang yang bekerja sama dalam membuat tulisan) dan berdasarkan tiga jenis fungsi tulisan yaitu fungsi ekspresif (menulis secara personal yang nadanya mirip seperti percakapan biasa), fungsi transaksional (yang ditujukan untuk menyajikan informasi kepada pembaca tertentu di mana penulis juga memberikan petunjuk pelaksanaan atau berusaha menyakinkan pembacanya), dan fungsi puitik (karya-karya sastra seperti puisi, cerpen, naskah drama di mana penulis memisahkan dirinya dari konteks sekitarnya ketika membuat cerita atau menulis puisi). Kaplan (dalam Ghazali, 2010: 297) menyatakan bahwa:‘pada dasrnya ada empat jenis kegiatan menulis yaitu sebagai berikut’.

1) Menulis tanpa menyusun (mengisi tempat yang kosong dalam teks, mengisi formulir, membuat transkripsi dari pembicaraan lisan atau membuat daftar kata).

2) Menulis untuk tujuan informasional (membuat catatan, membuat laporan, membuat ringkasan).

3) Menulis untuk tujuan pribadi (membuat buku harian, memo, catatan- catatan pribadi).

4) Menulis untuk tujuan imajinatif (membuat cerita, drama, atau puisi).

Kaplan (dalam Ghazali, 2010: 298) menambahkan bahwa:‘biarpun empat jenis kegiatan menulis ia usulkan itu kelihatannya bersifat hierarkis, yang satu harus didahulukan daripada yang lain, namun sebenarnya untuk sekarang masih belum ada kejelasan tentang urutan dari akuisisi keterampilan menulis karena kegiatan menulis mengharuskan pembelajar untuk menguasai paling tidak empat jenis pengetahuan, yaitu: aspek-aspek bahasa, konvensi-konvensi dalam menulis, subjek atau topik tulisan, dan pembaca yang dituju oleh tulisan’. Empat jenis kegiatan menulis yang diajukan Kaplan ini juga bisa dihubungkan dengan leve;

profisiensi (pemula, menengah, mahir, dan superior).Menulis tanpa menyusun adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberikan respon secara kata per kata (sehingga bisa dilakukakn level pemula-tinggi).

(22)

Menulis untuk tujuan informatif dilakukan dengan memberi respon dalam bentuk kalimat (sehingga sesuai untuk level menengah-bawah sampai menengah- sedang). Menulis untuk tujuan personal dilakukan dengan memproduksi paragraf- paragraf (sehingga sesuai untuk pembelajar level menengah-sedang atau yang di atasnya). Menulis untuk tujuan imaginatif adalah kegiatan yang menggunakan bahasa puitis untuk menghasilkan sebuah teks utuh, sehingga lebih sesuai untuk pembelajar level mahir. Siswa dapat diminta untuk menulis puisi dan membacakannya secara lisan dan dengan cara ini siswa dapat mengingat kembali ciri-ciri tatabahasa (preposisi, kata kerja, kata-kata penghubung subordinatif) dan sekaligus melatih akurasi pengucapan. Pada level menengah, siswa juga dapat diminta untuk membuat cerita dan naskah sandiwara pendek.

Teks-teks yang disebutkan dalam petunjuk pelaksanaan mengenai level- level profisiensi dalam kegiatan menulis dirancang secara sengaja untuk menghubungkan antara materi, fungsi, bahasa, dan level akurasi dari performa siswa. Level profisiensi dalam menulis ini berkisar mulai dari pemula sampai pada superior, dengan total Sembilan peringkat. Deskripsi dari tiga level yang termasuk dalam “pemula” dan dua level yang termasuk dalam “mahir” disajikan

berikut ini:

1) Level pemula: pada level pemula ini, siswa bisa membuat kata-kata dan frasa secara terisolir (maksudnya belum dapat dijadikan paragraf).

2) Pemula-rendah: bisa mengenali beberapa huruf dalam sistem abjad dari bahasa kedua.

(23)

3) Pemula-sedang: bisa menyalin untuk mentrankripsikan kata-kata atau frasa yang sudah dikenal dan dapat dihafal secara luar kepala. Belum memiliki keterampilan komunikatif yang praktis.

4) Pemula-tinggi: bisa menulis ekspresi baku sederhana yang pendek, serta telah menghafal sejumlah materi dan beberapa kombinasi dari materi ini. Bisa memberikan informasi tentang formulir dan dokumen sederhana.

5) Level mahir: pembelajar level mahir memiliki kemampuan untuk menulis narasi dan deskripsi faktual, dengan panjang beberapa paragraf untuk topik yang sudah dikenal pembelajar dengan baik.

6) Mahir: mampu melakukan surat menyurat secara rutin dan menggabungkan kalimat menjadi wacana sederhana yang panjangnya paling tidak beberapa paragraf, mengenai topik yang sudah dikenal baik oleh pembelajar.

7) Mahir plus: pembelajar dapat menulis tentang berbagai macam topik dengan tingkat presisidan rincian yang cukup tinggi. Dapat menulis surat menyurat untuk tujuan sosial dan bisnis informal.

Deskripsi dari tiap-tiap level profisiensi bahasa kedua dengan menggunakan tiga faktor (yaitu materi yang sudah dikuasai dan akurasi) seperti di atas, sebenarnya masih belum memperhitungkan berbagai operasi mental yang kompleks yang harus dilakukan pembelajar agar dapat menghasilkan wacana tertulis. Clark (dalam Ghazali, 2010: 300) telah memberikan uraian tentang bagaimana penulis tidak hanya harus memperhitungkan tiga hal di atas, tetapi juga harus memperhitungkan aspek-aspek seperti: (1) makna apa yang hendak dikuasai, (2) jenis teks/genre (apakah narasi deskripsi atau penjelasan), (3) gaya dari prosa yang akan dibuat (informal atau formal, netral atau objektif), (4) tujuan dari teks (apakah member infomasi, membujuk atau mengimbau) dan (5) jumlah dari rincian yang harus dimasukkan dalam tulisan agar bisa mencapai tujuan dari penulis.

(24)

3. Kalimat

Bahasa terdiri atas dua lapisan, ialah lapisan bentuk dan lapisan arti, yang dinyatakan oleh bentuk itu.Bentuk bahasa terdiri atas satuan-satuan, yang di sini disebut satuan gramatikal.Satuan-satuan yang dimaksud ialah wacana, kalimat, klausa, frasa, kata, dan morfem (Ramlan, dalam Junus dan Fatimah, 2009: 11).

Ramlan (1981:4) menyatakan bahwa:“kalimat yang terdiri dari satu kata, misalnya Ah!; kemarin. ; ada yang terdiri dari dua kata, misalnya Itu toko.; Ia mahasiswa.; ada yang terdiri dari tiga kata, misalnya Ia sedang membaca.;

Mereka akan berangkat.; dan ada yang terdiri dari empat, lima, enam kata, dan seterusnya. Sesunggunya yang menentukan satuan kalimat bukannya banyak kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang ynag disertai pada akhir turun atau naik”.

Pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata kerja. Hal itu membantu saya dengan mudah untuk menentukan predikat sebuah kalimat .Oleh sebab itu, kalau ada kata kerja dalam suatu untaian kalimat, kata kerja itu dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.

Contoh:

Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa.

Kata kerja dalam kalimat ini ialah dikerjakan.Kata dikerjakan predikat dalam kalimat ini.

Setelah ditemukan predikat dalam kalimat itu, subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat, sebagai berikut.

(25)

Apa yang dikerjakan oleh para mahasiswa?

Jawaban pertanyaan itu ialah tugas itu. Kata tugas itu merupakan subjek kalimat. Kalau tidak ada kata yang dapat dijadikan jawaban pertanyaan itu, hal itu berarti bahwa subjek tidak ada. Dengan demikian, pernyataan dalam bentuk deretan kata-kata itu bukanlah kalimat.

4. Kata dan Makna dalam Interjeksi

Pada bagian ini akan dikemukakan batasan mengenai kata dalam perkembangan bahasa Indonesia dan makna dari kata. Beberapa pandangan ahli bahasa akan memberikan kejelasan mengenai kata dan makna kata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut ini.

Arsyad (1998:83) menjelaskan bahwa kata merupakan lambang objek, pengertian, atau konsep. Hubungan antara suatu kata sebagai lambang dan objek, konsep, atau makna yang didukungnya dapat dilihat ilustrasi gambar berikut ini.

Referensi

Kata( simbol ) benda/konsep yang didukung

Gambar 2.1Hubungan kata dengan benda/konsep (Arsyad, 1998: 83)

(26)

Selanjutnya, juga dijelaskan bahwa kata adalah sesuatu yang didengar.

Kalau membaca/mendengar suatu kata dalam benak akan timbul gambaran. Bagi kita gambaran itu merupakan makna kata tersebut.

Kridalaksana (1984:89) memberikan beberapa pemahaman mengenai kata adalah:(1) morfem atau kombinasi morfem oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; (2) satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal. Contohnya batu,rumah datang, dan sebagainya.

Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti memiliki komposisi tertentu (entah fonologis, entah morfologis) dan sejarah relatif memiliki distribusi yang bebas, misalnya dapat dilihat dalam kalimat: “Saya memukul anjing itu;anjing itu

kupukul, kupukul anjing itu” Keraf, (1996: 21).

Selanjutnya, Chaer (1988: 107) mengemukakan bahwa:‘kata merupakan unsur yang paling penting bagi bahasa’. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa;

sebab kata itulah yang merupakan perwujudan bahasa. Setiap kata mengandung konsep makna dan mempunyai peran dalam pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran apa yang dimiliki bergantung dari jenis atau macam kata-kata itu, serta pengunaannya didalam kalimat. Di lihat dari konsep makna yang dimiliki atau peran yang harus dilakukan, kata dibedakan atas beberapa jenis diantaranya adalah kata benda,kata ganti, kata keja, kata depan, kata penghubung, kata keterangan, kata tanya, kata seru, kata sandang, dan kata partikel.

(27)

Kridalaksana (1984: 89) mengatakan bahwa kata adalah; (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarakan sebagai bentuk yang bebas; (2) satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal. Contohnya batu, rumah,datang, dan sebagainya.

Dalam interaksi komunikasi, kata dijalin-satukan dalam suatu satuan yang lebih besar berdasarkan aturan-aturan sintaksis yang ada dalam suatu bahasa.Namun, yang paling penting dari rangkaian kata-kata tadi adalah adalah pengertian yang tersirat dibalik kata yang digunakan itu. Setiap anggota masyarakat yang terlibat dalam interaksi percakapan selalu berusaha agar penutur bahasa yang lain dapat memahaminya dan disamping itu,harus bisa memahami orang lain. Dengan demikian, terjalinlah interaksi komunikasi dua arah yang baik dan harmonis dalam masyarakat bahasa.

Sehubungan dengan hal tersebut, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung arti bahwa setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata-kata adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata ibarat “pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita.Setiap kata hendaknya memiliki jiwa dan setiap penutur bahasa sebagai anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa” setiap kata, agar dapat menggerakan orang lain dengan“jiwa” dari kata-kata yang dipergunakannya.

Bila seorang penutur bahasa menyadari bahwa kata merupakan salah satu alat penyalur gagasan, maka hal itu berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang

(28)

sanggup diuangkapkannya Keraf (1996:21). Pendapat tersebut menandakan bahwa mereka yang menguasai banyak gagasan, atau dengan kata lain, mereka luas kosakatanya, dapat dengan mudah dan lancar melakukan interaksi komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Kadang-kadang kita dapat memahami orang-orang lain hanya karena kita tidak memiliki perbendaharaan kata atau gagasan atau karena orang yang diajak bicara tidak cukup memiliki gagasan atau kosakata, sehingga tidak dapat atau tidak sanggup mengungkapkan maksudnya secara jelas kepada lawan bicaranya.

Secara tidak langsung aktivitas siswa dalam kesehariannya sebenarnya berkisar pada persoalan kosakata. Sepanjang hari harus mengikuti mata pelajaran atau mengajarkan soal-soal ujian, menulis karya-karya tulis atau karangan singkat;

pada waktu istirahat harus bertukar pikiran dengan kawan siswanya atau berkonsultasi dengan para guru. Malam hari harus mempelajari lagi bahan-bahan pelajaran, baik catatan-catatannya maupun dari buku–buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan. Bila seorang yang rajin masih menyisihakan waktu untuk membaca majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan,bulanan, dan surat kabar. Melalui semua aktivitas itu, kata besertagagasannya seolah-olah membanjir masuk setiap saat kedalam benaknya. Ia harus membuka hatinya lebar- lebar untuk menerima semuanya itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti ia akan ketinggalan dari kawan-kawannya.

Sering kita menemui siswa merasa gelisah dalam kelas karena dalam menghadapi soal-soal ujian ia mengetahui gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya. Atau sebaliknya, ia mengetahui gagasannya tetapi tidak

(29)

mengetahui kata atau istilahnya karena diberi dalam soal ujian, tetapi tidak mengetahui gagasan yang didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu kata dan gagasan, sama pentingnya. Kedua hal tersebut harus diketahui dan dikuasai.Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa tidak dapat disangkal bahwa penguasaan kosakata adalah bagian yang sangat penting dalam dunia pendidikan.

Prosesnya mungkin lambat dan sukar, tetapi penutur bahasa akan merasa lega dan puas. Manfaat dari kemampuan yang diperolehnya itu akanlahir dalam bentuk penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang tepat bukan sekedar mempergunkan katayang hebat tanpa isi. Dengan pemahaman dan pengertian- pengertian yang tepat tersebut, dapat pula disampaikan pikiran secara sedarhana dan langsung.

5. Kata Tugas

Kata tugas hanya memilki arti secara gramtikal dan tidak memiliki makna secara arti leksikal.Makna atau arti kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan ada kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.

Jika kelas kata nomina seperti buku saya dapat dibedakan arti berdasarkan kodrat kata itu sendiri, seperti benda yang terdiri atas kumpulan kertas yang bertulisan, dan sebagainya. Dalam kata tugas, hal tersebut tidak dapat diperlakukan sama seperti nomina. Kata tugas seperti dan atau ke baru akan mempunyai arti apabila dirangkai dengan kata lain untuk menjadi, misalnya, ayah dan ibu ke pasar.

Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat mengalami perubahan bentuk. Jika verba datang kita dapat

(30)

mengubahnya menjadi mendatangi, mendatangkan, kedatangan. Kata tugas tersebut dapat menurunkan bentuk lain. Namun terdapat pengecualian seperti sebabdan sampai,yang dapat berubah menjadi kata lain: menyebabkandan menyampaikan.

Kata tugas dalam bahasa Indonesia tidak mudah terpengaruh oleh unsur asing. Dalam kelompok utama saya mudah menerima kata asing sebagai kata baru atau pengganti kata yang telah ada. Dengan masuknya benda yang dapat melakukan berbagai kegiatan atau perhitungan, saya menerima pula kata yang mengiringinya, yaitukomputer. Saya juga mengenal kata klasifikasi disamping kata saya sendiri mengelompokkan. Dengan kata lain, kata tugas adalah kelas kata yang tertutup. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat.

6. Klasifiksi Kata Tugas

Moeliono (1988: 230) menjelaskan bahwa kata tugas dapat dibagi menjadi tujuh kelompok berdasarkan peranannya dalam frasa kalimat. Pembagian kata tugas tersebut meliputi: (1) preposisi (2) konjungsi, (3) interjeksi, (4) kohesi (5) koherensi (6) artikel, (7) partikel. Mengenai pembagian kata tugas tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

1. Preposisi

Preposisi atau kata depan termasuk jenis kata tugas befungsi sebagai pembentuk frasa preposional. Preposisi selalu terletak di bagian awal frasa dan unsur yang mengikutinya dapat berupa nomina, adjektiva, atau

(31)

verba.Dengan demikian, dari nomina pasardan verba mengail dapat dibentuk frasa preposisional ke pasar danmengail.

2. Konjungsi

Istilah konjungsi dalam bahasa Indonesia mengacu pada kata sambung. Kata sambung yang dimaksud adalah kata yang difungsikan untuk merangkaikan berbagai satuan-satuan bahasa yang digunakan dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.Jadi, konjungsi digunakan sebagai perangkai antarasatuan dalam wacana karangan sesuai dengan kebutuhan pemakai bahasa.

Sehubungan dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa isi bacaan akan menjadi jelas bagi kita dapat memahami hubungan antara ide yang satu dengan ide yang lain dalam suatu bacaan. Ide yang satu dan ide yang lain sering dipautkan dengan menggunakan kata atau frasa perangkai. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kata perangkai adalah kata yang dapat menghubungkan atau menggabungkan ide atau gagasan dalam tulisan.

Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang mnghubungkan dua klausa atau lebih. Jika dilihat dari perilaku sintaksisnya, konjungsi dibagi menjadi lima bagian, yaitu: konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat, dan konjungsi antarparagraf (Moeliono,1988: 235). Mengenai hal tersebut, berikut ini akan diuraikan:

1) Konjungsi koordinatif

(32)

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur atau lebih dan dua unsur itu memiliki status sintaksis yang sama. Wujud dari kelompok itu adalah:

Dan menandai hubungan penjumlahan Atau menandai hubungan pemilihan Tetapi menandai hubungan perlawanan Contoh dalam kalimat

a) Dia menangisdan istrinya pun tersedu–sedu.

b) Aku akan datang kerumahmuatau kamu yang datang kerumahku.

c) Sebenarnya Kartini pandai,tetapi malas.

2) Konjungsi Subordinatif.

konjungsi subordinatif adalah hubungan konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa tidak memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Kata seperti dan, kalau, dan atau adalah kata konjungsi.

3. Interjeksi

Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia.Untuk memperkuat rasa hati, heran, dan jijik.Pemakai bahasa menggunakan kata tertentu disamping kalimat yang mengandungmakna pokok yang dimaksud. Untuk menyatakan betapa cantiknya seorang teman yang memakai pakaian baru, misalnya, kita tidak hanya berkata “cantik sekali temanku”, tetapi kita awali dengan kata seru

(33)

aduhyang mengungkapkan perasaan kita. Dengan demikian, kataaduh, dalam “aduh cantik sekali temanku” termasuk kata yang menyatakan perasaan kagum.

4. Kohesi (kesatuan)

Syamsuri, (2010:53) mengatakan kesatuan pikiran dalam paragraf berarti adanya hubungan tentang masalah menjadi pikiran utama. Jadi, tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan pikiran utama tersebut.

5. Koherensi (kepaduan)

Syamsuri, (2010:54) mengatakan kepaduan itu terjadi apabila hubungan timbal ba lik antar kalimat-kalimat yang membina paragraf itu baik. Pembaca dengan mudah dapat memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa ada sesuatu yang menghambat atau yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya.

6. Artikel

Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina.

Dalam bahasa Indonsia ada tiga kelompok artikel, (1) artikel yan menyatakan jumlah tunggal, (2) artikel yang mengacu ke makna kelompok, dan (3) artikel yang menyatakan makna netral.

7. Partikel

Kelompok kata tugas yang terakhir sebenarnya berupa kritikan, karena selalu diletakkan pada kata yang mendahuluinya. Ada empat partikel yang lazim digunakan adalah -kah, -lah, -pun, dan -tah.

(34)

Kata tugas yang dikemukakan tersebut, termasuk kategori yang cukup berperan penting dalam menyampaikan pesan atau gagasan. Pesan atau gagasan tersebut, dapat disampaikan secara lisan atau tulisan. Kata tugas tersebut dapat mendukung dan memperjelas maksud yang dituangkan dalam kalimat.

7. Jenis-jenis interjeksi

Interjeksi atau kata seru merupakan salah satu jenis kata tugas yang digunakan untuk mengungkapakan perasaan pembicara. Dalam mengungkapkan kata hati sang pembicara, lazimnya menggunakan kosakata yang dapat mewakili maksud dan pesan yang ingin disampaikan.

Ungkapan rasa hati dari sang pembicara dapat berwujud gembira, sedih, heran, jijik dan sebagainya. Misalnya, untuk menyatakan betapa indahnya pemandangan alam yang ada disekitar kita, tidak hanya berkata,

“aduhindahnya pemandangan gunung itu”, kata aduhmenyatakan rasa

kagum. Dengan demikian, kata aduh , indahnya, atau aduh bagusnya termasuk kata yang menyatakan rasa hati. Disamping interjeksi dari bahasa asing, kedua-duanya biasanya dipakai diawal kalimat dan pada penulisannya diikuti oleh tanda koma.

Secara struktural interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya,ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupabentuk tuturan. Berbagai jenis interjeksi dapat dikelompokkan menurut perasaan yang diungkapkannya seperti berikut.

(35)

a) Interjeksi kejijikan Contoh:

Bau,amis,kencur!

b) Interjeksi kekesalan Contoh:

Brengsek, sialan, buset, keparat!

c) Interjeksi kekaguman Contoh:

Aduhai, amboi, asyik!

d) Interjeksi kesyukuran Contoh:

Syukur, Alhamdulillah!

e) Interjeksi harapan Contoh:

Insya Allah, mudah-mudahan!

f) Interjeksi keheranan Contoh:

Aduh, aih, ai, lo, duliah, eh, oh, ah!

g) Interjeksi kekagetan Contoh:

Astaga, astagfirullah, masyaallah!

(36)

h) Interjeksi ajakan Contoh:

Ayo, mari!

i) Interjeksi panggilan Contoh:

Hai, he, eh, halo!

j) Interjeksi simpulan Contoh:

Nah!

Interjeksi yang dikemukakan tersebut, lazim ditemukan dalam keseharian kita untuk menuangakan perasaan. Selanjutnya, berikut ini akan diuaraiakan beberapa contoh pemakaian interjeksi dalam percakapan berdasarkan pendapat Moeliono (1998 : 303).

a. Interjeksi kejijikan Contoh :

i. Bah, pergi kau dari rumah ini!

ii. Cih, tidak tahu malu mengemis belas kasihan orang!

iii. Cis, muak aku melihat rupamu itu!

iv. Ih, gigimusudah ompong!

v. Idih, kau suka mengada-ada saja!

b. Interjeksi kekesalan Contoh

(37)

1) Brengsek, sudah malas nuntut gaji tinggi pula!

2) Sialan, baru masuk sudah diberi banyak kerjaan rumah!

c. Interjeksi kekaguman Contoh:

i. Aduhai, indahnya pemandangan ini!

ii. Amboi, akhirnya sampai kita dengan selamat!

iii. Asyik, nikmatnya kita duduk dipantai!

d. Interjeksi kesyukuran Contoh:

1) Syukur, anak itu telah sampai disekolah!

2) Alhamdulillah, anak saya naik kelas!

e. Interjeksi harapan contoh :

Insya Allah, saya akan datang kepesta perkawinanmu!

f. Interjeksi keheranan Contoh:

1) Aduh, kalau bengini kita bisa hancur!

2) Ai, kurusnya kamu sekarang!

3) Lo, kamu kan teman sekolahku di SMP!

4) Duilah, begitu saja kamu tidak bisa!

g. Interjeksi kekagetan Contoh:

1) Astaga, alangkah mahalnya barang ini!

(38)

2) Astaga, seluruh keluarganya ditembak perampok!

3) Astagfirullah, seluruh keluarganya telah kecurian!

4) Astagfirullah, seluruh temannya sakit DBD!

h. Interjeksi ajakan Contoh:

1) Ayo, kita pergi sekarang!

2) Mari, jagan malu-malu!

i. Interjeksi panggilan Contoh:

i. Hai, kapan kamu datang?

ii. He, dimana Bu Hartini tinggal sekarang?

iii. Hallo, apa kabar?

j. Interjeksi simpulan Contoh:

Nah, bersyukurlah kita karena musibah sudah lewat.

B. Kerangka Pikir

Dalam meneliti tentang kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia, berikut ini, akan diuraikan hal-hal yang dijadikan sebagai landasan berpikir. Hal yang dimaksud adalah:

1. Pemakaian interjeksi yang difungsikan sebagai ungkapan perasaan pembicara dalam percakapan dapat menimbulkan masalah dalam proses interjeksi

(39)

percakapan, hal ini berkaitan dengan makna yang secara tidak langsung turut menentukan kelancaran komunikasi.

2. Interjeksi berhubungan langsung dengan ungkapan persaan pembicara untuk menyatakan rasa hatinya terhadap hal yang ingin diungkapkannya. Hal ini dapat menimbulkan masalah jika pemakai bahasa tidak mengikuti perkembangan suatu kata.

3. Interjeksi yang digunakan dalam percakapan dapat teridentifikasi dengan melihat kata-kata yang digunakan dalam pembicara.

4. Faktor situasi pemakaian kosakata turut menetukan ketepatan interprertasi maknanya.

(40)

s

Kata tugas

Interjeksi

Analisis

Temuan Pengajaran Bahasa

Indonesia

Interjeksi Kejijikan

Interjeksi Kekesalan

Interjeksi Kekaguman

Interjeksi Kesyukuran

Interjeksi Harapan Interjeksi

Keheranan

Interjeksi Panggilan

Interjeksi Simpulan Interjeksi

Ajakan Interjeksi

Kekagetan

Tidak Mampu Mampu

KTSP 2006

(41)

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini, adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mampu mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

Standar kemampuan siswa dilihat dari jumlah siswa yang mendapat nilai 70 ke atas minimal 85%, sebaliknya siswa dianggap tidak mampu bila siswa yang mendapat nilai 69 ke bawah kurang dari 85%.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel penelitian

Variabel yang ditetapakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal.

Variabel tunggal yang dimaksud adalah kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

2. Desain penelitian

Penelitian ini termasuk bentuk penelitian yang bersifat deksriptif kuantitatif.Maksudnya, penelitian akan menggambarkan bagaimana kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas pemahaman tentang istilah pada variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini penulis akan menguraikan definisi variabel yang akan dioprasionalkan dalam penelitian. Kemampuan siswa mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia adalah kesanggupan siswa menentukan bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

Interjeksi atau kata seru adalah jenis kata yang digunakan untuk mengungkapkan rasa hati, sang pembicara lazim menggunakan kosakata yang dapat mewakili maksud dan pesan yang disampaikan.

31

(43)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 19 Makassar yang berjumlah 380 orang yang dibagi dalam sembilan kelas, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel.2.1Deskripsi Keadaan Populasi

NO Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 VIII a 3 28 31

2 VIII b 22 18 40

3 VIII c 26 20 46

4 VIII d 24 20 44

5 VIII e 22 22 44

6 VIII f 21 23 44

7 VIII g 19 26 45

8 VIII h 18 23 41

9 VIII i 23 22 45

Total 380

Sumber : Papan Potensi siswa SMP Negeri 19 Makassar Tahun 2014.

2. Sampel

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 VIIIa 3 28 31

(44)

Dari tabel 1 tersebut dapat diketahui jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 380 orang.

“Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga

penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau beberapa saja, bergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dana, dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti”.

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen dari penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :

1. Tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan siswa setelah proses pembelajaran essai.

2. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui data tentang kehadiran, keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik yaitu pemberian tes secara tertulis. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis mengenai kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis telah menentukan metode dalam penelitian.Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik

(45)

analisis persentase.Dalam menerapkan metode tersebut, penulis menetapkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Penentuan Alat Ukur Penelitian.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah tugas tertulis.Melalui tes tertulis tersebut, peneliti dapat menilai kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia. Pelaksanaan tes ini dilakukan secara tertulis dengan membagikan kepada siswa sampel (responden) yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Masalah Penilaian dalam Penelitian a. Cara penilaian

Dalam penelitian ini digunakan cara penilaian yang sifatnya kuantitatif.

Maksudnya, dengan cara tersebut, hasil yang dicapai oleh siswa sampel disajikan dalam bentuk bilangan yang mempunyai rentangan nilai 1-10.

b. Standar Penilaian Penelitian

Dalam penelitian, penulis mengacu pada prinsip belajar tuntas.Sejalan dengan prinsip tersebut, dalam penilaian ini digunakan standar penilaian mutlak, dengan Penilaian Acuan Kriteria. (PAK) yaitu siswa sampel yang mendapat nilai 7,0 ke atas minimal 85% (Dekdikbud, 1990 : 11).

3. Bentuk Tes

Dalam penelitian ini, tes yang digunakan dalam bentuk tes tertulis adalah bentuk tes tertulis tentang kemampuan siswa kelas VIII SMP 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

(46)

4. Cara Mengelola Hasil Tes Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan cara pengolahan nilai hasi tes dengan mengubah skor mentah menjadi nilai akhir dengan cara sebagai berikut.

a. Jumlah soal yang harus dijawab oleh siswa adalah 20 nomor,setiap soal yang benar diberi skor satu.

b. Skor tersebut ditafsirkan menjadi nilai standar 1-20, dengan menggunakan

rumus: N =

Keterangan: N = Nilai X = Skor

Y = Jumlah soal 5. Standar Kemampuan

Standar kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia adalah berdasarkan pada kurikulum1994 bahwa apabila siswa yang telah mencapai nilai 7,0 ke atas minimal 85% dianggap sudah mampu mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

Rumus yang digunakan dalam menganalisis data yang ditemukan dalam penilaian ini adalah:

PDS=

(Depdikbud, 1994 : 6) Keterangan:

X = Daya serap siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas

(47)

N = Jumlah siswa sampel PDS = Persentase Daya Serap

(48)

BAB IV

HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Pada bagian ini, dibahas secara rinci mengenai data penelitian sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian kuantitatif. Hasil penelitian kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil yang dinyatakan dalam bentuk angka untuk mengukur kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi dalam kalimat bahasa Indonesia.

Data penelitian yang diperoleh akan diuraikan dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia. Berikut ini akan diuraikan dalam bentuk tabel. Adapun data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dibuatkan tabelnya sebagai berikut.

Tabel 4.2. Hasil Perolehan Skor dan Nilai Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam Mengidentifikasi Bentuk Interjeksi Kalimat Bahasa Indonesia

No Kode Sampel Skor Perolehan Nilai

1 01 16 8,0

2 02 15 7,5

3 03 14 7,0

4 04 12 6,0

5 05 10 5,0

37

(49)

6 06 12 6,0

7 07 14 7,0

8 08 16 8,0

9 09 12 6,0

10 10 14 7,0

11 11 14 7,0

12 12 8 4,0

13 13 8 4,0

14 14 14 7,0

15 15 14 7,0

16 16 13 6,5

17 17 15 7,5

18 18 14 7,0

19 19 13 6,5

20 20 12 6,0

21 21 14 7,0

22 22 11 5,5

23 23 11 5,5

24 24 14 7,0

25 25 14 7,0

26 26 13 6,5

27 27 13 6,5

(50)

Sumber: Data Perolehan Tes Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar

Pada tabel 4.2 tersebut, terlihat jelas skor yang diperoleh siswa sampel.

Skor perolehan sampel tersebut merupakan salah satu indikator yang menunjukkan variasi tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia.

Variasi nilai perolehan skor pada tabel tersebut, dapat dijadikan gambaran variasi tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia.

Uraian data pada tabel tersebut, tampak dengan jelas hasil tes siswa sampel dalam kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia. Pada tabel tersebut terlihat skor tertinggi yang diperoleh siswa sampel 01 skor perolehan 16 dengan nilai 8,0, sampel 02 skor perolehan 15 dengan nilai 7,5, sampel 03 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 04 skor perolehan 12 dengan nilai 6,0, sampel 05 skor perolehan 10 dengan nilai 5,0, sampel 06 skor perolehan 12 dengan nilai 6,0, sampel 07 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 08 skor perolehan 16 dengan nilai 8,0, sampel 09 skor perolehan 12 dengan nilai 6,0, sampel 10 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 11 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 12 skor perolehan 8 dengan nilai 4,0, sampel 13 skor perolehan - dengan

28 28 17 8,5

29 29 13 6,5

30 30 13 6,5

31 31 15 7,5

(51)

nilai -, sampel 14 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 15 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 16 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 17 skor perolehan 15 dengan nilai 7,5, sampel 18 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 19 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 20 dengan perolehan skor 12 dengan nilai 6,0, sampel 21 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 22 skor perolehan 11 dengan nilai 5,5, sampel 23 skor perolehan 11 dengan nilai 5,5, sampel 24 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 25 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 26 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 27 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 28 skor perolehan 17 dengan nilai 8,5, sampel 29 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 30 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 31 skor perolehan 15 dengan nilai 7,5.

Untuk mengetahui secara jelas tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia, akan diuraikan peringkat hasil tes siswa sampel berdasarkan skor perolehan yang dicapai melalui peringkat skor tertinggi sampai skor terendah yang diperoleh siswa sampel. Untuk memperjelas hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3. Peringkat Hasil Tes Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam Mengidentifikasi Bentuk Interjeksi Kalimat Bahasa Indonesia

No Kode Sampel Skor Perolehan Nilai

1 28 17 8,5

2 01 16 8,0

(52)

3 08 16 8,0

4 02 15 7,5

5 17 15 7,5

6 31 15 7,5

7 03 14 7,0

8 07 14 7,0

9 10 14 7,0

10 11 14 7,0

11 14 14 7,0

12 15 14 7,0

13 18 14 7,0

14 21 14 7,0

15 24 14 7,0

16 25 14 7,0

17 16 13 6,5

18 19 13 6,5

19 26 13 6,5

20 27 13 6,5

21 29 13 6,5

22 30 13 6,5

23 04 12 6,0

24 06 12 6,0

(53)

25 09 12 6,0

26 20 12 6,0

27 22 11 5,5

28 23 11 5,5

29 05 10 5,0

30 12 8 4,0

31 13 8 4,0

Rata-rata 6,58

Sumber: Data Peringkat Perolehan Tes Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar

Uraian data pada tabel tersebut di atas, tampak dengan jelas hasil tes siswa sampel kemampuan siswa kelas VIII SMP negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia. Pada tabel tersebut, dapat dikatakan skor tertinggi yang diperoleh siswa sampel 28 dengan perolehan skor 17 dengan nilai 8,5, selanjutnya sampel 01 skor perolehan 16 dengan nilai 8,0, sampel 08 skor perolehan 16 dengan nilai 8,0, sampel 02 skor perolehan 15 dengan nilai 7,5, sampel 17 skor perolehan 15 dengan nilai 7,5, sampel 31 skor perolehan 15 dengan nilai 7,5, sampel 03 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 07 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 10 skor perolehan 14 dengan 7,0, sampel 11 skor perolehan 14 dengan 7,0, sampel 14 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 15 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 18 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 21 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 24 skor perolehan 14 dengan nilai 7,0, sampel 25 skor perolehan 14

(54)

dengan nilai 7,0, sampel 16 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 19 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 26 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 27 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 29 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 30 skor perolehan 13 dengan nilai 6,5, sampel 04 skor perolehan 12 dengan nilai 6,0, sampel 06 skor perolehan 12 dengan nilai 6,0, sampel 09 skor perolehan 12 dengan nilai 6,0, sampel 20 skor perolehan 12 dengan nilai 6,0, sampel 22 skor perolehan 11 dengan nilai 5,5, sampel 23 skor perolehan 11 dengan nilai 5,5, sampel 05 skor perolehan 10 dengan nilai 5,0, dan skor terendah yang diperoleh siswa sampel 12 dan 13 dengan perolehan nilai 4,0.

Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan bagaimana kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia. Skor perolehan terendah diperoleh siswa di bawah perolehan 14 atau dengan nilai di bawah 7,0 memperlihatkan, bahwa di antara siswa sampel tersebut, masih terdapat siswa yang kemampuannya membutuhkan perhatian, dorongon atau semangat, baik dari sekolah, guru, orang tua, dan lingkungan.

B. Pembahasan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya dan melihat tabel skor dan nilai hasil tes kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia, dapat diketahui distribusi frekuensi pembelajaran siswa. Distribusi frekuensi yang dimaksud disajikan pada tabel 4.4 berikut ini.

(55)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Nilai Sampel Kemampuan Siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam Mengidentifikasi Bentuk Interjeksi Kalimat Bahasa Indonesia

No Skor Nilai Frekuensi Persentase

1 17 8,5 1 3,22%

2 16 8,0 2 6,45%

3 15 7,5 3 9,68%

4 14 7,0 10 32,2%

5 13 6,5 6 19,3 %

6 12 6,0 4 12,9%

7 11 5,5 2 6,45 %

8 10 5,0 1 3,22%

9 8 4,0 2 6,45%

31 100 %

Sumber: Data Frekuensi Tes Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar

Uraian tabel tersebut, dapat diketahui dengan jelas distribusi frekuensi, skor dan nilai siswa sampel kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia.

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 17 dengan nilai 8,5 sebanyak 1 orang siswa dengan persentase 3,22%, selanjutnya skor 16 dengan nilai 8,0 sebanyak 2 orang siswa dengan persentase 6,45%, skor 15 dengan nilai 7,5 sebanyak 3 orang siswa dengan persentase 9,68%, skor 14 dengan nilai 7,0 sebanyak 10 orang dengan persentase 32,2%, skor 13 dengan

(56)

nilai 6,5 sebanyak 6 orang siswa, dengan persentase 19,3%, skor 12 dengan nilai 6,0 sebanyak 4 dengan persentase 12,9%, skor 11 dengan nilai 5,5 sebanyak 2 orang siswa dengan nilai 6,45%, skor 10 dengan nilai 5,0 sebanyak 1 orang siswa dengan persentase 3,22%, dan skor terendah adalah 8 dengan nilai 4,0 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45 %.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas sebanyak 16 orang siswa dengan persentase 51,55% dikategorikan mampu mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia, sedangkan siswa yang memperoleh nilai dibawah 6,9 sebanyak 15 orang siswa dengan persentase 48,32 % dikategorikan belum mampu mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5. Hasil Tingkat Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dalam Mengidentifikasi Bentuk Interjeksi Kalimat Bahasa Indonesia

Nilai Frekuensi Persentase

7,0 ke atas 16 51,55 %

Di bawah 6,9 15 48,32 %

31 100 %

Sumber: Data Tingkat Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas sebanyak 16 orang siswa (51,55%) dikategorikan sudah mampu mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah 6,9 sebanyak 15 orang (48,32%) dikategorikan

(57)

belum mampu mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar dikategorikan hampir sepenuhnya mampu dalam mengidentifikasi bentuk interjeksi kalimat bahasa Indonesia, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas belum mencapai kriteria jumlah yang ditentukan, yaitu 85 %.

Gambar

Tabel hasil perolehan 37
Gambar 2.1Hubungan kata dengan benda/konsep (Arsyad, 1998: 83)
Tabel  4.2.  Hasil  Perolehan  Skor  dan  Nilai  Kemampuan  Siswa  Kelas  VIII  SMP Negeri  19  Makassar dalam  Mengidentifikasi  Bentuk  Interjeksi Kalimat Bahasa Indonesia
Tabel  4.3.  Peringkat  Hasil  Tes  Kemampuan  Siswa  Kelas  VIII  SMP Negeri  19 Makassar  dalam  Mengidentifikasi  Bentuk Interjeksi  Kalimat  Bahasa Indonesia
+3

Referensi

Dokumen terkait

(variances assumed) Rerata Ket. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kedua kelas. Kemudian

Membuat daftar catatan penting untuk keluarga dan cadangan dana yang diperlukan keluarga selama ditinggalkan. Memberikan nomor-nomor penting yang dapat dihubungi jika keadaan

Hasil analisis diketahui bahwa hutan memiliki nilai factor CP lebih rendah dari pada penggunaan lahan kebun campuran dengan kerapatan sedang maupun kerapatan tinggi, karna

(3) Hasil kesepakatan Musyawarah Kampong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman bagi Pemerintah Kampong dan Badan Permusyawaratan Kampong

Secara keseluruhan hasil analisis drive test yang dilakukan pada pengukuran sebelum dilakukan optimalisasi menunjukkan terdapat beberapa spot dengan permasalahan low

Langkah yang dapat dilakukan untuk memastikan peningkatan kondisi penerimaan ( acceptance ) peserta dalam program mindfulness yaitu merancang waktu pelaksanaan

Troškovi zaposlenika iskazani su kroz troškove neto plaća i nadnica u iznosu od 1.250 milijuna kuna, troškovi poreza i doprinosa iz plaća u iznosu od 542 milijuna kuna, doprinosi

positif signifikan antara modal sosial terhadap kinerja pada UMKM bidang garmen di Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil perhitungan dimana nilai C.r modal sosial pada