• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN

TRANSPARAN

Oleh

DEBBI PURNAMAWATI F34101033

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

DEBBI PURNAMAWATI. F34101033. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan. Di bawah bimbingan Erliza Hambali. 2006.

RINGKASAN

Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan rumus kimia C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside). Secara komersial sukrosa umumnya diperoleh dari tebu (Saccharum officinarum) yang merupakan tanaman daerah tropis dan beet (beta vulgaris) yang merupakan tanaman sub-tropis. Sukrosa merupakan senyawa nonionik dalam bentuk bebas dan mempunyai sifat pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency) dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik.

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2-hidroksi–1,2,3–propana trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi. Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil (COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan melepaskan ion protonnya sehingga terbentuk ion sitrat. Sitrat membuat penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH. Asam sitrat merupakan senyawa organik yang bermanfaat sebagai penyapu logam-logam berat karena dapat membentuk suatu kompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya

Sabun merupakan produk perawatan tubuh sehari-hari yang berfungsi sebagai pembersih tubuh dari kotoran yang melekat pada kulit. Sabun dengan air dapat membersihkan kotoran dari permukaan kulit seperti kotoran minyak, keringat, sel-sel kulit yang telah mati dan sisa kosmetik. Sabun transparan merupakan sabun mandi berbentuk batang dan memiliki tingkat transparansi paling tinggi (berkilau).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat terbaik serta mengetahui karakteristik dan penerimaan konsumen terhadap produk sabun transparan yang dihasilkan. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari pembuatan sabun transparan, analisis produk, uji organoleptik berupa uji kesukaan (uji hedonik) dan analisis finansial. Uji kesukaan dilakukan oleh 30 orang panelis agak terlatih. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial (3 x 2) dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah konsentrasi sukrosa dan konsentrasi asam sitrat. Konsentrasi sukrosa yang digunakan terdiri dari tiga taraf yaitu : 8, 11 dan 13%, sedangkan konsentrasi asam sitrat yang digunakan terdiri atas tiga taraf yaitu : 1, 3 dan 5%.

(3)

nyata. Interaksi antara faktor konsentasi sukrosa dan asam sitrat berpengaruh nyata pada kekerasan.

Pada uji kesukaan (uji hedonik), hasil uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun transparan berpengaruh nyata terhadap parameter transparansi, tekstur dan kesan kesat pada kulit setelah pemakaian sabun transparan, sedangkan untuk parameter banyak busa menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat pada formulasi sabun transparan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan konsumen atau dengan kata lain panelis memberikan respon yang sama untuk setiap perlakuan terhadap kedua parameter tersebut.

Berdasarkan penilaian dengan menggunakan teknik pembobotan, konsesntrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5% merupakan konsentrasi terbaik untuk pembuatan sabun transparan dengan kadar air dan zat menguap sabun 24,81%; jumlah asam lemak 33,81%; fraksi tak tersabunkan 5,00%; bagian tak larut dalam alkohol 2,90%; alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH 0,11%; nilai pH 9,51; stabilitas emulsi 97,95%; stabilitas busa 0,59%; kekerasan produk 3,12 mm dan daya bersih 118 ftu turbidity.

(4)

DEBBI PURNAMAWATI. F34101033. The Effect of Sucrose and Citric Acid on The Quality of Transparent Soap. Under Erliza Hambali supervision. 2006.

SUMMARY

Sucrose, or also is known sugar, is dissacharide with chemical formula C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside). Commercially sucrose is produced in tropics and semitropics from the juice of sugar cane (Saccharum officinarum) and sugar beet (beta vulgaris). Sucrose is an anionic compound in free form and have good function in emulsifying, foaming, detergency and solubilizing.

Citric acid is tricarboxylic hydroxyl (2-hydroxy-1,2,3-propane tricarboxylic) that is produced from fruits extracts or fermentation process. Acidity of citric acid is caused by three carboxyl unit (COOH), where in a solution form, each unit will release proton ion to form citrate ion. Citrate is the best buffer to controlling pH. Citric acid is an organic compound that is good as chelating agent because can form an inactive complex with iron and other heavy metals.

Soap is daily personal care product to clean body. Together with water, the soap can remove sweat, oil, damage skin cell, and cosmetic residue from the skin. Transparent soap is a bar soap with the highest transparency (shiny).

The research is conducted to obtain the best concentration of sucrose and citric acid, according to the characteristics and the consumer preference of that soap. The steps of the research are producing the transparent soap, product analysis, organoleptic tests and financial analysis. The organoleptic tests are done by 30 panelist. The experiment design of the research is factorial random design (3 x 2) with two replications. The sucrose concentrations are three degrees, they are 8, 11 and 13%. The citric acid concentrations are also three degrees, 1, 3 and 5%.

The analysis variant for transparent soap at confidence level of 95% (α=0,05) has shown that concentration of sucrose has significant effects to moisture content, total fatty acid, free alkali degree which counted as NaOH degree, pH, hardness and detergency while concentration of citric acid has significant effects to free alkali degree which counted as NaOH, pH, hardness and detergency. The analysis result of free alkali degree which counted as NaOH, hardness and detergency have shown that concentration of sucrose and citric acid have a significant effect, while unsaponifiables fraction degree, insoluble matter in alcohol, emulsion stability and foam stability have no significant effect. Interaction between concentration of sucrose and citric acid has significant effect to hardness analysis.

At hedonic trial, the Friedman test has shown that sucrose and citric acid concentration in the transparent soap formula has significant effects to the panelist acceptance for parameter of transparency, texture and roughness impression after using it, while no significant effect for foam quantity.

(5)

9,51; emulsion stability 97,95%; foam stability 0,59%; hardness 3,12 mm and detergency 118 ftu turbidity.

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :

’KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN’

adalah hasil karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik,

kecuali yang dengan jelas ditunjuk rujukannya.

Bogor, 2006

Yang membuat pernyataan,

Nama : Debbi Purnamawati

(7)

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DEBBI PURNAMAWATI F34101033

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DEBBI PURNAMAWATI F34101033

Dilahirkan pada tanggal 26 Januari 1984

Tanggal lulus :

Disetujui,

Bogor,

Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kepulauan Riau pada tanggal 26

Januari 1984 sebagai putri kedua dari Kamal Satria dengan

Rahmawati. Penulis merupakan anak kedua dari dua

bersaudara. Setelah menyelesaikan sekolah di bangku taman

kanak-kanak tepatnya di TK Pertiwi pada tahun 1989, penulis

kemudian melanjutkan sekolah ke sekolah dasar di SDN 014. Pada tahun 1995,

penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Tanjung Pinang, pada saat kelas tiga penulis

pindah sekolah ke SLTPN 1 Rengat. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah

Menengah Umum di SMUN 8 Pekanbaru pada tahun 1998. setelah lulus SMU

pada tahun 2001, penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor,

Departemen Teknologi Industri Pertanian melalui jalur USMI.

Selama kuliah di IPB penulis pernah melakukan praktek lapangan di PT.

Pupuk Sriwidjaja Palembang, dengan topik ’Aspek Manajeman Pemasaran pada

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang’ selain itu penulis juga aktif pada beberapa

kegiatan antara lain sebagai seksi acara dalam temu alumni TIN dan seksi

dekorasi dalam acara TIN Speaks Out tahun 2002, seksi dana dan usaha sekaligus

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis

dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya. Dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan rasa syukur kepada

Allah SWT dan ucapan terima kasih kepada :

1. Papa, Mama dan Bang Dino atas perhatian, pengorbanan, dukungan dan do’a

yang telah diberikan selama ini.

2. Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi selaku Dosen Pembimbing atas pertimbangan dan

pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, MSi dan Dr. Ir. Endang Warsiki, MT selaku dosen

penguji atas koreksi dan masukannya.

4. PT. ADEV Prima Mandiri sebagai konsultan agroindustri dan LPPM - IPB

SBRC yang telah memberikan bantuannya.

5. Semua laboran dan staff TIN atas bantuan dan informasi yang telah diberikan.

6. All my beloved friends, thanks for all your kindness, dan kepada seluruh

teman-teman TIN ’38 atas bantuan, motivasi dan kebersamaannya.

selama masa kuliah sampai penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu dalam

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat di kemudian hari. Amiin ya robbal ‘aalamiin.

Bogor, Desember 2006

(11)

SKRIPSI

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN

TRANSPARAN

Oleh

DEBBI PURNAMAWATI F34101033

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

DEBBI PURNAMAWATI. F34101033. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan. Di bawah bimbingan Erliza Hambali. 2006.

RINGKASAN

Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan rumus kimia C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside). Secara komersial sukrosa umumnya diperoleh dari tebu (Saccharum officinarum) yang merupakan tanaman daerah tropis dan beet (beta vulgaris) yang merupakan tanaman sub-tropis. Sukrosa merupakan senyawa nonionik dalam bentuk bebas dan mempunyai sifat pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency) dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik.

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2-hidroksi–1,2,3–propana trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi. Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil (COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan melepaskan ion protonnya sehingga terbentuk ion sitrat. Sitrat membuat penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH. Asam sitrat merupakan senyawa organik yang bermanfaat sebagai penyapu logam-logam berat karena dapat membentuk suatu kompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya

Sabun merupakan produk perawatan tubuh sehari-hari yang berfungsi sebagai pembersih tubuh dari kotoran yang melekat pada kulit. Sabun dengan air dapat membersihkan kotoran dari permukaan kulit seperti kotoran minyak, keringat, sel-sel kulit yang telah mati dan sisa kosmetik. Sabun transparan merupakan sabun mandi berbentuk batang dan memiliki tingkat transparansi paling tinggi (berkilau).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat terbaik serta mengetahui karakteristik dan penerimaan konsumen terhadap produk sabun transparan yang dihasilkan. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari pembuatan sabun transparan, analisis produk, uji organoleptik berupa uji kesukaan (uji hedonik) dan analisis finansial. Uji kesukaan dilakukan oleh 30 orang panelis agak terlatih. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial (3 x 2) dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah konsentrasi sukrosa dan konsentrasi asam sitrat. Konsentrasi sukrosa yang digunakan terdiri dari tiga taraf yaitu : 8, 11 dan 13%, sedangkan konsentrasi asam sitrat yang digunakan terdiri atas tiga taraf yaitu : 1, 3 dan 5%.

(13)

nyata. Interaksi antara faktor konsentasi sukrosa dan asam sitrat berpengaruh nyata pada kekerasan.

Pada uji kesukaan (uji hedonik), hasil uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat di dalam formulasi sabun transparan berpengaruh nyata terhadap parameter transparansi, tekstur dan kesan kesat pada kulit setelah pemakaian sabun transparan, sedangkan untuk parameter banyak busa menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa dan asam sitrat pada formulasi sabun transparan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan konsumen atau dengan kata lain panelis memberikan respon yang sama untuk setiap perlakuan terhadap kedua parameter tersebut.

Berdasarkan penilaian dengan menggunakan teknik pembobotan, konsesntrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5% merupakan konsentrasi terbaik untuk pembuatan sabun transparan dengan kadar air dan zat menguap sabun 24,81%; jumlah asam lemak 33,81%; fraksi tak tersabunkan 5,00%; bagian tak larut dalam alkohol 2,90%; alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH 0,11%; nilai pH 9,51; stabilitas emulsi 97,95%; stabilitas busa 0,59%; kekerasan produk 3,12 mm dan daya bersih 118 ftu turbidity.

(14)

DEBBI PURNAMAWATI. F34101033. The Effect of Sucrose and Citric Acid on The Quality of Transparent Soap. Under Erliza Hambali supervision. 2006.

SUMMARY

Sucrose, or also is known sugar, is dissacharide with chemical formula C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside). Commercially sucrose is produced in tropics and semitropics from the juice of sugar cane (Saccharum officinarum) and sugar beet (beta vulgaris). Sucrose is an anionic compound in free form and have good function in emulsifying, foaming, detergency and solubilizing.

Citric acid is tricarboxylic hydroxyl (2-hydroxy-1,2,3-propane tricarboxylic) that is produced from fruits extracts or fermentation process. Acidity of citric acid is caused by three carboxyl unit (COOH), where in a solution form, each unit will release proton ion to form citrate ion. Citrate is the best buffer to controlling pH. Citric acid is an organic compound that is good as chelating agent because can form an inactive complex with iron and other heavy metals.

Soap is daily personal care product to clean body. Together with water, the soap can remove sweat, oil, damage skin cell, and cosmetic residue from the skin. Transparent soap is a bar soap with the highest transparency (shiny).

The research is conducted to obtain the best concentration of sucrose and citric acid, according to the characteristics and the consumer preference of that soap. The steps of the research are producing the transparent soap, product analysis, organoleptic tests and financial analysis. The organoleptic tests are done by 30 panelist. The experiment design of the research is factorial random design (3 x 2) with two replications. The sucrose concentrations are three degrees, they are 8, 11 and 13%. The citric acid concentrations are also three degrees, 1, 3 and 5%.

The analysis variant for transparent soap at confidence level of 95% (α=0,05) has shown that concentration of sucrose has significant effects to moisture content, total fatty acid, free alkali degree which counted as NaOH degree, pH, hardness and detergency while concentration of citric acid has significant effects to free alkali degree which counted as NaOH, pH, hardness and detergency. The analysis result of free alkali degree which counted as NaOH, hardness and detergency have shown that concentration of sucrose and citric acid have a significant effect, while unsaponifiables fraction degree, insoluble matter in alcohol, emulsion stability and foam stability have no significant effect. Interaction between concentration of sucrose and citric acid has significant effect to hardness analysis.

At hedonic trial, the Friedman test has shown that sucrose and citric acid concentration in the transparent soap formula has significant effects to the panelist acceptance for parameter of transparency, texture and roughness impression after using it, while no significant effect for foam quantity.

(15)

9,51; emulsion stability 97,95%; foam stability 0,59%; hardness 3,12 mm and detergency 118 ftu turbidity.

(16)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :

’KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN’

adalah hasil karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik,

kecuali yang dengan jelas ditunjuk rujukannya.

Bogor, 2006

Yang membuat pernyataan,

Nama : Debbi Purnamawati

(17)

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DEBBI PURNAMAWATI F34101033

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA

DAN ASAM SITRAT TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DEBBI PURNAMAWATI F34101033

Dilahirkan pada tanggal 26 Januari 1984

Tanggal lulus :

Disetujui,

Bogor,

Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kepulauan Riau pada tanggal 26

Januari 1984 sebagai putri kedua dari Kamal Satria dengan

Rahmawati. Penulis merupakan anak kedua dari dua

bersaudara. Setelah menyelesaikan sekolah di bangku taman

kanak-kanak tepatnya di TK Pertiwi pada tahun 1989, penulis

kemudian melanjutkan sekolah ke sekolah dasar di SDN 014. Pada tahun 1995,

penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Tanjung Pinang, pada saat kelas tiga penulis

pindah sekolah ke SLTPN 1 Rengat. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah

Menengah Umum di SMUN 8 Pekanbaru pada tahun 1998. setelah lulus SMU

pada tahun 2001, penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor,

Departemen Teknologi Industri Pertanian melalui jalur USMI.

Selama kuliah di IPB penulis pernah melakukan praktek lapangan di PT.

Pupuk Sriwidjaja Palembang, dengan topik ’Aspek Manajeman Pemasaran pada

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang’ selain itu penulis juga aktif pada beberapa

kegiatan antara lain sebagai seksi acara dalam temu alumni TIN dan seksi

dekorasi dalam acara TIN Speaks Out tahun 2002, seksi dana dan usaha sekaligus

(20)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis

dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya. Dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan rasa syukur kepada

Allah SWT dan ucapan terima kasih kepada :

1. Papa, Mama dan Bang Dino atas perhatian, pengorbanan, dukungan dan do’a

yang telah diberikan selama ini.

2. Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi selaku Dosen Pembimbing atas pertimbangan dan

pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, MSi dan Dr. Ir. Endang Warsiki, MT selaku dosen

penguji atas koreksi dan masukannya.

4. PT. ADEV Prima Mandiri sebagai konsultan agroindustri dan LPPM - IPB

SBRC yang telah memberikan bantuannya.

5. Semua laboran dan staff TIN atas bantuan dan informasi yang telah diberikan.

6. All my beloved friends, thanks for all your kindness, dan kepada seluruh

teman-teman TIN ’38 atas bantuan, motivasi dan kebersamaannya.

selama masa kuliah sampai penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu dalam

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat di kemudian hari. Amiin ya robbal ‘aalamiin.

Bogor, Desember 2006

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR TABEL……… iv

DAFTAR GAMBAR……….. v

DAFTAR LAMPIRAN……… vii

I. PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Tujua Penelitian…...………...………….. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 4

A. Sabun……… 4

B. Sabun Transparan………. 6

C. Sukrosa………. 9

D. Asam Sitrat……… 11

E. Mutu Sabun……….. 13

F. Uji Organoleptik……… 13

III. METODOLOGI PENELITIAN….……….. 18

A. Bahan dan Alat………... 18

B. Metode Penelitian……….. 18

1.Persiapan Bahan………... 18

2.Pembuatan Sabun Transparan……… 18

3.Analisa Produk Akhir……… 19

C. Rancangan Percobaan……… 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 22

A. Analisis Pengaruh Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Parameter Mutu Sabun……… 22

1.Kadar Air dan Zat Menguap Sabun……… 23

2.Jumlah Asam Lemak………. 24

3.Kadar Fraksi Tak Tersabunkan………. 26

(22)

5.Kadar Alkali Babas yang Dihitung sebagai NaOH……….. 28

6.pH Larutan Sabun………. 30

7.Stabilitas Emulsi……….. 31

8.Stabilitas Busa……….. 32

9.Kekerasan Produk……… 33

10.Daya Bersih……… 34

B. Uji Organoleptik………. 36

1.Transparansi……….. 37

2.Tekstur……….. 38

3.Banyak Busa………. 40

4.Kesan Kesat……….. 41

C. Pembobotan Hasil Pengamatan……… 43

D. Analisa Kelayakan Usaha Sabun Transparan Konsentrasi

Sukrosa 13% dan Asam Sitrat 5%... 44

1. Biaya Investasi……… 46

2. Biaya Operasional……… 46

3. Perhitungan Modal……….. 47

4. Harga Pokok Penjualan (HPP)……… 47

5. Perhitungan Usaha……… 48

6. Analisa Kelayakan……… 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 53

A. Kesimpulan……….. 53

B. Saran………. 54

DAFTAR PUSTAKA………. 55

(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formulasi dasar sabun transparan……… 7

Tabel 2. Spesifikasi mutu sabun (SNI 06-3532-1994)……… 23

Tabel 3. Penilaian kepentingan setiap parameter fisikokimia dan uji

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Reaksi saponifikasi trigliserida……… 4

Gambar 2. Reaksi netralisasi asam lemak……….. 4

Gambar 3. Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air……… 5

Gambar 4. Struktur kimia sukrosa……….. 9

Gambar 5. Struktur kimia asam sitrat... 11

Gambar 6 Macam-masam skala hedonik dengan skala numeriknya…… 17

Gambar 7 Diagram alir proses pembuatan sabun transparan…………... 19

Gambar 8. Produk sabun transparan yang dihasilkan……… 22

Gambar 9. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan

asam sitrat terhadap kadar air dan zat menguap sabun... 24

Gambar 10. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan

asam sitrat terhadap jumlah asam lemak... 26

Gambar 11. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan

asam sitrat terhadap kadar alkali bebas yang dihitung

sebagai NaOH... 30

Gambar 12. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan

Asam Sitrat terhadap pH ... 32

Gambar 13. Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa dan

asam sitrat terhadap penetrasi jarum penetrometer... 34

Gambar 14.Histogram hubungan antara konsentrasi sukrosa

dan asam sitrat terahadap kekeruhan... 35

Gambar 15. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan

skala penilaian terhadap transparansi………. 38

Gambar 16. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan

skala penilaian terhadap tekstur………. 39

Gambar 17. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan

skala Penilaian terhadap banyak busa………. 41

Gambar 18. Grafik persentase jumlah panelis berdasarkan

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Formulasi Sabun Ttransparan……….. 59

Lampiran 2. Neraca Massa Pembuatan Sabun Transparan………. 60

Lampiran 3. Analisa Karakteristik Sifat Fisiko Kimia Sabun………….. 61

Lampiran 4. Lembar Uj Kesukaan………. 65

Lampiran 5a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air dan Zat

Menguap Sabun Transparan (%)………... 66

Lampiran 5b. Hasil Analisis Keragaman Kadar Air dan Zat

Menguap Sabun Transparan……….. 66

Lampiran 5c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kadar Air dan Zat

Menguap Sabun Transparan……….. 67

Lampiran 6a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam

Lemak Sabun Transparan (%)……….. 68

Lampiran 6b. Hasil Analisis Keragaman Jumlah Asam Lemak Sabun

Transparan……… 68

Lampiran 6c. Hasil Uji Lanjut Duncan Jumlah Asam Lemak Sabun

Transparan……… 68

Lampiran 7a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Fraksi Tak

Tersabunkan Sabun Transparan (%)……….. 69

Lampiran 7b. Hasil Analisis Keragaman Fraksi Tak

Tersabunkan SabunTransparan……….. 69

Lampiran 8a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Bagian Tak Larut

dalam Alkohol Sabun Transparan (%)……… 70

Lampiran 8b. Hasil Analisis Keragaman Bagian Tak Larut dalam

Alkohol Sabun Transparan……… 70

Lampiran 9a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Alkali Bebas

yang Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan (%)… 71

Lampiran 9b. Hasil Analisis Keragaman Alkali Bebas yang

Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan………. 71

(26)

Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan………. 72

Lampiran 9d. Hasil Uji Lanjut Duncan Alkali Bebas yang

Dihitung sebagai NaOH Sabun Transparan……… 72

Lampiran 10a.Rekapitulasi Data Hasil Analisis pH Sabun

Transparan……….. 73

Lampiran 10b.Hasil Analisis Keragaman pH Sabun Transparan…….. 73

Lampiran 10c.Hasil Uji Lanjut Duncan pH Sabun Transparan………. 73

Lampiran 11a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilisasi

Emulsi Sabun Transparan (%)……….. 74

Lampiran 11b. Hasil Analisis Keragaman Stabilisasi Emulsi

Sabun Transparan………. 74

Lampiran 12a.Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilisasi

Busa Sabun Transparan (%)……….. 75

Lampiran 12b.Hasil Analisis Keragaman Stabilisasi Busa Sabun

Transparan……….. .. 75

Lampiran 13a.Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kekerasan

Sabun Transparan (mm)………. .. 76

Lampiran 13b. Hasil Analisis Keragaman Kekerasan Sabun

Transparan……….. .. 76

Lampiran 13c.Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun

Transparan………. .. 76

Lampiran 13d.Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun

Transparan……….. .. 77

Lampiran 14a.Rekapitulasi Data Hasil Analisis Daya Bersih

Sabun Transparan (ftu turbidity)………. 78

Lampiran 14b Hasil Analisis Keragaman Daya Bersih Sabun

Transparan……….. . 78

Lampiran 14c. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun

Transparan……….. . 78

Lampiran 14d. Hasil Uji Lanjut Duncan Kekerasan Sabun

Transparan……….. 79

(27)

Transparan………. 80

Lampiran 15b. Hasil Perhitungan Uji T antara Kontrol dengan

Perlakuan Sabun Transparan……….. … 80

Lampiran 16a.Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Transparansi

Sabun Transparan……….. 81

Lampiran 16b.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala

Penilaian terhadap Transparansi Sabun Transparan.. … 82

Lampiran 16c.Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis

terhadap Transparansi Sabun Transparan……….. 82

Lampiran 17a.Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Tekstur

Sabun Transparan……….. … 84

Lampiran 17b.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala

Penilaian terhadap Tekstur Sabun Transparan……….. 85

Lampiran 17c.Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis

terhadap Tekstur Sabun Transparan……….. 85

Lampiran 18a.Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Banyak

Busa Sabun Transparan……….. … 87

Lampiran 18b.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala

Penilaian terhadap Banyak Busa Sabun

Transparan……….. 88

Lampiran 18c.Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis

terhadap Banyak Busa Sabun Transparan………….. … 88

Lampiran 19a.Hasil Uji Kesukaan Panelis terhadap Kesan

Kesat Sabun Transparan……….… 90

Lampiran 19b.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala

Penilaian terhadap Kesan Kesat Sabun

Transparan………... … 91

Lampiran 19c.Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis

terhadap Kesan Kesat Sabun Transparan…………... … 91

Lampiran 20. Hasil Pembobotan Nilai Kepentingan Parameter

Fisiko Kimia dan Uji Hedonik……….. 93

(28)

Lampiran 21b. Biaya Penyusutan Sabun Transparan………... 95

Lampiran 22a. Biaya Operasional Sabun Transparan………. 97

Lampiran 22b. Hitungan Operasional Sabun Transparan……… 100

Lampiran 23. Perhitungan Modal Usaha Sabun Transparan…………. 102

Lampiran 24. Perhitungan Penentuan Harga Sabun Transparan……… 103

Lampiran 25a. Perhitungan Laba-Rugi……….... 104

Lampiran 25b. Perhitungan Aliran Kas... 106

Lampiran 26a. Perhitungan BEP……….. 108

Lampiran 26b. Perhitungan Net B/C………... 110

(29)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi akan

berdampak pada peningkatan permintan bahan kebutuhan sehari-hari.

Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan

tubuh, seperti sabun mandi.

Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun mandi

berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi

kesehatan kulit. Fungsi kulit sangat penting, sebagai pembungkus tubuh

yang dipengaruhi lingkungan luar, misalnya debu, sinar matahari, suhu

panas atau dingin dan zat kimia yang menempel pada kulit. Kotoran yang

menempel pada kulit harus dibersihkan agar kulit tetap sehat dan mampu

melakukan tugasnya dengan baik. Cara yang paling mudah untuk menjaga

kebersihan kulit yaitu mandi secara teratur dengan menggunakan sabun

mandi. Sabun dapat membersihkan kotoran minyak, keringat, sel-sel kulit

mati dan sisa kosmetik.

Sabun mandi terdiri dari cold-made, opaque dan sabun transparan.

Sabun mandi cold-made kurang terkenal, tetapi sabun ini mempunyai

kemampuan busa baik dalam air garam. Sabun mandi ini biasanya banyak

digunakan oleh para pelaut. Sabun opaque adalah jenis sabun mandi yang

biasa digunakan sehari-hari. Sabun transparan atau disebut juga sabun

gliserin mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sabun

lain, yaitu mempunyai tampilan yang lebih menarik (berkilau) jika

dibandingkan dengan jenis sabun lain serta dapat menghasilkan busa lebih

lembut di kulit (Jungermann, 1979). Sabun jenis ini mempunyai harga

yang sangat mahal dan hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan menengah

ke atas.

Sifat dari sabun tergantung pada jumlah dan komposisi bahan baku

(30)

akhir. Komposisi asam lemak yang baik untuk pembuatan sabun adalah

rantai panjang (C12 – C18). Rantai C12 – C14 memberikan fungsi yang baik

untuk pembusaan, sedangkan C16 – C18 baik untuk kekerasan dan

deterjensi (Aine, 1996). Pada penelitian ini digunakan asam stearat (C18)

dan minyak kelapa, karena minyak kelapa banyak mengandung asam

laurat (C12). Kriteria minyak/lemak yang baik untuk bahan baku sabun

mandi antara lain minyak/lemak tersebut tidak berbau tengik serta

memiliki warna cerah yang jernih.

Sifat sabun juga dipengaruhi oleh bahan baku pendukung, antara lain

gliserin, yang berperan sebagai humektan. Etanol sebagai pelarut dapat

membuat sabun menjadi lebih transparan. Dietanolamin (DEA) berfungsi

untuk menstabilkan busa dan membuat sabun menjadi lebih lembut.

Asam sitrat termasuk bahan baku sabun transparan yang penting

karena dapat mengikat logam-logam yang dapat menimbulkan bau tengik

pada sabun. Selain itu dapat berfungsi mengatur pH dan sebagai bahan

pengawet. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, tidak adanya asam sitrat

sebagai komposisi bahan baku sabun transparan menyebabkan sabun

memiliki pH tinggi dan bersifat basa. Oleh karena itu, pada penelitian ini

digunakan variasi konsentrasi asam sitrat yang diharapkan dapat

menurunkan alkalinitas sabun transparan yang dihasilkan.

Demikian halnya dengan sukrosa, sukrosa befungsi untuk menambah

kekerasan dan transparasi sabun. Pada penelitian ini digunakan variasi

konsentrasi sukrosa untuk mengetahui bagaimana kecenderungan

kekerasan dan transparansi sabun transparan. Berdasarkan hal tersebut,

penelitian ini berusaha menemukan komposisi terbaik di antara beberapa

kombinasi komposisi asam sitrat dan sukrosa sebagai bahan baku

pembuatan sabun transparan.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kombinasi konsentrasi terbaik sukrosa dan asam sitrat

(31)

2. Mengetahui karakteristik sabun transparan yang dihasilkan.

3. Mengetahui respon panelis terhadap sabun transparan yang dihasilkan.

4. Menganalisa kelayakan usaha sabun transparan kombinasi konsentrasi

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. SABUN

Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa

Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak

hewani (SNI, 1994). Ditambahkan pula oleh Kirk et al. (1954), komponen

utama pembuatan sabun terdiri dari asam lemak rantai C12 – C18 dan garam

sodium atau potassium. Asam lemak yang berikatan dengan garam sodium

(NaOH) dikenal dengan nama hard soaps, sedangkan asam lemak yang

berikatan dengan garam potassium (KOH) dikenal dengan nama soft

soaps.

Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan

proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh

produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan

proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi

karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi

terjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali (Kirk et al, 1954).

Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada

Gambar 1.

CH2 – COOR CH2 – OH

CH – COOR + 3NaOH 3 R - COONa + CH – OH

CH2 – COOR CH2 – OH

Trigliserida Alkali Sabun Gliserol

Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Trigliserida

Reaksi kimia pada proses netralisasi asam lemak dapat dilihat pada

Gambar 2.

R – COOH + NaOH R – COONa + H2O

Asam lemak bebas Alkali Sabun Air

(33)

Menurut SNI (1994), sabun mandi merupakan sabun natrium yang

umumnya ditambahkan zat pewangi dan digunakan untuk membersihkan

tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun mandi terdiri

atas berbagai bentuk seperti berbentuk padat (batang), cair dan gel.

Menurut Jungermann et al. (1979), sabun mandi batang terdiri dari

cold-made, opaque dan sabun transparan. Sabun mandi cold-made mempunyai

kemampuan berbusa dengan baik di dalam air yang mengandung garam

(air sadah). Sabun opaque adalah jenis sabun mandi biasa yang berbentuk

batang dan tidak transparan. Sabun transparan atau disebut juga sabun

gliserin mempunyai tampilan yang lebih menarik karena transparansinya

dan menghasilkan busa lebih lembut di kulit.

Menurut Cavith (2001), molekul sabun terdiri dari rantai karbon,

hidrogen dan oksigen yang disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian

kepala merupakan gugus hidrofilik (rantai karboksil) yang berfungsi untuk

mengikat air, sedangkan bagian ekor merupakan gugus hidrofobik (rantai

hidrokarbon) yang berfungsi untuk mengikat kotoran dan minyak.

O

CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2

C

CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 O- Na+

Gugus hidrofobik (lipofilik) gugus

Hidrofilik

(lipofobik)

Gugus CH3 CH3 CH3 CH3

hidrofobik

(CH2)17 (CH2)17 (CH2)17 (CH2)17

--- Gugus C C C C

hidrofilik

O O- O O- O O- O O- air

---

(34)

Jika sabun dilarutkan di dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya

ditarik ke dalam air dan melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik ditolak

oleh molekul air. Akibatnya, suatu lapisan tipis terbentuk di atas

permukaan air, dan secara drastis menurunkan tegangan permukaan air

(Gambar 2). Jika larutan sabun tersebut mengenai sesuatu yang berlemak

atau berminyak, maka bagian molekul sabun langsung terorientasi. Bagian

hidrofobik membalut kotoran yang bersifat minyak, sedang bagian

hidrofilik tetap larut dalam fase air. Dengan gerakan mekanis membilas

maka minyak dan lemak terdispersi menjadi tetesan-tetesan kecil dan

molekul sabun tersusun sendiri mengelilingi permukaannya. Tetesan

lemak atau minyak yang dikelilingi oleh molekul sabun tersebut disebut

misela. Karena gugus karboksilat dari molekul sabun terproyeksi ke luar,

permukaan misela menjadi bermuatan negatif. Seluruh misela menjadi

larut dalam air dan terbuang bersama air pencuci. Proses pembersihan

berlangsung dengan menurunkan tegangan permukaan air dan

mengemulsikan kotoran (Tarigan, 1983).

B. SABUN TRANSPARAN

Sabun transparan merupakan sabun yang memilki tingkat

transparansi paling tinggi. Ia memancarkan cahaya yang menyebar dalam

bentuk partikel-partikel yang kecil, sehingga obyek yang berada di luar

sabun akan kelihatan jelas. Obyek dapat terlihat hingga berjarak sampai

panjang 6 cm (Cavith, 2001).

Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara berbeda.

Salah satu metode tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam

alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang

kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna dari sabun batangan akhir

tergantung pada pilihan bahan awal dan bila tidak digunakan bahan yang

berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna

sangat kuning (Williams dan Schmitt, 2002).

Proses tradisional mencakup penghilangan sebagian alkohol dengan

(35)

dibiarkan hingga tiga bulan sebelum dicetak dan dikemas ke dalam

penampilan akhirnya. Proses ini dengan sifat alaminya merupakan proses

yang mahal dan terbatas pada beberapa produk yang sudah dikenal dan ada

di pasar selama beberapa tahun. Formula dasar untuk tipe sabun transparan

ditunjukkan Tabel 1.

Tabel 1. Formulasi Dasar Sabun Transparan

Bahan Komposisi (% berat)

Asam stearat 8

Minyak kelapa 20

Natrium hidroksida 30% 22

Gliserin 13

Ethanol 15

Sukrosa 11

DEA 3

Natrium klorida 0,2

Asam sitrat 3

Air 4,5

Sumber : Cognis (2003)

Metode produksi sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak

dan persiapan air utuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua

fase ini bereaksi dengan larutan beralkohol dari kaustik soda dibawah

pemanasan terkontrol. Setelah reaksi selesai, sabun ini kemudian siap

untuk diberi warna dan wewangian. Setelah pewarnaan dan pewangian,

sabun akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan dibiarkan

mengeras sebelum dikemas (Williams dan Schmitt, 2002).

Berikut penjelasan mengenai bahan baku yang digunakan pada

pembuatan sabun transparan :

1. Asam stearat

Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade

dan Weller, 1994). Asam stearat memilki atom karbon C18 yang

(36)

konsistensi dan kekerasan pada produk (Mitsui, 1997). Asam stearat

mempunyai titik cair pada suhu 69,40C (Ketaren, 1986).

2. Minyak kelapa

Menurut Cavith (2001), minyak kelapa diperoleh dari kopra yaitu

daging buah kelapa yang sudah dikeringkan. Minyak kelapa

mengandung asam laurat C12 yang berperan dalam proses

pembentukan sabun dan pembusaan (Mitsui, 1997).

3. Natrium hidroksida (NaOH)

NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat

korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus.

NaOH berbentuk butiran padat berwarna putih dan memilki sifat

higroskopis (Wade dan Weller, 1994). Ion Na+ dari NaOH bereaksi

dengan asam lemak membentuk sabun (Cavith, 2001).

4. Gliserin

Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa

manis. Gliserin diperoleh dari hasil samping proses pembuatan sabun

atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun

transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan alkohol berfungsi

dalam pembentukan struktur transparan (Mitsui, 1997).

5. Asam sitrat

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat yang diperoleh dari

ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi. (Wertheim dan

Jeskey, 1956). Asam sitrat berfungsi untuk menurunkan nilai pH (Kirk

et al., 1954).

6. Dietanolamida (DEA)

DEA berbasis minyak kelapa merupakan DEA terpopuler

walaupun efek pengentalannya berkurang dengan adanya gliserol.

Harganya relatif murah dan mudah ditangani dibandingkan dengan

amida-amida murni berbasis metil ester (William san Schmitt, 2002).

DEA dalam statu formula sedían kosmetika berfungsi sebagai surfaktan

(37)

7. Natrium klorida (NaCl)

NaCl berbentuk butiran berwarna putih (Wade dan Weller, 1994).

Pada formulasi sabun transparan, NaCl berfungsi sebagai elektrolit

(Cognis, 2003).

C. SUKROSA

Sukrosa merupakan senyawa nonionik dan mempunyai sifat

pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency),

dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik (Gupta et al., 1985).

Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan

rumus kimia C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside) yang mempunyai berat molekul 342,3. Sukrosa merupakan salah satu disakarida

yang ditemukan dalam bentuk bebas (tidak berikatan dengan senyawa lain)

di dalam tanaman. Secara komersial, sukrosa umumnya diperoleh dari tebu

(Saccharum officinarum) yang nerupakan tanaman daerah tropis dan beet

(beta vulgaris yang merupakan tanaman sub-tropis (Paryanto, 1999).

Gula tebu (cane sugar) merupakan nama lain non teknik untuk

sukrosa. Sukrosa termasuk gula non reduksi, sehingga tidak mereduksi

larutan Fehling menjadi Cu(I)O atau larutan perak nitrat menjadi perak.

Sukrosa tersusun dari dua molekul monosakarida, yaitu glukosa dan

fruktosa.

Gambar 4. Struktur kimia sukrosa (www.wikipedia.org)

Purwono (2003) menjelaskan bahwa tujuan utama penanaman tebu

adalah untuk memperoleh hasil hablur yang tinggi. Hablur adalah gula

(38)

terjadi di dalam proses metabolisme tanaman dan proses ini terjadi di

lapangan (on farm).

Sukrosa mempunyai nilai ekonomis karena rasa manis dan

kemurniannya. Di samping untuk dikonsumsi langsung, sukrosa

mempunyai potensi menjadi bahan baku untuk produksi bahan kimia

lainnnya (Paryanto, 1999).

Menurut Nuryanto (1997), sukrosa mempunyai sifat non-toksik,

tidak berbau dan tidak berasa, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan

apabila dicampurkan dengan bahan lain akan terhidrolisa ke dalam bentuk

normal produk makanan. Tidak seperti kebanyakan surfaktan, sukrosa juga

merupakan emulsifier yang baik dan mempunyai performa yang baik

sebagai deterjen bila digunakan secara sendirian atau dicampur dengan

surfaktan anionik. Pada umumnya sukrosa diaplikasikan sebagai surfaktan

untuk produk-produk kosmetika seperti cream, lotion, sabun dan

sebagainya.

Karena karakteristik sabun transparan yang hampir mirip dengan

sabun konvensional, kecuali berbeda pada tingkat transparasinya, maka

sukrosa bisa dipakai sebagai bahan aktif pada pembuatan sabun trasparan.

Ditambahkan pula oleh Mitsui (1997), sukrosa berfungsi sebagai

humektan, sehingga dengan adanya sukrosa akan membuat sabun

transparan tidak hanya tampak menarik, tetapi juga dapat merawat kulit

dengan baik dan sangat lembut.

D. ASAM SITRAT

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2 hidroksi – 1, 2, 3 –

propana trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau

hasil proses fermentasi. Asam sitrat merupakan senyawa organik yang

pertama kali diisolasi dan dikristalkan oleh Scheele pada tahun 1784 dari

sari buah jeruk kemudian dibuat secara komersial pada tahun 1860 di

Inggris (Wertheim dan Jeskey, 1956). Struktur kimia asam sitrat seperti

(39)

Gambar 5. Struktur kimia asam sitrat (www.wikipedia.com)

Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil

(COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan

melepaskan ion protonnya. Jika ini terjadi maka akan terbentuk ion sitrat.

Sitrat membuat penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH.

Pada suhu kamar, asam sitrat berbentuk bubuk kristal putih terdiri

dari asam sitrat yang tidak berair (anhydrous) atau sebagai monohydrate

(satu molekul air dalam setiap molekul asam sitrat). Asam sitrat anhydrous

mengkristal dari air panas sedangkan monohydrate dikristalkan dari air

dingin. Asam sitrat monohydrate dapat dikonversi menjadi anhydrous

melalui pemanasan di atas 740C (www.wikipedia.org).

Asam sitrat (C6H8O7) memiliki kelarutan dalam air 163 gram dalam

199 ml air (Kirk et al., 1954). Dalam industri, asam sitrat paling banyak

digunakan dalam industri pangan (60%), farmasi (16%), kulit dan industri

sejenisnya (5%), kosmetika (3%), serta industri lainnya (1%).

Menurut Swern (1982), kontaminasi logam dalam lemak dan minyak

diduga berada di dalam bentuk sabun logam. Metode yang umum dipakai

untuk menyingkirkan kontaminasi logam, yang khususnya bermanfaat

sebagai proses tambahan pada deodorisasi adalah dengan memanfaatkan

senyawa yang disebut penyapu logam yang dapat membentuk suatu

kompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya. Senyawa

yang dikenal di mancanegara selama bertahun-tahun sebagai penyapu

logam tersebut adalah senyawa-senyawa asam seperti asam fosfat dan

(40)

Penggunaan lain dari asam sitrat dalam sabun atau deterjen adalah

kemampuannya sebagai penyapu logam-logam berat dalam air sadah.

Menurut Winarno dan Laksmi (1974), asam sitrat berfungsi sebagai

chelating agent, yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen

seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat diperlukan sebagai katalisator dalam

reaksi-reaksi biologis. Karena itu, reaksi biologis dapat dihambat dengan

penambahan asam sitrat (www.wikipedia.org).

E. MUTU SABUN

Sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran bahan untuk

digosokkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada badan atau

bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,

menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk obat.

Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya adalah sebagai hiegene

tubuh (sabun dan shampoo), tata rias (pemerah pipi, lipstik),

wangi-wangian dan proteksi (sun creen). Tujuan penggunaan sediaan kosmetika

mandi antara lain untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air

sadah, memberi keharuman dan rasa segar serta menghaluskan dan

melembutkan kulit (Imron, 1985).

Contoh dari sediaan kosmetika mandi antara lain minyak mandi,

bath capsul, sabun dan sebagainya. Sabun merupakan pembersih tubuh

sehari-hari. Sabun dan air dapat menghilangkan berbagai kotoran dari

permukaan kulit termasuk bakteri, keringat, sel-sel kulit yang telah mati

dan sisa kosmetik. Bentuk sabun secara garis besar dapat terbagi dua yaitu

sabun yang berbentuk padat dan sabun yang berbentuk cair.

Dalam pembuatan produk sabun, terdapat beberapa spesifikasi

persyaratan mutu yang harus dipenuhi agar sabun tersebut layak untuk

digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi persyaratan mutu yang harus

dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994 meliputi

beberapa parameter sebagai berikut: kadar air dan zat menguap sabun,

(41)

alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH dan kadar minyak mineral (SNI,

1994).

F. UJI ORGANOLEPTIK

Menurut Soekarto (1981), penilaian dengan indra disebut penilaian

organoleptik atau penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian yang

paling primitif. Penilaian dengan indra banyak digunakan untuk meneliti

mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak

disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung.

Kadang-kadang penilaian ini dapat memberikan hasil penelitian yang teliti. Dalam

beberapa hal penilaian dengan indra bahkan melebihi ketelitian alat yang

paling sensitif.

Sistem penelitian organoleptik telah dapat dibakukan dan dijadikan

alat penilai dalam laboratorium, dunia usaha dan perdagangan.

Laboratorium penilaian organoleptik pun telah menjadi umum di industri

maupun di lembaga-lembaga penelitian. Penelitian organoleptik telah pula

digunakan sebagai metode dalam penelitian dan pengembangan.

Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptik diperlukan

panel. Panel adalah satu atau sekelompok orang yang bertugas untuk

menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang

menjadi anggota panel disebut panelis. Ada 6 macam panel yang biasa

digunakan dalam penilaian organoleptik yaitu :

1. Pencicip perorangan (individual expert)

Pencicip perorangan disebut juga pencicip tradisional. Pencicip

demikian telah lama digunakan dalam industri-industri makanan seperti

pencicip teh, kopi, es krim atau penguji bau pada industri minyak wangi

(parfum).

2. Panel pencicip terbatas

Untuk menghindari ketergantungan pada seorang pencicip

perorangan maka beberapa industri menggunakan 3 – 5 orang penilai

yang mempunyai kepekaan tinggi yang disebut panel pencicip terbatas.

(42)

mempunyai pengalaman luas akan komoditi tertentu. Penggunaan panel

pencicip terbatas dapat mengurangi faktor kecenderungan (bias) dalam

menilai rasa suatu komoditi. Dalam mengambil keputusan dilakukan

secara musyawarah diantara anggota.

3.Panel terlatih

Anggota panel terlatih yaitu antara 15 – 25 orang. Tingkat

kepekaan yang diharapkan tidak perlu setinggi panel pencicip terbatas.

Untuk menjadi anggota panel ini perlu diseleksi dan yang terpilih

kemudian dilatih. Panel terlatih ini juga berfungsi sebagai alat analisa,

dan pengujian-pengujian yang dilakukan biasanya terbatas pada

kemampuan membedakan.

4.Panel tak terlatih

Jika panel terlatih biasanya untuk menguji pembedaan (different

test), maka panel tak terlatih umumnya untuk menguji kesukaan

(preference test). Pemilihan anggota dilakukan bukan terhadap

kepekaan calon anggota tetapi pemilihan itu lebih mengutamakan segi

sosial seperti latar belakang pendidikan, asal daerah ekonomi, dalam

masyarakat dan sebagainya.

5.Panel konsumen

Panel ini biasanya mempunyai anggota yang besar jumlahnya dari

30 sampai 1000 orang. Pengujiannya biasanya mengenai uji kesukaan

(preference test) dan dilakukan sebelum pengujian pasar. Hasil uji

kesukaan dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu jenis

komoditi dapat diterima oleh masyarakat.

6.Panel agak terlatih

Panel ini tidak dipilih menurut prosedur pemilihan panel terlatih,

tetapi juga tidak diambil dari orang-orang awam yang tidak tahu

menahu mengenai sifat-sifat sensorik dan penilaian organoleptik.

Panelis dalam kategori ini mengetahui sifat-sifat sensorik dari contoh

yang dinilai karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan.

Termasuk dalam kategori panel agak terlatih adalah sekelompok

(43)

atau hanya kadang-kadang. Panelis pada panel agak terlatih dipilih

berdasarkan kepekaan dan keandalan penilaian. Jumlahnya berkisar

antara 15 – 25 orang.

Pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa

kelompok. Cara yang paling populer adalah kelompok pengujian

pembedaan (different test) dan kelompok pengujian pemilihan (preferance

test). Disamping dua kelompok pengujian tersebut dikenal juga pengujian

skalar dan pengujian deskripsi. Jika kedua pengujian pertama banyak

digunakan dalam penelitian, analisa proses dan penilaian hasil akhir maka

dua kelompok pengujian terakhir ini banyak digunakan dalam pengawasan

mutu (quality control). Diluar 4 kelompok pengujian itu masih ada uji-uji

sensorik lain termasuk disini adalah uji konsumen.

Kelompok pengujian pemilihan disebut juga dengan pengujian

penerimaan (acceptance test). Uji penerimaan menyangkut penilaian

seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan

orang menyenangi. Dalam kelompok uji penerimaan ini termasuk uji

kesukaan (hedonik) dan uji mutu hedonik.

Uji kesukaan disebut juga uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis

diminta untuk memberikan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau

sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan

senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat

kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala

hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang

dikehendaki. Gambar 6 menunjukkan contoh-contoh skala hedonik dengan

berbagai rintangan.

Dalam penganalisaan, skala hedonik ditransformasi menjadi skala

numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data

numerik ini dapat dilakukan analisa-analisa statistik.

Dengan adanya skala hedonik secara tidak langsung juga dapat

digunakan untuk mengetahui perbedaan. Karena hal ini, maka uji hedonik

(44)

komoditi sejenis atau produk pengembangan serta menilai hasil akhir

produksi.

(45)

Skala hedonik Skala

numerik

Skala hedonik Skala

numerik

Skala hedonik Skala

numerik

(46)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam stearat,

minyak kelapa, NaOH 30%, gliserin, etanol 70%, sukrosa, Coco DEA, NaCl,

asam sitrat, air serta bahan-bahan lain untuk analisis.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas piala,

spatula, pengaduk dan pemanas (hot plate stirrer), timbangan, thermometer,

cetakan serta alat-alat lain untuk analisis.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) persiapan bahan, (2) pembuatan sabun transparan dan (3) analisis produk akhir.

1. Persiapan Bahan

Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan untuk proses pembuatan

sabun transparan dengan berbagai variasi konsentrasi asam sitrat (1, 3, 5)%

dan sukrosa (8, 11, 13)% sebagai bahan baku penyusunnya. Mula-mula

dilakukan penimbangan bahan baku berdasarkan formula pembuatan sabun

transparan yang digunakan (Lampiran 1).

2. Pembuatan Sabun Transparan

Pada tahap ini sabun dibuat dengan mencairkan asam stearat

kemudian dicampurkan dengan minyak kelapa pada suhu 70 - 800C sambil

diaduk. Setelah homogen, ditambahkan NaOH 30%, sehingga terbentuk

stok sabun. Selanjutnya ditambahkan bahan-bahan pendukung yaitu

ethanol, gliserin, sukrosa, asam sitrat, DEA, NaCl dan air sehingga

terbentuk sabun transparan. Diagram alir proses pembuatan sabun

transparan dapat dilihat pada Gambar 7 dan neraca massa disajikan pada

(47)

Gambar 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun Transparan (Modifikasi

Cognis, 2003)

3.Analisa Produk Akhir a. Sifat Físiko Kimia

Untuk mengetahui karakteristik produk sabun yang dihasilkan,

dilakukan analisis terhadap sifat fisiko-kimia sabun. Sifat kimia sabun

yang diamati antara lain kadar air, jumlah asam lemak, fraksi tak Asam Stearat

Pencairan

Pencampuran T = 70 - 800C

Pencampuran T = 70 - 800C

Minyak Kelapa

Stok sabun

Pencampuran T = 70 - 800C

Ethanol Gliserin Sukrosa (8, 11, 13)% Asam sitrat (1, 3, 5)%

Coco DEA NaCl

Pencetakan

Sabun Transparan NaOH

(48)

tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol, alkali bebas, pH, stabilisasi

busa, stabilisasi emulsi, kekerasan dan daya bersih. Sedangkan sifat fisik

yang diamati adalah tingkat kekerasan yang diukur dengan menggunakan

alat penetrometer.

b. Uji Organoleptik

Uji organoleptik pada produk sabun transparan dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap transparasi, tekstur,

banyak busa, dan kesan pada kulit setelah pemakaian sabun transparan.

Uji ini menggunakan panelis agak terlatih sebanyak 30 orang dengan

skala 1 – 5. Skala penilaian yang diberikan yaitu (1) tidak suka, (2) agak

tidak suka, (3) biasa, (4) agak suka, (5) suka. Analisis data untuk uji

organoleptik dilakukan dengan metode statistik non parametrik

menggunakan uji Friedmann.

c. Analisa Kelayakan Usaha Sabun Transparan

Analisa kelayakan sabun transparan menggunakan indikator

kelayakan berupa analisis titik impas (break event point), net B/C (net

benefit cash ratio), nilai bersih sekarang (net present value) dan waktu

(49)

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian utama adalah

rancangan acak lengkap faktorial dengan dua perlakuan dan masing-masing

terdiri dari tiga taraf yaitu konsentrasi sukrosa (8, 11, dan 13%) dan

konsentrasi asam sitrat (1, 3, dan 5%). Model matematis dari rancangan

percobaan untuk penelitian utama adalah sebagai berikut.

Yij = μ + Ai + Bj + ABij + ε k(ij)

Keterangan :

Yijk = variabel respon hasil observasi ke-k yang terjadi karena

pengaruh taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B μ = rata-rata sebenarnya

A = konsentrasi sukrosa (8, 11, dan 13%)

B = konsentrasi asam sitrat (1, 3, dan 5%)

Ai = efek sebenarnya dari taraf ke-i faktor A

Bi = efek sebenarnya dari taraf ke-j faktor B

(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALSIS PENGARUH SUKROSA DAN ASAM SITRAT TERHADAP PARAMETER MUTU SABUN

Produk sabun transparan yang dihasilkan merupakan hasil dari

formulasi sabun transparan berdasarkan modifikasi metode Cognis (2003)

dengan kombinasi variasi konsentrasi sukrosa (8, 11, dan 13%) dan variasi

konsentrasi asam sitrat (1, 3, dan 5%). Produk sabun transparan yang

dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Produk sabun transparan yang dihasilkan

Karakteristik sabun transparan yang dihasilkan disesuaikan

menurut spesifikasi mutu yang terdapat dalam SNI 06-3532-1994 dengan

parameter kadar air dan zat menguap sabun, jumlah asam lemak, kadar fraksi

tak tersabunkan, bagian tak larut dalam alcohol, kadar alkali bebas yang

(51)

daya bersih. Karakterisasi ini bertujuan untuk mengetahui sifar fisik dan kimia

sabun transparan yang dihasilkan serta untuk mengetahui kesesuaian produk

sabun transparan yang dihasilkan dengan Standar Nasional Indonesia Sabun

Mandi. Spesifikasi persyaratan mutu sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Mutu Sabun (SNI 06-3532-1994)

No Jenis Uji Persyaratan Mutu

1.

Kadar fraksi tak tersabunkan (b/b; %)

Bagian tak larut dalam alkohol (b/b; %)

Alkali bebas dihitung sebagai NaOH (b/b; %)

Minyak mineral

1. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar air dan zat

yang menguap dalam sabun. Banyaknya air yang ditambahkan pada produk

sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan.

Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin

mudah menyusut atau habis pada saat digunakan (Spitz, 1996).

Kandungan zat menguap dalam produk sabun transparan berasal dari

bahan penyusunnya yang bersifat volatile atau mudah menguap, dapat pula

berasal dari hasil lanjut reaksi oksidasi asam lemak yang terdapat dalam sabun

transparan. Menurut Ketaren (1986), proses oksidasi dapat berlangsung bila

terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Oksidasi

biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat

selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi

hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.

Senyawa aldehid dan keton yang dihasilkan dari lanjutan reaksi oksidasi ini

(52)

8

Gambar 9. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Kadar Air dan Zat Menguap Sabun

Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa kadar air dan zat menguap sabun

transparan menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Nilai kadar air sabun

transparan tertinggi diperoleh dari perlakuan konsentrasi sukrosa 8% dan

konsentrasi asam sitrat 1% sebesar 32,48%, dan kadar air terendah pada

perlakuan konsentrasi sukrosa 13% dan konsentrasi asam sitrat 5% sebesar

24,81%. Nilai kadar air yang diperoleh berada diatas batas maksimum kadar

air menurut SNI. Hal ini berarti sabun transparan yang dihasilkan cukup lunak.

Meskipun kurang efisien dalam penggunaannya karena sabun lebih mudah

larut dalam air sehingga cepat habis, namun dengan kondisi batang sabun

yang cukup lunak memberikan kemudahan dalam proses pembuatan dan

pengemasan sabun karena tidak mudah patah atau hancur. Analisa kadar air

dan zat menguap sabun juga dilakukan pada sabun komersial merk Deo

sebagai pembanding, yaitu sebesar 22,42%.

Hasil analisis keragaman terhadap kadar air menunjukkan bahwa

faktor konsentrasi sukrosa berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

(α = 0,05), sedangkan faktor konsentrasi asam sitrat dan interaksi antara konsentrasi sukrosa dan asam sitrat menunjukkan tidak berbeda nyata.

Uji lanjut Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh perlakuan antara

konsentrasi sukrosa 13 dan 11% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi

tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi sukrosa 8%. Sukrosa mudah larut

(53)

sukrosa juga dipengaruhi oleh zat lain yang terlarut dalam air, serta sifat zat

tersebut. Berdasarkan formulasi sabun transparan yang dihasilkan, jumlah air

yang ditambahkan semakin sedikit seiring dengan semakin tinggi konsentrasi

sukrosa yang digunakan, karena itu jumlah air dan zat menguap yang

terkandung dalam sabun transparan semakin rendah. Hasil analisa keragaman

dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 5.

2. Jumlah Asam Lemak

Asam lemak diperoleh secara alami melalui hidrolisis trigliserida

(William dan Schmitt, 2002). Pengukuran jumlah asam lemak dilakukan untuk

mengetahui jumlah asam lemak yang terdapat dalam sabun dengan memutus

ikatan antara asam lemak dengan Na pada sabun menggunakan asam kuat

HCl:

RCOONa + HCl RCOOH + NaCl

Sabun Natrium Asam Klorida Asam Lemak Garam

Banyaknya ml asam lemak diketahui dengan membaca skala yang

tertera pada labu cassia. Jumlah asam lemak ditetapkan dengan membagi ml

asam lemak yang sebelumnya dikalikan dengan 0,84 (BD asam lemak pada

1000C) dengan banyaknya sampel yang digunakan.

Asam lemak yang terkandung oleh sabun transparan ini berasal dari

asam stearat dan asam laurat yang merupakan asam lemak dominan yang

terdapat dalam minyak kelapa. Baik asam stearat maupun laurat merupakan

asam lemak jenuh yaitu asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap.

Asam lemak yang tidak memilki ikatan rangkap memiliki titik cair yang lebih

tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang mengandung banyak ikatan

rangkap sehingga asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu

ruang. Berdasarkan hal tersebut maka asam lemak jenuh dapat digunakan pada

(54)

8 Gambar 10. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat

terhadap Jumlah Asam Lemak

Menurut SNI (1994), jumlah asam lemak sabun minimal sebesar 70%.

Berdasarkan hasil analisis, rata-rata jumlah asam lemak pada sabun transparan

berkisar antara 28,38 – 38,81%. Data hasil analisis jumlah asam lemak dapat

dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan hasil analisa keragaman jumlah asam

lemak (Lampiran 6b) menunjukkan bahwa faktor konsentrasi sukrosa

berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), sedangkan faktor konsentrasi asam sitrat dan interaksi antara konsentrasi sukrosa dan asam sitrat

menunjukkan tidak berbeda nyata.

Uji lanjut Duncan (Lampiran 6c) memperlihatkan bahwa pengaruh

perlakuan antara konsentrasi sukrosa 8 dan 11% tidak berbeda nyata dan

kedua konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi sukrosa 13%.

Semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka semakin besar jumlah asam lemak

yang terdapat dalam sabun transparan.

Bila larutan disakarida dipanaskan dengan larutan asam kuat maka

akan terjadi hidrolisis yang mengakibatkan disakarida membentuk dua

molekul monosakarida (heksosa). Menurut Tjokroadikoesoemo (1986),

setelah dihidrolisis maka sifat-sifat gula perduksi dari masing-masing

komponen monosakarida tersebut timbul kembali. Gula pereduksi bersifat

aktif sehingga dapat menghambat terjadinya pembentukan sabun dari asam

Gambar

Gambar 1.  CH2 – COOR
Gambar 3. Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air
Tabel 1. Formulasi Dasar Sabun Transparan
Gambar 6. Macam-macam skala hedonik dengan skala numeriknya (Soewarno, 1981)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi pektin dan asam sitrat terhadap mutu selai siwalan dan untuk mengetahui Penambahan konsentrasi (pektin dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar serat, kadar air, total soluble solid, vitamin C, total asam,

Analisa keragaman ( α = 0.05) yang dilakukan terhadap sampel menunjukkan bahwa perbedaan komposisi minyak nabati yang digunakan dalam pembuatan sabun transparan

Hal ini disebabkan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sabun padat transparan adalah minyak goreng bekas dan asam stearat yang merupakan asam lemak

Berdasarkan hasil analisa keragaman terhadap sabun transparan dengan konsentrasi gel lidah buaya 5, 10, 15, dan 20% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan

Nilai aroma terendah yaitu pada lada hijau kering yang diperoleh dari konsentrasi asam sitrat 3,5% dengan perendaman selama 45 menit sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda

Berdasarkan hasil analisa keragaman terhadap sabun transparan dengan konsentrasi gel lidah buaya 5, 10, 15, dan 20% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan

Nilai aroma terendah yaitu pada lada hijau kering yang diperoleh dari konsentrasi asam sitrat 3,5% dengan perendaman selama 45 menit sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda