• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT TERHADAP KUALITAS SINTESIS SABUN TRANSPARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT TERHADAP KUALITAS SINTESIS SABUN TRANSPARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT TERHADAP KUALITAS SINTESIS SABUN TRANSPARAN

Sri Melindawati Bunta, Weni J.A Musa, Lukman A.R Laliyo, Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Sri Melindawati Bunta. 2013. Pengaruh Penambahan Variasi Konsentrasi Asam Sitrat terhadap Kualitas Sintesis Sabun Transparan (Penelitian di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Gorontalo) Skripsi, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1; Dr. Weni J. A. Musa M.Si, dan Pembimbing II ; Dr. Lukman A. R. Laliyo, S.Pd, M.Pd, MM

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penambahan variasi konsentrasi asam sitrat (2, 5 dan 8N) terhadap kualitas sintesis sabun transparan. Kualitas sabun ditentukan dari hasil uji kekerasan dan kebusaan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Gorontalo. Sampel sabun transparan dibuat dari minyak goreng bekas (jelantah), 1 kali penggorengan. Melalui proses reaksi trans-eseterifikasi diperoleh gliserol, bahan dasar pembuatan sabun. Stok sabun dibuat dengan cara penyabunan, melarutkan minyak dengan NaOH kemudian dilarutkan dengan metanol 10 ml, dan dipanaskan; setelah suhu mencapai 65-750C ditambahkan gliserol 2 ml, asam sitrat 2 ml dengan konsentrasi 2, 5 dan 8N, polietilen glikol 2 ml, dan larutan gula 2 ml, selanjutnya dilakukan pencetakan sampai terjadi sabun transparan. Setelah sabun transparan dibuat maka dilakukan uji kekerasan dan uji kebusaan dengan tehnik pengujian analisis kualitatif. Dalam penelitian ini uji kekerasan didapatkan pada konsentarasi asam sitrat 2N 0,2 mm, pada konsentrasi asam sitrat 5N 0,3 mm, dan pada konsentrasi asam sitrat 8N 0,4 mm dan uji kebusaan asam sitrat 2N 0,50 %, 5N 0,35 %, dan pada 8N 0,10 %. Hasil pengujian menunjukan hasil yang lebih baik dilihat dari uji kekerasan dan uji kebusaan, yaitu pada konsentrasi asam sitrat 2N tetapi pada uji kebusaan yang berpengaruh hanyalah asam lemak yang digunakan pada pembuatan sabun.

(2)

2 Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing–masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurat) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam – asam lemak yang digunakan. Komposisi asam – asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan (Tambun, 2006 :1).

Kerusakan minyak selama proses penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Pada lemak dan minyak dikenal ada dua tipe kerusakan yang utama, yaitu ketengikan dan hidrolisis. Ketengikan terjadi bila komponen cita-rasa dan bau mudah menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang tak jenuh. Komponen-komponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa yang tidak dinginkan dalam lemak dan minyak dan produk-produk yang mengandung lemak dan minyak (Raharjo, S. dalam Hermanto, 2010 : 263)

Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan alkali menghasilkan sabun dan gliserol. Salah satu bentuk sabun adalah sabun transparan. Sama halnya dengan sabun mandi biasa, sabun transparan juga merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan basa kuat, hanya saja penampakannya transparan. Prinsip

pembuatan sabun transparan adalah pelarutan massa sabun dalam alkohol, kemudian ditambahkan bahan-bahan tambahan lain yang memiliki fungsi tertentu (Suryani, 2007 : 290).

Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sabun opaque, sabun transparan dan sabun translusen. Ketiga jenis sabun tersebut dapat dibedakan dengan mudah dari penampakannya. Sabun opaque adalah jenis sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak tembus cahaya; sabun transparan merupakan sabun yang paling banyak meneruskan cahaya jika pada batang sabun dilewatkan cahaya; sedangkan sabun translucent merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan sabun opaque. Sabun transparan mempunyai harga yang relatif lebih mahal dan umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas (Jungermann, dalam Gunawan 2011:9).

Sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparansi paling tinggi. Sabun jenis ini memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikel-partikel kecil, sehinga obyek yang berada diluar sabun akan kelihatan jelas (tembus pandang). Obyek dapat terlihat hingga berjarak sampai panjang 6 cm (Paul, 2007, dalam Qisti, 2009:8).

Proses pembuatan sabun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi. Pada proses saponifikasi akan diperoleh produk samping berupa gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi

(3)

3 antara asam lemak bebas dengan alkali (Fitrianti, 2007)

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2 hidroksi – 1, 2, 3 – propana trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi. Asam sitrat merupakan senyawa organik yang pertama kali diisolasi dan dikristalkan oleh Scheele pada tahun 1784 dari sari buah jeruk kemudian dibuat secara komersial pada tahun 1860 di Inggris (Wertheim dan Jeskey dalam Purnamawati, 2006).

Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil (COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan melepaskan ion protonnya. Jika ini terjadi maka akan terbentuk ion sitrat. Sitrat membuat penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH (Purnamawati, 2006).

Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk Kristal berwarna putih. Serbuk kristal ini dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air) atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya, jika dipanaskan di atas temperatur 175 0C asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air (Harsanti, 2010).

Metode yang umum dipakai untuk menyingkirkan kontaminasi logam, yang khususnya bermanfaat sebagai proses tambahan pada deodorisasi adalah dengan memanfaatkan senyawa yang disebut penyapu logam yang dapat membentuk suatu kompleks tidak aktif dengan besi dan logam-logam berat lainnya. Senyawa yang dikenal di mancanegara selama

bertahun-tahun sebagai penyapu logam tersebut adalah senyawa-senyawa asam seperti asam fosfat dan asam organik (Purnamawati, 2006).

Pada pembuatan gliserol hasil samping produksi biodiesel dari minyak goreng bekas 1 kali penggorengan, 250 mL minyak penggorengan 1 kali dipanaskan pada suhu 100oC untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada minyak. Kemudian suhu diturunkan menjadi 65oC. Dalam tempat terpisah di campur 50 mL metanol dan 1% katalis KOH, kemudian dipanaskan pada suhu yang sama yaitu 65oC. Setelah mencapai pada suhu yang sama, keduanya di campur dalam labu leher tiga, dan di refluks dengan kecepatan pengadukan 500 rpm selama 1 jam untuk menghasilkan metil ester dan gliserol kasar.

Dalam mekanisme reaksi ini alkohol di reaksikan dengan ester untuk menghasilkan ester baru, sehingga terjadi pemecahan senyawa trigliserida untuk mengadakan migrasi gugus alkil antar ester. Ester baru yang dihasilkan disebut dengan biodiesel (Adam, 2012).

Proses reaksi transesterifikasi ini dilakukan dengan dilihat dari kandungan asam lemak yang terdapat dalam minyak. Jika minyak mengandung FFA di atas 5% maka proses esterifikasi dengan katalis asam diperlukan, dan jika asam lemak minyak di bawah 5% maka langsung di transesterifikasi dengan katalis basa. Karena FFA yang terdapat dalam sampel minyak goreng bekas pada penelitian ini adalah 0,106%, maka proses reaksi yang dilakukan langsung menggunakan reaksi transesterifikasi (Hikmah dan Zuliani, 2010)

Minyak yang akan di transesterifikasi juga harus memiliki angka asam yang lebih kecil dari 1. Banyak

(4)

4 peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0,5%. Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida (Bradshaw and Meuly, dalam Hikmah dan Zuliani, 2010).

Salah satu reaksi kimia yang dapat menghasilkan gliserol adalah proses transesterifikasi minyak nabati menghasilkan metil ester (biodiesel) menggunakan alkohol (metanol) dengan tambahan katalis basa. Dengan pengembangan industri biodiesel yang semakin intensif dengan berbagai jenis minyak nabati sebagai bahan baku, maka produksi gliserol kasar sebagai hasil sampingnya juga akan melimpah. Oleh karena itu diversikan produk olahan menggunakan gliserol perlu dilakukan salah satunya dalam pembuatan sabun transparan (Suryani, 2007).

Dari uraian di atas pada proses pembuatan biodiesel yang perlu kita ketahui bahwa jika asam lemak bebas dalam minyak rendah maka reaksi transesterifikasi dengan katalis basa langsung dilakukan tanpa melakukan reaksi esterifikasi tetapi jika, minyak mengandung asam lemak bebas tinggi maka perlu dilakukan reaksi esterifikasi dengan katalis asam. Perlunya reaksi pendahuluan ini untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas dalam minyak, kemudian dilanjutkan dengan reaksi transesterifikasi (Adam, 2012)

Setelah diperoleh gliserol dari hasil samping pembuatan biodiesel dan sebelum digunakan sebagai sampel untuk membuat pupuk kalium sulfat terlebih dahulu

gliserol dianalisis dengan metode acetin untuk memperoleh konversi gliserol.

Pada pemurnian gliserol dengan metode acetin, Gliserol yang diperoleh dari proses pembuatan biodiesel belum bernilai ekonomis, sebab masih mengandung zat lain selain gliserol. Agar gliserol bernilai ekonomis maka dilakukan pemurnian terlebih dahulu menggunakan analisis gliserol dengan metode acetin. Pada metode acetin gliserol hasil samping pembuatan biodiesel ini masih mengandung metanol. Untuk memisahkan metanol dari gliserol dilakukan pemanasan sampai suhu 60oC. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk menguapkan sisa metanol, sehingga didapatkan gliserol bebas metanol. Gliserol bebas metanol ditempatkan pada erlenmeyer dan ditambahkan ke dalamnya 3 gram natrium asetat dan 7,5 mL asam asetat anhidrat. Campuran ini selanjutnya dipanaskan selama 1 jam. Dilakukannya pemanasan ini agar campuran larutan bisa tercampur sempurna. Karena pada saat sebelum dilakukan pemanasan natrium asetet dan asam asetat anhidrat tidak bercampur dengan gliserol. Kemudian pada tempat terpisah dipanaskan 50 mL aquades, dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi gliserol, natrium asetat dan asam asetat anhidrat.

Kemudian campuran ditambahkan 4 tetes indikator pp, dan dinetralisasikan dengan basa NaOH 3N sampai terbentuk warna merah muda. Ditambahkan lagi dengan 10 mL NaOH 1N, penambahan larutan ini untuk memperoleh NaOH yang berlebihan. Campuran selanjutnya dipanaskan selama 15 menit, pada saat pemanasan warna daripada larutan semakin memudar, ini terjadi karena proses pemanasan mempengaruhi netralisasi pada larutan. Setelah

(5)

5 dipanaskan kemudian didinginkan kembali untuk memperoleh netralisasi larutan kembali. Setelah dingin, campuran dititrasi dengan HCl 0,5N sampai warna merah muda hilang atau proses netralisasi berhenti. Setelah dilakukannya metode acetin ini maka didapatkan konversi gliserol dengan menggunakan persamaan pada Lampiran 3 (Adam, 2012)

Derajat kemurnian gliserol tertinggi sebesar 98,04%. Sedangkan derajat kemurnian gliserol terendah yaitu 12,45%. Jadi, semakin kecil derajat kemurnian gliserol yang diperoleh maka semakin kecil pula kemurnian gliserolnya dan semakin besar derajat kemurnian yang diperoleh atau mendekati angka kemurnian tertinggi dari gliserol maka semakin besar pula derajat kemurnian gliserol yang digunakan (Mappiratu dan Ijirana, 2009) METODOLOGI

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di labolatorium kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo, selang bulan (April-Mei Tahun 2012)

Pengambilan sampel

Sampel yang digunakan adalah minyak goreng bekas 1 kali penggorengan, kemudian di teliti di labolatorium kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

Alat dan Bahan Alat

Alat Yang Dipakai Pada Penelitian Ini Yaitu Wadah Pencetak, Pipet Tetes, Gelas Kimia, Erlemeyer, Corong Pisah, Pompa Vakum, Buret, Pignometer, Termometer, Eksikator, Labu Leher Tiga, Kertas Saring, Gelas Ukur, Sentry Fug, Magnetic Stirer dan Penangas.

Bahan

Bahan-Bahan Yang Digunakan Pada Percobaan Ini Yaitu Glisrol Hasil Samping Produksi Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas, Asam Stearat, KOH, Metanol, Asam Sitrat, Larutan Gula, H2SO4 Pekat, Air, Etanol 96%, Na- Asetat, Asam Asetat Anhidrat, Naoh, Indicator PP, Hcl, Aquadest, dan Polietilen Glikol. Prosedur penelitian

Pembuatan Sabun Transparan dengan Penambahan Asam Sitrat 2N, 5N dan 8N

Sebelum pembuatan sabun transfaran hal yang pertama dilakukan yaitu membuata stok sabun dengan cara Penyabunan minyak / lemak dengan NaOH untuk membentuk sabun

(1) 20 ml minyak kelapa di masukan dalam gelas kimia.

(2) Dipanaskan untuk menghilangkan kandungan airnya.

(3) Ditambahkan asam stearat 10 ml yang sudah dipanaskan.

(4) Ditambahkan 20 ml NaOH 5 N sampai terbentuk sabun.

(5) Sabun dilarutkan dengan methanol 10 ml.

(6) Dipanaskan setelah suhu 65-750C di tambahkan gliserol hasil samping produksi biodiesel dari minyak goreng bekas 2 ml, asam sitrat 2 ml, polietilen glikol 2 ml, dan larutan gula 2 ml

(7) Didinginkan

(8) Dilakukan pencetakan sampai terjadi sabun transparan (Suryani, 2007 ). Tehnik Pengujian Sabun Transparan Dilakukan dengan Tehnik Pengujian Kualitatif

Uji kekerasan

(1) Stok sabun yang telah selesai di cetak di jatuhkan jarum.

(2) Dicatat kekerasan sabun (Suryani, 2007).

(6)

6 Uji kebusaan

(1) Sebanyak 5 gr sampel dimasukan kedalam gelas kimia.

(2) Ditambahkan 20 ml air (3) Diaduk selama 10 menit. (4) Didiamkan selama 2 menit

(5) Diamati volume busa (Suryani, 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping produksi biodiesel dari minyak goreng 1 kali penggorengan, pemurnian gliserol dengan metode acetin, pembuatan sabun tansparan dengan penambahan variasi konsentrasi asam sitrat 2, 5 dan 8N, uji kekerasan, dan uji kebusaan. Tetapi pada penelitian ini menggunakan Gliserol yang di peroleh dari penelitian sebelumnya yaitu Nova Adam. Pembuatan biodiesel diperoleh metil ester berwarna kuning muda dan gliserol berwarna coklat kemerahan. Gliserol ini bisa dimanfaatkan dalam pembuatan sabun transparan. Gliserol yang akan digunakan di analisis terlebih dahulu dengan metode acetin, didapatkan konversi gliserol sebesar 28,27%. Setelah itu dilakukan pembuatan sabun transparan, stok sabun diencerkan dengan metanol setelah pada suhu 65oC ditambahkan gliserol, larutan asam sitrat, bereaksi dengan polietilen glikol akan bereaksi dengan larutan gula, sampai diperoleh sabun transparan. Kemudian sabun transparan yang diperoleh dengan variasi asam sitrat 2, 5 dan 8N, kemudian dianalisis uji kekerasan dan uji kebusaan. Dimana diperoleh, uji kekerasan pada konsentarasi asam sitrat 2N 0,2 mm, pada konsentrasi asam sitrat 5N 0,3 mm, dan pada konsentrasi asam sitrat 8N 0,4 mm dan uji kebusaan asam sitrat 2N 0,50%, 5N 0,35%, dan pada 8N 0,10%

Pembahasan

Pembuatan Sabun Transparan dengan Penambahan Asam Sitrat 2, 5 dan 8N

Pada proses pembuatan sabun transparan sebagai langkah awal yang dilakukan yaitu dibuat stok sabun dengan cara minyak kelapa dipanaskan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat pada minyak kelapa, kemudian ditambahkan asam stearat. Asam stearat berfungsi sebagai pengeras pada sabun, selanjutnya ditambahkan NaOH, setelah proses penyabunan selesai yang ditandai dengan masa sabun yang kental dan keras. Penyabunan adalah banyaknya mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 mg lemak/minyak.

Stok sabun diencerkan dengan metanol. Metanol berfungsi sebagai pelarut kemudian dipanaskan setelah suhu 650C ditambahkan larutan asam sitrat yang bervariasi yaitu 2N, 5N dan 8N. asam sitrat berfungsi sebagai penghilang logam-logam yang ada pada sabun atau menurunkan pH dan juga sebagai pembentuk transparan. Selanjutnya penambahan polietilen glikol. Polietilen glikol berfungsi sebagai pengembang pada sabun transfaran, kemudian penambahan sukrosa dan gliserol. Gliserol befungsi sebagai pembentuk transparan pada sabun, didinginkan, dilakukan pencetakan pada sabun transparan.

Jadi, semua bahan pada pembuatan biodiesel dapat bermanfaat, salah satunya adalah gliserol. Gliserol selain dapat dibuat sebagai bahan pembuatan pupuk kalium bisa juga dibuat sabagai bahan kosmetik contohnya pembuatan sabun transparan Setelah sabun transparan dibuat maka diuji sifat fisiknya dengan uji kekerasan, dan uji kebusaan.

(7)

7 Untuk uji kekerasan sabun dilakukan dengan cara yaitu menjatuhkan jarum kedalam sampel, semakin dalam sampel yang ditembus oleh jarum menandakan sampel semakin lunak. Untuk uji variasi konsentrasi asam sitrat pada uji kekersan sebagai berikut :

1. Kekerasan Sabun Transparan dengan Variasi Konsentrasi Asam Sitrat 2N Berdasarkan analisis kekerasan sabun transparan dimana stok sabun transparan di jatuhkan jarum seberat 0,1 g diperoleh uji kekerasan pada variasi konsentrasi asam sitrat 2N sebesar 0,2 mm

2. Kekerasan Sabun Transparan dengan Variasi Konsentrasi Asam Sitrat 5N Pada analisis kekerasan sabun transparan pada variasi konsentrasi asam sitrat di mana stok sabun di jatuhkan jarum seberat 0,1 g di peroleh kekerasan sabun dengan variasi konsentrasi asam sitrat 5N sebesar 0,3 mm. Sabun pada konsetrasi 5N ini agak sedikit lunak karena di pengaruhi oleh adanya asam sitrat yang berlebihan. 3. Kekerasan Sabun Transparan dengan

Variasi Konsentrasi Asam Sitrat 8N Sedangakan pada kekerasan sabun transparan variasi konsentrasi asam sitrat 8N setelah di jatuhkan jarum seberat 0,1 g sebesar 0,4 mm. Pada konsentrasi ini 8N sabun tidak dapat dilakukan pencetakan karena sabun terlalu encer di sebabkan asam sitrat yang sangat berlebihan.

Berdasarkan analisis kekerasan, pada konsentrasi asam sitrat 2N sebesar 0,2 mm, pada konsentrasi asam sitrat 0,3 mm dan pada konsentrasi 8N sebesar 0,4 mm jadi penambahan asam sitrat dapat mempengaruhi tingkat kekerasan pada pembuatan sabun transparan hal ini karena asam sitrat merupakan asam lemah jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap tetapi memiliki titik cair yang lebih tinggi. Pada variasi konsentasi asam sitrat yang berbeda

sabun yang baik di gunakan yaitu pada konsentrasi asam sitrat 2N. Karena pada konsentrasi asam sitrat 2N sabun memiliki tingkat kekerasan yang baik.

Kekerasan didefinisikan sebagai kekuatan per gaya yang diperlukan untuk mencapai perubahan bentuk. Semakin dalam penetrasi jarum maka hasil pengukuran semakin besar, berarti sampel tersebut semakin lunak. Kekerasan sabun transparan dipengaruhi oleh asam lemak jenuh yang digunakan pada pembuatan sabun transparan. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap tetapi memiliki titik cair yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang sehingga baik digunakan pada pambuatan sabun transparan (Purnamawati, 2006).

Pengujian Kebusaan Sabun Transparan Hal yang pertama yang dilakukan pada uji kebusaan yaitu sebanyak 5 g sampel di masukan kedalam gelas kimia kemudian ditambahkan air sebanyak 20 ml selanjutya di lakukan pengadukan selama 10 menit setaelah selesai pengadukan sampel di diamkan selam 2 menit hasil yang di peroleh masing- masing variasi konsentrasi asam sitrat sebagai berikut :

1. Kebusaan Sabun Transparan dengan Variasi Konsentrasi Asam Sitrat 2N Hasil analisis busa sabun transparan pada variasi konsentrasi asam sitrat 2N dilihat dari tinggi busa awal sebesar 0,59 sedangkan pada tinggi busa akhir sebesar 0,30 jadi, busa akhir di bagi dengan busa awal menghasilkan 0,50%

2. Kebusaan sabun transparan dengan Variasi konsentrasi Asam Sitrat 5N

Pada analisis busa sabun transparan pada variasi konsentrasi asam sitrat 5N dengan tinggi busa awal 0,56

(8)

8 sedangkan tinggi busa pada busa akhir sebesar sebesar 0,20 jadi busa akhir di bagi dengan busa awal menghasilkan 0,35%

3. Kebusaan Sabun Transparan dengan Variasi Konsentrasi Asam Sitrat 8N Pada analisis busa sabun trasparan pada variasi konsentrasi asam sitrat 8N tinggi busa awal 0,99 sedangkan pada busa akhir yaitu 0,10 dan didapatkan busa akhir di kurang dengan busa awal sebesar 0,10%.

Hasil analisis busa sabun transparan pada uji kebusaan semakin tinggi asam sitrat tidak berpengaruh pada uji kebusaan yang berpengaruh hanyalah tingkat asam lemak yang digunakan pada pembuatan sabun.

Busa dapat stabil dengan adanya zat pembusa. Zat pembusa bekerja untuk menjaga agar busa tetap terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana molekul gas terdispersi dalam cairan. Larutan-larutan yang mengandung bahan aktif permukaan akan menghasilkan busa yang stabil bila dicampur dengan air. Sukrosa maupun asam sitrat tidak mengandung bahan-bahan aktif permukaan sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap kestabilan busa. (Dalimunthe, 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1) Ada pengaruh terhadap penambahan konsentrasi variasi asam sitrat pada kualitas sabun transparan tetapi hanya pada uji kekerasan.

2) Penambahan variasi asam sitrat dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh

terhadap kualitas sabun transparan, semakin banyak konsetrasi asam sitrat berdasarkan uji kekerasan dengan variasi asam sitrat 2N sebesar 0,2 mm, 5N sebesar o,3 mm dan 8N sebesar 0,4 mm dengan standar pembanding 1,71 – 4,48 mm, tetapi pada uji kebusaan asam

sitrat tidak berpengaruh yang

mempengaruhi hanyalah asam lemak yang digunakan pada pembuatan sabun. Asam sitrat 2N 0,50 %, 5N 0,35 % dan 8N 0,10 % dengan standar pembanding 0,34 – 0,87%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan pembuatan sabun transparan dari pemurnian gliserol kasar hasil samping pembuatan biodiesel dari minyak nabati lainnya juga perlu dilakukan uji daya bersih dan untuk analisis Uji Organoleptik sabun transparan

(9)

9

Daftar Pustaka

Adam, Nova. 2012. Isolasi dan Pembuatan Pupuk Kalium Sulfat Dari Proses Pemurnian Gliserol Hasil Samping Pembuatan Biodiesel

Budimarwati, 2008 Analisis lipida sederhana dan lipida kompleks. (http://staff.uny.ac.id, diakseses 10 desember 2012).

Dalmunthe nur asyiah, 2009. Pemanpaatan minyak goreng bekas menjadi sabun mandi padat(sportfolio.petra.ac.id, diakses 10 desember 2012).

Fitriati, 2007. AplikasiI ekstrak lengkuas S (Alpinia galanga L. Swartz) dalam sabun transparan anti jamur (http://repository. ipb. ac. id, diakses 15 maret 2012). Gunawan mohamad malik, 2011. Peningkatan nilai tambah minyak jarak pagar (Jatropha

curcas Linn) untuk pembuatan sabun transparan (http://repository.ipb.ac.id, diakses 13 desember 2012).

Harsanti dini, 2010. Sintesis Dan Karakterisasi Boron Karbida Dari Asam Borat, Asam Sitrat Dan Karbon Aktif, (http://wxmod. bppt. go. id/JSTMC/hpstmc/VOL11/pdf/vol11no1-04.pdf, diakses 2 januari 2012).

Hermanto Sandra, 2010. Analisis Tingkat Kerusakan Lemak Nabati dan Lemak Hewani Akibat Proses Pemanasan (.uinjkt. ac. id/index. php/valensi/article/download/237/152/Pdf, diakses 15 desember 2012).

Hikmah dan Zuliyana, 2010. pembuatan metil ester (BIODIESEL) dari minyak dedak dan metanol dengan proses esterifikasi dan transesterifikasi Skripsi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang (online) (http://eprints. undip. ac. Id,diakses 10 desember 2012).

Mappiratu dan Ijirana. 2009.Penelitian pembuatan metal ester asam lemak rantai sedang dan panjang dan pemurnian gliserol dari minyak kelapa murni. (Online)( Http://Pustekolah.Org/.../Penelitian Pembuatan Metil Ester, diakses 20 desember 2012).

Nurhadi siely cicilia, 2012. Pembuatan sabun mandi gel alami dengan bahan aktif mikroalaga Chlorella pyrenoidosa Beyerinck Dan minyak atsiri Lavandula latifolia Chaix. (http://beasiswaunggulan. kemdiknas.go.id/unduh/karya/5/pdf, diakses25 desember 2012).

Purnawati debi, 2006. Kajian pengaruh konsentrasi sukrosa dan asam sitrat terhadap mutu sabun transfaran (http://repository. ipb. ac. id, diakses 21 desember 2012). Panagan almunady, 2011. Analisis kualitatif dan kuantitatif asam lemak tak jenuh Omega-3

dari Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Metoda Kromatogra_ Gas (http://jpsmipaunsri. files. wordpress. com/2012/01/v14-no4-c-3-almunadi. Pdf, diakses 26 desember 2012).

Suryani ani, 2007. Pemanfaatan Gliserin hasil samping produksi Biodiesel dari bebagai bahan baku (Sawit, Jarak, Kelapa) Untuk sabun transparan (http://www.scribd.com/search?query=cara+pembuatan+sabun+dari+kelapa,p df diakses 15 maret 2012).

(10)

10

Widyastuti, Lusiana. 2007.Reaksi metanolisis minyak biji jarak pagar menjadi metal ester sebagai bahan bakar pengganti minyak diesel dengan menggunakankatalisKOH.(www.scribd.com/doc/38331573/27/Prosedur-Penelitian, diakses tanggal 19 Juli 2012).

Tambun rondang, 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia (TKK322) (http://wanibesak. files. wordpress.com/2011/06/buku-ajar-teknologi-oleokimia-universitas-sumatera-utara-medan.pdf, diakses 23 desember 2012).

Qisti racmiati, 2009. Sifat kimia sabun transparan dengan penambahan madu pada konsentrasi yang berbeda (http://repository. ipb. ac. id, diakses 9 maret 2012).

Referensi

Dokumen terkait

BAHAN DAN KAEDAH PENSAMPELAN Sebanyak 15 jenis makanan yang berasaskan kacang soya telah dianalisis iaitu yong tau-hoo (tauhu lembut), yong tau-hoo (tau kee), yong tau-hoo

Hasil penelitian ini didapati jawaban bahwa Hak waris anak menurut hukum adat sasak di desa penujak Kecematan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah Provinsi

Sama seperti dampak terhadap distribusi output sektoral, kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah, ekspor dan investasi yang ditujukan ke industri pengolahan makanan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada materi menyelesaikan pengurangan pecahan di kelas V SDN 6 Bulango Selatan

The settlement out of the courtroom/mediation panel is considered as a positive impact, such as: (i) Providing a sense of justice to the victims and offenders or their families,

Menyatukan  peserta  dgn  latar  belakang  dan  status  berbeda... Tata  ruang  Kabupaten  Kapuas

Ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian adalah Hukum Administrasi Negara yang dibatasi pada kajian mengenai kewenangan Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) dalam

Menurut Connolly (2002, p14), basis data adalah kumpulan data yang saling berhubungan secara logika, berikut dengan deskripsi tiap-tiap data tersebut, yang dibuat untuk