7 2.1 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Hafidh (2009) meneliti pengaruh tenaga kerja, modal, dan luas lahan terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Hasilnya menunjukkan nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas yaitu tenaga kerja, modal dan luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi usahatani padi sawah. Secara bersama- sama tenaga kerja, modal, dan luas lahan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha tani padi sawah ditunjukkan dari hasil uji F sebesar 46,470 dengan signifikansi 0,05 dengan nilai R sebesar 58,4%.
Uzzam (2011) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Solok. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel luas lahan memberikan pengaruh positif dan signifikan pada taraf kepercayaan 5% terhadap produksi padi. Artinya luas lahan berpengaruh terhadap produksi padi. Setiap penambahan luas lahan akan meningkatkan produksi padi. Sementara variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Solok pada taraf kepercayaan 5%. Tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi padi.
Santoso (2015) meneliti mengenai pengaruh luas lahan dan pupuk bersubsidi terhadap produksi padi nasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan sawah, realisasi pupuk urea, SP-36, dan ZA. Luas lahan sawah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi secara nasional. Selain luas lahan sawah, faktor lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi padi secara nasional adalah realisasi penyaluran pupuk urea, SP36, dan ZA.
Penelitian saat ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Kesamaan penelitian saat ini dengan penelitian- peneitian sebelumnya adalah menggunakan faktor produksi berupa luas lahan, tenaga kerja, dan pupuk, dan sampel yang sama yakni petani padi.
Perbedaannya adalah penelitian saat ini menggunakan 3 variabel sekaligus yaitu luas lahan, tenaga kerja, dan pupuk sehingga lebih komprehensif dibanding penelitian terdahulu. Penelitian Hafidh (2009) dan Uzzam (2011) hanya menggunakan variabel luas lahan dan tenaga kerja (tanpa variabel pupuk), sementara penelitian Santoso (2015) hanya menggunakan variabel luas lahan dan pupuk (tanpa variabel tenaga kerja). Oleh karena itu, berdasarkan penggunaan variabel yang lebih lengkap maka penelitian ini merangkum dari ketiga penelitian sebelumnya.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Konsep Produksi
Terdapat berbagai pengertian produksi dalam literatur yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya:
1. Assauri (1999:11) menyatakan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).
2. Hatta (2000:9) menyatakan bahwa produksi adalah segala pekerjaan yang menimbulkan guna, memperbesar guna yang ada dan membagikan guna itu di antara orang banyak.
3. Harsono (2000:9) menyatakan bahwa produksi adalah setiap usaha manusia atau kegiatan yang membawa benda ke dalam suatu keadaan sehingga dapat dipergunakan untuk kebutuhan manusia dengan lebih baik.
4. Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1999:1) menyatakan bahwa produksi merupakan penciptaan atau penambah faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
5. Ahyari (2002) menyatakan bahwa produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
6. Heizer dan Render (2005:4) menyatakan bahwa produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa.
Produksi padi merupakan salah satu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan penanaman bibit padi dan perawatan serta pemupukan secara teratur sehingga menghasilkan suatu produksi padi yang dapat dimanfaatkan. Padi tersebut kemudian diproses menjadi beras, yang mana beras itu sendiri akan diolah menjadi nasi. Nasi merupakan sumber kalori utama yang banyak mengandung unsur karbohidrat yang sangat tinggi sehingga sangat bermanfaat dan menjadikan sebagai bahan pangan utama.
2.2.2 Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi yang diciptakan terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Dalam teori ekonomi, menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi (tanah, modal, keahlian keusahawan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat output yang dihasilkan apabila input yang digunakan adalah tenaga kerja, modal dan kekayaan alam dapat dirumuskan melalui persamaan berikut ini (Sukirno, 1994:94):
Q = f (K, L) Dimana:
Q = Output K = Input capital L = Input tenaga kerja
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Q) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang menjelaskan biasanya berupa output yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis, hubungan ini dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003):
Q = f (X1, X2, X3, ..., Xn) Dimana:
Q = tingkat produksi (output) dipengaruhi oleh faktor X
X = berbagai input yang digunakan atau variabel yang mempengaruhi Q.
Fungsi produksi adalah hubungan antara output yang dihasilkan dan faktor-faktor produksi yang digunakan sering dinyatakan dalam suatu fungsi produksi (production function) (Sudarman, 2004). Fungsi produksi suatu skedul (atau tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari satu set faktor produksi tertentu dan pada tingkat produksi tertentu pula, faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam (Sudarman, 2004).
1. Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi dimana jumlah yang digunakan dalam proses produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan pasar menghendaki perubahan jumlah output. Dalam kenyataannya tidak ada satu faktor produksi pun yang sifatnya tetap secara mutlak. Faktor produksi ini tidak dapat ditambah atau dikurangi jumlahnya dalam waktu yang relatif singkat. Input tetap akan selalu ada
walaupun output turun sampai dengan nol. Contoh faktor produksi tetap dalam industri ini adalah alat atau mesin yang digunakan dalam proses produksi.
Selain itu, luas lahan juga dapat termasuk dalam faktor produksi tetap. Luas lahan adalah luas penguasaan lahan pertanian yang merupakan tanah garapan dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Luas lahan dalam penelitian ini adalah luas tanah sawah yang digarap oleh petani dalam satu kali masa panen dengan satuan per hektar (Mohar, 2004:56).
2. Faktor Produksi Variabel (Variable Input)
Faktor produksi variabel adalah faktor produksi dimana jumlah dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Contoh faktor produksi variabel dalam industri adalah bahan baku dan tenaga kerja.
Sejalan berkembangnya faktor produksi menjadi faktor produksi yang bersifat tetap dan variabel, para ahli ekonomi sering membagi kurun waktu produksi menjadi dua macam, yaitu jengka pendek (short run) dan jangka panjang (long run). Kurun waktu jangka pendek adalah menunjukkan kurun waktu di mana salah satu faktor produksi atau lebih bersifat tetap. Jadi, dalam kurun waktu itu output dapat diubah jumlahnya dengan jalan mengubah faktor produksi variabel yang digunakan dan dengan peralatan mesin yang ada. Bila seorang produsen ingin menambah produksinya dalam jangka pendek, maka hal ini hanya dapat
dilakukan dengan jalan menambah jam kerja dan dengan tingkat skala perusahaan yang ada (dalam jangka pendek peralatan mesin perusahaan ini tidak mungkin untuk ditambah). Adapun kurun waktu jangka panjang adalah kurun waktu di mana semua faktor produksi bersifat variabel. Hal ini berarti dalam jangka panjang, perubahan output dapat dilakukan dengan cara mengubah faktor produksi dalam tingkat kombinasi yang seoptimal mungkin. Misalnya dalam jangka pendek produsen dapat memperbesar outputnya dengan jalan menambah jam kerja per hari dan hanya pada tingkat skala perusahaan yang ada. Dalam jangka panjang, mungkin akan lebih ekonomis baginya bila ia menambah skala perusahaan (peralatan mesin) dan tidak perlu menambah jam kerja (Sudarman, 2004).
Pengertian periode produksi jangka pendek dan jangka panjang secara mutlak tidak dikaitkan dengan kurun waktu yang tertentu. Dalam arti mungkin saja dalam suatu proses produksi tertentu, kurun waktu 1 tahun termasuk jangka pendek, tetapi untuk proses produksi yang lain kurun waktu tersebut termasuk jangka panjang. Jangka pendek dan jangka panjang dalam hal ini banyak dikaitkan dengan situasi proses produksi dimana produsen dapat mengubah faktor produksi yang digunakan atau tidak. Dalam kurun waktu satu hari mungkin lebih intensif apabila produsen tetap menggunakan mesin yang ada, dalam kurun waktu satu bulan produsen tersebut akan merasa lebih untung apabila menyewa tambahan peralatan produksinya, dan dalam kurun
waktu satu tahun akan lebih menguntungkan lagi apabila produsen tersebut membayar sendiri tambahan peralatan produksi yang baru lagi, dalam kurun waktu yang lebih panjang kemungkinan produsen untuk mengadakan penggantian dan penyesuaian faktor-faktor produksi yang digunakan menjadi lebih besar. Dalam hal ini terlihat bahwa besarnya biaya produksi untuk menghasilkan sejumlah output tertentu tergantung kepada lamanya waktu yang tersedia bagi produsen untuk mengadakan penyesuaian jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan (Sudarman, 2004).
Sebagaimana tenaga kerja, penggunaan pupuk juga termasuk faktor produksi variabel dikarenakan penggunaanya disesuaikan dengan kebutuhan. Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman, dan arang kayu. Pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia kedalam tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang ada, yang ditujukan untuk mencapai produksi/hasil yang tinggi (Novizan, 2005).
2.2.3 Faktor-Faktor Produksi
Faktor produksi atau input merupakan hal yang mutlak harus ada untuk menghasilkan suatu produksi. Dalam proses produksi, seorang pengusaha dituntut mampu menganalisa teknologi tertentu yang dapat digunakan dan bagaimana mengkombinasikan beberapa faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang optimal dan efisien (Setiawati, 2006:18).
Adapun menurut Ahman (2004:118), faktor produksi merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan atau dikorbankan dalam proses produksi.
Faktor-faktornya yaitu:
1. Tenaga Kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan hanya dilihat dari tersedianya jumlah tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhitungkan.
2. Modal, dalam hal ini proses produksi modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap, dimana perbedaan tersebut disebabkan karena ciri-ciri yang dimiliki oleh modal tersebut.
Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin dimasukkan ke dalam modal tetap dan sering disebut investasi. Modal tetap adalah biaya yang dilakukan dalam proses produksi dan tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam waktu satu kali produksi, misalnya
modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku penolong dan yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.
3. Manajemen, dalam suatu usaha peranan manajemen menjadi sangat penting dan strategis. Manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi dalam suatu proses produksi dimana dalam prakteknya faktor manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain tingkat pendidikan, tingkat ketrampilan, skala usaha, besar kecilnya kredit, macam komoditas serta teknologi yang digunakan. Untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi atau input dengan output.
2.2.4 Hubungan Luas Lahan dengan Produksi
Luas lahan adalah luas penguasaan lahan pertanian yang merupakan tanah garapan dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Luas lahan dalam penelitian ini adalah luas tanah sawah yang digarap oleh petani dalam satu kali masa panen dengan satuan per hektar (Mohar, 2004:56).
Menurut Sudarman (2004) bahwa faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap
yang dapat mempengaruhi produksi dapat berupa luas lahan.
Adanya hubungan antara luas lahan dengan hasil produksi juga diperkuat dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Hafidh
(2009), Uzzam (2011), dan Santoso (2015) menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh terhadap hasil produksi padi. Semakin luas lahan yang digarap maka semakin besar pula hasil produksi padi.
2.2.5 Hubungan Tenaga Kerja dengan Produksi
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan hanya dilihat dari tersedianya jumlah tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhitungkan (Ahman, 2004:118).
Dalam fungsi produksi, tingkat produktivitas (output) dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi (input) seperti tenaga kerja (Sukirno, 1994:94). Hal ini diperkuat oleh pendapat Ahman (2004:118) bahwa faktor produksi merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan atau dikorbankan dalam proses produksi, di antaranya adalah tenaga kerja.
Adapun menurut Sudarman (2004) bahwa faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi
variabel dapat berupa tenaga kerja.
Adanya hubungan antara tenaga kerja dengan hasil produksi juga diperkuat dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Hafidh (2009) dan Uzzam (2011) menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh terhadap hasil produksi padi. Semakin banyak tenaga kerja yang dipekerjakan maka semakin besar pula hasil produksi padi.
2.2.6 Hubungan Pupuk dengan Produksi
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara.
Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman, dan arang kayu (Novizan, 2005).
Faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input) (Sudarman, 2004). Faktor produksi variabel dapat berupa pupuk.
Pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia kedalam tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang ada, yang ditujukan untuk mencapai produksi/hasil yang tinggi (Novizan, 2005).
Adanya hubungan antara pupuk dengan hasil produksi juga diperkuat dari hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Santoso (2015) menunjukkan bahwa pupuk berpengaruh terhadap hasil produksi padi.
Semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan pupuk maka semakin besar pula hasil produksi padi.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan teori yang kemudian mengacu pada latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penulis merumuskan kerangka pemikiran pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian hasil-hasil penelitian terdahulu dan landasan teori maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Diduga luas lahan, tenaga kerja, dan pupuk tidak mempengaruhi hasil produksi petani padi di Kelurahan Gunung Sekar Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang.
Ha: Diduga luas lahan, tenaga kerja, dan pupuk mempengaruhi hasil produksi petani padi di Kelurahan Gunung Sekar Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang.
Luas Lahan (X1)
Produksi (Y)
Pupuk (X3) Tenaga Kerja
(X2)