• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh

HIJRAH SAPUTRA NIM. 120500120

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2015

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan PKL : PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. MAHAKAM SUMBER JAYA KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Nama : Hijrah Saputra NIM : 120500120

Progam Studi : Manajemen Lingkungan Jurusan : Manjemen Pertanian

Menyetujui/mengesahkan

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Dadang Suprapto, MP.

NIP.1962010 198803 1 003

Lulus Ujian Pada Tanggal :...

Pembimbing,

Taufiq Rinda A., S.Si., M.Pd.

NIP.19780517 200912 1 002

Penguji I

Ir. Noorhamsyah, MP.

NIP. 19640523 199703 1 001

Penguji II

Martha Ekawati S., S.Hut., MP.

NIP. 19721107 200312 2 001

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas rahmat dan hidayahNya yang selalu terlimpah sehingga dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini dapat diselesaikan.

Praktik kerja lapangan merupakan salah satu syarat kurikulum pendidikan Program Studi Manajamen Lingkungan, Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Disadari sepenuhnya bahwa kesempurnaan karya seperti ini,sangat ditentukan oleh pengalaman, ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis.

Keberhasilan penulis merampungkan laporan ini, tidak hanya jerih payah penulis semata, tetapi adanya dorongan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiel. Oleh karena itu sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Aditya Wibowo, Bapak Isrofi dan Bapak Binsar Rumaharbo sebagai pembimbing lapangan di PT. MSJ

2. Pemimpin dan Staf Karyawan PT. Mahakam Sumber Jaya

3. Bapak Taufiq Rinda A., S.Si., M.Pd., Selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapang Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

4. Bapak Ir. Noorhamsyah, MP Selaku Penguji I 5. Ibu Martha Ekawati S., S.Hut., MP. Selaku penguji II

6. Orang tua tercinta Ibu dan Ayah, terima kasih yang tak terhingga atas segala dukungan, nasihat, untaian doa yang terus mengalir dan semangat yang tiada henti, semoga Allah Subanahu Wata’ala selalu melimpahkan rahmat dan barokah-Nya

7. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP Selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan

8. Bapak Ir. M. Masrudy, MP Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 9. Bapak Ir. Hasanudin, MP Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda

10. Para Staf Pengajar, Administrasi dan PLP di Program Studi Manajemen Lingkungan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat bagi pembaca. Atas semua budi baik dan amal bakti semua pihak mudah-mudahan mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda dari Allah Subanahu Wata’ala, Amin.

Hijrah Saputra Kampus Sei Keledang , Mei 2015

(4)

iv DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Maksud dan Tujuan ... 3

C. Hasil yang Diharapkan ... 3

D. BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ... 4

A. Profil Perusahaan... 4

B. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL ... 13

BAB III HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN ... 15

A. Aspek Legalitas Perusahaan ... 15

B. Revegetasi... 17

C. Pemantauan dan Pengelolaan Limbah B3 ... 28

D. Pengelolaan dan Pemantauan Air Limbah ... 32

E. Pengukuran Kebisingan ... 44

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(5)

v

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Jadwal Kegiatan PKL di PT. MSJ ... 14

2. Hasil Praktik Kerja Lapang di PT. MSJ... 15

3. Izin Perusahaan ... 16

4. Jenis dan Jumlah Bibit Tanaman Cepat Tumbuh Bulan Maret Tahun 2015 ... 25

5. Jenis dan Jumlah Bibit Sisipan Bulan Maret Tahun 2015... 26

6. Revegetasi Bulan Januari-April 2015 PT. MSJ ... 27

7. Pemakaian Tawas Triwulan Tahun 2015 ... 36

8. Parameter yang Dipantau Dalam Pemantauan Lingkungan... 37

9. Pengukuran TSS Secara Visual di PT. MSJ ... 38

10. Hasil Pemantauan Kualitas Air Limbah ... 39

11. Debit MSWP PT. MSJ Bulan Maret Tahun 2015 ... 41

12. Tingkat Kebisingan di area PT. MSJ ... 45

13. Baku Mutu Tingkat Kebisingan ... 46

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Skema Proses Penambangan Sampai Proses Pengapalan... 9

2. Penyemaian Benih ... 18

3. Pengayakan Tanah ... 19

4. Penyiapan Bibit ... 19

5. Tanaman di Luar Area ... 20

6. Bibit Covercrop ... 21

7. Cover Crop di Lahan Tambang... 21

8. Bibit Sengon ... 22

9. Tanaman Sengon di Tambang ... 22

10. Bibit Meranti ... 23

11. Tanaman Sisipan di Areal Reklamasi... 23

12. Penggemburan Lahan... 24

13. Pupuk NPK ... 24

14. Penyiangan ... 25

15. Grafik Jenis dan Jumlah Bibit Cepat Tumbuh Bulan Maret Tahun 2015 ... 26

16. Grafik Jenis dan Jumlah Bibit Sisipan Bulan Maret Tahun 2015 ... 26

17. Perkembangan Tanaman Revegetasi Tahun 2012-2015 ... 28

18. Label yang Digunakan Untuk Limbah B3 ... 31

19. Kegiatan Pengapuran Pada Settling Pond di PT.MSJ ... 34

20. Kegiatan Penawasan Pada Settling Pond di PT.MSJ ... 35

21. Grafik Penggunaan Tawas Triwulan Tahun 2015 ... 36

22. Pemantauan pH MSWP 25 Blok E LCI PT. MSJ ... 38

(7)

vii

23. Grafik Hasil Pemantauan Kualitas Air... 39

24. Pengambilan Sampel Air ... 43

Nomor Lampiran Halaman 25. Peta Wilayah PKP2B PT. MSJ ... 51

26. Peta Lokasi PT. MSJ ... 51

27. Struktur Organisasi ... 52

28. Contoh Lembar Manifest... 53

29. Simbol yang Mudah Meledak... 53

30. Simbol yang Mudah Menyala (Limbah Cair) ... 53

31. Simbol yang Mudah Menyala (Limbah Padat) ... 54

32. Simbol yang Mudah Reaktif ... 54

33. Simbol yang Beracun ... 54

34. Simbol Limbah yang Mudah Korosif ... 55

35. Simbol Infeksius ... 55

36. Simbol Limbah B3 Berbahaya Terhadap Lingkungan ... 55

37. Foto Bersama Manager HSE dan Staf PT. MSJ ... 56

(8)

dunia. Batubara menjadi sumber daya bagi lebih dari 35 persen listrik dunia dan digunakan untuk memproduksi 70 persen baja dunia. Sampai saat ini batubara ditambang di berbagai belahan dunia karena merupakan sumber energi.

Berbagai industri menggunakan batubara untuk kebutuhan energi mereka.

Meskipun banyak kekhawatiran mengenai keselamatan para penambang dan efeknya pada lingkungan, pertambangan batubara terus tumbuh hingga hari ini.

Salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang dominan adalah sektor pertambangan. Sektor ini menyumbang 36% dari pendapatan negara pada tahun 2008 Anonim (2009) dalam Pertiwi (2011). Sektor pertambangan merupakan sektor yang strategis, selain itu bagi daerah yang kaya sumberdaya alamnya, pertambangan merupakan tulang punggung bagi pendapatan daerah tersebut (Djajadiningrat, 2007)

Pada tahun 1986 pemerintah Indonesia melalui Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), yang resmi berdiri tahun 1990, membuat kebijakan dengan mewajibkan semua perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batubara untuk melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dalam kegiatan operasional perusahaannya. Yang dimaksudkan dengan AMDAL adalah suatu hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup yang menganalisis keseluruhan pembuatan penyajian informas

Air limbah usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara adalah air yang berasal dari kegiatan penambangan batu bara yang meliputi penggalian,

(9)

pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Air limbah ini harus dikelola agar saat dibuang ke badan lingkungan harus sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Baku mutu air limbah batu bara adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah batu bara yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Parameter yang dimonitoring pada air limbah kegiatan penambangan batubara adalah TSS, total Fe, total Mn dan pH (Perda kaltim No. 02 Tahun 2011).

Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda merupakan pendidikan vokasi diploma III. Sebagai program pendidikan vokasi maka sistem pendidikan menerapkan kurikulum dengan komposisi 40% komponen teori dan 60% komponen praktik. pekerjaan praktik merupakan konsep utama pelaksanaan pendidikan di Politeknik Pertanian.

Sebagai implementasi dari pelaksanaan kurikulum tersebut selain melaksanakan praktik di laboratorium juga disediakan waktu pada semester akhir bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan lapangan dalam bentuk Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan pada perusahaan atau instansi yang terkait.

Waktu yang di perlukan untuk melaksanakan PKL adalah selama 2 bulan.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan PKL ini adalah untuk memenuhi syarat bagi kelulusan mata kuliah PKL di Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Selain itu, dari pelaksanaan PKL ini pula, mahasiswa dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenal kondisi rona lingkungan di lapangan, mengenal alat–alat yang digunakan untuk pengambilan data dan menganalisis data lingkungan hasil pengamatan di lapangan. Dengan

(10)

demikian, mahasiswa mampu mengkorelasikan teori yang ada pada kuliah dengan hasil pengamatan di lapangan. Berkaitan dengan tempat PKL maka mahasiswa:

a. Mengetahui pola pertambangan batu bara

b. Mengetahui proses pengelolaan dan pemantauan revegetasi c. Mengetahui proses pengelolaan dan pemantauan limbah B3 d. Mengetahui proses pengelolaan dan pemantauan air limbah e. Mengetahui proses pengelolaan dan pemantauan kebisingan

C. Hasil yang Diharapkan

Dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan mahasiswa memperoleh pengetahuan dan skill sehingga ketika lulus mahasiswa telah memiliki pengalaman dan siap terjun ke lapangan untuk menghadapi dunia kerja.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan PKL ini adalah : 1. Mengenal profil perusahaan PT. Mahakam Sumber Jaya.

2. Memperoleh pengalaman kerja di bidang pertambangan batubara.

3. Menambah wawasan tentang pengelolaan dan pemantauan revegetasi, LB3, air limbah dan kebisingan.

(11)

PT. MSJ bergerak di bidang pertambangan batubara yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Harum Energi. PT. Mahakam Sumber Jaya berdiri pada tahun 2000 dan memiliki site di Provinsi Kalimantan Timur.

PT. MSJ memegang hak eksploitasi dan pemilik daerah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dengan kode wilayah:

000TB001/Kaltim pada tanggal 29 Desember 2000 dengan luas wilayah 20.380 Ha yang terletak di Desa Peta Buana, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. PT. MSJ menggunakan metode open pit dengan target produksi 300.000 ton/ bulan.

Perusahaan pertambangan batubara PT. MSJ mulai beroperasi pada Juli 2004. Proses penambangan dipercayakan kepada PT. Leighton Contractor Indonesia sebagai kontraktor penambangan PT. Mahakam Sumber Jaya.

Sedangkan untuk proses pengangkutan Batubara dipercayakan kepada PT.

Prima Coal Perdana, PT. Bina Sarana Sukses dan PT. Better Teknik Indonesia sebagai kontraktornya.

2. Lokasi Perusahaan

Lokasi usaha dan atau kegiatan PT. MSJ berada di wilayah Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dengan luas 20.380 Ha. Perusahaan tambang batubara PT. Mahakam Sumber Jaya beroperasi di Desa Separi, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur dan Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda.

Luas areal penambangan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kutai

(12)

Kartanegara seluas 17.700 Ha, sedangkan luas areal yang berada dalam wilayah Kota Samarinda adalah 2.680 Ha. Jadi, total keseluruhan luas areal penambangan PT. MSJ adalah 20.380 Ha.

Secara geografis wilayah PKP2B PT. MSJ terletak di antara koordinat 0o0’30.0” Lintang Selatan - 0o23’0.0” Lintang Selatan dan 117o5’30.0” Bujur Timur - 117o21’0.0” Bujur Timur. Menurut letak geografisnya, Desa Separi berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Bukit Pariaman

b. Sebelah Selatan : Desa Embalut dan Desa Bangun Rejo c. Sebelah Barat : Desa Separi

d. Sebelah Timur : Desa Bukit Pariaman

Lokasi penambangan PT. MSJ berada di sebelah Utara kota Samarinda yaitu ± 20 km dari Samarinda (Santan Selatan) dan ± 65 km Santan Utara.

Lokasi pelabuhan (port) terletak ± 6 km di sebelah Timur Desa Embalut atau Sungai Mahakam. Untuk mencapai lokasi dari PT. MSJ dapat melalui beberapa alternatif perjalanan, yaitu:

a. Jalur darat, melalui jalur Samarinda – Air Putih – daerah pemukiman transmigrasi – Separi sejauh ± 45 km. Pelabuhan (port) dari kota Samarinda dapat dijangkau selama ± 1 jam dengan menggunakan transportasi angkutan karyawan (Bus).

b. Jalur Sungai, melalui pelabuhan Samarinda ke Separi sejauh ± 60 km.

Daerah konsesi (kuasa pertambangan) PT. MSJ memanjang dari arah Utara ke Selatan dan bagian Selatan berbelok ke arah Barat. PT. MSJ membagi daerah konsesinya menjadi 5 blok, yaitu blok A di bagian Barat, blok B di bagian Selatan dan selanjutnya menuju ke arah Utara yaitu blok C, blok D dan blok E.

(13)

Pembagian blok ini berdasarkan dengan pola penyebaran batubara dan lekukan- lekukan arealnya.

a. Blok A, terletak di daerah sebelah Barat yaitu di daerah Kertabuana dengan luas wilayah 1.560 Ha.

b. Blok B, terletak di daerah sebelah Selatan yaitu meliputi daerah Bayur – Berambai dengan luas wilayah 4.120 Ha.

c. Blok C, terletak di tengah daerah yaitu di daerah Berambai dengan luas wilayah 1.500 Ha

d. Blok D, terletak di tengah daerah yaitu di daerah Perangat dengan luas wilayah 7.100 Ha

e. Blok E, terletak di daerah sebelah Utara yaitu di daerah Sebunta dengan luas wilayah 6.100 Ha.

PT. MSJ telah melakukan penambangan di area blok A, blok B, blok C dan blok D. Saat ini sedang melakukan penambangan di area blok E.

3. Komponen Biologi a. Vegetasi/flora

Kegiatan penambangan batubara PT. MSJ telah beroperasi sejak tahun 2005, sehingga dalam perjalanannya telah melakukan serangkaian kegiatan dalam upaya reklamasi lahan bekas tambang. Pelaksanaan reklamasi PT. MSJ dilakukan sesuai strategi yang tercantum dalam prosedur reklamasi dan revegetasi di dalam Mahakam Integreted Mining System yang mengacu pada ISO 19001, ISO 14001 dan OHSAS 18001, Yakni pada tahun pertama jenis tanaman yang direkomendasikan untuk ditanam pada lahan pasca tambang antara lain sengon, angsana, gamal,gmelina, johar, sirsak dan cover crop yang

(14)

merupakan strategi yang tujuannya memulihkan kondisi lahan baik sifat fisik maupun kimia tanahnya

Kegiatan revegetasi terbagi menjadi dua yakni:

1) Revegetasi pada Kawasan Budidaya Non Kehutanan

Reklamasi pada kawasan budidaya non kehutanan atau areal penggunaan lain dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral nomor 18 tahun 2008 tentang reklamasi dan penutupan lahan tambang.

Secara alamiah, vegetasi yang ditanam akan mendukung terbentuknya unsur hara melalui pembusukan atau dekomposisi daun-daunan yang jatuh.

Untuk jenis tanaman cover crop selain berfungsi sebagai katalisator perbaikan tanah juga akan berfungsi sebagai upaya konservasi lahan dengan meminimalisir laju erosi tanah. Jumlah keseluruhan vegetasi yang telah ditanam selama periode 2005-2009 adalah sebanyak 387.000 pohon, dengan rincian blok A sebanyak 85.708 pohon, blok B sebanyak 70.009 pohon, blok C sebanyak 101.610 pohon, blok D sebanyak 115.130 pohon dan jalan baru 5.543 pohon.

2) Revegetasi pada Kawasan Budidaya Kehutanan

Revegetasi pada kawasan budidaya kehutanan dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan dan Perkebunan nomor: 146/Kpts-II/1999 tentang Pedoman reklamasi tambang dalam kawasan hutan.

Dengan adanya rencana peningkatan jumlah produksi batubara yang dihasilkan PT. MSJ maka diperlukan penambahan lokasi potensi blok penambangan dan sarana fasilitas untuk menunjang produksi batubara tersebut.

Kegiatan pembukaan lahan akan banyak dilakukan pada blok E. sehingga pengamatan terkait kondisi flora akan difokuskan pada blok tersebut.

(15)

Kondisi vegetasi blok E masih didominasi oleh tanaman-tanaman hutan, semak belukar, hutan tanaman dan sebagian kecil belukar rawa. Perubahan vegetasi secara alami sebagai akibat alam maupun aktivitas manusia seperti perladangan dan kebakaran menyebabkan perubahan komposisi jenis baik secara drastis maupun perlahan-lahan, dengan terbukanya lahan menyebabkan tumbuhnya beberapa jenis yang bersifat pionir dan vegetasi sekunder.

b. Fauna

Fauna adalah yang menyakup segala jenis/macam satwa liar dan kehidupannya yang berada pada wilayah serta pada masa tertentu termasuk hutan. Hutan merupakan habitat satwa liar yang menyediakan tempat hidup dan tempat untuk berkembang biak, sehingga di dalam hutan dapat ditemukan beragam jenis kehidupan. Sumber pakan yang sebagian besar terdiri dari jenis- jenis tumbuhan adalah sumber energi bagi pertumbuhan populasi dari jenis-jenis satwa liar, selain itu adanya interaksi persaingan antar jenis satwa liar satu sama lain turut menentukan adanya dinamika populasi dari masing-masing jenis yang ada. Hubungan atau interaksi antar jenis maupun sesama jenis dan keterkaitannya dengan lingkungan sekitarnya di dalam ekosistem hutan adalah sangat kompleks. Kekayaan dan keanekaragaman jenis satwa liar pada suatu komunitas sangat tergantung kepada jumlah dan tipe serta kompleksitas tapak yang ada. Jenis-jenis satwa liar yang umum dijumpai adalah kelompok mamalia, serangga, burung, amphibia dan reptil. Sedangkan biota perairan yang ada adalah plankton, benthos, nekton (ikan).

(16)

4. Kegiatan Penambangan

Sistem penambangan yang diterapkan di PT. Mahakam Sumber Jaya adalah sistem tambang terbuka dengan metode open pit, yaitu dengan membuat jenjang (bench) dari puncak bukit hingga kedalaman tertentu.

Gambar 1. Skema Proses Penambangan Sampai Proses Pengapalan Aktivitas penambangan PT. MSJ secara umum meliputi:

a. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

b. Pengupasan Lapisan Penutup: top soil dan overburden c. Pemboran dan Peledakan overburden (drilling and blasting) d. Pembongkaran Batubara

e. Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (hauling) f. Pengolahan Batubara

g. Pengangkutan dan Pengapalan

(17)

a. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Land Clearing merupakan kegiatan awal untuk mempersiapkan medan kerja yang baik untuk kegiatan penambangan. Kegiatan land clearing ini dilakukan dengan menggunakan bulldozer Caterpillar D9R dan Caterpillar D8R untuk membersihkan lahan dan semak-semak dan pohon besar. Penanganan pepohonan besar dipisahkan dari semak-semak dengan tujuan memudahkan pekerjaan selanjutnya.

b. Pengupasan Lapisan Penutup : Top Soil dan Overburden

Setelah dilakukan land clearing proses berikutnya adalah pengupasan lapisan tanah penutup (top soil) dengan tebal 10-60 cm, top soil ini kaya akan unsur hara (humus). Kegiatan penggusuran dikerjakan dengan bulldozer D9R, kemudian dipindahkan ke tempat tertentu yang nantinya akan digunakan kembali untuk reklamasi pada lahan bekas tambang. Top Soil ini dipisahkan tempat penumpukannya dari sub soil. Pada areal tertentu yang lapisan top soil nya tipis penanganannya dilakukan sekaligus dengan sub soil, yaitu dengan ditimbun dan ditempatkan bersamaan. Ini dapat juga disebabkan karena medan kerjanya sulit, misalnya untuk daerah curam dan terjal sehingga untuk memudahkan pekerjaan dipindahkan secara bersamaan tanpa membedakan top soil dan sub soil.

c. Pemboran dan Peledakan (Drilling and Blasting) Overburden

Pembongkaran overburden di PT. MSJ menggunakan pemboran dan peledakan. Pelaksanaan operasional pemboraan dan peledakan dilakukan oleh PT. Leighton Contractors Indonesia, kegiataan peledakan harus disesuaikan dengan rencana target produksi yang ditetapkan. Tujuan dari kegiataan pemboran ini adalah untuk membuat lubang ledak, sedangkan peledakan merupakan kegiatan lanjutan setelah kegiatan pemboran. Tujuan peledakan

(18)

overburden adalah membongkar atau memecahkan batuan menjadi bongkahan- bongkahan yang lebih kecil sehingga mudah dimuat dan diangkut ke tempat tujuan. Adapun urutan pemboran dan peledakan yaitu :

1) Menyiapkan lokasi pemboran dan peledakan 2) Menentukan desain pemboran

3) Melakukan penempatan titik bor (marking)

4) Melakukan pemboran berdasarkan titik bor yang telah ditentukan 5) Melakukan pengukuran kedalaman lubang bor (sounding)

6) Merancang pola peledakan (tie up)

7) Merangkai in-hole dengan dinamit dan dimasukkan ke dalam lubang ledak (priming)

8) Pengisian lubang ledak dengan bahan peledak (charging) 9) Kegiatan peledakan.

d. Pembongkaran Batubara

Pembongkaran batubara di PT. MSJ menggunakan alat mekanis yaitu back hoe Komatsu PC 300 dan back hoe Caterpillar 330, sedangkan back hoe Komatsu PC 200 dan back hoe Caterpillar 320 digunakan untuk cleaning coal yaitu kegiatan membersihkan batubara dari material pengotor (parting).

e. Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Hauling)

Pemuatan lapisan tanah penutup di PT. MSJ menggunakan 6 unit alat muat yaitu : power shopel Komatsu PC 3000 ex 707, back hoe Komatsu PC 3000 ex 708, back hoe Liebherr 9250 ex 716, back hoe Liebherr 9250 ex 717, back hoe Komatsu PC 1250 ex 604 dan back hoe Komatsu PC 1250 ex 607. Untuk pemuatan batubara menggunakan alat muat yaitu : back hoe Komatsu PC 300 (ex 307,ex 311, ex 314), back hoe Komatsu PC 200 ex 207, back hoe Cat 320

(19)

(ex 210, ex 211, ex 214) dan back hoe Cat 330. Pengangkutan lapisan tanah penutup dilakukan dari (front) penambangan ke disposal dengan jarak angkut rata-rata 800 m menggunakan dump truck Komatsu HD 785 dan HD 777. Jumlah dump truck yang digunakan disesuaikan dengan jarak angkut dan kondisi jalan yang relatif hampir sama.

f. Pengolahan Batubara

Sebelum memasuki proses pengolahan terlebih dahulu truck hauling memasuki jembatan penimbangan untuk mengetahui dan menghitung jumlah batubara yang diangkut dari tambang serta mengetahui kualitas batubara itu sendiri. Parameter yang digunakan PT. MSJ untuk mengetahui kualitas batubara yaitu % Total Sulfur (%TS), % Ash dan Calorie Value (CV). Batubara yang kualitasnya sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh buyer dapat langsung masuk dalam crusher, sedangkan batubara yang kualitasnya belum sesuai dengan keinginan buyer masuk ke dalam ROM, yang selanjutnya akan di blending. Proses blending ini bertujuan untuk mencampur batubara yang memiliki kualitas (%TS dan %Ash) rendah dengan batubara yang memiliki kualitas tinggi agar mendapatkan batubara yang sesuai dengan keinginan buyer. Kemudian dilakukan Rehendling, yaitu pengangkutan kembali batubara dari ROM ke crusher (ROXON) yang berkapasitas 700 ton/jam dengan type crusher adalah double rool. Selanjutnya batubara akan diayak dengan menggunakan roller screen. Batubara yang memiliki ukuran kurang dari 50 mm langsung diangkut menggunakan transfer conveyor, sedangkan yang berukuran lebih dari 50 mm akan masuk ke secondary crusher untuk diremuk kembali hingga mencapai ukuran kurang dari 50 mm dan kemudian diangkut menggunakan transfer conveyor.

(20)

Dari transfer conveyor batubara yang berukuran kurang dari 50 mm dilanjutkan ke stacking kemudian batubara tersebut dikucurkan oleh tripper ke Stockpile. Stockpile di PT. Mahakam Sumber Jaya memiliki empat bagian yang dibedakan berdasarkan kualitas. Salah satu dari bagian tersebut masuk ke daerah Barging (menjalankan batubara yang ada dari Stockpile ke tongkang), melalui sebuah terowongan (tunnel) dan dijalankan oleh alat yang bernama BLC (Barge Loading Conveyor) berkapasitas 2000 ton /jam. Di sekitar barging terdapat pos tunnel yang berfungsi untuk mengambil sampel batubara untuk dianalisa oleh PT. Mahakam Sumber Jaya dan Sucofindo.

g. Pengangkutan dan Pengapalan

Batubara yang telah diremukkan ukurannya kurang dari 50 mm, kemudian diluncurkan melalui Barge Loading Conveyor ke ujung Barge Loading Conveyor yang terdapat alat yang bernama cute ke tongkang yang bermuatan sekitar 5000-8000 ton selama 8-9 jam pengisian.

h. Pemasaran Batubara

Batubara yang telah ditambang dan diproses selanjutnya akan dijual dan dipasarkan ke luar negeri, seperti India, Jepang, Korea, Taiwan dan Malaysia.

Batubara tersebut dipergunakan untuk keperluan pembangkit listrik.

B. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di PT. MSJ di Kabupaten Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Adapun waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapang dimulai tanggal 17 Maret 2015 sampai dengan 17 Mei 2015. Adapun rincian jadwal kegiatan PKL secara lengkap seperti yang ditampilkan pada Tabel 1., berikut:

(21)

Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKL di PT. MSJ

No Kegiatan Maret April Mei

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Induksi

2 Aspek legalitas perusahaan 3 Kegiatan dikawasan port 4 Kegiatan dikawasan revegetasi 5 Kegiatan dikawasan tambang 6 Evaluasi akhir (pembuatan

laporan dan persentasi)

(22)

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG

Kegiatan selama PKL yang dilakukan selama 2 bulan di PT. Mahakam Sumber Jaya dapat dilihat pada Tabel 2. berikut:

Tabel 2. Hasil Praktik Kerja Lapang di PT. MSJ

A. Aspek Legalitas Perusahaan 1. Tujuan

Tujuan dari pengamatan aspek legalitas adalah untuk mendapatkan informasi perizinan eksploitasi, AMDAL, pinjam pakai kawasan hutan dan studi kelayakan.

2. Dasar Teori

Legalitas suatu perusahaan atau badan usaha adalah merupakan unsur yang terpenting, karena legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan badan usaha sehingga diakui oleh masyarakat.

No Tanggal Kegiatan Lokasi Keterangan

1 17-20 Maret 2015 Orientasi Lapangan Kantor Teori 2 23-27 Maret 2015 Aspek Legalitas

Perusahaan Kantor Teori

3 30 Maret-3 April

2015 Revegetasi Lapangan Praktik

4 6-10 April 2015 Pengelolaan dan

Pemantauan LB3 Lapangan Praktik 5 13-17 April 2015

Pengelolaan dan Pemantauan Air Limbah

Lapangan Praktik

6 20-24 April 2015 Pengukuran

Kebisingan Lapangan Teori dan Praktik 7 27 April-7 Mei 2015 Pengumpulan Data Kantor Teori

8 8 Mei 2015 Presentasi Kantor Presentasi

9 17 Mei 2015 Penyusunan Laporan

PKL Kantor

Penyusunan Laporan

PKL

(23)

3. Alat dan Bahan

Untuk mengetahui aspek legalitas perusahaan PT. MSJ yaitu dokumen izin dan Alat tulis.

4. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja terkait aspek legalitas perusahaan yaitu berdiskusi dengan pembimbing lapangan tentang aspek legalitas perusahaan PT. Mahakam Sumber Jaya dan melihat dokumen legalitas perusahaan.

5. Hasil yang Dicapai

Dengan adanya aspek legalitas perusahaan, maka perusahaan bisa melakukan penambangan batu bara selama masih punya izin eksploitasi dengan SK 004.K/40.00/DJG/2005 dari tanggal 11 September 2004 sampai 10 September 2034. Berikut data izin perusahaan seperti ditampilkan pada Tabel 3.

berikut:

Tabel 3. Izin Perusahaan

B. Revegetasi 1. Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

Selain itu juga tujuan pengelolaan dan pemantauan revegetasi ini menjaga agar lahan tidak terkena erosi dan aliran permukaan yang deras; membangun habitat No Izin Surat Keputusan Tanggal Masa Berlaku Luas (Ha)

1 Eksploitasi 004.K/40.00/DJG/2005 11 September 2004 10 September 2034 20.380 2 Studi Kelayakan 649/48/DPM/2004 12 Maret 2004 - 20.380 3 AMDAL 660/3009/TUUA/B.1.3/BPDL 18 Mei 2004 - 20.380 4 Pinjam Pakai Kawasan Hutan 1 SK.164/Menhut-II/2008 06 Mei 2008 5 Tahun 845,80 5 Pinjam Pakai Kawasan Hutan 2 SK.361/Menhut-II/2009 23 Juli 2009 16 Tahun 2.902,80

(24)

bagi satwaliar; membangun keanekaragaman jenis-jenis lokal; memperbaiki produktivitas dan kestabilan tanah; memperbaiki kondisi lingkungan secara biologis dan estetika; dan menyediakan tempat perlindungan bagi jenis-jenis lokal dan plasma nutfah

2. Dasar Teori

Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. (Anonim, 2011b )

Kegiatan revegetasi dimulai dari tahap penyemaian sampai penanaman dan perawatan yang berlokasi di persemaian dan untuk penanaman di areal bekas tambang. Aktivitas penyemaian di persemaian bertujuan untuk mempersiapkan bibit tanaman yang bermutu baik sehingga nantinya dapat tumbuh menjadi tanaman yang baik pula.

3. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penyemaian yaitu : a. Air

b. Tanah c. Benih

d. Bedengan (kotak tempat penyemaian benih) e. Polybag

f. Cangkul g. Tali h. Parang

(25)

4. Prosedur Kerja 1. Persiapan benih

Benih terlebih dahulu direndam dengan air selama 1 hari agar diketahui kualitas dari benih tersebut,apabila tenggelam berarti benih tersebut berkualitas baik. Benih yang telah direndam siap ditebar di bedengan atau kotak penyemaian benih,di bedengan tersebut terdapat tanah untuk menyemai benih.Kemudian bibit terebut akan tumbuh menjadi bibit selama ± 14 hari.

Adapun benih yang disiapkan di persemaian yaitu benih sengon, johar, meranti, kapur , kayu putih dan sebagainya.

Gambar 2. Penyemaian Benih 2. Pengayakan tanah

Pengayakan tanah dilakukan saat pekerja akan melakukan pengisian polybag ukuran 20x20 cm , tujuan dari pengayakan untuk menghaluskan tanah agar saat pengisian media tanam ke polybag lebih mudah dan agar tanahnya tidak padat saat menyemai benih.

(26)

Gambar 3. Pengayakan Tanah 3. Penyiapan Bibit

Benih yang telah disebar di kotak penyemaian yang berumur ± 14 hari akan dipindahkan ke polybag. Setelah dilakukan perawatan bibit seperti penyiraman, pemantauan bibit jika bibit tersebut sudah berukuran 30 cm, bibit tersebut dipindahkan ke polibag besar.

Gambar 4. Penyiapan Bibit

(27)

4. Perawatan bibit yang siap tanam

Bibit yang siap tanam akan dipindahkan di luar area penyemaian. Ada tahap seleksi tanaman agar pada saat menanam di lahan pasca tambang tidak mati. Syarat tanaman yang siap tanam adalah, akarnya kompak dengan tanah, pucuknya tidak lagi tumbuh, batangnya mempunyai tinggi 30 cm sampai dengan 40 cm, daun hijau, batang yang berkayu, dan bebas hama.

Gambar 5. Tanaman di Luar Area 5. Kegiatan penanaman

Kegiatan penanaman dilakukan pada lahan pasca tambang yang sudah tidak ada lagi kegiatan penambangan. Ada kegiatan penanaman yang pertama yang dilakukan yaitu penanaman Cover Crop. Cover Crop adalah suatu tanaman yang tumbuh rapat yang ditanam terutama untuk tujuan melindungi dan memperbaiki tanah antara periode-periode produksi tanaman pokok atau antara pohon-pohon dan tanaman merambat. Tujuan dari penanaman cover crop adalah untuk memperkecil kecepatan air limpasan dan meningkatkan infiltrasi.

(Permenhut No.4/2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan).

(28)

Gambar 6. Bibit Cover Crop

Gambar 7. Cover Crop di Lahan Tambang

Setelah itu dilakukan penanaman tanaman cepat tumbuh, tanaman cepat tumbuh adalah tanaman perintis atau jenis tanaman cepat tumbuh. Tujuan dari penanaman tanaman cepat tumbuh ini untuk memperbaiki struktur tanah.

(29)

Gambar 8. Bibit Sengon

Gambar 9. Tanaman Sengon di Tambang

Untuk tanaman cepat tumbuh menggunakan jenis tanaman sengon buto, sengon laut, gmelina, johar, trembesi, waru, kayu putih dan kedamba. Kemudian langkah selanjutnya menanam tanaman sisipan. Tanaman Sisipan disebut juga tanaman lokal berdaur panjang adalah jenis-jenis tanaman asli atau eksotik, yang disukai masyarakat mempunyai keunggulan tertentu seperti produk kayu, buah dan getah dan produknya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, misalnya jati, rasamala, mahoni, cempaka, meranti, kapur, ulin dan/atau tanaman Multi

(30)

Purpose Trees Species (MPTS) misalnya durian, mangga, rambutan, pete, jengkol, sukun, nangka. Tujuan dari penamanan tanaman sisipan untuk memperbaiki komposisi jenis dan penyebaran tanaman jenis-jenis komersial .

Gambar 10. Bibit Meranti

Gambar 11. Tanaman Sisipan di areal Reklamasi

Untuk proses penanaman hal pertama yang dilakukan adalah penyiapan bibit siap tanam di bawa ke lahan yang siap untuk ditanam, syarat lahan yang baik untuk di tanam yaitu OB (Overburden) ditimbun dengan top soil, Sebelum lahan ditanami pohon, Lahan tersebut di gemburkan dengan alat berat Dozzer

(31)

Gambar 12. Penggemburan Lahan

Tujuan dari penggemburan agar mempermudah para pekerja untuk menanam bibit yang akan di tanam,seperti tanaman cover crop dan tanaman cepat tumbuh dengan jarak tanam yaitu 4 X 4 m, menggunakan pupuk NPK (Nitrogen, Posfor, Kalium) sebanyak 60 gram/lubang tanam.

Gambar 13. Pupuk NPK

Setelah melakukan penanaman langkah selanjutnya yaitu pemeliharaan berupa penyiangan. Penyiangan lahan ini bertujuan untuk pembersihan lahan dari tanaman pengganggu seperti alang-alang, liana dan lain-lain agar tanaman

(32)

pokok dapat tumbuh baik tanpa ada persaingan dengan tanaman pengganggu dalam hal mendapatkan unsur hara dan sinar matahari. (Anonim, 2011b)

Gambar 14. Penyiangan 5. Hasil yang Dicapai

Jenis tanaman yang disemai di persemaian yaitu sengon, kayu putih, nangka, kapur, durian dan sebagainya. Dari hasil pengamatan Bibitnya sehat, hanya sedikit yang layu dan tingkat keberhasilan dari penyemaian sebesar 98%.

Data jumlah bibit cepat tumbuh dan sisipan bulan Maret tahun 2015 dapat diihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel 4. Jenis dan Jumlah Bibit Tanaman Cepat Tumbuh Bulan Maret Tahun 2015

No. Spesies Cepat Tumbuh

Jumlah Bibit di Rumah Semai

Jumlah Bibit di Area Terbuka

Total

1 Sengon Buto 2,000 495 2,495

2 Johar - 19,245 19,245

3 Waru 1,015 1,520 2,535

4 Kayu Putih 3,500 - 3,500

TOTAL 27,775

(33)

Gambar 15. Grafik Jenis dan Jumlah Bibit Cepat Tumbuh Bulan Maret Tahun 2015

Tabel 5. Jenis dan Jumlah Bibit Sisipan Bulan Maret Tahun 2015 No. Bibit Sisipan

Jumlah Bibit di Rumah Semai

Jumlah Bibit di Area Terbuka

Total

1 Salam - 200 200

2 Meranti - 530 530

3 Kapur - 500 500

4 Angsana - 300 300

5 Blangiran - 515 515

6 Nyatoh - 9,552 9,552

7 Nangka - 47 47

8 Pulai - 150 150

9 Jabon - 2,324 2,324

10 Beringin 20 - 20

Jumlah - - 14.138

Gambar 16. Grafik Jenis dan Jumlah Bibit Sisipan Bulan Maret Tahun 2015

1 2 3 4

TOTAL 2,000 0,000 1,015 3,500

495,000

19,245 1,520 0,000

2,49519,2452,535 3,500 27,775

Spesies Cepat Tumbuh

Jumlah Bibit di Rumah Semai Jumlah Bibit di Area Terbuka Total

Salam Meranti Kapur Angsa Blangi Nyatoh Nangka Pulai Jabon Berin Jumlah

0 0 0 0 0 0 0 0 0 20

200530 500 300 5159,552 47 150 2,324 0 200530500 300 5159,552 47 150 2,324 20

14.138

Bibit Sisipan

Jumlah Bibit di Rumah Semai Jumlah Bibit di Area Terbuka Total

(34)

Dari Gambar 16. menunjukkan bahwa stok bibit cepat tumbuh di bulan maret berjumlah 27.775 bibit, Dan jumlah bibit sisipan 14.138 bibit. Untuk jenis tanaman cepat tumbuh yang digunakan yaitu kayu putih, sengon buto, johar, waru dan jenis tanaman sisipan yaitu salam, meranti, kapur, angsana, blangiran, nyatoh, nangka, pulai, jabon dan beringin.

Pada tahun 2015 dari bulan Januari-April PT. MSJ melakukan revegetasi seluas 51.33 Ha untuk tanam baru dan 85.31 Ha untuk tanam sisipan, dengan jumlah tanaman sebanyak 46.841. Adapun tanaman yang ditanam di areal tambang yaitu blangiran, sengon buto, johar, waru kayu putih, angsana, jabon, trembesi, pulai, nyatoh, meranti, nangka dan salam. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Revegetasi Bulan Januari-April 2015 PT. MSJ

blangiran sengn buto johar waru kayu putih angsana trembesi meranti pulai salam nangka nyato baru sisipan tanaman baru sisipan Januari 2.500 6.475 2.480 950 640 280 - - - - - - 15.825 13,52 36,69 8.618 7.207 Februari 400 2.880 2.775 2.805 - - 1.000 - - - - - 9.860 11,66 2,04 7.329 2.531 Maret 1.006 5.800 1.555 2.660 - - 500 295 750 50 153 - 14.021 15,65 44,66 9.935 4.086

April - 1.425 2.955 2.425 - - - - - - - 215 7.135 10,5 1,92 6.805 330

Total 3.906 16.580 9.765 8.840 640 280 1.500 295 750 50 153 215 46.841 51,33 85,31 32.687 14.154 Jenis Tanaman

total luas (Ha) keterangan

Bulan

(35)

Untuk perkembangan tanaman revegetasi pada lahan bekas tambang dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 (lihat gambar)

Gambar 17. Perkembangan Tanaman Revegetasi Tahun 2012-2015

Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa perkembangan tanaman Revegetasi dari tahun 2012-2015 berkembang dengan baik karena dilakukanya perawatan yang rutin, dijelaskan pada tahun 2014 kawasan revegatasi sudah mulai terlihat baik, kemudian pada tahun 2015 kawasan tersebut sudah terlihat siap untuk dilakukan penanaman sisipan.

C. Pemantauan dan Pengelolaan Limbah B3 1. Tujuan

Untuk mengetahui proses kegiatan pemantauan dan pengelolaan Limbah B3 di PT.Mahakam Sumber Jaya. Tujuan Pengelolaan limbah B3 adalah proses

b. Tanggal 19 Desember 2012 a. Tanggal 29 Oktober 2012

d. Tanggal 24 juni 2015 c. Tanggal 08 september 2014

(36)

untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun (Anonim, 2014).

2. Dasar teori

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (Anonim 2014)

3. Alat dan bahan

Kamera untuk mengambil gambar dokumentasi 4. Prosedur kerja

a. Melakukan pemantauan penyimpanan Limbah B3 b. Memasang simbol dan label pada limbah B3 5. Hasil yang Dicapai

Hasil yang dicapai adalah mengetahui kegiatan pemantauan dan pengelolaan limbah B3, penempatan limbah sesuai dengan jenis limbah, mengetahui prosedur kerja yang harus dilakukan saat limbah B3 masuk ke dalam TPS (tempat penyimpanan sementara) PT.Mahakam Sumber Jaya. Pemantauan limbah B3 meliputi beberapa kegiatan yang dilakukan selama PKL.

Kegiatan pemantauan dan pengelolaan limbah B3 yang telah dilakukan sesuai PP Nomor 101 Tahun 2014. Pada tempat penyimpanan sementara (TPS) PT. Mahakam Sumber Jaya kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

(37)

a. Melakukan penyimpanan limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 Kg per hari atau lebih, hanya boleh disimpan paling lama selama 90 hari sejak limbah B3 dihasilkan. Jika penyimpanan limbah B3 melampaui jangka waktu maka segera menyerahkan Limbah B3 kepada pihak ke-3 hal ini dicantumkan pada PP Nomor 101 Tahun 2014. Tujuan limbah tersebut diserahkan pada pihak ke-3 karena PT. MSJ hanya menyimpan atau mengumpul limbah tersebut tidak untuk dikelola, dan untuk pengelolaannya diserahkan ke pihak ke-3. Untuk limbah padat CV. Maju Jaya dan untuk limbah cair yaitu PT.Berkat Jaya Sukses, dalam penyerahan limbah B3 pada pihak ke-3 wajib memiliki Surat izin atau bukti penghasil/pengumpul limbah B3. (Anonim 2014)

Apabila proses penyerahan limbah B3 dari penghasil ke pengumpul sudah terlaksana, maka setiap limbah yang keluar dari TPS harus tertulis dalam manifest. Manifest adalah surat dokumen limbah B3, ada 7 lembar dokumen manifest dimana masing-masing manifest akan diserahkan kepada instansi yang sudah di tetapkan contoh manifest sebagai berikut :

Lembar pertama dipegang oleh penyimpan untuk pengangkut limbah B3, lembar pertama ini akan dibawa oleh pihak ke-3 untuk pihak ke-3 ini adalah PT.Berkat Jaya Sukses khusus pengumpul limbah B3 cair, dan CV. Maju Jaya khusus pengumpul Limbah B3 padat. Manifest lembar pertama (1) berwarna putih tanda lingkaran merah adalah tulisan atau keterangan lembar/copyan manifest untuk gambar tercantum pada lampiran.

b. Pemberian Label dan Simbol

Kegiatan selanjutnya adalah pemberian label dan simbol pada limbah B3 di PT.MSJ. Melakukan kegiatan pemberian label dan simbol tersebut sudah

(38)

diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Simbol dan Label Limbah B3. Pemberian simbol pada limbah B3 bertujuan untuk penelusuran dan penentuan pengelolaan Limbah B3.

Untuk melihat simbol limbah B3 dilihat pada halaman lampiran.

Untuk label limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang di kemas, untuk label limbah B3 wajib di cantumkan identitas sebagai berikut:

Gambar 18. Label yang Digunakan Untuk Limbah B3

a) Penghasil, nama perusahaan yang menghasilkan limbah B3 dalam kemasan

b) Alamat, alamat jelas perusahaan di atas, termasuk kode wilayahnya c) Telepon, Nomor telepon penghasil termasuk kode area

d) Fax, Nomor faksimeil penghasil, termasuk kode area

e) Nomor penghasil, Nomor yang diberikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup kepada penghasil ketika dilaporkan

f) Tanggal pengemasan

g) Jenis limbah, kode limbah yang di kemas

h) Jumlah limbah, total kuantitas limbah dalam kemasan (ton, Kg, atau m3) i) Sifat limbah, karakteristik limbah yang di kemas

j) Nomor urutan yang di kemas

(39)

D. Pemantauan dan Pengelolaan Air Limbah 1. Tujuan

Tujuan pengelolaan air limbah agar kualitas air terjamin dan bisa kembali ke badan lingkungan sesuai dengan peruntukannya dan kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya, Tujuan Pemantauan air limbah agar mengetahui kualitas air sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh (Perda No.02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian Air).

2. Dasar Teori

Air limbah adalah adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri atau kegiatan lainnya. (Anonim 2011)

3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemantauan air limbah adalah :

a. Kertas Lakmus b. Current Meter c. Penggaris d. Spidol

e. lembar pengisian kualitas air limbah

Alat dan bahan yang digunakan untuk pengelolaan air limbah adalah : a. Kapur

b. Tawas

c. Sarung tangan, masker d. Exca Long Arm

(40)

4. Prosedur Kerja

a. Prosedur kerja pemantauan air limbah

1). Melakukan pemantauan pada air limbah di settling pond 2). Mengukur pH air dengan menggunakan kertas lakmus

3). Melakukan pemantauan nilai TSS (Total Suspended Solid) dengan cara visual

4). Mengukur kecepatan aliran air b. Prosedur kerja pengelolaan air limbah

1). Memberikan kapur pada air yang memiliki pH Asam maka di netralkan dengan kapur

2). Diberi tawas pada air limbah yang memiliki kekeruhan 5. Hasil yang Dicapai

Hasil yang dicapai adalah untuk mengetahui kegiatan pemantauan dan pengelolaan air limbah, agar kuaitas air limbah dan sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Anonim, 2011)

a. Pengelolaan air limbah

Pada kegiatan pengelolaan air limbah dilakukan dengan beberapa proses, seperti mengelola air limbah yang keruh, menurunnya pH air limbah, pengelolaan air limbah dilakukan di settling pond baik di tambang maupun di port, hal ini dilakukan gar kualitas air menjadi lebih baik lagi, adapun kegiatan untuk pengelolaan air limbah sebagai berikut :

1) Melakukan Kegiatan Pengapuran

Kegiatan ini dilakukan pada saat air di settling pond mengalami penurunan pH maka dilakukan pengelolaan, pengapuran adalah cara agar pH air tersebut kembali netral sesuai dengan baku mutu yang berlaku yaitu Perda

(41)

No 02 Tahun 2011 Tentang Penglelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air dengan nilai pH 6-9. Pengapuran ini di lakukan dengan menggunakan alat Exca Long Arm, tujuannya agar mempermudah jangkauan pemberian kapur di kolam Settling Pond.

Gambar 19. Kegiatan Pengapuran Pada Settling Pond di PT.MSJ

Gambar 19 adalah kegiatan pengelolaan air limbah, dijelaskan bahwa gambar di atas sedang malakukan pengapuran pada salah satu settling pond.

Mengapa pH air bisa menurun, karena air limbah pertambangan bersifat asam karena Air Asam Tambang (AAT) adalah air tambang dengan pH rendah yang berasal dari oksidasi pirit yang mengandung sulfida dengan air dan udara sehingga menghasilkan asam sulfat (H2SO4).

2) Melakukan Kegiatan Pemberian Tawas

Masing-masing settling pond akan di perlakukan sama saat kondisi warna air terlihat keruh, Faktor yang menyebabkan warna air di settling pond di kawasan port maupun tambang berubah karena curah hujan yang tinggi maka potensi limbah yang ada di area tinggi akan mengalir ke area yang lebih rendah.

(42)

Hal seperti itu yang menyebabkan warna air settling pond menjadi keruh. Untuk cara pengelolaanya dengan melakukan penawasan

Gambar 20. Kegiatan Penawasan Pada Settling Pond di PT.MSJ

Masing-masing Settling Pond akan diperlakukan sama saat kondisi warna air terlihat keruh, faktor yang menyebabkan warna air di settling pond di kawasan port maupun tambang berubah karena curah hujan yang tinggi maka potensi limbah yang ada di area tinggi akan mengalir ke area yang lebih rendah. Hal seperti itu yang menyebabkan warna air settling pond menjadi keruh. Oleh karena itu dilakukan pengelolaan dengan menggunakan tawas karena tawas berfungsi untuk mengikat partikel dalam air hingga menggumpal dan mengendap ke dasar.

(43)

Tabel 7. Pemakaian Tawas Triwulan Tahun 2015

Gambar 21. Grafik Penggunaan Tawas Triwulan Tahun 2015

MSWP MSWP MSWP MSWP MSWP MSWP MSWP MSWP MSWP

1 5 15 16 21 22 23 24 25

Port 0 825 825 0,825

Tambang 0 2500 1350 6250 1800 11.900 11,900

Port 1050 1000 2.050 2,050

Tambang 1150 650 1250 2000 2500 7.550 7,550

Port 1875 1200 3.075 3,075

Tambang 800 350 750 5525 7.425 7,425

32.825 32,83 Total

Bulan

Januari Februari

Lokasi Parit L0 Total (kg) Total

(ton)

Maret

PemakaianTawasPada Kegiatan Pertambangan PT. MahakamSumber Jaya

Periode Tahun 2015

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000

Port & tambang Port & tambang Port & tambang

Jumlah

Bulan

Grafik penggunaan tawas tahun 2015

total (Kg) total (Ton)

(44)

Dari Gambar 21. menjelaskan bahwa pemakaian tawas terbanyak di bulan januari tahun 2015 dengan jumlah 12.725 Kg, baik dari penggunaan tawas di area settling pond kawasan port dan kawasan tambang.

3) Kegiatan Pemantauan Air limbah

Pemantauan perubahan kualitas air khususnya air limbah dari proses kegiatan dilakukan secara rutin dengan frekuensi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Untuk kebutuhan pelaporan dilakukan perbulan dan pertiga bulan yang dilaksanakan melalui laboratorium PT. Sucofindo Samarinda, sedangkan untuk kebutuhan internal perusahaan, dilakukan pemantauan harian, dan untuk parameter Fe dan Mn dilakukan sekali dalam sebulan sesuai peraturan yang berlaku.

Tabel 8. Parameter yang Dipantau Dalam Pemantauan Lingkungan

No Parameter Frekuensi

Kadar maksimum (Perda Kaltim No 2 Th 2011)

1 pH Harian 6-9

2 Fe 1 bulan 7 mg/L

3 Mn 1 bulan 4 mg/L

4 TSS Perhari (visual) 300 mg/L

Pada kegiatan pemantauan air limbah dilakukan dengan beberapa proses, seperti memantau kualitas air limbah yang ada di settling pond, ada beberapa hal yang harus di pantau sebagai berikut :

a. Pengukuran pH

Manfaat dari mengukur pH adalah agar mengetahui tingkat keasaman atau basa dari air limbah tersebut, demikian pula saat akhir percobaan, pH kembali diukur untuk mengetahui perubahan tingkat keasaman yang terjadi. pH air berpengaruh penting terhadap pengerjaan di laboratorium, apabila pH didapat

(45)

asam, maka harus dilakukan proses netralisasi untuk menetralkan pH air sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Gambar 22. Pemantauan pH MSWP 25 Blok E LCI PT. MSJ b. Pemantauan/Pengukuran TSS (Total Suspended Solid)

Pemantauan TSS di PT. Mahakam Sumber Jaya dilakukan dengan cara visual, pengukuran secara visual mempunyai keunggulan yaitu dapat dilakukan langsung di lapangan, tanpa harus melakukan pengujian dengan alat tertentu.

Namun kelemahan dari metode ini adalah kurang akuratnya nilai kekeruhan air yang diukur. Berikut tabel pengukuran TSS secara visual.

Tabel 9. Pengukuran TSS Secara Visual di PT. MSJ Nilai kekeruhan Penampakan Visual

1 Jernih Tembus Pandang

2 Jernih Berkabut

3 Cokelat Muda

4 Cokelat Keruh

5 Pekat

6 Sangat Pekat

(46)

Tabel 10. Hasil Pemantauan Kualitas Air Limbah

Keterangan :

MSWP : Monitoring Swapantau Water Point TA : Tidak Ada Aliran

Closed : Penutupan Settling Pond

Gambar 23. Grafik Hasil Pemantauan Kualitas Air 0

20 40 60 80 100 120 140

pH TSS Mn Fe pH TSS Mn Fe pH TSS Mn Fe

Bulan MSWP1 MSWP2 MSWP5 MSWP11 MSWP15 MSWP16 MSWP18 MSWP19 MSWP20 MSWP21 MSWP22 MSWP23

(47)

Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa hasil Fe, TSS, Mn, pH memiliki kualitas yang cukup baik dari semua hasil di kawasan settling pond, port dan tambang dan tidak melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh permerintah sesuai dengan Perda No.2 Tahun 2011.

c. Kegiatan Pengukuran Debit

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak,2002).

Pengukuran debit bertujuan untuk mengetahui besaran meter kubik volume aliran air tiap detik yang masuk ke dalam kolam pengendapan, sehingga dapat dihitung beban pengolahan dan jumlah bahan koagulan yang diperlukan.

Pengukuran debit dilakukan pada settling pond di kawasan port dan tambang.

Pengukuran debit dilakukan setaip hari agar dapat diketahui debit harian rata- rata yang masuk dalam kolam pengendapan.

Untuk pengukuran debit saat PKL dilakukan dengan menggunakan beberapa alat :

1). Current Meter 2). Penggaris

Untuk menentukan debit yang masuk ke kolam pengendapan, dilakukan pengukuran kecepatan aliran air serta luas penampang inlet atau biasa disebut dengan gorong-gorong saluran air, Pengukuran kecepatan air menggunakan current meter dan penghitung waktu (stopwatch). Luas penampang inlet didapat dengan pengukuran langsung dengan menggunakan penggaris.

(48)

Pengukuran kecepatan aliran air agar mengetahui debit air per hari di maka dilakukan kegiatan pemantauan air seperti mengukur diameter gorong- gorong inlet settling pond dan mengukur ketinggian air yang keluar (inlet), kemudian dilakukan pengukuran kecepatan aliran air dengan menggunakan alat Current Meter, setelah semua hasil diketahui maka akan dimasukan data dan di hitung dengan rumus debit (Asdak,2002).

Q =Debit Aliran (m3/s) A = Luas Penampang (m2) V = Kecepatan Aliran (m/s)

Tabel 11. Debit MSWP PT. MSJ Bulan Maret Tahun 2015

Dari Tabel 11. di atas akan diketahui jumlah debit air yang ada di settling pond tersebut.

B C A Q Q Q Q Q

cm feet cm feet m/s feet/s H/D Tabel CXD2 CFS GMP GPD M3/Day m3/jam

1 0 0 60 1,9686 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 3 0,09843 60 1,9686 0,2 0,656168 0,05 0,0147 0,056968 0,037381 16,77758 24159,71 91,5653 3,815221

3 0 0 60 1,9686 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 3 0,09843 60 1,9686 0,2 0,656168 0,05 0,0147 0,056968 0,037381 16,77758 24159,71 91,5653 3,815221

5 0 0 60 1,9686 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 4 0,13124 60 1,9686 0,3 0,984252 0,066667 0,0242 0,093784 0,092307 41,43034 59659,69 226,1102 9,42126 7 3 0,09843 60 1,9686 0,2 0,656168 0,05 0,0147 0,056968 0,037381 16,77758 24159,71 91,5653 3,815221 8 2 0,06562 60 1,9686 0,1 0,328084 0,033333 0,0069 0,02674 0,008773 3,937594 5670,136 21,48982 0,895409 9 2 0,06562 60 1,9686 0,1 0,328084 0,033333 0,0069 0,02674 0,008773 3,937594 5670,136 21,48982 0,895409

10 0 0 60 1,9686 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 0 0 60 1,9686 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 60 1,9686 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 2 0,06562 60 1,9686 0,1 0,328084 0,033333 0,0069 0,02674 0,008773 3,937594 5670,136 21,48982 0,895409

14 0 0 60 1,9686 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 5 0,16405 60 1,9686 0,4 1,312336 0,083333 0,0294 0,113936 0,149523 67,1103 96638,84 366,2612 15,26088

Tanggal H D v

Q = A x V

(49)

d. Kegiatan pengambilan sampel air

Pengambilan sampel air pada settling pond di kawasan port dan tambang dilakukan setiap seminggu sekali dengan menggunakan botol sampel berupa jerigen ukuran 2 liter. Pengambilan sampel air dilakukan pada pada air pada saluran terbuka. Pengambilan sampel dilakukan setelah mengukur debit aliran air. Pengambilan sampel mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 6989.59:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Limbah.

Cara pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air adalah sebagai berikut : 1). Siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan;

2). Bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali;

3). Ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung sementara, kemudian homogenkan;

4). Masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;

5). Lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan;

6). Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;

7). Pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan pengawetan

(50)

Gambar 24. Pengambilan Sampel Air

Tujuan pengambilan sampel air dan pengujian sampel air pada settling pond ini adalah untuk mengetahui banyaknya TSS yang dihasilkan dalam 1 hari, tingkat kekeruhan visual dan pH air limbah yang masuk ke dalam kolam pengendapan.

Pemantauan perubahan kualitas air khususnya air limbah dari proses kegiatan dilakukan secara rutin dengan frekuensi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Untuk kebutuhan pelaporan dilakukan perbulan dan pertiga bulan yang dilaksanakan melalui laboratorium PT. Sucofindo Samarinda, sedang untuk kebutuhan internal perusahaan, dilakukan pemantauan harian dan mingguan, dan untuk parameter Fe dan Mn dilakukan sekali dalam sebulan sesuai peraturan yang berlaku.

Setelah dilakukan pemantauan maka data-data yang diperoleh tersebut di susun untuk dilaporkan ke pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh maka diketahui parameter yang dipantau tersebut telah memenuhi baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

(51)

E. Pengukuran Kebisingan 1. Tujuan

Pengukuran intensitas kebisingan ditujukan untuk membandingkan hasil pengukuran pada suatu saat dengan standar yang telah ditentukan serta merupakan langkah awal untuk mengendalikan. Alat yang dipergunakan untuk pengukuran intensitas kebisingan adalah sound level meter. Maksud pengukuran adalah untuk memperoleh data kebisingan di lokasi, atau dimana saja untuk mengetahui tingkat kebisingan yang terjadi (Anonim, 2010).

2. Dasar Teori

Kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Anonim,1996).

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan ini yaitu : a. Sound Level Meter

b. Kertas c. Pulpen 4. Prosedur Kerja

a. Melakukan pengukuran pada titik yang sudah ditentukan

b. Pengukuran dilakukan selama 20 menit dengan pembacaan setiap 5 menit.

5. Hasil yang Dicapai

Hasil yang dicapai adalah dapat mengetahui tingkat kebisingan yang terjadi di sekitar area PT. Mahakam Sumber Jaya dan membandingkan dengan baku mutu lingkungan berdasarkan nilai ambang batas kebisingan yang

(52)

ditetapkan Pemerintah melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. Kep- 48/MENLH/11/1996.

Intensitas kebisingan yang terjadi pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 12. berikut.

Tabel 12. Tingkat Kebisingan di area PT. MSJ

No

1 Tempat

Depan Laboratorium Separi Tanggal

September 2014 Hasil (dB) 65,80

2 Depan Workshop Separi September 2014 61,40

3 Depan Mess Karyawan Separi September 2014 51,20

4 Pemukiman Penduduk Separi September 2014 50,40

5 Nursery Separi September 2014 49,80

6 Desa Kertabuana KM 9 September 2014 48,90

7 KM 22 September 2014 58,60

8 KM 25 September 2014 48,40

9 KM 31-50 September 2014 58,40

10 Pit CK Blok E September 2014 58,20

11 Pit LCI Blok E September 2014 58,70

12 Disposal PT. CK September 2014 58,70

13 Disposal PT. LCI September 2014 56,20

1 Depan Laboratorium Separi Desember 2014 67,30

2 Area Workshop Separi Desember 2014 53,10

3 Depan Mess Karyawan Separi Desember 2014 50,60

4 Pemukiman Penduduk Separi Desember 2014 47,20

5 Nursery Separi Desember 2014 55,80

6 Hauling KM 1-9 Separi Desember 2014 51,10

7 Dekat Hauling Road Desa Kertabuana Desember 2014 46,90

8 Hauling Road KM Diatas 50 Desember 2014 47,80

9 Depan Kantor MSJ Desa Makarti Desember 2014 52,30

10 Disposal PT. LCI Blok E Desember 2014 51,90

11 PIT PT. LCI Desember 2014 56,90

12 Disposal PT. CK Desember 2014 56,30

13 PIT PT. CK Desember 2014 54,60

(53)

Tabel 13. Baku Mutu Tingkat Kebisingan

PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATAN

TINGKAT KEBISINGAN dB (A)

a. Peruntukan kawasan

1. Perumahan dan pemukiman 55

2. Perdagangan dan jasa 70

3. Perkantoran dan perdagangan 65

4. Ruang terbuka hijau 50

5. Industri 70

6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60

7. Rekreasi 70

8. Khusus :

- Bandar udara

- Stasiun kereta api 70

- Pelabuhan laut 60

- Cagar budaya

b. Lingkungan kegiatan

1. Rumah sakit atau sejenisnya 55

2. Sekolah atau sejenisnya 55

3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran kebisingan tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa kebisingan yang terjadi di area PT. Mahakam Sumber Jaya tidak melebihi ambang batas kebisingan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 70 dB.

(54)

MSJ ini adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pemantauan dan pengelolaan revegetasi dilakukan penanaman Cover Crop, tanaman cepat tumbuh, dan pengkayaan atau sisipan serta melakukan perawatan lahan revegetasi.

2. Kegiatan pemantauan dan pengelolaan limbah B3 PT. MSJ telah terlaksana dengan baik, terlihat dari prosedur kerja yang di terapkan dalam pengelolaan limbah B3 dan pemantauan Limbah B3.

3. Kegiatan pemantauan kualitas air limbah dilakukan dengan memantau parameter-parameter air limbah seperti pengukuran Mn, Fe, TSS dan pH dengan frekuensi sesuai kebutuhan yang diperlukan agar kualitas yang diinginkan untuk dikembalikan lingkungan tercapai dan tidak mencemari lingkungan. Dari semua parameter yang diukur, parameter tersebut tidak melebihi baku mutu, adapun baku mutu yang diacu yaitu Perda Kaltim No.

02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

4. Kegiatan pengelolaan dan pemantauan kebisingan di PT. MSJ terlaksana dengan baik terlihat dari baku mutu yang telah memenuhi standar yang di tetapkan yaitu untuk kebisingan tidak melebihi 70 dB, baku mutu yang diacu yaitu Kepmen LH No.48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan.

(55)

B. Saran

Adapun saran yang diberikan penulis kepada perusahaan tempat melaksanakan PKL di PT. MSJ adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai metode baru dalam mengelola air limbah di Settling Pond yang efisien, seperti menggunakan metode fitoremediasi

2. Penambahan SDM pada bagian revegetasi, guna menunjang kegiatan penanaman di lokasi revegetasi.

3. Perbaikan akses jalan menuju Settling Pond guna mempermudah pemantauan kualitas air limbah pertambangan batubara.

4. Pembuatan tangga dan pintu air pada Outlet Settling Pond agar merpermudah pemantauan kualitas air.

Gambar

Gambar 1. Skema Proses Penambangan Sampai Proses Pengapalan  Aktivitas penambangan PT
Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKL di PT. MSJ
Tabel 2. Hasil Praktik Kerja Lapang di PT. MSJ
Gambar 2.  Penyemaian Benih  2.  Pengayakan tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhir periode tahunan, biaya overhead pabrik yang telah dibebankan ke dalam produk, yaitu biaya overhead pabrik berdasarkan tarif standar, dibandingkan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemetaan atribut-atribut dari kualitas jasa berdasarkan persepsi nasabah, menganalisis hubungan antara dimensi kualitas jasa

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Contoh 2 yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)

Menurut Beams (2009:2) dan Lay (2010:241) bahwa tujuan utama merger adalah meningkatkan profitabilitas dan merger dapat membrikan banyak keuntungan bagi

menjodohkan teks dengan gambar tersebut pada pembelajaran bahasa Jepang. Apakah teknik ini berpengaruh atau tidak terhadap pemahaman

3 Persentase pemenuhan dukungan pencapaian Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran. 3 Melaksanakan layanan dukungan manajemen

Jika percobaan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel, maka telah terjadi penyimpangan pada hukum