• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERHITUNGAN BIAYA STANDAR : PENETAPAN STANDAR DAN ANALISIS VARIANS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERHITUNGAN BIAYA STANDAR : PENETAPAN STANDAR DAN ANALISIS VARIANS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERHITUNGAN BIAYA STANDAR : PENETAPAN STANDAR DAN

ANALISIS VARIANS

(2)

BIAYA STANDAR

Biaya Standar adalah:

Biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah tertentu produk selama suatu periode tertentu.

Biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi.

Dua komponen biaya standar;

Standar fisik, yaitu kuantitas standar dari input per unit output.

Standar harga, yaitu biaya standar atau tarif standar

per unit input.

(3)

Kegunaan Biaya Standar:

1.

Untuk menetapkan anggaran

2.

Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi.

3.

Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan biaya.

4.

Membebankan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

5.

Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.

(4)

MENETAPKAN STANDAR

Menghitung biaya standar memerlukan standar fisik.

Dua jenis standar fisik:

1.

Standar dasar, adalah tolak ukur yang digunakan untuk membandingkan kinerja yang diperkirakan dengan

kinerja aktual (serupa dengan angka indeks yang digunakan untuk mengukur hasil-hasil berikutnya).

2.

Standar sekarang, terdiri atas tiga jenis:

a.

Standar aktual yang diperkirakan : mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar ini merupakan estimasi yang paling dekat dengan hasil aktual.

b.

Standar normal: mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi

normal. Standar ini mencerminkan hasil yang menantang namun dapat dicapai.

c.

Standar teoritis: mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi

maksimum. Standar ini merupakan cita-cita yang dituju dan

bukannya kinerja yang dapat dicapai sekarang.

(5)

Prosedur penentuan biaya standar

Biaya produksi standar dibagi atas tiga bagian, yaitu:

Biaya Bahan Baku Standar

Biaya Tenaga Kerja Standar

Biaya Overhead Pabrik Standar

(6)

BIAYA BAHAN BAKU STANDAR

Terdiri atas:

Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu  kuantitas standar

Harga per satuan masukan fisik tersebut  harga standar

Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan:

1.

Penyelidikan teknis

2.

Analisis catatan masa lalu dalam bentuk:

Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku uantuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.

Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.

Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik

(7)

Harga standar pada umumnya ditentukan dari : daftar harga pemasok, katalog atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga-harga tersebut di masa depan.

Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa:

a.

Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun.

b.

Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar

c.

Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.

Harga standar bahan baku digunakan untuk:

a.

Mengecek pelaksanaan pekerjaan Departemen Pembelian

b.

Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap laba

perusahaan.

(8)

Biaya Tenaga Kerja Standar

Biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur, yaitu: jam tenaga kerja standar dan tarif upah standar.

Syarat mutlak berlakunya jam tenaga kerja standar adalah:

1.

Tata letak pabrik yang efisien dengan peralatan modern, sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya yang minimum.

2.

Pengembangan staf perencanaan produksi, routing dan scheduling agar aliran proses produksi lancar tanpa terjadi penundaan dan kesimpangsiuran.

3.

Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi.

4.

Standardisasi kerja karyawan dan metode kerja dengan

instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga

proses produksi dapat dilaksanakan di bawah kondisi yang

paling baik.

(9)

Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara:

a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu.

b. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.

c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.

d. Mengadakan taksiran yang wajar yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.

Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata tarif upah per jam yang diperkirakan akan dibayar.

Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar:

1. Perjanjian dengan organisasi karyawan

2. Data upah masa lalu (rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu)

3. Penghitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.

(10)

BIAYA OVERHEAD PABRIK STANDAR

Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal.

Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas.

Anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya

tetap dan variabel dan memperlakukan biaya

overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya

tetap dalam volume tertentu.

(11)

ANALISIS VARIANS

Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (Variance).

Dalam analisis varians biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung hanya dikenal dua macam

kapasitas, yaitu: kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar.

Dalam analisis varians biaya overhead pabrik dikenal

tiga macam kapasitas, yaitu: kapasitas sesungguhnya,

kapasitas standar dan kapasitas normal.

(12)

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI LANGSUNG

Terdapat tiga model analisis varians biaya produksi langsung:

1. Model Satu Selisih (The One Way Model)

2. Model Dua Selisih (The Two Way Model)

3. Model Tiga Selisih (The Three

Way Model)

(13)

MODEL SATU SELISIH (THE ONE WAY MODEL)

Rumus untuk biaya bahan baku:

Rumus untuk biaya tenaga kerja:

dimana:

TS = Total Selisih

HSt = Harga Standar TUSt = Tarif upah standar KSt = Kuantitas Standar JKSt = Jam Kerja Standar

HS = Harga Sesungguhnya TUS = Tarif upah sesungguhnya KS = Kuantitas Sesungguhnya JKS = Jam Kerja Sesungguhnya

Hasil perhitungan selisih diberi tanda L untuk selisih laba atau selisih yang menguntungkan dan tanda R untuk selisih rugi.

TS = (HSt x KSt) – (HS x KS)

TS = (TUSt x JKSt) – (TUS x JKS)

(14)

MODEL DUA SELISIH (THE TWO WAY MODEL)

Dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.

Rumus perhitungan selisih harga:

dimana: SH = Selisih Harga STU = Selisih Tarif Upah

Rumus perhitungan selisih kuantitas:

dimana : SK = Selisih Kuantitas SEU = Selisih Efisiensi Upah

Dalam pembelian bahan baku selisih harga yang timbul menjadi tanggung jawab manajer fungsi pembelian.

Sedangkan selisih kuantitas menjadi tanggung jawab manajer fungsi produksi.

SH = (HSt – HS) x KS

Untuk biaya bahan baku

SK = (KSt – KS) x HSt

STU = (TUSt – TUS) x JKS

Untuk biaya tenaga kerja langsung

SEU = (JKSt – JKS) x TUSt

(15)

MODEL TIGA SELISIH (THE THREE WAY MODEL)

Dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu: selisih harga, selisih kuantitas dan selisih harga/kuantitas.

Tiga kemungkinan dari hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya:

1.

Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya.

2.

Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya.

3.

Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya,

namun kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas

sesungguhnya.

(16)

1. Harga & kuantitas standar lebih tinggi atau lebih rendah dari harga & kuantitas sesungguhnya

Kondisi 1: Harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari harga dan

kuantitas sesungguhnya, rumus:

SH = (HSt – HS) x KSt SK = (KSt – KS) x HSt

SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) Untuk biaya bahan baku

STU = (TUSt – TUS) x JKSt SEU = (JKSt – JKS) x TUSt

STEU = (TUSt – TUS) x (JKSt – JKS) Untuk biaya tenaga kerja langsung

(17)

Kondisi 2: Harga & kuantitas standar lebih tinggi dari harga & kuantitas sesungguhnya, rumus:

SH =(HSt – HS) x KS SK =(KSt – KS) x HS

SHK =(HSt – HS) x (KSt – KS) Untuk biaya bahan baku

STU =(TUSt – TUS) x JKS SEU =(JKSt – JKS) x TUS

STEU =(TUSt – TUS) x (JKSt – JKS) Untuk biaya tenaga kerja

(18)

2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas

sesungguhnya.

Pada kondisi ini selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas tidak akan terjadi.

Rumus:

SH = (HSt - HS) x KS SK =(KSt - KS) x HSt SHK = 0

Untuk biaya bahan baku

STU = (TUSt - TUS) x JKS SEU =(JKSt - JKS) x TUSt STEU = 0

Untuk biaya tenaga kerja

(19)

3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya.

Pada kondisi ini selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas tidak akan terjadi.

Rumus:

SH = (HSt – HS) x KSt SK = (KSt – KS) x HS SHK = 0

Untuk biaya bahan baku

STU = (TUSt - TUS) x JKSt SEU = (JKSt – JKS) x TUS STEU = 0

Untuk biaya tenaga kerja

(20)

Contoh:

PT Rimendi menggunakan sistem biaya standar. Data biaya standar dan biaya sesungguhnya dalam

bulan Januari adalah sbb:

Perhitungan varians dari berbagai model adalah sbb:

Biaya Kuantitas

standar

Kuantitas

Sesungguhnya

Harga Standar

Harga

Sesungguhnya

Bahan Baku 4.000 unit 5.000 unit Rp 20 Rp 15

Tenaga kerja 1.000 jam 2.000 jam Rp 10 Rp 20

(21)

a. Model satu selisih:

Selisih biaya bahan baku:

TS = (Rp 20 x 4.000 unit) – (Rp 15 x 5.000 unit) = Rp 5.000 L

Selisih biaya tenaga kerja :

TS = (Rp 10 x 1.000 jam) – (Rp 20 x 2.000 jam) = Rp 30.000R

TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp 25.000 R

b. Model dua selisih:

Selisih biaya bahan baku:

SH = (RP 20 – Rp15) x 5.000 unit = Rp 25.000 L SK = (4.000 unit-5.000unit) X Rp 20 = Rp 20.000 R TS biaya bahan baku = Rp 5.000 L

TS = (HSt x KSt) – (HS x KS) TS = (TUSt x JKSt) – (TUS x JKS)

SH = (HSt – HS) x KS SK = (KSt – KS) x HSt

(22)

Selisih biaya tenaga kerja:

STU = (Rp 10 – Rp 20) x 2.000 jam = Rp 20.000 R SEU = (1.000 jam – 2.000 jam)xRp10 = Rp 10.000 R TS biaya tenaga kerja = Rp 30.000 R TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp 25.000 R

a. Model tiga selisih

Selisih Biaya Bahan Baku

SH = (Rp 20- Rp 15) x 4.000 unit = Rp 20.000 L SK = (4.000 unit – 5.000 unit) x Rp 15= Rp 15.000 R TS Biaya Bahan Baku = Rp 5.000 L

STU = (TUSt – TUS) x JKS SEU = (JKSt – JKS) x TUSt

SH = (HSt – HS) x KSt SK = (KSt – KS) x HS

SHK = 0

(23)

Selisih Biaya Tenaga Kerja

STU = (Rp 10- Rp 20) x 1.000 jam = Rp 10.000 R SEU = (1.000 jam–2.000 jam)x Rp 10 = Rp 10.000 R STEU= (Rp10 – Rp 20) x (1.000-2.000)= Rp 10.000 R TS biaya tenaga kerja = Rp 30.000 R TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp 25.000 R

STU = (TUSt – TUS) x JKSt SEU = (JKSt – JKS) x TUSt

STEU = (TUSt – TUS) x (JKSt – JKS)

(24)

SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK

Terdapat lima model analisis selisih biaya overhead pabrik, yaitu:

1.

Model satu selisih: mengurangi biaya overhead pabrik dengan tarif standar pada kapasitas standar dengan BOP sesungguhnya.

TS = BOP sesungguhnya – BOP dibebankan

2.

Model dua selisih: dipecah menjadi:

Selisih terkendalikan : perbedaan BOP sesungguhnya dengan dengan BOP dianggarkan pada kapasitas standar.

TS = (BOP sesungguhnya – BOP tetap kapasitas normal)-BOP variabel pada jam tenaga kerja standar

Selisih volume : perbedaan BOP dianggarkan pada jam standar dengan BOP dibebankan kepada produk ( kapasitas standar dengan tarif standar).

TS = (Jam tenaga kerja kapasitas normal – jam tenaga kerja standar) x tarif BOP tetap

(25)

3.

Model tiga selisih, terdiri atas:

Selisih pengeluaran: perbedaan BOP sesungguhnya dengan BOP dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya.

TS = (BOP sesungguhnya – BOP tetap kapasitas normal )– BOP variabel dianggarkan pd jam sesungguhnya dicapai.

Selisih kapasitas: perbedaan BOP dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya dengan BOP yang dibebankan pada kapasitas sesungguhnya(kapasitas sesungguhnya dengan tarif standar).

TS = (Kapasitas normal-kapasitas sesungguhnya) x tarif BOP tetap

Selisih efisiensi: tarif BOP dikalikan dengan selisih antara kapasitas standar dengan kapasitas sesungguhnya.

TS = (Jam standar –Jam sesungguhnya) x tarif BOP

4.

Model empat selisih, dalam model ini selisih efisensi dalam model tiga selisih dipecah lagi menjadi:

Selisih efisiensi variabel

Selisih efisiensi tetap

(26)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Nur Meisya (2008), dimana secara statistik diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan terhadap peraturan

Dana BOK yang merupakan bagian dari Dana Alokasi Khusus Non fisik dialokasikan kepada setiap kabupaten dengan peruntukan bagi puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai fasilitas

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode turbidimetri, konsentrasi hambat minimum ekstrak kulit nanas terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi

Dari Tabel 1 diketahui bahwa jumlah individu yang paling banyak ditemukan terdapat pada stasiun 6 yaitu sebanyak 24 individu, hal ini dikarenakan stasiun ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Fungsi Manajerial adalah fungsi yang mempunyai wewenang kepemimpinan terhadap sumber daya manusia lain.Dalam hal ini direktur, kepala bagian, atau supervisor

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72|PMK.O5/2O16 tentang Uang Makan bagi Pegawai Pegawai Aparatur Sipil Negara {Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2Al5 Nomor

Gambar 6 menyatakan sampel dengan absorbent arang aktif serbuk kayu menggunakan CaCl 2 sebagai aktivator mempunyai suhu munculnya titik kabut yang lebih rendah