• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN EFEK SAMPING OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD CIBABAT PERIODE JANUARI-MEI 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN EFEK SAMPING OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD CIBABAT PERIODE JANUARI-MEI 2018"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

1

GAMBARAN EFEK SAMPING OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD CIBABAT

PERIODE JANUARI-MEI 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh:

SITI NURULHABIBAH AL-JABBARIYAH P17335115036

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN FARMASI

2018

(2)

2

GAMBARAN EFEK SAMPING OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARADI RSUD CIBABAT

PERIODE JANUARI-MEI 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Farmasi

Disusun oleh :

SITI NURULHABIBAHAL-JABBARIYAH P17335115036

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN FARMASI

2018

(3)

3

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : SITI NURULHABIBAH AL-JABBARIYAH

NIM : P17335115036

TandaTangan :

Tanggal : 06 Juni 2018

(4)

4

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa : Karya Tulis Ilmiah dengan judul

GAMBARAN EFEK SAMPING OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD CIBABAT

PERIODE JANUARI-MEI 2018

Disusun oleh :

Nama : SITI NURULHABIBAH AL-JABBARIYAH NIM : P17335115036

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing,

Dra. Atan Tachjamirah, M.Kes.,Apt

Mengetahui:

Ketua Jurusan Farmasi

Dra. Hj. Mimin Kusmiyati, M.Si NIP. 196308111994032001

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN FARMASI

HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN FARMASI

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

(5)

5

Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan pada siding Karya Tulis Ilmiah

Program Pendidikan Diploma III JurusanFarmasi Politeknik Kesehatan Bandung

Tanggal: 6 Juni 2018

GAMBARAN EFEK SAMPING OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD CIBABAT

PERIODE JANUARI-MEI 2018

Disusun oleh:

Nama : SITI NURULHABIBAH AL-JABBARIYAH NIM : P17335115036

Penguji,

Tanda Tangan

Ketua : Dra. GanthinaSugihartina, Apt.,M.Si ( ) NIP. 196306281990032002

Anggota : Yayat Sudaryat, ST.,MT ( ) NIP. 1981001981021002

Anggota : Dra. Atan Tachjamirah, M.Kes., Apt ( )

(6)

6

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmatNya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. KTI ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi pada Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Dra.Hj. Mimin Kusmiyati, M.Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam dalam proses studi.

2. Branes Ary Wardhani, M. Farm, Apt. dan Dra. Nine Ucu Rubaah G, Apt., M.Sc selaku kepala Instalasi Farmasi RSUD Cibabat dan koordinator pelayanan yang telah memberikan kelancaran dalam proses studi dan peyusunan KTI.

3. Dra. Atan Tachjamirah, M.Kes., Apt. pembimbing karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan masukan, waktu, perhatian, motivasi serta pemahaman kepada penulis. Terimakasih atas kesabaran serta waktu yang ibu berikan di sela-sela kesibukan.

4. Lully Hanni Endarini, M.Farm., Apt. pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran dan kemudahan selama masa studi.

5. Dra. Ganthina Sugihartina, Apt., M.Si dan Yayat Sudaryat, S.T., M.T.

selaku dosen penguji pada sidang proposal KTI yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh dosen Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Farmasi, terimakasih atas ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang telah diajarkan selama menyelesaikan masa studi.

7. Nabila S.Si., Apt. yang telah memberikan kemudahan serta bimbingan dalam proses penelitian.

(7)

7

8. Seluruh petugas ruang onkologi RSUD Cibabat yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, serta rekan-rekan di instalasi farmasi yang sangat berperan dalam lancarnya proses studi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Bandung, 6 Juni 2018 Penulis,

Siti Nurulhabibah Al-Jabbariyah

(8)

8

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KTI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Bandung, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Nurulhabibah Al-jabbariyah

NIM : P17335115036

Jurusan : Farmasi Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

GAMBARAN EFEK SAMPING OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD CIBABAT

PERIODE JANUARI-MEI 2018

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandung Pada tanggal : 6 Juni 2018 Yang menyatakan,

Materai

( Siti Nurulhabibah Al-Jabbariyah)

(9)

9

GAMBARAN EFEK SAMPING OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD CIBABAT

PERIODE JANUARI-MEI 2018

Siti Nurulhabibah Al-Jabbariyah

Kanker payudara merupakan masalah kesehatan utama pada wanita di seluruh dunia. Salah satu terapi kanker payudara dengan menggunakan kemoterapi. Obat- obat kemoterapi juga menyerang sel-sel normal yang dapat menimbulkan efek samping. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran efek samping kemoterapi penyakit kanker payudara di RSUD Cibabat Cimahi. Penelitian bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data primer dari catatan efek samping kemoterapi pasien. Subjek penelitian adalah pasien kanker payudara RSUD Cibabat Cimahi yang memenuhi kriteria inklusi dengan diagnosis kanker payudara yang mendapatkan terapi obat kemoterapi selama periode Januari sampai Mei tahun 2018. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian. Dari 40 pasien yang mendapatkan kemoterapi, 37 pasien (92%) berusia di atas 40 tahun dan hanya 3 pasien (8%) yang berusia di bawah 40 tahun. Regimen kemoterapi TCH yang terdiri dari taksan, carboplatin dan trastuzumab merupakan regimen kemoterapi yang paling banyak digunakan sebanyak 10 pasien (25%). Efek samping yang sering muncul pada pasien di semua regimen kemoterapi yaitu efek samping alopesia dan mual sebanyak 40 pasien (100%). Karakteristik efek samping kemoterapi khas pada regimen TCH (taksan, carboplatin, trastuzumab) dan AC (antrasiklin, siklofosfamid) yaitu myalgia dan anemia, sedangkan TC1 (taksan,

(10)

10

siklofosfamid) dan TC2 neuropati, CF (siklofosfamid, fluoruracil) dan CAF (siklofosfamid, antrasiklin, fluoruracil) gangguan pada kulit dan kuku.

Kata kunci: Kanker payudara, kemoterapi, regimen, efek samping

(11)

11

DESCRIPTION OF BREAST CANCER CHEMOTHERAPY SIDE EFFECTS IN CIBABAT GENERAL HOSPITAL CIMAHI

BETWEEN JANUARY-MAY 2018

Siti Nurulhabibah Al-Jabbariyah

Breast cancer is main problem of women’s health in the World. One of the therapy in breast cancer is chemotherapy. Chemotherapy drugs also affect normal cells that may lead to side effects. The purpose of this study is to describe the side effects of breast cancer chemotherapy in Cibabat General Hospital Cimahi. This study is a descriptive research with primary data collected from the patient's chemotherapy side effect records. Subjects were breast cancer patients in Cibabat General Hospital Cimahi who met the inclusion criteria with a diagnosis of breast cancer and received chemotherapy drug therapy during the period of January until May 2018. The data obtained were analyzed to provide a description of the study subjects. From 40 breast cancer patients who had chemoterapy, the age of 37 patients (92%) were above 40 years old and only 3 patients (8%) were under 40 years old. TCH chemotherapy regimen consisting taxane, carboplatin, and trastuzumab werw used by 10 patients (25%) which made it the most used chemotherapy regimens in this study. Side effects which often occur in all kinds of chemoteraphy regimen were alopecia and nausea which occured in 40 patients (100%). The typical side effects occuring from TCH (taxane, carboplatin, trastuzumab) & AC (antrasiklin, cyclophosphamide) regimen were myalgia and anemia, while TC1 (taxane, cyclophosphamide) & TC2 (taxane, carboplatin) was neurophaty, and CF (cyclophosphamide, fluoruracil) &

CAF (cyclophosphamide, antrasiklin, fluoruracil) was hand-foot syndrome.

Key words: Breast cancer, chemoteraphy, regimen, side effect

.

(12)

12 Subhanallah, Walhamdulillah, Walaailaaha illalah,

Wallahuakbar.

Tiada kata selain jazakumullahu khairan pada semua yang tercinta, yang selalu menjadi spirit booster dalam setiap aktifitasku,

Kupersembahkan karya tulis yang sederhana ini pada yang kukasihi

orangtua tersayang,

Ibu Siti Rohmah dan Bapak Asep Gunawan (Alm) yang selalu menjadi sumber inspirasi dan semangat dalam mencari dan mengamalkan ilmu, semoga segala kebaikan yang kulakukan menjadi amal jariyah yang akan terus mengalir tanpa henti. Tiada yang bisa kupersembahkan selain berusaha menjadi insan yang lebih baik agar kelak

kita dapat dihimpun kembali di surgaNya yang penuh dengan kebahagiaan.

Suami tercinta,

Muhammad Hairul Azmi, pria surgawi yang Allah turunkan di bumi yang menjadi penyejuk mata dan penghapus duka lara di setiap harinya. Tetaplah menjadi wildanun mukholaduun di kehidupan kita kelak.

Ananda tersayang,

Qaisara Balqis Khawarizmi yang senyuman dan celotehnya melenyapkan lelah serta menghadirkan semangat dan sukacita.

Adinda tersayang,

Luthfi, Laili, Najmi dan Ilmi yang tiada henti mendoakan teteh agar dimudahkan segala urusan. Semoga kalian menjadi sebaik-baiknya manusia yaitu manusia yang bermanfaat bagi sesama.

Teman-teman Poltekkes jasus 2015,

terimaksih telah menjadi teman dalam perjuangan mencari ilmu. Saya bangga menjadi bagian dari kalian...

“just do the best, and let Allah do the rest”

(13)

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penenlitian... 4

1.4.1 Bagi RSUD Cibabat Cimahi ... 4

1.4.2 Bagi Akademi ... 4

1.4.3 Bagi Peneliti ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kanker Payudara ... 6

2.1.1 Epidemiologi ... 6

2.1.2 Gejala Klinis Kanker Payudara ... 6

(14)

14

2.1.3 Faktor Resiko ... 7

2.1.4 Klasifikasi Kanker Payudara ... 8

2.2 Tatalaksana ... 8

2.2.1 Pembedahan ... 9

2.2.2 Kemoterapi ... 9

2.2.3 Terapi Harmonal ... 11

2.2.4 Terapi Target ... 11

2.2.5 Radioterapi ... 11

2.2.6 Dukungan Nutrisi ... 12

2.3 Efek Samping ... 12

2.3.1 Bahaya dan Efek SampingObat Kemoterapi ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Populasi dan Sampel ... 17

3.3 Waktu dan Tempat ... 17

3.4 Cara Pengumpulan Data ... 17

3.5 Pengolahan Data ... 17

3.6 Prosedur Penelitian ... 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Hasil Penelitian ... 19

4.2 Pembahasan ... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 37

(15)

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Frekuensi efek samping kemoterapi pasien kanker payudara ... 23 Gambar 4.2 Frekuensi penggunaan regimen yang digunakan sebagai

kemoterapi pada pasien kanker payudara ... 24 Gambar 4.3 Frekuensi Efek samping kemoterapi pada regimen TCaH

pasien kanker payudara ... 25 Gambar 4.4 Frekuensi Efek samping kemoterapi pada regimen AC pasien

kanker payudara ... 26 Gambar 4.5 Frekuensi Efek samping kemoterapi pada regimen TC pasien

kanker payudara ... 27 Gambar 4.6 Frekuensi Efek samping kemoterapi pada regimen TCa pasien

kanker payudara ... 28 Gambar 4.7 Frekuensi efek samping kemoterapi pada regimen CF pasien

kanker payudara ... 29 Gambar 4.8 Frekuensi efek samping kemoterapi pada regimen CAF pasien

kanker payudara ... 30

(16)

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Data Hasi

Penelitian………....39

Lampiran 2 Tabel Data Hasil Penelitian Per Regimen………...40

Lampiran 3 Contoh Kartu Pintar

Kemoterapi………...41 Lampiran 4 Contoh Regimen Kemoterapi Kanker

Payudara…………..………...42

(17)

17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel- sel tubuh yang tidak normal atau tidak terkontrol dan mampu bermetastasis yakni menyebar dari satu organ ke organ lainnya. Kanker dapat terjadi pada organ paru- paru, prostat, kolorektal, hati, kandung kemih, esofagus, ginjal, leukimia, limfoma, leher rahim, korpus uteri, perut, tiroid, ovarium, dan payudara (Medicinus, 2016).

Menurut Harsal(2016), pengobatan pada kanker bertujuan untuk menghilangkan sel-sel kanker, mencegah berkembang dan menyebarnya sel kanker serta meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan hidup penderitanya.Terdapat beberapa jenis pengobatan pada kanker yaitu pembedahan atau operasi, kemoterapi, radioterapi, dan terapi target.

Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Faktor resiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia di atas 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik, riwayat menstruasi dini atau menarche lambat, hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dan faktor lingkungan. Klasifikasi kanker payudara terdiri dari stadium 0 hingga stadium 4 (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkandata Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru tertinggi, yaitu 43,3% dan persentase kematian akibat kanker payudara sebesar 12,9%. Insiden kanker pada perempuan di Indonesia 134 per 100.000 penduduk dengan insiden tertinggi pada perempuan adalah kanker payudarasebesar 40 per 100.000 diikuti dengan kanker leher rahim 17 per per 100.000 dan kanker kolorektal 10 per 100.000 perempuan (Infodatin, 2016).

(18)

16

Data Riskesdas menunjukkan tahun 2013 prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,0 per 1000 penduduk. Di kota Cimahi, pada tahun 2016 kasus kanker stadium lanjut yang terlapor mencapai 233 kasus dan 22,23 % diantaranya merupakan kanker payudara, 13,73 % adalah kanker leher rahim, sisanya macam-macam penyakit kanker lainnya seperti paru- paru.

Penatalaksanaan kanker payudara bergantung tipe dan stadium yang dialami penderita. Salah satu terapi yang diberikan pada kanker payudara adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker yang bertujuan membunuh sel kanker di seluruh tubuh. Obat-obat kemoterapi adalah toksik untuk semua sel sehingga selain membunuh sel-sel kanker juga mengganggu sel-sel yang normal (Smeltzer & Bare, 2008).

Obat-obat kanker (sitostatika) adalah golongan obat-obatan yang bersifat mutagenik, karsinogenik, teratogenik, dan menyebabkan kerusakan fertilitas ketika terpapapar pada sel normal. Obat-obat tersebut diantaranya yaitu fluorourasil, doxorubin, cisplatin, methotrexate dan lain-lain (Otto, 2005).Penggunaan obat-obatan kemoterapi juga memiliki efek samping yang bervariasi tergantung regimen kemoterapi yang diberikan. Berdasarkan National Cancer Institute (2007), efek samping yang dapat terjadi akibat kemoterapi dikelompokkan menjadi mual, muntah, diare, stomatitis, alopesia, rentan terinfeksi, trombositopenia, neuropati, dan myalgia (Partridge, 2001). Salah satu efek samping yang paling sering ditemukan akibat kemoterapi adalah alopesia.

Didapatkan lebih dari 80% wanita yang menjalani kemoterapi mengatakan bahwa alopesia merupakan aspek paling traumatik dari kemoterapi yang dijalaninya dan 8% pasien bahkan berhenti dari kemoterapi karena ketakutannya terhadap alopesia (Botchkarev, 2003).

Pada peneltian yang dilakukan Citra pada tahun 2012 di RSUD Dokter Soedarso Pontianak terhadap 51 pasienkanker payudaradidapat presentase efek samping kemoterapi yang paling sering yaitu alopesia 94,1%, mual 84,3%, muntah 58,8%, myalgia 39,2%, neuropati 31,4%, rentan terinfeksi 25,5%, stomatitis 23,5%, diare 19,6% serta trombositopenia 13,7%, hal ini tidakjauh

(19)

18

berbeda dengan hasil penelitian lainnya, yaitu penelitian yang dilakukan love et al., terhadap 238 pasien kanker yang menjalani kemoterapi didapatkan empat efek samping tersering yaitu alopesia sebanyak 89%, mual 87%, lelah 86%, dan muntah 54%.

Berdasarkan latar belakangdi atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran efek samping obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUD Cibabat periode Januari-Mei 2018.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana gambaranefeksamping obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUD Cibabat periode bulan Januari sampai Mei 2018?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui prevalensi kejadian efek samping pada pasienkanker payudara yang mendapat kemoterapi

2) Mengetahui jenis dan persentase efek samping pada pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi pada setiap regimen.

3) Mengetahui persentase kejadian kanker payudara yang mendapat kemoterapi berdasarkan usia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi RSUD Cibabat Cimahi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efek samping yang terjadi pada pasien kanker payudara yang mendapatkan pengobatan kemotertapi sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam penanganan efek samping kemoterapi sertapenatalaksanaan kemoterapi menjadi lebih tepat dan dicapai pengobatan yang lebih baik.

1.4.2 Bagi Akademi

Merupakan tambahan literatur yang dapat memperluas pengetahuan dan referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya.

(20)

18

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberi pengetahuan dan wawasan mengenai gambaran efek samping obat kemoterapi pada pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi di RSUD Cibabat Cimahi serta sebagai proses penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.

(21)

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.

Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh secara infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastasis (Suryana, 2008).

2.1.1 Epidemiologi

Kanker payudara adalah salah satu kanker yang paling umum di dunia dan merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Di Amerika Serikat lebih dari 160.000 wanita mengalami kanker payudara setiap tahun, dan 40.000 perempuan meninggal setiap tahun karena keganasan ini. Kira-kira 1 dari 9 wanita di Amerika Serikat akan menderita kanker payudara, walaupun 1% kasus terjadi pada pria. Risiko meningkat dengan usia, dan meningkat pesat saat menopause.

Risiko besar terjadi pada wanita usia 60 tahun ke atas, dan memiliki kesempatan 3-4% menderita kanker payudara selama 1 dekade kehidupan mereka (Weiss, 1995). Kanker payudara adalah penyakit dominan peradaban barat. Ini adalah kanker paling umum pada wanita dan penyebab kematian paling umum pada perempuan antara usia 35 dan 55. Di Inggris setiap tahun, lebih 24.000 kasus baru yang didiagnosis dan 30.000 perempuan kondisi meninggal. Kanker payudara sangat jarang terjadi sebelum usia 25 (Churchill, 1990).

Jumlah kasus baru kanker payudara di Afrika Utara dan Asia Timur mencapai 27 kasus per 100.000. Di Indonesia sendiri, diketahui insiden kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan pada tahun 2012 (Infodatin, 2016).

2.1.2 Gejala Klinis Kanker Payudara

Gejala kanker payudara dapat terdeteksi ketika benjolan atau massa tumbuh cukup besar, baik dirasakan atau dilihat pada mamografi. Gejala kanker payudara sering belum terdeteksi sampai kanker itu sudah dalam tahap lanjut, dan mungkin sudah metastasis ke daerah vital tubuh. Untuk itu, penting bagi wanita memeriksakan diri secara teratur. Gambaran klinis yang dapat ditemukan yaitu (1) Benjolan pada payudara, keras atau lembut, (2) nyeri, yang bervariasi dengan

(22)

18

siklus haid dan independen dari siklus haid, (3) perubahan pada kulit payudara (skin dimpling-skin ulcer-peau d'orange), (4) gangguan puting (puting tertarik ke dalam, ruam yang melibatkan puting atau areola, atau keduanya) (Churchill 1990).

2.1.3 Faktor Risiko

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki faktor risiko. Faktor risiko tersebut diuraikan di bawah ini 1) Umur

Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause.

Kanker dapat didiagnosis pada wanita pre-menopause atau sebelum usia 35 tahun, dimana kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah (Dipiro et al., 2008).

2) Riwayat Keluarga

Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko akan lebih tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara (Isselbacher et al., 2000).

3) Riwayat Kanker Payudara

Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang lainnya (McPherson et al., 2000).

4) Riwayat Reproduksi dan Menstruasi

Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas, dan

(23)

18

menopause yang terlambat (di atas 55 tahun) berhubungan juga dengan peningkatan risiko kanker (Rasjidi, 2010).

5) Wanita dengan Riwayat Terapi Radiasi pada Daerah Dada

Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara) sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan meningkat di kemudian hari (McPherson et al., 2000).

6) Overweight

Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi androstenedione menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan estrogenjangka panjang (Dipiro et al., 2008).

7) Diet

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko kanker (Dipiro et al., 2008).

2.1.4 Klasifikasi Kanker Payudara

Klasifikasi Histopatologi berdasarkan Kriteria WHO (WHO, 2012) 2.1.4.1.Kanker Payudara Non Invasive

Kanker payudara non invansif adalah kanker payudara yang tidak menyebar. Bila sel kanker terbentuk dalam saluran air susu tetapi belum menyebar maka kanker payudara ini dikenal sebagai DCIS (ductal carcinoma in situ) atau kanker payudara dalam saluran. Sedangkan apabila kanker payudara terbentuk pada lobus, kanker payudara ini disebut LCIS (lobular carcinoma in situ).

2.1.4.2. Kanker Payudara Invasive

Kanker payudara invansive dikenal sebagai penyakit Paget’syang berupa erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, maupun eksim kronik yang halus. Kanker payudara invansif mungkin juga muncul pada ductus yang sebagian besar (80%) adalah kanker payudara pada

(24)

18

ductus dengan pembentukan jaringan. Tipe lain adalah kanker payudara pada medula (bagian tengah) yang berhubungan heriditer.

2.2 Tatalaksana

Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat (termasuk penetapan stadium). Penetapan stadium dilakukan secara histopatologik dan radiologik. Bila jenis dan tingkat keparahan telah ditetapkan maka ada prosedur tetap untuk terapinya. Diagnosa dan terapi pada kanker payudara haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan oleh luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler- signaling. Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, comorbid, evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.

Berikut ini adalah tatalaksana pada kanker payudara 2.2.1 Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker payudara. Tindakan pembedahan dikenal dengan istilah mastektomi yaitu pembedahan pada jaringan payudara untuk mengambil jaringan payudara karena indikasi dan pengobatan kanker payudara. Selain sebagai terapi pada kanker payudara, mastektomi juga dapat dilakukan sebagai diagnosa.

2.2.2 Kemoterapi

Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau kombinasi beberapa obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahapsebanyak 6-8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima.

Kombinasi beberapa obat pada kemoterapi yang telah menjadi standar diantaranya

(25)

18

1) CMF (siklofosfamid, methotrexate, fluorouracil)

Siklofosfamid 100mg/m2 hari ke 1 sampai hari ke 14 (oral), dapat diganti dengan injeksi siklofosfamid 500mg/m2, hari ke 1 dan 8; methotrexate 50mg/m2 IV, hari ke 1 dan 8; 5 fluorouracil 500mg/m2, hari ke 1 dan 8. Interval 3-4 minggu, 6 siklus.

2) CAF (siklofosfamid, doxorubicin, fluorouracil)

Siklofosfamid 500mg/m2, hari 1; doxorubicin 50mg/m2, hari ke 1; 5 fluorouracil 500mg/ m2, hari ke 1, Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus.

3) CEF (siklofosfamid, epirubicin, fluorouracil)

Siklofosfamid 500mg/m2, hari 1; epirubicin 70mg/m2, hari ke 1; 5 fluoro uracil 500mg/ m2, hari ke 1. Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus.

4) AC (antrasiklin, siklofosfamid)

Adriamicin 80 mg/m2,hari ke 1; siklofosfamid 600 mg/m2,hari ke 1. Interval 3-4 minggu, 4 siklus.

5) TA (taksan, doxorubicin)

Paclitaxel 170 mg/m2, hari ke 1; doxorubin 90 mg/m2, hari ke 1. Atau, docetaxel 90 mg/m2, hari ke 1; doxorubin 90 mg/m2, hari ke 1. Interval 3 minggu/21 hari, 4 siklus.

6) ACT TC (cisplatin, docetaxel)

Cisplatin 75 mg/m2, hari ke 1; docetaxel 90 mg/m2, hari ke 1. Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus.

(PPKP, Kemenkes RI)

Adapun regimen terapi yang sering digunakan pada pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi di RSUD Cibabat yaitu:

1) Taksan, carboplatin dan trastuzumab (TCH) 2) Antrasiklin dan siklofosfamid (AC)

3) Taksan dan siklofosfamid (TC1) 4) Taksan dan carboplatin (TC2) 5) Siklofosfamid dan fluoruracil (CF)

6) Siklofosfamid, antrasiklin dan fluoruracil (CAF)

(26)

18

2.2.3 Terapi Hormonal

Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan pilihan kemo atau hormonal. Terapi hormonal diberikan pada kasus- kasus dengan hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. Terapi hormonal direkomendasikan untuk kemoterapi yang memberikan obat tunggal atau berupa gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi, biasanya diberikan secara bertahap sebanyak 6-8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima. Terapi hormonal berupa pemberian anti estrogen seperti tamoksifen.

2.2.4 Terapi Target

Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.

Herceptin merupakan monoklonal antibodi pertama untuk perawatan kanker payudara metastatik pada terapi target. Dosis yang digunakan 4 mg/kg berat badan, kemudian 2 mg/kg berat badan tiap minggu seterusnya. Efek samping terjadi pada pasien paling sedikit 40%, terutama pada dosis yang pertama (Perry etal.,1999).

2.2.5 Radioterapi

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif. Radioterapi kuratif ajuvan bertujuan untuk meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena kanker payudara, sedangkan radioterapi paliatif diberikan pada kanker payudara yang bermetastasis ke tulang dan menimbulkan rasa nyeri, metastasis otak, kanker payudara yang disertai ulkus berdarah dan berbau, dan kanker payudara setelah kemoterapi dosis penuh. Tujuan paliatif diberikan untuk meredakan gejala sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.

2.2.6 Dukungan Nutrisi

Saat ini, prevalensi obesitas meningkat di seluruh dunia, dan obesitas diketahui akan meningkatkan risiko kanker, termasuk kanker payudara. Obesitas dapat memengaruhi hasil klinis terapi kanker. Prevalensi kaheksia pada pasien

(27)

18

kanker payudara rendah, meskipun demikian, pasien tetap memerlukan tatalaksana nutrisi secara adekuat.

2.3 Efek Samping

Terapi dengan menggunakan obat terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas atau mempertahankan hidup pasien. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau gejalanya.

Tetapi ada hal-hal yang tidak dapat diprediksikan dalam pemberian obat, yaitu kemungkinan terjadinya masalah terkait obat yang tidak diharapkan, salah satunya adalah efek samping dari pemberian suatu obat.

Setiap obat memiliki kemungkinan untuk menyebabkan efek samping obat, karena seperti halnya efek farmakologi efek samping obat juga merupakan hasil interaksi antara molekul obat dengan sistem biologik tubuh. Risiko efek samping obat tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat ditekan dan dikurangi seminimal mungkin dengan mengetahui kondisi yang mendorong terjadinya efek samping, mengetahui sifat obat, serta mengetahui cara pemakaian yang tepat.

Faktor risiko yang mendorong terjadinya efek samping dapat berasal dari individu pasien, misalnya fisiologik (umur, konstitusi tubuh, jenis kelamin, faktor patologi, faktor alergi, faktor genetik). Faktor risiko juga dapat berasal dari obat, misalnya formulasi, kemurnian, dosis, dan frekuensi pemberian. Di samping itu faktor risiko juga dapat berasal dari cara pemakaian obat, misalnya pemakaian obat kombinasi. Banyak diketahui bahwa semakin banyak pemakaian obat, semakin sering frekuensi timbulnya efek samping obat (Suryawati, 1995).

Efek samping dapat menimbulkan kemungkinan dampak negatif, diantaranya kegagalan pengobatan, timbulnya keluhan penyakit baru yang semula tidak diderita oleh pasien, biaya yang harus ditanggung terkait kegagalan terapi, dan efek psikologi terhadap pasien yang mempengaruhi keberhasilan terapi seperti menurunnya kepatuhan berobat.

(28)

18

2.3.1 Bahaya dan Efek Samping Obat Kemoterapi

Kebanyakanobat kemoterapi berbahaya bagi orang sehat. Hal ini membuat penggunaan obat kemoterapi perlu untuk diperhatikan dan diperketat, baik itu dalam penggunaannya maupun penyimpanannya dikarenakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya gangguan akibat kontak seseorang dengan senyawa sitotoksik tersebut, termasuk juga bagi para praktisi kesehatan. Obat kemoterapi sendiri berbahaya karena dapat bersifat mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik, serta dapat mengakibatkan iritasi dan gangguan pada kulit.

Beberapa efek samping yang terjadi, yang efeknya tergantung dari tipe obat yang digunakan, dosis obat serta lamanya terapi yang dilakukan, antara lain:

1) Efek pada sel darah

Kemoterapi mengakibatkan gangguan pembentukan sel darah di sumsum tulang belakang, sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti risiko terjadinya infeksi, anemia, serta kerentanan terjadinya luka dan pendarahan (Febiani, 2017).

2) Efek pada pertumbuhan rambut

Kemoterapi dapat menyebabkan terjadinya alopesia atau kerontokan pada rambut. Efek kerontokan rambut ini seringkali terjadi pada 2-3 minggu setelah terapi dimulai, meskipun dalam beberapa kasus hal ini dapat terjadi hanya dalam beberapa hari setelah terapi dimulai. Rambut tersebut dapat kembali tumbuh setelah terapi selesai, namun seringkali tumbuh dengan tekstur dan warna rambut yang berbeda dari sebelumnya (Amoh, 2007).

3) Efek pada sistem pencernaan

Beberapa agen kemoterapi dapat mempengaruhi sistem pencernaan dan mengakibatkan beberapa gangguan seperti mulut kering dan terasa pahit, perubahan pada nafsu makan mual muntah serta diare dan konstipasi. Efek samping mual muntah merupakan salah satu efek samping yang sering terjadi pada pengobatankemoterapi. Mual dan muntah termasuk ke dalam early side efects, dimana efek samping ini seringkali terjadi dalam rentang waktu 1-24 jam setelah pemberian agen kemoterapi, meskipun juga kadang terjadi pada waktu

(29)

18

lebih dari 24 jam setelah pemberian agen kemoterapi. Agen sitotoksik ini mengakibatkan terjadinya efek mual muntah karena terjadinya stimulasi pada reseptor yaitu chemoreceptor trigger zone (CTZ). Tingkat risiko terjadinya efek samping ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti emetic risk dari agen kemoterapi dan regimen yang digunakan, faktor spesifik dari pasien, serta pola emesis setelah pemberian agen kemoterapi yang spesifik dan regimennya (Dipiro et al., 2008).

4) Efek pada kulit dan jari

Pada pengguanaan agen kemoterapi dapat juga terjadi efek pada kulit seperti kemerahan, gatal, mengelupas, kering, dan timbulnya jerawat. Selain itu pada beberapa agen kemoterapi juga dapat mengakibatkan kulit menjadi sensitif, terutama terhadap sinar matahari.Beberapa obat kemoterapi seperti doxorubicin dapat menyebabkan iritasi pada telapak tangan dan kaki, yang disebut dengan hand-foot syndrome. Sindrom ini ditandai dengan beberapagejala seperti mati rasa, geli, dan kemerahan. Pada kondisi yang semakin parah gejala yang dapat terjadi yaitu bengkak dan nyeri (Dipiro et al., 2008).

5) Efek padasiklus menstruasi dan fertilitas

Pada beberapa wanita, terutama pada wanita yang masih muda, perubahan waktu menstruasi merupakan salah satu efek samping pada pengobatankemoterapi yang sering kali terjadi. Menopause yang prematur serta infertilitas dapat pula terjadi bahkan secara permanen, serta meningkatkan risiko terjadinya kerapuhan tulang dan osteoporosis.Sedangkan pada pria, agen kemoterapi juga dapat mengakibatkan gangguan pada testis yang menimbulkan terjadinya infertilitas.

Hal ini dapat terjadi karena agen kemoterapi menurunkan jumlah produksi dan mengganggu morfologi sperma yang dihasilkan (Dipiro et al., 2008).

6) Neuropati

Beberapa obat kemoterapi seperti paclitaxel yang digunakan untuk mengobati kanker payudara dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem saraf. Hal ini menimbulkan gejala seperti rasa nyeri, rasa terbakar dan geli serta sensitif terhadap dingin dan panas (Dipiro et al., 2008).

(30)

18

7) Gangguan pada jantung

Obat-obat seperti doxorubicin memiliki efek samping berupa gangguan pada jantung. Hal ini dapat terjadi jika digunakan dosis tinggi dan durasi yang panjang (Dipiro et al., 2008).

8) Efek samping lain

Efek samping lain yang dapat terjadi antara lain peningkatan terjadinya risiko leukimia, gangguan memori dan konsentrasi, reaksi alergi, gangguan penglihatan dan pendengaran, kerusakan jaringan (ekstravasasi), serta gangguan ginjal dan liver (Dipiro et al., 2008).

(31)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitianyang digunakan yaitu rancangan penelitian deskriptif untuk menggambarkan efek samping obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUD

Cibabat Cimahi pada periode Januari-Mei 2018.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data pasien kanker payudara yang diberikan pengobatan kemoterapi di RSUD Cibabat Cimahi yaitu sebanyak 40 pasien.

3.2.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil seluruh populasi (sensus) yaitu data pasien kanker payudara yang diberikan pengobatan kemoterapi.

3.2.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel Kriteria Inklusi

Data pasien kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi.

Kriteria Ekslusi

Data pasien yang telah mengalami metastasis.

3.3 Waktu dan Tempat

Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2018 sampai Mei 2018.

Tempat dilakukan penelitian ini yaitu ruang onkologi yang bertempat di gedung E lantai 4, RSUD Cibabat dengan alamat lengkap Jl. Jend. H. Amir Machmud No.140, Kota Cimahi, Jawa Barat, Kode Pos 40522. Layanan kontak yang bisa diakses untuk RSUD Cibabat adalah telepon dengan nomor (022) 6649113 dan Fax 022664911.

(32)

18

3.4 Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan secara konkuren berupa data efek samping kemoterapi yang didokumentasikan dalam suatu form yang bernama kartu pintar pasien kemoterapi.

Kartu ini berisi tentang data pasien, regimen kemoterapi, serta efek samping kemoterapi yang dialami oleh pasien dalam setiap siklus kemoterapi. Cara yang digunakan untuk

pengumpulan data yaitu 1) Data pasien kemoterapi dikumpulkan.

2) Data yang diambil hanya dengan diagnosa kanker payudara.

3) Data diseleksi untuk dipisahkan dengan data yang termasuk dalam kriteria ekslusi.

3.5 Cara Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan dengan langkah-langkah berikut ini 1) Data efek samping dipindahkan dalam sebuah tabel induk.

2) Data pasien dihitung dan dipresentasekan berdasarkan kriteria usia.

3) Data dihitung dan dipresentasekan jumlah kejadian efek sampingnya.

4) Data efek samping dihitung dan dipresentasekan berdasarkan regimen terapi.

5) Data disajikan dalam bentuk diagram dan grafik.

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.

3.6.1 Tahap Persiapan

1) Menyusun proposal penelitian.

2) Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing.

3) Membuat surat pengajuan permohonan izin penelitian dari Politeknik Kesehatan Bandung yang dibutuhkan untuk melakukan proses penelitian ke RSUD Cibabat.

(33)

18

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan studi pendahuluan ke RSUD Cibabat untuk mengetahui gambaran awal mengenai efek samping pada pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi.

2) Melakukan perizinan pengumpulan data terkait pada pihak berwenang (RSUD Cibabat).

3) Melaksanakan pengumpulan data gambaran efek samping pada pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi di RSUD Cibabat periode Januari-Mei 2018.

4) Melaksanakan pengolahan dan menganalisa data.

5) Mendeskripsikan data sehingga didapat satu kesimpulan bagaimana efek samping pada pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi, mengetahui prevalensi kejadian efek samping, dan karekteristik efek samping yang terjadi tiap regimen kemoterapi kanker payudara.

3.6.3 Tahap Pelaporan

1) Hasil akhir penelitian disusun menjadi sebuah KTI.

2) Laporan akhir KTI diujikan pada saat sidang akhir KTI.

(34)

18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.5 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, selama periode Januari sampai Mei 2018 didapatkan 40 data pasien yang menjadi sampel penelitian, dan 5 data pasien termasuk ke dalam kriteria ekslusi yaitu data pasien kanker payudara yang telah mengalami metastasis. Dari data tersebut diketahui bahwa karakteristik usia pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi di RSUD Cibabat selama periode Januari sampai Mei 2018 kebanyakan adalah wanita dengan usia di atas 40 tahun.

Gambar 4.5 Frekuensi pasien kanker payudara berdasarkan usia

Dari jumlah sampel sebanyak 40 data pasienhanya 3 pasien (8%) yang berusia di bawah 40 tahun, sedangkan sisanya yaitu 37 pasien (92%) berusia di atas 40 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan efek samping yang paling sering dikeluhkan pasien setelah kemoterapi adalah alopesia dan mual, sedangkan yang

8%

92%

n= 40 Usia < 40 tahun Usia > 40 tahun

(35)

18

paling sedikit yaitu alergi. Semua pasien mengalami alopesia dan mual setelah melakukan kemoterapi.

Gambar 4.1 Frekuensi efek samping kemoterapi pasien kanker payudara RSUD Cibabat periode Januari sampai Mei 2018

Dari gambar tersebut diketahui efek samping yang paling banyak yaitu alopesia sebanyak 100%, mual sebanyak 100%, diikuti oleh gangguan pada kuku dan kulit sebanyak 60%, myalgia sebanyak 60%, neuropati sebanyak 50%, anemia sebanyak 45%, lelah sebanyak 35% muntah sebanyak 33%, diare sebanyak 18%, stomatitis sebayak 30%, dan yang paling kecil yaitu alergi sebanyak 3%.

Terdapat enam jenis regimen yang digunakan sebagai kemoterapi pada pasien kanker payudara yang memenuhi syarat kriteria inklusi di RSUD Cibabat selama periode Januari hingga Mei 2018, yaitu

100% 100%

60% 60%

50%

45%

35% 33%

30%

18%

3%

n= 40

(36)

18

1. Taksan, carboplatin dan trastuzumab (TCH) 2. Antrasiklin dan siklofosfamid (AC)

3. Taksan dan siklofosfamid (TC1) 4. Taksan dan carboplatin (TC2) 5. Siklofosfamid dan fluoruracil (CF)

6. Siklofosfamid, antrasiklin dan fluoruracil (CAF)

Penggunaan regimen paling banyak pada pasien kanker payudara selama periode Januari sampai Mei 2018 yaitu TCH dan yang paling sedikit regimen TC1.

Gambar 4.2 Frekuensi regimen yang digunakan sebagai kemoterapi pada pasien kanker payudara RSUD Cibabat periode Januari sampai Mei 2018

Dari gambar di atas diketahui bahwa selama periode Januari sampai Mei 2018 regimen kemoterapi yang paling banyak digunakan yaitu TCH 25%, CAF 23%, TC2 18%, AC 15%, CF 13% dan yang paling sedikit yaitu TC1 sebanyak 8%.

Setiap regimen menunjukan frekuensi munculnya efek samping yang berbeda-beda.Regimen TCH yang terdiri dari obat golongan taksan, carboplatindan herceptin yang berisi trastuzumab tingkat efek samping tertinggi yaitu alopesia, mual, myalgia dan anemia.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

TCH AC TC1 TC2 CF CAF

n=40

(37)

18

Gambar 4.3 Frekuensi Efek samping kemoterapi pada regimen TCH pasien kanker payudara RSUD Cibabat periode Januari sampai Mei 2018

Pada regimen TCH ini, efek samping tertinggi tetap alopesia dan mual dengan nilai presentase 100%, kemudian myalgia sebanya 70%, anemia 60%, gangguan pada kuku dan kulit 50%, merasa lelah 40%, stomatitis 30%, muntah, diare dan neuropati sebanyak 20%.

Regimen AC yang merupakan kombinasi obat golongan antrasiklin dan siklofosfamid efek samping yang paling sering muncul hampir sama dengan regimen TCH yaitu alopesia, mual, anemia serta gangguan kuku dan kulit.

Berbeda dengan regimen TCH, pada regimen AC tidak ada satupun pasien yang mengeluh mengalami alergi.

100% 100%

70%

60%

50%

40%

30%

20% 20% 20%

10%

n= 40

(38)

18

Gambar 4.4 Frekuensi Efek samping kemoterapi pada regimen AC pasien kanker payudara RSUD Cibabat periode Januari sampai Mei 2018

Pasein yang mendapatkan regimen AC, keluhan efek sampingnya yaitu alopesia dan mual 100%, myalgia 83%, anemia, gangguan kuku dan kulit serta neuropati sebanyak 50%, kemudian diikuti oleh diare, stomatitis dan merasa lelah sebanyak 33% dan yang paling sedikit yaitu muntah 17%.

Kombinasi golongan obat taksan dan siklofosfamid adalah regimen TC1.

Pada regimen ini keluhan efek samping terbanyak adalah alopesia, mual, neuropati muntah dan myalgia, dan tidak ada satupun pasien yang mengeluh stomatitis dan alergi.

100% 100%

83%

50% 50% 50%

33% 33% 33%

17%

0%

n= 40

(39)

18

Gambar 4.5 Frekuensi Efek samping kemoterapi pada regimen TC1 pasien kanker payudara RSUD Cibabat periode Januari sampai Mei 2018

Efek samping yang dikeluhkan pasien yang mendapat regimen TC1 pada kemoterapinya yaitu alopesia, mual dan neuropati 100%, muntah dan myalgia 67%, diare, anemia, gangguan kuku dan kulit serta rasa lelah sebanyak 33%.

Regimen TC2 yang terdiri dari obat golongan taksan dan carboplatin, pasien yang dikemoterapi menggunakan regimen ini mengalami efek samping terbanyak yaitu alopesia, mual, neuropati, serta gangguan kuku dan kulit.

100% 100% 100%

67% 67%

33% 33% 33% 33%

0% 0%

n= 40

(40)

18

Gambar 4.6 Frekuensi Efek samping kemoterapi pada regimen TC2 pasien kanker payudara RSUD Cibabat periode Januari sampai Mei 2018

Pada regimen TC2 keluhan efek samping dari pasien yaitu alopesia dan mual 100%, neuropati 71%, gangguan kuku dan kulit sebanyak 57%, muntah, anemia dan lelah sebanyak 43%, diare dan myalgia sebanyak 29% dan tidak ada satupun pasien yang mengeluh mengalami stomatitis dan alergi.

Pasien yang mendapat kemoterapi dengan regimen kombinasi siklofosfamid dan fluoruracil, mengalami efek samping terbanyak yaitu alopesia, mual, anemia, gangguan kuku dan kulit serta stomatitis.

100% 100%

71%

57%

43% 43% 43%

29% 29%

0% 0%

n= 40

(41)

18

Gambar 4.7 Frekuensi efek samping kemoterapi pada regimen CF pasien kanker payudara RSUD Cibabat periode Januari sampai Mei 2018

Efek samping yang dialami pasien dengan regimen CF yaitu alopesia dan mual sebanyak 100%, anemia, gangguan kuku dan kulit serta stomatitis sebanyak 60%, muntah dan myalgia sebanyak 40%, neuropati sebanyak 20%, dan tidak ada satu pasienpun yang mengalami diare, rasa lelah dan alergi.

Regimen yang terakhir yaitu CAF, merupakan regimen yang terdiri dari siklofosfamid, obat golongan antrasiklin dan fluoruracil. Efek samping yang dirasakan pasien dengan regimen ini yaitu alopesia, mual, gangguan kuku dan kulit serta myalgia dan neuroparti.

100% 100%

60% 60% 60%

40% 40%

20%

0% 0% 0%

n= 40

(42)

18

Gambar 4.8 Frekuensi efek samping kemoterapi pada regimen CAF pasien kanker payudara RSUD Cibabat periode Januari sampai Mei 2018

Pada regimen ini, efek samping yang dikeluhkan pasien yaitu alopesia dan mual sebanyak 100%, ganguan kuku dan kulit sebanyak 89%, myalgia 67%, neuropati 56%, stomatitis dan lelah sebanyak 44%, muntah serta anemia 33%, dan tidak ada satupun pasien yang mengeluh diare dan alergi.

1.6 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi kejadian efek samping kemoterapi pada pasien kanker payudara. Selain itu, juga untuk

100% 100%

89%

67%

56%

44% 44%

33%

22%

0% 0%

n= 40

(43)

18

megetahui jenis dan presentase efek samping yang terjadi berdasarkan penggunaan regimen, serta untuk melihat karakteristik usia pasien kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi di RSUD Cibabat selama periode Januari sampai Mei 2018.

Data yang didapatkan selama 5 bulan tersebut, sebanyak 45 pasien dan 5 diantaranya termasuk ke dalam kriteia ekslusi, dimana pasien kanker payudara tersebut telah mengalami penyebaran sel kanker ke organ lain selain payudara, oleh karena itu tidak dijadikan sampel sebab keluhan yang mereka alami akan semakin banyak sehingga dapat mengganggu akurasi hasil penelitian.

Pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi selama periode Januari sampai Mei 2018 kebanyakan berusia di atas 40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mishermaliyani tahun 2009 yang menyebutkan bahwa karakteristik usia pasien kanker payudara yaitu di atas 40 tahun. Usia sebagai factor risiko kanker payudara diduga berhubungan dengan paparan estrogen dan progesteron yang berpengaruht erhadap payudara (Tjindarbumi, 2004). Walaupun demikian, tidak ada keterkaitan antara usia pasien dengan munculnya efek samping yang dialami pasien.

Frekuensi efek samping terbanyak pada semua regimen yaitu alopesia dan mual mencapai angka 100%, hal ini menunjukan bahwa keseluruhan sampel data pasien mengalami kerontokan rambut dan rasa mual setelah melakukan kemoterapi. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Citra Tri tahun 2012 pada terhadap 51 pasien yang menjalani kemoterapi yaitu alopesia dialami oleh 48 pasien (94,1%), dan mual pada 43 pasien (84,3%). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Griffin et al., tahun 1996 terhadap 155 pasien yang menjalani kemoterapi juga mendapatkan efek samping tersering yang sama yaitu alopesia pada 74% pasien dan mual pada 73%

pasien.

Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi menargetkan semua sel yang dapat membelah dengan cepat. Folikel rambut merupakan salah satu sel dengan laju pertumbuhan yang cepat dalam tubuh sehingga ikut terganggu oleh agen

(44)

18

kemoterapi. Alopesia bersifat reversible, setalah kemoterapi dihentikan rambut dapat kembali tumbuh dengan normal.

Mual sebagai efek samping kemoterapi terjadi karena agen kemoterapi dapat menstimulasi chemoreceptor trigger zone (CTZ) yang merupakan vomiting centre yang terdapat di medulla oblongata pada bagian otak. Setiap obat kemoterapi memiliki nilai emetogenicity yang menunjukkan tingkat kemampuannya dalam merangsang rasa mual (Dipiro et al., 2008).

Regimen yang paling sering digunakan pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi selama periode Januari sampai Mei 2018, di RSUD Cibabat yaitu regimen TCH yang terdiri dari obat golongan taksan yaitu paclitaxel ataupun docetaxel, obat golongan platin berupa cisplatin ataupun carboplatin serta herceptin yaitu trastuzumab yang merupakan terapi monoklonal yang dikombinasikan sebagai kemoterapi pada kanker payudara. Trastuzumab ini digunakan khusus pada pasien dengan hasil HER2 positif tiga pada pemeriksaan imunohistokimia. HER2 atau Human Epidermal growth factor Receptor 2 merupakan reseptor yang berkaitan dengan peningkatan aktifitas sel kanker (Hamdani 2004). Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa regimen TCH yang merupakan kombinasi taksan, siklofosfamid, trastuzumab (25%) merupakan regimen yang paling sering digunakan dibandingkan dengan regimen lainnya. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk., terhadap 32 kasus kanker payudara yang menyimpulkan bahwa penderita yang mengalami ekspresi HER2 adalah sebesar 18 kasus (56,2%), sedang yang tidak mengalami ekspresi HER2 sebesar 14 kasus (43,8%).

Selain alopesia dan mual kombinasi taksan dan platin memiliki efek samping myalgia, flebitis, depresi sumsum tulang, reaksi hipersensitivitas, dan hipotensi (Ehrenpreis, 2001). Begitu pula trastuzumab memiliki efek samping depresi sumsum tulang (Kurnia, 2014). Pada penelitian ini efek samping yang dialami pasien dengan regimen TCH (taksan, siklofosfamid, trastuzumab) yakni alopesia dan mual dengan angka 100%, serta myalgia mencapai 70% dan anemia 60%. Depresi sumsum tulang dapat menimbulkan menurunnya produksi sel darah merah, sehingga terjadi anemia. Anemia yang terjadi sebagai efek samping

(45)

18

kemoterapi dievaluasi dengan melihat hasil pemeriksaan laboratorium hematologi rutin dari pasien pada kunjungan kemoterapi sebelumnya, untuk memastikan bahwa anemia yang dialami pasien bukanlah penyakit yang diderita pasien sebalum melakukan kemoterapi.

Regimen AC terdiri dari antrasiklin dan siklofosfamid. Penggunaan siklofosfamid sebagai agen kemoterapi menyebabkan beberapa efek samping berupa mual, muntah, leukopenia, anemia, dan sistitis hemoragik (Marina, 2013).

Sedangkan antrasiklin memiliki efek samping terbanyak berupa alopesia, mual, myalgia dan neuropati (Citra, 2012). Dari penelitian yang telah dilakukan pasein yang mendapatkan regimen AC, mengalami efek samping alopesia dan mual 100%, myalgia 83%, anemia, gangguan kuku dan kulit serta neuropati sebanyak 50%, dan tidak satupun pasien yang megalami alergi.

Taksan memiliki efek samping myalgia, flebitis, depresi sumsum tulang, reaksi hipersensitivitas, dan hipotensi (Ehrenpreis, 2001). Penggunaan siklofosfamid sebagai agen kemoterapi menyebabkan beberapa efek samping berupa mual, muntah, leukopenia, anemia, dan sistitis hemoragik (Marina, 2013).

Dari hasil penelitian terhadap sampel efek samping yang dikeluhkan pasien yang mendapat regimen TC1 (taksan, siklofosfamid) pada kemoterapinya yaitu alopesia, mual dan neuropati 100%, muntah dan myalgia 67%.

Pada regimen TC2, kombinasi obat yang digunakan adalah taksan dan platin yang memiliki efek samping myalgia, flebitis, depresi sumsum tulang, reaksi hipersensitivitas, dan hipotensi (Ehrenpreis, 2001). Pada penelitian ini, pasien yang dikemoterapi dengan regimen TC2 (taksan, carboplatin) mengalami efek samping terbanyak yaitu alopesia dan mual 100%, neuropati 71%, serta gangguan kulit dan kuku.

Efek samping regimen CF yang terdiri siklofosfamid dan fluouracil yaitu depresi sumsum, alopesia, angina, karsinogen dan hepatotoksik (Baretta, 1991).

Pada penelitian ini diperoleh hasil efek samping terbanyak yaitu alopesia dan mual sebanyak 100%, anemia, gangguan kuku dan kulit serta stomatitis sebanyak 60%. Efek samping karsinogenik dari regimen CF (siklofosfamid, fluoruracil) dapat menimbulkan gangguan pada kuku dan kulit serta stomatitis.

(46)

18

Regimen CAF yang terdiri dari siklofosfamid, antrasiklin dan fluoruracil memiliki efek samping mual, muntah, alopesia, depresi sumsum, chemical cytitis, kardiotoksik, karsinogenik, hepatotoksik dan angina (Baretta, 1991). Semua sampel penelitain mengalami mual dan alopesia. Namun, sedikit berbeda dengan literatur, pada penelitian ini,efek samping lain yang dialami pasien dengan regimen CAF (siklofosfamid, antrasiklin, fluoruracil) ganguan kuku dan kulit sebanyak 89%, myalgia 67%, neuropati 56%. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena semua agen kemoterapi bekerja terhadap siklus sel, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan pada kuku dan kulit dapat terjadi karena kuku dan kulit merupakan salah satu jaringan yang regenerasi selnya berlangsung cepat. Efek samping agen kemoterapi terhadap sel saraf dan otot juga dapat mengakibatkan terjadinya myalgia dan neuropati.

(47)

18

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.7 Kesimpulan

1. Usia pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi 92% berusia di atas 40 tahun.

2. Efek samping yang paling banyak pada pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi yaitu alopesia dan mual sebanyak 100%, diikuti oleh gangguan pada kuku dan kulit sebanyak 60%, myalgia sebanyak 60%.

3. Efek samping paling banyak berdasarkan regimen:

a. TCH (taksan, siklofosfamid, trastuzumab): alopesia dan mual 100%, kemudian myalgia 70%, anemia 60%.

b. AC (antrasiklin, silofosfamid): alopesia dan mual 100%, myalgia 83%.

c. TC1 (taksan, sikofosfamid): alopesia, mual dan neuropati 100%, muntah dan myalgia 67%.

d. TC2 (taksan, carboplatin): alopesia dan mual 100%, neuropati 71%, gangguan kuku dan kulit 57%.

e. CF (siklofosfamid, fluoruracil): alopesia dan mual sebanyak 100%, anemia, gangguan kuku dan kulit serta stomatitis 60%.

f. CAF (siklofosfamid, antrasiklin, fluoruracil): alopesia dan mual sebanyak 100%, ganguan kuku dan kulit 89%, myalgia 67%, neuropati 56%.

1.8 Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran efek samping kemoterapi dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil penelitian dengan akurasi yang lebih baik.

2. Dilakukan penelitian lebih spesifikterhadap satu regimen tertentu mengenaiefeksampingkemoterapi.

(48)

18

3. Dilakukan penelitian efek samping kemoterapi dengan mempertimbangkan siklus kemoterapi.

4. Dilakukan penelitian efek samping kemoterapi dalam jangka waktu penelitian yang lebih lama.

5. Dilakukan edukasi kepada pasien menggunakan pamflet mengenai efek samping dan bagaimana cara penanggulangannya.

(49)

18

DAFTAR PUSTAKA

Amoh, Y., Li, L., Katsuoka, K., Hoffman, R.M. Chemotherapy Targets the Hair- Follicle Vascular Network but Not the Stem Cells. Journal of Investigative Dermatology. 2007. 127:11-5.

Baretta, Gianni. (1991). Cancer Treatment Medical Guide edisi 10. Itali:

Farmitalia Carlo Erba-erbamont Milan.

Botchkarev, V.A.(2003). Molecular Mechanism of Chemoterapy-Induced Hair Loss. Journal of Investigative Dermatology. 8:72-5.

Dipiro et al. (2008). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th Edition, 2085-2117. USA: TheMcGraw-Hill Companies, Inc.

Ehrenpreis, S and E.D. Ehrenpreis. 2001. Clinician’s Handbook of Prescription Drugs. New York: McGRAW-HILL Medical Publishing Division. P : 144-146.

Febiani, Melinda dan Budiana I Nyoman. (2017). Febrile Neutopenia pada Pasien Pasca Kemoterapi. Indonesian Journal of Cancer vol.11, no.2. Denpasar.

Griffin, A.M., Butow, P.N., Coates, A.S., Child, A.M., Ellis, P.M., Dunn, S.M.

1996. Patient Perception of The Side Effect of Cancer Chemotherapy. Annals of Oncology. 7:189-95.

Hamdani. (2004). Profil Gena HER-2/NEU pada Penderita Kanker Payudara di Makassar. Karya Akhir Pendidikan Spesialisasi Bedah Onkologi FK UNHAS Makassar.

Harsal, Asrul. (2016). Mengenal Lebih Dalam tentang Kanker. Medicinus, 29.

Infodatin. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta. April 02, 2018.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin-kanker.pdf Isselbacher, J.K., Braunwald, E., Wilson,D.J., Martin B.J., Fauci, S.A., Kasper,

I.D. (2000). Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (Asdie, H.A., penerjemah) Vol 4, hal 2045-2047. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. (2015). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. April 26, 2018. http://kanker.kemkes.go.id/guidlines/PPKPayudara.pdf.

Kurnia, Yasavita. (2014). Farmakoterapi Mutakhir Keganasan. Jakarta: Jurnal Kedokteran Meditek vol.20 No.53.

(50)

18

Love, R.R, Leventhal, H., Easterling. D.V., Nerenz. D.R. (1989). Side Effect and Emotional Distress During Cancer Chemoterapy. Wisconsin Clinical Cancer Center. 63:604-12.

Manuaba, W.T. (2017). Hubungan Subtipe Imunohistokimia dengan Usia pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Sanglah Kota Denpasar. April 08, 2018.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum.

Marina, Cicilia. (2013). Monitoring of Cyclophosphamide Side Effects in Cancer Patients at Dharmais Cancer Hospital Jakarta Period July 2012 July 2013.

Mei 20, 2018. http://lib.ui.ac.id/abstrakpdf.jspdetail?.

McPherson, K., Steel, C. M., Dixon, J. M. (2000). ABC of Breast Diseases : Breast Cancer Epideiology, Risk Factors, and Genetics. Mei 29, 2018.

http://www.bmj.com.

Mishermaliyani. (2009). Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan dan Status Sosial Ekonomi dengan Stadium Kanker Payudara Saat Pertama Kali Datang Berobat ke Dokter Soedarso Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura Pontianak.

Otto, S.E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC

Partidge, A.H. 2001. Side Effect of Chemoterapy and Combined Chemohormonal Theraphy in Women with Breast Cancer. Journal of The National Cancer Institute Monograph. 30: 42-135.

Rahman, Abd., dkk. (2016). Hubungan Ekspresi Her-2/Neu dan Hormonal Reseptor dengan Grading Histopatologi pada Penderita Kanker Payudara Wanita Usia Muda. Jurnal Kedokteran Bedah Onkologi FK UNHAS Makassar.

Rasjidi, I. (2010). Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta : Sa-gung Seto.

Riset Kesehatan Dasar (Riskedas). (2013). Prevalensi Penderita Penyakit Kanker Payudara di Jawa Barat Tahun 2013. April 26, 2018.

http://www.depkes.go.id/resources/doenload.

Smelitzer & Bare. (2008). Text book of Medical Surgical Nursing (Vol.2).

Philadelphia: Linppincott William & Wilkins.

Suryana. (2008). Kanker Payudara. April 02, 2018.

http://www.infokesehatan.com.

(51)

18

Suryawati, S. (1995). Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat dengan Metode CBIA. Jogyakarta : Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat Universitas Gajah Mada.

Tjindarbumi. (2004). Penanganan Kanker Payudara Masa Kini. Proceeding Indonesia Issues on Breast Cancer. Surabaya.

T.W Faisel, Citra. (2012). Gambaran Efek Terapi Kemoterapi Berbasis Antrasiklin pada Pasien Kanker Payudara di RSUD dr. Sudarso. Pontianak.

Weiss N.S. (1995). Risk of Breast Cancer Among Young Women : Relitionship to induced abortion. Journal of the National Cancer Institue, 86 (21) : 1584-92.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Perubahan Fisik yang Paling Sering Dialami Pasien Kanker Serviks dengan Kemoterapi .... Perubahan Psikologis Pasien Kanker Serviks dengan Kemoterapi 60

Hasil penelitian didapatkan 6 tema utama yang terdapat dalam pengalaman pasien kanker stadium lanjut yang menjalani kemoterapi yaitu: pengetahuan tentang kemoterapi,

Berdasarkan hasil penelitian hubungan interferensi nyeri dengan kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi diperoleh bahwa dari 42,3% responden

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kualitas hidup pasien kanker payudara dengan pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUP

Hasil penelitian didapatkan bahwa nyeri yang dialami pasien kanker yang menjalani kemoterapi adalah nyeri sedang, subjek penelitian berada pada rentang usia 35-45

pendekatan tematikal analisis adalah untuk mengindentifikasi gambaran pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan kualitas hidupnya. Penelitian ini telah

Subyek penelitian merupakan pasien kanker payudara dengan kemoterapi peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang menjalani rawat inap di RSUP Dr.. Berdasarkan data

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 responden pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa dari