• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA WATAMPONE. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA WATAMPONE. Oleh :"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN AN PEM ER IKSAAN P AJ AK T ERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA WATAMPONE

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya(A.Md) Pada Program Studi DIII-Perapjakan

Oleh :

ASPIKA SRI DEWI 105751104018

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN (D-III) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2021

(2)

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Membangun hati dengan dzikir, membangun akal dengan pikir, dan berujung amal sholeh”

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillah Rabbil’alamin

Karya Tulis Ilmiah Ini Kupersembahkan Kepada Kedua Orang Tuaku Ibunda Kartini Dan Bapak Muh. Yusuf Yang Saya Cintai, Orang-Orang Yang Saya

Sayang Dan Almamaterku

PESAN

Jika kau tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kau harus sanggup menahan perihnya kebodohan

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ِِمْيِحَّرلا ِِنَم ْحَّرلا ِِالل ِِمــــــــــــــــــْسِب

Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarakatu

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan Laporan Tugas Akhir D3 Perpajakan yang berjudul “ Peranan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Watampone” .

Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Diploma (D3) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Muh. Yusuf dan ibu Kartini yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih saying dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.

(7)

vii

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse M.Ag. Selaku rector Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Faidul Adzim, SE., M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar . Bapak Samsul Risal, SE., MM., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. H. Andi Rustam SE., MM. M.Ak., CA., CPA., selaku Ketua Prodi Program D-III Perpajakan dan segenap Dosen beserta staf Prodi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Agus Salim HR., SE., MM selaku Pembimbing I dan Bapak Muhaimin.SE., M.Ak., Ak., CA., CPA selaku Pembimbing II yang dapat menyempatkan waktu ditengah kesibukan dan aktivitas telah bersedia membimbing dan membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Andi Arif Wangsa Adiningrat SE., S.Pd., M.Ak., selaku penasehat akademik yang bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis selama menempuh studi D-III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

viii

6. Seluruh dosen dan segenap civitas akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Terima kasih kepada Kak Alvi yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

8. Terima kasih kepada Miftahul Jannah dan Dewi Wahyuni Aljazar karena selalu memberikan semangat dan motivasi selama penyusunan KTI.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

Akhirnya, sungguh penulis sagat menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fisabilillah fastabiqul khaerat

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

(9)

ix

ABSTRAK

ASPIKA SRI DEWI, 2021. Peranan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Watampone. Karya Tulis Illmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Perpajakan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Agusalim HR dan Pembimbing II Muhaimin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Watampone jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Kualitatif.

Data yang diolah penulis merupakan hasil wawancara kepada pegawai kantor.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wawancara dan Studi Dokumen.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk kepatuhan wajib pajak tersebut adalah kepatuhan semu karena, apabila sepanjang belum dilakukannya pemeriksaan secara utuh tidak dapat dikatakan bahwa wajib pajak dikatakan patuh, hanya saja ukuran kepatuhan wajib pajak hanya sebatas dari terpenuhinya kewajiban pendaftaran dan pelaporan dan pembayaran yang belum teruji otoritas melalui pemeriksaan. Predikat wajib pajak dikatakan patuh apabila wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakannya da melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kata Kunci : Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak.

(10)

x

ABSTRACT

ASPIKA SRI DEWI, 2021. The Role of Tax Audit on Taxpayer Compliance at the Watampone Pratama Tax Service Office. Scientific Writing of the Faculty of Economics and Business of the Taxation Study Program, Muhammadiyah University of Makassar. Guided by Supervisor I Agusalim HR and Supervisor II Muhaimin.

This study aims to determine the role of tax audits on taxpayer compliance at the Watampone Pratama Tax Service Office. The type of research used is qualitative research methods. The data processed by the author is the result of interviews with office employees. The data collection method used in this research is Interview and Document Study.

The results of this study indicate that the form of taxpayer compliance is pseudo-compliance because, as long as a complete examination has not been carried out, it cannot be said that the taxpayer is said to be obedient, it's just that the measure of taxpayer compliance is only limited to the fulfillment of registration and reporting obligations and untested payments. authority through inspection.

The predicate of the taxpayer is said to be obedient if the taxpayer fulfills all his tax obligations and exercises his taxation rights in accordance with the applicable laws and regulations.

Keywords: Tax Audit, Taxpayer Compliance.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Pengertian Pajak ... 6

2. Pemeriksaan Pajak ... 6

3. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak ... 8

4. Tujuan Pemeriksaan ... 9

(12)

xii

5. Jenis – Jenis Pemeriksaan Pajak ... 11

6. Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak ... 11

7. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 13

8. Jangka Waktu Pemeriksaan ... 14

9. Teknik dan Metode Pemeriksaan Pajak ... 15

10. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak ... 16

11. Tata Cara Pemeriksaan Pajak ... 17

12. Produk Dari Hasil Pemeriksaan ... 18

B. Kerangka Konseptual ... 20

C. Metode Pelaksanaan Penelitian ... 20

1. Lokasi dan waktu penelitian ... 20

2. Alur Penelitiaan ... 20

3. Jenis dan Sumber Data ... 24

4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

5. Teknik Analisis Data ... 25

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 23

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Watampone ... 23

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Watampone ... 25

BAB IV PENUTUP……….………44

A.KESIMPULAN………44

B. SARAN..……….45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Wajib Pajak Tahun 2018-2020………... 30

Tabel 3.2 SPT Tahunan Tahun 2018-2020………. 32

Tabel 3.3 SPT Masa Tahun 2018-2020………... 34

Tabel 3.4 Penerbitan dan Penyelesaian SP2………. 35

Tabel 3.5 STP/SKP Pemeriksaan Tahun 2018-2020……… 36

Tabel 3.6 Penyelesaian LHP Tahun 2018-2020……… 37

Tabel 3.7 Penerimaan Pemeriksaan Tahun 2018-2020……… 38

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 20

Gambar 3.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Watampone... 25

Gambar 3.2 Jumlah Wajib Pajak Tahun 2018-2020………. 30

Gambar 3.3 SPT Tahunan Tahun 2018-2020………... 33

Gambar 3.4 SPT Masa Tahun 2018-2020………. 34

Gambar 3.5 Penerbitan dan Penyelesaian SP2……… 36

Gambar 3.6 Penyelesaian LHP Tahun 2018-2020………... 38

Gambar 3.7 Penerimaan Pemeriksaan Tahun 2018-2020………. 39

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

LAMPIRAN 1 : SURAT PENELITIAN... 47 LAMPIRAN 2 : DAFTAR PERTANYAAN DAN HASIL WAWANCARA. 50 LAMPIRAN 3 : DOKUMENTASI... 53

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemungutan pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang bersumber dari rakyatnya, selain sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi. Hasil pemungutan pajak digunakan untuk kepentingan umum, seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan, dll. Dengan sistem self assessment system yang dianut dalam sistem perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jendral Pajak untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak, pengawasan bukan dimaksudkan untuk mencari kesalahan, tetapi untuk menentukan penyimpangan atas pelaksanaan suatu pekerjaan sehingga bisa dilakukan akan sesuai dengan korektif. Dengan tindakan korektif maka pekerjaan yang dilakukan akan sesuai dengan rencana, salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah melalui pemeriksaan.

Dari tahun ke tahun tingkat penerimaan pajak terus meningkat. Semua itu tidak terlepas dari peran pemerintah dan Wajib Pajak. Pemeriksaan pajak yang diberikan dan kepatuhan Wajib Pajak dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu perwujudan dari aparatur pajak sebagai abdi masyarakat untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 29 tentang Ketentuan Umum Perpajakan mengatur tentang kewenangan kepada Direktorat Jendral Pajak untuk melakukan pemeriksaan pajak, yang merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pemeriksaan Wajib Pajak diharapkan dapat menimbulkan ketaatan kepada Wajib Pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang

(17)

2

perpajakan. Semakin meningkatnya kepatuhan dalam bidang perpajakan diharapkan dapat pula meningkatkan penerimaan pajak. Karena penerimaan pajak merupakan sumber utama APBN.

Pada awal tahun 1984, sejak dimulainya tax reform sistem perpajakan di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Dalam official assessment system tanggung jawab pemungutan terletak sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan dalam self assessment system Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar/menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Sebagai konsekuensi dari perubahan ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi pajak.

Untuk mewujudkan self assessment system dituntut kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri. Namun, dalam kenyataannya belum semua potensi pajak yang ada dapat digali. Sebab masih banyak Wajib Pajak yang belum memiliki kesadaran akan betapa pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan baik bagi negara maupun bagi mereka sendiri sebagai warga negara yang baik.

(18)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Peranan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Watampone?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Watampone

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan diatas maka manfaat dari penelitian yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Untuk Peneliti

Untuk pembaca dan penulis, diharapkan dapat di jadikan sumber informasi yang memberikan manfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peranan pemeriksaan pajak.

2. Untuk Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Akademisi untuk menambah pengetahuan dan informasi terkait dengan Peranan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dan digunakan sebagai bahan referensi selanjutnya terkait penelitian yang serupa.

3. Untuk Pihak Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan atau pertimbangan untuk mensosialisasikan tentang pemeriksaan pajak di Kantor Pajak Pratama Watampone.

(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak

Definisi Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli diantaranya ;

Prof. Dr.Rochmat Soemitro, S.H. (1990:5) menyatakan: “pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbalan (kontra pretasi), yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum”.

Dengan demikian, bagi Negara pajak merupakan penerimaan yang strategis untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara dan sekaligus sebagai kebersamaan social (asas gotong-royong) untuk ikut bersama-sama memikul pembiayaan Negara.

2. Pemeriksaan Pajak

Dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Pasal 1 yang dimaksud :

(20)

a. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dalam mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional.

b. Berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Pemeriksa pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan.

d. Tanda pengenal pemeriksaan pajak adalah tanda pengenal yang diterbitkan oleh Direktoral Jenderal Pajak yang merupakan bukti bahwa orang yang namanya tercantum pada kartu tanda pengenal tersebut sebagai Pemeriksa Pajak.

e. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan atau SP2 adalah surat perintah untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

f. Pembekuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.

(21)

8

g. Penyegelan adalah tindakan menempelkan kertas segel dalam rangka pemeriksaan pada tempat atau ruangan serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang digunakan atau patut digunakan sebagai tempat atau alat untuk menyimpan buku, catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik dan benda-benda lain, yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, atau sumber penghasilan Wajib Pajak yang diperiksa,

h. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah pembahasan antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksa yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui.

i. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan.

3. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

Adapun yang menjadi dasar hokum pemeriksaan pajak, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 29 ayat 1-4 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan

(22)

Peraturan Mentri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-28/PJ/2018.

Direktur Jenderal Pajak dalam rangka melaksanakan tugas pemungutan pajak, diberi wewenang untuk melaksanakan pemeriksaan, guna keperluan penetapan pajak yang terutang dan keperluan-keperluan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undang perpajakan. Dengan adanya peraturan dan Undang-Undang yang menjadi landasan hokum pemeriksaan pajak di Indonesia ini, maka pajak yang dipungut oleh Pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas sehingga tidak perlu adanya lagi keraguan ataupun alas an bagi Wajib Pajak.

4. Tujuan Pemeriksaan

Adapun tujuan pemeriksaan pajak, antara lain:

a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan WP.

Dalam menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:

1) Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau rugi.

2) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan pada waktu yang telah ditetapkan.

3) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Penyampaian SPT yang tidak dipenuhi.

4) Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

(23)

10

5) Melakukan penggabungan, peleburan, perekaman, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia selama-lamanya.

b. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dalam tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:

1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan.

2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak.

3. Wajib pajak mengajukan keberatan banding.

4. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma perhitungan penghasilan neto.

5. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

6. Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil.

7. Penentuan satu atau lebih tempat terutang pajak pertambahan nilai (PPN).

8. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.

9. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan.

10. Pemenuhan informasi negara mitra perjanjian penghindaran pajak berganda.

(24)

11. Penentuan satu atau lebih tempat terutang pajak pertambahan nilai dan/atau pajak penghasilan pasal 21.

5. Jenis – Jenis Pemeriksaan Pajak

Untuk menjamin wajib pajak melakukan kewajiban perpajakan secara benar dan jujur, fiskus akan melakukan dua jenis pemeriksaan pajak, yaitu:

a. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan yaitu meliputi jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk satu tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya untuk tujuan lain yang dilakukan ditempat wajib pajak. Pemeriksaan lapangan dilakukan ditempat tinggal, tempat usaha, atau tempat bekerja WP, serta tempat lain yang dianggap perlu dalam pelaksanaannya.

b. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan kantor yaitu meliputi sutau jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak.

6. Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak

Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis pemeriksaan lapangan dan pemerisaan kantor (Peraturan Mentri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015, Pasal 11) Pemeriksaan Pajak wajib :

(25)

12

a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada Wajib Pajak dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis pemeriksaan kantor.

b. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksaan Pajak dan SP2 kepada Wajib Pajak pada waktu melakukan Pemeriksaan.

c. Memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksaan pajak kepada Wajib Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksaan Pajak mengalami perubahan.

d. Melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak dalam rangka memberikan penjelasan mengenai:

1) Alasan dan tujuan pemeriksaan.

2) Hak dan Kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksaan Pemeriksaan.

3) Hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati antara pemeriksa pajak dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, kecuali untuk pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan jenis pemeriksaan kantor.

4) Kewajiban dari pajak untuk memenuhi permintaan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar

(26)

pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya, yang dipinjam dari Wajib Pajak.

e. Menuangkan hasil pertemuan sebagaimana dimaksud pada huruf d dalam berita acara pertemuan dengan Wajib Pajak.

f. Menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak.

g. Memberikan hak untuk hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan.

h. Menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

i. Melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan menyampaikan saran secara tertulis.

j. Mengembalikan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak.

k. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak atas segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadany oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.

7. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Dalam hal pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 Wajib Pajak berhak :

(27)

14

a. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksaan Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan.

b. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan.

c. Kepada Pemeriksa Pajak untuk mempelihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksaan Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksaan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan.

d. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan alas an dan tujuan Pemeriksaan.

e. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.

f. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan.

g. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, dalam hal masih terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

8. Jangka Waktu Pemeriksaan

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 jangka waktu pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan, dan dapat diperpanjang menjadi 2 (dua) bulan

(28)

yang dihitung sejak tanggal wajib pajak atau wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, dating memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

b. Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang menjadi 2 (dua) bulan yang dihitung sejak tanggal surat pemberitahuan pemeriksaan disampaikan kepada Wajib Pajak atau wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

9. Teknik dan Metode Pemeriksaan Pajak a. Teknik Pemeriksaan Pajak

Teknik pemeriksaan pajak (audit technique) adalah cara mendapatkan pembuktian dan dikenal dengan istilah memeriksa, menganalisis, mengecek, membandingkan, komfirmasi, menginspeksi, merekonsiliasi, testing atau sampling, menelusuri, dan memeriksa dokumen dasar.

b. Metode Pemeriksaan Pajak

Pelaksanaan pemeriksaan pajak dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode, yaitu:

1) Metode Langsung, yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguji kebenaran angka-angka dalam surat pemberitahuan, laporan keuangan, buku-buku,

(29)

16

catatan, dan dokumen pendukung sesuai dengan proses pemeriksaan.

2) Metode Tidak Langsung, yaitu metode yang dilakukan dengan cara pengujian atas kebenaran angka-angka dalam surat pemberitahuan secara tidak langsung melalui pendekatan penghitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya.

10. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Pemeriksaan, dan Wajib Pajak.

Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang bergabung dalam tim Pemeriksaan Pajak yang susunannya terdiri dari beberapa supervisor, seorang ketua tim, dan beberapa pemeriksa/penilai yang tergabung dalam kelompok fungsional. Adapun prosedur pemeriksaan pajak yang harus dilakukan oleh tim pemeriksa dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Mengevaluasi data-data yang dilaporkan Wajib Pajak.

b. Menganalisa angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan Wajib Pajak.

c. Meminta keterangan lisan dan/atau tulisan dari Wajib Pajak.

d. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpanan dokumen, uang, barang, yang dapat memberi petunjuk.

e. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada nomor 4, apabila Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan tersebut.

(30)

11. Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan secara bertahap mulai dari persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan dan penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak. Untuk memberikan kejelasan tata cara pemeriksaan ini disusun secara umum, sebagai berikut:

a. Pemeriksaan pajak memanggil Wajib Pajak untuk dating ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk dalam rangka pemeriksaan dengan menggunakan surat penggilan yang ditandatangani oleh Kepala Kantor yang bersangkutan.

b. Pemeriksaan wajib pajak menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada wajib pajak yang akan diperiksa.

c. Pemeriksa pajak wajib membuat laporan pemeriksa pajak.

d. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak tentang hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara surat pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan.

e. Pemeriksaan pajak wajib memberikan petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Pemeriksaan pajak wajib mengembalikan buku, catatan atau dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 hari sejak selesainya pemeriksaan.

(31)

18

g. Pemeriksaan pajak dilarang memberitahukan kepada pihak yang tidak berhak tau.

Selanjutnya setelah pemeriksaan selesai melakukan pemeriksaan, pemeriksa pajak menyampaikan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang hasil pemeriksaannya (kecuali pemeriksaan dilanjutkan dengan tindakan penyidikan) dan mengundang Wajib Pajak untuk menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Proses penyelesaian mulai dari pemberitahuan hasil pemeriksaan sampai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilakukan dalam waktu paling lama 3 minggu. Dalam hal Wajib Pajak tidak memberi tanggapan/tidak menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, pemeriksa pajak wajib membuat Berita Acara dan ketetapan pajak yang diterbitkan secara jabatan yang didasari oleh hasil pemeriksaan yang disampaikan oleh Wajib Pajak.

12. Produk Dari Hasil Pemeriksaan

Sebagaimana telah diuraikan bahwa produk pemeriksaan pajak banyak tergantung dari temuan sampai dimana kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan oleh Wajib Pajak. Hal ini disebabkan karena sistem perpajakan menganut sistem Self Assessment System maka Wajib Pajak dipercaya untuk melakukan penghitungan sendiri besarnya pajak terutang (kewajiban perpajakan material), membayar atau menyetorkan sendiri dan melaporkan sebagai pertanggung jawaban (kewajiban pajak formal) dari tindakan menghitung dan menyetor sendiri sebagai bentuk kepercayaan yang

(32)

diberikan oleh Undang-Undang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagai berikut: “ Setiap Wajib Pajak membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak.” Produk dari hasil pemeriksaan tersebut menyebabkan timbulnya produk hokum yang menerbitkan:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).

b. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).

c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).

d. Surat Tagihan Pajak (SPT).

(33)

20

B. Kerangka Konseptual

Perhatikan Gambar Kerangka Konseptual dibawah ini :

Gambar 1 : Kerangka Konseptual C. Metode Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan yang diperoleh dari hasil wawancara.

Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dan orang-orang yang perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007: 4).

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Watampone yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani No.9, Watampone, Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan terhitung mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 2021.

2. Alur Penelitiaan

Untuk mendapatkan data serta perolehan informasi yang sesuai, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan beberapa persiapan, mulai dari penentuan topik yang akan diangkat, pengajuan judul, penentuan judul proposal, peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan

Kepatuhan Wajib Pajak Pemeriksaan Pajak

(34)

proposal, pengurusan administrasi dan izin serta konsultasi dengan pihak dosen.

b. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan objek pembahasan untuk memndukung penulisan laporan tugas akhir, antara lain Karya Tulis Ilmiah sebagai berikut :

1. (Mutia Ningrum, 2017) Peranan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan Kesimpulan bahwa dalam pencapaian target dan realisasi penerimaan pajak dari hasil pemeriksaan di KPP Pratama Medan Petisah, jumlah penerimaan pajak yang diterima selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya yaitu mencapai 3,02 – 3,04% setiap tahunnya hal ini disebabkan karena setiap wajib pajak membayarkan kembali pajak yang telah ditetapkan dengan berdasarkan hasil dari SKP yang diterima oleh wajib pajak.

2. (Mandagi, Sabijono, & Tirayoh, 2014) Pengaruh Pemerisaan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada KPP Pratama Manado, dengan Kesimpulan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado yang menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan dipengaruhi oleh pemeriksaan pajak dan sisanya dipengaruhi oleh variable lain.

(35)

22

3. (Prasetyo, 2011) Pemeriksaan Pajak dan Peranannya Pada Kepatuhan Wajib Pajak dan Petugas Pajak, dengan Kesimpulan bahwa berdasarkan sistem self assessment wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan pajak akan dilakukan terus dengan meningkatkan mutu atau kualitas pemeriksaan pajak yang akan disertai dengan penyempurnaan ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan pemeriksaan atas pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak berupa pemeriksaan rutin dan pemeriksaan khusus, serta pemeriksaan lokasi yaitu utnuk memeriksa pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak melalui pemenuhan kewajiban pengisian SPT, pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya.

4. (J.D Atarwaman, 2020) Pengaruh Kepemilikan NPWP, Pemeriksaan Pajak, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak, dengan Kesimpulan bahwa pengaruh kepemilikan NPWP tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak sedangkan pemeriksaan pajak dan penagihan pajak, kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak.

5. (Yekti Palupi & Herianti, 2017) Pengaruh Pemeriksaan dan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Informasi Tren Media Sebagai Variabel Moderating ( Studi Kasus KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga), dengan Kesimpulan bahwa pemeriksaan pajak dan penagihan pajak berpengaruh signifikan terhadap informasi tren media. Hasil juga menentukan

(36)

bahwa informasi tren media berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib pajak. Dan memberikan implikasi bagi pemerintah untuk memberikan kesempatan bagi wajib pajak untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dengan secara transparan menginformasikan kepada media wajib pajak yang patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

c. Observasi Lapangan

Penulis akan melakukan pengamatan secara langsung dengan pencatatan secara sistematis terhadap data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Watampone.

d. Pengumpulan Data

Penulis akan melakukan pengumpulan data mengenai topik yang dibahas. Data tersebut dikelompokkan menjadi data primer dan sekunder.

Data primer diperolah dari hasil wawancara dengan narasumber yang kompeten, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan dokumentasi.

e. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang dibutuhkan, selanjutnya penulis akan melakukan analisis data dan evaluasi untuk memperoleh data yang mendukung dan akurat dalam bentuk tulisan yang bersifat deskriptif dan informatif.

(37)

24

3. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data

Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dalam mengevaluasi dan memberikan sebuah gambaran mengenai “Peranan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Watampone”. Jenis data kualitatif berupa informasi lisan maupun tulisan yang diperoleh dari hasil wawancara yang berupa gambaran umum instansi, struktur organisasi, dan perkembangan pajak di tempat penelitian.

2. Sumber Data

Penulis memperoleh sumber data dari : a. Data Primer

Data yang bersumber dari hasil observasi (pengamatan) dan interview (wawancara) dengan kepala kantor dan pegawai.

b. Data sekunder

Yaitu mengambil data yang telah terpublikasi dan beberapa dokumen pajak di kantor tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut .

1. Teknik Wawancara

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis kepada pegawai kantor yang dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan judul penelitian.

(38)

2. Teknik Dokumentasi

Pengumpulan data dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti Undang-Undang Perpajakan, lampiran formulir- formulir, data mengenai pemeriksaan pajak, data mengenai kepegawaian dan data-data lain yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir.

5. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010: 335), teknik analisis data adalah proses mencari data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dangan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun pola yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami.

Adapun langkah-langkah teknik analisis data sebagai berikut : a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah mencari, mencatat, dan mengumpulkan semua bentuk data yang ada di lapangan sesuai hasil dari wawancara yang dilakukan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan ( Miles dan Huberman (1992 : 16 )).

Data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan.

(39)

26

c. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan teks yang bersifat naratif sehingga lebih mudah untuk dipahami.

d. Penarikan Kesimpulan

Tahap kesimpulan merupakan langkah terakhir untuk melanjutkan bagian perumusan masalah dari data yang telah tersusun kemudian dibandingkan antara data satu dengan data yang lainnya agar dapat ditarik suatu kesimpulan.

(40)

23

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Watampone

KPP Pratama Watampone merupakan unit vertikal Direktorat Jenderal Pajak di Kementrian Keuangan yang secara hierarki berada di bawah Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara. Dalam sejarahnya, KPP Pratama Watampone merupakan reorganisasi dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Watampone yang didirikan tahun 1989. KPP Pratama Watampone resmi dibentuk pada tanggal 27 Mei 2008 berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ./2008 bersama dengan 38 KPP Pratama lainnya. Pada tahun pertamanya KPP Pratama Watampone berlokasi di Jalan Sangir No. 3. Kemudian dipindahkan ke gedung kantor baru di Jalan Ahmad Yani No. 9 Watampone pada Tahun 2011 yang diresmikan langsung oleh Bapak Angin Prayitno Aji selaku Kepala Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara. Hingga kini, KPP Pratama Watampone sudah dipimpin oleh empat orang Kepala Kantor yaitu Drs. Baharuddin Jafar (2007-2010), M. Hamdan Husaini (2011-2013), Sugeng Pamilu Karyawan (2013-2018), Amiruddin Jauhari (2018-2021), dan Hadinengrat Nusantoro Mp (2021-Sekarang).

(41)

24

1. Visi dan Misi Visi

Menjadi KPP Pratama dengan pelayanan terbaik untuk menghimpun penerima negara melalui penyelenggaraan administrasi perpajakan yang efisien, efektif, berintegrasi, dan berkeadilan.

Misi

Memberikan pelayanan terbaik dan menumbuhkan masyarakat sadar dan peduli pajak guna menghimpun penerimaan negara.

2. Lokasi Instansi dan Wilayah Kerja

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Watampone beralamat di Jl. Ahmad Yani No.9 Watampone,. Wilayah kerja KPP Pratama Watampone meliputi Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten Soppeng. Kabupaten Bone terdiri dari 27 Kecamatan, 328 Desa dan 44 Kelurahan dengan luas wilayah 4.559 km2, Kabupaten Wajo yang terdiri dari 14 Kecamatan, 48 Kelurahan dan 142 Desa dengan luas wilayah 2.056,19 km2 , dan Kabupaten Soppeng yang terdiri dari 8 Kecamatan, 21 Kelurahan dan 49 Desa dengan luas wilayah 1.359,44 km2..

(42)

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Watampone

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi KPP Pratama Watampone

Sub bagian Umum dan Kepatuhaninterrnal Respati Nurindria Yekti

Kepala Kantor Hadinengrat Nusantioro Mp

Seksi Pelayanan Iwan Budi Rianwan

Seksi Pemeriksaan, Penilaian, dan Penagihan

Dian Wahyudi

Fungsional Pemeriksaan Pajak

Fungsional Penilai

Fungsional Pemeriksaan Pajak

K2KP Sengkang Hafid K2KP Watangsoppeng

Andi Aszrial Fauzie Seksi Penjamin Kualitas Data

Seksi Pengawasan I Bonar Juliat Sitohang

Seksi Pengawasan IV Crosti

Seksi Pengawasan II Hardiansyah

Seksi Pengawasan V Fikri Kurniawan

Seksi Pengawasan III Bambang Saptorenggo

(43)

26

C. Job Description

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

1. Menetapkan perencanaan pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.

2. Menetapkan perencanaan pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi perpajakan.

3. Mengarahkan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi perpajakan.

4. Mengarahkan pembuatan risala perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

5. Menjamin pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.

b. Sub Bagian Umum

1. Melaksanakan pengurusan surat masuk kantor pelayanan pajak yang bukan dari wajib pajak.

2. Melaksanakan pengurusan surat keluar dari lingkungan kantor pelayanan pajak.

3. Melaksanakan pemrosesan berkas/arsip umum (non wajib pajak).

4. Melaksanakan penyusutan arsip yang tidak mempunyai nilai guna atau telah memenuhi jadwal retensi arsip.

5. Membimbing pelaksanaan tugas tata usaha kepegawaian.

(44)

c. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Mempunyai tugas untuk melakukan usulan pemeriksaan, penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak, pemantauan serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

Pengendalian internal, pengolahan resiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

1. Menyusun estimasi penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

2. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data.

3. Melaksanakan pelayanan peminjaman data dan penyaluran informasi dalam rangka pemanfaatan data perpajakan.

4. Melaksanakan perekaman dan validasi dokumen perpajakan.

5. Melaksanakan perbaikan (updating) data.

6. Melaksanakan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

e. Seksi Pelayanan

1. Melaksanakan penerimaan dan penausahaan surat-surat permohonan dari wajib pajak dan surat lainnya.

2. Melaksanakan penyelesaian registrasi wajib pajak, objek pajak dan atau pengukuhan pengusaha kena pajak (PKP).

3. Melaksanakan penerbitan surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena

(45)

28

Pajak (PKP), serta pembatalan/pembetulan STP, SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN dan produk hokum lainnya.

4. Melaksanakan penyelesaian proses permohonan wajib pajak untuk pindah ke kantor pelayanan pajak baru, baik domisili atau status maupun kewajiban perpajakan lainnya.

f. Seksi Penagihan

1. Menyusun penyesuaian rencana kerja tahunan seksi penagihan.

2. Melaksanakan penatausahaan SKPKB/ SKPKBT/ STP/ STB beserta lampirannya dan surat pembayaran pajak (SSP/ STTP/ SSB) beserta bukti pemindah bukuan dalam rangka pengawasan tunggakan dan pelunasan pajak.

3. Melaksanakan penatausahaan surat setoran bukan pajak (SSBP) atau pelaksanaan SP dan SPMP.

4. Melaksanakan penatausahaan surat keputusan pembetulan, keputusan pengurangan, keputusan peninjauan kembali, surat keputusan pelaksanaan putusan banding beserta putusan banding.

5. Menyusun konsep surat keputusan angsuran atau penundaan pembayaran pajak dalam rangka memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak.

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak, usulan pembetulan ketetapan pajak, bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak.

(46)

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsilisasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsilisasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsilisasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

k. Kelompok Fungsional Pemeriksaan Pajak

Mempunyai Tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang- undangan.

(47)

30

D. Hasil Penelitian 1. Profil Wajib Pajak

Tabel 3.1

DATA JUMLAH WAJIB PAJAK

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA WATAMPONE

NO. Jenis Wajib Pajak 2018 2019 2020

1. Orang Pribadi 88,791 94,254 93,346

2. Badan 11,450 12,139 11,112

Total 100,241 106,393 104,458

(Sumber: diolah dari aplikasi SIDJP, 10 Agustus 2021 KPP Pratama Watampone)

Gambar 3.2 :

Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Watampone 2021 88,791

11,450

100,241 94,254

12,139

106,393 93,346

11,112

104,458

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Orang Pribadi Badan Total

2018 2019 2020

(48)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah Wajib Pajak yang terdaftar pada tahun 2018-2019 setiap tahunnya mengalami penigkatan.

Namun, tahun 2020 mengalami penurunan jumlah wajib pajak di karenakan pandemi Covid-19.

2. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya serta untuk melaksanakan tujuan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Direktorat Jenderal Pajak melakukan upaya-upaya untuk memenuhi harapan akan meningkatkan peranan pajak. Salah satunya adalah dengan upaya penegakan hukum melalui pelaksanaan pemeriksaan pajak, agar proses dan pelaksanaan sistem tersebut tetap berada pada aturannya. Dengan adanya pemeriksaan pajak akan menjamin kepatuhan Wajib Pajak. Untuk itu pemeriksaan akan dilakukan terus dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan maupun pemeriksa yang ada, disertai penyempurnaan ketentuan yang berlaku. Dari pihak Wajib Pajak sendiri dituntut peran serta yang positif agar pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan secara efektif. Dengan adanya pemeriksaan pajak memungkinkan diperolehnya umpan balik guna meningkatkan pemahamannya tentang penerapan peraturan perpajakan yang benar, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesadarannya untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Selain untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan dilakukan juga untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan karena pemeriksaan merupakan salah satu upaya dari Direktorat Jenderal Pajak yang secara tidak langsung sebagai sarana pendukung bagi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi juga berpengaruh terhadap

(49)

32

penerimaan negara, sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksa sangat berpengaruh dalam peningkatan penerimaan pajak. Dengan dilakukan pemeriksaan, Wajib Pajak lebih teliti dalam pengisian Surat Pemberitahuan, apabila Surat Pemberitahuan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar dengan sengaja dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara juga memberikan efek yang berbeda keapada Wajib Pajak lain untuk dapat lebih patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan merupakan laporan pajak yang disampaikan satu tahun sekali (tahunan) baik oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi, yang berhubungan dengan perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan, dan/atau bukan objek pajak penghasilan,dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk satu tahun pajak, atau bagian dari tahun pajak.

Tabel 3.2

SPT Tahunan Tahun 2018-2020 KPP Pratama Watampone

No. Jenis SPT Tahun Pajak

2018 2019 2020 1. SPT Tahunan PPh Badan 3,525 3,290 3,039

2. SPT Tahunan PPh OP 8,862 6,901 4,543

3. SPT Tahunan PPh OP S 25,024 23,969 22,723 4. SPT Tahunan PPh OP SS 26,194 25,413 22,327 Total 63,605 59,573 52,632 (Sumber Data : diolah dari aplikasi SIDJP, 10 Agustus 2021 KPP Pratama Watampone)

(50)

Gambar 3.3 : SPT Tahunan Tahun 2018-2020

Berdasarkan Tabel 3.2 diatas dilihat bahwa jumlah SPT tahunan secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun 2018 sebanyak 63,605, sedangkan di tahun 2019 hanya sebesar 59,573 dan di tahun 2020 mengalami penurunan drastis dari tahun sebelumnya hanya 52,632dikarenakan sebagian Wajib Pajak masih belum mampu untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya secara mandiri, termasuk dalam menyampaikan SPT Tahunan dan pada tahun 2020 juga mengalami penurunan dikarenakan keadaan covid-19 yang begitu meningkat dan berdampak pada sector perekonomian.

Surat Pemberitahuan (SPT) Masa adalah sarana yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan kegiatan perpajakannya dalam satu masa pajak (bulan). Wajib Pajak dapat mengetahui kewajiban pelaporan SPT Masa apa yang menjadi kewajibannya dengan cara melihat kewajiban perpajakan pada Surat Keterangan Terdaftar (SKT) yang diterima pada saat pendaftaran NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

3,525 8,862

25,024 26,194

63,605

3,290 6,901

23,969 25,413

59,573

3,039 4,543 22,327 22,327

52,632

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000

SPT Tahunan PPh Badan

SPT Tahunan PPh OP

SPT Tahunan PPh OP S

SPT Tahunan PPh OP SS

Jumlah

2018 2019 2020

(51)

34

Tabel 3.3

DATA SPT MASA TAHUN PAJAK 2018-2020 KPP PRATAMA WATAMPONE

No. Bulan/Masa Tahun Pajak

2018 2019 2020

1. Januari 3,194 1,456 1,386

2. Februari 2,196 1,503 1,401

3. Maret 2,560 1,683 1,465

4. April 1,946 2,353 1,679

5. Mei 1,755 1,679 1,462

6. Juni 2,780 2,351 1,574

7. Juli 2,112 2,046 1,429

8. Agustus 1,830 2,260 1,447

9. September 2,746 2,003 1,336

10. Oktober 1,948 2,022 1,321

11. November 1,871 1,744 1,353

12. Desember 3,862 3,766 2,511

Total 28,800 24,866 18,364

(Sumber : diolah dari aplikasi SIDJP, 10 Agustus 2021, KPP Pratama Watampone)

Gambar 3.4 : Data SPT Tahun Pajak 2018-2020 28,800

24,866

18,364

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000

2018 2019 2020

SPT Masa Tahun Pajak

(52)

Berdasarkan data penerimaan SPT Tahunan Masa KPP Pratama Watampone dapat disimpulkan bahwa penerimaan keseluruhan di tahun 2018 sebanyak 28,800 dan mengalami penurunan di tahun 2019 sebanyak 24,866, dan di tahun 2020 mengalami penurunan drastis sebanyak 18,364 dikarenakan pandemi covid-19.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan terlebih dahulu fiskus melakukan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), dimana penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) di awali dengan terbitnya nota dinas penunjukkan supervisor.

Kemudian supervisor membuat rencana pemeriksaan, setelah rencana pemeriksaan tersebut disetujui oleh kepala Unit Pelayanan Publik (UP2), maka terbitlah SP2 paling lambat hari kerja setelah terbitnya SP2, surat pemberitahuan pemeriksaan harus disampaikan kepada Wajib Pajak. Berikut ini adalah penerbitan SP2 dan penyelesaian SP2 pemeriksaan pada table 3.4 :

Tabel 3.4

DATA PENERBITAN DAN PENYELESAIAN SP2 KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA WATAMPONE

NO. TAHUN JUMLAH

1 2018 494

2 2019 365

3 2020 337

Total 1,196

(Sumber : diolah dari aplikasi SIDJP, 10 Agustus 2021KPP Pratama Watampone)

(53)

36

Gambar 3.5 : Data Penerbitan dan Penyelesaian SP2 Tahun 2018-2020 Dari table 3.4 diatas dapat dilihat sebanyak 494 SP2 yang terbit dan diselesaikan di tahun 2018. Dua tahun berturut-turut mengalami penurunan dimana di tahun 2019 hanya mencapai 365 SP2 yang diselesaikan dan di tahun 2020 hanya 337 SP2 yang terbit dan diselesaikan.

Tabel 3.5

DATA STP/SKP HASIL PEMERIKSAAN TAHUN 2018-2020 KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA WATAMPONE

No. Tahun SKP Terbit Nilai (Rp)

1. Tahun 2018 1.568 7,644,899,451

2. Tahun 2019 1.812 6,776,369,139

3. Tahun 2020 1.048 8,600,416,582

Total 4.428 23,021,685,172

(Sumber: diolah dari aplikasi SIDJP, 10 Agustus, KPP Pratama Watampone)

494

365 337

1,196

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2018 2019 2020 Total

Penerbitan Dan PenyelesaianSP2

(54)

Berdasarkan table 3.5 dapat dilihat kualitas dari penerbitan SKP yaitu: Di tahun 2018 dalam 1 SKP menghasilkan Rp. 4.875.000 untuk setiap SKP yang terbit di tahun 2018. Di tahun 2019 dalam 1 SKP menghasilkan Rp. 3.739.000 untuk setiap SKP yang terbit di tahun 2019, dan di tahun 2020 dalam 1 SKP menghasilan Rp. 8.206.000 untuk setiap SKP yang terbit di tahun 2020.

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.

Laporan ini diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan yang efektif dan efisien.

Tabel 3.6

DATA PENYELESAIAN LHP KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA WATAMPONE

No. TAHUN JUMLAH

1. 2018 304

2. 2019 370

3. 2020 542

Total 1,216

(Sumber: diolah dari aplikasi SIDJP, 10 Agustus, KPP Pratama Watampone)

(55)

38

Gambar 3.6 : Data Penyelesaian LHP Tahun 2018-2019

Dari data diatas bahwa penyelesaian LHP dari KPP Pratama Watampone berbeda-beda setiap tahun dan setiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 2018 sebanyak 542, dan ditahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 370, dan ditahun 2020 hanya 304 LHP yang dapat diselesaikan. Sehingga selama tiga tahun KPP Pratama Watampone hanya menyelesaikan 1,216 LHP dikarenakan pandemi covid-19.

304 370

542

1,216

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2018 2019 2020 Total

Peyelesaian LHP

(56)

Tabel 3.7

DATA PENERIMAAN PEMERIKSAAN NO. Tahun Target Nilai

Penerimaan Pemeriksaan

Realisasi Nilai Penerimaan Pemeriksaan

Persen (%)

1. 2018 1,626,500,000 1,439,848,348 88.52%

2. 2019 6,428,407,846 1,813,802,027 28.22%

3. 2020 3,706,522,888 4,186,070,282 112.94%

Total 11,761,430,734 7,439,720,657 63.26%

(Sumber: diolah dari aplikasi SIDJP, 10 Agustus 2021, KPP Pratama Watampone)

Gambar 3.7 : Data Penerimaan Pemeriksaan Tahun 2018-2020

Berdasarkan data penerimaan pemeriksaan KPP Pratama Watampone dapat disimpulkan bahwa penerimaan di tahun 2018 sejumlah Rp. 1.439.848.348 untuk target penerimaan sebesar Rp. 1.626.500.000 berkurang 88.52% dari target yang seharusnya diterima oleh KPP Pratama Watampone.

1,626,500,000

6,428,407,846

3,706,522,888

11,761,430,734

1,439,848,348

1,813,802,027

4,186,070,282 7,439,720,657

0 2,000,000,000 4,000,000,000 6,000,000,000 8,000,000,000 10,000,000,000 12,000,000,000 14,000,000,000

2018 2019 2020 Total

Target Penerimaan Pemeriksaan Realisasi Nilai Penerimaan Pemeriksaan

(57)

40

Tahun 2019 mengalami peningkatan dari segi realisasi sebesar Rp.

1.813.802.027 dapat dilihat perbandingan dari 2018 ke 2019 mengalami peningkatan sebesar Rp. 373.953.679 sedangkan untuk target penerimaannya belum mencapai target realisasi, seharusnya jumlah target yang harus dicapai oleh KPP Pratama Watampone berjumlah Rp. 6.428.407.846 dari segi persen menurun 28.22% dari realisasi.

Penerimaan pemeriksaan pada Tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar Rp. 4.186.070.282 untuk target penerimaan sebesar Rp. 3.706.522.888 meningkat 112.94% melewati target yang seharusnya diterima oleh KPP Pratama Watampone.

E. Pembahasan

Pada table 3.1 jumlah wajib pajak pada tahun 2018 berjumlah 100,241, tahun 2019 berjumlah 106,393 dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 6,152 wajib pajak, pada tahun 2020 jumlah wajib pajak berjumlah 104,458, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sejumlah 1,935 wajib pajak di karenakan pada awal tahun 2020 indonesia dan seluruh Negara terkenah wabah Covid-19 maka beberapa aktifitas kegiatan ekonomi di hentikan karena penyebaran covid-19 yang begitu meresahkan beberapa Negara.

Berdasarkan table 3.7 tentang adanya pencapaian perolehan penerimaan pada awal tahun 2018 – 2019 mengalami peningkatan pada segi penerimaan dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan yang sangat tinggi pada penerimaan pemeriksaan. Berdasarkan data penerimaan KPP Pratama Watampone dapat dlihat bahwa penerimaan di tahun 2018 sejumlah Rp.

1.439.848.348 untuk target penerimaan sebesar Rp. 1.626.500.000 dengan persentasi 88.52%.

(58)

Tahun 2019 mengalami peningkatan dari segi realisasi sebesar Rp.

1.813.802.027 dapat dilihat perbandingan dari 2018 ke 2019 mengalami peningkatan sebesar Rp. 373.953.679 sedangkan untuk target penerimaannya belum mencapai target realisasi, seharusnya jumlah target yang harus dicapai oleh KPP Pratama Watampone berjumlah Rp. 6.428.407.846 dari segi persen menurun 28.22% dari hasil realisasi.

Tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar Rp. 4.186.070.282 untuk target penerimaan sebesar Rp. 3.706.522.888 dan persentasi meningkat 112.94% dan melewati target yang seharusnya diterima oleh KPP Pratama Watampone.

Eko Prasetyo Budi (2021) dengan adanya Pemeriksaan Pajak memungkinkan diperolehnya umpan balik guna meningkatkan pemahamannya tentang penerapan peraturan perpajakan yang benar, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesadarannya untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Pemeriksa tanpa dukungan dari Wajib Pajak akan lebih berrsifat pemborosan sumber daya dari pihak administrasi pajak.

Kepatuhan wajib pajak mencakup 3 jenis, yaitu : a. Kepatuhan Membayar

Salah satu kunci kepatuhan wajib pajak adalah kemudahan dalam membayar pajak. Kemudahan dalam membayar pajak bisa di wujudkan antara lain dengan selalu meningkatkan pembayaran secara elektronik, menggabungkan beberapa jenis pajak atau bahkan menghapus jenis pajak yang tidak relevan dan menyederhanakan proses pelaporan SPT.

Kemudahan dalam membayar pajak pada akhirnya akan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, apabila

(59)

42

kesederhanaan pembayaran dan pelaporan pajak tidak segera dilakukan, maka dampak negative juga akan timbul bagi organisasi karena waktu akan tersita habis menangani begitu banyaknya dokumen yang harus diawasi. Direktorat Jenderal Pajak juga harus selalu memberikan pencerahan kepada masyarakat mengenai pentingnya membayar pajak dan dampaknya bagi pembangunan ekonomi nasional berkelanjutan.

b. Kepatuhan Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT)

Direktorat Jenderal Pajak melalui para pegawai pajak (fiskus) menempatkan laporan wajib pajak sebagai pintu masuk untuk mengevaluasi kepatuhan wajib pajak. Menyikapi kurangnya kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan laporan SPT, salah satu bentuk pembinaan yang bisa dilakukan adalah senantiasa mengingatkan wajib pajak agar menyampaikan SPT dengan benar dan tepat waktu.

c. Ketidakpatuhan wajib pajak yang lebih buruk dari sekedar tidak menyampaikan SPT tepat waktu adalah ketidakpatuhan dengan sengaja hanya melaporkan sebagian kegiatan usaha. Inilah yang disebut sebagai penggelapan pajak yang merugikan negara. Alasan wajib pajak melakukan hal ini tidak lain agar pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil.

Eko Prasetyo Budi (2021) Bentuk kepatuhan wajib pajak tersebut adalah kepatuhan semu. Karena, apabila sepanjang belum dilakukannya pemeriksaan secara utuh tidak dapat dikatakan bahwa wajib pajak dikatakan patuh, hanya saja ukuran kepatuhan wajib pajak hanya sebatas dari terpenuhinya kewajiban pendaftaran dan pelaporan dan pembayaran yang belum teruji otoritas melalui

(60)

pemeriksaan. Dan wajib pajak dikatakan patuh apabila wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tatacara Pendaftaran, Pemberian dan Penghapusan Nomor Pokok

dalam Pasal 8 PMK Nomor 17/PMK.03/2013, kedua, secara eksternal seperti pencapaian rencana penerimaan pajak dari kegiatan pemeriksaan seharusnya bukan target utama,

,Peraturan Direktorat Jenderal Pajak PER-20/PJ/2013 Diubah Terakhir Menjadi PER-38/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dengan

183/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan. Surat

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak

dalam Pasal 8 PMK Nomor 17/PMK.03/2013, kedua, secara eksternal seperti pencapaian rencana penerimaan pajak dari kegiatan pemeriksaan seharusnya bukan target utama,

Semula kantor tersebut bernama Kantor Pelayanan Pajak Magelang kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55 /PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 62/PMK.01/2009 tentang organisasi dan tata kerja Instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak, Kantor