LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
MEKANISME PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN SURAT PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (SPPKP) PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI
O L E H
NAMA : MEI KRISTINA SIMBOLON NIM : 102600027
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, Dengan
Anugerah dan KasihNya yang telah dilimpahkan kepada penulis serta Karunia dan
Hikmat yang dari padaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan pada
program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dan penulis juga dapat
menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) dengan judul “Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai”.
Laporan Tugas Akhir ini dapat diajukan guna untuk memenuhi salah satu
syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi
Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna baik dalam bahasa dan
kata-kata, maupun dari segi susunan-susunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan adanya saran dan kritikan yang membangun dan dapat membuat
tulisan ini menjadi lebih baik lagi.
Dalam Menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini,
tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si. selaku Ketua Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Dra. Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Seluruh Dosen Pengajar pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU, yang telah mentransformasikan ilmu-ilmu pengetahuanya kepada saya.
5. Bapak Patar M.N.P Hutabarat,S.ST selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dan membimbing serta memberikan arahan selama proses penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak dan Ibu tercinta J.Simbolon dan K.br.Naibaho yang senantiasa memberikan
kasih sayangnya, didikan, dorongan dan semangat kepada penulis, dan juga materi
yang diberikan yang tidak dapat dinilai dengan suatu apapun. Kalian adalah
semangat hidupku.
7. Abangku (Janson) dan adik-adikku tersayang (Alfred,Dicky), pudan kami
(Karintus) yang selalu memberikan senyuman dan dukungan, terimakasih buat
kebahagiaannya.
8. Ungkapan terimakasih buat Teman seperjuangan dari awal perkuliahan hingga
akhir, Tax 2010 terkhusus Tax’A dan sahabatku Juni Novita Tambunan (Junet),
Haloho (Winong), Winda Aprilia Saragih(Appri), Tiodora Singarimbun (Nande
Ribu), Samuel Butar – Butar (Sam) yang telah berjuang bersama-sama, saling
mengisi kehidupan dan menjadi sumber spirit selama ini di kampus tercinta dan
untuk persaudaraan kita.
9. Teman-teman yang turut mendukung, Michael Hura (Chumy nya Chuny), Sinta
Alemina Sebayang (Sintonk), Ayu Retno yang selalu jadi sumber informasi,
thank’s berat yaaa..
10. Teman-teman riset, Juni Novita, Saurmauli, Puput tax’b, Puput tax’c, Ferd Ricky,
makasi buat semangatnya semoga kita sukses selalu.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehinggan laporan
ini dapat selesai. Dan penulis berharap kiranya Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini dapat bermanfaat dalam prakarya ilmu pendidikan.
Medan, juli 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4
C.Uraian Teoristis ... 6
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9
F. Metode Pengumpulan Data ... 11
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri . 12 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PKLM A.Sejarah Singkat Lokasi KPP Pratama Medan Barat ... 14
B.Lokasi Geografi KPP Pratama Binjai ... 16
C.Deskripsi tugas ... 17
D.Jumlah Pegawai KPP Pratama Binjai……… ... 20
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Ketentuan Umum ... 23
1. Pengusaha Kena Pajak ... 23
2. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak ... 25
B. Jangka waktu dan tempat pelaporan kegiatan usaha……… . 26
1. Jangka waktu kegiatan pelaporan kegiatan usaha………… ... 26
2. Tempat pelaporan kegiatan usaha……… .... 27
C. Mekanisme pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Paja…... 28
1. Mekanisme pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
pada KPP Pratama Binjai ... 28
2. Mekanisme pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Secara jabatan ... 31
3. Mekanisme pendaftran pengukuhan pengusaha kena pajak
Dengan sistem E-Registration ... 33
4. Mekanisme pencabutan PKP ... 35
BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI
A. Statistik Kuantitas Pengukuhan Dan Pencabutan Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PPKP)……… ... 38
B. Kendala – kendala yang dihadapi Pengusaha Kena Pajak
Yang Ingin Mendaftarkan Dirinya Dalam Hal Perpajakan… .... 43
C. Cara Mengatasi Kendala yang Dihadapi Wajib Pajak atau
Pengusaha Kena Pajak dalam Hal Perpajakan……… ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik
material maupun non material.Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu
memperhatikan masalah tentang pembiayaan pembangunan.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negera
dalam pembiayaan bangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam
negeri yaitu berupa pajak.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang - undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2006:1)
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007, Pajak adalah kontribusi
wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya
Pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian serta peran aktif
setiap warga Negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai keperluan
Negara berupa pembangunan nasional. Sehingga di dalam menjalankan program
pemerintah diperlukan perhatian khusus bagaimana agar target yang telah ditetapkan
dapat terwujud. Aplikasinya bahwa pembangunan nasional dan keperluan Negara
lainnya tidak akan terwujud atau tercipta jika dana yang didapatkan minim atau tidak
mencukupi, maka dengan itu pemerintah berupaya mencari solusi bagaimana cara
meningkatkan penerimaan negara tersebut sehingga dapat membiayai program
pemerintah seperti yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN)
Selain itu, pajak juga merupakan sumber utama penerimaan Negara yang paling
dominan dan untuk tahun 2013 target penerimaan pajak mencapai 1.042,29 Triliun
atau 68,14% dari APBN sehingga pemerintah berupaya bagaimana agar penerimaan
dari pajak tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Beberapa upaya yang
dapat dilakukan adalah meliputi intensifikasi, yaitu kegiatan atau upaya penggalian
potensi Pajak (PPh, PPN dan PPnBM) terhadap kewajiban pajak Badan dan Orang
Pribadi yang sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak. Dan diimbangi dengan
ekstensifikasi yaitu penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak yang telah
memenuhi syarat - syarat tertentu, dimana wajib mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak dan melaporkan usahanya untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali
menjadi Undang- Undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau kegiatannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar Daerah Pabean.
Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai
berdasarkan Undang - Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha dan tempat
kegiatan usaha dikukuhkan, sedangkan bagi pengusaha Badan berkewajiban
melaporkan usahanya tersebut pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan.
(Sihaloho, 2002:3)
Secara umum Pengusaha Kena Pajak (PKP) masih sering salah dalam
melaporkan dan menyetor jumlah pajaknya sehingga menimbulkan kendala bagi
yang dapat menyebabkan terhambatnya penyelanggaraan pajak sehingga nantinya
juga akan berpengaruh terhadap penerimaan Negara.
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi latar belakang penulis untuk
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dimaksudkan agar mahasiswa
mengetahui dan bisa mempraktikan secara langsung teori yang sudah dipelajari
sebelumnya tentang mekanisme pengukuhan dan pencabutan pengukuhan pengusaha
kena pajak.
Dengan ini penulis merasa tertarik membuat Laporan Tugas Akhir dengan judul :
“MEKANISME PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN SURAT
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (SPPKP) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM)
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Ada pun yang menjadi tujuan dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) adalah :
1.1 Untuk mengetahui mekanisme pengukuhan dan pencabutan Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
1.2 Untuk mengetahui kendala - kendala yang dihadapi dalam proses pendaftaran
dan pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) pada
2. Manfaat PKLM
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya sangat bermanfaat bagi beberapa
pihak diantaranya adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Dapat menerapkan teori dalam masalah yang dihadapi di lapangan.
b. Mempelajari dan mengembangkan rasa tanggung jawab, kedisiplinan dan
kemampuan bekerjasama yang nantinya sangat dibutuhkan saat memasuki
dunia kerja yang sebenarnya.
c. Memperluas wawasan dan menambah pengembangan ilmu pengetahuan
mahasiswa di bidang perpajakan.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
a. Memberi image yang positif terhadap masyarakat tentang pelayanan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
b. Membantu Pemerintah dalam mensosialisasikan pajak dengan efisien dan
efektif kepada masyarakat khususnya wajib pajak.
c. Membina kerja sama antara KPP Pratama Binjai dengan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara khususnya
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Meningkatkan interaksi dan hubungan kerjasama antara pihak Universitas
Sumatera Utara khususnya Program Diploma III Administrasi Perpajakan
dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
b. Mempromosikan Sumber Daya Manusia di Universitas Sumatera Utara yang
ahli sesuai dengan bidang Administrasi Perpajakan.
c. Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia yang
dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas
Sumatera Utara.
C. Uraian Teoritis
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan
terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor –
faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada
para konsumen. Sedangkan Pajak Penjualan adalah pajak yang dikenakan terhadap
nilai jual setiap perpindahan/pertukaran barang dan jasa, sehingga menimbulkan
adanya pajak berganda. (Rusdji, 2004:1)
Sedangkan menurut Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai tahun 1984
Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh
Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak
dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.
(Sukardji, 2010:54)
2. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Adapun pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Undang - Undang
Kententuan Umum dan Tatacara Perpajakan Nomor 28 tahun 2007 Pasal 1 ayat 5
adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang -
Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) tahun 1984 dan perubahannya, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan,
kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak. (Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, 2008:9)
Kewajiban seorang Pengusaha Kena Pajak adalah (PKP) adalah melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), memungut pajak
yang terutang dengan membuat Faktur Pajak (pasal 13 Undang - Undang PPN 1984),
menyetor pajak yang terutang dengan menyelenggarakan Catatan Perolehan dan
Peredaran serta mengkreditkan Pajak Masukan berdasarkan ketentuan yang berlaku
terutang dengan mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN (pasal 3 Undang –
Undang KUP). (Sukardji, 2010:69)
3. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Objek PPN berdasarkan perubahan ketiga Undang – Undang PPN 1984 adalah:
3.1 Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan Pengusaha.
3.2 Impor BKP.
3.3 Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan Pengusaha.
3.4 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
3.5 Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
3.6 Ekspor BKP berwujud oleh PKP.
3.7 Ekspor BPK tidak berwujud oleh PKP.
3.8 Ekspor JKP oleh PKP.
3.9 Membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha/pekerjaan
orang pribadi/badan.
3.10 Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP. Kecuali Pajak Masukannya tidak dapat
dikreditkan berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf b dan c. (Sukardji, 2010:52)
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK.03/2003, berlaku 1
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) dengan
peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam
ratus juta rupiah).
Apabila Pengusaha yang jumlah peredaran usahanya dalam 1 tahun memperoleh
penghasilan melebihi Rp 600.000.000,00 harus melaporkan usahanya ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat pengusaha tersebut untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini Mahasiswa melakukan Praktik Kerja Lapangan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai untuk mendapatkan serta mempelajari data tentang:
1. Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak (SPPKP) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
2. Perkembangan pendaftaran dan pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (SPPKP) dengan menggunakan data - data kantor pajak periode
2010 sampai 2012 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka Penulis menggunakan
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini Penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari
pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan, pembuatan proposal, seminar proposal, perbaikan proposal,
persetujuan proposal, penentuan dosen pembimbing, berkonsultasi dengan dosen
pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan, dan pembuatan surat izin oleh Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan kepada KPP Pratama Binjai.
2. Studi Literatur
Hal ini berkaitan dengan mengumpulkan data dan mempelajari buku - buku yang
berkaitan dengan judul PKLM seperti Undang - Undang Perpajakan, Peraturan
Pemerimtah, Keputusan Menteri Kuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak
serta sumber - sumber lain yang mendukung penulisan laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini.
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi serta keadaan
dari kantor tempat penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
4. Pengumpulan Data
Yaitu dengan mengumpulkan data - data yang dibutuhkan dalam menyusun
Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang terdiri dari:
a. Data Primer yaitu data - data yang diperoleh dari pihak - pihak yang
mengetahui dan memahami tentang mekanisme pengukuhan dan pencabutan
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP).
b. Data Sekunder yaitu data - data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang
mendukung laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
5. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah memperoleh data yang dibutuhkan penulis akan menganalisa dan
mengelompokkan data tersebut agar lebih mudah mengevaluasinya dan meraih
kesimpulan tentang data - data tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis - jenis yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk
dokumen, tabel, dan bagan. Dimana metodenya terdiri dari:
1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)
Penulis melakukan tanya jawab dengan para petugas yang mengetahui dan
memahami permasalahan yang dihadapi dalam penulisan laporan ini sehingga
penulis dapat memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian yang
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan langsung maupun tidak
langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati,
mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh
pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan
berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh
melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.
3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi. Penulis juga melakukan
pengamatan yang dilakukan berdasarkan bahan bacaan di perpustakaan,
Undang-Undang Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan,
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, Surat Edaran, dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi Penulis untuk memperoleh data dan
keterangan yang dibutuhkan dalam tugas akhir.
G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang antara lain menguraikan
tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM,
uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM,
metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini Penulis menerangkan tentang sejarah singkat
struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, serta gambaran
mengenai pegawai atau karyawan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai.
BAB III : GAMBARAN DATA PKLM
Pada bab ini Penulis secara jelas dan terperinci mengenai
ketentuan - ketentuan pengukuhan dan pencabutan Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak berdasarkan peraturan
perundang - undangan perpajakan.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh
dan kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan
interprestai untuk menjawab perumusan masalah yang
diajukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disimpulkan beberapa pernyataan dari hal
- hal yang telah dikemukakan dan saran – saran yang
mungkin dapat diambil untuk mengatasi masalah yang ada.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan pada tanggal 1 April
1994, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994, dengan wilayah kerja sebagai berikut :
1. Kotamadya Binjai
2. Kabupaten Langkat
3. Kabupaten Deli Serdang
a. Kec. Labuhan Deli
b. Kec. Sunggal
c. Kec. Pancur Batu
d. Kec. Hamparan Perak
e. Kec. Sibolangit
f. Kec. Kutalimbaru
4. Kabupaten Tanah Karo
Pada tanggal 27 Mei 2008, KPP Binjai berubah nama menjadi KPP Pratama
Binjai yang artinya KPP Pratama Binjai telah menjadi KPP Modern dimana
pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. KPP Pratama Binjai
1. Kota Binjai
a. Kec. Binjai Timur
b. Kec. Binjai Kota
c. Kec. Binjai Utara
d. Kec. Binjai Barat
e. Kec. Binjai Selatan
2. Kabupaten Langkat
a. Kec. Pangkalan Susu
b. Kec. Gebang
c. Kec. Hinai
d. Kec. Secanggang
e. Kec. Sawit Sebrang
f. Kec. Babalan
g. Kec. Sei Lepan
h. Kec. Stabat
i. Kec. Sirapit
j. Kec. Tanjung Pura
k. Kec. Wampu
l. Kec. Pematang Jaya
m. Kec. Brandan Barat
n. Kec. Kuala
p. Kec. Bahorok
q. Kec. Kutambaru
r. Kec. Padang Tualang
s. Kec. Sei Bingai
t. Kec. Batang Serangan
u. Kec. Salapian
Seiring perubahan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak,
pelayanan Perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Binjai telah
diserahkan Pemerintah Daerah terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013.
B. Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletak di Jalan Jambi Nomor 1
Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ini
mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib
Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, PBB dan Pajak Tidak langsung lainnya dalam
wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dikepalai oleh seorang Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Kepala Kantor, Sub Bagian Umum,
dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing – masing seorang kepala seksi agar
dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Binjai. Maka disini, penulis akan menggambarkan tentang struktur
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Struktur organisasi adalah wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi sangat
penting untuk terlaksanakan fungsi pengorganisasi dengan baik sebab dengan adanya
struktur organisasi akan terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang
terdapat dalam hierarki organisasi dan akan memudahkan setiap karyawan untuk
menjalankan tugas dan fungsinya.
Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki
fungsi :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;
4. Penyuluhan perpajakan;
5. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;
6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;
7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;
8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;
11. Pembetulan ketetapan pajak;
12. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan;
13. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.
Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah
sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
Tugasnya adalah mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan
pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, PBB dan Pajak Tidak
langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Subbagian Umum
Subbagian Umum memiliki tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,
tata usaha, dan rumah tangga.
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta melakukan
kerjasama perpajakan.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,
pengalokasian Pajak Bumi, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan
laporan kinerja.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib
pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis
kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajakdalam rangka melakukan
intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi
dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.
6. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
7. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan
penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi
risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil
pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.
8. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan
pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
D. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
1. Kepala Kantor
Jumlah: 1 Kepala Kantor
2. Kasi/Kasubbag Umum
Jumlah: 1 Kepala sub bagian umum dan 6 pelaksana.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Jumlah: 1 Kepala seksi dan 8 pelaksana.
4. Seksi Pelayanan
Jumlah: 1 Kepala seksi dan 8 pelaksana.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
-Waskon 1 : 1 kepala seksi dan 5 account representative.
-Waskon 2 : 1 Kepala seksi, 6 account representative, dan 1 pelaksana.
-Waskon 3 : 1 Kepala seksi, dan 6 account representative.
6. Seksi Ekstensifikasi
Jumlah: 1 Kepala seksi, dan 4 pelaksana.
7. Seksi Pemeriksaan
Jumlah: 1 Kepala seksi dan 3 pelaksana.
8. Seksi Penagihan
Jumlah: 1 Kepala seksi dan 4 pelaksana.
9. Seksi Fungsional
SEKSI PENGOLAHAN
DATA DAN INFORMASI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Bagan 2.1
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA BINJAI
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
KEPALA KANTOR KPP PRATAMA BINJAI
SUB BAGIAN UMUM
SEKSI PENGAWASAN
DAN KONSULTASI SEKSI
INTENSIFIKASI PERPAJAKAN
SEKSI PEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN
INTERNAL
SEKSI PELAYANAN
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK
A. Ketentuan Umum
1. Pengusaha Kena Pajak
Kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak diawali
berdasarkan Pasal 21 Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan yang menyatakan bahwa Setiap Wajib Pajak sebagai
pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada Kantor
Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Kewajiban pelaporan terkait pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjulan atas Barang Mewah (PPnBM). Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan disamping
kewajiban mendaftarkan diri, terdapat pula kewajiban melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebelum menyerahkan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) bagi yang memenuhi
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
kali menjadi Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 4 disebutkan
bahwa Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau kegiatannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar Daerah Pabean.
Pengusaha dapat berbentuk perseorangan atau badan yang dapat berupa
Perseoran Terbatas, Perseoran Komanditer, Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perseroan
atau Perkumpulan Lainnya, Firma, Kongsi, Perkumpulan Koperasi, Yayasan,
Lembaga, Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan bentuk usaha lainnya (termasuk bentuk
usaha kerja koperasi).
Adapun pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Undang – Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 5
adalah Pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)
dan atau ekspor Barang Kena Pajak (BKP) yang dikenakan Pajak berdasarkan
Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai yang wajib melaporkan usahanya
yang batasannya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha
Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2.1 Memiliki Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). Untuk tahun
2001 dan seterusnya pada setiap Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) tidak
perlu lagi diberikan NPPKP tersendiri.
2.2 Memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) yang terutang.
2.3 Menyetor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang masih harus dibayar dalam hal
pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan yang dapat dikreditkan, serta
menyetorkan PPnBM.
2.4 Melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang.
3. Fungsi Pengusaha Kena Pajak
3.1 Untuk mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak.
3.2 Pelaksaaan hak dan kewajiban di bidang PPN dan PPnBM.
B. Jangka Waktu Dan Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha
1. Jangka Waktu Kegiatan Pelaporan Kegiatan Usaha
Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha di beberapa tempat, juga wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan
Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat – tempat kegiatan usaha wajib
pajak.
Batas waktu pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) adalah selambat – lambatnya 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai
dijalankan. Namun demikian, pengusaha dapat melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum saat usaha mulai dijalankan yaitu
saat pendirian atau usaha saat usaha mulai dilakukan. Berdasarkan permohonan
tersebut Kantor Pelayanan Pajak melakukan pengukuhan PKP paling lambat 5 (lima)
hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat merugikan pendapatan Negara
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dan paling tinggi 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
Wajib pajak yang tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak akan diterbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan.
2. Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha
2.1 Tempat pelaporan kegiatan usaha pengusaha untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat kedudukan, dan kegiatan usaha Wajib
Pajak.
2.2 Bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran orang pribadi yang tempat
tinggalnya tidak sama dengan tempat kegiatan usaha dilakukan dan Pengusaha
Kena Pajak tersebut tidak melakukan kegiatan usaha apapun di tempat
tinggalnya, maka tempat terutangnya pajak adalah hanya di tempat kegiatan
usaha dilakukan. Dengan demikian, secara administratif terhadap Pengusaha
Kena Pajak dimaksudkan hanya dikukuhkan di tempat kegiatan usaha dilakukan.
2.3 Apabila Pengusaha mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang, baik sebagai
pusat maupun cabang perusahaan, maka pemindahan Barang Kena Pajak antar
tempat tersebut (dari pusat atau sebaliknya atau penyerahan Barang Kena Pajak
Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai lebih dari satu tempat pajak
terutang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) pada tempat – tempat kegiatan usaha wajib pajak.
C. Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
1. Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Binjai
Hal – hal yang harus dilakukan Pengusaha :
1.1 Pengusaha harus mengisi formulir permohonan pendaftaran pengukuhan PKP
secara lengkap dan jelas. Dalam hal ini pengusaha membutuhkan bantuan
mengisi formulir tersebut yang dapat ditanyakan kepada petugas
pendaftaran Wajib Pajak.
1.2 Pengusaha menyerahkan formulir permohonan pendaftaran pengukuhan PKP
yang telah diisi secara lengkap dan jelas serta ditandatangani wajib pajak atau
kuasanya kepada petugas pendaftaran wajib pajak.
Petugas Pendaftaran mempunyai tugas :
1.1 Menerima formulir permohonan pendaftaran pengukuhan PKP yang telah
1.2 Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerima berkas permohonan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak kemudian meneliti kelengkapan
persyaratannya. Dalam hal berkas permohonan pengukuhan PKP belum
lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal
berkas permohonan pengukuhan PKP sudah lengkap, Petugas Tempat
Pelayanan Terpadu akan mencetak BPS (Bukti Pembayaran Surat) dan
LPAD (Lembar Pengawasan Arus Dokumen). BPS akan diserahkan kepada
Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan
pengukuhan PKP kemudian diteruskan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.
1.3 Pelaksana Seksi Pelayanan merekam permohonan Wajib Pajak.
1.4 Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Tugas Pembuktian Alamat
kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.
1.5 Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Surat Tugas Pembuktian Alamat
kemudian mengembalikannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.
1.6 Atas dasar Surat Tugas Pembuktian Alamat, Pelaksana Seksi Pelayanan
melakukan penelitian lapangan kebenaran alamat Wajib Pajak.
1.7 Berdasarkan hasil penelitian lapangan, Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak
konsep Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat kemudian menyerahkannya
kepada Kepala Seksi Pelayanan. Dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti benar,
Pelaksana Seksi Pelayanan kemudian mencetak konsep Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak. Jika alamat PKP tidak benar, Pelaksana Seksi
Pajak. Konsep Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau konsep Surat
Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan PKP dicetak rangkap dua,
yaitu :
Lembar ke‐1 : untuk Wajib Pajak
Lembar ke‐2 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak.
1.8 Pelaksana Seksi Pelayanan menyampaikan konsep Berita Acara Hasil
Pembuktian Alamat dan konsep Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
atau konsep Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan PKP
kepada Kepala Seksi Pelayanan.
1.9 Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Berita Acara Hasil Pembuktian
Alamat, Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau Surat Penolakan
Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan PKP kemudian menyerahkan kepada
Pelaksana Seksi Pelayanan.
1.10 Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani,
memberi nomor, memberi stempel kantor, memisahkan dokumen untuk arsip
dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.
1.11 Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan dokumen kepada
Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Penyampaian Dokumen di Kantor
Pelayanan Pajak).
2. Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Secara Jabatan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan adalah pemberian Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) yang dilakukan terhadap PKP yang
telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak
memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya
bersadarkan data – data yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Pengusaha kena Pajak dikukuhkan secara Jabatan apabila :
1.1 Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekarjaan
bebas, dan Wajib Pajak Badan, paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha
mulai dijalankan dan memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
1.2 Pengusaha Kecil yang tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi
sampai dengan 1 (satu) bulan dalam 1 (satu) tahun buku jumlah nila peredaran
bruto atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak telah melampaui
batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan
1. Berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh
KPP, Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi terkait meneliti dan
menentukan apakah pemberian pengukuhan PKP secara jabatan
dapat dilakukan melalui Verifikasi atau harus melalui pemeriksaan
dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dan Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.03/2012.
2. Dalam hal pemberian pengukuhan PKP secara jabatan dapat dilakukan
melalui Verifikasi, Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi mengusulkan Petugas Verifikasi dan membuat konsep surat
tugas Verifikasi dalam rangka pemberian NPWP dan/atau pengukuhan
PKP.
3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menyampaikan konsep surat
tugas Verifikasi dalam rangka pemberian pengukuhan PKP
secara jabatan kepada Kepala KPP untuk mendapatkan persetujuan.
4. Kepala KPP meneliti dan memberikan persetujuan atas konsep surat
tugas Verifikasi dengan memperhatikan kebijakan umum yaitu dalam hal
Verifikasi dilakukan terkait dengan keterangan lain dari kegiatan
membangun sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16C
Undang-Undang PPN, salah satu petugas Verifikasi dapat berasal dari Seksi
Ekstensifikasi
5. Terhadap pemberian pengukuhan PKP secara jabatan yang tidak dapat
menyampaikan data dan informasi perpajakan yang diperoleh kepada
Kepala Seksi Pemeriksaan untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan
di bidang Pemeriksaan.
3. Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem E-Registration.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak untuk
mendaftarkan diri/melaporkan kegiatan usahanya melalui jaringan sistem informasi
yang tergabung secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak, ditetapkan peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor 20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran NPWP
dan/atau Pengusaha Kena Pajak dan Perubahan Data Pajak dan/atau Pengusaha Kena
Pajak dengan sistem E-Registration.
3.1 Bagi Pengusaha Kena Pajak
a. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat
b. Memelih menu sistem e-Registration.
c. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e-Registration.
d. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password
e. Memilih meni “permohonan pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak”.
f. Memilih jenis pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau Bendahara).
g. Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap dan
benar.
h. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan Pendaftaran
NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
i. Mencetak formilir pendaftaran yang sudah diisi secra lengkap dan Surat
Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS) melalui aplikasi e-Registration.
j. Menerima Surat Keterangan Terdaftar (SKT), Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (SPPKP) dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama dimana wajib
pajak terdaftar. PKP dapat menggunakan SKTS untuk melakukan
pembayaran, pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta tidak
dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan diluar bidang perpajakan.
3.2 Petugas Pendaftaran Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat
Wajib Pajak terdaftar.
a. Memantau informasi permohonan Wajib Pajak pada sistem e-Registration.
b. Menerima, memproses dan melakukan filtering atas isian Formulir
Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena
c. Menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak paling lama 1 (satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran
pengukuhan PKP diisi secara lengkap.
d. Menyampaikan SKT dan SPPKP kepada Wajib Pajak.
e. Setalah menerbitkan SKT dan SPPKP, Kepala Kantor dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) tahun menugaskan petugas konfirmasi lapangan untuk
melakukan konfirmasi lapangan dengan prioritas sesuai tingkat resiko Wajib
Pajak dalam rangka membuktikan kebenaran pengisian formulir permohonan
yang disampaikan wajib pajak.
f. Dalam hal konfirmasi lapangan menunjukkan bahwa data yang disampaikan
oleh PKP terdaftar tidak benar, KPP Pratama menerbitkan Surat Pencabutan
SKT dan/atau Surat Pencabutan SPPKP secara jabatan untuk disampaikan
kepada PKP.
4. Mekanisme Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Registrasi ulang Pengusaha Kena Pajak adalah suatu program yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi, pengawasan, dan untuk
menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif PKP. Registrasi Ulang PKP
dilakukan oleh KPP tempat PKP terdaftar dengan jangka waktu pelaksanaan
Registrasi Ulang mulai sejak Februari 2012 sampai dengan 31 Agustus 2012.
Dalam rangka Registrasi Ulang PKP, DJP karena jabatan dapat melakukan
berdasarkan Verifikasi dilakukan terhadap PKP yang memenuhi kriteria tertentu yang
benar – benar tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif untuk dikukuhkan
sebagai PKP.
Persyaratan subjektif adalah apabila PKP merupakan Pengusaha. Yang
dimaksud Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa,
atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
Persyaratan objektif apabila PKP merupakan Pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di
dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP)
berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak (JKP), dan/atau ekspor Barang Kena Pajak (BKP)
tidak berwujud.
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah tindakan mencabut
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari Tata Usaha Kantor Pelayanan Pajak
Pratama, tanpa menghilangkan kewajiban perpajakan yang lainnya seperti Pajak
Penghasilan-nya (PPh).
1. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama yang lain.
2. Pengusaha Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan Ketentuan
Peraturan perpajakan yang berlaku.
3. Tidak memenuhi syarat lagi sebagai Pengusaha Kena Pajak.
4. Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
5. Pengusaha Kena Pajak tidak diyakini keberadaan dan/atau kegiatan usahanya.
Pengusaha kena pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan pengusaha
kena pajak apabila jumlah peredaran brutonya dalam suatu tahun buku penuh ternyata
tidak melebihi nilai batas penyerahan yang ditetapkan sebagai pengusaha kecil.
Permohonan pencabutan diajukan oleh PKP paling lambat 1 bulan setelah
berakhirnya tahun buku yang bersangkutan.
Direktorat Jendaral Pajak (DJP) setelah melakukan pemeriksaan harus
memberikan keputusan dalam jangka 2 bulan sejak permohonan pencabutan
pengukuhan sebagai PKP. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas
DJP tidak memberi keputusan, maka permohonan pencabutan pengukuhan pengusaha
kena pajak dianggap dikabulkan dan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 bulan setelah jangka waktu
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Statistik Kuantitas Pengukuhan Dan Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP)
1. Jumlah Pengukuhan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Jumlah permohonan Pengusaha Kena Pajak yang masuk pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai dari tahun 2010 sampai dengan 31 Desember 2012,
[image:45.612.112.529.486.610.2]dapat kita lihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Jumlah permohonan Pengukuhan PKP yang masuk
per bulan Pada KPP Pratama Binjai
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
2010 19 25 7 18 12 12 14 8 10 7 7 7
2011 6 13 8 9 19 1 4 8 7 12 10 4
2012 7 11 7 12 6 4 7 6 13 6 8 6
Sumber:KPP Pratama Binjai
Dari tabel di atas diambil kesimpulan bahwa permohonan Pengukuhan PKP
yang masuk pada KPP Pratama Binjai setiap bulannya tidak stabil baik untuk tahun
tertinggi untuk tahun 2010 adalah pada bulan Februari dengan jumlah 25 permohonan
Pengukuhan PKP dan yang terendah adalah pada bulan Maret, Oktober, November,
dan Desember berjumlah 7 permohonan Pengukuhan PKP, kemudian tahun 2011
jumlah permohonan Pengukuhan PKP tertinggi adalah pada bulan Mei dengan
jumlah 19 permohonan Pengukuhan PKP dan terendahnya adalah bulan Juni yaitu 1
permohonan Pengukuhan PKP, sedangkan untuk tahun 2012 jumlah permohonan
Pengukuhan PKP tertinggi adalah bulan September dengan jumlah 13 permohonan
Pengukuhan PKP dan terendahnya pada bulan Juni yaitu 4 permohonan Pengukuhan
[image:46.612.225.414.484.612.2]PKP.
Tabel 2
Jumlah permohonan Pengukuhan PKP yang masuk
per tahun Pada KPP Pratama Binjai
Tahun OP Badan Jumlah
2010 6 140 146
2011 8 93 101
2012 9 82 91
Sumber:KPP Pratama Binjai
Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa setiap tahunnya terjadi penurunan
permohonan Pengukuhan PKP pada KPP Pratama Binjai. Hal itu dikarenakan mulai
PKP secara jabatan sehingga lebih banyak pengukuhan PKP secara jabatan daripada
permohonan.
Khusus tahun 2012 tidak ada permohonan PKP yang ditolak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai karena semuanya diterima oleh Pelaksana
Pengukuhan PKP.
Dan berikut dibawah ini Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar dan
dicabut pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dari tahun 2010 sampai dengan
[image:47.612.165.478.481.635.2]Desember 2012.
Tabel 3
Jumlah PKP Terdaftar dan Dicabut pada
KPP Pratama Binjai
Sumber: KPP Pratama Binjai
Dilihat dari tabel diatas jumlah pengukuhan PKP terbanyak pada KPP
Pratama Binjai adalah di tahun 2012, itu dikarenakan untuk tahun 2012 banyak PKP
Tahun Pengukuhan
Pencabutan
Jumlah PKP Aktif OP Badan
2010 1792 21 36 57 1735
2011 1833 19 24 43 1790
yang dikukuhkan secara Jabatan dengan program Registrasi Ulang. Begitu pula
dengan pencabutan PKP terbanyak pada KPP Pratama Binjai adalah ditahun 2012,
dan itu juga dikarenakan untuk tahun 2012 dilakukan Registrasi Ulang berdasarkan
Verifikasi terhadap Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang
benar – benar tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.
Pengusaha Kena Pajak yang dicabut SPPKP-nya secara jabatan berdasarkan
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER- 05/PJ/2012 adalah :
1. Pengusaha Kena Pajak yang tidak memenuhi kriteria tertentu, yaitu :
a. Pengusaha Kena Pajak yang telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak
Pertambahan Nilai di tempat lain.
b. Pengusaha Kena Pajak yang pindah alamat ke wilayah kerja Kantor
Direktorat Jenderal Pajak lainnya.
c. Pengusaha Kena Pajak yang sudah tidak lagi memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2. Pengusaha Kena Pajak yang tidak memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sebagai Pengusaha Kena Pajak , yaitu :
a. Pengusaha Kena Pajak dengan status tidak aktif (Non Efektif).
b. Pengusaha Kena Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa PPN untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
c. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
PPN yang pajak keluaran dan Pajak Masukannya nihil untuk Masa Pajak
Januari sampai dengan Desember 2011 sebelum berlakunya Peraturan
Direktorat Jenderal ini.
d. Pengusaha Kena Pajak, yang pada Masa Pajak Januari sampai dengan
Desember 2011 sebelum berlakunya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak
ini, yang pada bagian periode tersebut tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa PPN atau menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
PPN yang Pajak Keluaran dan Pajak Masukannya nihil.
e. Pengusaha Kena Pajak yang tidak ditemukan pada waktu pelaksanaan
Sensus Pajak Nasioanal.
f. Pengusaha Kena Pajak yang tidak diyakini keberadaan dan/atau kegiatan
usahanya.
3. Pengusaha Kena Pajak yang tidak diyakini keberadaan dan/atau kegiatan
usahanya, yaitu:
a. Pengusaha Kena Pajak yang tidak dilakukan kunjungan (visit) dalam
jangka waktu 6 bulan terakhir sebelum berlakunya Peraturan Direktorat
Jendaral ini.
b. Pengusaha Kena Pajak yang tidak dilakukan pemeriksaan PPN dalam
jangka waktu 6 bulan terakhir sebelum berlakuanya Peraturan Direktorat
c. Pengusaha Kena Pajak yang tidak dilakukan konfirmasi lapangan sebelum
berlakunya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak ini sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER- 62/PJ/2010 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Direktorat Jendaral Pajak Nomor PER-44/PJ/2008 tentang Tatacara Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dan
perubahannya.
B. Kendala – kendala yang dihadapi Pengusaha Kena Pajak Yang Ingin Mendaftarkan Dirinya Dalam Hal Perpajakan
1. Rendahnya tingkat pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang Perpajakan
Rendahnya pengetahuan perpajakan merupakan suatu kendala tersendiri yang
membutuhkan perhatian khusus. Perlawanan pasif (perlawanan yang tidak disengaja)
merupakan produk sifat dari ketidaktahuan pengusaha terhadap pengetahuan
perpajakan. Pengusaha secara tidak sadar melakukan sesuatu perlawana dalam bentuk
tidak membayar pajak. Dalam perlawanan pasif ini tidak terlihat adanya unsur
kesengajaan dari pengusaha untuk menghindar pembayaran pajak atau
menghambatnya. Mereka hanya tidak tahu tentang untuk apa, bagaimana, kapan, dan
pada siapa pajak harus dibayar.
Bentuk perlawanan pasif ini sangat jauh berbeda dengan bentuk perlawanan
dan permainan pajak dengan baik. Perlawanan aktif adalah suatu bentuk perlawanan
yang berisiko tinggi karena dalam perlawanan ini jelas – jelas pelakunya
menghindari dari kewajiban perpajakan dan bahkan melalaikan serta bermain
didalamnya. Jaka dilihat dari sanksi yang akan diterapkan atas kedua bentuk
perlawanan diatas, perlawanan pasif yang paling sulit dikenai sanksi karena mereka
betul – betul tidak sengaja dalam melakukan pelanggaran. Sedangkan perlawanan
aktif , jika ketahuan dapat dikenakan sanksi yang berat. Intinya apapun bentuk
perlawanan pajak yang ada, semua sama – sama merugikan Negara.
2. Rendahnya kerja sama antara Pengusaha Kena Pajak dengan Fiskus
Dalam hal komunikasi dan informasi antara Pengusaha Kena Pajak dengan
Fiskus menyebabkan terhambatnya pengurusan administrasi perpajakan, ini terlihat
apabila PKP melakukan pengurusan – pengurusan dalam hal administrasi perpajakan
selalu saja memiki kendala – kendala sebagai berikut :
a. Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi surat – surat sebagai syarat yang
harus dipenuhi dalam hal administrasi perpajakan.
b. Pengusaha Kena Pajak menggunakan perantara yang tidak ditunjuk secara
sah oleh hukum atau dengan kata lain tidak dilengkapi oleh surat kuasa
dari PKP yang bersangkutan. Kejanggalan inilah yang banyak ditemui
dalam hal kepengurusan perpajakan yang mengakibatkan terhambatnya
Dalam hal pelaksanaan administrasi perpajakan dan juga melayani jumlah
Pengusaha Kena Pajak yang begitu banyak, disamping itu agar berjalannya tertib
administrasi dengan baik dan lancar, maka dirasakan sangat kurang tenaga pegawai
yang jumlahnya sangat minim untuk melayani para wajib pajak atau Pengusaha Kena
Pajak sehingga secara otomatis volume kerja semakin meningkat.
Sedangkan kendala yang dihadapi Fiskus adalah saat tinjau lapangan tidak
ditemukannya keberadaan dan/atau kegiatan usaha PKP tersebut.
C. Cara Mengatasi Kendala yang Dihadapi Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak dalam Hal Perpajakan
1. Dalam hal melaksanakan tugasnya merancang Undang – Undang Perpajakan,
pemerintah harus membuat peraturan yang mudah dimengerti oleh masyarakat.
Jika peraturan yang dibuat sulit untuk dimengerti oleh masyarakat awam, maka
secara otomatis akan timbul suatu bentuk perlawanan perpajakan baik perlawanan
aktif maupun pasif, yang cara dan bentuknya berbeda – beda.
2. Jika ditinjau dari pungutan pajak, sebanarnya petugas pajak dapat menyebarkan
informasi perpajakan yang seluas – luasnya dengan biaya yang terjangkau.
Karena tujuan utama dari penyabaran informasi perpajakan adalah untuk
memberikan pengertian kepada masyarakat luas sehingga pada akhirnya
masyarakat sadar dan ikut berpartisipasi dalam pembayaran pajak.
3. Kebijaksanaan lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menyebarkan
buku panduan perpajakan. Cara ini sebenarnya dapat dikatakan cara yang
termudah dan efisien, karena sebagian buku – buku ini diberikan secara cuma –
cuma oleh pemerintah.
Dalam hal tidak ditemukannya keberadaan dan/atau kegiatan usaha PKP, Fiskus
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat oleh penulis dari bab – bab yang telah dibahas
sebelumnya antara lain :
1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak di awali
berdasarkan Pasal 2 Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menyatakan bahwa Setiap Wajib Pajak
sebagai Pengusaha yang di kenai pajak berdasarkan Undang – Undang Nomor 8
Tahun 1984 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah serta perubahannya, wajib melaporkan usahanya
pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2. Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak apabila telah
memenuhi syarat dibawah ini :
a. Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP.
b. Pengusaha tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP berdasarkan
c. Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai pada tahun
buku seluruh peredaran brutonya telah melampaui batasan sebagai
Pengusaha Kecil.
3. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu:
a. Pengusaha Kena Pajak dapat langsung datang ke Kantor Pelayanan Pajak
Pratama.
b. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sacara jabatan adalah pemberian Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) yang dilakukan terhadap
Pengusaha Kena Pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk
mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya berdasarkan data – data
yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.
c. Dengan sistem e-Registration, yaitu melalui jaringan sistem informasi yang
terhubung secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak.
4. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal :
a. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja kantor Pelayanan
Pajak Pratama yang lain.
b. Pengusaha Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan Ketentuan
Peraturan perundang – undangan perpajakan ynag berlaku.
5. Kendala – Kendala yang dihadapi Pengusaha Kena Pajak yang ingin
mendaftarkan dirinya dalam hal perpajakan.
a. Rendahnya Tingkat Pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang perpajakan.
b. Rendahnya kerja sama antara Pengusaha kena Pajak dengan Fiskus.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan pada bagian akhir dan sekaligus
penutupan tulisan ini adalah :
1. Mengupayakan peningkatan Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak dengan cara
intensifikasi, yaitu perbaikan didalam organisasi tersebuat yakni Kntor Pelayanan
Pajak itu sendiri dan diimbangi dengan ekstensifikasi, yaitu penambahan wajib
pajak atau memperluas objek pajak yang tela memenuhi syarat – syarat tertentu.
Agar wajib pajak mengetahui hak dan kewajiban dalam bidang perpajakan,
hendaknya Direktorat Jenderal Pajak memperbanyak buku – buku panduan
perpajakan bagi masyarakat yang mudah terjangkau dan mudah dimengerti oleh
para pembacanya.
2. Untuk mengatasi kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak perlu
dilakukan sosialisasi kepada seluruh wajib pajak dan mengadakan penyuluhan
3. Untuk dapat meningkatkan pelayanan perpajakan dibutuhkan petugas pemerintah
yang benar – benar menguasai bidangnya, memiliki keterampilan yang memadai
dan sikap moral yang terpuji serta profesional dalam dalam pelayanan sehingga
menimbulkan kepercayaaan dan rasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2009, tentang Perpajakan, Lembaga Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2007, KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan), PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukardji, Untung, 2010, Pokok – Pokok Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Indonesia, PT Grafindo Persada, Jakarta.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007, tentang perubahan
Ketiga atas Undang – Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006, tentang barang kena pajak yang tergolong mewah yang dikenakan pajak penjualan atas barang mewah.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2001, Jis Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2003, tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersiat strategis yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2009, tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.
Republik Indonesia, Departemen Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tatacara Pendaftaran, Pemberian dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengusaha Kena Pajak.
Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.
Republik Indonesia, Departemen Keuangan, KEP-24/PJ/2009, tentang Tatacara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dengan E-Registration.