• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Pengembangan Strategi Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Landasan Pengembangan Strategi Pembelajaran"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

p-ISSN: 2798-5652

Landasan Pengembangan Strategi Pembelajaran

Foundations of Learning Strategy Development

1)*Sukatin, 2)Delia Masmuda, 3)Bella wahyuni

1,2,3 IAI Nusantara Batang Hari, Indonesia

Email: 1)* shukatin@gmail.com, 2) Deliapal5333@gmail.com, 3) bellawahyuni792@gmail.com

*Correspondence: Sukatin

DOI:

10.36418/comserva.v2i3.257

Histori Artikel:

Diajukan : 29-07-2022 Diterima : 01-08-2022 Diterbitkan : 06-08-2022

ABSTRAK

Pembelajaran adalah proses yang dilakukan pendidik terhadap anak didik agar dapat pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan pengetahuan dan kebiasaan, serta membentuk perilaku dan keterampilan. Demikian pula dengan strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Tujuan dari kajian ini adalah untuk membahas makna dari landasan pengembangan pembelajaran dan penerapan metode landasan pengembangan pembelajaran.

Manfaat penting dari kajian ini adalah untuk menciptakan proses/kualitas pembelajaran yang unggul, termotivasi untuk belajar dan selalu merasakan kesenangan dalam belajar. Metode pembelajaran bersifat prosedural menjadi titik tolak yang kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara komperhensif dan bermakna.

Berdasarkan analisis data diperoleh simpulan bahwa dalam strategi pembelajaran dapat dikatakan belum terlaksana dengan baik. hal ini dapat dilihat dari tidak adanya strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran.

Untuk menciptakan proses/kualitas pembelajaran yang unggul,strategi pembelajaran yang diterapkan, kriteria yang harus dipenuhi dalam model pembelajaran atau pengembangan pembelajaran adalah: 1) memiliki tujuan;

2) keselarasan dengan tujuan; 3) sistematis; 4) mengadakan kegiatan evaluasi;

dan 5) menyenangkan. Oleh karena itu, sistem pembelajaran dapat diibaratkan sebagai suatu proses produksi yang terdiri dari bagian input-proses-output, yang saling terintegrasi. Jadi masalahnya adalah bahwa pekerjaan itu bekerja dengan baik. Kemampuan mengembangkan teknik dalam pembelajaran karena semua guru menginginkan hasil pendidikan berjalan dengan baik. Apalagi ia tidak berurusan dengan benda mati, melainkan anak manusia yang tumbuh dan berkembang.

Kata kunci: Strategi; Pengembangan; Pembelajaran

ABSTRACT

Learning is a process carried out by educators to students so that they can acquire knowledge and knowledge, master knowledge and habits, and shape behavior and skills. Likewise, learning strategies are the chosen ways to deliver learning materials in a particular learning environment. The purpose of this study is to discuss the meaning of the learning development foundation and the application of the learning development foundation method. An important benefit of this study is to create a superior learning process/quality, motivated to learn and always feel pleasure in learning. The procedural learning method becomes the starting point which is then discussed from various related aspects so that the solution is comprehensive and meaningful. Based on data analysis, it can be concluded that the learning strategy can be said to have not been implemented properly. this can be seen from the absence of strategies used by

(2)

teachers in learning. To create a superior learning process/quality, the applied learning strategy, the criteria that must be met in the learning model or learning development are: 1) having a goal; 2) alignment with goals; 3) systematic; 4) conduct evaluation activities; and 5) fun. Therefore, the learning system can be likened to a production process consisting of input-process-output parts, which are integrated with each other. So the problem is that the job is working fine.

The ability to develop techniques in learning because all teachers want educational outcomes to run well. Moreover, he does not deal with inanimate objects, but human children who grow and develop.

Keywords: Strategy; Learning; Development

PENDAHULUAN

Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan (Usiono &

Amin, 2021). Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasan Indonesia menjadi fondasi. Dalam membuat suatu bangunan, fondasi merupakan bagian yang sangat penting agar bangunan itu bisa berdiri tegak dan kokoh serta kuat. Tiang, genting, kaca, dan yang lain sebagainya, dalam suatu bangunan, tidak akan bias berdiri dan menempel tanpa ada fondasi tersebut

Pembelajaran menurut Crow and crow, gagne, Menurut menyebutkan bahwa inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungannya. (Warsihna, 2012) mengatakan bahwa belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Dengan kata lain proses belajar dikatakan berhasil jika dalam diri individu terbentuk suatu ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya (Usiono & Amin, 2021).

Pembelajaran yang dikembangkan secara ilmiah harus diperkuat oleh hasil penelitian dalam bidang Pendidikan (Gunada et al., 2015), misalnya penelitian Tindakan kelas. Dengan demikian, sasaran pengembangannya disesuaikan dengan kebutuhan dasar dari suatu Pendidikan yang sekaligus merupakan kebutuhan primer anak didik.

Dengan demikian, makna pengembangan pembelajaran lebih realistis, bukan sekedar idealism Pendidikan yang sulit diterapkan dalam kehidupan kita. Pengembangan pembelajaran adalah suatu usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik secara material maupun cara dan substan (Miftah, 2013). Secara material, artinya bahan ajar yang diserasikan dengan perkembangan pengetahuan, sedangkan secara metodologi berhubungan dengan pengembangannya strategi pembelajaran, baik secara pandangan dan lebih mudah (Ekayati, 2018).

Dalam jurnal ini membahas makna dari landasan pengembangan pembelajaran dan penerapan metode landasan pengembangan pembelajaran. Manfaat dilakukan kajian tentang landasan pengembangan strategi pembelajaran dalam kajian ilmiah ini tidak lain adalah untuk menciptakan proses/kualitas pembelajaran yang unggul, sehingga perlu dikembangkan strategi khusus yang membuat siswa termotivasi untuk belajar dan selalu merasakan kesenangan dalam belajar. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran tersebut, siswa menjadi pusat perhatian. kriteria yang harus dipenuhi dalam model pembelajaran atau pengembangan pembelajaran adalah: 1) memiliki tujuan; 2) keselarasan dengan tujuan; 3) sistematis; 4) mengadakan kegiatan evaluasi; dan 5) menyenangkan. Oleh karena itu, sistem pembelajaran dapat diibaratkan sebagai suatu proses produksi yang terdiri dari bagian input-proses-output, yang saling terintegrasi.

A. Strategi Pembelajaran

(3)

Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.

strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Nadlir, 2013). Sementara itu (Asrori, 2013) berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa/peserta latih.

Strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsisiten antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu. Merujuk dari beberapa pendapat diatas strategi pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi mempuanyai kesamaan dengan metoda yang berarti cara untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara luas strategi dapat diartikan sebagai suatu cara penetakapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran teramasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Warsihna, 2012). (Johar & Hanum, 2016) mengartikan strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Beberapa ahli pendidikan memberikan pengertian strategi pembelajaran dengan beragam yaitu:

Dewi Salma Prawiradilaga mengatakan jika strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang dalam menentukan tehnik penyampaian pesan, penentuan metode dan media, alur isi pelajaran, serta interaksi antara pengajar dan peserta didik.

Wina Sanjaya : strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Made Wena : kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan peserta didik. Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan peserta didik.

Mansur Muslih : strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. T. Takajoni : strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum yang dilakukan guru dan siswa dalam merealisasikan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sudirdja dan Siregar : strategi pembelajaran adalah usaha dalam menciftakan suatu kondisi tertentu dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya.

Dari beberapa pengertian strategi pembelajaran, disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintegrasikan urutan kegiatan, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara aktif dan efisien.

Adapun jenis-jenis strategi pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Strategi pembelajaran langsung merupakan bentuk dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur.

(4)

2. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning

Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Strategi. Melalui Cooperative Learning, peserta didik didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Beberapa penulis seperti Slavin, Johnson, mengatakan ada komponen yang sangat penting dalam strategi pembelajaran cooperative yaitu kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan kooperatif dalam memberikan dorongan atau motivasi. (Jaelani, 2015) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok.

Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus di mana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.

Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.

3. Strategi Pembelajaran Problem Solving

Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika.

Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah (Krismanto, 2003). Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu (Bahri & Djumarah, 2002).

Mengajar memecahkan masalah berarti pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran sedangkan pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi. Jadi, kedudukan pemecahan masalah hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pembelajaran.

Ada beberapa ciri strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah : 1) Siswa bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil.

2) Pembelajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mendukung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahanya.

3) Siswa menggunakan banyak pendekatan dalam belajar.

4) Hasil dari pemecahan masalah adalah tukar pendapat (sharing ) di antara semua siswa.

4. Strategi Elaborasi

Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada. Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara informasi yang dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang didapat melalui proses mencatat. Dengan mencatat, siswa

(5)

dapat menuangkan ide baru dari percampuran dua informasi itu. Analogi merupakan cara belajar dengan pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda atau ide, misalnya otak kiri mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan informasi. P4QR merupakan strategi yang digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P4QR singkatan dari Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R singkatan dari read, reflect, recite, dan review atau membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu siswa menghafal informasi bacaan.

5. Strategi Organisasi

Strategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Bentuk strategi organisasi adalah Out lining, yakni membuat garis besar. Siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Mapping, yang lebih dikenal dengan pemetaan konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining. Mnemonics membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai satu strategi, elaborasi atau organisasi. Mnemonics membantu dengan membentuk asosiasi yang secara alamiah tidak ada yang membantu mengorganisasikan informasi menjadi memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas pemotongan, akronim, dan kata berkait.

Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Suatu selaku sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antar lain, tujuan, guru, peserta didik evaluasi, dan sebagainya.

Agar tujuan tercapai semua komponen harus ada diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu guru tidak bolah hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode bahan den evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan mempengaruhi jalannya pembelajaran untuk itu semua komponen strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Untuk lebih mempermudah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu: Peserta didik sebagai raw input; Intering behavior peserta didik; Instrumental input atau sasaran.

B. Strategi belajar secara individual

Banyak elemen dalam strategi belajar secara individual, antara lain motivasi, attitude, manajemen waktu, pencatatan bahan ajar (note-taking), teknik membaca, konsentrasi, dan gaya belajar.

Uraian berikut ini merupakan penjelasan beberapa elemen strategi belajar secara individual.4 1. Motivasi

Motivasi dapat berasal dari masing-masing individu dan dapat pula dirangsang oleh faktor luar.

Namun demikian, dari manapun asalnya maka motivasi pasti terpulang kepada individu sebagai peserta didik. Betapapun baiknya faktor luar sebagai perangsang motivasi maka apabila peserta didik sejak awal tidak tertarik dengan subyek yang dipelajari maka faktor luar tadi tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya.

a. Lingkungan belajar mempengaruhi motivasi individu untuk belajar. Pengajar yang hangat, akrab, dan ramah akan meningkatkan motivasi peserta didik. Alat audiovisual, poster, alat praktikum/praktek yang menarik dan sesuai dengan materi ajar akan lebih meningkatkan rasa ketertarikan peserta didik kepada subyek yang tengah ditekuni. Rasa bosan atau jenuh menjadi cair dan peserta didik akan memberi apresiasi kepada sikap pengajar yang seperti itu.

(6)

b. Insentif meningkatkan motivasi. Bagi peserta didik, insentif dapat berupa penghargaan dari instruktur dalam berbagai bentuk misalnya pujian, dorongan, sapaan yang akrab. Pada saat-saat yang khusus pengajar dapat memberi penghargaan tertentu kepada peserta didik.

c. Motivasi internal akan berlangsung lebih lama dan memberi self-directive yang lebih kuat daripada motivasi eksternal yang harus diberikan secara berulang melalui penghargaan atau hadiah.

d. Belajar akan paling efektif apabila individu merasa siap untuk belajar, ketika dia ingin tahu sesuatu.

e. Motivasi akan makin kuat apabila materi instruksional dikemas secara baik. Pada umumnya, the best organized material makes the information meaningful to the individual.

f. Belajar merupakan proses yang memerlukan perubahan dalam nilai kepercayaan dan perilaku, dengan demikian secara normal akan menimbulkan sedikit rasa cemas kepada setiap peserta didik. Rasa cemas demikian ini akan bermanfaat untuk meningkatkan motivasi individu.

Tetapi, rasa cemas yang berat akan merugikan peserta didik.

g. Dalam rangka memelihara motivasi peserta didik, bantuan terhadap setiap peserta didik untuk menyusun tujuan belajar adalah sangat penting. Bantuan lainnya dalam bentuk umpan balik yang informatif tentang kemajuan belajar masing-masing peserta didik.

h. Afiliasi dan pengakuan dengan pihak lain merupakan motivator yang kuat. Setiap individu akan mencari perbandingan tentang kemampuan, pendapat, dan emosinya. Afiliasi secara langsung dapat meredakan perasaan cemas melalui pergaulan dan pershabatan antarindividu. Tetapi, motivator tadi dapat berbalik menjadi kompetisi dan perilaku lainnya yang bersifat negatif.

i. Berbagai macam perilaku dapat terjadi sebagai akibat dari kombinasi berbagai jenis motif.

Diakui bahwa tidak ada teori utama tentang keberadaan motivasi. Namun demikian, motivasi sangat diperlukan untuk proses belajar dan bahwa strategi belajar harus dirancang untuk mengorganisasikan dinamika motivasional yang bersifat interaktif dan terus-menerus guna mencapai keberhasilan belajar secara maksimal. Prinsip-prinsip motivasi saling terkait. Suatu kegiatan pengajaran dapat menggunakan berbagai macam motivasi secara simultan.

2. Gaya belajar

Konsep gaya belajar berakar pada klasifikasi jenis-jenis psikologi manusia . Teori gaya belajar didasarkan pada penelitian yang menunjukkan adanya faktor keturunan, pengalaman hidup, tuntutan lingkungan, dan perbedaan yang terdapat dalam tiap individu. Adalah kenyataan bahwa setiap individu mempunyai gaya belajar yang khas untuk individu tersebut, dengan demikian banyak sekali gaya belajar yang dapat diobservasi di institusi pendidikan. Berkaitan dengan teori gaya belajar, seorang pengajar tidak semestinya mengajukan pertanyaan: ”apakah dia pandai?” melainkan mengajukan pertanyaan:

”bagaimana caranya dia bisa menjadi pandai

Strategi belajar adalah suatu pola information-processing yang digunakan untuk menyiapkan test/ujian memori (Pasaribu et al., 2017). Gaya belajar adalah suatu predisposisi dari sekelompok peserta didik untuk mengadopsi suatu strategi belajar yang khusus tanpa memperhatikan tuntutan spesifik dari tugas pembelajaran (Pasaribu et al., 2017). Pengajar dapat saja mempengaruhi strategi belajar yang dipergunakan oleh peserta didik, tetapi gaya belajar kurang dapat dipengaruhi oleh pengajar.

Pada tahun 1940 Isabel Briggs Myers mengembangkan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) untuk mengidentifikasi gaya belajar berdasarkan teori Jung. Ada 4 aksis atau dimensi gaya belajar, ialah extraversion-introversion, sensing-intuition, thinking-feeling, dan judging-perception. Sensing dan intuition bertolak belakang dalam memperoleh kesadaran, sementara thinking dan feeling bertolak belakang dalam hal pengambilan kesimpulan.7

(7)

Introvert bersifat self-motivated, ekstrovert dimotivasi oleh tanggapan dari luar. Untuk golongan ekstrovert, umpan balik dan penghargaan atau pujian sangat penting bagi mereka. Kegagalan untuk mengidentifikasi hal ini maka akan menyulitkan pembedaan antara kelompok peserta didik yang rajin/berkemauan keras untuk belajar dan yang tidak rajin untuk belajar. Peserta kelompok yang termasuk kelompok thinking cenderung untuk bersikap kritis, sementara itu kelompok feeling lebih memperhatikan nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain.

C. Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran dan Penerapannya dalam praktek pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran dan penerapannya setidaknya terdapat sebelas metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, kesebelas metode tersebut adalah:

Terdapat sebelas metode yang dapat digunakan dalam praktek pembelajaran yaitu: metode proyek, metode ini bertitik tolak dari suatu masalah kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara komperhensif dan bermakna; Metode eksperimen, metode ini mengedepankan aktivitas percobaan. Sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari; Metode tugas/resitasi, dalam metode ini guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar; Metode diskusi, dalam metode ini siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pernyatan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Metode sosiodarma, dalam metode ini siswa mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial; Metode demonstrasi, metode ini mengedepankan peragaan atau pertunjukkan kepada siswa suatu proses situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baiksebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan; Metode problem solving, metode ini mengedepankan metode berfikir untuk menyelesaikan masalah dan didukung dengan data- data yang ditemukan; Metode karya wisata, metode ini mengajak siswa keluar kelas dan meninjau atau mengunjungi objek-objek lainnya sesuai dengan kepentingan pembelajaran; Metode tanya jawab, metode ini menggunakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para siswa; Metode latihan, metode ini dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu yang baik atau menanamkan kebiasan- kebiasaan tertentu; Metode ceramah, metode ini merupakan metode tradisional karena sejak lama metode ini digunakan oleh para pengajar. Namun demikian metode ini tetap memiliki fungsinya yang penting untuk membangun komunikasi antara pengajar dan pembelajar.

Dari beberapa penjelasan tentang jenis-jenis metode pembelajaran diatas maka dapat dikemukakan bahwa betapa banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh seorang guru atau tenaga pengajar. Karena itu dalam penerapannya diperlukan kreativitas dan variasi dalam menggunakan metode pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Metode Pembelajaran dan Penerapannya dalam praktek pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran dan penerapannya setidaknya terdapat sebelas metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, kesebelas metode tersebut adalah:

Terdapat sebelas metode yang dapat digunakan dalam praktek pembelajaran yaitu: metode proyek, metode ini bertitik tolak dari suatu masalah kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara komperhensif dan bermakna; Metode eksperimen, metode ini mengedepankan aktivitas percobaan (Susanti, 2020). Sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari; Metode tugas/resitasi, dalam metode ini guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar; Metode diskusi, dalam metode ini siswa dihadapkan pada suatu

(8)

masalah yang bisa berupa pernyataan atau pernyatan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Metode sosiodarma, dalam metode ini siswa mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial; Metode demonstrasi, metode ini mengedepankan peragaan atau pertunjukkan kepada siswa suatu proses situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baiksebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan; Metode problem solving, metode ini mengedepankan metode berfikir untuk menyelesaikan masalah dan didukung dengan data- data yang ditemukan; Metode karya wisata, metode ini mengajak siswa keluar kelas dan meninjau atau mengunjungi objek-objek lainnya sesuai dengan kepentingan pembelajaran; Metode tanya jawab, metode ini menggunakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para siswa; Metode latihan, metode ini dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu yang baik atau menanamkan kebiasan- kebiasaan tertentu; Metode ceramah, metode ini merupakan metode tradisional karena sejak lama metode ini digunakan oleh para pengajar. Namun demikian metode ini tetap memiliki fungsinya yang penting untuk membangun komunikasi antara pengajar dan pembelajar.

Dari beberapa penjelasan tentang jenis-jenis metode pembelajaran diatas maka dapat dikemukakan bahwa betapa banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh seorang guru atau tenaga pengajar. Karena itu dalam penerapannya diperlukan kreativitas dan variasi dalam menggunakan metode pembelajaran.

Metode pembelajaran yang digunakan dalam kajian ini adalah metode pembelajaran bersifat prosedural yaitu berisi tahapan-tahapan tertentu yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran (Pane

& Dasopang, 2017). Pemilihan stategi pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, sehingga pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua situasi dan kondisi yang berbeda walaupun pembelajaran yang ingin dicapai sama. Dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan stategi pembelajaran, disusun berdasarkan karakteristik pembelajar dan situasi kondisi yang dihadapinya. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam memilih media pembelajaran adalah:

a. Mengacu kepada tujuan pembelajaran, karena tujuan pembelajaran memberi arah tentang apa, bagaimana dan mengapa materi pelajaran harus disampaikan; b. Memperhatikan karakteristik siswa, apakah ia pasif, aktif, kritis, senang membaca, berani berbicara, pendengar yang baik dsb; c.

Memperhatikan karakteristik materi pelajaran, apakah bidang eksak, non eksak materi berbentuk cerita seperti sejarah dsb; d. Mempertimbangkan alokasi waktu, apakah waktu cukup banyak untuk menerapkan metode yang kompleks; e. Mempertimbangkan kegunaan, kelebihan dan keterbatasan metode pembelajaran yang akan digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut (Sukanti, 2010) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut:

1. Domain kognitif (cognitive domain).

Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu :

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya:

(9)

mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.

b. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.

c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.

d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya.

Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan,membuat garis besar, menghubungkan, merinci.

e. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.

f. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, dan menduga.

2. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:

a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.

b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara.

Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: menjawab, membantu,

(10)

memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, dan mendiskusikan.

c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya: melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.

d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.

3. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu:

a. Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.

b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi: mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.

c. Neuromuscular coordination, yang meliputi: mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan menggunakan. Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreatifitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal termasuk kemampuan tingkat rendah. Dilihat cara berpikir, makakemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut.

Rendahnya kemampuan peserta didik dalam berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta didik tidak akan mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.

SIMPULAN

Strategi pembelajaran sangat dibutuhkan oleh setiap guru karena terdapat kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan dan dimanfaatkan serta tersusun untuk mencapai tujuan. Tiap proses belajar memiliki strategi pembelajaran tertentu. Gunanya adalah agar peserta belajar dapat mengikuti proses belajar demikian pula sehingga mampu mencapai manfaat belajar yang maksimum. Seorang guru bisa menggunakan berbagai bentuk strategi yang digunakan agar siswa tidak merasa bosan pada saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga kelas akan terasa lebih hidup dan menyenangkan.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, M. (2013). Pengertian, tujuan dan ruang lingkup strategi pembelajaran. Madrasah: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 5(2), 26.

Bahri, D. S., & Djumarah, A. Z. (2002). Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ekayati, R. (2018). Implementasi Metode Blended Learning Berbasis Aplikasi Edmodo. EduTech:

Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 4 (2), 50–56.

Gunada, I. W., Sahidu, H., & Sutrio, S. (2015). Pengembangan perangkat pembelajaran fisika berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap ilmiah mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 1(1), 38–46. https://doi.org/10.29303/jpft.v1i1.233

Jaelani, A. (2015). Pembelajaran Kooperatif, Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyya (Mi). Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 2(1).

https://doi.org/10.24235/al.ibtida.snj.v2i1.189

Johar, R., & Hanum, L. (2016). Strategi belajar mengajar. Deepublish.

Krismanto, A. (2003). Beberapa teknik, model, dan strategi dalam pembelajaran matematika.

Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Miftah, M. (2013). Fungsi, dan peran media pembelajaran sebagai upaya peningkatan kemampuan belajar siswa. Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan, 1(2), 95–105.

https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v1n2.p95--105

Nadlir, N. (2013). Perencanaan pembelajaran berbasis karakter. Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 2(2), 339–352.

Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333–352.

Pasaribu, P., Malau, W., Simarmata, T., & Simanjuntak, D. H. P. (2017). Strategi Penerapan Enam Penugasan Pada Mata Kuliah Antropologi Perkotaan Di Prodi. Pendidikan Antropologi. Buddayah:

Jurnal Pendidikan Antropologi, 1(2), 162–167. https://doi.org/10.24114/bdh.v1i2.8396

Sukanti, S. (2010). Pemanfaatan Penilaian Portofolio Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 8(2). https://doi.org/10.21831/jpai.v8i2.952

Susanti, Y. (2020). UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI, MINAT DAN HASIL BELAJAR DENGAN METODE DRIIL. https://doi.org/10.35542/osf.io/tx3s8

Usiono, S. D., & Amin, A. (2021). Landasan Pengembangan Pembelajaran. AL-Fathonah, 2(2), 376–

387.

Warsihna, J. (2012). E-learning melalui portal rumah belajar. Jurnal Teknodik, 73–84.

https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.9

(12)

© 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengikuti pelatihan yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa para peserta pelatihan telah mampu menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan keterampilan mereka tentang

[r]

Bentuk dukungan yang diberikan diantara- nya adalah: (1) perlindungan dari dan sela- ma pembongkaran atau penggusuran, (2) saling membantu satu sama lain, dengan mendorong

Soft Wall panel dinding dekoratif memiliki tiga lapisan, lapisan dasar keras, sering terbuat dari lemari, lapisan busa lembut dan kain dekoratif, yang menambahkan warna, tekstur

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga maka selanjutnya diadakan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan.. Kabupaten

Pemberian onggok terfermentasi Bacillus mycoides dalam ransum tidak memberikan pengaruh (F hitung < F tabel) terhadap konversi ransum dan persentase karkas

Peraturan Menteri Perindustrian Republik I ndonesia Nomor: 78/ M-Md/ Per/ I oj 2008 Tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan Dan Pengaw asan