51 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi kondisi awal ini membahas proses pembelajaran dan hasil belajar mata pelajaran matematika sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi. Selanjutnya pada deskripsi siklus II menguraikan tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II.
4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar matematika. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran. Permasalahan yang muncul adalah terkait dengan hasil belajar matematika yang rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor dari guru dan siswa itu sendiri.
Proses pembelajaran masih bersifat monoton, yakni guru yang mengajar terlalu sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Hal ini dikarenakan mungkin pada waktu itu media pembelajaran di sekolah kurang lengkap. Pada hakikat pemanfaatan sebuah media pembelajaran selain mampu merangsang tingkat ketertarikan siswa untuk belajar, juga dapat membantu guru untuk menyampaikan materi sehingga pengetahuan yang siswa terima tidak hanya pengetahuan instan yang diperoleh dari guru tapi siswa juga bisa melakukan aktivitas pembelajaran yang lebih bermakna dengan adanya media pembelajaran.
52
antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat terlihat dari karakteristik siswa yang asyik berbicara dengan teman sebangku dan sibuk dengan permainannya sendiri ketika guru menyampaikan materi, siswa belum bisa fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 5 SD N Blaru 02. Hambatan-hambatan tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran, siswa cenderung jenuh dan bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, konsentrasi siswa juga lebih mengarah pada aktivitas yang ada diluar kegiatan pembelajaran. Kondisi yang demikian berdampak pada perolehan hasil belajar mata pelajaran matematika yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal. Batas nilai KKM ≥ 70 merupakan KKM mata pelajaran matematika Kelas 5 SD N Blaru 02.
Adapun proses pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa pada kondisi awal akan diuraikan pada sub-sub judul di bawah ini.
4.1.1.1Deskripsi Proses
Pengamatan Kondisi awal dilaksanakan pada hari Senin, 24 Oktober 2016 pada mata pelajaran matematika dengan SK 2. Menggunakan pengukuran waktu, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah KD 2.5 Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan. Indikator pada pertemuan ini antara lain: memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang melibatkan jarak, waktu, dan kecepatan.
53
Selama proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa adanya media pembelajaran. Pada saat itu siswa mulai merasa bosan karena pembelajaran didominasi oleh guru. Siswa hanya menerima informasi dari guru. Kemudian dilanjutkan dengan latihan soal. Setelah selesai melaksanakan latihan soal, guru bersama siswa membuat kesimpulan. Pembelajaran diakhiri dengan do’a dan salam penutup.
4.1.1.2. Deskripsi Hasil Tindakan
Data dari analisis hasil belajar matematika pada tes formatif dengan Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan memperoleh hasil dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 30, nilai rata-rata 61,25. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 13 siswa (40,6 %) dari 32 siswa. Analisis nilai hasil tes formatif kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Kondisi Awal
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
1. 30 – 39 1 3,3%
2. 40 – 49 3 9,4%
3. 50 – 59 8 25,0%
4. 60 – 69 7 21,8%
5. 70 – 79 6 18,7%
6. 80 – 90 7 21,8%
Jumlah Siswa 32 100 %
Nilai Rata-rata 61,25
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 30
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran Matematika dapat dilihat hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Matematika masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian besar siswa
54
diketahui perolehan nilai siswa pada rentang nilai antara 30-39 sejumlah 1 siswa dengan persentase 3,3%, rentang nilai 40-49 sejumlah 3 siswa dengan persentase 9,4%, rentang nilai 50-59 sejumlah 8 siswa dengan persentase 25,0%, rentang nilai antara 60-69 sejumlah 7 siswa dengan persentase 21,8%, rentang nilai antara 70-79 sejumlah 6 siswa dengan persentase 18,7%, dan rentang nilai 80-90 sejumlah 7 orang siswa dengan persentase 21,8%. Dari daftar nilai pada kondisi awal diperoleh nilai rata-rata siswa 61,25 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah 30.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Kondisi Awal
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai pada
55
Berdasarkan tabel 4.2 Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM ≥ 70) sejumlah 19 siswa atau 59,4% dari total keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 13 siswa dengan persentase 40,6% dari total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang belum berhasil mencapai kentutasan minimal.
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut:
Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
Hasil observasi aktivitas guru pada kondisi awal dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Kondisi Awal
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 3 3 20%
2. Kegiatan Inti 9 3 20%
3. Kegiatan Akhir 3 1 6,7%
56
Berdasarkan tabel 4.3 hasil observasi aktivitas guru dapat diketahui hasil penilaian dari observer. Pada kegiatan awal memperoleh skor 3, kegiatan inti memperoleh skor 3, dan kegiatan akhir memperoleh jumlah skor 1 sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh adalah 7 dengan kriteria cukup dan persentase proses pembelajaran sebesar 46,7%.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 2 1 8,3%
2. Kegiatan Inti 9 2 16,7%
3. Kegiatan Akhir 1 1 8,3%
Jumlah 12 9 33,3%
Berdasarkan tabel 4.4 hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui hasil penilaian dari observer. Pada kegiatan awal memperoleh skor 1, keiatan inti memperoleh skor 2, dan kegiatan akhir memperoleh jumlah skor 1 sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh adalah 4 dengan kriteria kurang dan persentase proses pembelajaran sebesar 33,3%.
57
Persentase observasi guru dan observasi siswa dapat dilihat pada diagram 4.3 berikut:
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Observasi Guru Observasi Siswa
Persentase
Diagram 4.3 Persentase Observasi Guru dan Observasi Siswa Kondisi Awal
Berdasarkan hasil belajar matematika dan hasil observasi yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai evaluasi matematika siswa kelas 5 SD N Blaru 02 maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving sebagai upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. 4.1.2. Deskripsi Siklus I
58
4.1.2.1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini akan diuraikan tentang perencanaan pelaksanaan siklus I yang meliputi perencanaan pertemuan I, perencanaan pertemuan kedua, dan perencanaan pertemuan ketiga.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Oktober. Sebelum melakukan pembelajaran siklus I pertemuan pertama peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model
59
peneliti dan teman sejawat mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. (Dapat dilihat di RPP siklus I pada lampiran)
(2) Pertemuan kedua
Perencanaan pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama. Pada pembelajaran pertemuan kedua ini peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model Creative Problem Solving
60
(3) Pertemuan ketiga
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran siklus I pertemuan ketiga ini digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menggunakan model Creative Problem Solving pada siswa kelas 5 SD N Blaru 02. Materi evalusi ialah materi yang telah dipelajari oleh siswa pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua mengenai rumus bangun datar trapesium dan layang-layang. Penyusunan soal evaluasi juga telah didiskusikan sebelumnya bersama dengan Ibu Endang Krisnani, S. Pd. SD selaku guru teman sejawat. Soal yang diujikan pada siklus I berjumlah 15 soal berbentuk pilihan ganda dan 15 soal berbentuk isian. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal evaluasi yang terdiri dari 10 soal berbentuk pilihan ganda dan 10 soal berbentuk isian untuk 32 siswa, serta ruang atau lokasi yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I yaitu di ruang kelas 5 SDN Blaru 02. Sebelum mengadakan tes evaluasi guru mengulang materi tentang rumus luas trapesium dan layang-layang yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama dua kali 35 menit.
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I dari awal hingga akhir pembelajaran pada setiap pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Rincian pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
61
adalah bangun datar sederhana. Adapun kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal diawali dengan mengucapkan salam, kemudian ketua kelas
maju ke depan untuk memimpin do’a, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya jawab. Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal terkait dengan materi yang dipelajari sebelumnya “Sebutkan rumus luas
persegi panjang dan luas segitiga!”. Kemudian Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai yaitu menemukan rumus trapesium dan layang-layang.
b) Kegiatan Inti
62
maupun individu, kemudian siswa menentukan sendiri cara yang mudah dalam menyelesaikan soal cerita. Guru memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa baik individu maupun kelompok.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan yang dilakukan adalah guru menanyakan hal-hal yang belum jelas serta menguatkan kesimpulan yang diperoleh sesuai hasil kerja kelompok maupun individu. Setelah seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan, guru pun menutup pertemuan pada hari itu dengan memberi pekerjaan rumah. Selanjutnya guru menginformasikan materi selanjutnya serta meminta siswa untuk mempelajari dirumah dan mengucap salam. Berdasarkan uraian kegiatan di atas, maka kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama sudah selesai.
2) Pertemuan 2
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 4 November 2016 mulai pukul 07.00 WIB. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Ibu Endang Krisnani, S.Pd.SD. Materi pada pembelajaran ini adalah bangun datar sederhana. Adapun kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal diawali dengan mengucapkan salam, kemudian ketua kelas
maju ke depan untuk memimpin do’a, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum
63
b) Kegiatan Inti
Secara keseluruhan, proses atau langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua sama seperti langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan pertama. Yang membedakan adalah materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua ini yaitu menemukan rumus mencari tinggi, sisi-sisi sejajar trapesium, serta diagonal layang-layang dengan cara menurunkan dari rumus pokok.
Langkah pertama yaitu penyajian materi. Pada kegiatan ini, siswa diberikan masalah nyata tentang mencari tinggi, sisi-sisi sejajar trapesium, serta diagonal layang-layang dengan cara menurunkan dari rumus pokok. Langkah selanjutnya siswa berkelompok secara heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 6-7 siswa. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok siswa, untuk kemudian dipelajari oleh setiap kelompok. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru permasalahan untuk dibahas bersama kelompoknya. Setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan LKS secara individu (tahap klarifikasi masalah). Langkah selanjutnya adalah dalam kelompok siswa bebas
64
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan yang dilakukan adalah guru menanyakan hal-hal yang belum jelas serta menguatkan kesimpulan yang diperoleh sesuai hasil kerja kelompok maupun individu. Setelah seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan, guru pun menutup pertemuan pada hari itu dengan memberi pekerjaan rumah dan mengucap salam. Berdasarkan uraian kegiatan di atas, maka kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua sudah selesai.
3) Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
Jum’at, 4 November 2016. Kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga ini guru melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus I. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ketiga diawali dengan berdo’a, presensi, dan dilanjutkan dengan tanya jawab oleh guru dan siswa untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa paham tentang materi yang diajarkan, guru mengadakan tes evaluasi selama dua kali 35 menit. Siswa mengerjakan soal tes evaluasi dengan tertib dan lancar. Bagi siswa yang telah selesai mengerjakan soal evaluasi tersebut dapat mengumpulkan soal yang telah dijawab dan kembali ke tempat duduk. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
65
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siklus I
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
1. 41 – 48 2 6,2 %
2. 49 – 56 8 25,0 %
3. 57 – 64 3 9,4 %
4. 65 – 72 10 31,3 %
5. 73 – 80 8 25,0 %
6. 81 – 90 1 3,1
Jumlah Siswa 32 100 %
Nilai Rata-rata 64,84
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 45
Berdasarkan tabel 4.5 di atas distribusi frekuensi nilai matematika siswa kelas 5 mengalami peningkatan dari kondisi awal, dapat diketahui adanya peningkatan nilai rata-rata siswa yang pada kondisi awal 61,25 menjadi 64,84 pada siklus I. Berdasarkan tabel 4.3 dapat dinyatakan dalam diagram 4.4 yaitu sebagai berikut:
66
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Ketuntasan Belajar Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 18 56,3
2. Belum Tuntas < 70 14 43,8
Jumlah 32 100
Dari tabel 4.6 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM ≥ 70) sebanyak 14 siswa atau 43,8% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 18 siswa dengan persentase 56,3% dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan hasil belajar matematika, namun hasil yang diperoleh tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti sebesar ≥ 70%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat pada diagram 4.5 berikut:
Tuntas; 56,3
Belum Tuntas; 43,8
FREKUENSI
Tuntas Belum Tuntas
67
4.1.2.3Observasi
Pada pelaksanaan observasi, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan model Creative Problem Solving yang terdiri dari analisis hasil observasi pada setiap pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
Kegiatan observasi dilakukan oleh guru observer untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 15 indikator aktivitas guru dan 12 indikator aktivitas siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 0 dan 1. Skor 0 berarti aktivitas tidak dilaksanakan, sedangkan skor 1 aktivitas dilaksanakan. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian.
Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor pada persentase 1%-20% berada pada kriteria sangat kurang, persentase 21%-40% berada pada kriteria kurang, persentase 41%-60% termasuk ke dalam kriteria cukup baik, persentase skor 61%-80% termasuk ke dalam kriteria baik, dan persentase skor 81%-100% pada kriteria sangat baik.
1) Pertemuan Pertama
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 3 3 20%
2. Kegiatan Inti 9 5 33%
3. Kegiatan Akhir 3 1 7%
68
Berdasarkan tabel 4.7 hasil observasi aktivitas guru dapat diketahui hasil penilaian dari observer. Pada kegiatan awal memperoleh jumlah skor 3, kegiatan inti memperoleh jumlah skor 5, dan kegiatan akhir memperoleh jumlah skor 1 sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 9 dengan kriteria cukup dan persentase proses pembelajaran sebesar 60%.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 2 1 8%
2. Kegiatan Inti 9 5 42%
3. Kegiatan Akhir 1 1 8%
Jumlah 12 7 56%
Berdasarkan tabel 4.8 hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui hasil penilaian dari observer. Pada kegiatan awal memperoleh jumlah skor 1, kegiatan inti memperoleh jumlah skor 5, dan kegiatan akhir memperoleh jumlah skor 1 sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 7 dengan kriteria baik dan persentase proses pembelajaran sebesar 56%.
2) Pertemuan Kedua
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 3 3 20%
2. Kegiatan Inti 9 7 47%
3. Kegiatan Akhir 3 1 7%
69
Berdasarkan tabel 4.9 hasil observasi aktivitas guru dapat diketahui hasil penilaian dari observer. Pada kegiatan awal memperoleh jumlah skor 3, kegiatan inti memperoleh jumlah skor 7, dan kegiatan akhir memperoleh jumlah skor 1 sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 11 dengan kriteria baik dan persentase proses pembelajaran sebesar 74%.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 2 1 8%
2. Kegiatan Inti 9 6 50%
3. Kegiatan Akhir 1 1 8%
Jumlah 12 8 66%
Berdasarkan tabel 4.10 hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui hasil penilaian dari observer. Pada kegiatan awal memperoleh jumlah skor 1, kegiatan inti memperoleh jumlah skor 6, dan kegiatan akhir memperoleh jumlah skor 1 sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 8 dengan kriteria baik dan persentase proses pembelajaran sebesar 66%.
Dari hasil-hasil pengamatan tersebut, ada beberapa catatan dari guru
observer di antaranya yaitu:
1) Selama diskusi siswa masih kesulitan mengungkapkan pendapat, atau hasil pemikiran mereka. Siswa masih malu dan takut untuk berbicara.
2) Pada kegiatan diskusi tidak semua anggota kelompok bekerja dengan baik. Ada siswa yang hanya diam dan melihat teman mereka bekerja.
3) Siswa masih belum berani bertanya, mempresentasikan jawaban di depan kelas, maupun berkomentar terhadap pekerjaan teman atau kelompok lain. 4) Ada beberapa siswa yang kurang memahami materi yang sedang disampaikan
oleh guru.
70
4.1.2.4Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua maka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas 5. Dari diskusi yang dilakukan diketahui bahwa dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model
Creative Problem Solving guru dapat memperoleh pengalaman dan wawasan yang baru di dalam pembelajaran, selain itu guru juga merasa lebih mudah dalam mengajar khususnya di dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sementara itu bagi siswa dengan pembelajaran dengan model Creative Problem Solving, siswa merasa suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan lagi, siswa tidak harus selalu mendengarkan penjelasan guru dengan ceramah. Kegiatan diskusi dan kerjasama yang dilakukan antar siswa dalam kegiatan Creative Problem Solving menjadikan materi pelajaran dapat dipahami dengan mudah oleh siswa menggunakan cara kreatif dan berbeda.
71
Dari hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus I, terjadi peningkatan pada beberapa aspek, baik pada aktivitas guru maupun pada aktivitas siswa. Peningkatan aspek pembelajaran pada aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I dan II
Aspek Skor
Berdasarkan tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II dapat dilihat pada diagram 4.6 Berikut ini:
0
Diagram 4.6 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Pertemuan I dan II
72
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Pertemuan 1 Pertemuan II
Persentase
Diagram 4.7 Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I dan II
Hasil observasi pada pertemuan pertama dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 15 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 60%, selanjutnya pada pertemuan kedua mengalami peningkatan hingga persentase 74%.
Peningkatan aspek pembelajaran pada aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I dan II
Aspek Skor
Pertemuan I
Persentase Skor Pertemuan II
Persentase
Kegiatan awal 1 8% 1 8%
Keiatan inti 5 42% 6 50%
Kegiatan akhir 1 8% 1 8%
73
Berdasarkan tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II dapat dilihat pada diagram 4.8 Berikut ini:
0 1 2 3 4 5 6
Pertemuan I Pertemuan II
Keg. Awal
Ke. Inti
Keg. Akhir
Diagram 4.8 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pertemuan I dan II
Berdasarkan diagram di atas aktivitas siswa mengalami peningkatan pada kegiatan inti. Indikator aktivitas siswa yang mengalami peningkatan pada kegiatan inti yaitu mendengarkan penjelasan tentang permasalahan yang akan dibahas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.9 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dan kedua sebagai berikut:
50% 52% 54% 56% 58% 60% 62% 64% 66%
Pertemuan 1 Pertemuan II
Persentase
74
Hasil observasi pada pertemuan pertama dengan indikator penilaian aktivitas siswa sebanyak 12 item, hasil persentase aktivitas siswa pertemuan pertama sebesar 56%, selanjutnya pada pertemuan kedua mengalami peningkatan hingga persentase 66%.
Dilihat dari hasil pengamatan, proses pembelajaran pada materi luas bangun datar sederhana menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving sudah cukup baik walaupun masih ada catatan-catatan dalam pelaksanaannya.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan model Creative Problem Solving. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:
1) Kelebihan
a. Rancangan pembelajaran sudah tersusun dengan baik walaupun belum mencapai hasil belajar yang maksimal.
b. Kegiatan pembelajaran menjadi tidak membosankan.
c. Siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok dengan perbedaan individu dalam kelompok.
d. Kondisi pembelajaran yang terbentuk lebih baik, dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. Guru mengarahkan dan mengorganisasikan pembelajaran kepada aktivitas siswa yang terampil dan kreatif dalam situasi yang antusias dan menantang.
2) Kekurangan
a. Selama proses diskusi kebanyakan siswa masih kesulitan dalam mengungkapkan pendapat, hasil diskusi atau hasil pemikiran mereka. Siswa masih cenderung diam, malu, dan takut untuk berbicara.
b. Pada kegiatan diskusi tidak semua anggota kelompok bekerja dengan baik. c. Ada beberapa siswa yang kurang memahami materi yang sedang disampaikan
oleh guru.
75
Dari berbagai kekurangan yang ditemui, maka peneliti melakukan analisis dan berkonsultasi dengan guru kelas 5 tentang kondisi siswa serta pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah berlangsung, untuk menyusun rencana perbaikan dari kekurangan tersebut yang selanjutnya akan diterapkan pada siklus II, sebagai berikut:
a. Sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti sebaiknya melakukan pengarahan dan diskusi bersama guru teman sejawat mengenai langkah-langkah dari model Creative Problem Solving sehingga antara rencana dan pelaksanaan dapat berjalan selaras.
b. Guru harus memberikan instruksi dan peraturan yang jelas di dalam kegiatan pembelajaran agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berlangsung sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
c. Guru membimbing dan memberikan pengarahan agar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran semua siswa dapat ikut berpartisipasi dan bekerja sama dengan baik.
d. Guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berani dalam menyampaikan pendapatnya. Salah satu contoh pemberian motivasi yang bisa dilakukan guru adalah dengan memberikan penghargaan dan semangat kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
e. Guru harus mengurangi jumlah anggota kelompok agar pembelajaran lebih efektif.
4.1.3. Deskripsi Siklus II
Pada deskripsi siklus II ini, akan menjelaskan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi.
4.1.3.1. Tahap Perencanaan
76
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada minggu kedua bulan November. Sebelum melakukan pembelajaran siklus II pertemuan pertama peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model Creative Problem Solving dengan Kompetensi Dasar 3.2 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar. Penyusunan RPP didiskusikan dengan Ibu Endang Krisnani, S.Pd.SD selaku guru kelas 5 dan sebagai teman sejawat dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi dilakukan untuk membahas tentang penentuan waktu penelitian, penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran serta media yang akan digunakan di dalam proses pembelajaran. Indikator pada pertemuan pertama yaitu 3.2.1 menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas bangun datar trapesium. Setelah indikator dirumuskan kemudian peneliti bersama dengan teman sejawat menyusun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan pertama. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pembelajaran pertemuan pertama dengan menggunakan model
Creative Problem Solving ialah: melalui diskusi bersama kelompok, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas bangun datar trapesium. Selanjutnya peneliti menyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan didiskusikan bersama dengan teman sejawat. Selanjutnya peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar penilaian, dan lembar kerja siswa. Selanjutnya peneliti dan teman sejawat mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. (Dapat dilihat di RPP siklus II pada lampiran)
(2) Pertemuan kedua
Perencanaan pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama. Pada pembelajaran pertemuan kedua ini peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model Creative Problem Solving
77
penelitian. Diskusi dilakukan untuk membahas tentang penentuan waktu penelitian, penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran serta media yang akan digunakan di dalam proses pembelajaran. Indikator pada pertemuan kedua yaitu 3.2.2 menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas bangun datar layang-layang. Setelah indikator dirumuskan kemudian peneliti bersama dengan teman sejawat menyusun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan pertama. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pembelajaran pertemuan kedua dengan menggunakan model Creative Problem Solving ialah: melalui diskusi bersama kelompok, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas bangun datar layang-layang. Selanjutnya peneliti menyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan didiskusikan bersama dengan teman sejawat. Selanjutnya peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar penilaian, dan lembar kerja siswa. Selanjutnya peneliti dan teman sejawat mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
(3) Pertemuan ketiga
78
ruang atau lokasi yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus II yaitu di ruang kelas 5 SD N Blaru 02. Sebelum mengadakan tes evaluasi guru mengulang materi tentang penyelesaian masaah yang berkaitan dengan luas bangun datar yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama dua kali 35 menit.
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II dari awal hingga akhir pembelajaran pada setiap pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Rincian pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama berada di ruang kelas 5 SD N Blaru 02 pada hari Senin, tanggal 7 November 2016 mulai pukul 07.00 WIB. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Ibu Endang Krisnani, S.Pd.SD. Materi pada pembelajaran ini adalah penyelesaian masaah yang berkaitan dengan luas bangun datar. Adapun kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal diawali dengan mengucapkan salam, kemudian satu siswa sesuai nomor urut absen maju ke depan untuk memimpin do’a, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya jawab. Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal terkait dengan materi yang dipelajari
sebelumnya “ Sebutkan rumus luas trapesium!”. Kemudian Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas trapesium.
b) Kegiatan Inti
79
pembelajaran. Langkah pertama yaitu penyajian materi. Siswa diberikan penjelasan oleh guru tentang penyelesaian masaah yang berkaitan dengan luas trapesium. Langkah selanjutnya siswa berkelompok secara heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4 siswa. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok siswa, untuk kemudian dipelajari oleh setiap kelompok. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru permasalahan untuk dibahas bersama kelompoknya. Setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan LKS secara individu (tahap klarifikasi masalah). Langkah selanjutnya adalah dalam kelompok siswa bebas mengungkapkan pendapat masing-masing dalam menyelesaikan soal cerita serta mendiskusikan dengan kelompoknya (tahap pengungkapan pendapat). Setelah siswa bersama kelompoknya mendiskusikan
jawaban, kemudian menentukan alternatif jawaban yang tepat untuk menyelesaikan soal cerita (tahap evaluasi dan pemilihan). Setelah alternatif jawaban ditentukan, setiap kelompok memilih cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan (tahap implementasi). Dalam kegiatan mengkomunikasikan, perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Teman yang lain mengomentari hasil dari kelompok lain. Guru menguatkan kesimpulan yang diperoleh sesuai hasil kerja kelompok maupun individu, kemudian siswa menentukan sendiri cara yang mudah dalam menyelesaikan soal cerita. Guru memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa baik individu maupun kelompok.
c) Kegiatan Akhir
80
2) Pertemuan 2
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 November 2016 mulai pukul 07.00 WIB. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Ibu Endang Krisnani, S.Pd.SD. Materi pada pembelajaran ini adalah penyelesaian masaah yang berkaitan dengan luas layang-layang. Adapun kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal diawali dengan mengucapkan salam, kemudian satu siswa menurut nomor absen maju ke depan untuk memimpin do’a, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya jawab. Guru mengajukan
pertanyaan secara klasikal terkait dengan materi yang dipelajari sebelumnya “
Sebutkan rumus luas layang-layang!”. Kemudian Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas layang-layang.
b) Kegiatan Inti
Secara keseluruhan, proses atau langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua sama seperti langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan pertama. Yang membedakan adalah materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua ini yaitu penyelesaian masalah yang berkaitan dengan luas layang-layang.
81
kelompok siswa bebas mengungkapkan pendapat masing-masing dalam menyelesaikan soal cerita dan mendiskusikannya (tahap pengungkapan pendapat). Setelah siswa bersama kelompoknya mendiskusikan jawaban,
kemudian menentukan alternatif jawaban yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan (tahap evaluasi dan pemilihan). Setelah alternatif jawaban ditentukan, setiap kelompok memilih cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal cerita (tahap implementasi). Dalam kegiatan mengkomunikasikan, perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Teman yang lain mengomentari hasil dari kelompok lain. Guru menguatkan kesimpulan yang diperoleh sesuai hasil kerja kelompok maupun individu, kemudian siswa menentukan sendiri cara yang mudah dalam menyelesaikan soal cerita.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan yang dilakukan adalah guru menanyakan hal-hal yang belum jelas serta menguatkan kesimpulan yang diperoleh sesuai hasil kerja kelompok maupun individu. Setelah kegiatan dilaksanakan, guru menutup pertemuan pada hari itu dengan memberi pekerjaan rumah dan mengucap salam. Berdasarkan uraian kegiatan di atas, maka kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua sudah selesai.
3) Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
82
menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD N Blaru 02 dapat dilihat pada tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai matematika siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siklus II
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
1. 70 – 75 13 40,62%
2. 76 – 80 8 25,00%
3. 81 – 85 4 12,50%
4. 86 - 90 3 9,38%
5. 91 – 95 2 6,25%
6. 96 - 100 2 6,25%
Jumlah Siswa 32 100 %
Nilai Rata-rata 80,63
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 70
83
0 2 4 6 8 10 12 14
70 –75 76 - 80 81 –85 86 - 90 91 –95 96 - 100
Frekuensi
Frekuensi
Diagram 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siklus II
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14
Ketuntasan Belajar Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 32 100
2. Belum Tuntas < 70 0 0
Jumlah 32 100
84
Diagram 4.11 Ketuntasan Belajar Siklus II
4.1.3.3Observasi
Pada pelaksanaan observasi, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus II dengan menerapkan model Creative Problem Solving yang terdiri dari analisis hasil observasi pada setiap pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
Kegiatan observasi dilakukan oleh guru observer untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 15 indikator aktivitas guru dan 12 indikator aktivitas siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 0 dan 1. Skor 0 berarti aktivitas tidak dilaksanakan, sedangkan skor 1 aktivitas dilaksanakan. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian.
85
1) Pertemuan Pertama
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 3 3 20%
2. Kegiatan Inti 9 9 60%
3. Kegiatan Akhir 3 2 13%
Jumlah 15 14 93%
Berdasarkan tabel 4.15 hasil observasi aktivitas guru dapat diketahui hasil penilaian dari observer. Pada kegiatan awal memperoleh jumlah skor 3, kegiatan inti memperoleh jumlah skor 9, dan kegiatan akhir memperoleh jumlah skor 2 sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 14 dengan kriteria baik dan persentase proses pembelajaran sebesar 93%.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 2 2 17%
2. Kegiatan Inti 9 7 58%
3. Kegiatan Akhir 1 1 8%
Jumlah 12 10 83%
86
3) Pertemuan Kedua
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:
Tabel 4.17
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 3 3 20%
2. Kegiatan Inti 9 9 60%
3. Kegiatan Akhir 3 3 20%
Jumlah 15 15 100%
Berdasarkan tabel 4.17 hasil observasi aktivitas guru dapat diketahui hasil penilaian dari observer. Pada kegiatan awal memperoleh jumlah skor 3, kegiatan inti memperoleh jumlah skor 9, dan kegiatan akhir memperoleh jumlah skor 3 sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 13 dengan kriteria baik dan persentase proses pembelajaran sebesar 100%.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.18 berikut:
Tabel 4.18
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II
No. Aspek yang Diamati
Aspek item
Jumlah skor aspek
item yang terlaksana Persentase
1. Kegiatan Awal 2 2 16,7%
2. Kegiatan Inti 9 9 75%
3. Kegiatan Akhir 1 1 8,3%
Jumlah 12 12 100%
87
Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi. Berikut hasil observasi yang diperoleh dari siklus II:
a) Siswa sudah terlihat tidak takut untuk mengungkapkan pendapat saat diskusi bersama kelompok.
b) Dalam mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok, seluruh anggota kelompok tersebut terlihat sangat antusias.
c) Seluruh siswa terlihat memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang sedang dipelajari.
d) Saat proses pembelajaran masih terlihat 1-2 siswa yang masih mengganggu teman-temannya.
4.1.3.4Refleksi Siklus II
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga maka selanjutnya diadakan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada pelaksanaan tindakan siklus II peneliti melakukan berbagai upaya perbaikan tindakan yang telah direncanakan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Setelah dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II, kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I tidak muncul kembali di siklus II. Dengan demikian penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dalam menyelesaikan soal cerita matematika dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu proses dan hasil belajar matematika siswa juga meningkat. Hal tersebut menandakan penelitian berhasil, sehingga peneliti tidak perlu melanjutkan penelitian ke siklus selanjutnya.
88
siswa secara kreatif mampu mengidentifikasi materi dengan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran.
Dari hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus II, terjadi peningkatan pada beberapa aspek, baik pada aktivitas guru maupun pada aktivitas siswa. Peningkatan aspek pembelajaran pada aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut ini:
Tabel 4.19
Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I dan II
Aspek Skor
Berdasarkan tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II dapat dilihat pada diagram 4.12 Berikut ini:
0
Diagram 4.12 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Pertemuan I dan II
89
88% 90% 92% 94% 96% 98% 100%
Pertemuan 1 Pertemuan II
Persentase
Diagram 4.13 Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I dan II
Hasil observasi pada pertemuan pertama dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 15 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 93%, selanjutnya pada pertemuan kedua mengalami peningkatan hingga persentase 100%.
Peningkatan aspek pembelajaran pada aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut ini:
Tabel 4.20
Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I dan II
Aspek Skor
Pertemuan I
Persentase Skor Pertemuan II
Persentase
Kegiatan awal 2 17% 2 16,7%
Keiatan inti 7 58% 9 75%
Kegiatan akhir 1 8% 1 8,3%
90
Berdasarkan tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa Siklus II pertemuan I dan II dapat dilihat pada diagram 4.14 Berikut ini:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertemuan I Pertemuan II
Keg. Awal Ke. Inti Keg. Akhir
Diagram 4.14 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Pertemuan I dan II
Berdasarkan diagram di atas aktivitas siswa mengalami peningkatan pada kegiatan inti. Indikator aktivitas siswa yang mengalami peningkatan pada kegiatan inti yaitu mencatat keterangan-keterangan penting yang diberikan guru serta mengungkapkan pendapat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.15 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan pertama dan kedua sebagai berikut:
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Pertemuan 1 Pertemuan II
Persentase
91
Hasil observasi pada pertemuan pertama dengan indikator penilaian aktivitas siswa sebanyak 12 item, hasil persentase aktivitas siswa pertemuan pertama sebesar 83%, selanjutnya pada pertemuan kedua mengalami peningkatan hingga persentase 100%.
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru berhasil melakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana perbaikan yang telah disusun pada kegiatan refleksi siklus I.
2) Siswa lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving, terlihat dari respon positif siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa mulai berani menyampaikan pendapat dan menanggapi jawaban.
3) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dan berdiskusi secara kondusif di dalam proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus I sudah dapat diatasi dengan baik yang direncanakan pada kegiatan refleksi siklus I yang kemudian diterapkan pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II, diantaranya:
1) Peneliti telah melakukan diskusi bersama guru kelas 5 untuk membahas mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih sistematis dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
92
3) Guru selalu memberikan penguatan positif pada siswa, melatih siswa agar berani dan tidak malu atau takut berpendapat di depan kelas melalui pemberian penghargaan sebagai motivasi bagi siswa.
4.2 Analisis Komparatif Pelaksanaan dan Hasil Tindakan
Pada sub analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan proses dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD N Blaru 02 pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan proses yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel 4.21 berikut:
Tabel 4.21
Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No. Persentase Hasil Observasi
Kondisi awal Siklus I Siklus II
% % %
1. Guru 46,7 66,5 96,5
2. Siswa 33 62,5 91,5
Untuk memperjelas peningkatan persentase hasil observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada diagram 4.16 berikut ini:
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Guru
Siswa
93
Selanjutnya peningkatan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel 4.22 berikut:
Tabel 4.22
Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Kondisi awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas ≥ 70 13 40,6 18 56,3 32 100
2. Belum Tuntas < 70 19 59,4 14 43,8 0 0
Jumlah 32 100 32 100 32 100
Nilai Rata-rata 61,25 64,84 80,63
94
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas 13 18 32
Belum Tntas 19 14 0
0 5 10 15 20 25 30 35
Ju
m
la
h
S
is
w
a
Diagram 4.17 Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Untuk memperjelas peningkatan rata-rata hasil belajar matematika dapat dilihat pada diagram 4.18 berikut ini:
Diagram 4.18 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
4.3 Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving untuk menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas 5 SD N Blaru 02 semester I tahun pelajaran 2016/2017. Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dengan model pembelajaran
95
mengalami peningkatan menjadi 80,63. Diperolehnya hasil di atas dimungkinkan karena dalam pembelajaran menggunakan model Creative Problem Solving, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan secara kreatif berusaha menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan, saling berinteraksi dengan teman maupun guru, saling bertukar pikiran, sehingga wawasan dan daya pikir mereka berkembang. Hal ini akan banyak membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, sehingga ketika mereka dihadapkan dengan suatu pertanyaan, dan mengembangkan tanggapannya tidak hanya dengan cara menghafal tanpa memperdalam dan memperluas pemikirannya.
Kondisi ini didorong oleh suasana pada pembelajaran model Creative Problem Solving yang menuntut siswa untuk selalu aktif selama pembelajaran berlangsung, yaitu aktif untuk menemukan solusi dari masalah secara kreatif, juga aktif berinteraksi dengan siswa lain melalui kegiatan diskusi kelompok serta presentasi di depan kelas. Selama pembelajaran berlangsung guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, disamping memberikan kemudahan (fasilitas) belajar kepada siswa dan siswa berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang dapat mempermudah proses belajarnya. Jadi dalam pembelajaran dengan model
Creative Problem Solving, aktivitas siswa mendominasi proses pembelajaran, atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada siswa.
kekurangan-96
kekurangan yang muncul pada siklus I akan diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus II.
Pada siklus II, proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving berjalan dengan sangat baik. Hal itu dapat dibuktikan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu mencapai 80,63 dengan presentase 100% yang termasuk dalam kategori sangat baik karena sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan data-data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah dikatakan berhasil. Oleh karena itu peneliti menyudahi pelaksanaan tindakan hanya sampai pada siklus II. Secara keseluruhan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas 5 SD N Blaru 02 melalui model pembelajaran Creative Problem Solving telah mencapai titik keberhasilan. Keberhasilan pembelajaran matematika siswa kelas SD N Blaru 02 ditandai dengan adanya peningkatan dan perubahan pada setiap siklus.