LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1
Praktikum daya reduksi halide bertujuan agar mahasiwa lebih memahami makna reduksi dan mengetahui urutan kekuatan daya reduksi pada halida berdasarkan perbandingan
warna larutan. Metode yang kami gunakan dalam praktikum ini yaitu mencampurkan beberapa larutan untuk mendapatkan perbedaan warna kemudian membandingkan warna
hasil reaksi dengan warna larutan Fe2(SO4)3. Kemudian hasil yang kami dapat pada praktikum ini yaitu urutan daya reduksi mulai dari yang tertinggi menuju yang terendah
yaitu NaI, NaBr, lalu NaCl.
Kata Kunci: Halida, Jari-Jari Ion, Daya Reduksi, Chlor, Brom, Iod
PENDAHULUAN
Halogen dalam bentuk bebas selalu berupa diatomic, karena tiap atom memerlukan 1 elektron untuk membentuk ikatan kovalen. Yang termasuk unsure halogen adalah lima unsure yang berada pada deret ketujuh tabel periodik unsur kimia. Masing-masing Fluor, Chlor, Brom, Iod, dan Astatin. Unsur-unsur halogen mempunyai konfigurasi elektron ns2np5 dan merupakan unsur-unsur yang paling elektronegatif. Oleh karena itu selalu mempunyai bilangan oksidasi (-1), kecuali Fluor yang selalu univalen (Anonim, 2014)
konfigurasi elektron gas mulia. Oleh sebab itu, unsur-unsur halogen tidak pernah ditemukan dalam keadaan unsur bebas di alam (kimia.upi.edu, 2014).
Awalnya, oksidasi berarti pembentukan oksida dari unsurnya atau pembentukan senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan reduksi adalah kebalikan oksidasi. Definisi reduksi saat ini adalah reaksi yang menangkap elektron, dan oksidasi adalah reaksi yang membebaskan elektron. Oleh karena itu, suatu pereaksi yang memberikan elektron disebut reduktor dan yang menangkap elektron disebut oksidator. Akibat reaksi redoks, reduktor mengalami oksidasi dan oksidator mengalami reduksi (Saito, 1996).
Keelekronegatifan adalah suatu konsep relatif yang berarti bahwa keelektronegatifan suatu unsure dapat diukur hanya dalam kaitannnya dengan keelektronegatifan unsure-unsur lain. Secara umum, keelektronegatifan meningkat dari kiri ke kanan dalam satu periode di dalam tabel periodik, seiring dengan berkurangnya sifat logam dari unsur-unsur tersebut. Dalam satu golongan, keelektronegatifan berkurang dengan bertambahnya nomor atom, yang menunjukkan semakin bertambahnya sifat logamdari unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur yang paling elektronegatif (halogen, oksigen, nitrogen, dan belerang) terdapat pada sudut kanan atas dari tabel periodik, sementara unsur-unsur dengan keelektronegatifan terendah (logam alkali dan alkali tanah) terletak pada sudut kiri bawah (Chang, 2005: 267).
Ada suatu penurunan yang teratur dalam keaktifan kimia dari fluor sampai iod, sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungan dalam kekuatan mengoksidasinya. Molekul fluor yang beratom-dua (diatomic) itu, F2, merupakan zat pengoksid yang lebih kuat daripada unsure
lain yang manapun dalam keadaan normalnya. Baik fluor maupun klor membantu reaksi pembakaran dengan cara yang sama seperti oksigen. Hoidrogen dan logam-logam aktif terbakar dalam salah satu gas itu, dengan membebaskan panas dan cahaya. Reaktivitas fluor yang lebih besar dibandingkan dengan klor, terungkap oleh fakta bahwa bahan-bahan yang biasa, termasuk kayu dari beberapa plastik, akan menyala dalam atmosfer fluor. Bahkan asbes yang “tahan api”, terbakar dalam fluor (Keenan, 1980: 228). Dari grup VIIA, fluorlah yang paling erat memegang elektron-elektronnya, dan ion yang paling lemah (Keenan, 1980: 226).
tersebut. Dari atas ke bawah dalam tabel periodik, afinitas elektron unsur-unsur halogen makin kecil sehingga kereaktifannya: F > Cl > Br > I. Oleh karena unsur halogen mudah menerima elektron maka semua unsur halogen merupakan oksidator kuat. Kekuatan oksidator halogen menurun dari atas ke bawah dalam tabel periodik. Hal ini dapat dilihat dari potensial reduksi
Berdasarkan data potensial reduksi standar dapat disimpulkan bahwa F2 merupakan
oksidator paling kuat. Oleh karena itu, unsur halogen dapat mengoksidasi halogen lain yang terletak di bawahnya dalam tabel periodik, tetapi reaksi kembalinya tidak terjadi (Anonim, 2014)
METODOLOGI
Pada praktikum daya reduksi pada halida ini, bahan yang kami gunakan yaitu larutan NaI, NaCl, NaBr, KSCN, dan Fe2(SO4)3. Sedangkan untuk alat yang kami gunakan yaitu rak tabung
reaksi, tabung reaksi, dan pipet.
Langkah pertama yang kami lakukan yaitu mengisi masing-masing 10 tetes larutan Fe2(SO4)3 kedalam tiga buah tabung reaksi yang telah diberi tanda 1,2, dan 3 menggunakan
label. Kemudian pada tabung 1 ditambahkan 10 tetes larutan NaCl, tabung 2 ditambahkan 10 tetes NaBr dan tabung 3 ditambahkan 10 tetes larutan NaI. Kemudian amati perubahan yang terjadi. Setelah itu tambahkan masing-masing 1 tetes larutan KSCN kedalam tiga tabung reaksi tersebut dan amati perubahan yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum daya reduksi halida ini, kami mengamati urutan kekuatan daya reduksi pada halida dengan menggunakan perbandingan warna reaksi antara sampel halide dengan reagen terhadap warna larutan Fe2(SO4)3. Menurut berbagai literature telah dijelaskan bahwa
larutan tertentu. Semakin muda perubahan warna larutan setelah ditambah KSCN + Fe(SO4)3,
menandakan daya pereduksi ion halida semakin kuat.
Pada percobaan pertama kami menambahkan 10 tetes Fe2(SO4)3 yang berwarna kuning
cerah dengan larutan 10 tetes NaCl yang tidak berwarna, dan perubahan yang ditunjukkan yaitu warna larutan menjadi jingga muda. Namun ketika ditambahkan dengan 1 tetes KSCN, larutan yang semula berwarna jingga muda berubah warna menjadi jingga kemerahan. Penambahan KSCN ini bertujuan untuk mempertegas warna yang ditunjukkan. Hal ini menandakan bahwa larutan NaCl adalah sampel halide yang daya reduksinya lemah. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa apabila warna larutan semakin pekat maka daya reduksi senyawa tersebut semakin lemah.
Selanjutnya pada percobaan kedua, ketika kami menambahkan 10 tetes NaBr yang awalnya tidak berwarna pada 10 tetes Fe2(SO4)3 yang berwarna kuning cerah terjadi reaksi yang ditandai
dengan perubahan warna menjadi jingga muda. Dan ketika ditambahkan dengan 1 tetes KSCN, warna larutan yang semula jingga muda berubah menjadi merah kehitaman yang menandakan bahwa daya reduksi larutan NaBr lebih lemah dibanding daya reduksi pada larutan NaCl berdasarkan kepekatan warna larutan hasil reaksi. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa daya reduksi NaBr lebih lemah dibanding daya reduksi NaCl karena warna hasil reaksi pada larutan NaBr lebih pekat dibanding warna hasil reaksi pada larutan NaCl.
Selanjutnya pada percobaan ketiga, ketika kami menambahkan 10 tetes NaI yang awalnya tidak berwarna pada 10 tetes Fe2(SO4)3 yang berwarna kuning cerah terjadi reaksi yang ditandai
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Daya reduksi unsur Halogen (Cl-, , dan I-) dari yang paling kuat adalah adalah I->
Br-> Cl-.
2. Daya reduksi unsur halogen dari atas ke bawah semakin besar, I- dapat mereduksi Br- dan Cl-, Cl- tidak dapat mereduksi Br- dan I-.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Deskripsi Unsur-Unsur Golongan Utama.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0704004/1.%20Mudah%2
0dan%20Aktif%20Belajar%20Kimia bab3.pdf
[Diakses pada Sabtu, 15 Oktober 2014 pukul 22:29 WIB]
Anonim. 2014. Senyawa Halogen.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0704127/materi_senyawa
_halogen.htm
[Diakses pada Rabu, 15 Oktober 2014 pukul 22:16 WIB]
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Keenan. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. 1980
Oxtoby. Prinsip-Prinsp Kimia Modern. Jakarta: Erlangga. 2001
Taro, Saito. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online.
http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/files/2012/02/kimia-anorganik.pdf
LAMPIRAN
Hasil Pengamatan :
Sampel + Fe2(SO4)3 + KSCN
NaCl Larutan berwarna jingga muda
Larutan berwarna jingga kemerahan
NaBr Larutan berwarna jingga muda
Larutan berwarna merah kehitaman
NaI Larutan berwarna jingga tua Larutan berwarna merah kecoklatan
Persamaan reaksi antara ion halida dengan ion besi (III) :
2Cl-(aq) Cl2(aq) + 2e E0 = -1,36 V
2Fe3+(aq)+ 2e 2Fe2+(aq) E0 = +077 V
2Cl-(aq) + 2Fe3+(aq) Cl2(aq) + 2Fe2+(aq) E0 = -0,59 V
2Br-(aq) Br2(aq) + 2e E0 = -1,06 V
2Fe3+(aq)+ 2e 2Fe2+(aq) E0 = +077 V
2Br-(aq) + 2Fe3+(aq) Br2(aq) + 2Fe2+(aq) E0 = -0,29 V
2I-(aq) I2(aq) + 2e E0 = -0,54 V
2Fe3+(aq)+ 2e 2Fe2+(aq) E0 = +077 V