LAPORAN PRAKTIKUM TUGAS IV
“IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN (Ekstrak Psidium guajava)”
Disusun Oleh:
Nama : Arina Rahayu
NIM : 201410410311234
Kelompok : VII (Tujuh) Kelas : Farmasi A
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2017
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Identifikasi Senyawa Golongan Polifenol dan Tanin (Ekstrak Psidium guajava)” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan laporan ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Malang, 21 Maret 2017
Penulis
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
I. TUJUAN... 1
II. PRINSIP TEORI... 1
1. Tanaman Jambu (Psidium guajava)...1
2. Sistematika Tumbuhan Jambu Biji...1
3. Morfologi Tumbuhan Jambu Biji...2
4. Manfaat Tumbuhan Jambu Biji...2
5. Polifenol... 3
6. Klasifikasi Polifenol... 3
7. Manfaat & Khasiat Polypenol...5
8. Tanin... 6
9. Klasifikasi Tanin... 7
10. Manfaat Tanin... 8
11. Cara Identifikasi Senyawa...9
12. Tinjauan eluen dan tinjauan polaritas...11
III. ALAT DAN BAHAN... 15
IV. SKEMA KERJA...16
V. HASIL... 19
VI. PEMBAHASAN... 19
VII. KESIMPULAN... 19
“IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN (Ekstrak Psidium guajava)”
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan polifenol dan tannin dalam tanaman
II. PRINSIP TEORI
1. Tanaman Jambu (Psidium guajava)
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon ini banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.200 m dpl. Jambu biji berbunga sepanjang tahun (Hapsoh, 2011).
2. Sistematika Tumbuhan Jambu Biji
Secara botanis tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L. Nama Lokal : Jambu Biji
3. Morfologi Tumbuhan Jambu Biji
Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil. Keras, berwarna kuning kecoklatan (Hapsoh, 2011).
4. Manfaat Tumbuhan Jambu Biji
Tanaman jambu biji atau Psidium guajava L. Termasuk familia Myrtaceae, banyak tumbuh di daerah-daerah di tanah air kita. Penduduk terlalu mementingkan buahnya, sedangkan daun-daunnya hanya sebagian kecil saja yang memperhatikannya, padahal mempunyai nilai obat yang baik, terutama untuk menyembuhkan sakit: diare dan astringensia (Kartasapoetra, 1992).
Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman lainnya, seperti daun, kulit akar maupun akarnya, dan buahnya yang masih muda juga berkhasiat obat untuk menyembuhkan penyakit disentri, keputihan, sariawan, kurap, diare, pingsan, radang lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono B, 2010)
5. Polifenol
Tumbuhan yang hidup disekitar kita memiliki kandngan kimia yang unk. Kimia bahan alam yang merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Bahan kimia
yang dimaksud biasanya di gunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam bidang farmasi. Salah satu kelompok senyawa yang banyak memberikan manfaat bagi manusia adalah polifenol. Senyawa yng termasuk kedalam polifenol ini adalah semua senyawa yang memiliki struktur dasar berupa fenol. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memilikibanyak gugus fenol dalam molekulnya. Fenol sendiri merupkan struktur yang terbentuk dari benzena tersubtitusi dengan gugus –OH. Gugus –OH yang terkandung merupakan aktivator yang kuat dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik (Fessenden,1982). Fenol Polifenol dapat diklasifikasikan menjadi beberpa jenis berdasarkan unit basanya antara lain Asam Galia, Asam Sinamat, dan Flavon. Selain itu senyawa-senyawa polifenol jika berdasarkan komponen penyusun fenolnya dapaat dibagi menjadi Fenol, pyrocatechol, pirogallol,resorsinol, floroglucinol, dan hidroquinon. Jenis-jenis diatas akan dibahas dalam makalah ini. Selain itu juga makalah ini juga akan membahassalah satu contoh senyawa polifenol yang ada didalam the yang sering kita konsumsi.Senyawa yang dimaksud antara lain epicatechin dan epigallocatechin. Senyawa ini akan dibahas tentang reaksi oksidasi dan biosintesis dari turunan epigallocatechin yang berupa senyawa Epigallocatechin gallate (EGCG).Kerena polifenol banyak dimanfaatkan oleh manusia dan sebagian telah diproduksi dengan cara disintesis secara industri sebagai obat. Itulah sebabnya kita akan membahas tentang beberapa contoh dan fungsi-fungsi senyawa polifenol.
6. Klasifikasi Polifenol
Polifenol jika diklasifikasikan berdasarkan unit basanya di bagimenjadikelompok 3 kelompok besar yaitu asam galic, polivenol, Flavon, asam sinamat.
a. Asam Galic
Senyawa ini memiliki struktur benzen yang tersubtitusi dengan 3 gugus – OH dan satu gugus Karboksilat. Contohnya seperti jenis hydrolyzabletannins yang merupakan jenis tanin yangdapat larut di dalam air membentuk asam gallic
dan asam protocatechuic dan gula. Contoh jenis ini adalah gallotanin (Anonim, 2009).
b. Asam galat
Senyawa ini tidak terlalu berperan didalam tumbuhan tetapi cukup memberikan sumbangan manfaat bagi manusia khususnya dalam bidang kesehatan. Senyawa jenis ini telah diteliti dapat menghamba tumor, anti-virus, anti oksidasi, anti diabetes (Hayashi et.al. 2002) dan anti cacing(Moriet.al, 2000). c. Flavon.
Jenis polifenol ini yang paling banyak terdapat di alam. Senyawa ini juga termasuk flavonoid. Contoh senyawa ini adalah epicatechin dan epigalocatechin, senyawa ini terkandung di dalam teh yang memiliki fungsi sebagai antioksidan.epicatechin epigalocatechin
d. Asam sinamat
Senyawa jenis ini memliki struktur umum asam sinamat. Salah satu contoh jenis ini adalah lignin. Lignin banyak terdapat pada tumbuhan sebagai penyusun dinding sel. Senyawa ini berupa polimer yang memiliki struktur kompleks dan beratmolekul lebih dari 10.000 monomer pada lignin disebut monolignols.
Saat ini Polyphenol merupakan salah satu produk anti oksidan yang sangat kuat dan ampuh dalam menangkal radikal bebas. Senyawa ini juga memiliki kemampuan sebagai anti Aging (Anti Penuaan Dini). Berbagai studi dan penelitian membuktikan bahwa radikal bebas adalah penyebab utama dari penyakit-penakit degeneratif seperti : Kanker, Kolesterol, Diabetes,Jantung maupun Stroke.Dengan demikian, Polyphenol begitu diperlukan dalam mencegah
ataupun menanggulangi penyakit-penyakit tersebut diatas. Journal of Cellular Biochemistry mempublikasikan bahwa polyphenol tergolong dalam antioksidant jenis bioflavonold yang memiliki kekuatan 100 kali lebih efektif dari vitamin C dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E. Senyawa ini mampu menetralisir radikal bebas yang menjadi penyebab kanker payudara, menurunkan resiko kanker lambung, paru-paru, usus besar, hati danpancreas serta membantu menurunk tingkat kadar gula dalam darah. Polyphenol efektif mengurangi penumpukan kolesterol jahat (LDL) di dalam darah, karena anti oksidan mampu mencegah oksidasi kolesterol dalam pembuluh arteri yang menyebabkan pembekuan trombosit abnormal penyebab terjadinya serangan jantung dan stroke.Sebuah study oleh para peneliti Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiologi menyatakan bahwa mereka yang minum sedikitnya dua cangkir teh yang mengandung polyphenol setiap hari, ternyata 68% lebih rendah kemungkinan terkena kanker usus.
7. Manfaat & Khasiat Polypenol :
- sebagai anti oksidant yang yang sangat kuat dalam menangkal radikal bebas. - Mampu meredam perkembangan aktifasi sel kanker hingga 50%.
- Untuk mengobati asam urat, eksim, migraine, demam, asthma, dll.
- Mencegah penakit degenaratif seperti : kanker, klesterol, jantung maupun stroke..
- Memiliki kemampuan anti aging (anti penuaan dini)
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.
Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker. Terdapat
penelitian yang menyimpulkan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer
Polifenol dapat ditemukan pada kacang-kacangan, teh hijau, teh putih, anggur merah, anggur putih, minyak zaitun dan turunannya, cokelat hitam, dan delima. Kadar polifenol yang lebih tinggi dapat ditemukan pada kulit buah seperti pada anggur, apel, dan jeruk.
8. Tanin
Tanin merupakan salah satu contoh senyawa polifenol. Tannin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dan terdapat khsus dalam jaringan kayu pada angiospermae. Secara kimia terdapat dua jenis tannin, yaitu tannin-terkondensasi atau flavolan dan tannin terhidrolisiskan.
Struktur Proanthocyanidin (golongan tannin)
Tannin-terkondensasi terdapat dalam paku-pakuan, gymnospermae, dan angiospermae. Sedangkan tannin terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harborne, 1987). Tannin seringkali dilaporkan sebagai mikromolekul yang mengganggu bioassay dan seringkali berikatan tidak spesifik pada berbagai protein termasuk beragai jenis reseptor sehingga menjadi sukar larut air. Namun, beberapa aktivitas cukup penting juga dilaporkan pada tannin, yaitu dapat menghambat, menghentikan pedarahan dan mengobatai luka bakar.
Tannin mampu membuat lapisan pelindung luka dan ginjal. Kemampuan mengikat ion besi dengan menghasilkan warna larutan biru kehitaman atau hijau kehitaman menjadi dasar analisis kualitatif tannin terhidrolisis atau tannin galat (Saifudin dkk., 2011). Tannin dapat pula dideteksi dengan sinar UV pendek berupa bercak lembayung yang bereaksi positif dengan setiap pereaksi fenol baku (Harborne, 1987).
9. Klasifikasi Tanin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi (Sirait M, 2007):
a. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat.
b. Tanin Terkondensasi (condensed tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini
kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.
10. Manfaat Tanin
Tanin diketahui dapat digunakan sebagai antivirus, anti bakteri, dan antitumor. Tanin tertentu dapat menghambat selektivitas replikasi HIVdan juga digunakan sebagai diuretik .Tanaman yang mengandung tanintelah diakui memiliki efek farmakologi dan dikenal agar membuat pohon-pohon dan semak-semak sulit untuk dihinggapi / dimakan oleh banyak ulat (Robinson, 1995)
Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada kenyataanya, sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan. Fungsi tanin pada tanaman biasanya
sebagai senjata pertahanan untuk menghindari terjadinya over grazing oleh hewan ruminansia dan menghindari diri dari serangga, sebagai penyamak kulit,bahan untuk pembuatan tinta (+ garam besi(III) → senyawa berwarna tua),sebagai reagen untuk deteksi gelatin, protein, alkaloid (karena sifat mengendap), sebagaiantidotum keracunan alkaloid (membentuk tannat yang mengendap), sebagaiantiinflamasi saluran pencernaan bagian atas,obat diare karena inflamasi saluran gastro intestinal, dan sebagai obattopikal (lesi terbuka, luka, hemoroid) (Sastrohamidjojo H. 1996).
Tanin yang terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir memberikan aroma dan rasa sedap yang khas. Bahan kunyahan seperti gambir (salah satu campuran makan sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung di dalamnya untuk memberikan rasa kelat ketika makan sirih. Sifat pengelat atau pengerut (astringensia) itu sendiri menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan sebagai bahan obat-obatan. Tanin yang terkandung dalam teh memiliki korelasi yang positif antara kadar tanin pada teh dengan aktivitas antibakterinya terhadap penyakit diare yang disebabkan oleh Enteropathogenic Esclierichia coli (EPEC) pada bayi. Hasil penelitian Yulia (2006) menunjukkan bahwa daun teh segar yang belum mengalami pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa antibakteri, karena seiring dengan pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri pada daun teh menjadi berkurang (Sirait M, 2007)
Senyawa tanin juga bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak. Serta sebagai penyerap racun (antidotum) dan dapat menggumpalkan protein. Oleh karena itu, senyawa tanin dapat digunakan sebagai obat diare (John, 2008)
11. Cara Identifikasi Senyawa 1. Polifenol
a) Larutan ekstrak/Larutan uji ditambahkan dengan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga hitam.
b) Uji kromatografi lapis tipis dengan menggunakan pereaksi FeCl3. Jika timbul warna warna hitam maka menunjukkan bahwa sampel positif mengandung polifenol.
2. Tanin
a) Larutan uji ditambahkan dengan sedikit larutan gelatin dan larutan NaCl. Jika terjadi endapan putih sampel positif mengandung tanin.
b) Larutan ekstrak/Larutan uji ditambahkan dengan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman.
3. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada dalam sediaan, dengan jalan penyarian berfraksi, atau penyerapan , atau penukaran ion pada zat padat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk percobaan identifikasi atau penetapan kadar (Materia Medika Jilid V-VI : 523)
Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektivitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta memantau kromatografi kolom, melakukan screening sampel untuk obat. Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Analisis kuantitatif dilakukan dengan 2 cara, yaitu mengukur bercak langsung pada lengpeng dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometry dan cara berikutnya dalaha dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak dengan metode analisis yang lain, misalnya dengan metode spektrofotometri. Dan untuk analisis preparatif, sampel yang ditotolkan dalam lempeng dengan lapisan yang besar lalu dikembangkan dan dideteksi dengan cara yang non- dekstruktif. Bercak yang mengandung analit yang dituju selanjutnya dikerok dan dilakukan analisis lanjutan (Gholib Gandjar, 2007).
Kromatografi Lapisan tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat, dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom
kromatografi terbuka” dan pemisahan didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak tetap jika dibandingkan dengan kromatografi kertas. Karena itu pada lempeng yang disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat kromatogram dari zat pembanding kimia, lenih baik dengan kadar yang berbeda-beda.perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kadar (Materia Medika Jilid V-VI : 528)
Fakor yang mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan 2. Sifat dan penyerap, derajat aktifitasnya
3. Tebal dan kerataannya dari lapisan penyerap 4. Pelarut fase gerak
5. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan 6. Teknik percobaan
7. Jumlah campuran yang digunakan 8. Suhu
9. Kesetimbangan
12. Tinjauan eluen dan tinjauan polaritas a. Kloroform
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap. Pada suhu normal dan tekanan, kloroform adalah cairan yang sangat mudah menguap, jernih, tidak berwarna, berat, sangat bias, tidak mudah terbakar
Sifat Kloroform
1. Molekul berat : 113,4
2. Titik didih : 61,15 ° C - 61,70 ° C.
3. Melting point : -63,2 sampai -63,5 ° C pada atm
4. Flash point : tidak ada.
6. Tekanan uap : 21,15 kPa pada 20 ° C. 7. Kelarutan dalam air
Pada 0 ° C : 10.62g/kg
Pada 10 ° C : 95g/kg \
Pada 20 ° C : 8.22g/kg
8. Specific gravity : 1,483 pada 20 ° C
b. Asam formiat
Asam format atau asam formiat (nama sistematis: asam metanoat) adalah asam karboksilat yang paling sederhana. Asam format secara alami antara lain terdapat pada sengat lebah dan semut, sehingga dikenal pula sebagai asam semut. Asam format merupakan senyawa antara yang penting dalam banyak sintesis bahan kimia. Rumus kimia asam format dapat dituliskan sebagai H C OOH atau CH2O2.
Sifat
Rumus kimia CH2O2
Massa molar 46.03 g mol−1
Penampilan Cairan tak berwarna
Densitas 1.22 g/mL
Titik lebur Titik didih
Kelarutan dalam air Ya
Keasaman (pKa) 3.77
Viskositas 1.57 P at 26 °C
c. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam. Berikut ini adalah karakteristik atau sifat fisika dan sifat kimia dari etil asetat :
Sifat fisis
a. Berat molekul : 88,1 kg/kmol b. Boiling point : 77,1ºC
c. Flash point : -4ºC d. Melting point : - 83,6ºC e. Suhu kritis : 250,1ºC f. Tekanan kritis : 37,8 atm
g. Kekentalan (25 oC) : 0,4303 cP h. Specific grafity ( 20ºC) : 0,883
i. Kelarutan dalam air : 7,7% berat pada 20 oC j. Entalphy pembentukan (25ºC) gas : -442,92 kJ/mol k. Energi Gibbs pembentukan (25ºC) cair : -327,40 kJ/mol
Sifat Kimia
Etil asetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif).
a. Membentuk acetamide jika diammonolisis Reaksi:
CH3COOC2H5 + NH3 CH3CONH2 + C2H5OH ….(15)
b. Akan membentuk etil benzoil asetat bila bereaksi dengan etil benzoate Reaksi:
C6H6COOC2H5 + CH3COOC2H5 C6H6COCH2COOC2H5+ C2H5OH.. (16) (Kirk and Othmer, 1982)
III. ALAT DAN BAHAN Alat: 1. Plat KLT 2. Beaker Glass 3. Corong 4. Tabung Reaksi 5. Batang pengaduk Bahan:
1. Ekstrak Psidium guajava 2. NaCl 10% 3. Larutan gelatin 4. Larutan FeCl3 5. Kloroform 6. Asam formiat 7. Etil asetat 8. Aquadest panas
IV. SKEMA KERJA
a. Preparasi sampel
b. Uji gelatin IV A
Tambahkan 3-4 tetes 10% NaCl, diaduk dan disaring
0,3 gram ekstrak ditambah 10 ml aquadest panas, diaduk dan dibiarkan sampai temperature kamar
Dibagi menjadi 3 bagian ± 3 ml disebut sebagai Larutan IV A
Larutan IV B Larutan IV C Larutan III D
IV B
c. Uji Ferri klorida IV C 19 Larutan IV A digunakan sebagai blanko Ditambahkan 5 ml larutan NaCl 10%, jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tannin.
Tambahkan dengan sedikit larutan gelatin Larutan IV B
Diberi beberapa tetes larutan FeCl3, kemudian amati terjadinya perubahan warna
Larutan IV C
Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.
FeCl3 positif, uji gelatin positif : tanin (+)
FeCl3 positif, uji gelatin negatif : Jika pada penambahan gelatin dan
NaCl tidak timbul endapan putih, teteapi setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga
d. Kromatografi Lapis Tipis IV C
Fase diam: Kiesel Gel 254
Fase gerak : kloroform:etil asetat:asam formiat (0,5:9:0,5(1 tetes))
Penampak noda : pereaksi FeCl3 Larutan IV C
digunakan untuk pemeriksaan dengan KLT
Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya polifenol dalam sampel
V. HASIL 1) Uji warna 2) P e r h i t u ngan Rf Noda 1 2,1 / 8 = 0,2625 Noda 2 2,9 / 8 = 0,3625 Noda 3 3,3 / 8 = 0,4125 Noda 4 4,6 / 8 = 0,575 Noda 5 5,4 / 8 = 0,675 Noda 6 5,9 / 8 = 0,7375 Hasil pengamatan No
. Jenis Larutan Pereaksi Warna
Hasil 1. uji gelatin 2 tetes larutan gelatin + 5 ml larutan NaCl 10% Endapan putih Tanin
2. uji Ferri klorida 1 tetes larutan
FeCl3 Hijau kehitaman
Ekstrak dibagi menjadi 3 Larutan IV B ditambah 2 tetes gelatin+ 5 ml tetes NaCl 10%, menghasilkan Ekstrak + 3 tetes NaCl 10% Noda dilihat di lampu UV 254 nm sebelum proses eluasi Perbandingan dgn larutan blanko Larutan IVC ditambahkan dengan 1 tetes FeCl, menghasilkan larutan yang berwarna hijau
Noda dilihat dilampu UV 360nm setelah
eluasi Noda dilihat dilampu
UV 254nm setelah eluasi Noda yang timbul
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan uji identifikasi senyawa golongan polifenol dan tannin dengan menggunakan ekstrak Psidium guajava. Adapun uji yang dilakukan adalah dengan uji gelatin, uji Ferri klorida dan juga dengan uji kromatografi lapis tipis.
Sebelum dilakukan uji sampel dipreparasi terlebih dahulu menggunakan 0,3 gram ektrak Psidium guajava yang selanjutnya di masukan ke dalam tabung reaksi dan di tambahkan dengan 10 ml aquadest panas ini bertujuan untuk menarik seluruh tanin yang ada di ekstrak Psidium guajava. Hal ini dikarenakan tanin merupakan senyawa polifenol yang dalam keadaan alami pada tumbuhan yang berada dalam bentuk glikosidanya sehingga dapat larut dalam air. Kemudian di tambah dengan larutan NaCl sebanyak 3-4 tetes 10% kemudian diaduk dan setelah itu disaring. Penambahan NaCl berguna untuk menghilangkan pengotor serta protein yang dapat mencegah terjadinya positif palsu. Kemudian filtrat di bagi menjadi 3 bagian kurang lebih 3 ml setiap tabung.
Pada uji gelatin setelah ditambahkan dengan 2 tetes larutan gelatin dan juga 5 ml larutan NaCl 10% timbul endapan putih. Hal tersebut menujukkan bahwa di dalam ekstrak Psidium guajava positif terdapat kandungan senyawa tanin. Hal ini terjadi
Noda yang terlihat setelah diberi penampak
karena adanya reaksi tanin terhadap gelatin dengan membentuk suatu senyawa kopolimer (endapan) yang tidak larut dalam air.
Selanjutnya dilakukan uji Ferri klorida, pada uji ini ditambahkan dengan 1 tetes larutan FeCl3 dan terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman yang menujukkan bahwa ekstrak Psidium guajava positif terdapat kandungan senyawa tanin. Warna hijau kehitaman yang di hasilkan dari penambahan ferri klorida di karenakan adanya reaksi kimia antara ferri klorida dan gugus fenol dari tanin.
Identifikasi golongan polifenol dan tanin selanjutnya adalah dengan kromatografi lapis tipis. Sampel ditotolkan pada fase diam berupa plat KLT Kiesel Gel 254 dan fase geraknya digunakan metanol:etilasetat:asam formiat (0,5:9,5:1(tetes)), lalu plat KLT dimasukkan untuk dilakukan eluasi ditunggu eluen naik sampai garis tanda bagian atas plat KLT. Setelah proses eluasi di semprotkan dengan penampak noda pereaksi FeCl3. Noda yang tampak pada plat KLT setelah dieluasi dan disemprot dengan penampak noda adalah warna noda hitam yang menunjukkan adanya senyawa polifenol pada ekstrak Psidium guajava. Pada praktikum yang kami lakukan hasil KLT tersebut memperoleh 6 titik noda dengan nilai Rf masing- masing 0,2625; 0,3625; 0,4125; 0,575; 0,675; 0,7375.
Berdasarkan uji gelatin, uji ferri klorida dan uji kromatografi lapis tipis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa di dalam ekstrak Psidium guajava terdapat senyawa golongan tanin dan polifenol. Namun apabila pada uji gelatin menunjukkan hasil negatif, itu berarti ekstrak mengandung golongan polifenol yang belum tentu terdapat senyawa tanin didalamnya.
VII. KESIMPULAN
1. Pada uji gelatin memperoleh hasil positif yaitu ekstrak mengandung senyawa tanin karena terjadi endapan putih.
2. Pada uji ferri klorida terjadi perubahan warna hijau kehitaman yang menunjukkan bahwa di dalam ekstrak terdapat senyawa tanin.
3. Pada Uji KLT menujukkan noda berwarna hitam sehingga membuktikan bahwa ekstrak Psidium guajava mengandung senyawa polifenol.
4. Hasil ketiga uji menunjukkan bahwa di dalam ekstrak Psidium guajava mengandung senyawa polifenol dan juga tanin.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2010. Sukses Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Andi, Yogyakarta
Depkes RI.(1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI . Cetakan Keenam. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasam Obat dan Makanan
Hapsoh dan Hasanah, Y., 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press. Medan.
Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah K. Padmawinata. ITB Press, Bandung