• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Biokimia 1 Uji Koagula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Biokimia 1 Uji Koagula"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOKIMIA 1

Oleh

Nama

: Anggi Febrianti

Nim

: 06121010011

Kelompok

: 2 (dua)

Dosen Pembimbing:

Drs.Made Sukaryawan, M.Si.

Desi, S.Pd., M.T.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

I. Nomor Percobaan : 3

II. Nama Percobaan : Reaksi Uji Protein

III. Tujuan Percobaan : Untuk mengidentifikasi atau menguji gugus fungsi yang terdapat dalam suatu protein melalui reaksi reagen.

IV. Dasar Teori

Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam-asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam-asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan ikatan tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptida. Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida. Molekul protein adalah suatu polypeptida, dimana sejumlah besar asam-asam aminonya saling dipertautkan dengan ikatan peptida tersebut

Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti “yang paling utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 26%, dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%. Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan Van Der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen.

(3)

dan semua bagian sel. Protein juga amat bervariasi; ratusan jenis yang berada dapat ditemukan dalam satu sel. Tambahan lagi, protein mempunyai berbagai peran biologis, karena protein merupakan instrument molekuler yang mengekspresikan informasi ginetik. Oleh karena itu, beralasanlah untuk memulai pembahasan makromolekul biologi dengan protein, yang namanya berarti “pertama” atau “utama”. Semua protein, baik berasal dari bakteri yang paling tua atau yang berasal dari bentuk kehidupan tertinggi, dibangun dari rangkaian dasar yang sama dari 20 asam amino yang berikatan kovalen dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang khusus, yang memberikan sifat kimia masing-masing individu, kelompok 20 molekul unit pembangun ini dapat dianggap sebagai abjad struktur protein.

Semua asam amino (20) yang di tentukan mempunyai ciri sama, atom hydrogen, gugus karboksil dan gugus amino yang diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada rantai sampingnya, atau gugu R, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik dan kelarutan dalam air.

C H

CO2H

NH2 R

variasi struktur terjadi dalam rantai samping gugus -aminoα

Gambar 1 Struktur molekul asam amino (Fessenden dan Fessenden 1986)

Asam amino dapat di golongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan sifat-sifat kandungan gugus R, terutama polaritas. Kecendrungan molekul untuk berinteraksi dengan air pada pH (dekat pH 7,0). Gugus R pada asam amino bervariasi polaritasnya, mulai dari gugus R yang sama sekali tidak polar atau hidrofobik (tidak menyukai air) sampai bersifat amat polar atau hidrofilik (menyukai air). Terdapat empat golongan asam amino (1) golongan dengan gugus R nonpolar atau hidrofobik, (2) golongan dengan gugus R polar, tetapi tidak bermuatan, (3) golongan dengan gugus R bermuatan negative, dan (4) golongan dengan gugus R bermuatan positif. Di dalam tiap-tiap golongan, terdapat urutan polaritas, ukuran dan bentuk gugus R.

sifat Protein

(4)

menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan, Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut protein akan berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal.

V. Alat dan Bahan  Pipet tetes

 Beaker glass

 Pengaduk kaca

 Labu ukur

 Gelas ukur

 Tabung reaksi

 Rak tabung reaksi

 Larutan putih telur 1-5%

 Larutan kuning telur 1-5%

 Larutan ikan giling 1-5%

 Larutan HOAc 1 M

 Garam ammonium sulfat

 Reagen Millon

 Reagen untuk uji biuret

VI. Prosedur Percobaan

Pengendapan dengan Garam

Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan ini dilakukan pertama tambahkan jumlah sedikit dari garam tersebut, aduk hingga melarut. Tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi. Kontinu sehingga sedikit garam tertinggal tidak terlarut. Apabila larutan jenuh kemudian disaring. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen millon dan filtrat dengan uji biuret.

Uji Koagulasi

(5)

VII. Hasil Pengamatan Uji Pengendapan Garam

1. Larutan Kuning telur

No. Cara Kerja Pengamatan

1. 5 ml larutan kuning telur 1% + garam (NH4)2SO4

2. 5 ml larutan kuning telur 2% + garam (NH4)2SO4

3. 5 ml larutan kuning telur 3% + garam (NH4)2SO4

4. 5 ml larutan kuning telur 4% + garam (NH4)2SO4

(6)

2. Larutan Putih telur

No. Cara Kerja Pengamatan

1. 5 ml larutan putih telur 1% + garam (NH4)2SO4

2. 5 ml larutan putih telur 2% + garam (NH4)2SO4

3. 5 ml larutan putih telur 3% + garam (NH4)2SO4

4. 5 ml larutan putih telur 4% + garam (NH4)2SO4

(7)
(8)

HOAc,panaskan

kuning telur (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

kuning telur (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

kuning telur (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

kuning telur (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

putih telur (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

putih telur (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

putih telur (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

Endapan + air larutan bening

Endapan + millon larutan merah bata 4. 5 ml putih telur 4 % + 2 tetes

HOAc,panaskan

(9)

Endapan + air

putih telur (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

larutan ikan (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

larutan ikan (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

larutan ikan (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

larutan ikan (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

larutan ikan (bening) + HOAc ( bening ) endapan + filtrat

Endapan + air larutan bening

Endapan + millon larutan merah bata

VIII. Persamaan Reaksi

(10)

Uji Koagulasi

 Dengan Reagen Millon

O O

- C – N – CH – C – N – CH - + Cu2+ OH O = C C = O

H R H R HN NH

Protein RCH HCR

Cu2+

O = C C = O

HN NH

RCH HCR

Kompleks Ungu

 Dengan Air (H2O)

H H

R – C – COO- H

2O R – C – COO- + H+

N+H

3 N+H2

COO - COOH

H3N+ - C – H + H+ H2O H3N+ - C – H

R asam R

(11)

IX. Pembahasan

Pada percobaan kali ini mengenai uji pengendapan garam dan uji koagulasi. Larutan yang dipakai pada percobaan kali ini masih sama seperti pada percobaan-percobaan sebelumnya, yaitu larutan protein yang pada hal ini yaitu larutan putih telur, larutan ikan giling dan larutan kuning telur yang konsentrasi larutan masing-masing 1%-5%.

Pada percobaan pengendapan protein dengan garam dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit garam amonium sulfat ke dalam larutan protein secara kontinyu sampai larutan jenuh. Pada percobaan ini, ketika ke dalam larutan protein ditambahkan garam amonium sulfat sampai jenuh, larutan protein mengendap membentuk endapan putih. Mengendapnya protein tersebut disebabkan karena adanya kompetisi antara ion-ion garam amonium dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena ion-ion dari garam amonium lebih mudah dalam mengikat air, menyebabkan kelarutan protein dalam air berkurang. Dengan penambahan garam secara kontinyu, molekul air akan keluar dari larutan dan mengendap.

Pada percobaan pengendapan protein dengan garam ini, endapan yang dihasilkan dibagi dua kemudian direaksikan masing-masing dengan air dan reagen millon. Dan untuk filtratnya di reaksikan dengan uji biuret. Ketika endapan dilarutkan dalam aquades, endapan tersebut kembali terlarut. Hal ini sesuai dengan sifat alamiah endapan protein yang larut dalam air. Sedangkan ketika endapan diuji dengan reagen millon, mula-mula tidak terjadi perubahan, tetapi setelah dipanaskan, endapan berubah menjadi berwarna kemerahan. Hal ini menunjukkan uji positif terhadap uji millon. Ini berarti endapan tersebut masih mengandung asam amino. Asam amino yang terkandung adalah asam amino tirosin, karena terbentuknya endapan merah setelah ditambahkan reagen millon dan dipanaskan.

(12)

Selanjutnya pada uji koagulasi, larutan kuning telur, putih telur dan ikan giling ditambahkan larutan asam asetat yang kemudian dipanaskan sehingga dapat menghasilkan endapan protein. Penambahan asam ke dalam larutan protein menyebabkan ion-ion H+ dari asam akan terikat pada gugus-gugus yang bermuatan negatif sehingga terjadi perubahan pengutuban dari molekul protein. Perubahan pengutuban ini menyebabkan perubahan konformasi dari protein atau rusaknya struktur tersier atau struktur kwartener protein sehingga protein mengalami koagulasi.

Pada percobaan ini dilakukan penambahan asam asetat ke dalam larutan protein. Ketika larutan protein ditambahkan dengan larutan asam asetat, tidak terjadi perubahan. Namun setelah dipanaskan terbentuk gumpalan-gumpalan putih yang menunjukkan protein telah terkoagulasi.

Terjadinya koagulasi disebabkan karena ion H+ dari CH3COOH terikat pada gugus negatif pada protein. Ketika ion H+ dari asam asetat masuk ke dalam larutan, akan mempengaruhi keseimbangan dan pengkutuban muatan dari molekul protein. Perubahan pengkutuban ini menyebabkan rusaknya konformasi alamiah protein seperti struktur tersier dan struktur kwartener protein. Rusaknya konformasi alamiah protein menyebabkan terganggunya stabilitas dari larutan protein, sehingga larutan protein mengalami koagulasi.

Percobaan uji koagulasi ini juga menghasilkan endapan protein setelah dipanaskan. Endapan ini juga di bagi menjadi dua yang kemudian di tambahkan air (aquadest) dan reagen millon. Sama halnya dengan uji pengendapan garam, pada uji koagulasi ini juga menghasilkan larutan bewarna merah bata ketika endapan ditambahkan reagen millon dan menghasilkan larutan bening ketika ditambahkan air (aquadest).

X. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Larutan protein positif terhadap uji pengendapan garam dan uji koagulasi. 2. Koagulasi dapat terjadi bila larutan protein berada pada titik isoelektriknya.

(13)

sebagian protein, sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi (penggumpalan).

3. Pada uji koagulasi, protein mengalami penggumpalan.Hal ini disebabkan oleh perubahan pengkutuban muatan sehingga konformasi protein rusak. 4. Pada pengendapan dengan garam, endapan terbentuk disebabkan ion garam

lebih mudah untuk mengikat air (hidrasi) dibandingkan dengan molekul protein. Sehingga molekul protein kalah bersaing dalam hal mengikat air, akibatnya kelarutan protein dalam air berkurang dan protein membentuk endapan.

5. Endapan yang bewarna merah pada uji pengendapan merupakan hasil dari garam-garam organik dalam persentase tinggi yang dapat mempengaruhi sifat kelarutan protein.

DAFTAR PUSTAKA

Frederica, Debrina . 2012. Protein (online) http://bio-protein.blogspot.com/ diakses pada 2 November 2014.

Pudjiadi, Anna, 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI

Wirahadikusumah, Muhammad. 1997. Biokimia Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.

Bandung : ITB

LAMPIRAN

Uji koagulasi

1. Mengapa ditambahkan asam ?

 Ditambahkan asam untuk menggumpalkan protein 2. Protein apa yang mendidih pada pendidihan ?

 Protein yang menggumpal pada pendidihan adalah semua protein selain gelatin.

(14)

1. Terangkan hasil-hasilnya ?

Gambar

Gambar 1 Struktur molekul asam amino (Fessenden dan Fessenden 1986)

Referensi

Dokumen terkait

pada praktikum pembuatan aspirin, langkah pertama adalah melarutkan 3 gram asam salisilat pada 8 ml asam asetat anhidrida, larutan yang di dapat berwarna putih

Reagen Hopkins-Cole mengandung asam glioksilat (HOO-CHO). Jika reagen tersebut ditambahkan dengan senyawa yang mengandung cincin indol dan ditambahkan dengan asam

Pada titrasi ini, larutan asam asetat diserap oleh karbon aktif sehingga asam asetat yang awalnya tidak murni merjadi lebih murni karena zat-zat lain yang ikut pada asam

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada larutan protein yaitu ekstrak tempe, ekstrak tauge, putih telur, dan pepton mengalami perubahan warna yaitu berubah

Sedangkan untuk pisang yang ditambahkan dengan larutan asam askorbat 10% berupa larutan vitamin Cipi, UC-1000 dan perasan jeruk tidak mengalami oksidasi yakni tidak

Semakin banyak CuSO4 yang di berikan maka akan semakin terang juga warna ungu yang di hasilkan, ini tidak hanya berlaku untuk larutan putih telur saja, akan tetapi pada semua

Selanjutnya dalam perlakuan dimana kalium permanganat ditambahkan dengan NaOH, menghasilkan larutan yang berwarna ungu kehitaman dan ketika dipanaskan tidak terjadi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan 0,5 ml larutan sampel (asam asetat, asam format, asam propionat) ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,5 ml NaOH..