• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan praktikum Biokimia . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan praktikum Biokimia . docx"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktikum

Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unit-unit kecil yang disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses atau perubahan yang terjadi di dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah yang menunjang fungsi organ-organ dalam makhluk hidup itu dan dengan demikian juga merupakan penunjang terlaksananya fungsi makhluk hidup itu sendiri. Fenomena kehidupan yang ditandai oleh adanya pertumbuhan dan reproduksi serta hal-hal yang berkaitan, merupakan ruang lingkup Biologi dan ilmu-ilmu yang relevan, misalnya ilmu kedokteran atau kesehatan .

Biokimia adalah ilmu yang mempelajari proses kimia dalam organisme hidup. Biokimia mengatur semua organisme hidup dan proses hidup. Dengan mengontrol arus informasi melalui sinyal biokimia dan aliran energi kimia melalui metabolisme, proses biokimia menimbulkan fenomena yang tampaknya magis kehidupan. Sebagian besar berkaitan biokimia dengan struktur dan fungsi komponen seluler seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya meskipun semakin proses, bukan molekul individu fokus utama.

(2)

B. Tujuan Praktikum Biokimia 1. Uji Kualitatif Karbohidrat

a. Mampu melakukan uji kualitatif karbohidrat pada suatu sampel b. Mampu membedakan jenis karbohidrat berdasarkan uji khasnya 2. Pengujian Kadar Vitamin C

a. Mampu melakukan pengujian kadar vitamin C b. Mengetahui kadar vitamin C pada berbagai buah 3. Uji Kualitatif Protein

a. Mampu melakukan berbagai uji kualitatif protein

b. Mampu mengenal reaksi-reaksi umum asam amino penyusun protein

c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan protein 4. Urinalisis

a. Melakukan analisis fisik pada urin

b. Menguji ada atau tidaknya glukosa dan protein di dalam urin c. Mengetahui pH urin

5. Pengujian Lipid

a. Mengetahui jenis pealrut terhadap sifat kelarutan lemak b. Mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak 6. Isolasi DNA

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunannya. Salah satu perbedaan utama dari tipe-tipe karbohidrat dilihat dari ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil.( Poedjiaji, Anna. 2006)

Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer. Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa. Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida.

Karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas utama yaitu, monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida atau gula sederhana terdiri dari aldehida polihidroksi tunggal atau unit keton. Monosakarida yang paling melimpah di alam adalah senyawa enam karbon gula D-glukosa, yang sering disebut sebagai dekstrosa. Monosakarida memiliki lebih dari empat karbon yang cenderung berbentuk siklik.( Priyadi, Ardi. 2015)

(4)

Kesemuanya merupakan komponen penting untuk melangsungkan kehidupan sel, baik sel hewan dan tumbuhan. (Sukmawaty, 2015)

B. Vitamin C

Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin akan berakibat terganggunya kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan asupan harian dalam jumlah tertentu yang idelanya bisa diperoleh dari makanan. Jumlah kecukupan asupan vitamin per hari untuk perawatan kesehatan ditentukan oleh RDA (Recomended Daily Allowance).(Aina, 2010)

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengn nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas ekstraseluler. Beberapa karakteristiknya antara lain, sangata mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan seperti jeruk merupakan sumber utama vitamin ini.

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang penting dalam perlindungan tubuh. Peran vitamin C antara lain adalah oksidasi fenilalanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernaan, mengubah asam folat menjadi bentuk aktif asam folinat, dan sintesa hormon-hormon steroid dari kolesterol. Penyakit atau gejala yang tampak, yang disebabkan oleh hipoaskormia (defisiensi asam askorbat) atau defisiensi vitamin C adalah skorbut (gusi berdarah), mudah terjadi luka dan infeksi tubuh, hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, dan kulit mudah mengelupas.( Poedjiaji, Anna. 2006)

C. Protein

(5)

amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor.( Poedjiaji, Anna. 2006)

Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energy, penyangga racun, pengatur pH, dan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.(Frederica, 2012)

Protein memiliki beragam fungsi di dalam tubuh, antara lain menghasilkan energi, membangun sel dan jaringan baru, mengganti sel dan jaringan yang rusak, menghasilkan materi pokok seperti enzim, hormon, antibodi dan kromosom, menjaga kestabilan cairan tubuh, dan berperan sebagai penyangga (buffer) pH. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh adalah salah satu dari protein.(Kusnandar, 2010)

D. Urinalisis

Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamanya terjadi proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Dan zat yang dibutuhkan tubuh akan beredar kembali kedalam tubuh melalui pembulu kapiler darah ginjal, masuk kedalam pembulu darah dan selanjutnya beredar keseluruh tubuh.(Setiadi, 2007)

(6)

kandung kemih (vesica urinaria), untuk selanjutnya dibuang keluar melalui uretra.(Hartono, 1992)

Urinalisis adalah suatu metode analisa untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung didalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan pada urine. Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.

E. Lipid

Lipid berasal dari kata Yunani lipos yang berarti lemak. Lipid adalah sekelompok besar senyawa alam yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti n-heksana, kloroform, dietil ester, eter, alkohol panas, dan benzena. Sifat inilah yang membedakan lipid dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Lipid dapat diekstraksi dari jaringan hewan maupun tumbuhan dengan pelarut lemak atau non polar.(Kusnandar, 2010)

Lemak adalah salah satu kelompok lipid sederhana yang disintesis dari asam lemak dan gliserol. Lemak tersusun oleh atom utama karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Dibandingkan dengan karbohidrat, jumlah atom oksigennya lebih sedikit. Asam lemak penyusun lemak dapat dikelompokkan menjadi asam lemak essensial dan asam lemak non-essensial.(Anonim 2, 2014)

(7)

lemak dan sterol (kolesterol, ergosterol, hormon steroid, vitamin D, garam empedu).( Anonim 1, 2010)

F. Isolasi DNA

Asam nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul nukleotida. Ada dua jenis asam nukleat yaitu DNA (deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribonukleat dan RNA (ribonucleic acid) atau asam ribonukleat. Asam-asam nukleat terdapat pada jaringan-jaringan tubuh sebagai nukleoprotein, yaitu gabungan antara asan nukleat dengan protein. Untuk memperoleh asam nukleat dari jaringan-jaringan tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi terhadap nukleoprotein menggunakan larutan garam. (Poedjiaji, Anna. 2006)

Asam deoksiribonukleat adalah polimer yang terdiri atas molekul-molekul deoksiribonukleotida yang terikat satu dengan yang lain, sehingga membentuk rantai polinukleotida yang panjang. Basa purin yang terdapat pada DNA ialah adenin dan guanin. Sedangkan basa pirimidin yang dimiliki nukleat ini adalah sitosin dan timin. Kemudian asam ribonukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas molekul-molekul ribonukleotida.

(8)

BAB III METODE

(9)
(10)

3. Reaksi Iodium / Lugol

B. PRAKTIKUM 2 : Pengujian Kadar Vitamin C Tepung

Diberi 19 tetes dari sampel vitamin C dengan pipet tetes

Diambil 1 ml dan dituang kedalam tabung reaksi Diambil 1 ml dan dituang

kedalam tabung reaksi

Betadine /Amilum Iodide Betadine /Amilum Iodide

Diberi 80 tetes dari sampel sari buah dengan pipet tetes

(11)

C. PRAKTIKUM 3 : Uji Kualitatif Protein 1. Uji Ninhidrin (uji warna)

Diberi 160 tetes dari sampel tomat dengan pipet tetes Diberi 430 tetes dari sampel

jeruk dengan pipet tetes

Diambil 1 ml dan dituang kedalam tabung reaksi Diambil 1 ml dan dituang

kedalam tabung reaksi

Betadine /Amilum Iodide Betadine /Amilum Iodide

Memiliki kadar 12,5 % Memiliki kadar 4,7 %

Larutan putih telur

Ungu pekat dan mengeras Dipanaskan diatas bunsen selama kurang lebih 3 menit

Ditambahkan 1 ml Reagen Ninhidrin dengan pipet ukur

Diambil 1 ml dengan pipet ukur dan dituang kedalam

(12)

2. Uji Biuret

3. Pengendapan dengan pemanasan

Endapan coklat dan larutan berwarna coklat Dipanaskan diatas bunsen selama kurang lebih 3 menit

Ditambah 5 tetes Reagen Biuret dengan pipet tetes Ditambah 5 tetes NaOH 40 % dengan pipet tetes Diambil 1 ml dengan pipet

ukur dan dituang kedalam tabung reaksi Larutan putih telur

(13)

4. Pengendapan dengan etanol

D. PRAKTIKUM 4 : Urinalisis 1. Analisis Fisik

a. Warna : kuning gading Penyebab : pigmen urin normal b. Pengukuran pH

Ditambah 20 tetes etanol 96 % dengan pipet tetes

Ditambah 2 spatula kristal NaCl

Diambil 1 ml dengan pipet ukur dan dituang kedalam

tabung reaksi Larutan putih telur

Larutan putih gading dengan garis-garis putih seperti DNA

Urin kuning gading

(14)

2. Analisis Kimia

a. Pengujian glukosa

b. Pengujian protein

Urin kuning gading

Dipanaskan diatas bunsen yang menyala Ditambahkan 5 ml larutan benedict dengan pipet ukur Diambil 8 tetes dengan pipet tetes ke dalam tabung reaksi

Larutan berwarna biru agak hijau

Ditambahkan 5 tetes Reagen Biuret dengan pipet tetes Ditambahkan 5 tetes NaOH

40 % dengan pipet tetes Diambil 1 ml dengan pipet ukur ke dalam tabung reaksi

Urin kuning gading

Dipanaskan diatas bunsen yang menyala

(15)

1. Uji Kelarutan

a. Pada pelarut kloroform

b. Pada pelarut etanol

Larut dalam 50 detik Larut dalam 37 detik

Diberi 3 tetes minyak bekas dengan pipet tetes Diberi 3 tetes minyak baru

dengan pipet tetes

Diambil 2 ml dengan pipet tetes ke dalam tabung reaksi Diambil 2 ml dengan pipet

tetes ke dalam tabung reaksi

Larutan kloroform Larutan kloroform

Larutan etanol Larutan etanol

Menggumpal didasar air Menggumpal didasar air

Diberi 3 tetes minyak bekas dengan pipet tetes Diberi 3 tetes minyak baru

dengan pipet tetes

Diambil 2 ml dengan pipet tetes ke dalam tabung reaksi Diambil 2 ml dengan pipet

(16)

2. Uji Ketidak jenuhan

F. PRAKTIKUM 6 : Isolasi DNA

Diberi 3 tetes minyak bekas dengan pipet tetes Diberi 3 tetes minyak baru

dengan pipet tetes

Diambil 2 ml dengan pipet tetes ke dalam tabung reaksi Diambil 2 ml dengan pipet

tetes ke dalam tabung reaksi

Larutan aquades

Mengambang di atas permukaan air dan sukar larut Mengambang di atas

permukaan air dan sukar larut

Mentega

(17)
(18)

BAB IV

Dihomogenkan dengan vortex

Dihomogenkan dengan vortex

DNA terpecah jadi butiran kecil berwarna kuning DNA menyatu berbentuk

(19)

A. Uji Kualitatif Karbohidrat

Pada uji kualitatif karbohidrat ini ada lima macam metode pengujiannya. Namun dalam praktikum ini praktikan menggunakan 3 macam metode yaitu, metode dengan uji benedict, uji selliwanof dan uji lugol atau dengan larutan iodium.

1. Uji Benedict

Sampel Reagen benedict Warna

Gula 5 tetes Oren jernih diatas dan oren pekat dibawah dengan endapan

Madu 5 tetes Oren pekat dengan endapan

Tepung 5 tetes Hijau pucat dengan endapan

Uji benedict ini merupakan uji yang dilakukan untuk membedakan gula pereduksi berdasarkan reduksi ion kupri dalam suasana alkalis. Glukosa, laktosa, fruktosa, dan maltosa mempunyai gugus OH bebas yang reaktif, sedangkan sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling terikat. Oleh karena itu, berdasarkan teori, laktosa, glukosa, fruktosa, dan maltosa merupakan gula pereduksi sedangkan sukrosa merupakan gula non pereduksi.

(20)

larutan berubah warna menjadi oren pekat dengan endapan. Sedangkan pada sampel tepung, berwarna hijau pucat dengan endapan.

Hal ini dikarenakan pati (amilum) merupakan polisakarida yang tersusun oleh glukosa. Jadi hasil dari praktikum ini semua sampel dapat bereaksi positif dengan uji benedict. Hal ini ditandai dengan adanya endapan berwarna merah bata setelah dipanaskan.

2. Uji Selliwanof

Sampel Reagen selliwanof Warna

Gula 5 ml Merah muda jernih

Madu 5 ml Merah tua

Tepung 5 ml Merah muda jernih

Pada percobaan uji selliwanof yang bertujuan untuk uji spesifik karbohidrat golongan ketosa (karbohidrat yang mengandung gugus keton). Dalam uji selliwanof ini indikator warna yang akan dinyatakan bereaksi positif dengan uji selliwanof yaitu ditandai adanya warna merah ceri atau merah marun setelah dipanaskan. Dalam teori, dijelaskan bahwa yang dapat bereaksi positif dengan uji selliwanof ini adalah sampel fruktosa dan sukrosa.

Dari hasil pengamatan diperoleh kesimpulan bahwa sampel gula dan tepung bereaksi negatif terhadap uji selliwanof. Hal ini ditandai tidak adanya perubahan warna setelah larutan dipanaskan, warnanya tetap merah muda jernih dari awal percobaan. Karena kedua sampel ini tidak mempunyai gugus keton. Sedangkan pada sampel madu yang merupakan fruktosa menunjukkan bahwa madu dapat bereaksi positif terhadap uji selliwanof. Hal ini ditandai dengan perubahan warna menjadi merah pekat setelah dipanaskan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fruktosa dan sukrosa merupakan gula ketosa atau merupakan gula yang mempunyai gugus keton.

(21)

Sampel Larutan iodium/lugol Warna

Gula 2-3 tetes Warna bening

Madu 2-3 tetes Warna bening

Tepung 2-3 tetes Bening dan endapan

merah muda

Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir ditegaskan dengan uji benedict. Pada dasarnya monosakarida atau disakarida akan bereaksi positif terhadap iodium dengan tidak terdapat perubahan warna. Untuk sampel pati akan berubah menjadi biru, warna coklat pada sampel glikogen dan warna merah pada sampel dekstrin.

(22)

s s s s Sari buah 90 tetes 120tete

s

65tetes 80tetes 22,5%

Kadar vitamin C = jumlahtetesan betadinejumlah tetesan sampel x 100%

Kadar rata-rata = jumlahtetesan sampel(jumlahtetesan betadine X1 4

−4) x 100%

Pengujian vitamin C ini dilakukan untuk mengetahui kandungan vitamin C pada berbagai larutan diantaranya menggunakan sampel larutan vitamin C, jeruk, tomat, dan minuman sari buah. Dalam pengujian ini menggunakan betadine atau larutan amilum iodide sebagai indikator keberadaan vitamin C. Pada kemasan betadine mengandung povidone iodine 10 % yang setara dengan iodine 1 %. Iodine inilah yang sebenarnya menjadi indikator, karena reaksi anatar asam askorbat dalam vitamin C dan iodin akan menghilangkan warna dari iodine.

(23)

yang paling rendah adalah larutan vitamin C (UC 100), sari buah, tomat dan jeruk. Dalam percobaan ini larutan vitamin C lebih cepat berubah warna dengan 19 tetes betadine atau amilum iodide, kemudian pada sampel sari buah dapat berubah warna dengan 80 tetes, pada sampel tomat berubah saat diberi 160 tetes dan pada sampel jeruk agak sukar berubah hingga diberi 430 tetes hanya dapat berubah menjadi hijau pucat.

Sebelum melakukan percobaan ini, sampel jeruk dan tomat harus dihaluskan terlebih dahulu. Diperkirakan kurang halus maka agak sukar berubah saat di uji pada larutan betadine. Perbedaan jumlah tetesan pada tiap sampel untuk menetralkan larutan amilum iodide ini dapat disebabkan karena faktor antara lain, kebersihan masing-masing tabung reaksi, perbedaan cara penetesan larutan kedalam tabung reaksi dan perbedaan suhu.

C. Uji Kualitatif Protein

Uji Hasil

Ninhidrin Larutan berwarna ungu pekat dan mengeras Biuret Larutan berwarna coklat dan endapan coklat Pengendapan dengan

pemanasan

Sampel telur dan asam asetat terdapat endapan, sedangkan NaOH tidak ada endapan

Pengendapan dengan etanol

Larutan warna putih gading dengan garis-garis putih (seperti DNA)

1. Uji Ninhidrin

(24)

Asam amino yang mempunyai perlekatan gugus sekunder juga bereaksi dengan ninhidrin menghasilkan warna dari kuning sampai ungu. Protein yang mengandung gugus amina bebas pada karbon alfa akan bereaksi dengan ninhidrin akan menghasilkan senyawa berwarna biru-violet. Pada pengujian ini hasil dari larutan putih telur yang diberi satu ml Reagen Ninhidrin adalah adanya perubahan warna menjadi ungu pekat dan mengeras. Perubahan warna tersebut dinyatakan sebagai indikator bahwa larutan telur putih benar bereaksi positif pada uji kualitatif protein.

2. Uji Biuret

Uji biuret merupakan suatu uji untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukkan adanya senyawa protein. Indikasi adanya protein dapat diketahui apabila larutan berubah warna menjadi ungu. Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan adalah larutan putih telur, yang akan ditambahkan 5 tetes NaOH 40 % dan 5 tetes Reagen Biuret.

Dari hasil pengamatan yang didapat, larutan putih telur setelah penambahan 5 tetes NaOH 40 % dan 5 tetes Reagen Biuret dan dilakukan pemanasan menghasilkan larutan yang berubah menjadi coklat dan memiliki endapan. Hal ini dinyatakan kurang berhasil untuk membuktikan teori yang menyatakan ada atau tidaknya ikatan peptide dalam larutan tersebut. Karena seharusnya banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Dipeptida membentuk warna biru, tripeptida membentuk warna ungu, tetrapeptida serta peptida kompleks dapat membentuk warna merah.

3. Pengendapan dengan pemanasan

(25)

pemanasan sampel putih telur dan penambahan asam asetat 10%pada tabung kedua. Dan tahap terakhir tetap dengan sampel putih telur namun kali ini dengan penambahan NaOH10 % dalam tabung ketiga.

Hasil yang diperoleh dari data tersebut, pada tabung reaksi pertama yang berisi sampel putih telur saja, setelah dipanaskan akan mengalami perubahan bentuk larutan, dari yang cair menjadi endapan putih agak mengental, ibarat seperti telur digoreng. Kemudian pada tabung kedua yang berisi sampel putih telur dengan tambahan asam asetat ini menghasilkan endapan berwarna putih. Sedangkan dalam tabung reaksi yang ketiga yang berisi sampel putih telur dengan tambahan NaOH ini mengalami perubahan warna menjadi kuning kecoklatan tanpa ada endapan.

4. Pengendapan dengan Etanol

Penambahan pelarut nonpolar terutama etanol kedalam larutan protein, dapat menurunkan kelarutan protein dalam air sehingga terjadi pengendapan. Efek ini menunjukkan bahwa kelarutan protein pada pH dan kekuatan ionik tetap merupakan fungsi dari konstanta dielektrik air, maka penambahan etanol kedalam larutan protein menaikkan gaya tarik-menarik antara muatan berlawanan dan menurunkan derajat ionisasi gugus R protein. Akibatnya molekul protein cenderung beragregasi dan mengendap.

(26)

bersaing dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat air, sehingga molekul protein akan mengendap.

D. Urinalisis

Sampel Warna urin pH urin Uji gula Uji protein Urin ke-1 Kuning gading 6 Warna biru (-) Kuning

kecoklatan (-)

Urin ke-2 Kuning gading 6 Warna biru (-) Kuning kecoklatan (-)

Urin ke-3 Kuning gading 6 Warna biru (-) Kuning kecoklatan

Hasil ekskresi dari organ ginjal adalah urin. Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Pada praktikum ini dilakukan uji fisik dan uji kimia terhadap urin tiap praktikan yang mewakili kelompoknya.

(27)

Pada pengamatan uji kimia, dilakukan 2 tahap pengujian yaitu pengujian glukosa dan pengujian protein. Pada pengujian glukosa dilakukan dengan uji benedict. Pada urin ke-4 warna yang dihasilkan setelah dilakukan uji benedict adalah warna biru agak hijau, sedangkan urin pertama sampai urin ke-3 memiliki kesamaan warna urin yaitu biru yang dapat diartikan bahwa tidak mengalami perubahan.

Dari hasil pengamatan tersebut urin ke-4 dinyatakan mengandung glukosa dengan presentase sekitar 0,5 %, namun kandngan glukosa dengan presentase tersebut masih dalam batasan normal, artinya belum mengindikasikan adanya kelainan yang parah pada organ-organ yang berperan dalam proses pembentukan urin. Sedangkan pada urin yang tidak berubah warna dinyatakan negatif mengandung glukosa. Indikator urin yang mengandung glukosa setelah dipanaskan akan menghasilkan warna antara hijau sampai merah bata.

Pada pengujian protein dilakukan dengan uji biuret, yaitu dengan cara penambahan 5 tetes NaOH 40 % dan 5 tetes Reagen Biuret pada 1 ml masing-masing sampel urin. Dari hasil pengamatan, dapat dinyatakan bahwa hasil akhir dari warna urin keseluruhan adalah kuning kecoklatan. Hal ini dinyatakan bereaksi negatif atau sampel urin keseluruhan dalam keadaan bebas dari kandungan protein. Karena indikator adanya kandungan protein dalam urin ditandai dengan adanya perubahan warna urin menjadi ungu setelah dipanaskan. Jadi hasil keseluruhan, urin dinyatakan sehat, karena tidak mengandung glukosa dan protein.

(28)

b. minyak bekas Mengambang dipermukaan air dan agak larut

Pada percobaan lipid kali ini dilakukan digunakan dua macam uji, yaitu uji kelarutan dan uji ketidakjenuhan. Pada uji kelarutan, sampel yang digunakan adalah minyak bekas dan minyak baru dengan tiga bahan pelarut yaitu, kloroform, etanol, dan aquades. Prinsip uji kelarutan itu sendiri berdasarkan “like disolve like” larutan polar akan larut dengan pelarut polar dan sebaliknya larutan non polar akan larut dengan pelarut non polar. Jika larutan nonpolar dengan pelarut semi polar maka akan larut sebagian.

Pada uji kelarutan ini hasil yang didapat, untuk pelarutan dengan kloroform, pada sampel minyak baru, lemak dinyatakan larutan selama 37 detik. Sedangkan pada sampel minyak bekas, lemak dinyatakan larut selama 50 detik. Hal ini membuktikan bahwa minyak baru lebih mudah larut dibandingkan minyak bekas pada pelarut kloroform.

Kemudian untuk pelarutan dengan etanol, hasil akhir pada sampel minyak baru maupun minyak bekas ditandai dengan menggumpalnya tetesan minyak berbentuk butir-butir air di bawah permukaan. Hal ini membuktikan bahwa minyak baru maupun minyak bekas tidak mau bercampur atau tidak dapat larut dalam pelarut etanol.

Sedangkan untuk pelarutan dengan aquades, sampel minyak baru dan minyak bekas tidak bercampur secara homogen sehingga terbentuk 2 fase, yaitu tetesan minyak berada di lapisan atas dan aquades berada dilapisan bawah. Hal ini menunjukkan bahwa minyak baru dan minyak bekas tidak dapat larut dalam pelarut aquades, dikarenakan minyak bersifat non polar sedangkan aquades bersifat polar.

(29)

Sampel Warna Hasil pengamatan Minyak baru Merah muda jernih Tidak jenuh

Minyak bekas Oren kusam seperti teh Agak jenuh

Mentega Merah muda pekat Jenuh

Pada uji ketidakjenuhan, sampel yang digunakan adalah minyak baru, minyak bekas dan mentega. Dengan pelarut kloroform dan penambahan larutan iodium. Pada uji ini prinsip yang digunakan adalah menentukan jumlah iod hannus yang bereaksi dengan minyak. Makin banyak ikatan rangkap makin banyak pula iod hannus yang bereaksi. Minyak dan iod hanus menghasilkan warna kecoklatan.

Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa hasil akhir pada sampel minyak baru adanya perubahan warna menjadi merah muda jernih, pada sampel minyak bekas adanya perubahan warna menjadi oren kusam atau seperti warna teh, sedangkan pada sampel mentega adanya perubahan warna menjadi merah muda pekat. Dalam hal ini larutan iodium membantu mengadisi minyak atau mampu memutus iktan rangkap pada minyak. Pada dasarnya minyak kelapa dan margarin memiliki sifat tidak jenuh karena keduanya berasal dari lemak nabati.

F. Isolasi DNA

Sampel Hasil

Pisang DNA terlihat berupa benang-benang putih yang mengumpal dan mengambang pada larutan Apel DNA tidak begitu terlihat karena berupa

(30)

ml etanol 96%. Isolasi DNA adalah upaya untuk mengeluarkan DNA dari sel dengan merusak dinding dan membran sel dan juga membran inti.

Cara yang dapat digunakan untuk merusak membran-membran tersebut sangat beraneka ragam, misalnya dengan pemblenderan atau penggerusan dengan mortal dan pistil (seperti yang dilakukan dalam praktikum ini), selain itu sel dapat pula dirusak dengan menggunakan senyawa-senyawa kimia. Karena dalam praktikum ini isolasi DNA dilakukan dengan cara penggerusan, maka hasil pengamatan dari praktikum ini adalah DNA yang berupa benang-benang halus.

Hasil akhir dari pengisolasian DNA dari sumber buah pisang dan apel ini dapat menunjukkan perbedaan yang nyata berbentuk benang-benang halus berwarna sesuai dengan warna asal buah tersebut. Pada sampel buah pisang terlihat jelas adanya benang-benang halus yang saling berdekatan dan berada di tengah larutan. Sedangkan pada sampel apel, praktikan mengalami kesulitan dalam menganalisis bentuk DNA pada apel. Hasil yang terlihat hanya berupa butir-butiran kecil pada larutan warna oren (warna asal sampel apel).

Kesulitan dalam menentukan atau menganalisa DNA pada sampel buah tersebut dapat disebabkan dari pembuatan sumber DNAnya. Dalam suatu teori menjelaskan bahwa dalam proses pembuatan sumber DNA untuk isolasi DNA hendaknya jangan terlalu encer karena semakin encer sumber DNA, DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit. Terlihat jelas dalam praktikum ini terjadi pada sampel apel yang DNAnya hanya terpresipitasi sedikit.

(31)
(32)

A. Kesimpulan

1. Uji kualitatif karbohidrat dilakukan dengan tiga metode diantaranya yaitu, uji benedict, uji selliwanof dan dengan reaksi iodium atau lugol. Dari hasil pengamatan uji benedict yang dilakukan, dinyatakan bahwa sampel madu termasuk fruktosa, sampel tepung termasuk dalam amilum dan gula termasuk dari glukosa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam uji benedict, uji selliwanof dan reaksi iodium dengan berbagai indikator warna yang sesuai dengan kriteria masing-masing uji.

2. Pengujian vitamin C ini dilakukan untuk mengetahui kandungan vitamin C pada berbagai larutan diantaranya menggunakan sampel larutan vitamin C, jeruk, tomat, dan minuman sari buah. Dalam pengujian ini menggunakan betadine atau larutan amilum iodide sebagai indikator keberadaan vitamin C. Dari pengujian tersebut dapat diketahui bahwa kadar vitamin C yang tertinggi dari semua sampel adalah larutan vitamin C (UC 100).

3. Uji kualitatif protein dapat dilakukan dengan uji ninhidrin, uji biuret, pengendapan dengan pemanasan dan pengendapan dengan etanol. Dari hasil pengamatan yang didapat, larutan putih telur setelah penambahan 5 tetes NaOH 40 % dan 5 tetes Reagen Biuret dan dilakukan pemanasan menghasilkan larutan yang berubah menjadi coklat dan memiliki endapan. Hal ini dinyatakan kurang berhasil untuk membuktikan teori yang menyatakan ada atau tidaknya ikatan peptide dalam larutan tersebut. Karena seharusnya banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Dipeptida membentuk warna biru, tripeptida membentuk warna ungu, tetrapeptida serta peptida kompleks dapat membentuk warna merah. 4. Urinalisis dilakukan dengan dua metode yaitu, dilakukan analisa fisik

(33)

meskipun pada sampel ke-4 berubah warna jadi biru agak hijau, namun masih dikatakan batasan normal. Indikator dalam pengujian glukosa ialah hijau hingga merah bata, sedangkan indkator pengujian protein ialah berwarna ungu jika dipanaskan.

5. Pada pengujian lipid dilakukan pengujian kelarutan dan ketidakjenuhan. Pelarut yang digunakan adalah kloroform, aquades dan etanol. Pengujian dilakukan menggunakan sampel minyak baru, minyak bekas dan mentega. Prinsip uji kelarutan itu sendiri berdasarkan “like disolve like” larutan polar akan larut dengan pelarut polar dan sebaliknya larutan non polar akan larut dengan pelarut non polar. Jika larutan nonpolar dengan pelarut semi polar maka akan larut sebagian.

(34)

Aina, Mia & Suprayogi, D. 2010. UJI KUALITATIF VITAMIN C PADA BERBAGAI MAKANAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMANASAN, hal: 7.

Anonim 1. 2010. Urinalisis. http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/urinalisis-1.html. Diakses pada tanggal 17 November 2016

Anonim 2. 2014. Laporan Biokimia Uji Daya Larut Lemak.

http://radenajengaprilia.blogspot.co.id/2014/04/laporan-biokimia-daya-larut-lemak-uji.html. Diakses pada tanggal 17 November 2016

Frederica, Debrina. 2012. Biokimia Protein. http://bio-protein. blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 17 November 2016

Hartono, Histologi Veteriner. Jakarta: UI Press, 1992

Kusnandar, Dr. Ir. Feri, Msc. 2010. Kimia Pangan : Komponen Makro. PT. Dian Rakyat. Jakarta

Poedjiaji, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta Priyadi, Ardi. 2015. Jurnal Uji Kualitatif Karbohidrat. Universitas Pendidikan

Indonesia

Rochmah, S. N., Widayati, S., & P, M. A. 2009. BIOLOGI SMA/MA Kelas XI. Jakarta.

Setiadi. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2007

Sukmawaty, E. K. A. 2015. PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar.

(35)

Gontor Putri 1, 23 November 2016

Disetujui oleh :

Dosen pengampu

Dian Yuni Pratiwi, S.Si, M.Si Dibuat oleh:

Praktikan

Referensi

Dokumen terkait

tabung reaksi menggunakan alat yang salah (ujung bolpoint) sehingga sampel mengalami kontaminasi dan diduga protein di dalamnya mengalami kerusakan. Berdasarkan uji biuret,

Hasil pengamatan yang diperoleh adalah albumin atau putih telur mengalami denaturasi atau pemecahan setelah ditambahkan asam nitrat (HNO3) + dipanaskan dan

Setelah pemberian aquades dan larutan KCNS 10 % terlihat perubahan warna pada masing – masing tabung reaksi, pada tabung reaksi dengan volume NH4Fe(SO4)2 1 ml warna

ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan protein ditambahkan dua tetes asam asetat 1M.. letakkan tabung dalam air mendidih selama

Percobaan 3 “uji Seliwanoff” 1mL pereaksi Seliwanoff - Dimasukkan dalam tabung reaksi yang berbeda-beda - Ditambahkan ekstrak pisang yang berbeda pada masing-masing tabung reaksi

Dari hasi pengamatan, filtrat yang ditambah larutan AgNO 3 encer dan HNO 3 didapatkan endapan putih AgCl dengan larutan keruh..

Uji ini menggunakan sampel larutan putih telur encer yang ditambahkan dengan NaOH dan dipanaskan tujuannya untuk mempercepat reaksi, kemudian ditambahkan

Prinsip kerjanya adalah larutan berwarna ungu yang merupakan hasil dari reaksi antara Prinsip kerjanya adalah larutan berwarna ungu yang merupakan hasil dari reaksi antara gugus indol