LAPORAN PRATIKUM KIMIA DASAR I
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA
OLEH:
NAMA : KHONSA TAQIYYAH
NIM : B1B021008
HARI/TANGGAL : 04 NOVEMBER 2021 ASISTEN : NALAT TAZKIA FIRDA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERISTAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI INTERNASIONAL LABOTARIUM KIMIA DASAR
PURWOKERTO 2021
ii DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ii
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA ... 1
I. TUJUAN ... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 1
III. METODOLOGI PERCOBAAN ... 3
3.1 Alat ... 3
3.2 Bahan ... 3
3.3 Cara Kerja ... 4
3.4 Skema Kerja ... 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11
4.1 Data Pengamatan ... 11
4.1 Pembahasan ... 12
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1 Kesimpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
1
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA
I. TUJUAN
1.1 Mengidentifikasi adanya logam K, Na, dan Ca dalam 3 macam larutan bahan dengan cara reaksi nyala api bunsen.
1.2 Mengenal spektrum emisi dari K, Na, dan Ca.
1.3 Mengidentifikasi ion-ion logam Ag+, Pb2+, Hg2+, Fe2+, Ba2+, dan Na2+ dalam larutan dengan menggunakan pereaksi
pembentukan endapan, warna, gas, dan bau.
1.4 Mengidentifikasi anion-anion Br-, SO42-, Fe(CN)6 4-, Cr4 2-, SO3 2- dengan pereaksi atas dasar perbedaan kelarutan garam peraknya dan bariumnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia. Metode analisis kimia sangat diperlukan dalam mempelajari kimia analitik.
Metode analisis kimia yang sering digunakan adalah reaksi pengendapan dimana digunakan dalam titrasi, gravimetri, dan dalam memisahkan komponen-komponen suatu sampel (Underwood, 1986).
Analisis kimia meliputi analisis kualitatif dan kimia analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menyatakan keberadaaan suatu unsur atau senyawa dalam sampel, sedangkan analisis kuantitatif menyatakan jumlah suatu unsur atau senyawa dalam sampel (Wiryawan, 2007).
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengenali zat-zat kimia yang terdapat dalam suatu sampel. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari pengamatan secara visual.
Contohnya data terbentuknya endapan, warna, gas maupun data non numerik lainnya. Dalam setiap analisis kualiatif, zat yang diselidiki harus diubah ke dalam bentuk suatu larutan. Ion-ion pada setiap golongan diendapkan satu persatu lalu dipisahkan dari larutan dengan cara disaring atau diputar dengan sentrifugasi. Larutan pokok atau fitra tiap ion-ion logam dipisahkan untuk membersihkan diri dengan cara mencuci endapan (Chang R, 2005).
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu rekasi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dipakai untuk pengujian terhadap kemurnian endapan dan adanya bahan mineral dalam suatu
bahan. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat dalam keadaan kering (padat) maupun basah (larutan). Prosedur uji reaksi kering biasanya menggunakan nyala api yang tidak berjelaga yaitu nyala api bunsen. Zat yang digunakan juga harus memiliki sifat yang dapat lebur, volatil, bertingkah laku oksidasi-reduksi, dan mampu menghasilkan warna yang berbeda dengan nyala api bunsen. Oleh sebab itu, hasil yang diamati dalam uji reaksi kering adalah nyala api bunsen yang muncul.
Sebagian besar praktisi sains menggunakan reaksi basah ketika analisis kualitatif. Reaksi basah merupakan uji yang menghasilkan terbentuknya endapan, perubahan warna, dan pembebasan gas yang berbau spesifik (Keenan, 1984). Diantara gas-gas yang dibebaskan banyak gas berbahaya karena bersifat toksik atau racun Oleh sebab itu, kita tidak boleh mencium gas hasil reaksi secara langsung. Reaksi basah sendiri meliputi dua golongan besar identifikasi, yaitu identifikasi kation dan identifikasi anion.
Identifikasi kation digunakan untuk mengetahui adanya logam- logam dalam suatu bahan dengan cara merubah logam-logam tersebut menjadi ion-ion logam atau kation. Logam-logam golongan I akan membentuk endapan klorida sedangkan golongan II dan III akan membentuk endapan sulfida. Golongan IV sendiri akan membentuk endapan karbonat. Ion-ion logam yang terdapat dalam filtrat terakhir atau sisa termasuk logam golongan V. Identifikasi anion atau sisa asam didasarkan pada perbedaan kelarutan dari garam-garam barium dan perak. Sisa asam atau anion dapat diklasifikasikan menjadi tujuh golongan. Setiap golongan memiliki karakteristik garam perak dan barium yang berbeda.
3 III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
3.1.1 Identifikasi Logam Alkali dengan Cara Reaksi Nyala Alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi logam alkali dengan cara reaksi nyala antara lain jarum osche, botol reagen, lemari asam, pembakar bunsen, dan tabung reaksi.
3.1.2 Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah
Alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi kation dengan cara reaksi basah meliputi tabung reaksi, waterbath, lakmus merah, dan batang pengaduk
3.1.3 Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah
Alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi anion dengan cara reaksi basah adalah tabung reaksi, pipet tetes, dan pembakar bunsen.
3.2 Bahan
3.2.1 Identifikasi Logam Alkali dengan Cara Reaksi Nyala Bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi logam alkali dengan cara reaksi nyala adalah HCl, KCl, NaCl, dan CaCl2.
3.2.2 Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah
Bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi kation dengan cara reaksi basah meliputi AgNO3, HCl, NH4OH, Pb(NO3)2, KI, HgCl2, FeSO4, NaOH, BaCL2, (NH4)2CO3, dan NH4Cl.
3.2.3 Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah
Bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi anion dengan cara reaksi basah antara lain NaBr, AgNO3, Na2SO4, BaCl2, K4Fe(CN)6, H2SO4, H3PO4, (NH4)MoO3, NHO3, Na2C2O4, dan Na2S203
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Percobaan 1: Identifikasi Logam Alkali dengan Cara Reaksi Nyala
1. Jarum Osche yang terbuat dari platina dicuci terutama bagian ujungnya dengan cara dicelupkan ke dalam HCl pekat dalam botol reagen tertutup dan dalam lemari asam.
2. Ujung jarum dimasukkan ke dalam api bunsen di daerah fusi sampai warna dasar api bunsen tidak timbul.
3. Ujung jarum Osche dicelupkan kembali ke dalam HCl pekat kemudian dicelupkan ke dalam larutan bahan dlaam tabung reaksi yang diduga mengandung logam K, Na, dan Ca. Gunakan larutan 5% KCl, NaCl, dan CaCl2.Ujung jarum Osche yang membawa larutan dibakar pada api bunsen di daerah oksidasi. Apabila bahan-bahan mudah menguap maka pembakaran dilakukan di daerah fusi.
4. Warna nyala api bunsen yang ditimbulkan oleh bahan akan ditetapkan sebagai bahan yang mnegandung logam K, Na, dan Ca.
3.3.2 Percobaan 2: Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah
1. Sebanyak 1 mL larutan 1% AgNO3 (gol.1) ditambahkan 1 mL peraksi larutan 1% HCl dan diamati apa yang terjadi. Kemudian, ditambahkan pereaksi larutan 1%
NH4OH.
2. Sebanyak 1 mL larutan Pb(NO3)2 (gol.1) diambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% Kl. Apa yang akan terjadi diamati kemudian didihkan dalam penangas air.
3. Sebanyak 1 mL larutan 1% HgCl2 (gol.3) ditambahakan 1 mL pereaksi larutan 1% Kl. Apa yang terjadi diamati, kemudian ditambahkan lagi 4 mL pereaksi tersebut.
4. Sebanyak 1 mL larutan 1% FeSO4 (gol.30 ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% NaOH. Apa yang terjadi diamati kemudian dikocok.
5. Sebanyak 1 mL larutan 1% BaCl2 (gol.4) ditabahkan 1 mL pereaksi larutan 1% (NH4)2CO3. Apa yang terjadi diamati kemudia ditambahkan 1% pereaksi larutan HNO3.
6. Sebanyak 1 mL larutan 1% NaOH (gol.5) ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% NH4Cl. Lakmus merah diletakkan di bibir tabung dan baunya diamati.
3.3.3 Percobaan 3: Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah
1. Sebanyak 1 mL larutan 1% NaBr (gol.1) ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% AgNO3. Apa yang terjadi diamati.
2. Sebanyak 1 mL larutan 1% Na2SO4 ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 15 BaCl2. Apa yang terjadi diamati.
3. Sebanyak 1 mL 1% K4Fe(CN)6 (gol.2) ditambahkan 1 mL larutan H2SO4 pekat. Pipet tetes digunakan ketika 1 mL larutan H2SO4 ditambahkan 1 mL larutan 1%
K4Fe(CN)6 (gol.2). Apa yang terjadi diamati.
4. Sebanyak 1 mL larutan 1% H3PO4 (gol.3) ditambahkan 1 mL peeaksi larutan 1% (NH4)MnO3 dan 1 mL 1%
HNO3, kemudian dipanaskan sebentar lalu didiginkan.
Apa yang terjadi diamati.
5. Sebanyak 1 mL larutan 1% Na2C2O4 (gol.3) ditambahkan 1 mL larutan 1% H2SO4 pekat. Pipet tetes digunakan ketika 1 mL larutan 1% H2SO4 5 pekat ditambahkan 1 mL larutan 1% Na2C2O4 (gol.3). apa yang timbul diamati.
6. Sebanyak 1 mL larutan 1% Na2S2O3 (gol.4) ditambahkan pereaksi larutan 1% AgNO3. Perubahan warna yang terbentuk dan apa yang terbentuk diamati.
3.4 Skema Kerja
3.4.1 Percobaan 1: Identifikasi Logam Alkali dengan Cara Reaksi Nyala
3.4.2 Percobaan 2: Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah
Jarum Osche yang tersedia
- dicuci dengan cara dicelupkan ke dalam HCl pekat dalam botol reagen tertutup dan dalam lemari asam.
- dimasukkan ke dalam api bunsen di daerah fusi sampai warna apapun dari bunsen tidak ditimbulkan.
- dicelupkan lagi ke dalam HCl kemudian dicelupkan ke dalam larutan bahan dalaam tabung reaksi yang diduga mengandung logam K, Na, dan Ca. Larutan 5% KCl, NaCl, dan CaCl2 digunakan.
- dibakar pada api bunsen di daerah oksidasi.
Pembakaran dilakuan didaerah fusi untuk bahan-bahan yang mudah menguap.
- ditetapkan sebagai larutan yang mengandung logam K, Na, dan Ca.
-
Warna Nyala Api
1 mL larutan 1% AgNO3
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- ditambahkan dengan 1 mL pereaksi larutan 1% HCl
- ditambahkan dengan pereaksi 1% NH4OH Perubahan warna dan endapan yang terbentuk
1 mL larutan 1% Pb(NO3)2
- dimasukkan ke tabung reaksi.
- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% KI.
- diamati reaksi yang terjadi.
- dididihkan dalam pemanas air.
- diamati apa yang terjadi dan didinginkan.
- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1% KI.
- diamati apa yang terjadi.
- ditambahkan lagi dengan 4 mL pereaksi tersebut (KI).
- diamati endepan yang sudah terbentuk.
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk 1 mL larutan 1% HgCl2
- dimasukan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1%
NaOH.
- diamati apa yang terjadi.
- dikocok.
- dilihat endapan yang terbentuk 1 mL larutan 1% FeSO4
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk
3.4.3 Percobaan 3: Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah
1 mL larutan 1% BaCl2
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1%
NH4Cl.
- diamati apa yang terjadi jika lakmus merah ditaruh pada bibir tabung dan bagaimana baunya.
- jika tidak ada lakmus maka gunakan batang gelas yang dimasukkan ke dalam HCl pekat dan ditaruh di atas mulut tabung reaksi.
- diamati apa yang terjadi.
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk - dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan 1 mL pereaksi larutan 1%
(NH4)2CO3.
- diamati apa yang terjadi.
- ditambah dengan 1% pereaksi larutan HNO3.
- diamati endapan yang terbentuk.
1 mL larutan 1% NaOH
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan dengan 1 mL pereaksi larutan 1% AgNO3.
- diamati apa yang terjadi.
1 mL larutan 1% NaBr
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan dengan 1 mL pereaksi larutan 1% BaCl2.
- diamati apa yang terjadi.
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk 1 mL larutan 1% Na2SO4
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan dengan 1 mL pereaksi larutan H2SO4 pekat.
- digunakan pipet tetes dalam penambahan 1 mL pereaksi larutan H2SO4 pekat.
- diamati apa yang terjadi.
1 mL larutan 1% K4Fe(CN)6
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan dengan 1 mL pereaksi larutan 1% (NH4)MnO3 dan 1 mL larutan 1% HNO3.
- dipanaskan sebentar lalu didinginkan - diamati apa yang terjadi.
1 mL larutan 1% H3PO4
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk
1 mL larutan 1% Na2S2O3
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan dengan 1 mL pereaksi larutan 1% AgNO3.
- diamati apa yang terjadi.
Perubahan warna dan endapan yang terbentuk Perubahan warna dan endapan yang terbentuk
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- ditambahkan dengan 1 mL pereaksi larutan 1% H2SO4 pekat.
- digunakan pipet tetes dalam penambahan 1 mL pereaksi larutan 1%
H2SO4 pekat
- diamati apa yang terjadi 1 mL larutan 1% Na2C2O4
11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah
Hasil pengamatan pada kegiatan pratikum kedua mata kuliah biokimia yakni terkait identifikasi zat kimia. Berikut adalah tabel identifikasi kation dengan reaksi basah
No. Perlakuan Pengamatan
1 - 0,1 ml AgNO3 1% + 0,1 ml HCl 1%
- Ditambah NH4OH berlebih
- Larutan berwarna putih
- Larutan tetap berwarna putih dan terdapat endapan
2 - 1 ml Pb(NO3)2 1% + 0,1 ml KI 1%
- Dipanaskan kemudian didinginkan
- Larutan berwarna kuning
- Larutan menjadi tidak berwarna dan terdapat endapan
3 - 1 ml HgCl 1% + 1 ml KI 1%
- Ditambah KI berlebih
- Larutan tidak berwarna - Larutan tetap tidak
berwarna 4 - 1 ml FeSO4 1% + 1 ml
NaOH 1%
- Dikocok
- Larutan tidak berwarna - Larutan tetap tidak
berwarna 5 - 1 ml BaCl2 1% + 1 ml
(NH4)2CO3 1%
- Ditambah 1 ml HNO3 encer
- Larutan tidak berwarna - Larutan tetap tidak
berwarna 6 - 1 ml NaOH 1% + 1 ml
NH4Cl 1%
- Lakmus merah basah diletakkan pada bibir tabung reaksi kemudian dipanaskan
- Larutan tidak berwarna - Larutan tetap tidak berwarna dan kertas lakmus merah berubah menjadi biru
4.1.2 Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah
Hasil pengamatan pada kegiatan pratikum kedua mata kuliah biokimia yakni terkait identifikasi zat kimia. Berikut adalah tabel identifikasi anionndengan reaksi basah.
No. Perlakuan Pengamatan 1 - 1 ml KBr 1% + 0,1 ml
AgNO3 1%
- Larutan berwarna putih dan terdapat endapan putih
2 - 1 ml Na2SO4 1% + 1 ml BaCl2 1%
- Dikocok
- Larutan berwarna putih jernih
- Larutan tetap berwarna putih jernih
3 - 1 ml K4Fe(CN)6 1% + 0,1 H2SO4 pekat
- Larutan tidak berwarna 4 - 1 ml H3PO4 1% + 1 ml
(NH4)2MoO4 1% + 1 ml HNO3 1%
- Lalu dipanaskan atau didihkan
- Larutan tidak berwarna - Larutan tidak berwarna dan tidak ada endapan
5 - 1 ml Na2C2O4 1% + 1 ml H2SO4 pekat
- Larutan tidak berwarna 6 - 0,1 ml Na2SO3 1% + 1 ml
AgNO3 1%
- Larutan tidak berwarna dan tidak terdapat endapan
4.1 Pembahasan
Idenfikasi zat kimia merupakan suatu cara untuk mengetahui atau mengenali suatu zat dalam analisis kualitatif.
Identifikasi dilakukan dengan mengubah zat terlebih dahulu dengan bantuan zat lain agar menjadi zat atau senyawa baru yang sifat-sifat nya mudah dikenali. Perubahan-perubahan ini disebut juga reaksi kimia. Reaksi kimia dapat dilakukan dengan dua macam uji reaksi, yaitu reaksi kering dan reaksi basah.
4.2.1 Reaksi Kering
Reaksi kering dipakai untuk pengujian terhadap kemurnian endapan dan adanya bahan mineral dalam suatu bahan. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat dalam keadaan kering (padat) maupun basah (larutan). Zat yang digunakan harus memiliki sifat yang dapat lebur, volatil, bertingkah laku oksidasi-reduksi, dan mampu menghasilkan warna yang berbeda dengan nyala api bunsen. Hasil yang diamati dalam uji reaksi kering adalah nyala api yang
muncul apabila zat dibakar. Oleh sebab itu, prosedur uji reaksi kering biasanya menggunakan nyala api yang tidak berjelaga yaitu nyala api bunsen. Struktur api nyala bunsen adalah sebagai berikut.
Gambar 4.1 Struktur Pembakar Bunsen
• Kerucut ABD Sebagian besar mengandung gas yang tak terbakar
• Puncak kerucut dalam (EDF) hanya dapat dilihat bila lubang udara ditutup sedikit.
• Mantel luar (ADBC), yaitu daerah terjadinya pembakaran sempurna.
Uji reaksi kering akan menghasilkan warna nyala api yang unik dan spesifik. Warna nyala api inilah yang digunakan dalam identifikasi suatu zat atau unsur.
Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan besar energi (∆𝐸) setiap unsur. Adanya perbedaan tingkat energi atom atau molekul yang besar sehingga gelombang elektromagnetik yang diserap terletak di daerah spektrum sinar sehingga zat tampak berwarna.
Dalam pratikum ini, reaksi kering dengan cara reaksi nyala api bunsen digunakan untuk mengidentifikasi adanya logam K, Na, Ca dalam 3 macam larutan bahan. Uji ini juga dilakukan agar dapat mengenali spektrum emisi dari K, Na, dan Ca. Namun, uji ini tidak dapat dilakukan sebagaimana seharusnya dikarenakan terhalang pandemi COVID-19. Oleh sebab itu, pembahasan hasil reaksi kering akan berdasar pada referensi yang tersedia.
1. Identifikasi logam K dalam larutan KCl
Langkah pertama yang dilakukan pada identifikasi ini adalah mencelupkan ujung jarum osche ke dalam larutan HCl. Selanjutnya, ujung jarum osche dibakar dengan pembakar bunsen lalu dicelupkan lagi ke dalam HCl. Kemudian ujung jarum osche dicelupkan ke dalam larutan KCl 5%. Ujung jarum osche yang sudah dicelupkan kemudian dibakar pada api bunsen di daerah oksidasi lalu diamati perubahan nyala api nya. Warna nyala api logam kalium adalah berwarna ungu (Purba dan Sarwiyati, 2018).
2. Identifikasi logam Na dalam larutan NaCl
Pada identifikasi ini ujung jarum osche dicelupkan ke dalam larutan HCl dan dibakar dengan pembakar bunsen. Selanjutnya, ujung jarum osche dicelupkan kembali ke dalam larutan HCl. Kemudian ujung jarum osche dicelupkan ke dalam larutan NaCl 5% lalu dibakar dan diamati. Warna nyala api berubah menjadi kuning (Purba dan Sarwiyati, 2018). Hal ini menandakan larutan NaCl mengandung logam Na.
3. Identifikasi logam Ca dalam larutan CaCl2
Identifikasi ini dilakukan dengan mencelupkan ujung jarum osche ke dalam larutan HCl lalu dibakar.
Selanjutnya, ujung jarum osche dicelupkan kembali ke dalam larutan HCl dan larutan CaCl2. Kemudian ujung jarum osche dibakar pada api bunsen di daerah oksidasi.
Larutan ditetapkan mengandung Ca apabila nyala api berwarna jingga-merah (Purba dan Sarwiyati, 2019).
4.2.2 Reaksi Basah
Reaksi basah merupakan uji yang menghasilkan terbentuknya endapan, perubahan warna, dan pembebasan gas yang berbau spesifik (Keenan, 1984). Reaksi ini dilakukan terhadap zat-zat dalam larutan. Reaksi basah sendiri biasanya digunakan untuk dua identifikasi, yaitu identifikasi kation dan identifikasi anion.
A. Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah
Identifikasi kation digunakan untuk mengetahui adanya logam-logam dalam suatu bahan dengan cara merubah logam-logam tersebut menjadi ion-ion logam atau kation. Kation merupakann ion positif yang terbentuk ketika atom melepas satu atau lebih electron.
Berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa regeansia, identifikasi kation dapat digolongkan dalam lima golongan. Hal ini didasarkan pada endapan yang terbentuk ketika kation yang bereaksi dengan reagen.
Berikut merupakan pembahasan mengenai pratikum identifikasi kation dengan reaksi basah.
1. Identifikasi Kation Ag+ dalam larutan AgNO3 Pada identifikasi ini, larutan 1% AgNO3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 0,1 ml lalu ditambahkan dengan larutan 1% HCl sebanyak 0,1 ml. Selanjutnya, larutan tersebut diamati kemudian ditambahkan dengan larutan NH4OH berlebih dan diamati lagi apa yang terjadi. Persamaan reaksi dalam identifikasi ini adalah sebagai berikut.
𝐴𝑔𝑁𝑂3+ 𝐻𝐶𝑙 = 𝐴𝑔𝐶𝑙 + 𝐻𝑁𝑂3
Hasil reaksi identifikasi kation dalam larutan AgNO3 dengan reaksi basah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.2 Keadaan Sebelum Reaksi
Gambar 4.3 Keadaan Sesudah Reaksi
Gambar percobaan di atas menunjukkan bahwa hasil dari reaksi tersebut terdapat endapan putih dan larutannya tidak berwarna serta tidak berbau. Penambahan NH4OH sendiri ditujukan untuk melarutkan endapan tetapi tidak menyebabkan perubahan warna larutan. Oleh sebab itu, hasil analisis sesuai dengan teori, yaitu ion Ag+ jika direaksikan dengan HCl akan mengendap dimana endapannya berwarna putih dan termasuk kation golongan I.
2. Identifkasi Kation Pb+ dalam larutan Pb(NO3)2 Pada identifikasi ini larutan Pb(NO3)2 1%
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 1 ml, kemudian ditambahkan larutan KI 1% sebanyak 1 ml. Pada reaksi ini, larutan akan berubah warna menjadi kuning. Larutan yang telah dicampurkan kemudian dididihkan. Pendidihan atau pemanasan sendiri berfungsi untuk mempercepat proses reaksi. Setelah dididihkan larutan akan berubah warna menjadi kuning bening dan terdapat endapan. Persamaan reaksi pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
𝑃𝑏(𝑁𝑂3)2+ 2𝐾𝐼 → 𝑃𝑏𝐼2+ 2𝐾𝑁𝑂3
Berikut ini adalah gambar percobaan identifikasi larutan 1% Pb(NO3)2 dengan pereaksi larutan 1% KI.
Gambar 4.4 Keadaan Sebelum Reaksi
Gambar 4.5 Pemanasan Larutan
Gambar 4.6 Keadaan Setelah Reaksi
Gambar diatas menunjukkan hasil reaksi antara 1% Pb(NO3)2 dengan pereaksi larutan 1%
KI. Larutan yang berwarna kuning berubah menjadi tidak berwarna atau kuning bening setelah dididihkan serta terdapat endapan kuning. Senyawa Pbl2 mengendap dikarenakan larutan yang tergolong asam kuat akan mengendap sebagai garam klor (Keenan, 1984). Hasil percobaan tersebut sesuai dengan teori, yakni pada awalnya larutan berwarna kuning dan setelah didihkan larutan berubah warna menjadi tidak berarna disertai adanya endapan berwarna kuning.
3. Identifikasi Kation Hg2+ dalam larutan HgCl2 Langkah awal dari percobaan ini adalah memasukkan 1 ml HgCl2 1% ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes kemudian dicampur dengan larutan 1 ml KI 1%. Setelah itu, larutan ditambahkan lagi dengan KI berlebih. Persamaan reaksi dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut.
𝐻𝑔𝐶𝑙2+ 2𝐾𝐼 → 𝐻𝑔𝐼2+ 2𝐾𝐶𝑙
Berikut ini merupakan gambar identifikasi larutan 1% HgCl2 dan pereaksi larutan 1% KI.
Gambar 4.7 Keadaan Sebelum Reaksi
Gambar 4.8 Keadaan Sesudah Reaksi
Gambar diatas menunjukkan hasil reaksi antara 1% HgCl2 dan 1% pereaksi larutan KI dimana tidak menghasilkan endapan dan larutan bewarna bening. Kondisi larutan setelah direaksikan sama seperti sebelumnya, yakni tidak terjadi perubahan apapun. Ion Hg2+ yang ditambahkan dengan larutan KI akan mempunyai endapan yang berwarna merah jingga dan bersifat khas (Rana, 2017). Oleh sebab itu, hasil reaksi berbeda dengan referensi yang ada.
4. Identifikasi Kation Fe2+ dalam larutan FeSO4 Larutan FeSO4 1% dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet tetes. Setelah itu, larutan ditambahkan 1 ml NaOH 1% kemudian dikocok. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
𝐹𝑒𝑆𝑂4 + 2𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝐹𝑒(𝑂𝐻)2+ 𝑁𝑎2𝑆𝑂4
Berikut ini adalah gambar identifikasi larutan 1% 𝐹𝑒𝑆𝑂4 dengan 1% NaOH.
Gambar 4.9 Keadaan Sesudah Reaksi
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa ketika NaOH ditambahkan pada larutan FeSO4, larutan tidak bewarna dan tidak memiliki endapan.
Setelah larutan direaksikan, larutan sama seperti keadaan sebelumnya. Hasil reaksi ini berbeda dengan teori atau referensi yang ada dimana seharusnya akan menghasilkan endapan bewarna cokelat kemerahan.
5. Identifikasi Kation Ba2+ dalam BaCl2
Larutan 1 ml BaCl2 1% dimasukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes kemudian ditambahkan larutan (NH4)2CO3 1% sebanyak 1 ml. Selanjutnya, larutan tersebut ditambahkan HNO3 encer sebanyak 1 ml. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
𝐵𝑎𝐶𝑙2+ (𝑁𝐻4)2𝐶𝑂3 → 𝐵𝑎𝐶𝑂3+ 2𝑁𝐻4𝐶𝑙 Berikut ini adalah gambar identifikasi larutan 1% 𝐵𝑎𝐶𝑙2 dengan larutan 1% (𝑁𝐻4)2𝐶𝑂3 .
Gambar 4.10 Keadaan Sebelum Reaksi
Gambar 4.11 Keadaan Sesudah Reaksi
Larutan BaCl2 yang ditambahkan dengan larutan (NH4)2CO3 tidak mengalami perubahan.
Larutan tersebut tidak berwarna dan tidak memiliki endapan. Ketika larutan tersebut ditambahkan HNO3, larutan tetap tidak berubah. Hasil pengamatan ini berbeda dengan referensi dimana pada referensi dicantumkan bahwa alan timbul endapan putih setelah ditambahkannya larutan (NH4)2CO3 .
6. Identifikasi Kation Na+ dalam larutan NaOH Percobaan ini dilakukan dengan memasuukan larutan NaOH 1% sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Selanjtnya, larutan NH4CL 1% ditambahkan sebanyak 1 ml. Kertas lakmus merah diletakkan pada bibir tabung reaksi kemudian dipanaskan. Persamaan reaksi pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
𝑁𝑎𝑂𝐻 + 𝑁𝐻4𝐶𝑙 → 𝑁𝑎𝐶𝑙 + 𝑁𝐻4𝑂𝐻
Berikut ini adalah gambar percobaan identifikasi larutan 1% NaOH dengan 1% larutan NH4Cl.
Gambar 4.12 Keadaan Sebelum Reaksi
Gambar 4.13 Peletakan Lakmus Merah
Gambar 4.14 Pemanasan Larutan
Gambar 4.15 Keadaan Setelah Reaksi
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa larutan setelah reaksi sama seperti larutan sebelum reaksi. Larutan tetap tidak berwarna dan tidak terbentuk endapan. Ketika ion NH4+ ditambahkan dengan NaOH makan akan timbul bau tidak sedap (amonium) yang menusuk, juga terbentuknya kabut putih yang merupakan sifat khas dari amonia (Julian, 2014). Setelah larutan mengalami pemanasan, kertas lakmus merah berubah warna menjadi biru. Hal ini menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa dengan pH diatas 7.
B. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah
Identifikasi anion atau sisa asam didasarkan pada perbedaan kelarutan dari garam-garam barium dan perak.
Anion adalah ion negatif yang terbentuk ketika atom memperoleh satu atau lebih electron. Sisa asam atau anion dapat diklasifikasikan menjadi tujuh golongan.
Setiap golongan memiliki karakteristik garam perak dan barium yang berbeda. Berikut merupakan beberapa pembahasan mengenai identifikasi anion dengan reaksi basah.
1. Identifikasi Anion Br- dalam larutan KBr
Pada identifikasi ini, larutan KBr 1% sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes dan ditambakan dengan larutan AgNO3 1% sebanyak 0,1 ml. Selanjutnya, larutan diamati apa yang terjadi. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
𝐾𝐵𝑟 + 𝐴𝑔𝑁𝑂3 → 𝐴𝑔𝐵𝑟 + 𝐾𝑁𝑂3
Berikut ini adalah gambar identifikasi larutan Kbr 1% dengan larutan AgNO3 1%.
Gambar 4.16 Keadaan Setelah Reaksi
Pada percobaan ini dihasilkan larutan berwarna putih dan endapan putih. Larutan berubah warna dari bening menjadi warna putih. Hal ini menandakan terjadinya perubahan warna ketika larutan direaksikan. Berdasarkan referensi, larutan hasil reaksi akan mengahasilkan endapan berwarna cokelat kemerahan. Oleh karena itu, hasil percobaan berbeda dengan referensi.
2. Identifikasi Anion SO4 2- dalam larutan Na2SO4 Identifikasi ini dilakukan dengan memasukkan Na2SO4 1% sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian larutan ditambahkan BaCl2 1% sebanyak 1 ml lalu dikocok.
Persamaan reaksi pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
𝑁𝑎2𝑆𝑂4+ 𝐵𝑎𝐶𝑙2 → 𝐵𝑎𝑆𝑂4+ 2𝑁𝑎𝐶𝑙
Berikut ini adalah gambar identifikasi larutan Na2SO4 1% dengan larutan BaCl2.
Gambar 4.17 Keadaan Setelah Reaksi
Pada reaksi ini terjadi perubahan warna larutan. Larutan Na2SO4 berubah warna dari bening menjadi putih jernih setelah ditambahkan larutan BaCl2. Setelah percampuran kedua larutan tersebut dikocok, larutan tetap berwarna putih dan tidak terbentuk endapan. Hasil percobaan berbeda dengan referensi dimana larutan tidak berubah warna.
3. Identifikasi Anion Fe(CN)6 4- dalam larutan 𝐊𝟒𝐅𝐞(𝐂𝐍)𝟔
Larutan K4Fe(CN)6 1% dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet tetes dan ditambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml. Larutan tersebut kemudian diamati apa yang terjadi. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
𝐾4𝐹𝑒(𝐶𝑁)6+ 2𝐻2𝑆𝑂4 → 𝐻4𝐹𝑒(𝐶𝑁)6+ 2𝐾2𝑆𝑂4
Berikut ini adalah gambar identifikasi larutan K4Fe(CN)6 1% dengan larutan H2SO4.
Gambar 4.18 Keadaan Sesudah Reaksi
Gambar percobaan diatas menunjukkan bahwa larutan yang sudah direaksikan tidak berwarna atau bening tanpa adanya endapan. Pada reaksi ini tidak terjadi perubahan warna antara larutan yang sebelum direaksikan dan sudah direaksikan. Pada referensi, penambahan H2SO4 berfungsi untuk mengubah oksalat sehingga larutan berwarna hijau pucat. Dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan berbeda dengan referensi.
4. Identifikasi Anion dalam larutan H3PO4
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu memasukkan larutan H2PO4 1%
sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi dengan mengguunakan pipet tetes. Kemudian larutan ditambahkan dengan (NH4)2MoO3 1% dan HNO3 1% masing-masing sebanyak 1 ml. Selanjutnya, larutan tersebut dipanaskan atau didihkan kemudian didinginkan dan diamati. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
H3PO4 + 3(NH4)2MoO3 → 3H2MoO3 + 2(NH4)3PO4
Berikut ini disajikan gambar identifikasi larutan 1% H3PO4 dengan pereaksi larutan 1%
(NH4)2MoO3.
Gambar 4.19 Keadaan Sebelum Reaksi
Gambar 4.20 Pemanasan Larutan
Gambar 4.21 Keadaan Sesudah Reaksi
Gambar diatas merupakan keadaan larutan ketika sebelum direaksikan dan sesudah direaksikan.
Keadaan larutan antara sebelum dan sesudah direaksikan tidak berubah atau tetap. Larutan tetap tidak berwarna atau bening dan tidak terbentuk endapan. Keadaan ini berbeda dengan referensi dimana dikatakan bahwa reaksi tersebut akan menghasilkan warna kuning kenari.
5. Identifikasi Anion dalam larutan NaC2O4
Dalam percobaan ini, larutan Na2C2O4 1%
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet tetes. Setelah itu, larutan ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml kemudian diaamati. Persamaan reaksi dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
𝑁𝑎2𝐶2𝑂4+ 𝐻2𝑆𝑂4 → 𝑁𝑎2𝑆𝑂4+ 𝐻2𝑂 + 𝐶𝑂2+ 𝐶𝑂
Berikut ini disajikan gamber identifikasi larutan Na2C2O4 1% dengan pereaksi larutan H2SO4 1%.
Gambar 4.22 Keadaan Sesudah Reaksi
Pada gambar diatas dapat dilihat keadaan sesudah direaksikan. Keadaan larutan tersebut tidak berwarna atau bening dan tidak terdapat endapan.
Penambahan H2SO4 sendiri berfungsi untuk mengubah oksalat. Hal ini sesuai dengan referensi dimana pada reaksi tersebut akan menghasilkan larutan yang tidak berwarna, tidak memiliki endapan, dan tidak berbau.
6. Identifikasi Anion SO3 2- dalam larutan Na2SO4 Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan larutan Na2SO4 1% ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan pipet tetes. Selanjutnya, larutan tersebut ditambahkan dengan AgNO3 1%
sebanyak 1 ml kemudian diaamati. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
Na2SO4 + 2AgNO3 → Ag2S2O3 +2NaNO3
Berikut ini disajikan gambar identifikasi larutan 1% N2SO4 dengan larutan AgNO3 1%.
Gambar 4.23 Keadaan Sesudah Reaksi
Berdasarkan percobaan diatas, keadaan larutan sesudah bereaksi adalah tidak berwarna atau bening dan tidak terdapat endapan. Hasil ini berbeda dengan data referensi. Pada referensi yang tersedia dikatakan bahwa hasil reaksi menghasilkan keadaan larutan yang berwarna coklat keruh, terdapat endapan, dan berbau.
28 V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Warna nyala api pada reaksi kering disebabkan adanya perbedaan energi (∆𝐸) yang besar dari tiap unsur.
2. Kation merupakan ion yang bermuatan positif yang terbentuk karena melepaskan satu atau lebih elektron.
3. Anion merupakan ion yang bermuatan negatif yang terbentuk karena menerima satu atau lebih elektron.
4. Identifikasi kation dan anion dengan reaksi basah menghasilkan endapan, adanya perubahan warna, dan pembebasan gas yang berbau spesifik. Perbedaan konsentrasi larutan akan mempengaruhi hasil percobaan.
5. Identifikasi anion dengan reaksi basah direaksikan atas dasar perbedaan kelarutan garam perak dan bariumnya.
5.2 Saran
Dalam melaksanakan kegiatan pratikum ini, pratikan diharapkan harus selalu menggunakan alat pelindung diri dan berhati-hati agar tidak terjadi kecelakan laboratorium serta melakukan pratikum sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Kemudian pratikan juga diharapkan untuk teliti dalam mengukur volume konsentrasi larutan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Chang R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Cokrosarwijoyo. 1997. Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta: UNY Press.
Julian. 2014. Identifikasi Kation. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 20(2): 99-104.
Keenan. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael dan Sarwiyati, Eti. 2018. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
Erlangga
Rana. 2017. Reaksi Basah Kation Anion. Jurnal Ilmiah Kimia dan Pendidikan Kimia.
Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Wiryawan, A. 2007. Kimia Analitik untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta:
Erlangga.