SKRIPSI
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE
(Studi di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang)
ELSA PUTRI LAHUDIN 13.321.0020
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA” JOMBANG
2017
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE
(Studi di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
ELSA PUTRI LAHUDIN 13.321.0020
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA” JOMBANG
2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Kediri 17 Mei 1995, peneliti merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Muhamad Lahudin S.Pd dan Ibu Saminah S.Pd
Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN Gambiran 02 Mojoagung , pada
tahun 2010 peneliti lulus dari SMPN 02 Mojoagung, pada tahun 2013 peneliti lulus dari SMK Kesehatan Bhakti Indonesia Medika Jombang Jurusan
Keperawatan, Dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi masuk STIKes “Insan
Cendekia Medika” Jombang melalui jalur tes tulis. Peneliti memilih program studi
S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIKes “ICMe”
Jombang.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.
Jombang, Juni 2017
Elsa Putri Lahudin
MOTTO
Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti. Tak ada
yang jatuh dengan cuma-cuma,
semua usaha dan juga kemenangan hari ini bukanlah
kemenangan esok hari,
kegagalan hari ini bukanlah kegagalan esok hari
(Kahlil Gibran)
AYAH ADALAH
LELAKI YANG AKAN SELALU BERJUANG DEMI
KEBAHAGIAAN DAN KESUKSESAN PUTRINYA TANPA HARUS MENGELUH LELAH
(penulis)
PERSEMBAHAN
Seiring dengan do’a dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karya tulis ini saya
persembahkan kepada :
1. H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep. Ns., MH selaku ketua STIKes ICMe Jombang. 2. Inayatur Rosidah,S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan.
3. Dr.Hariyono,M.Kep selaku pembimbing utama dan Agustina Maunaturrohmah,S.Kep.,Ns.,M.kes selaku pembimbing kedua. 4. Kepala desa kedunglumpang yang sudah memberikan izin penelitian.
5. Kedua orang tua Ayahanda tercinta Muhamad Lahudin S.Pd dan Ibunda Saminah S.Pd yang selalu mendukungku dalam segala hal dan selalu mengajarkanku akan kerasnya kehidupan disitulah aku harus berjuang.
6. Adikku tersayang Aulia Dwi Putri Lahudin yang selalu memberikan support dalam pengerjaan karya tulis ini, dan tak lupa seseorang yang tak pernah lelah selalu ada dalam keadaan apapun dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini Ahmad Busaeri S.Kep.,Ns
7. Sahabat tersayang tercinta selalu ada dalam keadaan apapun selama 4 tahun ini Fitri, Titin, vidi terimakasih sudah menjadi bagian dalam hidupku selama ini selalu ada saat susah, senang, sedih, ketawa bareng dan jauh dari orang tua.
8. Sahabatku Desy, Anita, retno, ucup, Mas ardi, Mas wahyu, Mas rudi dll yang tak bisa disebutkan namanya terimakasih sudah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Teman-teman Prodi S1 Keperawatan angkatan 2017, aku bangga punya kawan seperti kalian.
10. Teman 1 kelompok, Elok, Mei, Winda, Dwi, Robin, chacha, ikta, depi, dimana perjuangan kita berawal dan berakhir bersama.
Semoga amal kebaikan, doa, dan motivasi yang diberikan mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi bermanfaat bagi pembaca.
Jombang, JUNI 2017
Penulis
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dengan Kejadian Diare” ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep. Ns., MH selaku ketua STIKes
ICMe Jombang yang memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir program studi S1 Keperawatan, Inayatur Rosidah,S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan, Dr. Hariyono,M.Kep selaku pembimbing utama yang
memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi, Agustina Maunaturrohmah,S.Kep.,Ns.,M.kes selaku pembimbing anggota yang memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis, kepala
STIKES ICME Jombang beserta Bapak Ibu dosen dan teman-teman yang ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca bagi umumnya, Amin.
Jombang, JUNI 2017
Penulis
ABSTRAK
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE
(Studi di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang)
Elsa Putri Lahudin*Hariyono**Agustina Maunaturrohmah***
*Mahasiswa S1 Keperawatan**Dosen Profesi Ners***Dosen S1 Keperawatan Progam Studi S1
Ilmu Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Jl. Kemuning 57A Candimulyo –
Jombang. Telp. 0321-865446 Elsaputri153@yahoo.com
Diare merupakan penyakit endemis dengan kejadian luar biasa di Indonesia yang bisa menyerang seluruh kelompok usia, Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten jombang cakupan pukesmas dengan penemuan kasus diare tertinggi yaitu Pukesmas Jogoloyo, Pukesmas Mojoagung, dan Pukesmas Peterongan, wilayah kerja Pukesmas Mojoagung merupakan Pukesmas dengan penemuan kasus diare tertinggi setelah Pukesmas Jogoloyo yaitu 778 kasus. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya diare adalah telah berjalan kegiatan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh kepala keluarga yang sudah tersosialisasi STBM sebanyak
1.191 responden dengan teknik proposional random sampling didapatkan sampel
59 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi total berbasis masyarakat. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Diare. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data menggunakan uji Korelasi spearman rank (rho) dengan αlpa< 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah dari responden mempunyai sanitasi total berbasis masyarakat dengan kriteria kurang yaitu 32 responden (54,2%), sedangkan didapatkan setengah dari responden mengalami diare yaitu 31 responden (52,4%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Statistik spearman
rank (rho)didapatkan hasil p value =0,003 jika α = 0,05 maka p < α yang artinya
H1 diterima.
Kesimpulan dalam penelitian ini, ada hubungan sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare.
Kata kunci : stbm, diare, keluarga
ABSTRACT
TOTAL SANITATION BASED COMMUNITY (STBM) WITH DIARRHEA INCIDENCE
(Study in Village Kedunglumpang, Mojoagung District, Jombang Regency)
ELSA PUTRI LAHUDIN 13.321.0020
Diarrhea is an endemic disease with a remarkable incidence in Indonesia that can affect all age groups, Based on data from the district health office of jombang Coverage of puskesmas with the discovery of the highest case of diarrhea namely Puskesmas Jogoloyo, Pukesmas Mojoagung, and Pukesmas Peterongan, Mojoagung Community Health Center is the Puskesmas with the highest incidence of diarrhea after Pukesmas Jogoloyo is 778 cases. One effort to prevent the occurrence of diarrhea is to have been running community-based total sanitation activities. The purpose of this study to determine the relationship between total community-based sanitation with the incidence of diarrhea in the Village Kedunglumpang Mojoagung District Jombang Regency.
This research design use cross sectional design. The population of this study is the entire family head who has been socialized STBM As many as 1.191 respondents with proportional random sampling technique obtained a sample of 59 respondents. The independent variable in this research is total community based sanitation. Dependent variable in this research is Diarrhea occurrence. In this study the instrument used is a questionnaire. Data analysis using test
Spearman rank correlation (rho) withαlpa 0,05.
The results showed that half of the respondents had total community based sanitation with less criteria of 32 respondents (54,2%), Whereas obtained half of respondents experienced diarrhea that is 31 respondents (52,4%). Result of statistical test by using statistic test of spearman rank (rho) got result α = 0,003 if
p value = 0,05 then p <α which mean H1 accepted.
Conclusion in this research, there is relation of Community-based total sanitation with diarrhea.
Keywords: stbm, diarrhea, family
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ... i
SAMPUL DALAM ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... v
RIWAYAH HIDUP ... vi 2.1 Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ... 5
2.1.1 Pengertian ... 5
2.1.2 Pilar ... 6
2.1.3 Tujuan ... 17
2.1.4 Manfaat ... 18
2.2.5 F aktor yang mempengaruhi Perilaku ... 28
2.2.6 Perubahan Perilaku... 29
2.3 Konsep Dasar Diare ... 30
2.3.1 Pengertian ... 30
2.3.2 Klasifikasi Diare ... 31
2.3.3 Etiologi Diare ... 31
2.3.4 Tanda dan gejala diare ... 32
2.3.5 Patofisiologi Diare ... 33
2.3.6 Epidemiologi Diare ... 33
2.3.7 Penatalaksanaan Diare ... 34
2.3.8 Pencegahan Diare ... 35
2.3.9 Faktor Resiko Diare………... .... 36
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual ... 42
3.2 Hipotesis ... 43
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian ... 44
4.2 Waktu dan tempat penelitian ... 44
4.2.1 Waktu Penelitian ... 44
4.2.2 Tempat Penelitian ... 44
4.3 Populasi, sampel dan sampling ……….… 45
4.3.1 Populasi ... 45
4.3.2 Sampel ... 45
4.8 Teknik pengumpulan data ... 51
4.9 Pengolahan dan analisa data ... 52
4.9.1 Pengolahan Data... 52
4.9.2 Analisa data ... 54
4.10 Etika Penelitian ... 56
4.10.1 Informed Consent ... 56
4.10.2 Anonimity (tanpa nama) ... 56
4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan) ... 57
4.10.4 Keterbatasan penelitian………. . 57
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa
Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang 49
Tabel 5.1 Frekuensi responden berdasarkan usia di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017 60
Tabel 5.2 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017………..60
Tabel 5.3 Frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017……… 61
Tabel 5.4 Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017……… 61
Tabel 5.5 Frekuensi responden berdasarkan penghasilan per bulan di
Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017 62
Tabel 5.6 Frekuensi responden berdasarkan sumber informasi yang
didapat di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2017………. 62
Tabel 5.7 Frekuensi responden berdasarkan sanitasi total berbasis
masyarakat (stbm) di Desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 201763
Tabel 5.8 Frekuensi responden berdasarkan parameter sanitasi total
berbasis masyarakat (stbm) di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa 63
Timur 2017………
Tabel 5.9 Frekuensi responden berdasarkan kejadian diare di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang Provinsi Jawa Timur 2017 64
Tabel 5.10 Tabulasi silang hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Provinsi Jawa
Timur 2017 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangkakonseptual hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa
Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. ..
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa
Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang………….
42
47
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian 80
Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi responden 81
Lampiran 3 : Kuiseoner Penelitian 82
Lampiran 4 : Lembar Kisi-Kisi Kuiseoner 85
Lampiran 5 : Rekapitulasi responden berdasarkan data umum 86
Lampiran 6 : Rekapitulasi hasil penelitian berdasarkan data khusus 88
Lampiran 7 : Uji validitas kuiseoner sanitasi total berbasis masyarakat 94
Lampiran 8 : Tabulasi hasil penelitian (progam spss) 99
Lampiran 9 : Dokumentasi penelitian 104
Lampiran 10 : Surat penelitian 107
Lampiran 11 :Pernyataan bebas plagiasi 115
DAFTAR SINGKATAN
: Pengelolahan Air Minum Makanan Rumah Tangga : World Gastroenterology Organisation
:Lima Langkah Tuntaskan Diare
: Statistical Program For Social Science : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
: Air Susu Ibu
: Word Health Organization : Kejadian Luar Biasa
:Kepala Keluarga
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan lingkungan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satu masalah kesehatan lingkungan adalah sanitasi yang buruk (Depkes, 2010). Perbaikan sanitasi termasuk dalam target perbaikan di
Indonesia untuk mencapai Suntainable Development Goals (SDG’s) tahun 2030,
saat ini masih menjadi kendala karena kurang kesadaran masyarakat akan sanitasi lingkungan seperti masalah buang air besar sembarangan, pengolahan limbah rumah tangga, pengolahan air bersih dan sampah (Kemenkes RI, 2015). Sanitasi
yang buruk dapat menyebabkan penyakit, salah satu penyakit yang disebabkan oleh sanitasi lingkungan adalah diare, penyakit diare merupakan penyakit endemis dengan kejadian luar biasa di Indonesia yang bisa menyerang seluruh kelompok usia (Depkes, 2010).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000
IR penyakit Diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan di Indonesia dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009
terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (Kemenkes RI, 2011). Tahun 2014 jumlah diare yang ditemukan dan
2
ditangani di Kabupaten Jombang adalah 20.963 atau 79,6% menurun dibandingkan tahun 2013 sebesar 26.445 kasus, angka kesakitan diare untuk semua usia bersifat fluktuatif dari tahun 2010 hingga 2014, serta mengalami
puncaknya pada tahun 2011 (250/1000 penduduk), dan dapat dikendalikan kembali pada tahun 2014 menjadi 170 per 1000 penduduk (Profil Dinkes Jombang, 2012). Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten jombang cakupan
pukesmas dengan penemuan kasus diare tertinggi yaitu Pukesmas Jogoloyo, Pukesmas Mojoagung, dan Pukesmas Peterongan, wilayah kerja Pukesmas Mojoagung merupakan Pukesmas dengan penemuan kasus diare tertinggi nomer
dua setelah Pukesmas Jogoloyo yaitu sebesar 778 kasus (Profil Dinkes Jombang, 2016). Berdasarkan data pukesmas mojoagung didapatkan cakupan penderita diare yang ditemukan di wilayah kerja pukesmas mojoagung pada 3 bulan terakhir
yaitu bulan februari sebesar 64 penderita, bulan maret sebesar 77 penderita, dan bulan april sebesar 112 penderita. Penyakit diare dipengaruhi sanitasi yang kurang data sanitasi total berbasis masyarakat kabupaten jombang tahun 2016 adalah dari 1,46 juta jiwa didapat 173,13 ribu jiwa masih Buang Air Besar Sembarangan dan
didapatkan akses sanitasi 86,90% dengan desa yang sudah ODF (Open Defecation Free) adalah 65 desa, desa kedunglumpang merupakan desa dengan sanitasi paling
rendah di wilayah Kecamatan Mojoagung dengan jumlah akses sanitasi 58,27% dengan masalah BABS (Buang Air Besar Sembarangan) sebesar 497 (Profil STBM Kab.Jombang, 2016).
3
ditemukan pada kelompok dengan pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani, nelayan, dan buruh (Riskesdes, 2007). Kebiasaan dan pola hidup masyarakat berpengaruh terhadap terjadinya diare diantaranya adalah pola hidup bersih dan sehat, pola hidup bersih dan sehat dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu kebiasaan cuci tangan, pola pembuangan sampah, kebiasaan buang air besar, kondisi drainase dan sumber air minum (Dinkes Jombang, 2015).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan angka morbiditas
diare antara lain dengan melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang diare, serta progam STBM (Dinkes Jombang, 2015). Progam sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dilakukan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan dalam pelaksanaanya terdapat 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun,
pengolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, dan pengamanan limbah cair rumah tangga (Kemenkes RI, 2015).
1.2. Rumusan masalah
Adakah hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare?
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
4
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian
Diare di desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
2. Mengidentifikasi kejadian Diare di desa Kedunglumpang Kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang.
3. Menganalisis hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi baru tentang ilmu keperawatan, terutama keperawatan medikal bedah, komunitas, dan keluarga dalam progam pelayanan kesehatan di masyarakat.
1.4.2 Praktis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar sanitasi total berbasis masyarakat ( STBM )
2.1.1 Pengertian
Sanitasi dasar adalah sanitasi rumah tangga meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolahan sampah dan limbah rumah tangga (Kurikulum dan Modul pelatihan STBM, 2014).
Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, untuk memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan (Kurikulum dan Modul pelatihan STBM, 2014).
Sanitasi total berbasis masyarakat merupakan pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan (Permenkes, 2014).
Progam STBM mempunyai indikator outcome dan output. Indikator outcome yaitu menurunkan kejadian penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output yaitu setiap individu dan komunitas akses terhadap sarana sanitasi dasar untuk mewujudkan ODF (Open
Defecation Free), setiap rumah tangga dapat menerapkan pengelolahan air minum dan makanan yang aman, setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum tersedia fasilitas cuci tangan sehingga semua orang dapat mencuci tangan dengan benar, setiap rumah tangga mengelolah limbah dan sampah dengan benar
(Kurikulum dan Modul pelatihan STBM, 2014).
6
Progam sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dilakukan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan dalam pelaksanaanya terdapat 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, dan pengamanan limbah cair rumah tangga (Kemenkes RI, 2015).
2.1.2 Pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) STBM terdapat lima pilar yakni:
1. Stop buang air besar sembarangan
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air guna
membersihkannya (Atikah proverawati & Eni Rahmawati, 2011). Jenis – jenis jamban yang digunakan yaitu:
a. Jamban cemplung
Merupakan jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi
menyimpan tinja/kotoran kedalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Pada penggunaan jamban cemplung diharuskan terdapat penutup untuk menghindari agar tidak berbau.
b. Jamban tangki septik/leher angsa
Merupakan jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa
tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
7
Jamban harus dipelihara agar tetap sehat membersihkan jamban secara teratur agar tidak ada kotoran yang terlihat, tidak terdapat serangga, dan tikus yang berkeliaran dapat mencegah berbagai macam penyakit akibat lingkungan yang kotor.
Syarat jamban sehat meliputi:
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara air minum dan lubang penampungan minimal 10 meter).
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. d. Tidak mencemari tanah sekitar.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat untuk membersihkannya (Atikah proverawati & Eni Rahmawati, 2011).
Perilaku buang air besar sembarangan diikuti dengan pemanfaatan sarana
sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas
8
dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan yang mudah dijangkaum (Permenkes, 2014).
Beberapa standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari:
a. Bangunan atas jamban (dinding atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari
gangguan cuaca atau gangguan lainnya. b. Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 bagian bangunan tengah jamban yaitu lubang tempat pembuangan kotoran/tinja yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa, pada konstruksi sederhana (semi saniter) lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa tetapi harus diberi tutup. Dan lantai jamban terbuat dari bahan yang kedap air serta tidak licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke system pembuangan air limbah (SPAL).
c. Bangunan bawah jamban
Terdapat dua macam bentuk bangunan bawah jamban yang pertama tangki septik adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah
kotoran manusia, bagian padat akan tertinggal dalam tangki septik dan bagian cair akan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Kedua yaitu cubluk merupakan lubang galian yang akan menampung limbah kotoran baik padat maupun cair yang msuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah kedalam tanah dengan
9
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang menempel pada tangan, cuci tangan harus dilakukan dengan air yang bersih dan
sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung bakteri penyebab penyakit, maka dengan sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman yang tertinggal pada tangan (Atikah proverawati & Eni Rahmawati, 2011). Tujuan dari mencuci tangan merupakan salah satu unsur pencegahan infeksi (Depkes, 2007).
Sarana yang tidak memenuhi syarat saat melakukan CTPS adalah:
a. Mencuci tangan didalam wadah kecil atau kobokan dengan jeruk seperti dirumah makan.
b. Mencuci tangan secara langsung didalam baskom tanpa menggunakan gayung dan sudah dipakai berkali – kali oleh beberapa orang.
c. Mencuci tangan setelah makan hanya dengan menggunakan sebaskom air dan jeruk nipis untuk memberikan rasa segar.
d. Sarana cuci tangan tidak terdapat aliran limbah sehingga menyebabkan genangan ditanah.
e. Sarana cuci tangan jauh dari jamban sehingga membuat orang lupa akan caranya cuci tangan (Katalog CTPS, 2008).
CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
a. Langkah – langkah CTPS yang benar:
1) Tuangkan cairan sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
10
3) Gosok sela – sela jari tangan hingga bersih.
4) Bersihkan kedua jari dengan bergantian dengan cara saling mengunci. 5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok bergantian (Permenkes, 2014)
b. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan
1) Sebelum makan.
2) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan.
3) Sebelum menyusui.
4) Sebelum memberi makan bayi/balita.
5) Sedudah buang air besar/kecil.
6) Sesudah memegang hewan/unggas (Permenkes, 2014).
c. Kriteria utama CTPS
1) Air bersih yang dapat dialirkan. 2) Sabun.
3) Penampungan atau saluran air limbah yang aman (Permenkes, 2014).
3. Pengelolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM – RT)
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, Air
digunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Penyakit yang menyerang manusia dapat disebarkan melalui air
sehingga menyebabkan wabah dimana – mana (Mubarak, 2009). Air harus
dikelolah terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga memenuhi syarat – syarat
11
PAMM – RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan
pemanfaatan air minum, dan pengolahan makanan yang aman di rumah tangga (Permenkes, 2014).
Tahapan kegiatan PAMM – RT meliputi:
a. Pengelohan air minum rumah tangga 1) Pengolahan air baku jika keruh meliputi:
a) Dilakukan pengendapan dengan gravitasi alami.
b) Dilakukan penyaringan dengan kain.
c) Dilakukan pengendapan dengan tawas atau bahan kimia.
2) Pengolahan air untuk minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan
air dengan kualitas air minum yang baik sehingga terhindar dari kuman penyebab penyakit meliputi:
a) Filtrasi (penyaringan) contohnya biosand filter dan keramik filter.
b) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan) contohnya bubuk koagulan.
c) Klorinasi contohnya klorin cair dan klorin tablet.
d) Desinfeksi contohnya dengan cara merebus, sodis (solar water disinfection).
3) Wadah Penyimpanan Air Minum
Setelah pengelolahan air minum langkah selanjutnya adalah penyimpanan air minum untuk keperluan sehari – hari dengan cara:
a) Wadah tertutup, berleher sempit, dan dilengkapi dengan kran.
b) Air minum disimpan diwadah tempat pengolahannya.
12
d) Letakkan wadah air minum ditempat yang bersih dan terjangkau oleh
binatang.
e) Wadah air minum selalu dicuci setelah 3 hari ataupun saat air habis dan sebaiknya menggunakan air yang sudah di olah pada bilasan terakhir.
f) Pada saat minum menggunakan gelas yang bersih dan kering bukan
langsung minum air mengenai mulut.
4) Hal penting yang harus diperhatikan dalam PAMM – RT
a) Mencuci tangan sebelum mengelolah air minum dan makanan.
b) Mengolah air minum sesuai kebutuhan sehari – hari.
c) Tidak mencelupkan tangan kedalam air minum yang sudah masak.
d) Secara periodik lakukan pengecekan air minum guna pengujian laboratorium (Permenkes, 2014).
b. Pengelolahan makanan rumah tangga
Makanan harus dikelolah dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan bagi tubuh, pengelolahan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip hygiene dan sanitasi makanan (Permenkes, 2014).
Pengelolahan makanan ditujukan kepada segala kemungkinan pencemaran makanan oleh bahan – bahan, mikroorganisme, parasite, dan yang disebabkan oleh berbagai pembawa (karier) dan perantara (vektor) penyakit (Dainur, 1995). Sanitasi makanan adalah upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia
13
Prinsip hygiene sanitasi makanan meliputi: 1) Pemilihan bahan makanan
Bahan makanan harus dipilih dengan memperhatikan mutu dan kualitas
makanan serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan yang tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak, tidak berjamur, tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan dan tidak kedaluarsa.
2) Penyimpanan bahan makanan
Menyimpan bahan makanan harus memperhatikan cara penyimpanan, tempat penyimpanan, waktu penyimpanan, serta suhu penyimpanan. Pada saat penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lain yang dapat membawa penyakit serta
terhindar dari bahan beracun. 3) Pengelolahan makanan
Syarat hygiene dan sanitasi makanan yang dapat mempengaruhi pengolahan makanan meliputi:
a) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan
hygiene dan sanitasi untuk mencegah terjadinya resiko pencemaran makanan, adanya serangga, pengerat serta vektor yang dapat mencemari makanan.
14
c) Bahan makanan dikelolah sesuai dengan kebutuhan serta bebas dari cemaran fisik, bakteriologis, dankimia.
d) Seseorang yang mengelolah makanan berbadan sehat dan berperilaku hidup
bersih dan sehat serta tidak menderita penyakit yang menular. 4) Penyimpanan makanan matang
Penyimpanan makanan yang sudah matang harus memperhatikan suhu, wadah, tempat penyimpanan serta lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat dapat mempengaruhi kondisi dan kualitas makanan.
5) Pengangkutan makanan
Cara mengangkut makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi agar makanan tidak tercemar dan rusak serta terkontaminasi. Misalnya, mengangkut daging dengan menggunakan alat pendingin.
6) Penyajian makanan
Penyajian makanan harus memperhatikan beberapa hal yaitu waktu penyajian, tempat penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan dari saat mengelolah menjadi makanan matang sampai
dengan disajikan serta dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan dengan kandungan protein yang tinggi (Permenkes, 2014).
4. Pengamanan sampah rumah tangga
15
sumber dari kuman yang dapat membahayakan kesehatan (Mubarak & Nurul Chayatin, 2009).
Tujuan pengamanan sampah rumah tangga adalah untuk menghindari
penyimpanan sampah dalam rumah agar segera ditangani (Permenkes, 2014). Pengamanan sampah yang aman adalah dengan cara pengumpulan, pengangkutan, pengelolahan dan pemusnahan sampahdengan cara tidak membahayakan kesehatan masyarakat maupun lingkungan (Permenkes, 2014).
Tahapan pengamanan sampah rumah tangga:
a. Peralatan teknis tempat pengumpulan sampah
1) Kontruksi harus baik, terbuat dari bahan kedap air da nada penutupnya.
2) Volume bak mampu menampung sampah hingga 3 hari.
3) Tidak berbau ke perumahan terdekat.
4) Tidak ada sampah berserakan disekitar bak sampah.
5) Tidak diletakkan pada daerah banjir.
6) Penempatan terletak pada daerah yang mudah dijangkau
(Mubarak & Nurul Chayatin, 2009).
b. Prinsip dalam pengamanan sampah adalah:
1) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang
16
2) Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak dipakai tanpa merubah
bentuk, contohnya dengan cara memanfaatkan Sampah rumah tangga seperti koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun dapat dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan tusuk gigi, dan perhiasan atau menggunakan kembali kantong belanja untuk digunakan untuk wadah belanja berikutnya.
3) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru,
contohnya sampah organik dapat dimanfaat sebagai pembuatan kompos, mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, dan sampah yang sudah di pilah dapat disetorkan ke bank sampah (Permenkes, 2014).
c. Kegiatan pengamanan sampah rumah tangga dapat dilakukan dengan cara:
1) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari.
2) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan sifat sampah.
3) Pemilahan dilakukan pada sampah organik dan anorganik.
4) Pengumpulan sampah dilakukan dengan pengambilan dan pemindahan
sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sampah sementara.
5) Sampah yang sudah dikumpulkan ke tempat penampungan sementara di
angkut ke tempat pemrosesan terakhir (Permenkes, 2014). 5. Pengamanan limbah cair rumah tangga
17
rumah tangga adalah untuk menghindari genangan air limbah yang dapat menyebabkan penyakit berbasis lingkungan (Permenkes, 2014).
Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urin disalurkan ke tangki
septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Sedangkan limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari sisa buangan dapur, kamar mandi, dan saran cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah (Permenkes, 2014).
a. Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah:
1) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air limbah
dari jamban.
2) Tidak menyebabkan bau.
3) Tidak menyebabkan vektor.
4) Tidak terdapat genangan sehingga menyebabkan lantai licin.
5) Terhubung dengan saluran limbah umum atau got maupun sumur resapan
(Permenkes, 2014).
b. Dampak buruk air limbah adalah:
1) Gangguan kesehatan.
2) Penurunan kualitas lingkungan.
3) Gangguan terhadap keindahan.
4) Gangguan terhadap kerusakan benda (Mubarak & Nurul Chayatin, 2009). 2.1.3 Tujuan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Mewujudkan perilaku masyarakat yang higyene dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi –
18
2.1.4 Manfaat STBM
Adanya 5 pilar STBM membantu masyarakat untuk mencapai tingkat hygiene yang paripurna sehingga akan menghindarkan mereka dari kesakitan dan kematian akibat sanitasi yang tidak sehat (Modul pelatihan STBM, 2013).
2.1.5 Sasaran STBM
1. Semua masyarakat yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar STBM.
2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi
syarat kesehatan (Permenkes, 2014). 2.1.6 Prinsip STBM
1. Tanpa subsidi
Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau pihak lain untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya, penyediaan sanitasi dasar merupakan tanggung jawab masyarakat.
2. Masyarakat sebagai pemimpin
Inisiatif pembangunan sanitasi berasal dari masyarakat, fasilitator sanitasi hanya membantu memberikan masukan dan solusi kepada masyarakat untuk
meningkatkan akses sanitasi. Semua kegiatan maupun pembangunan sarana sanitasi dibuat oleh masyarakat sendiri.
3. Tidak memaksa
19
2.1.7 Strategi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Strategi dalam pelaksanaan STBM meliputi beberapa komponen yang saling berhubungan satu sama lain yaitu:
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif
Komponen ini meliputi advokasi kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan progam pembangunan sanitasi pedesaan yang diharapkan akan menghasilkan:
a. Komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan sumber daya untuk melaksanakan progam STBM yang dinyatakan dalam surat kepemimpinan.
b. Kebijakan daerah dan peraturan daerah tentang sanitasi seperti keputusan Bupati, peraturan Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), serta Rencana Strategi (Renstra).
c. Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengutamakan sector sanitasi yang
menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya dari pemerintah maupun non pemerintah.
d. Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan progam peningkatan fasilitas.
2. Peningkatan kebutuan sanitasi
Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higenis dan saniter berupa:
a. Pemicuan perubahan perilaku.
b. Promosi dan kampanye perubahan perilaku hygiene dan sanitasi.
c. Penyampaian pesan melalui media komunikasi.
20
e. Memfasilitasiterbentuknya tim kerja masyarakat dan mengembangkan
mekanisme penghargaan terhadap masyarakat maupun institusi. 3. Peningkatan penyediaan akses sanitasi
Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi pedesaan yaitu:
a. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan
terjangkau.
b. Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi pedesaan dan
mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi. 4. Pengelolahan pengetahuan
Pengelolahan pengetahuan, pembelajaran, pengalaman, hasil riset agar pihak yang berkepentingan memiliki akses yang murah, cepat, dan mudah.
Sinergi sumber daya untuk mendukung dan menguatkan pendekatan STBM dengan focus non subsidi untuk membangun sarana individu.
6. Pemantauan dan evaluasi
Agar dapat mengukur perubahan dalam pencapaian progam dan mengidentifikasi pembelajaran yang dipetik selama perubahan.(Permenkes, 2014). 2.1.8 Alur Progam
1. Pelaku Pemicuan
a. Tim Fasilitator STBM Desa/kelurahan yang terdiri dari sedikitnya
21
dapat dibantu oleh orang lain yang berasal dari dalam ataupun dari luar Desa tersebut
b. Bidan desa, diharapkan akan berperan sebagai pendamping, terutama ketika ada pertanyaan masyarakat terkait medis, dan pendampingan lanjutan serta pemantauan dan evaluasi
c. Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah kelembagaan yang ada di masyarakat yang akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi, pemicuan, pelaksanaan pembangunan, pengumpulan alternatif pendanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi
d. Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta dalam kegiatan pemicuan di desa,
e. Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa
untuk keberlanjutan STBM (Permenkes, 2014). 2. Langkah-langkah Pemicuan
Proses Pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertentu, dengan lama waktu Pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk menghindari informasi yang terlalu
banyak dan dapat membuat bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang sampai sejumlah orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah orang yang tergerak dengan spontan dan menyatakan untuk merubah perilaku. Biasanya sang pelopor ini disebut dengan natural leader.
a. Pengantar pertemuan
1) Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan membangun
22
3) Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.
4) Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan untuk memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain), melainkan untuk belajar.
b. Pencairan suasana
1) Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi.
c. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi
1) Fasilitator dan/atau kader dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya
“Siapa yang melihat atau mencium bau kotoran manusia pada hari ini?”
“Siapa saja yang BAB ditempat terbuka pada hari ini?”
d. Pemetaan sanitasi
1) Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang
dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan lokasi rumah, sumber daya yang tersedia dan permasalahan sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu terjadinya diskusi dan dilakukan di ruangan terbuka yang cukup lapang.
2) Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi( daun, batu, batang kayu, dan lain-lain) untuk membuat peta.
23
(tandai mana yang punya dan yang tidak punya jamban, sarana cuci tangan, tempat pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah tangga).
4) Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk membuang tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis dari lokasi pembuangan ke rumah tangga.
5) Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan cara meminta peserta untuk berdiri berkelompok sesuai denga dusun/RT. Minta mereka mendiskusikan dusun/RT mana yang paling kotor? Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya.
e. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)
1) Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan
pengamatan, bertanya dan mendengar.
2) Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga
dan kunjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah cair.
3) Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja, sampah, limbah cair rumah tangga dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.
f. Diskusi
1) Alur kontaminasi
a) Menanyangkan gambar-gambar yang menunjukkan alur kontaminasi
penyakit
b) Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di makanan anda? Di piring anda? Di wajah dan bibir anak kita?
24
d) Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan
kotorannya sebagai akibat dari BAB di sembarang tempat?
e) Fasililator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan mereka
berfikir dan ingatkan kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada akhir proses analisis.
2) Simulasi air yang terkontaminasi
a) Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota masyarakat untuk minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka yakin bahwa air tersebut memang layak diminum.
b) Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja yang ada di sekitar kita, celupkan
rambut ke air yang tadi diminum oleh peserta.
c) Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang
telah diberi dicelup rambut bertinja.
d) Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan:
Kenapa tidak yang ada berani minum?
e) Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa
lalat mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut tinja lebih banyak dari rambut yang dicelupkan ke air tadi?
g. Menyusun rencana program sanitasi
25
2) Pada saat Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul
menjadi natural leader.
3) Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok,
memicu orang lain untuk mengubah perilaku.
4) Tindak lanjut setelah Pemicuan merupakan hal penting yang harus dilakukan, untuk menjamin keberlangsungan perubahan perilaku serta peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus menerus.
5) Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana aksi dan perubahan perilaku terus berlanjut.
6) Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal pilar 1), masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan pengumuman.
7) Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula, masyarakat perlu membuat aturan lokal, contohnya denda bagi anggota masyarakat yang masih BAB di tempat terbuka.
8) Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan perilaku
higiene dan sanitasi sampai tercapai Sanitasi Total (Permenkes, 2014).
1.Faktor Lingkungan
2. Faktor sumber daya manusia
3. Regulasi
4. IPTEK
26
2.2 Konsep teori perilaku
2.2.1 Pengertian
Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan
lingkungannya, baik yang diamati secara langsung ataupun yang diamati secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2012).
2.2.2 Klasifikasi
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan
Perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit, perilaku pemeliharaan kesehatan dikelompokan menjadi 3 aspek yaitu perilaku pencegahan penyakit, perilaku peningkatan kesehatan, perilaku pemeliharaan gizi. 2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas kesehatan
Perilaku ini menyangkut tindakan dan upaya seseorang saat menderita penyakit, tindakan dan perilaku dimulai dari mengobati sendiri (self treatment)
sampai mencari pengobatan ke Negara lain.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Respon seseorang terhadap lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan meliputi: a. Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya
27
1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
2) Olahraga teratur
3) Tidak merokok
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5) Istirahat yang cukup
6) Mengendalikan sters
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan dan sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior) merupakan perilaku yang mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi terhadap sakit, penyebab dan gejala serta pengobatan penyakit.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) peran pencakup hak orang sakit dan kewajiban orang sakit. Perilaku ini meliputi tindakan untuk memperoleh penyembuhan, mengetahui fasilitas dan sarana pelayan sebagai penyembuhan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
2.2.3 Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon stimulus perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
28
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang terbuka dan nyata, respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dapat di amati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).
2.2.4 Tingkatan Perilaku
Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah, dan domain perilaku, yakni kognitif
(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psycomothor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau pericipta, perirasa, dan peritindak.
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi perilaku 1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal - hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2.Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan
29
yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, media informasi untuk komunikasi massa. Sumber informasi dapat diperoleh melalui media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (Televisi, radio, internet) dan melalui kegiatan
tenaga kesehatan seperti pelatihan yang diadakan (Dokter, Perawat, Bidan). Sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti:puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya.
3.Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Menurut Bloom derajat kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat dipengaruhi oleh empat hal, yaitu: lingkungan, kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan genetika. Dari keempat faktor tersebut, perilaku merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
2.2.6 Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena
30
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh
kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut. 3. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat,maka yang sering terjadi adalah sebagian orang yang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya),dan sebagian orang lain sangat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.Hal
ini di sebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to
change) yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Konsep dasar diare
2.3.1 Pengertian
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3kali/hari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja disertai darah atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air dan
31
2.3.2 Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya diare dibagi menjadi: 1. Diare akut
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari akibatnya adalah dehidrasi sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian karena diare. 2. Disentri
Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan, dan kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten
Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-menerus akibatnya adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolism (Depkes, 2009).
2.3.3 Etiologi
Secara klinis penyebab penyakit diare dikelompokkan menjadi 6 yaitu:
1. Infeksi
Diare karena infeksi disebabkan karena bakteri, virus, parasit. Menurut WGO
(World Gastroenterology Organisation) agen penyebab dari diare adalah :
a. Bakteri (Bacterial Agents) Diarrheagenic
Escherichia coli, Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae O1, V.cholerae O139,
Shigella species, V. parahaemolyticus, Bacteroides fragilis, C.coli, C. upsaliensis,
Nontyphoidal Salmonellae, Clostridium difficile, Yersinia enterocolitica, Y.
32
b. Virus (Viral Agents)
Rotavirus, Human caliciviruses (HuCVs), Adenovirus (serotype 40/41),
Astrovirus, Cytomegalovirus.
c. Parasit (Parasitic Agents)
Termasuk agent yang paling sedikit menyababkan diare pada manusia. Agen parasit yang menyebabkan diare diantaranya yaitu Protozoa (Cryptosporidium
parvum, Giardia intestinalis, Microsporida, Entamoeba histolytica, Isospora
belli, Cyclospora cayetanensis, Dientamoeba fragilis, Blastocystis hominis,
Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis, Entamoeba histolytica, and
Cyclospora cayetanensis dan Helminths (Strongyloides stercoralis,
Angiostrongylus costaricensis, Schistosoma mansoni, S.japonicum).
2.Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein.
3.Alergi : makanan, susu sapi.
4.Keracunan dan Imunodefisiensi : AIDS (Depkes RI, 2011).
2.3.4 Tanda dan Gejala
1. Konsistensi tinja encer, berlendir, atau berdarah. 2. Lecet pada anus.
3. Gangguan gizi akibat intake kurang.
4. Muntah sebelum dan sesudah diare.
5. Hipoglikemia (penurunan kdar gula darah).
33
2.3.5 Patofisiologi
Sebagai akibat diare dapat terjadi:
1. Dehidrasi terjadi karena output lebih banyak dari pada input dalam tubuh.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik).
3. Hipoglikemia.
4. Gangguan gizi dan Gangguan sirkulasin (Nursalam, 2005).
2.3.6 Epidemiologi
Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut: 1. Penyebaran kuman penyebab diare
Kuman penyebab diare menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja
penderita, beberapa perilaku juga dapat menyebabkan penyebaran bakteri penyebab diare antara lain menyimpan makanan masak pada suhu kamar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak membuang tinja dengan benar, menggunakan air yang tercemar.
2. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan, beberapa faktor yang mempengaruhi diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
34
2.3.7 Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri dari:
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dalam tubuh yang hilang saat diare.
2. Berikan Zinc selama 10 hari berturut – turut
Zinc dalam tubuh akan menurun dalam jumlah yang besar saat mengalami diare, pemberian zinc mampu menggantikan zinc alami yang hilang dalam tubuh karena diare. Zinc juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mencegah tertularnya diare kembali.
3. Teruskan ASI dan pemberian makanan
Pemberian makanan pada penderita diare adalah untuk memperbaiki status gizi pada penderita terutama pada anak agar kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Teruskan pemberian ASI untuk penderita diare pada bayi karena dapat memperbaiki system imun bayi untuk mencegah terjadinya
diare ulang.
4. Berikan antibiotik secara selektif
Pemberian antibiotik pada penderita diare hanya diberikan sesuai indikasi
35
5. Berikan nasihat pada ibu
Berikan nasihat pada ibu atau keluarga tentang cara pemberian oralit, zinc
dan tanda – tanda untuk segera membawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk
memberikan pengobatan segera ( Saku lintas diare, 2011).
2.3.8 Pencegahan
Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan diare. Salah satu pencegahan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (Hari Wibowo, 2012). Beberapa hal yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat adalah:
1. Pemberian ASI
Diare mudah terserang pada bayi untuk mencegah terjadinya diare maka dilakukan pemberian ASI, ASI merupakan makanan yang penting bagi bayi, komponen zat yang tersedia mudah diserap dan dicerna optimal oleh bayi, ASI
cukup menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 4 – 6 bulan, kandungan anti bodi
yang baik dalam ASI dapat mencegah terjadinya diare pada bayi.
2. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal oral, kuman tersebut masuk melalui makanan dan minuman atau benda yang tercemar
36
3. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan diri yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare.
4. Menggunakan jamban sehat
Penggunaan jamban sangat berpengaruh besar terhadap penurunan resiko
penyakit diare. Keluarga harus mempunyai jamban yang sehat dan semua anggota
keluarga hanya buang air besar di jamban tersebut untuk menghindari penyebaran
bakteri penyebab diare jika menggunakan jamban umum/jamban bersama.
5. Sarana pembuangan air limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelolah agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan bau, mengganggu estetika serta
dapat menyebabkan tempat berkembangbiaknya penyakit. Sarana pembuangan air limbah harus dibersihkan secara rutin agar limbah dapat mengalir sehingga tidak menjadi berkembangbiakan penyakit (Hari wibowo, 2012).
2.3.9 Faktor resiko diare
1. Faktor intrinsik.
a. Umur dan Jenis Kelamin
37
perempuan evalensi sama yaitu 8,9% pada lelaki dan 9,1% pada perempuan (Riskesdas, 2011).
b. Infeksi saluran cerna
Infeksi saluran pencernaan sangat berpengaruh terhadap penyakit diare. Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh infeksi Escheria Coli pada saluran cerna sehingga menyebabkan diare.
c. Imunodefisiensi
Sekumpulan keadaan yang berlainan dimana imun atau kekebalan tubuh
tidak berfungsi secara adekuat sehingga infeksi dapat mudah terjadi. d. Status gizi
Status gizi berpengaruh terhadap diare, pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang maka episode diare akut akan lebih berat.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, lingkungan yang tidak sehat karena tercemar kuman diare maka dapat menyebabkan kejadian diare, masalah kesehatan lingkungan antara lain:
1) Sarana air bersih
Masalah kesehatan lingkungan sarana air bersih perlu diperhatikan dengan baik karena menyangkut sumber air minum yang dikonsumsi sehari-hari. Apabila sumber air minum yang di konsumsi keluarga tidak sehat maka seluruh anggota keluarga akan menghadapi masalah kesehatan atau penyakit
38
2) Pembuangan kotoran manusia
Jamban sehat merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penyakit seperti penyakit diare. Jamban keluarga sehat
adalah jamban yang memenuhi syarat seperti tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau dan tinja tidak di jamah oleh serangga atau tikus, cukup luas dan landai kearah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman penggunaannya, cukup penerangan, ventilasi cukup, dan tersedia air dan alat bersih.
3) Sampah
Sampah merupakan hasil kegiatan manusia yang sudah tidak digunakan lagi
sebagai sisa kegiatan sehari – hari manusia ataupun proses alam yang berbentuk padat. Apabila sampah tidak dikelolah dengan baik, maka akan memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan. Pengaruh tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung disebabkan oleh kontak
langsung antara manusia dengan sampah misalnya sampah beracun, sampah karsinogenik, sampah yang korosif terhadap tubuh, dan sampah teratogenik. sedangkan pengaruh tidak langsung disebabkan oleh adanya vector penyebab penyakit yang berkembangbiak di dalam sampah pada manusia, jika sampah
ditimbun sembarangan dapat dijadikan sarang oleh lalat, tikus dan nyamuk. Lalat merupakan vektor dari penyakit system pencernaan seperti diare, typhus,dan
cholera.
4) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
39
atau zat tertentu yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan hidup lainnya, jika tidak dikelolah dengan baik akan menyebabkan berbagai macam penyakit.
5) Perumahan
Rumah sehat merupakan tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau
ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi keluarga dari bahaya atau gangguan kesehatan sehingga memungkinkan keluargaa memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan
berbagai macam penyakit. Adapun fasilitas rumah sehat meliputi penyediaan air bersih, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup atau
perilaku keluarga dalam menjaga seluruh anggota keluarganya agar tidak
terserang diare dengan melakukan penimbangan balita secara rutin, makan dengan gizi seimbang, keluarga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari – hari,
mempunyai jamban yang memenuhi syarat, mengkonsumsi air minum yang sehat,
mencuci peralatan masak menggunakan sabun. c. Pendidikan
40
pendidikan rendah yaitu tidak sekolah (10,4%) dan tidak tamat SD (9,3%) sedangkan untuk kelompok pendidikan tinggi 5,7% (Riskesdas, 2007). d. Pengetahuan
Semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula
pengetahuan yang didapatkan tentang diare. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi, namun seseorang dengan pendidikan
rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah. Pengetahuan ibu akan berpengaruh dalam penanganan diare dirumah, karena bila pengetahuannya baik maka ibu akan
mengetahui cara merawat anak sakit diare dirumah, terutama tentang upaya rehidrasi oral dan tentang tanda – tanda untuk segera membawa anak berobat ke pelayanan kesehatan terdekat.
e. Sikap
Sikap berpengaruh terhadap penatalaksanaan diare dirumah, misalnya tindakan ibu dengan penghentian ASI terlalu dini, pemberian susu botol yang
kurang bersih akan mengakibatkan diare pada anak. Sikap ibu dalam mengatasi
diare pada anak seperti tanda – tanda anak harus segera dibawa ke pelayanan
kesehatan, keadaan anak tidak bertambah baik, anak demam, jika anak tidak mau makan atau minum dengan baik, anak buang air besar disertai darah. Sikap ibu
yang baik akan mendukung kesembuhan anak yang menderita diare. f. Pekerjaan
41
g. Sosial ekonomi
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Soekidjo
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual tentang hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di Desa Kedunglumpang Kec. Mojoagung Kab. Jombang
43
Sanitasi total berbasis masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, sumber daya manusia, regulasi, IPTEK dan pendanaan. Sanitasi total berbasis masyarakat berhubungan dengan kejadian Diare. Kejadian diare
dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko meliputi faktor intrinsik (umur dan jenis kelamin, infeksi saluran cerna, imunodefisiensi, status gizi) dan Faktor ekstrinsik (lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, pendidikan, pengetahuan, sikap, pekerjaan, social ekonomi). Sanitasi total berbasis masyarakat berhubungan dengan kejadian diare sehingga didapatkan hasil terjadi diare dan tidak terjadi
diare.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah Jawaban sementara dari suatu penelitian (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010) Pada penelitian ini Hipotesis adalah:
H1 : Ada hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2011). Dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode analitik kolerasional.
Metode analitik kolerasional/sebab akibat adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada (Arikunto, 2010).
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan cross cectional. Cross cectional
adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).
4.2 Waktu dan tempat penelitian
4.2.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan proposal)
sampai dengan penyusunan laporan akhir yang di laksanakan pada bulan February sampai Juli
4.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.