• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKRETARIAT KPA NASIONAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

P

eringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) 2010 pada 1 Desember ditujukan untuk membawa kita semua kepada pentingnya peran seluruh masyarakat dalam menanggulangi epidemi HIV dan AIDS. Meski lebih menggema pada bulan Desember, proses-proses edukasi dan pengembangan layanan telah berlangsung sejak awal tahun 2010. Akses Universal dan Hak Asasi Manusia adalah tema yang diangkat pada peringatan HAS 2010.

KPA Nasional melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana terangkum dalam Perpres No.75 Tahun 2006, yang terdiri atas: pengembangan kebijakan, langkah strategis, koordinasi pelaksanaan kegiatan, penyebarluasan informasi, kerja sama regional dan internasional, pengendalian serta pemantauan, dan pengarahan kepada KPA di daerah.

Gambaran detail mengenai pelaksanaan HAS 2010 serta kegiatan yang dilaksanakan KPA terangkum dalam laporan ini. Diharapkan, pada tahun 2011 akan semakin banyak pihak yang terlibat dan berpartisipasi dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Dengan demikian, kita menghadapi masalah secara bersama untuk menggapai masa depan generasi Indonesia yang lebih sehat dan produktif.

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

DESEMBER 2010

Wakil Presiden Boediono Menerima Piagam Berisi Teks Tekad Bersama Pemuda tentang Perilaku Hidup Sehat dan Peduli AIDS dari Nadhira Anindita

Peringatan HAS 2010 di Kemendiknas, Jakarta Edisi Khusus

HAS 2010

Sekretariat KPA Nasional Menara Topas Lt.9

Jl. MH Thamrin Kav.9 Jakarta Pusat Telp. (021) 3901758 Fax. (021) 3902665 www.aidsindonesia.or.id

(2)

A. Pengembangan Kebijakan

B. Penetapan Langkah Strategis

Penyusunan Buku Saku AIDS Bagi POLRI

P

erlakuan tidak menyenangkan terhadap Odha (Orang dengan HIV dan AIDS) dan populasi kunci, khususnya pengguna napza suntik (penasun) dilakukan oleh oknum petugas kepolisian. Seringkali terjadi kesalahpahaman terkait penanganan kasus dalam menilai korban pada penasun. Sehingga hal ini dapat menghambat percepatan pencapaian tujuan SRAN 2010-2014 dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS.

Sebagai salah satu anggota KPA Nasional, POLRI harus mampu berperan aktif dalam upaya pencegahan HIV terutama pada risiko penggunaan alat suntik. Anggota POLRI memerlukan pengetahuan dan informasi yang benar dan memadai terkait HIV dan AIDS. Salah satu upayanya dengan mengembangkan media panduan secara nasional berupa buku saku tentang HIV, AIDS, dan IMS bagi Anggota POLRI. Melalui buku ini diharapkan anggota POLRI memiliki pemahaman

HIV pada diri dan keluarga, serta mampu melakukan penanganan kasus hukum pada Odha dan penasun dengan lebih baik.

Tim Penyusun terdiri atas KPA, POLRI, Kemenkes, BNN, dan Jaringan Populasi Kunci. Pertemuan penyusunan buku tersebut dilaksanakan tanggal 8-10 Desember di Bandung dengan mengundang Kabiddokkes Polda Metro Jaya, Kabiddokkes Polda Jawa Barat, Kabiddokkes Polda Sumatera Utara, Kabiddokkes Polda Nusa Tenggara Timur, Kabiddokkes Polda Kep. Riau, Karumkit Bhayangkara Tk.II Mertoyoso Surabaya, Karumkit Bhayangkara Tk.III Semarang, Karumkit Bhayangkara Tk.III Secapa Sukabumi, dan Tim Pusdokkes Polri.

Proses diskusi dan tanya jawab berlangsung selama tiga hari tersebut. Hasil dari pertemuan adalah adaya rancangan buku saku yang nantinya akan

Pembahasan Rencana Aksi Percepatan Target MDG’s

Bidang HIV dan AIDS Sesuai Inpres No.3 Tahun 2010

T

erkendalinya epidemi HIV adalah salah satu indikator yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Target yang ingin dicapai pada tahun 2014 adalah: (1)Prevalensi HIV kurang dari 0,5%, (2)Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko 65%, (3)Persentase remaja yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS 95%, dan (4) Persentase ODHA yang mendapat layanan ART 100%.

Hasil analisis capaian 2010 menunjukkan kesenjangan antara target dan pencapaian MDG’s. Untuk menjawab tantangan ini diperlukan upaya lebih serius dan kerja keras dalam penanganannya. Agar pengembangan Rencana Aksi Daerah (RAD) lebih harmonis, sinergis, dan strategis dengan daerah, maka akan dilakukan pertemuan sosialiasi dan pengisian draft rencana aksi penanggulangan HIV dan AIDS di daerah.

Pertemuan diselenggarakan di Hotel Ibis, Jakarta, tanggal 8-9 Desember. Peserta 65 orang, yang terdiri atas 50 peserta dari KPAP dan Bappeda Provinsi, tiga

orang peserta pusat, dan sembilan orang narasumber/ moderator serta tiga orang administrasi.

Hari pertama membahas Sosialisasi Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs oleh Bappenas. Hari kedua membahas penguatan kelembagaan KPA dan penyusunan rencana aksi daerah terkait percepatan MDG’s bidang HIV dan AIDS.

Sebagai tindak lanjut pertemuan hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Sekretaris KPA Provinsi/Kabupaten/Kota secara aktif menghubungi Bappeda untuk melakukan koordinasi dalam penyusunan rencana aksi daerah (RAD) 2010-2014.

2. Bergabung secara aktif dalam pokja kesehatan yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan. Pokja ini akan melakukan pembahasan indikator kesehatan, termasuk HIV dan AIDS.

3. Melakukan konsultasi dengan seluruh pemangku kepentingan, sehingga rencana kegiatan dari seluruh sektor terkait HIV dan AIDS dapat terakomodasi dalam rencana aksi daerah tersebut.

(3)

C. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan

Peringatan Puncak Hari AIDS Sedunia(HAS) 2010 di Istana Wakil Presiden

H

AS yang sedianya diperingati setiap tanggal 1 Desember, pada tahun 2010 acara puncak HAS dilaksanakan pada tanggal 3 Desember di Istana Wakil Presiden. Penyelenggaraannya bertepatan pula dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-46. Tema Peringatan HAS tahun 2010 adalah Akses Universal dan Hak Asasi Manusi dengan sub tema, Peningkatan Hak dan Akses Pendidikan Untuk Semua Guna Menekan Laju Epidemi HIV.

Acara diawali dengan Sambutan Menkokesra, Bapak Agung Laksono, selaku Ketua KPA Nasional. Dalam sambutannya disampaikan tentang perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia. KPA Nasional kini telah memiliki Strategi dan Rencana Aksi Nasional

Sesi Ramah Tamah Peserta dengan Wapres Boediono

(SRAN) Penanggulangan HIV dan AIDS 2010-2014 yang diharapkan akan menjadi pedoman atau acuan guna mencegah dan menanggulangi HIV dan AIDS secara terarah dan komprehensif. Melalui upaya promotif dan pencegahan berbagai permasalahan kesehatan, kita mampu melaksanakan program pembangunan kesehatan secara berkeadilan, intensif, dan terkoordinasi di semua provinsi.

Dalam acara peringatan ini, Nadhira Anindita, siswi SMP Labschool Kebayoran Baru membacakan Tekad Bersama Pemuda Tentang Perilaku Hidup Sehat dan Peduli AIDS. Dilanjutkan dengan pidato Wakil Presiden RI tentang Penanggulangan HIV dan AIDS dan pemberian penghargaan kepada gubernur atau walikota dan lembaga yang berkontribusi dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

Hadir pada acara tersebut, Menteri Agama Surya Dharma Ali, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar, Menteri Kesehatan Endang Sedyaningsih, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar, Wakil Menteri Luar Negeri Triyono Wibowo, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, perwakilan dari lembaga-lembaga Internasional, dan para penggiat HIV dan AIDS. Kami mengundang seluruh pemangku kepentingan

untuk bekerja sama menanggulangi HIV dan AIDS di Indonesia.

Hal yang sangat memprihatinkan bahwa angka

terbesar adalah pada orang muda. Maka saya mengajak kepada seluruh pemangku kepentingan untuk fokus penanggulangan pada orang muda. Salah satunya melalui pendidikan publik yang fokus pada orang muda. Solusi lainnya adalah memasukkan materi HIV dan AIDS ke dalam kurikulum sekolah. Para guru harus memiliki pengetahuan dan motivasi untuk mengajarkan materi ini.

Dikarenakan kuncinya adalah pendidikan publik, maka saya mendorong media cetak dan elektronik berkontri-busi dalam iklan layanan masyarakat mengenai HIV dan AIDS. Saya berharap pemilik media cetak dan elek-tronik, khususnya televisi, untuk menyampaikan pesan ini kepada masyarakat.

-Intisari Pidato

Wakil Presiden RI Boediono dalam Peringatan HAS

2010-Perwakilan Berbagai Lembaga Menghadiri Peringatan HAS 2010 di Istana Wakil Presiden

(4)

TEKAD BERSAMA PEMUDA

TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT

DAN PEDULI AIDS

Kami pemuda Indonesia, menyadari bahwa epidemi HIV telah menyebar di lebih dari separuh kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV berusia 20 – 29 tahun yang merupakan ancaman serius terhadap keberlangsungan generasi muda penerus bangsa. Kami sepakat bahwa seluruh masyarakat, terutama kaum muda, sangat penting mendapatkan hak dan akses pendidikan untuk semua, guna menekan laju epidemi HIV di Indonesia menuju tercapainya Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs).

Kami sepakat bahwa orang yang terinfeksi HIV sangat perlu mendapatkan akses perawatan, dukungan, dan pengobatan AIDS tanpa diskriminasi.

Untuk itu kami menyampaikan pesan sebagai berikut:

1. Integrasikan pendidikan kesehatan reproduksi serta HIV dan AIDS ke dalam kurikulum dan pembelajarannya;

2. Sediakan tenaga kesehatan yang berkompeten dan berempati di bidang HIV dan AIDS di setiap kabupaten dan kota;

3. Alokasikan dana penanggulangan AIDS yang memadai;

4. Tingkatkan kualitas kegiatan penyuluhan dan bimbingan di lokasi-lokasi kunci penyebaran HIV;

5. Menjamin hak-hak orang yang terinfeksi HIV, serta melibatkan orang yang terinfeksi HIV dalam proses pembuatan kebijakan HIV dan AIDS.

Menyikap situasi dan kondisi permasalahan HIV dan AIDS, maka kami pemuda peduli AIDS bertekad dan berkomitmen terhadap diri sendiri untuk:

1. Menjalankan perilaku hidup sehat, serta menghindari konsumsi narkoba dan rokok; 2. Mengaktifkan kelompok aksi pemuda peduli AIDS di satuan pendidikan;

3. Berperan serta dalam berbagai kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS di masyarakat; 4. Bersikap positif dan memberikan dukungan terhadap orang yang terinfeksi HIV, maupun terhadap populasi kunci, tanpa adanya stigma dan diskriminasi;

5. Bersikap kritis dan membangun terhadap berbagai kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.

Jakarta, Desember 2010 Pemuda Peduli AIDS

(5)

Peringatan HAS 2010 di Daerah

Peringatan HAS 2010 di Kemendiknas

P

ada peringatan HAS 2010, Kemendiknas menjadi leading sector peringatan HAS secara nasional. Tepat pada tanggal 1 Desember bertempat di Kantor Kemendiknas, berbagai acara digelar dengan melibatkan berbagai instansi dan lembaga baik lokal maupun internasional. Terdapat stand pameran yang diisi sekitar 20 partisipan antara lain wakil dari LSM, Kemenkes, LIPI, BKKBN, dan KPA Nasional. Ibu Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional, memberikan sambutan dengan mengangkat tema Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia Berkaitan dengan MDGs. Perwakilan Unesco di Indonesia juga turut memberikan sambutannya. Mendiknas, Bapak Muhammad Nuh, turut memberikan sambutan dan sekaligus meluncurkan buku 100 Puisi Terbaik karya Siswa/i SMP, SMA, dan PKBM Paket C Sejabotabek.

Ditampilkan pula kreasi anak muda dalam bentuk tarian tradisional, pertunjukan musik rap, Tarian Peduli AIDS ‘Dance for Life’, dan pembacaan puisi hasil kompetisi. Keterlibatan anak muda ini harus mendapat apresiasi dan dukungan berbagai pihak mengingat mereka adalah subjek dari program penanggulangan HIV dan AIDS ke depan.

Bapak Arif Rahman dan Mendiknas dalam Peluncuran Buku Kumpulan 100 Puisi Ibu Nafsiah Mboi dalam Kunjungan Stand Pameran dengan Didampingi Dewi Hughes Tarian Peduli AIDS ‘Dance for Life’

Diskusi “Pentingnya Penyediaan Akses Layanan Pencegahan HIV dan AIDS dari Ibu ke Anak

(Prevention Mother To Child Transmission/ PMTCT)” di Bandung

Aksi Damai Pelajar Memperingati HAS 2010 di Bandung

(6)

Informasi Seputar Web-Site KPA dan PIAN

(Pusat Informasi AIDS Nasional)

D. Penyebarluasan Informasi

K

PA Nasional melalui PIAN menjadi corong informasi penanggulangan HIV dan AIDS kepada masyarakat luas. Terdapat dua jenis layanan yang dikembangkan, yaitu web-site www.aidsindonesia.or.id dan ruang perpustakaan. Selama tahun 2010 pada bulan Januari-Desember jumlah pengunjung web-site KPA mengalami perubahan yang signifikan, terutama pada bulan November menjelang peringatan HAS 2010.

media yang ada menjadi kebutuhan agar terpenuhi akses informasi dan layanan bagi masyarakat.

Selain pembuatan media on-line, KPA juga menyediakan pelayanan

informasi dalam bentuk offline. Atas dukungan APBN, IPF, dan SSF, KPA Nasional membuat berbagai media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang dapat diakses masyarakat. Booklet, stiker, poster, e-learning, poster, buku panduan, dan buku informasi HIV dan AIDS merupakan contoh media yang dihasilkan. Media-media tersebut telah dikirimkan ke 33 provinsi dan 172 kabupaten/kota melalui KPA di daerah.

Jumlah pengunjung web-site KPA selama tahun 2010 adalah 42.035 pengunjung. Dari jumlah tersebut, telah terjadi 56.372 kali kunjungan, artinya lebih dari 14.000 orang melakukan kunjungan lebih dari satu kali. Lamanya kunjungan pada web-site rata-rata lima menit. Dari jumlah tersebut, 74,31% adalah kunjungan baru. Dilihat dari jumlah halaman yang dikunjungi, selama kurun waktu satu tahun terdapat 204.643 halaman.

Diharapkan kunjungan web-site tersebut terus meningkat mengingat besarnya jumlah penduduk Indonesia dan banyaknya angka yang masih belum muncul ke permukaan (fenomena gunung es). Penyebaran informasi terus-menerus dengan berbagai

Beberapa Contoh Media Publikasi yang Terdapat di PIAN KPA Nasional

Selain media yang dikirimkan ke daerah, terdapat pula media KIE di PIAN. Media-media tersebut dapat diakses pada Senin-Jumat jam 09.00-16.00 WIB di Ruang Perpustakaan Sekretariat KPA Nasional lantai 9. Harapannya ke depan makin banyak masyarakat yang memahami informasi HIV dan AIDS untuk dapat mencegah diri sendiri dan orang terdekat dari penularan HIV.

(7)

E. Kerja Sama Internasional dan Regional

Pertemuan Pembahasan Dukungan GF-ATM

Investement in Human Resource for Health (HRH)

B

ertempat di Ruang Rapat KPA Nasional tanggal 15 Desember berlangsung Pertemuan HRH Case Study. Peserta terdiri atas Ibu Nafsiah Mboi, selaku Sekretaris KPA Nasional, Andrew Mitchell dari WHO, dan Wenita Indrasari, MPH, Dr. Fonny J.Silfanus, M.Kes, Dr. Grace Ginting, Dr. Suriadi Gunawan, dan Indira Susatio dari KPA Nasional .

Ibu Nafsiah Mboi dalam pembukaannya menjelaskan peran dan tanggung jawab KPA Nasional. Secara pendanaan tidak hanya dari pemerintah, namun juga dukungan IPF (Indonesian Partnership Fund) dan GF-ATM. Dalam mengelola dana hibah dari GF-ATM tanggung jawab KPA adalah pencegahan, sedangkan penjangkauan ada pada masyarakat sipil, dan Kemenkes pada perawatan dan pengobatan. Beberapa hal yang didiskusikan pada pertemua tersebut di antaranya:

• Pentingnya penguatan sistem kesehatan dan sistem komunitas.

• Pentingnya pelaksanaan pendekatan intervensi struktural dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Pendekatan ini menggunakan peran pemangku kepentingan di suatu wilayah untuk mobilisasi dan koordinasi sumber daya secara efektif dan komprehensif.

•KPA Nasional mendukung berbagai upaya peningkatan kapasitas, baik untuk manajer program maupun staf, serta pelaksanaan pelatihan pendidik sebaya. Selain itu, KPA Nasional bekerja sama dengan universitas dan sekolah kesehatan dalam hal pengembangan kurikulum.

•Kepemimpinan yang kuat di provinsi dan kabupaten/ kota sangat penting dengan KPA Nasional sebagai pembina sekaligus fasilitator.

*PR= Principle Recipient

Laporan Triwulan Kemenkes Hingga Desember 2010

H

ingga Desember 2010, Kemenkes melaporkan jumlah kumulatif pasien AIDS di Indonesia adalah 24.131 orang. Data tersebut berasal dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Dilihat dari faktor penularan, hubungan heteroseksual menjadi penyebab utama penularan (52,7%) disusul penggunaan alat suntik (38%), lelaki seks dengan lelaki (3,0%), dan perinatal sebanyak 2,6%.

Kelompok umur 20-29 tahun masih menjadi kelompok usia tertinggi dengan 47,4%, disusul kelompok umur 30-39 tahun (31,3%) dan 40-49 tahun (9,4%).

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki masih mendominasi dengan 73,0% dan perempuan 26,6%. Sementara itu, data terpilah hingga tahun 2009 mencatat jumlah kasus AIDS pada perempuan dilihat dari pekerjaan, sebanyak 38,2% adalah Ibu

Rumah Tangga dan 11,7% pada Wanita Pekerja Seks. Tingginya angka tersebut diduga mereka tertular dari perilaku berisiko suami-suami mereka. Daerah yang melaporkan angka AIDS tertinggi, berturut-turut adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan DI Yogyakarta.

Kasus HIV yang ditemukan sejak 1987 hingga Desember 2010 adalah 55.848 orang. Dengan penularan infeksi baru sepanjang 2010 berjumlah 20.028. Dari layanan Dukungan, Pengobatan dan Perawatan (CST) dilaporkan terdapat 19.572 Odha yang masih menerima ARV. Selain itu angka kematian Odha juga menurun dari 46% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2010.

(8)

F. Pengendalian, Pemantauan, dan Evaluasi

Kunjungan Supervisi ke 10 KPA Provinsi

S

ebanyak 33 KPA Provinsi dan 177 KPA Kab./ Kota telah berperan aktif dalam penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat lokal. Kinerja daerah terus dipantau oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Sekretariat KPA Nasional berdasarkan Pedoman Nasional Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Secara berkala daerah melaporkan kegiatan yang dilaksanakan termasuk indikator cakupan program. Data pelaporan yang masuk meliputi data rencana kerja, sekretariat KPAD, anggaran, pemetaan kelompok kunci, kegiatan LSM, kegiatan donor, fasilitas kesehatan, dan sebagainya.

Selain data pantauan rutin di atas, juga dilakukan kunjungan supervisi ke setiap provinsi guna melihat secara langsung pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terpilih. Supervisi ini bersifat pemberian bimbingan dan bantuan kepada Sekretaris KPA dan Pengelola Program menjawab

Pada tanggal 8-17 Desember 2010 dilakukan supervisi ke 10 provinsi Aceh, Bangka Belitung, Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Kalteng, Maluku Utara, Sulbar, Sulteng, dan Sultra. Tim terdiri atas Staf KPA Nasional, Anggota Tim Pelaksana, dan Jaringan Populasi Kunci.

Selama supervisi, tempat yang dikunjungi adalah Sekretariat KPA, Dinas/LSM setempat, Layanan (RS, Puskesmas, Klinik Metadon), Lokasi/Lokalisasi/ Hot spot, dan jaringan populasi kunci yang ada di provinsi. KPAP memaparkan kepada Tim Supervisi mengenai situasi HIV dan AIDS terkini, respons terhadap situasi, dan pemetaan populasi kunci. Tim Supervisi memberikan umpan balik terkait dengan penguatan kelembagaan (sarana dan prasarana sekretariat, SDM, pendanaan), kebijakan dan perencanaan (Perda dan Renstrada), program (penjangkauan dan layanan), jaringan populasi kunci

Kunjungan Studi di We Help Ourselves (WHOs), Sydney, Australia

P

ada tanggal 18-30 Desember 2010 diadakan kunjungan studi untuk menangani masalah adiksi dan ketergantungan Napza berbasis masyarakat. KPA Nasional yang diwakili Dr. Bagus Rahmat Prabowo belajar mengenai penanganan adiksi berbasis masyarakat yang selama ini inisiasi dan pelaksanannya sudah dilakukan oleh KPA Nasional bekerja sama dengan stakeholder lainnya. Kunjungan studi ini juga diikuti oleh perwakilan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Ikatan Konselor Adiksi Indonesia (IKAI).

Temuan yang menarik di antaranya pentingnya perubahan paradigma penanganan kecanduan Indonesia yang saat ini harus mulai berfokus pada pencegahan infeksi dikarenakan masih banyaknya (39%) infeksi HIV yang berasal dari pengguna napza suntik.

Selain itu, adanya layanan Methadone to Abstinence Therapy (MTAR) yang merupakan salah satu layanan bagi klien yang ingin berhenti dari kecanduan. Layanan MTAR ini juga sejalan dengan layanan Residential Treatment of Opoid Dependence (RTOD) yaitu layanan yang bertujuan meningkatkan stabilisasi bagi klien-klien rumatan metadon.

Di Indonesia, kedua layanan ini masih dikerjakan oleh puskesmas yang mana beban kerja hanya untuk penyediaan layanan rumatan metadon dirasakan melebihi kapasitas petugas di lapangan. Akibatnya, penanganan kecanduan di puskesmas saat ini belum berjalan optimal.

Salah satu keluaran dan tindak lanjut dari kunjungan ini adalah akan ada kerja sama antara KPA Nasional dengan BNN, Kemenkes, Kemensos, dan pemangku kepentingan lainnya dalam menyiapkan layanan sejenis MTAR dan RTOD di Indonesia. Tindak lanjut lainnya adalah meningkatkan peran masyarakat dengan makin meningkatkan layanan sejenis Narkotik Anonimus (NA) yang diinisiasi oleh masyarakat dengan keterlibatan keluarga dan masyarakat terdekat. Delegasi Indonesia dan Pengurus dari WHOs

(9)

Pertemuan Sosialisasi Program Pencegahan HIV

Melalui Transmisi Seksual (PMTS) di 11 Provinsi

pasokan kondom, dan (4)Komponen penatalaksanaan IMS. Pelaksanaannya di 12 provinsi dan diperluas 11 provinsi dengan dukungan SSF Grup B yang terdiri atas Sumbar, Lampung, Banten, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Sulut, dan Maluku. Sebagai langkah awal pelaksanaan, dilakukan pertemuan sosialisasi Program PMTS bagi pemangku kepentingan di tingkat wilayah (provinsi). Kegiatan dilaksanakan tanggal 15-18 Desember di Hotel Grand Cemara, Jakarta. Hadir dalam acara tersebut utusan dari 11 provinsi yang terdiri atas Sekretaris KPA Provinsi, Sie. P2M Dinas Kesehatan Provinsi, LSM, dan perwakilan Pokja Lokasi dari tujuh provinsi.

Hari pertama dr. Fonny J Sylvanus M.Kes memaparkan tentang konsep dan komponen PMTS. Ditekankan bahwa keempat komponen PMTS menempatkan populasi kunci sebagai subjek program yang berdaya untuk mencapai dan mempertahankan kesehatannya.

Sesi Diskusi Peserta

P

rogram PMTS berupaya menahan laju epidemi HIV dengan pendekatan secara intervensi struktural yang komprehensif. Keempat komponennya adalah (1) Komponen peningkatan peran aktif pemangku kepentingan setempat, (2) Komponen komunikasi perubahan perilaku, (3) Komponen manajemen

Hari kedua membahas keempat komponen dilihat dari tujuan atau hasil yang diharapkan, strategi mencapai tujuan, tantangan yang akan ditemui, dan alternatif solusi. Hari ketiga masing-masing provinsi menyusun rencana tindak lanjut untuk pelaksanaan Program PMTS.

Dalam sambutan penutupnya Ibu Nafsiah Mboi menyatakan pemberdayaan populasi kunci hendaknya tercermin dalam semboyan “Kesehatanku adalah milikku, hartaku, dan tanggung jawabku”. Selain itu, untuk menjamin kesinambungan perilaku aman dan sehat populasi kunci, perlu dikembangkan sistem manajemen pasokan kondom. Sistem pencatatan on-line sedang dikembangkan.

(10)

Rencana Kegiatan KPA Nasional Bulan Januari 2011

NAMA KEGIATAN GAMBARAN KEGIATAN RENCANA OUT PUT

1. Pertemuan Evaluasi Nasional PR dan SR Dukungan SSF

Pertemuan akan dihadiri sekitar 320 orang perwakilan dari SR KPA 33 provinsi, Sekretariat KPA Nasional, PKBI, NU, Kemenkes, dan SR Ditjenpas Depkumham. Akan dilakukan diskusi tentang identifikasi pelaksanaan program secara nasional, capaian program, serapan dana, dan rencana ke depan.

Terevaluasinya capaian target dan serapan dana periode Juli-Desember 2010, terinventarisasinya masalah dan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tersedianya rencana dan jadwal implementasi kegiatan, dan adanya kesepakatan antara PR dan SR.

2. Pembahasan Tindak Lanjut Job Placement Training ke Pusat Perawatan Adiksi WHO’s Sydney

Kegiatan ini adalah lanjutan kegiatan Job Placement Training ke Pusat Perawatan Adiksi ‘We Help Ourselves’ pada 18-30 Desember 2010. Tujuan kegiatan dalam rangka mempelajari pelaksanaan program rehabilitasi komprehensif melalui rehabilitasi sosial dan medis.

Adanya rencana tindak lanjut terkait pembelajaran yang diperoleh selama melakukan job placement training ke Sydney. Hasilnya akan disesuaikan dengan pelaksanaan program rehabilitasi dan adiksi yang ada di Indonesia.

3. Diskusi dengan Koordinator Nasional Jaringan Populasi Kunci Nasional

Jaringan Populasi Kunci telah menjadi anggota KPA dan bersama-sama berkontribusi dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Sejak tahun 2010 telah dilakukan berbagai kegiatan dan diskusi ini untuk membahas pelaksanaan selama tahun 2010.

Diperolehnya informasi mengenai perkembangan kegiatan jaringan tahun 2010, tantangan yang dihadapi, dan identifikasi dukungan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan.

4. Pertemuan JOTHI -

CHAI KPA Nasional memfasilitasi pertemuan antara JOTHI dengan CHAI. Pada pertemuan ini akan dibahas tentang dukungan CHAI terhadap penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.

Adanya informasi mengenai bentuk-bentuk dukungan yang akan diberikan oleh CHAI bagi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.

5. Rapat Kerja Gubernur dalam Penanggulangan AIDS

Pertemuan ini dalam rangka

mengevaluasi, mendapat masukan, dan memberi arahan serta target yang jelas kepada Gubernur selaku Ketua KPA Provinsi.

Terjadinya peningkatan pemahaman Ketua KPA Provinsi terkait dengan kinerja dan capaian penanggulangan serta pencapaian MDG’s di

daerahnya. Adanya masukan terhadap KPA Nasional terkait penguatan respons penanggulangan AIDS di tanah air dan terget MDG’s lainnya. Serta adanya rekomendasi dan arahan mengenai target yang harus dipenuhi oleh gubernur demi mencapai target MDG’s dan upaya penanggulangan AIDS.

Referensi

Dokumen terkait

(1) IPTEK dan Penelitian, (2) Peranan penelitian dalam perkembangan ilmu dan teknologi, (3) Prinsip dasar dan desain penelitian, (4) Usulan penelitian dan

penyapuan areal yang rendah tersebut memberikan arti bahwa dengan harga mobility ratio yang besar maka hanya sebagian areal reservoir saja yang tersapu oleh air pada saat

Sejarah perkembangan Body of Knowledge - Petroleum Engineering, yang diawali dengan penggunaan metode dari beberapa disiplin, kemudian berkembang menjadi metode

dari EnKF solusi analitik menggunakan data pressure build-up test sebagai data observasi (ii)Hasil dari EnKF solusi numerik menggunakan data pressure build-up test sebagai

pertama yang menunjukkan urut-urutan atau rangking dari efek ketidakpastian variabel terhadap hasil akhir perhitungan volumetrik OOIP. 39 Gambar V.5 D-Optimal design

Tesis yang berjudul “PENINGKATAN PRODUKSI PADA RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN MENGGUNAKAN MULTILATERAL WELL PADA LAPANGAN X“, adalah syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik

Setiap pengambilan material dari gudang akan dicatat dalam sistem (Gambar 8) dan apabila terdapat kelebihan material dari sebuah tahapan pekerjaan, user dapat melakukan retur

Langkah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi dan optimasi untuk meningkatkan laju produksi sumur-sumur kajian hampir dikatakan sama yaitu dengan menentukan harga