• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

63

PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

1REBECCA RUMESTY LAMTIAR, 2VANNESSA ANGELICA

1,2UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

1rebeccarumesty@gmail.com

ABSTRACT

Learning and memory are one of the major functions of the central nervous system that are needed in everyday life. One of the factors that can improve short-term memory performance is by listening to music, one of which is classical music.

Listening to classical music is thought to be able to form sufficient attention so that the incoming information is recorded properly and forms a memory. This study was aimed to determine the effect of exposure to classical music on short-term memory in medical students at the HKBP Nommensen University. The design of this research was true experiment research in the form of pretest-posttest with control group. The sample was divided into 2 groups, each 18 students from the medical faculty who were completing their final project. Each group was given a short-term memory test using a memory test using numbers. After that, the classical music of Beethoven's Pathetique II was played for the treatment group for 30 minutes, while the control group was given a break. After 30 minutes, the test was take again and seen the score. In the group was exposed to classical music, there were 4 students whose short-term memory scores were lower, 3 students whose short- term memory scores were the same and there were 11 students whose short-term memory scores were higher after exposure to classical music. Based on the Wilcoxon test, there is a significant difference in short-term memory scores between before and after exposure to classical music. Exposure to classical music has an influence on the short-term memory of medical students at the HKBP Nommensen University.

Keywords : Classical Music, Short Term Memory PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan, nilai, dan sikap. Memori adalah kemanpuan untuk mengingat peristiwa yang telah lalu pada tingkat sadar maupun tidak sadar. Menurut Donald Hebb (1949), ingatan dibedakan atas ingatan jangka pendek (short term memory) dan ingatan jangka panjang (long term memory).

Ingatan jangka pendek adalah suatu proses aktif yang berlangsungnya terbatas, tidak meninggalkan bekas. Proses pembuatan memori diawali dengan paparan objek atau lingkungan pada panca indera manusia. Memori diciptakan oleh susunan saraf pusat secara biologis yang melibatkan banyak kerja saraf dan komponen tubuh lainnya. Proses terbentuknya memori diawali dengan penerimaan informasi melalui panca indera, kemudian diterima oleh sarah sensori di panca indera dan dikirim ke otak. Otak mempersepsikan informasi kemudian disimpan pada memori jangka pendek atau waktu yang sebentar sekitar 1 menit. Memori jangka pendek dikirim ke generator atau pembangkit tanggapan yang kemudian disalurkan kembali ke bagian tubuh lainnya untuk memberikan tanggapan. Memori jangka pendek kemudian diubah menjadi memori jangka panjang dan disimpan secara permanen di dalam otak. Proses ini melibatkan kerja kontrol dan membentuk jejak jejak memori. Ingatan/memori seseorang dipengaruhi oleh faktor fisiologi, psikologis, dan patologis seperti: usia, jenis makanan, olahraga (latihan fisik), latihan memori berulang-ulang, kemampuan berkonsentrasi, hormonal, jenis kelamin, gen dan konsentrasi seseorang. Mendengarkan musik adalah hal yang biasa dilakukan mahasiswa untuk mengurangi efek emosional dari stres dan kecemasan dalam proses perkuliahan. Mood yang baik diharapkan dapat meningkatkan atensi dalam pembelajaran sehingga simpanan memori menjadi lebih baik. Menurut Aristoteles, musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mengandung terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Musik dapat

(2)

64

menimbulkan reaksi psikologis yang dapat mengubah suasana hati dan kondisi emosi, sehingga musik bermanfaat sebagai relaksasi yang dapat menghilangkan stres, mengatasi kecemasan, dan memperbaiki mood. Menurut Djumadi Akbar dalam penelitiannya pada tahun 2015, beberapa hal yang mempengaruhi kinerja memori salah satunya adalah mood yang baik.

Kondisi mood seseorang yang baik akan membentuk suatu atensi yang cukup sehingga informasi yang masuk dapat terekam dengan baik dan membentuk memori. Beragam penelitian telah menyimpulkan bahwa musik dapat digunakan untuk mentransformasikan individu dari satu kondisi emosi tertentu ke kondisi lainnya. Musik dengan irama lembut dengan tempo sekitar 60 ketukan per menit seperti musik klasik mampu menstimulasi gelombang alfa yang memberikan efek ketenangan, kenyamanan dan mengurangi kecemasan. Don campbell dalam bukunya Efek mozart menyatakan bahwa irama dan tempo musik klasik mengikuti kecepatan denyut jantung manusia yaitu sekitar 60 kali per menit. Dalam keadaan santai detak jantung seseorang adalah 60 sampai 80 kali per menit. Pada keadaan ini otak memasuki gelombang alpha (8 - 12 Hz).

Sebenarnya bukan hanya musik karya Mozart saja yang berefek mengagumkan tetapi semua musik yang berirama lembut serta mampu menenangkan suasana juga diidentifikasi memiliki efek Mozart.

METODE

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitan ini adalah true experiment research, dalam bentuk pretest-posttest with control group dengan menggunakan variabel bebas berupa musik klasik dan variabel tergantung berupa skoring memori jangka pendek. Rancangan eksperimen yang digunakan yaitu. Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi pada pengelompokan sehingga kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan intervensi (perlakuan). Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan. Subyek penelitian adalah mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen yang sedang menyusun skripsi dan bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga akhir secara sukarela. Mahasiswa yang mengikuti pelatihan musik selama 1 bulan terakhir dieksklusikan sebagai subyek penelitian. Peneliti terlebih dahulu melakukan pretest untuk mengukur skoring memori jangka pendek partisipan baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol dengan menggunakan memory test using number. Setelah pretest selesai, partisipan yang masuk ke dalam kelompok kasus dipaparkan dengan musik klasik menggunakan alat pengeras suara seperti speaker. Musik klasik yang digunakan adalah Beethoven’s Pathetique II , yang diputar selama 30 menit. Selama pemutaran musik klasik berlangsung, partisipan diminta untuk duduk tenang dan tidak berbicara serta tidak diperkenankan mengaktifkan telepon genggam. Pada kelompok kontrol, pemaparan musik klasik tidak dilakukan. Setelah kelompok kasus selesai mendengarkan musik, dilakukan post test pada kedua kelompok. Post test dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pretest. Normalitas distribusi data dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk. Dilakukan analisis uji hipotesis erbedaan skoring memori jangka pendek sebelum dan sesudah pemaparan musik klasik, dengan uji t-berpasangan apabila data berdistribusi normal atau uji Wilcoxon apabila data berdistribusi tidak normal.

HASIL

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen. Sampel diambil 16 orang masing masing kelompok. Kedua kelompok ditempatkan pada dua ruangan berbeda. Masing masing kelompok diberikan tes memori jangka pendek menggunakan memory test using number. Setelah itu untuk kelompok perlakuan diperdengarkan musik klasik Beethoven’s Pathetique II selama 30 menit sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan waktu istirahat di ruangan tersebut.

Setelah 30 menit, kembali dilakukan tes memori jangka pendek dengan menggunakan memory test using number pada masing masing kelompok dan dilihat berapa skornya. Skor memori jangka pendek mahasiswa pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.1.

(3)

65

Tabel 4.1. Skor Memori Jangka Pendek Sebelum Dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Kode Mahasiswa Skor Pretest Skor Post Test Selisih Kode Mahasiswa Skor Pretest Skor Post Test Selisih

b1 7 8 1 a1 4 11 7

b2 8 10 2 a2 4 9 5

b3 7 8 1 a3 8 4 -4

b4 9 9 0 a4 8 6 -2

b5 8 9 1 a5 8 6 -2

b6 9 9 0 a6 9 6 -3

b7 9 8 -1 a7 8 6 -2

b8 6 8 2 a8 7 7 0

b9 6 7 1 a9 6 9 3

b10 6 8 2 a10 6 9 3

b11 7 6 -1 a11 6 8 2

b12 8 10 2 a12 9 7 -2

b13 9 9 0 a13 9 11 2

b14 8 9 1 a14 8 7 -1

b15 8 7 -1 a15 9 8 -1

b16 8 6 -2 a16 7 7 0

b17 4 6 2 a17 8 8 0

b18 4 10 6 a18 7 8 1

Total 131 147 16 Total 131 137 6

Data post test skor memori jangka pendek pada kelompok perlakuan terdistribusi normal, sedangkan data pretest dan post test skor memori jangka pendek pada kelompok kontrol serta data pretest pada kelompok perlakuan tidak terdistribusi normal. Analisis univariat data skor memori sebelum dan sesudah perlakuan yang ditampilkan dalam bentuk nilai median dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Analisis Univariat Skor Memori Jangka Pendek

Kelompok N Pre Test Post Test

Median Minimal Maksimal Median Minimal Maksimal

Kontrol 18 8 4 9 7.5 4 11

Perlakuan 18 8 4 9 8 6 10

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai median skor memori jangka pendek sebelum dengan sesudah perlakuan musik klasik sebesar delapan. Perbandingan skor memori jangka pendek antara sebelum perlakuan dengan setelah perlakuan paparan musik klasik dapat dilihat pada gambar 4.1.

(4)

66

Gambar 4.1. Diagram Perbandingan Skor Memori Jangka Pendek Antara Sebelum Dengan Sesudah Perlakuan

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa ada 4 mahasiswa yang skor memori jangka pendeknya lebih rendah setelah paparan musik klasik, ada 3 orang mahasiswa yang skor memori jangka pendeknya sama setelah paparan musik klasik dan ada 11 orang mahasiswa yang skor memori jangka pendeknya lebih tinggi setelah paparan musik klasik. Skor memori jangka pendek pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 4.2.

*: Signifikan berdasarkan Uji wilcoxon (p =0,042)

Gambar 4.2. Diagram Perbandingan Skor Memori Jangka Pendek

0 2 4 6 8 10 12

b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 b11 b12 b13 b14 b15 b16 b17 b18

skor test

Mahasiswa kelompok Perlakuan

Perbandingan Skor antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Skor pretest Skor Post test

(5)

67

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa post test skor memori jangka pendek mahasiswa lebih tinggi dibandingkan pretest baik pada kelompok kontrol maupun kelompok yang terpapar musik klasik. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon, terdapat perbedaan skor memori jangka pendek yang signifikan antara sebelum dengan sesudah paparan musik klasik.

PEMBAHASAN

Data skor memori jangka pendek merupakan data numeric sehingga dilakukan uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro-wilk. Data post test skor memori jangka pendek pada kelompok perlakuan terdistribusi normal, sedangkan data pretest dan post test skor memori jangka pendek pada kelompok kontrol serta data pretest pada kelompok perlakuan tidak terdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan analisis univariat dengan menampilkan nilai median. Analisis univariat data skor memori sebelum dan sesudah perlakuan yang ditampilkan dalam bentuk nilai median dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai median skor memori jangka pendek sebelum dengan sesudah perlakuan dengan musik klasik sama, yaitu sebesar delapan. Jumlah informasi yang dapat disimpan dalam memori jangka pendek memang lebih sedikit dibandingkan dalam memori jangka panjang. Miller menyatakan bahwa memori jangka pendek manusia hanya dapat menyimpan kurang lebih 7 item informasi. Berdasarkan hal ini maka nilai tengah skor memori jangka pendek sampel masih dalam kategori normal. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat skor memori jangka pendek pada kelompok control dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol tidak mendengarkan music, hanya istirahat selama 30 menit sebelum dilakukan test kedua, sedangkan pada kelompok perlakuan, diperdengarkan music klasik Beethoven’s Pathetique II selama 30 menit, dan setelah itu baru dilakukan tes lagi. Gambar 4.1 memperlihatkan diagram skor sebelum dan skor sesudah pada kelompok perlakuan.

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa ada 4 mahasiswa yang skor memori jangka pendeknya lebih rendah setelah paparan musik klasik, ada 3 orang mahasiswa yang skor memori jangka pendeknya sama setelah paparan musik klasik dan ada 11 orang mahasiswa yang skor memori jangka pendeknya lebih tinggi setelah paparan musik klasik. Berdasarkan analisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon rank sum test terdapat perbedaan skoring memori jangka pendek antara sebelum dengan setelah mendengarkan music klasik (p=0,042). Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa rerata skor post test baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan skor pretest. Pada table 4.1 juga dapat dilihat bahwa selisih skor memori jangka pendek pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol.

Berdasarkan analisis statistik dengan Uji Wilcoxon rank sum test pada kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan signifikan antara nilai pretest dengan nilai post test (p= 0,731). Dilakukan juga analisis perbandingan selisih skor memori jangka pendek pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan menggunakan uji mann-whitney dan didapat tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistic antara selisih skor memori jangka pendek pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Proses belajar melibatkan banyak hal, antara lain menciptakan lingkungan yang positif, mendukung, dan menggembirakan. Tempat yang nyaman, fasilitas, metode pembelajaran serta suasana yang nyaman salah satunya dengan pemberian musik. Musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar. Penelitian menunjukkan bahwa belajar lebih mudah dan cepat jika pelajar dalam kondisi santai dan reseptif. Detak jantung orang dalam keadaan ini adalah 60 sampai 80 kali per menit. Kebanyakan musik klasik sesuai dengan kondisi detak jantung manusia yang santai dalam kondisi belajar optimal. Dalam keadaan ini otak memasuki gelombang alfa (8‐ 12 Hz), gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami relaksasi.Gelombang alfa merupakan ʺkewaspadaan yang rileksʺ Otak pada ritme alfa adalah kondisi otak yang rileks namun waspada, sehingga bagian dari otak, yaitu hippocampus dan somatosensory, dapat bekerja dengan optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Aully menyatakan bahwa selain music klasik, jenis music yang lain seperti pop juga memiliki pengaruh terhadap memori jangka pendek. Hal ini dapat menjadi pengembangan terhadap penelitian ini untuk melihat perbedaan pengaruh berbagai jenis music terhadap memori jangka pendek seseorang.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh paparan musik klasik terhadap memori jangka pendek mahasiswa fakultas kedokteran Universitas HKBP Nommensen. Berdasarkan penelitian ini juga dapat disarankan untuk melakukan pengukuran memori jangka pendek sambil mendengarkan music atau dapat dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh jenis music lain terhadap memori jangka pendek.

(6)

68 DAFTAR PUSTAKA

W.S,Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo.

Anderson, J.R. 1995. Learning and Memory ‐ An Integrated Approach. New York:John Wiley & Sons, Inc.

Solso, R.L. 1995. Cognitive Psychology. (4th ed). Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Kalat, J. W. (2010). Biopsikologi. Jakarta: Salemba Humanika.

King, L. A. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika.

Aizid R. Sehat dan cerdas dengan terapi musik. Wijaya D, editor. Jakarta: Laksana; 2011. 101 p.

Sterling R. Effects of music and mediation on mood and stress across personality traits. Western University; 2015.

Sari, Ayu Paramita. Grashinta, Aully . PENGARUH JENIS MUSIK TERHADAP PERFORMA KOGNITIF YANG MENUNTUT INGATAN JANGKA PENDEK PADA ANAK-ANAK USIA 7-11 TAHUN Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-47.

Akbar D. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. J Chem Inf Model. 2013;53(9):p.1689–99.

Raglio A, Attardo L, Gontero G, Rollino S, Groppo E, Granieri E. Effects of music therapy on mood in neurological patients.

World J Psychiatry. 2011;52(6):977–81.

Khan M, Ajmal A. Effect of Classical and Pop Music on Mood and Performance. Int J Sci Res Publ. 2017;7(12):905–11.

Ahmad N. Impact of music on mood : empirical investigation. J Res Humanit Soc Sci. 2015;5(November):98–101.

Sterling R. Effects of music and mediation on mood and stress across personality traits. Western University; 2015.

Campbell D. Efek mozart. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2001.

Wade, C., & Tavris, C. (2008). Psikologi jilid 1 edisi 9. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Jausovec, N., & Habe, K. (2005). The influence of mozart’s sonata k.448 on brain activity during the performance of spatial rotation and numerical task. Brain Topography, 17(4), 207‐218.

Johansson, B. B. (2006). Music and brain plasticity. European Review, 14(1), 50‐64.

Rauscher, F. H., Shaw, G. L., & Ky, K. N. (1995). Listening to mozart enhances spatial temporal reasoning: Towards a neurophysiological basis. Neuroscience, 195, 44‐47.

Sirait, S. A. P. (2006). Efek Musik pada Tubuh Manusia. Diakses dari http://www. musik.otak.com.html tanggal 20 Januari 2011.

Tyasrinestu, F., & Kuwato, T. (2004). Musik pendidikan dalam pengembangan memori kosakata bahasa inggris anak.

Sosiosains, 18(1), 19‐28.

(7)

69

Supradewi, Ratna. OTAK, MUSIK DAN PROSES BELAJAR. BULETIN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 18, NO. 2, 2010: 58 – 68 ISSN: 0854‐7108

Dennison, P.E. (2008). Buku panduan lengkap brain gym. Jakarta: Gramedia.

Sari, Ayu Paramita. Grashinta, Aully . PENGARUH JENIS MUSIK TERHADAP PERFORMA KOGNITIF YANG MENUNTUT INGATAN JANGKA PENDEK PADA ANAK-ANAK USIA 7-11 TAHUN Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-47.

Referensi

Dokumen terkait

 Unsur pelayanan Penanganan Pengaduan, Saran, dan Masukan dengan nilai 72,64 Ketiga unsur tersebut merupakan 3 (tiga) nilai unsur pelayanan terendah yang ada pada

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan Cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, dan hubungan

Jika kedua hasil yang diperoleh pada canal 2 dibandingkan (lihat gambar 8 dan 9), terlihat bahwa pada kondisi debit udara konstan dan debit ethanol konstan

Berdasarkan kecepatan maksimum yang terjadi tiap bulan dalam 1 tahunnya (dalam perhitungan kali ini, digunakan data angin tahun 2005 pada Tabel 4.5) dicari dari nilai RL

Yunita R. Panjaitan, Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro. Kecil dan Menengah dalam Pasar bebas Asean-China Free Trade Area, Transparency, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013

Meskipun korelasi ini signifikan, tetapi bukan merupakan fakta yang kuat (sebagian besar di bawah r = 0, 04). Daftar kuesioner tindakan dan penerimaan mengukur aspek unik

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan instrumen yang berkemampuan melebihi indra manusia berjalan seiring kemajuan sains.

- Jika baris bagian bawah dari papan permainan telah penuh, kamu dapat mengisi baris pada bagian yang berada pada posisi lebih atas.c. - Jika baris bagian bawah dari papan