• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA PHANTOM GIGI TERHADAP PERILAKU SISWA TENTANG CARA MENGGOSOK GIGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA PHANTOM GIGI TERHADAP PERILAKU SISWA TENTANG CARA MENGGOSOK GIGI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3 No 2 September 2021 ISSN: 2721-2033

PENGARUH PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA PHANTOM GIGI TERHADAP PERILAKU SISWA TENTANG

CARA MENGGOSOK GIGI

Alvira Nurmalasari1*, Sri Hidayati2, Silvia Prasetyowati3

1,2,3 Jurusan Keperawatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

*alviranurmalasari6@gmail.com

ABSTRAK

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan media phantom gigi terhadap perilaku siswa tentang cara menggosok gigi. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre dan post test desain dengan sasaran penelitian 62 siswa kelas V MI Mufidah Kedungturi Taman Sidoarjo yang dibagi menjadi 2 kelompok. Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test hasil yang signifikan (ρ < 0,05). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan menggunakan media phantom gigi dapat mempengaruhi perilaku siswa tentang cara menggosok gigi.

Kata kunci:

Media Phantom Gigi, Cara Menggosok Gigi, Perilaku.

ABSTRACT Key word:

Keyword 1 Keyword 2 Keyword3 Keyword 4 Keyword 5

Title in english. Abstract explain the core of manuscript informatively and obviiously including the subject matter proposed approach and solution and show key finding’s and conclusions. Abstract using english and bahasa. The number of words in the abtract about 150-250 words, written in one paragraph, any unfamiliar terms should be written in italic. Font type and siza are Centaur 10pt. Abstract was written in single spaced and the margin was narrower than main text. Keywords need to be listed and reviewed and the main terms underlying the conduct of the research. Keywords could be single word or phrase. Keywords including 3-5 words or phrase. These keywords are required for computerization. Research and abstract title search made easy with these keywords.

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009). Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.

(2)

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya disebabkan oleh faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal ini dilandasi oleh karena kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Masalah gigi terbesar terjadi pada anak-anak karena anak-anak kurang mengetahui cara menjaga kesehatan gigi dan mulutnya (Sihombing, 2019). Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% dan yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2%. Adapun prevalensi perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 2,8%.

Kegiatan menyikat gigi adalah tindakan preventif yang paling mudah dan murah dilakukan. Menyikat gigi secara teratur dapat membantu mengurangi pembentukan plak gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor cukup penting sebagai upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut adalah pengetahuan menyikat gigi yang meliputi frekuensi menyikat gigi, cara/teknik menyikat gigi, dan bentuk dari sikat gigi yang digunakan (Pudentiana Rr et al., 2015).

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2014). Terbentuknya perilaku menyikat gigi individu dengan benar, perlu didasari dengan pengetahuan yang dimiliki individu melalui pendidikan. Salah satunya yaitu melakukan penyuluhan. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada murid sekolah dasar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga derajat kesehatan gigi pada anak dalam aspek promotif dan preventif meningkat. Penekanan konsep penyuluhan kesehatan lebih kepada upaya memperbaiki perilaku sasaran agar berperilaku sehat, terutama aspek kognitif, sehingga pengetahuan sasaran penyuluhan sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan (Sihombing, 2019).

Masyarakat perlu diberikan informasi tentang kesehatan gigi dengan menggunakan berbagai media. Alat bantu atau alat peraga dalam penyuluhan kesehatan sebaiknya disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indra (Hamsar & Ramadhan, 2019). Salah satu landasan teori penggunaan media dalam proses pendidikan, yakni teori kerucut Edgar Dale. Menurut teori tersebut, terdapat beberapa macam media yang dapat digunakan dalam proses pendidikan. Pada dasarnya proses pendidikan yang melibatkan lebih banyak indera akan lebih mudah untuk diterima dan diingat oleh individu. Pemberian pendidikan kesehatan gigi dan mulut akan lebih efektif dan optimal dengan menggunakan metode dan media yang tepat (Puspitaningtiyas et al., 2017).

Menurut Effendy, tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Menurut WHO tujuan

(3)

penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy, 2008 cit. Zainuddin, 2017)

Phantom gigi termasuk kedalam alat peraga benda tiruan. Phantom gigi manusia berfungsi untuk latihan demontrasi perlindungan mulut dan pengajaran klinis secara relatif. Model rahang gigi ini terdiri dari gusi, gigi, lidah, dan langit-langit. Alat ini menunjukkan bentuk gigi dan cara membersihkan rongga mulut dan perlindungan mulut (Aritonang et al., 2017).

MI Mufidah merupakan salah satu MI di Desa Kedungturi, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Terbatasnya sarana dan prasarana menyebabkan pengetahuan para siswa mengenai kesehatan gigi dan mulut kurang. MI Mufidah ini binaan dari Puskesmas Taman. Berdasarkan informasi yang telah didapatkan, kegiatan intervensi yang dilakukan oleh Puskesmas Taman hanya pemeriksaan gigi pada siswa kelas 4 setiap kenaikan kelas.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan pada tanggal 18 September 2020 pada siswa kelas V MI Mufidah dengan jumlah 10 siswa, didapatkan bahwa perilaku mereka tentang cara menggosok gigi yang benar masih rendah yaitu hanya sekitar 40% siswa yang menggosok gigi dengan benar. Maka masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya tingkat perilaku siswa tentang cara menggosok gigi dengan benar

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Eksperimen, dengan menggunakan rancangan Pre post test design . Sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MI Mufidah, Desa Kedungturi, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo yang berjumlah 62 siswa.

Penelitian ini berlokasi di MI Mufidah, Desa Kedungturi, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2021 sampai dengan bulan Maret 2021. Metode pengumpulan data perilaku tentang cara menggosok gigi menggunakan metode observasi. Data perilaku tentang cara menggosok gigi sebelum dan setelah penyuluhan akan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya perubahan terhadap perilaku cara menggosok gigi siswa kelas V MI Mufidah, maka akan diuji menggunakan uji Wilcoxon

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V MI Mufidah Kedunturi Taman Sidoarjo sebanyak 62 responden. Responden rata-rata berusia 10-12 tahun, dengan 29 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 33 siswa berjenis kelamin perempuan. MI Mufidah terletak di Desa Kedungturi, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. MI Mufidah merupakan sekolah binaan dari Puskesmas Taman. Pada responden ini belum pernah melakukan gosok gigi bersama sehingga tidak diketahui karakteristik cara menggosok gigi siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media phantom gigi terhadap pengetahuan cara menggosok gigi. Dari 62 siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 31 siswa. Kelompok pertama diberi perlakuan yaitu penyuluhan menggunakan phantom gigi dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol.

(4)

Tabel 1 Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin

Variable Karakteristik Frekuensi Persentase

Usia 10 tahun 6 Orang 9,7%

11 tahun 53 Orang 85,5%

12 tahun 3 Orang 4,8%

Jenis Kelamin Laki-laki 29 Orang 46,8%

Perempuan 33 Orang 53,2%

Berdasarkan tabel 11 diatas didapatkan bahwa usia responden didominasi oleh usia 11 tahun sebesar 85,5% dan jenis kelamin responden didominasi oleh perempuan sebesar 53,2%

Tabel 2Pengumpulan Data Sebelum Dilakukan Penyuluhan Menggunakan Media Phantom Gigi

No Kategori Cara Menggosok Gigi

Frekuensi Persentase

1 Benar 12 Orang 38,7%

2 Salah 19 Orang 61,3%

Total 31 Orang 100%

Berdasarkan tabel 12 diketahui cara menggosok gigi siswa sebelum dilakukan penyuluhan nilai yang paling banyak adalah kategori salah sebanyak 61,3% dengan frekuensi 19 orang

Tabel 13 Pengumpulan Data Sesudah Dilakukan Penyuluhan Menggunakan Media Phantom Gigi

No Kategori Cara Menggosok Gigi

Frekuensi Persentase

1 Benar 21 Orang 67,7%

2 Salah 10 Orang 32,3%

Total 31 Orang 100%

Berdasarkan tabel 13 diketahui cara menggosok gigi siswa setelah dilakukan penyuluhan nilai yang paling banyak adalah kategori benar sebanyak 67,7% dengan frekuensi 21 orang

Tabel 5.4 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Signed Rank Test Kategori Jumlah siswa Asymp. Sig. (2-tailed)

Sebelum Sesudah

Benar 12 21

0,003

Salah 19 10

Jumlah 31 31

Berdasarkan tabel 4 analisis data menggunakan Uji Wilcoxon didapat nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) sebesar 0,003 yang berarti nilai p value < α (0,05) maka hipotesis diterima.

Artinya, ada pengaruh yang bermakna antara sebelum dilakukan penyuluhan dan sesudah dilakukan penyuluhan menggunakan media phantom gigi terhadap perilaku siswa tentang cara menggosok gigi

(5)

Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat dijelaskan beberapa hal berikut:

Perilaku Cara Menggosok Gigi Sebelum Dilakukan Penyuluhan Menggunakan Media Phantom Gigi Pada Siswa Kelas V MI Mufidah Kedungturi Taman Sidoarjo

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa cara menggosok gigi pada siswa kelas V MI Mufidah sebelum dilakukan penyuluhan sebagian besar dalam kategori salah.

Rata-rata siswa belum mengetahui tentang cara yang benar dalam menggosok gigi seperti berapa kali menggosok gigi dalam sehari dan dampak apabila tidak menggosok gigi.

Menurut Hidayat (2016), menggosok gigi merupakan salah satu kebiasaan yang sangat mudah dilakukan, jika menggosok gigi dilakukan dengan tidak benar akan menyebabkan kerusakan pada gigi.

Menurut Effendy (2009) dalam teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Response), pengetahuan termasuk kedalam response. Response merupakan dampak dari efek komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap afektif, kognitif, konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi, efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 2009).

Efek yang ditimbulkan dalam komunikasi adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori S-O-R menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi. Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Effendy, 2009).

Hasil penelitian ini sesuai dengan Sukmaningtyas (2017) yang menunjukkan keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terbanyak adalah kategori kurang.

Sebelum terjadi perubahan perilaku, seseorang akan mempunyai persepsi terhadap apa yang akan dijalaninya sehingga menimbulkan persepsi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang diperoleh dari informasi, sehingga bila informasi yang diterima kurang jelas, hasil pembelajaran yang didapat juga tidak optimal (Sari, 2012).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku. Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi merupakan faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada timbulnya penyakit.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif lebih langgeng.

Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka perilaku tidak akan berlangsung lama (Rahayu et al., 2014).

Perilaku Cara Menggosok Gigi Sesudah Dilakukan Penyuluhan Menggunakan Media Phantom Gigi Pada Siswa Kelas V MI Mufidah Kedungturi Taman Sidoarjo

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa cara menggosok gigi siswa setelah dilakukan penyuluhan menggunakan media phantom gigi meningkat, sebagian besar dalam kategori benar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Abral (2020) yang menunjukkan terjadi perubahan tingkat pengetahuan dan perilaku kesehatan gigi dan mulut pada responden setelah menerima penyuluhan menggunakan alat peraga Smart Dental Box.

(6)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2014).

Pemberian pengetahuan akan lebih efektif apabila didukung dengan adanya media.

Media dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan responden sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri responden. Menurut Luluk (2014), pancaindera yang banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata.

Media seharusnya mampu merangsang atau memasukkan informasi melalui berbagai indera. Semakin banyak yang dirangsang maka masuknya informasi akan semakin mudah.

Mengaitkan data hasil penelitian dengan model komunikasi S-O-R (Stimulus- Organism-Response) menunjukan bahwa setiap aksi pasti ada reaksi begitu juga dalam komunikasi. Hal-hal yang patut diperhatian agar terjadi perubahan sikap maka stimulus yang disampaikan harus memenuhi tiga unsur yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan (Effendy, 2003).

Stimulus dalam penelitian ini adalah ketika peneliti memberikan penyuluhan menggunakan media phantom gigi kepada responden. Adanya peningkatan pengetahuan pada responden menunjukkan bahwa stimulus yang diberikan diterima oleh responden.

Menurut responden mereka telah mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh peneliti.

Hal ini karena bahasa yang digunakan ketika menyampaikan pesan adalah bahasa sehari- hari mereka. Selain itu pesan yang disampaikan pun dianggap menarik oleh responden.

Hal ini dikarenakan pesan yang disampaikan merupakan informasi yang mereka butuhkan (Amalia, 2012).

Informasi yang disampaikan dalam praktik cara menggosok gigi menggunakan media phantom gigi memberikan pengaruh pada pengetahuan atau kognitif seseorang.

Adanya informasi baru mengenai cara menggosok gigi dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap cara menggosok gigi pada responden. Informasi tentang menggosok gigi membawa pesan sugestif sehingga dapat memberikan dasar yang cukup kuat dalam menilai suatu hal dan membentuk suatu sikap tertentu.

Akibatnya terjadi peningkatan nilai sikap pada responden (Widya Wulandari et al., 2015).

Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Phantom Gigi Terhadap Perilaku Siswa Tentang Cara Menggosok Gigi

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa terdapat pengaruh penyuluhan menggunakan media phantom gigi terhadap perilaku siswa tentang menggosok gigi.

Menurut teori SOR dalam proses komunikasi, berkenaan dengan perubahan sikap adalah bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel yang penting yaitu perhatian, pengertian, penerimaan (Effendy, 2003).

Titik penekanan dalam model komunikasi ini lebih kepada pesan yang disampaikan mampu menumbuhkan motivasi, menumbuhkan gairah kepada komunikan sehingga komunikan cepat menerima pesan yang diterima dan selanjutnya terjadi perubahan sikap perilaku (Kurniawan, 2018).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Indah Widya (2015) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh media phantom gigi terhadap peningkatan pengetahuan siswa.

(7)

Terbukti dengan adanya peningkatan pengetahuan 93 siswa SDN 011 Samarinda setelah diberikan perlakuan (Widya Wulandari et al., 2015).

Begitu juga dengan Catarina 2014 (cit. Panjaitan, 2019) dalam penelitiannya menyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan alat peraga terhadap kemampuan menggosok gigi pada anak usia prasekolah. Bahwa dijelaskan proses tersebut memerlukan sumber daya, orang yang mampu memberikan informasi, sarana dan prasarana maupun waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses.

Perubahan perilaku dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung pada bayak faktor.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan perilaku adalah faktor yang ada dalam diri individu seperti pengetahuan dan kecerdasan, kemudian faktor yang ada diluar individu adalah lingkungan (Budiharto, 2009).

Pada penelitian ini, pemberian pendidikan kesehatan gigi dan mulut disampaikan dengan metode penyuluhan menggunakan media phantom gigi sehingga materi menggosok gigi dapat diperoleh melalui proses penginderaan yang merupakan proses menjadi tahu. Phantom gigi merupakan media semi konkrit dimana media tersebut mirip dengan benda kenyataannya. Dengan media phantom gigi, siswa dapat melihat dengan jelas bagaimana susunan gigi yang ada. Dengan begitu siswa akan lebih paham dan mengerti, sehingga kemampuan menjadi meningkat setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan media phantom gigi

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan menggunakan media phantom gigi terhadap perilaku siswa tentang cara menggosok gigi, dapat disimpulkan bahwa: 1) Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan media phantom gigi, cara menggosok gigi siswa kelas V MI Mufidah Kedungturi Taman Sidoarjo sebagian besar masih salah. 2) Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan media phantom gigi, terdapat peningkatan pengetahuan cara menggosok gigi siswa. Dilihat dari banyaknya siswa yang mampu mempraktikkan cara menggosok gigi yang benar. 3) Terdapat pengaruh penyuluhan menggunakan media phantom gigi terhadap perilaku siswa tentang cara menggosok gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Abral, A., Kristianto, J., Maryani, Y., Setiawaty, N., & Sofian, R. (2020). Smart Dental Box Sebagai Media Penyuluhan Untuk Peningkatan Pengetahuan Dan Perilaku Kesehatan Gigi Mulut. Quality : Jurnal Kesehatan, 14(1), 38–45.

https://doi.org/10.36082/qjk.v14i1.92

Amalia, G. R. (2012). OPINI WANITA USIA SUBUR TERHADAP KEGIATAN PENYULUHAN JAMINAN PERSALINAN DI SURABAYA.

Aritonang dan Purba. (2017). Gambaran Efektifitas Penyuluhan Dengan Media Poster Dan Phantom Gigi Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Cara Menyikat Gigi Yang Baik dan Benar Pada Siswa/i Kelas IV SDN 065015 Kemenangan Tani. 177–180.

Budiharto. (2009). Pengantar Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kasehatan Gigi. EGC.

Effendy, O. U. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

(8)

Effendy, O. U. (2009). Komunikasi teori dan praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hamsar, A., & Ramadhan, E. S. (2019). Jurnal Kesehatan Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi, 6(2), 45–50.

Hidayat, Rachmat. Astrit Tandriari. (2016). Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Kurniawan, D. (2018). Komunikasi Model Laswell Dan Stimulus-Organism-Response Dalam Mewujudkan Pembelajaran Menyenangkan. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(1), 60. https://doi.org/10.32585/jkp.v2i1.65

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.

http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf Luluk dan Erik. (2014). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Video Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Personal Hygiene Siswa SDN 1 Kepek Pengasih Kulon Progo.

Skirpsi. Program studi ilmu keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan aisyiyah Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta.

PANJAITAN, L. R. (2019). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN ALAT PERAGA DAN VIDEO ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK PUTRI SION MEDAN.

Pudentiana Rr, R. E., Kristianto, J., & Tauchid, S. N. (2015). Perbandingan Antara Penyuluhan Cara Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar Metode Demonstrasi Dengan Leaflet Dan Poster Terhadap Skor Debris Indeks Murid Kelas V SDN Pondok Labu.

Puspitaningtiyas, R., Leman, M. A., & . J. (2017). Perbandingan efektivitas dental health education metode ceramah dan metode permainan simulasi terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak. E-GIGI, 5(1).

https://doi.org/10.35790/eg.5.1.2017.15523

Rahayu, C., Widiati, S., & Widyanti, N. (2014). Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terhadap Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan Periodontal Pra Lansia di Posbindu Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 21(1), 27.

https://doi.org/10.22146/majkedgiind.8515

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang RI, Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Sari, E. K. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD Wilayah Paron Ngawi. Skripsi. Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

(9)

Sihombing, K. P. (2019). Gambaran Pengetahuan Cara Menyikat Gigi Siswa-Siswi Kelas V SD Negeri 050633 Mojosari Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Metode Demonstrasi. Jurnal Ilmiah PANNMED, 13(3), 146–150.

Sukmaningtyas, A. D., Sudiwati, N. L. P. E., Rosdiana, Y., & Artanti Kurniasih, N. (2017).

Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain. Nursing News, 3, 247–258.

Widya Wulandari, I., & Dalhar Galib, M. (2015). Pengaruh Media Phantom Gigi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Cara Menggosok Gigi Siswa Kelas I Di SDN 011 Samarinda. 11.

https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/491

Zainuddin, S. (2017). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Remaja tentang penyakit Menular Seksual di SMPN 5 Bangkala Kabupaten Jeneponto. Protein Science, 16(4), 733–743. http://eprints.undip.ac.id/37522/1/ERIKA_K_G2A008072_- _LAPORAN_HASIL_KTI.pdf

Gambar

Tabel 1 Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Secara parsial pengetahuan tentang gizi balita berpengaruh signifikan terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi Balita di Posyandu wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada responden dengan pengetahuan tentang menggosok gigi yang kurang proporsi skor plak kurang lebih besar (79,8%) dibandingkan dengan yang skor

Proses perubahan perilaku berjalan melalui empat tahap yaitu fungsi kesatu atau fungsi pengetahuan adalah individu sudah mulai mengenal informasi yang baru serta

Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan tentang kesehatan gigi dan

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis gambaran perilaku agresif siswa, dinamika individu yang berperilaku agresif, faktor yang mempengaruhi dan perbedaan perilaku

Hasil uji statistik dari ketiga variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor pengetahuan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual

Distribusi Tingkat Pengetahuan Para Ibu Yang Memiliki Balita Stunting Sebelum Penyuluhan Menggunakan Media Video Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan n % Kurang 64 53 Cukup

Ada hubungan penyuluhan kesehatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan dengan perilaku pencegahan jajan diluar kantin Sekolah Dasar Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas, dari hasil