• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Manajemen

a. Definisi Manajemen

Hidayat dan Machali (2010: 1) menyebutkan bahwa manajemen dari sisi bahasa (etimologi) berasal dari kata kerja “to manage’’ yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan dan memimpin. Kata “management” berasal dari bahasa latin “mano” yang berarti tangan, kemudian menjadi “manus” yang berarti bekerja berkali-kali. Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, mobilisasi dan pengendalian tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kegiatan manajemen dalam organisasi dirancang untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan dari metode manajemen eksekutif adalah untuk menganalisis, membuat atau membangun pekerjaan konseptual dan kemudian mengidentifikasinya. Oleh karena itu, manajemen adalah keseluruhan proses yang berkaitan dengan keberadaan jenis organisasi, berbagai aktivitas jabatan dalam organisasi dan pengalaman di lingkungan yang terdapat berbagai masalah kehidupan dalam organisasi dan lingkungannya.

Perkembangan manajemen menghasilkan definisi manajemen yang variatif dari berbagai perspektif. Menurut Stoner J.A., R.E. Freeman dan D.R. Gilbert Jr. dalam Foster dan Sindharta (2019: 7) menyatakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Gibson, Donelly dan Ivancevich dalam Muizu dan Sule (2017: 152) menyebutkan manajemen adalah proses yang dilakukan seorang atau beberapa orang untuk mengkoordinasikan aktivitas orang lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak dapat dicapai oleh orang itu sendiri, sehingga manajemen diperlukan sebagai upaya agar kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Suatu proses yang mengacu pada serangkaian aktivitas yang sedang berlangsung saling terkait. Definisi tersebut mengacu pada kegiatan atau fungsi utama yang dilakukan oleh para manajer (fungsi-fungsi manajemen).

(2)

Efisiensi dan efektivitas harus dilakukan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan dan bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Efisiensi berarti melakukan tugas dengan benar (“melakukan dengan benar “) dan mendapatkan hasil maksimal dari jumlah masukan terkecil. Urusan manajer berkaitan dengan masukan yang langka, termasuk sumber daya seperti orang, uang dan peralatan, serta mereka peduli dengan penggunaan sumber daya tersebut secara efisien. Manajer ingin meminimalkan penggunaan dan biaya sumber daya (Foster dan Sindharta, 2019: 7).

Gambar 2. 1 Efisiensi dan efektivitas

Sumber: Robbin dan Coulter dalam Foster dan Sindharta (2019: 7)

Foster dan Sindharta (2019: 7) turut menambahkan bahwa hal tersebut tidak cukup untuk menjadi efisien. Manajer juga peduli dengan menyelesaikan kegiatan- kegiatan penting. Dalam istilah manajemen, kami menyebut efektivitas ini.

Efektivitas berarti “melakukan hal yang benar” dengan melakukan tugas-tugas pekerjaan yang membantu organisasi mencapai tujuannya, sedangkan efisiensi berkaitan dengan sarana untuk menyelesaikan sesuatu, efektivitas berkaitan dengan tujuan, atau pencapaian tujuan organisasi.

b. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi merupakan faktor-faktor lingkungan kerja individu yang mendorong prestasi dalam bekerja. Menurut Foster dan Sindharta (2019: 2) menyebutkan bahwa pekerjaan manajer dalam suatu organisasi memiliki tiga karakteristik, yaitu tujuan (goal), orang (people), dan struktur (structure).

Gambar 2. 2 Karakteristik Organisasi

Sumber: Robbin dan Coulter dalam Foster dan Sindharta (2019: 2)

(3)

Menurut Foster dan Sindharta (2019: 3), karakteristik pertama dari suatu organisasi adalah bahwa terdapat tujuan yang berbeda, yang biasanya dinyatakan sebagai tujuan atau serangkaian tujuan. Karakteristik yang kedua adalah bahwa orang-orang dalam organisasi bekerja untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga dengan membuat keputusan dan terlibat dalam aktivitas kerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Karakteristik ketiga adalah bahwa suatu organisasi terstruktur dalam beberapa cara yang mendefinisikan dan membatasi perilaku anggotanya.

Foster dan Sindharta (2019: 3) turut menambahkan bahwa organisasi besar biasanya memiliki struktur yang cukup kompleks dengan berbagai bisnis, departemen, dan bidang fungsional. Struktur dalam organisasi berisi aturan, peraturan, dan kebijakan dapat memandu apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh orang lain, sehingga beberapa anggota akan mengawasi anggota lain; tim kerja dapat dibentuk atau dibubarkan; atau deskripsi pekerjaan dapat dibuat atau diubah sehingga anggota organisasi tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Pengatura tersebut merupakan pola pengelolaan dari manajer.

c. Tingkatan Manajemen

Manajer dalam sebuah organisasi memiliki beberapa tingkatan. Individu yang ada di dalam organisasi tidak selalu menjadi manajer. Anggota dalam organisasi terbagi menjadi dua kategori, yaitu karyawan non-manajerial dan manajer. Foster dan Sindharta (2019: 3-4) menyebutkan bahwa anggota organisasi non-manajer (non-managerial employees) adalah individu yang bekerja langsung atau fokus pada tugas atau pekerjaan tertentu dan mereka juga tidak memiliki tanggung jawab untuk mengawasi pekerjaan orang lain. Berbeda dengan manajer (manager) adalah individu dalam suatu organisasi yang mengarahkan dan mengawasi kegiatan orang lain dalam organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Pekerjaan seorang manajer bukanlah tentang pencapaian pekerjaan pribadi, ini adalah tentang membantu orang lain melakukan pekerjaan mereka.

Foster dan Sindharta (2019: 5-6) dalam bukunya bahwa dalam struktur organisasi tradisional, manajer biasanya dikelompokkan ke dalam kelas manajemen puncak(top managers), manajemen tingkat menengah (middle managers), dan manajemen di lini pertama atau operasional (first-line managers).

(4)

Gambar 2. 3 Tingkatan Manajemen Sumber: Schermerhorn (2017)

1. Manajer Puncak (Top Managers)

Manajer puncak merupakan eksekutif tertinggi di perusahaan yang berperan besar dalam menetapkan tujuan dan srategi perusahaan secara keseluruhan. Yang termasuk dalam jajaran manajer puncak biasa disebut presiden direktur (president director), managing director, direktur eksekutif (executive directors), atau chief executive officce (CEO). Terdapat beberapa manajer lain yang dapat masuk ke dalam kelompok manajemen puncak suatu perusahaan, yaitu:

• Chief Operating Officer (COO) atau sering disebut General Manager (GM) yang bertanggung jawab terhadap operasi sehari-hari berbagai departemen atau uni usaha dan secara periodik memberikan informasi kepada CEO mengenai jalannya masing-masing.

• Chief Financial Officer atau serign disebut juga comptroller, controller atau finance controller. CFO bertanggung jawab atas perencanaan dan pengendalian keuangan (pelaksanaan seluruh kegiatan atau fungsi akuntansi) untuk suatu perusahaan atau proyek yang mencakup beberapa hal, yaitu:

- Mempersiapkan anggaran, pengendalian kredit, dan mempersiapkan laporan keuangan;

- Mengelola investasu dan perpajakan (tax);

- Mengoordinasikan pelaksanaan fungsi keuangan dan mengelola pengadaan dana (fluid rising)

- Memonitor pengeluaran dan likuditas perusahaan;

- Menyediakan data-data keuangan secara simultan bagi chief executive officer (CEO)

- Memberikan laporan kinerja keuangan perusahaan kepada dewan direksi.

2. Manajer tingkat menengah (Middle Managers)

(5)

Manajer tingkat menengah terdiri dari beberapa manajer yang mengepalai suatu departemen tertentu seperti manajer pemasaran, manajer keuangan, manajer produksi, manajer SDM maupun manajer proyrk. Masing-masing manajer bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi departemen yang diembannya, seperti departemen pemasaran, departemen keuangan, departemen produksi, dan departemen sumber daya manusia (SDM). Manajer proyek bertanggung jawab untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan yang telah dibuat oleh manajemen puncak (top managers).

3. Manajer Lini Pertama (First-line Managers)

Manajer lini pertama terdiri dari manajer jenjang pertama, termsuk pengawas (supervisor) dalam hal ini, yang memimpin karyawan non manajer dan berada dalam pengendalian manajemen menengah. Pengwas ada dalam setiap fungsi organisasi. Pengawas bertanggung jawab terhadap pengawasan terhadap berbagai tugas spesifik sehari-hari yang dilakukan oleh keryawan nonmanajer. Contoh pengawasan dalam perusahaan seperti pengawasan penjualan (departemen masketing), pengawas produksi (mandor dan departemen produksi) pengawas personalia (departemen sumber daya manusia) dan sebagainya.

Turut ditambahkan oleh Subkhi dan Jauhar (2013: 154) manajemen dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu Manajemen Lini Pertama (first-line management), Manajemen Tingkat Menengah (middle management) dan Manajemen Puncak (top management). Tingkatan-tingkatan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Manajemen Lini Pertama (first-line management)

Tingkatan ini juga disebut manajemen operasi dan merupakan level manajemen terendah untuk personel non-manajemen yang bertanggung jawab untuk memimpin dan mengawasi proses produksi. Manajer dalam tingkatan ini biasa disebut dengan penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

2. Manajemen Tingkat Menengah (middle management)

Tingkatan ini mencakup semua manajemen antara manajemen lini depan dan manajemen senior, dan bertindak sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.

3. Manajemen Puncak (top management)

(6)

Tingkatan ini dikenal pula dengan istilah executive officer, yang bertugas untuk merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan.

d. Proses Manajemen

Menurut Foster dan Sindharta (2019: 9) proses manajemen biasanya dimulai dengan, dan tergantung arahnya pada semacam visi tentang mengapa suatu organisasi orang diinginkan atau diperlukan. Apakah visi itu penting adalah subjek perdebatan dalam pemikiran manajemen. Biasanya, visi ini kemudian diberi bentuk dalam bentuk misi (seperti dalam “pernyataan midi”). Misi organisasi memungkinkan terciptanya sasaran yang ketika dinyatakan dalam istilah numerik (seperti tanggal, laba, hasil, hasil, dan manfaat) dikenal sebagai tujuan. Tujuan- tujuan ini dapat diukur dan dipikirkan untuk memberikan motivasi yang melekat serta dasar untuk evaluasi dan koreksi atau perbaikan yang mungkin. Terdapat tiga fungsi dari manajer dalam menjalankan proses manajemen, yaitu pendekatan fungsi, pendekatan peran dan pendekatan keterampilan/ kompetensi.

1) Pendekatan Fungsi

Pendekatan ini menyebutkan bahwa manajer melakukan empat fungsi yaitu perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan. Pekerjaan manajer tersebut dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tugas yang memiliki tujuan yang disebut sebagai fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen telah dipadatkan menjadi empat fungsi utama yang mencakup fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading/directing), dan pengendalian (controling). Hal tersebut dikarenakan sebagai ahli manajemen menyatakan bahwa fungsi pengisian staf (staffing) telah termasuk dalam fungsi pengorganisasian (organizing).

Gambar 2. 4 Fungsi-Fungsi Manajemen

Sumber: Robbin dan Coulter dalam Foster dan Sindharta (2019: 9)

(7)

Foster dan Sindharta (2019: 10-11) menyebutkan bahwa fungsi manajer dalam organisasi adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan (planning)

Fungsi manajemen yang melibatkan penetapan tujuan, menetapkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan kegiatan. Organisasi dibentuk untuk mencapai beberapa tujuan tertentu, seseorang harus menentukan tujuan dan sarana untuk pencapaiannya. Manajer terlibat dalam perencanaan, mereka menetapkan tujuan, menetapkan srategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan.

b) Pengorganisasian (organizing)

Fungsi manajemen yang melibatkan mengatur dan Menyusun pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer juga bertanggung jawab untuk mengatur dan menyusun pekerjaan yang dilakukan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer mengatur, mereka menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukannya, bagaimana tugas- tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang melapor kepada siapa, dan dimana keputusan harus dibuat.

c) Kepemimpinan (leading/ directing)

Fungsi manajemen yang melibatkan bekerja dengan dan melalui orang untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap organisasi memiliki orang dan tugas manajer adalah bekerja bersama dan melalui orang-orang untuk mencapai tujuan. Manajer memotivasi bawahan, membantu menyelesaikan konflik kelompok kerja, memengaruhi individu atau tim saat mereka bekerja, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau menangani dengan cara apa pun dengan masalah perilaku karyawan, mereka memimpin.

d) Pengendalian (controlling)

Fungsi manajemen yang melibatkan pemantauan, membandingkan dan memperbaiki kinerja kerja. Setelah tujuan dan rencana ditetapkan (perencanaan), tugas dan pengaturan struktural diberlakukan (pengkondisian), dan orang-orang dipekerjakan, dilatih, dan di motivasi (memimpin), harus ada evaluasi apakah semuanya berjalan sesuai rencana untuk memastikan tujuan tercapai dan pekerjaan dilakukan sebagaimana

(8)

mestinya, manajer memantau dan mengevaluasi kinerja. Kinerja aktual dibandingkan dengan sasaran yang ditetapkan. Apabila sasaran tersebut tidak tercapai, tugas manajer adalah mengembalikan pekerjaan ke jalurnya. Proses pemantauan, membandingkan, dan mengoreksi ini adalah merupakan fungsi pengendalian.

Fayol dalam Batlajery (2016: 139-140) menyebutkan bahwa fungsi manajer perlu melaksanakan lima fungsi manajemen, yaitu merancang,

mengorganisasikan, memerintah, mengkoordinasikan, dan mengendalikan.

a) Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penentuan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai serta mengambil langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui perencanaan, manajer akan dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.

b) Pengorganisasian

Organisasi mengacu pada proses mengeluarkan perintah, mengalokasikan sumber daya dan mengatur kegiatan secara terkoordinasi untuk melaksanakan rencana. Aktivitas yang terlibat dalam organisasi meliputi tiga aktivitas, yaitu (1) pengelompokan komponen aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan grup; (2) menugaskan tugas kepada manajer dan bawahan untuk mengelompokkannya; (3) otoritas atau unit organisasi.

c) Pengarahan

Pengarahan adalah proses untuk memotivasi karyawan agar dapat bekerja keras dan proaktif, serta memandu mereka untuk melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan mereka secara efektif dan efisien. Melalui coaching, manajer dapat membuat komitmen dan mendorong upaya untuk mendukung pencapaian tujuan.

d) Pengendalian

Bagian terakhir dari proses manajemen adalah pengendalian.

Pengendalian adalah untuk memeriksa apakah kegiatan organisasi sejalan dengan rencana sebelumnya. Fungsi pengendalian meliputi empat kegiatan, yaitu (1) Menentukan standar kinerja; (2) Mengukur pencapaian selama ini;

(3) Membandingkan kinerja dengan standar kinerja; (4) Jika terdapat penyimpangan dari standar kinerja yang telah ditetapkan, lakukan perbaikan.

(9)
(10)

2) Pendekatan Peran

Mintzberg dalam Foster dan Sindharta (2019: 12) dalam studi komprehensif pertamanya, Mintzberg menyimpulkan bahwa apa yang dapat dilakukan manajer dapat digambarkan dengan baik dengan melihat peran manajerial yang mereka lakukan di tempat kerja. Istilah peran manajerial mengacu pada tindakan atau perilaku tertentu yang diharapkan dan ditunjukkan oleh seorang manajer.

Penjelasan terkait pekerjaan manajer dari perspektif peran, kita tidak berfokus pada orang tertentu, tetapi pada harapan dan tanggung jawab yang terkait dengan orang tersebut, yaitu peran manajer.

Gambar 2. 5 Peran-Peran Manajerial Mintzberg Sumber: Robbin dan Coulter dalam Foster dan Sindharta (2019: 12)

3) Pendekatan Keterampilan/ Kompetensi

Foster dan Sindharta (2019: 14-15) menyebutkan bahwa pendekatan ini melihat apa yang manajer lakukan dalam hal keterampilan dan kompetensi yang mereka butuh kan dan gunakan. Empat keterampilan manajemen kritis adalah koseptual, inter personal, dan teknis. Kompetensi manajerial tambahan mancakup aspek seperti ketergantungan, orientasi pribadi, kontrol emosi, komunikasi, dan sebagainya. Manajer menjalankan fungsi mauoun perannya dengan menggunakan keahlian manajerial yang mereka miliki. Studi awal yang dilakukan pada tahun 1970-an oleh Robert L. Katz mengusulkan bahwa manajer membutuhkan tiga jenis keterampilan penting dalam mengelola: teknis, manusia, dan konseptual.

(11)

Gambar 2. 6 Keahlian yang Dibutuhkan di Berbagai Jenjang Manajemen Sumber: Robbin dan Coulter dalam Foster dan Sindharta (2019: 14-15)

a) Keahlian teknis (Technical skills)

Foster dan Sindharta (2019: 16) menyebutkan bahwa keterampilan akan pengetahuan dan teknik khusus pekerjaan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas kerja dengan mahir. Keterampilan ini cenderung lebih penting bagi manajer lini pertama karena mereka biasanya mengelola karyawan yang menggunakan alat dan teknik untuk menghasilkan produk atau layanan organisasi pelanggan organisasi. Sering kali, karyawan dengan keterampilan teknis yang sangat baik dipromosikan ke manajer lini pertama.

Misalnya, seorang insinyur teknik sipil akan di katakan memiliki keahlian apabila dia dapat melakukan kemampuan teknis sesuai keahliannya seperti membangun jalan, jembatan atau bangunan. Seorang akuntan akan dikatakan mempunyai kemampuan teknis apabila mereka dapat menyusun laporan keuangan dengan baik, melakukan analisis pelaporan ataupun melakukan auditing.

b) Keahlian hubungan antar manusia (Human skills)

Foster dan Sindharta (2019: 16) menyebutkan bahwa seorang manajer yang memiliki keterampilan teknis juga mengakui pentingnya keterampilan inter personal, yaitu keterampilan yang melibatkan kemampuan untuk bekerja dengan baik dengan orang lain baik secara individu maupun dalam kelompok. Manajer berurusan dengan orang lain, sehingga keterampilan ini sama pentingnya bagi semua tingkat manajemen. Manajer dengan keterampilan manusia yang baik mendapatkan yang terbaik dari orang-orang mereka. Mereka tahu bagaimana berkomunikasi, memotivasi, memimpin, dan menginspirasi antusiasme dan kepercayaan.

c) Keahlian konseptual (Conceptual skills)

Foster dan Sindharta (2019: 16) menyebutkan bahwa keterampilan yang digunakan untuk berpikir dan membuat konsep tentang situasi abstrak dan

(12)

kompleks. Penggunaan keterampilan ini, manajer melihat organisasi secara keseluruhan, memahami hubungan di antara berbagai subunit, dan memvisualisasikan bagaimana organisasi cocok dengan lingkungannya yang lebih luas. Manajer dapat secara efektif mengarahkan pekerjaan karyawan.

Penelitian menunjukkan bahwa seorang manajer umum yang sukses memahami keseluruhan bisnis. Berdasarkan pemahaman ini, para manajer bisa mendapatkan semua orang di halaman yang sama. Pada gilirannya, karyawan akan membuat sejumlah keputusan penting untuk mendukung visi perusahaan. Keterampilan ini paling penting bagi manajer puncak.

e. Sejarah Perkembangan Manajemen

Menurut Suci (2019: 8) menyebutkan sejarah perkembangan ilmu manajemen dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang metode atau prosedur penting dalam melakukan penelitian, menganalisis, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan ilmu manajemen dan manajemen. Rokhayati dalam Suci (2019:

8) turut menambahkan bahwa perkembangan ilmu manajemen, semoga pembahasan ini dapat memberikan kontribusi terhadap ruang lingkup dan perkembangan ilmu manajemen selama ini. Foster dan Sindharta (2019: 28) mengungkapkan bahwa hal yang menarik untuk diketahui adalah bahwa

manajemen telah dipraktikan sejak lama. Usaha-usaha terorganisasi yang diarahkan dan diatur oleh orang-orang yang bertanggung jawab menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, penataan, kepemimpinan dan pengendalian telah ada sejak ribuan tahun yang silam.

1) Manajemen Awal

Foster dan Sindharta (2019: 29) menyebutkan bahwa praktik manajemen sudah dilakukan sejak lama. Upaya terorganisasi yang diarahkan oleh orang- orang yang bertanggung jawab untuk kegiatan perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan pengendalian telah ada selama ribuan tahun.

a) Periode Tahun 3000 s/d 2500 SM

Foster dan Sindharta (2019: 29) menyebutkan bahwa piramida Mesir membuktikan bahwa proyek skala besar yang mempekerjakan puluhan ribu orang telah selesai pada zaman kuno. Sekitar 100.000 pekerja dibutuhkan untuk membangun piramida. Anda harus merencanakan apa yang harus dilakukan, mengatur orang dan bahan yang akan dikerjakan, memastikan bahwa pekerja menyelesaikan pekerjaan, dan menegakkan langkah-langkah

(13)

pengendalian tertentu untuk memastikan bahwa semuanya dilakukan sesuai rencana Orang yang mengatur proyek tersebut adalah seorang manajer.

b) Periode Tahun 1400-an

Foster dan Sindharta (2019: 29) menyebutkan bahwa di Gudang senjata Venesia, kapal perang melayang di sepanjang kanal, dan di setiap pemberhentian, material, dan perlengkapan ditambahkan ke kepal.

Kedengarannya seperti mobil “mengambang” di sepanjang jalur perakitan, selain itu orang-orang Venesia menggunakan Gudang dan sistem persediaan untuk melacak bahan-bahan, fungsi manajemen sumber daya manusia untuk mengelola tenaga kerja (termasuk istirahat anggur), dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.

c) Periode Tahun 1780-an s/d Pertengahan 1800-an

Foster dan Sindharta (2019: 29) menyebutkan bahwa revolusi Industri mungkin merupakan pengaruh terpenting dalam manajemen di abad ke-20.

Sebab era industri ini, perusahaan dengan pabrik besar dan produk pompa yang efisien telah muncul, orang perlu memprediksi permintaan, memastikan ketersediaan material yang cukup, memberikan tugas kepada pekerja, dan sebagainya. Orang tersebut adalah manajer.

2) Pendekatan Klasik

Foster dan Sindharta (2019: 30) menyebutkan sejak awal abad ke-20, disiplin manajemen mulai berkembang menjadi satu unit pengetahuan. Terdapat aturan dan prinsip yang bisa diajarkan dan digunakan di berbagai lingkungan. Para pendukung manajemen awal ini disebut teori klasik.

a) Periode Tahun 1911

Foster dan Sindharta (2019: 30) menyebutkan bahwa prinsip Manajemen Ilmiah tahun Frederick W. Taylor diterbitkan. Bukunya yang inovatif menggambarkan teori manajemen ilmiah dan penggunaan metode ilmiah untuk menentukan ”satu cara terbaik” untuk suatu pekerjaan yang harus dilakukan. Teori-teorinya diterima secara luas dan digunakan oleh para manajer di seluruh dunia dan Taylor dikenal sebagai “bapak” manajemen ilmiah. Kontributor utama lainnya untuk manajemen ilmiah adalah Frank dan Lillian Gilberth (pendukung awal studi waktu dan gerak dan orang tua dari keluarga besar yang dijelaskan dalam Bahasa asli buku Cheaper by the

(14)

Dozen) dan Henry Gantt (yang bekerja pada grafik penjadwalan adalah fondasi untuk manajemen proyek hari ini).

b) Periode Tahun 1916 s/d 1947

Foster dan Sindharta (2019: 30) menyebutkan bahwa Henri Fayol dan Max Weber melihat praktik organisasi berfokus pada apa yang dilakukan manajer dan apa yang merupakan manajemen yang baik. Pendekatan ini dikenal sebagai teori administrasi umum. Fayol diperkenalkan sebagai orang yang pertama kali mengidentifikasi lima fungsi manajemen. Dia juga mengidentifikasi 14 prinsip manajemen dan aturan dasar manajemen yang dapat diterapkan untuk semua organisasi yang terdiri dari: Divisi kerja (Division Of Work), Wewenang (Authority), Disiplin (Discipline), Kesatuan Komando (Unity Of Command), Kesatuan Arah (Unity oof Direction), Kepentingan Umun di Atas Kepentingan Pribadi (Subordination of individual interest to the general interest), Remunerasi (Remuneration), Sentralisasi (Centralization), Hierarki (Scalar Chain), Tertib (Order), Keadilan (Equity), Stabilitas Staf (Stability of Tenure of Personel), Inisiatif (Initiative), setia kawan (Esprit de Corps).

Sementara itu, Weber dikenal karena deskripsi dan analisis birokrasinya yang ia yakini merupakan bentuk struktur organisasi ideal, rasional, terutama, untuk organisasi besar.

Gambar 2. 7 Birokrasi ala Weber

Sumber: Robbin dan Coulter dalam Foster dan Sindharta (2019: 31)

3) Pendekatan Perilaku

(15)

Foster dan Sindharta (2019: 32) menyebutkan bahwa pendekatan perilaku terhadap manajemen berfokus pada tindakan pekerja, serta bagaimana sang manajer memimpin karyawan dengan baik supaya mendapatkan kinerja yang tinggi.

a) Periode Tahun Akhir 1700 s/d awal 1900-an

Foster dan Sindharta (2019: 32) menyebutkan bahwa manajer menyelesaikan pekerjaan dengan bekerja dengan orang lain. Beberapa penulis manajemen awal mengenali betapa pentingnya orang untuk kesuksesan organisasi. Misalnya, Robert Owen, yang prihatin dengan kondisi kerja yang menyedihkan, mengusulkan tempat kerja yang idealis.

Hugo Munsterberg, pelopor dalam bidang psikologi industri, menyarankan menggunakan tes psikologi untuk seleksi karyawan, mempelajari konsep teori untuk pelatihan karyawan, dan mempelajari perilaku manusia untuk motivasi karyawan. Marry Parker Follet adalah orang pertama yang mengakui bahwa organisasi dapat dilihat dari perilaku individu dan kelompok. Ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualis.

b) Periode Tahun 1960-an s/d Sekarang

Foster dan Sindharta (2019: 33) menyebutkan bahwa orang-orang dalam organisasi terus menjadi focus penting dalam penelitian manajemen. Bidang studi yang meneliti tindakan (perilaku) orang di tempat kerja disebut perilaku organisasi (OB). Peneliti OB melakukan penelitian empiris tentang perilaku manusia dalam organisasi. Banyak dari apa yang dilakukan para manajer saat ini ketika mengelola orang, memotivasi, memimpin, membangun kepercayaan, bekerja dengan tim, mengelola konflik, dan sebagainya telah keluar dari penelitian OB.

4) Pendekatan Kuantitatif

Foster dan Sindharta (2019: 35) menyebutkan bahwa pendekatan kuantitatif berfokus pada penerapan informasi statistik, model pengoptimalan, model informasi, simulasi komputer, dan teknik kuantitatif lainnya untuk aktivitas manajemen, serta menyediakan alat bagi manajer untuk menyederhanakan pekerjaan mereka.

a) Periode Tahun 1940-an

(16)

Foster dan Sindharta (2019: 35-36) menyebutkan bahwa pendekatan kuantitatif untuk manajemen yang merupakan penggunaan Teknik kuantitatif untuk meningkatkan pengambilan keputusan berevolusi dari solusi matematika dan statistika yang dikembangkan untuk masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang usai, banyak teknik yang digunakan untuk masalah militer diterapkan pada bisnis. Misalnya, satu kelompok perwira militer dijuluki “Anak-anak Whiz”, bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an dan segera mulai menggunakan metode statistik untuk meningkatkan pengambilan keputusan di Ford.

b) Periode Tahun 1950-an

Foster dan Sindharta (2019: 36) menyebutkan bahwa setelah Perang Dunia II, organisasi-organisasi Jepang dengan antusias merangkul konsep- konsep yang dianut oleh sekelompok kecil ahli berkualitas, yang paling terkenal adalah W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran. Ketika pabrikan Jepang ini mulai mengalahkan pesaing AS dalam perbandingan kualitas, para manajer Barat segera mengambil pandangan yang lebih serius pada ide.

Deming dan Juran. Ide-ide mereka menjadi dasar untuk manajemen kualitas total (TQM), yang merupakan filosofi manajemen yang ditujukan untuk perbaikan berkelanjutan dan menanggapi kebutuhan dan harapan pelanggan.

5) Pendekatan Kontemporer

Foster dan Sindharta (2019: 36) menyebutkan bahwa sebagian besar pendekatan awal untuk manajemen berfokus pada kekhawatiran manajer di dalam organisasi. Mulai tahun 1960-an, para peneliti manajemen mulai melihat apa yang terjadi dilingkungan eksternal di luar organisasi.

a) Periode Tahun 1960-an

Foster dan Sindharta (2019: 36-37) menyebutkan bahwa meskipun Chester Bernard, seorang eksekutif perusahaan telepon, menulis dalam bukunya The Functions of the Executive tahun 1938 bahwa sebuah organisasi berfungsi sebagai sistem kerja sama, tidak sampai tahun 1960-an para peneliti manajemen mulai melihat lebih hati-hati pada teori sistem dan bagaimana hal itu terkait ke organisasi. Ide suatu sistem adalah konsep dasar dalam ilmu fisika. Sebagaimana terkait dengan organisasi, pendekatan sistem memandang sistem sebagai seperangkat bagian yang saling terkait dan saling tergantung yang disusun dengan cara yang menghasilkan kesatuan yang

(17)

utuh. Organisasi berfungsi sebagai sistem terbuka yang artinya mereka dipengaruhi oleh dan berinteraksi dengan lingkungan mereka.

Gambar 2. 8 Organisasi sebagai Sistem Terbuka Sumber: Robbin dan Coulter dalam Foster dan Sindharta (2019: 36)

b) Periode Tahun 1980-an s/d Sekarang

Foster dan Sindharta (2019: 37) menyebutkan bahwa meskipun awal abad informasi dikatakan telah dimulai dengan telegraf Samuel Morse pada tahun 1837, perubahan paling dramatis alam teknologi informasi telah terjadi di bagian akhir abad kedua puluh dan telah secara langsung memengaruhi pekerjaan manajer. Manajer sekarang dapat mengelola karyawan yang bekerja dari rumah atau bekerja di belahan dunia. Sumber daya komputasi organisasi yang digunakan untuk menjadi computer mainframe terkunci di kamar yang dikendalikan suhu dan hanya diakses oleh para ahli. Sekarang, hampir semua orang di sebuah organisasi terhubung kabel atau nirkabel dengan perangkat yang tidak lebih besar dari telapak tangan. Sama seperti dampak revolusi industri pada tahun 1700-an pada munculnya manajemen, era informasi telah membawa perubahan dramatis yang terus memengaruhi cara organisasi dikelola.

2. Olahraga Petanque a. Hakikat Petanque

Olahraga Petanque pertama kali masuk ke Indonesia tahun 2011 pada event SEA Games di Palembang. Menurut Okilanda, et al. (2018) petanque adalah olahraga yang berasal dari Perancis. Olahraga ini membutuhkan ketangkasan melempar boka yang terbuat dari besi metal untuk mendekati boka target yang terbuat dari kayu. Petanque dimainkan di lapangan berukuran 4 m x 15 m di atas

(18)

permukaan tanah keras atau rumput. Bentuk asli permainan ini muncul tahun 1907 di La La Ciotat, di Provence, di daerah selatan Perancis. Sutrisna, Asmawi dan Pelana (2018) menyebutkan bahwa seiring berkembangnya zaman petanque mulai di mainkan oleh semua kalangan dan sampai saat ini petanque merupakan olahraga prestasi yang dipertandingkan dihampir semua negara maju di seluruh benua.

FOPI (2011) menyebutkan bahwa petanque merupakan olahraga yang sedang berkembang di Indonesia, namun olahraga tersebut sebenarnya adalah olahraga yang cukup terkenal. Secara global, negara-negara yang kuat dan konsisten jajahan Perancis adalah negara yang mengembangkan petanque. Pada SEA Games 2011 di Indonesia, Petanque sudah menjadi salah satu cabang olahraga yang ikut serta dalam kompetisi seperti cabang olahraga lainnya. Petanque di game SEA termasuk dalam kategori "olahraga terkonsentrasi", tetapi memiliki prasyarat tertentu. Permainan bisa dimainkan di tanah yang keras atau minyak, atau di atas rumput, pasir atau tanah lainnya. Dalam olahraga petanque atau olahraga lainnya, pelaku olahraga sangat dituntut untuk dapat memberikan penampilan terbaiknya, maka pelaku olahraga dituntut untuk bisa memberikan pengenalan alat terlebih dahulu kepada pemula melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah guna mencari bibit pelaku olahraga yang berkualitas baik secara fisik dan pengetahuan.

Vernet (2019) menyebutkan apabila terdapat beberapa atribut dalam memainkan petanque antara lain:

1) “Boules” atau boka besi bolong, dengan ukuran yang memuat tangan pemain;

satu set boules terdiridari 3 buah boules.

2) “but”, “cochonnet”, “Petit” atau boka kayu dengan ukuran kecil, yang jadi sasaran yang harus mendekati dengan boules yang terlempar oleh para pemain.

Petanque adalah bentuk permainan boka yang tujuannya melempar boka besi (bosi) sedekat mungkin dengan boka kayu yang disebut jack dan kedua kaki harus berada di lingkaran kecil, ada juga kompetisi khusus untuk shooting. Permainan petanque dimainkan oleh dua tim, masing masing tim terdiri dari dua, atau tiga orang dalam satu tim, atau pemain dapat bermain individu/tunggal. Permainan tunggal dan ganda permainan setiap pemain memiliki tiga boka, dan untuk permainan triple pemain masing-masing memiliki 2 boka. Permulaan untuk memulai permainan dilakukan tos koin dilempar untuk menentukan tim mana yang akan bermain terlebih dahulu. Tim mulai menarik lingkaran di tanah yang berdiameter 50 cm. Semua pemain harus melempar boka mereka dari dalam lingkaran ini, dengan kedua kaki

(19)

yang menempel/rapat di tanah. Pemain pertama melempar jack dengan ketentuan jarak dari lingkaran 6-10 meter, 1 meter dari garis belakang dan 30 cm dari garis samping.

b. Teknik Dasar 1) Melempar Bosi

a) Cara memegang bosi

Vernet (2019: 18) menjelaskan bahwa bosi didudukkan di telapak tangan dengan jari-jari rapat santai dan tidak mengencangkan bosi. Umumnya jempol tidak dapat fungsi memegang atau arahkan bosi dan jari jempol duduk saja di samping (atau dijauhkan dari bosi).

Gambar 2. 9 Cara Memegang Bosi Sumber: FOPI Jawa Tengah (2019: 1)

b) Posisi kaki saat melempar

Vernet (2019: 18) menjelaskan bahwa posisi yang stabil sangat penting untuk bermain dengan baik. Pemain perlu mencari posisi yang cocok dimana dia merasa stabil dan santai dan kaki masuk dengan penuh di dalam lingkaran. Seringnya kaki di sisi tangan yang melempar diletakkan di depan kaki lain lalu arahkan.

Gambar 2. 10 Posisi Kaki Saat Melempar Sumber: FOPI Jawa Tengah (2019: 1)

c) Melempar dan melepas bosi

Vernet (2019: 18) menjelaskan bahwa cara mengontrol bosi dengan baik, bosi di lempar dari bawah tangan. Lengan lurus ikut gerakan ayunan di

(20)

samping badan pemain. Ayunan adalah sumber tenaga untuk melempar bosi;

semakin luas ayunannya semakin mudah melempar bosi di jarak jauh.

Gambar 2. 11 Gerakan Melempar atau Melepas Bosi Sumber: Vernet (2019: 19)

2) Tahap-Tahap Gerakan

Terdapat 8 tahapan gerakan dasar dalam bermain petanque, yaitu:

a) Ambil posisi stabil dalam lingkaran

b) Fokus mata kepada sasaran sambal rehat seluruh badan dengan posisi badan lurus.

c) Arahkan sasaran dengan tangan yang memegang bosi (seringnya bosi masih duduk di dalam tangan arah ke langit tetapi ini tergantung kebiasaan pemain).

d) Tarik lengan secara perlahan dan lurus di samping badan sambal memutar pergelangan tangan (posisi bosi jadi di bawah tangan).

e) Lanjut tarikan lengan ke belakang badan. Dalam gerakan ini badan agar turun dan atas badan miring ke depan secara alami.

f) Kembalikan lengan ke depan dengan cara cepat sampai titik melempar bosi.

Waktu lengan lewat badan lengannya menjadi lurus.

g) Membuka jari-jari tangan secara sinkron untuk melepas bosinya.

h) Tangan yang menjadi kosong lanjut ikut gerakan lengan

(21)

Gambar 2. 12 Tahap-Tahap Gerakan Teknik Dasar Melempar Bosi Sumber: Vernet (2019: 19)

3) Lemparan Pointing

FOPI Jawa Tengah (2019: 2-3) menjelaskan bahwa pointing adalah Teknik lemparan yang bertujuan untuk membuat bosi sedekat mungkin dengan boka.

Lemparan pointing dapat dilakukan dengan berdiri ataupun jongkok sesuai dengan jarak lapangan permainan. Secara umum ada 3 jenis lemparan pointing dalam petanque yaitu menyusur tanah/menggelinding (rolling), semi lop (half lob), dan lob tinggi.

a) Posisi tubuh pemain (1) Posisi jongkok

(a) Posisi di mana sifat dan bentuk lapangan lebih kelihatan.

(b) Cocok untuk jarak dekat.

(c) Perlu kondisi fisik yang bagus lebih melelahkan.

Gambar 2. 13 Tahap-Tahap Gerakan “Point” Posisi Jongkok Sumber: FOPI Jawa Tengah (2019: 2)

(2) Posisi berdiri

(22)

(a) Posisi alami dan lebih stabil.

(b) Cocok untuk jarak jauh.

Gambar 2. 14 Tahap-Tahap Gerakan “Point” Posisi Berdiri Sumber: FOPI Jawa Tengah (2019: 2)

b) Titik mendarat

Vernet (2019: 22) menyebutkan dalam lemparan point pemain memusatkan ke titik mendarat (titik di lapangan dimana bosi akan mendarat) yang dipilih sebelumnya. Pemilihan titik mendarat oleh pemain sebelum melempar bosinya adalah faktor yang sangat penting di teknik point serta tergantung cara melempar dan jenis lapangan, pemain harus cukup cerdas untuk membaca sifat lapangan dan memilih titik mendarat yang cocok dengan tujuan dan Teknik lemparannya. Faktor pemilihan titik mendarat antara lain:

(1) Zona lapangan rata/tidak miring.

(2) Zona bersih lubang. Apabila ada lubang yang mengganggu bisa menggunakan kesempatan untuk tutup lubang satu-satunya.

(3) Zona cukup padat atau empuk. Apabila lihat pemain yang tidak cek lapangan sebelum main itu indikasi jelas kalau pemain itu belum berpengalaman baik.

c) Jenis lemparan “point”

Vernet (2019: 23) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis atau gaya lemparan point dalam permainan petanque, yaitu:

(1) Lemparan “meluncur”

(a) Titik jatuh dekat dari pemain.

(23)

(b) Bosinya mendekati target dengan cara meluncur.

(c) Teknik sederhana, cocok untuk lapangan halus dan rata.

Gambar 2. 15 Jenis Lemparan Meluncur “Point”

Sumber: Vernet (2019: 23)

(2) Lemparan “setengah tinggi”

(a) Titik jatuh di jarak separuh antara pemain dan sasaran.

(b) Ketinggian sedang.

(c) Teknik paling alami dengan kesulitan sedang, cocok untuk semua jenis lapangan.

(24)

Gambar 2. 16 Jenis Lemparan Setengah Tinggi “Point”

Sumber: Vernet (2019: 23)

(3) Lemparan “tinggi”

(a) Titik jatuh dekat tujuan (b) Pelemparan tinggi

(c) Teknik sulit yang perlu kekuatan fisik bagus dan kemampuan kontrol bosinya.

(d) Cocok untuk banyak jenis lapangan, terutama yang tidak halus dan tidak rata.

Gambar 2. 17 Jenis Lemparan Tinggi “Point”

Sumber: Vernet (2019: 23)

4) Menembak (Shooting)

Vernet (2019: 28) menyebutkan dalam melempar bosi dengan tujuan menembak sasaran. Biasanya, di pertandingan, sasaran yang ditembak adalah bosi tim lawan atau boka dengan tujuan menjadikan boka mati (keluar dari batas resmi lapangan). Posisi pemain penembak adalah posisi berdiri dan memusatkan ke sasaran.

a) Langkah-langkah dalam melakukan shooting adalah sebagai berikut:

(1) Mendorong bosi kebelakang dengan lengan lurus, secara pelan. Secara alami, badannya turun dan maju kedepan.

(2) Menarik bosi Kembali kedepan secara cepat dengan lengan tetap lurus.

(3) Melepas bosi. Secara alami, badannya kembali berdiri.

(4) Selesaikan dengan gerakan lengan.

(25)

Gambar 2. 18 Tahap-Tahap Gerakan “Tir/Shooting”

Sumber: Vernet (2019: 28)

b) Jenis penembakan

Terdapat tiga jenis atau gaya penembakan dalam permainan petanque, yaitu:

(1) Menembakkan “meluncur”

(a) Melempar bosi pada jarak pendek dengan keras; bosi jadi meluncur sampai sasaran.

(b) Teknik sederhana, tanpa presisi.

(c) Cocok untuk lapangan halus dan rata dan untuk usir banyak bosi lawan.

(d) Jarang digunakan oleh pemain berpengalaman.

Gambar 2. 19 Jenis Penembakan Meluncur Sumber: Vernet (2019: 28)

(2) Menembak “di depan”

(a) Melempar bosi dengan melengkungi cukup dekat di depan sasaran (20 cm˃ ˃5cm).

(b) Teknik cocok untuk lapangan rata dan tidak terlalu keras.

Gambar 2. 20 Jenis Penembakan di Depan Sumber: Vernet (2019: 28)

(26)

(3) Menembak “ ke besi “

(a) Menjatuhkan bosi tepat di sasaran.

(b) Teknik sulit dengan presisi tinggi untuk semua lapangan. Bosi terlempar mendarat langsung ke sasaran.

Gambar 2. 21 Jenis Penembakan ke Bosi Sumber: Vernet (2019: 28)

c. Sarana dan Prasarana 1) Bosi atau boules

Dijelaskan dalam laman jakartapetanque.com, bosi merupakan boka berbentuk bulat terbuat dari logam dan berongga di bagian dalamnya, mempunyai garis pusat antara 70,5 mm-80 mm dan beratnya antara 650 gram- 800 gram. Boule mempunyai nama tertentu, angka penunjuk berat dan nomor seri. Bosi untuk pemain yang berusia 11 tahun atau kurang dapat menggunakan bosi yang beratnya 600 gram dan berdiameter 65 mm asal kan dibuat oleh produsen yang mendapatkan lisensi FIPJP.

Gambar 2. 22 Bosi atau Boules Sumber: Jakarta Petanque (2020)

2) Boka atau jack

(27)

Dijelaskan dalam laman jakartapetanque.com, boka merupakan bola yang terbuat dari kayu. Boka mempunyai garis pusat diameter 30 mm dengan toleransi

± 1 mm dan bola ini harus berwarna dan mudah dilihat pada lapangan permainan.

Gambar 2. 23 Boka atau Jack Sumber: Jakarta Petanque (2020)

3) Alat ukur

Disebutkan dalam laman mohjumadispd.gurusiana.id, (Jumadi, 2019)

a) Meliputi alat-alat seperti 'Tape measure', 'Telescopic measure', 'Calliper', dan 'Tappet gauge'

b) Digunakan untuk mengukur jarak Boule (bola) yang terdekat dengan kedudukan jack.

Gambar 2. 24 Meteran Sumber: Level (2020)

4) Lingkaran berdiameter 50 cm

Lingkaran yang digunakan sebagai penanda untuk pemain mulai melakukan lemparan dalam permainan petanque.

Gambar 2. 25 Lingkaran atau Circle

(28)

Sumber: KONI Kota Madiun (2020)

5) Lapangan petanque

Standar internasional dan nasional ukuran lapangan sesuai aturan FIPJP adalah minimal 15 meter x 4 meter x 3 meter. Petanque dapat dimainkan di atas tanah liat atau bebatuan, untuk lapangan rumput dan lapangan concrete tidak direkomendasi.

Gambar 2. 26 Contoh Lapangan Petanque Sumber: Jumadi (2019)

d. Cara Bermain

Laksono (2019) menuliskan sepuluh tahapan dalam bermain petanque sebagai berikut:

1) Petanque dimainkan oleh 2 tim terdiri dari 1,2, atau 3 pemain

2) Single dan double menggunakan 3 bosi setiap pemain, sedangkan triple menggunakan 2 bosi setiap pemain

3) Permainan dimulai dengan melakukan toss coin untuk menentukan tim yang akan bermain terlebih dahulu. Tim yang menang toss berhak meletakan/membuat lingkaran pelempar berdiameter 35-50 cm

4) Tim pemenang toss selanjutnya melempar boka dengan jarak 6-10 meter dan berjarak minimal 1 meter dari ujung pembatas atau 0,5 meter dari pembatas samping. Pada saat melempar boka kaki pemain harus berada dalam lingkaran sampai boka menyentuh tanah

5) Salah satu dari tim tersebut selanjutnya melemparkan bosi pertama dan berusaha sedekat mungkin dengan boka. Pada saat melempar bosi kaki pemain harus berada dalam lingkaran sampai bosi menyentuh tanah.

6) Selanjutnya tim lawan melempar bosi berusaha sedekat mungkin dengan boka atau mengusir bosi tim lawan. Bosi terdekat dengan boka yang memimpin pertandingan.

(29)

7) Tim yang bosinya lebih jauh ke boka dari tim lawan terus melakukan lemparan sampai bosi mereka berjarak lebih dekat ke boka dari pada bosi tim lawan. Jika salah satu tim tidak mempunyai bosi lagi untuk dimainkan, tim lawan terus melakukan lemparan sampai bosi habis

8) Perhitungan poin dilakukan ketika 2 tim sudah tidak memiliki bosi untuk dimainkan lagi

9) Hanya bosi tim terdekat yang mendapatkan poin, dengan kata lain hanya ada satu tim yang dapat memperoleh poin dalam satu set permainan.

10) Satu set permainan berakhir apabila kedua tim sudah tidak mempunyai bosi untuk dimainkan. Tim yang mendapatkan poin pada set sebelumnya berhak memulai set permainan selanjutnya dengan melempar boka. Permainan dimulai kembali seperti ketentuan diatas sampai salah satu tim memperoleh poin 13.

e. Manajemen Olahraga Petanque

1) Manajemen Olahraga Petanque di Dunia

Organisasi Petanque tertinggi adalah Federation Internasionale de Petanque et Jelu. Organisasi ini didirikan di Merseille pada tahun 1958 dan memiliki sekitar 600.000 anggota dari 52 negara. Pada saat yang bersamaan, Kejuaraan Dunia digelar pertama kali pada tahun 1959. Kejuaraan terbaru adalah di Faro (2000), Monaco (2001), Grenoble (2002, 2004 dan 2006), Jenewa (2003), Brussel (2005) dan Pattaya (2007), dengan 50 anggota 52 tim dari Cina berpartisipasi di pertemuan. Organisasi olahraga Petanque dikelola dengan sangat baik di dunia ini Fakta membuktikan bahwa mereka dapat mengawasi begitu banyak anggota yang tersebar di seluruh dunia. Ketentuan peraturan internal telah menyebutkan pembagian tugas dalam struktur organisasi petanque dunia, seperti menyelesaikan piagam organisasi dan memastikan hubungan antara federasi di bawah FIPJP dan kompetisi internasional.

2) Manajemen Olahraga Petanque di Indonesia

Petanque merupakan salah satu cabang olahraga yang sedang berkembang di Indonesia, menjanjikan karena jumlah perselisihannya sangat tinggi yaitu 11 nomor pada lomba. Petanque membutuhkan pelatih terbaik agar bisa berkembang dan menjadi salah satu cabang olahraga andalan tim Indonesia untuk meraih medali kejuaraan internasional. Organisasi olahraga petanque di Indonesia pertama kali berdiri pada tahun 2011, saat Indonesia menyelenggarakan SEA Games ke-26 di Jakarta-Palembang, olahraga petanque

(30)

menjadi olahraga wajib. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui KONI Provinsi Sumatera Selatan menunjuk perusahaan pertambangan dan energi daerah untuk melaksanakan tugas pembentukan forum olahraga ini dan mencari atlet potensial SEA GAMES 2011 di Palembang, maka Perusahaan Daerah Pertambangan Dan Energi atau dikenal dengan sebut PDPDE membentuk Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) pada tanggal 11 Maret 2011 dan membiayai kegiatan kegiatan FOPI untuk SEA GAMES 2011.

Hasil SEA Games XXVI/2011 di Palembang tersebut maka berdirilah pada Lapangan petanque berstandar internasional di area Jakabaring Sport City Palembang dengan kekuatan 9 lane pertandingan dan 22 lane latihan dilengkapi dengan stadium penonton dan lampu penerangan di sekeliling lapangan. Ketua umum Federasi Olahraga Petanque Indonesia yang pertama kali dipegang oleh Bapak Caca Isa Saleh. Beliau memiliki dedikasi yang sangat tinggi dalam pengembangan olahraga petanque di Indonesia, segala upaya dilakukan untuk mengembangkan petanque agar setelah suksesnya penyelenggaraan di SEA Games 2011 makin meluas di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2012, usai kompetisi SEA GAMES 2011, FOPI mulai mensosialisasikan olahraga Petanque hingga pembentukan program pembelajaran olahraga di 5 provinsi antara lain kampus Bali, Yogyakarta, Riau, Bandung, Jawa Barat, Jakarta dan Surabaya, serta Jawa Timur. Selain itu, Universitas Nasional Jakarta terus memantapkan tonggak sosialisasi, sehingga olah raga tersebut kini telah meluas dan berhasil berkembang di seluruh Indonesia. Untuk memudahkan masyarakat Indonesia dalam mempelajari Petanque, alat olahraga jenis ini telah di sesuaikan dengan Bahasa Indonesia yaitu Bosi (Bola Besi) dan Boka (Bola Kayu), dan Peraturan Olahraga Petanque yang diundangkan oleh FIPJP telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Manajemen olahraga petanque Indonesia sangat baik, berkat keseriusan Caca Isa Saleh selaku general manager pusat FOPI, ia terus memperkenalkan olahraga yang tergolong baru tersebut usai SEAGAMES 2011. Petanque pertama kali diperkenalkan di Bekasi pada tahun 2016. Pada ajang PON XIX Jabar 2016 ini, Petanque mengikuti jumlah peserta pameran, namun diikuti oleh 20 tim dari 19 provinsi di Indonesia. Saat ini, FOPI pusat bertanggung jawab atas pengelolaan 28 FOPI di tingkat provinsi, dan akan terus melakukan pelatihan serta mempromosikan dan mempromosikan olahraga petanque kepada masyarakat.

(31)

3) Manajemen Olahraga Petanque di Jawa Tengah

Pengurus provinsi FOPI di Jawa Tengah memiliki tempat penting dalam kerangka kerja untuk meningkatkan prestasi. Petanque dioperasikan dan dikelola oleh organisasi independen PB FOPI. Dalam struktur kepengurusan PB, FOPI membawahi dan mengawasi FOPI di tingkat provinsi dan kabupaten, dan struktur berikutnya adalah FOPI kabupaten/ kota yang membawahi dan mengelola perkumpulan atau perkumpulan petanque di daerah. Keberadaan PB FOPI dalam penyelenggaraan olahraga Indonesia dilaksanakan di bawah naungan dan supervisi dari KONI pusat dan PB cabang olahraga lainnya. Proses pencapaian prestasi FOPI di jajaran kepengurusan provinsi Jawa Tengah merupakan anggota dari KONI Provinsi Jawa Tengah. Seleksi pekerjaan sangat ketat dan harus melalui berbagai tahapan yaitu seleksi, persyaratan administrasi, tes fisik dan kemampuan sesuai kebutuhan. Posisi untuk pelatih, pengurus Provinsi FOPI Jawa Tengah juga mengalami rekrutmen. Saat merekrut pelatih terpilih, mereka sudah menjadi pelatih berlisensi dan berpengalaman, kemudian untuk pelatihnya sendiri, pemilihan dilakukan secara terbuka berdasarkan kemampuan pelatihnya. Sarana dan prasarana yang dimiliki Pemprov Jateng dibantu oleh KONI Jateng. Sarana latihan, atlet berlatih di Lapangan Graha Wiyata Patemon yang merupakan basis Petanque, Jawa Tengah. Petanque, atlet bisa mendapatkan pendampingan dari Provinsi Koni melalui Pengprov FOPI Provinsi Jawa Tengah melalui format bola yang berstandar internasional.

3. Pembinaan Olahraga

a. Definisi Pembinaan Olahraga

Menurut Irianto (2002: 27) pembinaan adalah upaya, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pakar olahraga di seluruh dunia percaya bahwa tahap pengembangan diperlukan untuk mencapai prestasi olahraga tingkat tinggi, yaitu melalui tahap pemassalan, pembibitan dan pencapaian prestasi. Pembinaan dan pembibitan olahraga adalah masalah penting yang perlu diperhatikan. Upaya peningkatan prestasi olahraga perlu dilakukan melalui cara-cara yang lebih efektif dan efisien, melalui pencarian dan pemanduan bakat, pembibitan, pendidikan dan pelatihan olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih efektif dan efisien serta peningkatan kualitas olahraga baik tingkat pusat maupun daerah.

(32)

Menurut Wibisono dalam Rasyono (2016: 45), pembinaan calon atlet tidak bisa langsung diselesaikan, pembinaan hierarkis, rutinitas pertandingan, penyediaan waktu terbang, ketersediaan dana pembinaan, fasilitas dan perhatian pemerintah menjadi faktor penting dalam pembinaan atlet muda. Pembinaan ditujukan untuk calon atlet dalam cabang olah raga, sehingga menjadi atlet professional. Pembinaan merupakan rangkaian dari pembibitan bagi atlet. Pembibitan tersebut merujuk pada kualitas atlet dalam bidangnya.

Menurut Nuryadin (2010: 61-69) pembibitan dapat dilakukan melalui identifikasi bakat, kemudian tahap pengembangan bakat. Kedua cara tersebut diharapkan proses pembibitan menjadi lebih baik. Pembibitan adalah model yang dirancang untuk merekrut atlet berbakat yang telah diteliti secara alami. Pembibitan olahraga merupakan tahapan penting dalam pengembangan prestasi olahraga dan fondasi untuk membangun sistem pembinaan prestasi olahraga.

b. Pembinaan Olahraga di Indonesia

Menurut Yuniarto (2020) dalam laman kompas.id, menyebutkan bahwa sebelum Indonesia merdeka tahun 1945, Indonesia menempuh perjalanan panjang sebagai pelatih olahraga. Sejak tahun 1938, pemuda Indonesia telah mendirikan Persatuan Olahraga Indonesia (ISI) dalam bentuk federasi. Pada awal berdirinya, ISI beranggotakan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Persatuan Tenis / Lapangan Tenis Indonesia (Pelti) dan Persatuan Bola Basket Indonesia. ISI dalam laman KONI merupakan kelanjutan dari semangat Sportbond dari Persatuan Olahraga Indonesia. ISI berusaha untuk mengumpulkan kekuatan semua olahragawan yang biasanya tidak terorganisir tetapi sudah mulai berkomunikasi dengan Komite Olimpiade Asia.

ISI memanfaatkan kegiatan pekan olahraga sebagai alat persatuan untuk mewujudkan prinsip atau sarana perjuangan. Organisasi ISI sebenarnya adalah sarana untuk melaksanakan perjuangan bangsa Indonesia.Kala itu perjuangan itu dihormati oleh pemerintah kolonial Belanda dalam bidang olah raga dan olah raga nasional, karena pendiri organisasi tersebut adalah Voolksrad (Dewan Perwakilan Rakyat Masa Pemerintah Kolonial). Tanggal 15 Oktober 1938 ditetapkan sebagai tanggal berdirinya ISI, yaitu organisasi olahraga yang dapat menampung segala ambisi dari perkumpulan olahraga. Tanggal ini juga menjadi pendorong sejarah bagi bangsa Indonesia untuk berjuang melalui olahraga dengan mengadakan kompetisi multi cabang olahraga.

(33)

Setahun setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1946 semangat olahraganya dihidupkan kembali. Saat itu Indonesia merupakan organisasi olahraga nasional, dan Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) membentuk Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI). Pimpinan olahraga dari mantan pengurus ISI dan organisasi olahraga lainnya membentuk PORI dan KORI pada Konferensi Olahraga Surabaya I. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 9 September 1948, saya mengadakan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Surabaya. Kemudian, PORI dan KORI membentuk delegasi untuk mengikuti Olimpiade XIV di London, namun gagal karena situasi politik yang buruk di negara tersebut.

Pada tanggal 25 Desember 1965 dibentuklah Sekretariat Bersama Departemen Olahraga Induk. Muncul ide untuk mengganti Dewan Olahraga Indonesia dengan Dewan Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang merupakan organisasi independen yang tidak terpengaruh politik. Keputusan Presiden Nomor 143A dan 156A tahun 1966 menegaskan pembentukan KONI untuk menggantikan Dewan Olahraga Indonesia (DORI). Organisasi baru ini tidak dapat beroperasi karena dalam situasi politik era tersebut tidak mendapat dukungan dari induk organisasi olah raga.

KONI (baru) dibentuk oleh induk organisasi olahraga pada tanggal 31 Desember 1966 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan KOI dibawakan oleh Sri Paku Alam VIII. KONI telah dikukuhkan dengan Perpres No 57/1967, KONI merupakan lembaga swadaya masyarakat yang mandiri, artinya kegiatan olahraga akan kembali kepada masyarakat. KONI adalah mitra yang membantu pemerintah dalam bidang olahraga, tidak dikendalikan oleh kelompok kekuasaan dan tidak memiliki kepentingan politik.

KONI dan KOI melakukan merger pada 1978 karena alasan efisiensi, pengurusnya sama, tapi fungsinya berbeda. KONI berkembang di dalam negeri, dan KOI mengembangkan kegiatan hubungan eksternal. Ketua KONI dan ketua KOI adalah Sri Sultan HB IX. Pada tahun 2005, pemerintah mengesahkan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Olahraga Nasional dan mereorganisasi KONI menjadi KON dan KOI. KON memberikan pembinaan dalam negeri dan menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional, sedangkan KOI melakukan kegiatan pengiriman atlet ke luar negeri dan penyelenggaraan Pekan Olahraga Internasional di Indonesia. Kemudian pada tahun 2007, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16, Nomor 17, dan Nomor 18 tahun 2007 sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 16. 3 Maret 2005. KONI juga mengadakan

(34)

Munaslub khusus olahraga nasional, salah satunya adalah persetujuan Anggaran Dasar KONI dan KOI. Rita Subowo terpilih sebagai Ketua Umum KONI dan KOI masa periode 2007–2011.

Pada rapat koordinasi KONI yang diadakan di Surabaya tahun 2010, seluruh peserta KONI tingkat provinsi mengusulkan untuk membentuk pokja untuk mengamandemen UU No 40. Soal Sistem Olahraga Nasional pada 3 Maret 2005 diusulkan untuk mempertemukan KONI dan KOI. Pada rapat anggota tahunan 2012, KONI memutuskan bahwa AD / ART KONI perlu diperbaiki. Oleh karena itu, unsur KONI Pusat, KONI DKI Jaya, Kalbar, Sultra, PB Perbakin dan PB IKASI membentuk Pokja. Pada Desember 2012, pada Forum Musyawarah Olahraga Nasional yang diadakan di Balikpapan, KONI merekomendasikan agar pemerintah merumuskan aturan KONI sebagai satu-satunya organisasi yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional.

Pasal 17 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 mengatur bahwa ruang lingkup kegiatan olahraga meliputi tiga (tiga) jenis kegiatan olahraga, yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Untuk mencapai prestasi yang tinggi, pembina olahraga bukannya tanpa hak untuk mendidik pelatih olahraga, hal ini di tingkat sekolah, yaitu siswa adalah pelakunya. Prestasi olahraga tidak dapat dicapai tanpa pemantauan sejak bayi hingga tahap pencarian bakat sampai diperoleh bimbingan pendidikan dan pelatihan yang penting untuk ilmu pengetahuan yang lebih modern dan efektif. Selain itu juga perlu bantuan organisasi atau pemangku olahraga tertentu di tingkat nasional dan daerah karena dapat membantu memberikan pembinaan yang berkelanjutan. Pembinaan olahraga sejak dini lewat program dan Latihan yang baik dan terstruktur menjadi sebuah kewajiban, bahwa sejak awal atlet harus di bina dengan program-program yang baik dan terstruktur dalam jangka panjang.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh M.Fatchurrahman Bagus Saputra, Agus Kristiyanto, Muchsin Doewes

Penelitian yang dilakukan oleh M.Fatchurrahman Bagus Saputra, Agus Kristiyanto, Muchsin Doewes (2019) dengan judul “Analisis Manajemen Pengurus Provinsi Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Jawa Tengah Dalam

(35)

Mendukung Prestasi Olahraga Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan adalah dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif, pada hasil studi dari evaluasi diungkapkan dengan kata-kata dan penelitian ini lebih menitikberatkan pada kalimat –kalimat yang lebih mendalam, rinci dan lengkap, Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam, yaitu:(1) wawancara, (2) observasi,(3) dokumentasi.

Hasil penelitian yang terkait dengan analisis manajemen Pengprov FOPI Jawa Tengah, dalam peningkatan prestasi atlet dan pelatih dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya akan tetapi masih ada kekurangan dan kelemahan yang harus diperbaiki untuk mencapai tujuan yang maksimal.

Dengan demikian dapat disimpulkan Berdasarkan hasil analisis data yang telah ditentukan, disimpulkan bahwa Manajemen Pengurus Provinsi Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Jawa Tengah Dalam Mendukung Prestasi Olahraga Di Jawa Tengah telah berjalan dengan baik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Faizal Bahri dan Dr. Irmantara Subagio, M.Kes

Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Faizal Bahri dan Dr. Irmantara Subagio, M.Kes (2020) dengan judul “Survei Manajemen Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga PABBSI dan PASI di KONI Kota Kediri”, bertujuan untuk mengetahui manajemen pembinaan prestasi cabang olahraga yang ada di Koni Kota Kediri yang saat itu mengalami prestasi yang baik. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan survei yang diperoleh dari manajemen, pelatih, dan atlet kemudian data dianalisis menggunakan metode deskriptif.

Manajemen adalah hal non teknis yang sangat penting dalam yang sangat penting dalam menjalankan suatu organisasi dalam Koni. Karena, sebagai pengatur semua yang ada dalam suatu cabang olahraga yang dinaungi oleh Koni Kota Kediri, antara lain: pendanaan dan penyediaan sarana pra-sarana. Sehingga, dari hal tersebut terjadi hal yang saling berkaitan dalam tercapainya suatu prestasi dalam cabang olahraga.

Dalam penelitian ini akan dibahas suatu proses yang mengakibatkan suatu prestasi cabang olahraga di Koni Kota Kediri. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwasanya faktor yang paling dominan adalah keseriusan manajemen dalam melakukan monitoring dan evaluasi cabang olahraga. Dalam hal pendanaan manajemen juga mempermudah. Rutinitas latihan setiap hari juga menjadi nilai tambahan. Sehingga dari hal tersebut berdampak pada semua aspek yang lainnya

(36)

antara lain: tercapainya kesejahteraan atlet, keharmonisan bagi semua dan selalu tercapai target yang memuaskan diajang PORPROV Jawa Timur.

3. Penelitian yang dilakukan Abdul Mursalim, Sapto Adi dan Olivia Andiana

Penelitian yang dilakukan Abdul Mursalim, Sapto Adi dan Olivia Andiana (2018) dengan judul “Survei Manajemen Pembinaan Olahraga PASI Kota Malang”, penelitian ini merupakan penelitian survei dengan penentuan responden secara purposive sampling yang berjumlah 15 orang. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan persentase. Dilaksanakan di klub PASI Kota Malang dari bulan Agustus sampai dengan bulan September 2017 dengan menggunakan metode angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pembinaan olahraga PASI Kota Malang sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen yaitu: 1) perencanaan masuk dalam kategori

“cukup”, sebesar 68%, 2) pengorganisasian masuk dalam kategori “cukup”,72%, 3) pelaksanaan masuk dalam kategori baik ”sebesar 76% dan 4) pengawasan masuk dalam kategori “baik” sebesar 80%.

C. Kerangka Berpikir

Petanque merupakan salah satu cabang olah raga baru yang mulai banyak dimainkan pada berbagai macam pertandingan. Sudah melakukan pembinaan dalam olahraga petanque di daerah Solo Raya, tetapi minat dari masyarakat untuk mengenal dan ikut memainkan olahraga ini masih sangat kurang, alasan lainnya dikarenakan sosialisasi tentang olahraga petanque yang kurang menyeluruh atau manajemen dari tempat pembinaan yang kurang baik. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir dalam penelitian ini dirangkum dalam poin-poin yang menjadi alur penelitian. Berikut uraian kerangka berpikir

(37)

Gambar 2. 7 Bagan Kerangka Berpikir

Survei Manajemen Olahraga Petanque Se-Solo Raya pada Tahun 2021

Manajemen Olahraga Petanque

Manajemen Organisasi FOPI Sistem Pengelolaan Struktur Organisasi

Pembinaan olahraga/

prestasi

Sumber Anggaran dana Perekrutan pengurus

Pengadaan sarana dan prasarana Kinerja Pengurus

Perekrutan Pelatih

Rutinitas Latihan Pembibitan/ pencarian

bakat

Perekrutan Atlet

Prestasi Atlet

(38)

Gambar

Gambar 2. 2 Karakteristik Organisasi
Gambar 2. 3 Tingkatan Manajemen  Sumber: Schermerhorn (2017)
Gambar 2. 4 Fungsi-Fungsi Manajemen
Gambar 2. 5 Peran-Peran Manajerial Mintzberg  Sumber: Robbin dan Coulter dalam Foster dan Sindharta (2019: 12)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Tabel 2.1 Pembagian band frekuensi terhadap panjang gelombang 16 Tabel 3.1 Pemakaian Band Frekuensi Untuk 3 Fiber Optik 31 Tabel 3.2 Pemakaian Band Frekuensi Untuk 1 Fiber

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Hasil analisis dinamik respon spektrum berdasarkan Applied Technology Council-40 (ATC-40), level kinerja struktur gedung baik arah X maupun arah Y termasuk dalam kategori level

Oleh karena itu, berikut ini terdapat contoh penggunaan media pembelajaran dalam matematika yaitu Monika (monopoli matematika); Jarimatika, digunakan sebagai media

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Panduan ini akan menolong Anda untuk mengajar, menyediakan aktivitas- aktivitas yang berpusat pada siswa dan menilai standar kompetensi yang sejalan dengan judul “Mengakses