BAHASA DAN IDENTITAS KULTURAL
(Studi Kasus Kalangan Warga Masyarakat Tionghoa Yang Tergabung Dalam Paguyuban Perkumpulan Masyarakat Surakarta)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Ilmu Komunikasi
Oleh
Lukas Maserona Sarungu S221108006
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
BAHASA DAN IDENTITAS KULTURAL
(Studi Kasus Kalangan Warga Masyarakat Tionghoa Yang Tergabung Dalam Paguyuban Perkumpulan Masyarakat Surakarta)
TESIS
Disusun oleh:
Lukas Maserona Sarungu NIM: S221108006
Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I Prof. Drs. Pawito, Ph. D. 2016 NIP. 195408051985031002
Pembimbing II Sri Hastjarjo, S. Sos., Ph. D. 2016 NIP. 197102171998021001
Telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diuji pada tanggal 2016
Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Pascasarjana UNS
Dra.Prahastiwi Utari, M.Si. Ph. D. NIP. 196008131987022001
(Studi Kasus Kalangan Warga Masyarakat Tionghoa Yang Tergabung Dalam Paguyuban Perkumpulan Masyarakat Surakarta)
TESIS
Oleh:
Lukas Maserona Sarungu NIM: S221108006
Tim Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dra.Prahastiwi Utari, M.Si. Ph. D.
NIP. 196008131987022001 ... ...
Sekretaris Drs. Yulius Slamet, M.Sc. Ph. D.
NIP. 194803161976121001 ... ...
Anggota Prof. Drs. Pawito, Ph. D.
NIP. 195408051985031002 ... ...
Anggota Sri Hastjarjo, S. Sos., Ph. D.
NIP. 197102171998021001 ... ...
Telah dipertahankan di depan penguji Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Pada Tanggal...2016
Mengetahui:
Direktur Pascasarjana Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dra.Prahastiwi Utari, M.Si. Ph. D. NIP. 196007271987021001 NIP. 196008131987022001
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1.
Tesis saya yang berjudul :
”Bahasa dan Identitas Kultural (Studi
Kasus Kalangan Warga Masyarakat Tionghoa Yang Tergabung
Dalam Paguyuban Perkumpulan Masyarakat Surakarta)”
ini
adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan
acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan
daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat
dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia
menerima sangsi, baik Tesis beserta gelar magister saya dibatalkan
serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2.
Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum
ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai
author
dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi
akademik yang berlaku.
Surakarta, 2016
Mahasiswa,
Lukas Maserona Sarungu
S221108006
Halaman Persembahan
Papa dan Mama
Monic, Fide dan Fio
Terima kasih atas pengertian, perhatian, dukungan baik moril maupun material kalian.
MOTTO
“We are shut up in schools and college recitation rooms for ten or fifteen years, and come out at last with a bellyful of words and do not know a thing.”
“The only thing that interferes with my learning is my education.”
-Albert Einstein
ABSTRAK
Bahasa adalah manifestasi identitas. Kajian ini bertujuan melihat bagaimana identitas kultural
komunitas Tionghoa di Perkumpulan Masyarakat Surakarta melalui manifestasi bahasa yang digunakan oleh
komunitas tersebut. Latar belakang diperlukannya riset ini adalah semakin dibutuhkan potret identitas mengenai
liyan (the other)yang dilakukan secara ilmiah dan tidak semata memperkuat stereotip peyoratif mengenai mereka yang liyan, dalam hal ini Komunitas Tionghoa PMS. Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran dan pemahaman yang ilmiah mengenai identitas Komunitas Tionghoa PMS sehingga tidak terjebak
Perspektif teoretis yang digunakan adalah perspektif komunikasi dari Fiske (2012), sedang konsep
identitas kultural yang dipakai untuk mendeskripsikan data adalah konsep identitas kultural dari Hall (1990).
Karena itu Kerangka pemikiran penelitian ini menggunakan model komunikasi Fiske, lengkap dengan
konsep-konsep komunikator/kan, pesan, referensi dan makna. Sedangkan konsep-konsep-konsep-konsep identitas kultural, referensi,
memori, dan narasi dari Hall digunakan sebagai lensa teoretisnya dengan tetap mengacu pada model Fiske.
Metode studi kasus digunakan untuk mendapatkan data dan jawaban yang relevan terhadap rumusan
masalah. Studi kasus yang digunakan adalah single case, dengan metode sampling convenience, data yang
diambil adalah wawancara dan studi dokumen, dan analisa data menggunakan explanation building yang
kesemuanya mengacu pada karangan Yin (2009).
Hasil menunjukkan bahwa dalam berbahasa tidak ditemui pemakaian Bahasa Barat, maupun Mandarin,
Bahasa Indonesia mendominasi dalam konteks formal, sedangkan Bahasa Jawa mendominasi situasi informal.
Hal ini berlawanan dengan telaah pustaka mengenai akibat globalisasi yang mengkhawatirkan akan banyak
Bahasa Barat yang menggerus pemakaian bahasa lokal. Begitu pula dengan pustaka mengenai re-sinicization
yang seiring dengan kebangkitan Negara Tiongkok akan menimbulkan gairah untuk mempelajari kembali
budaya leluhur di kalangan Tionghoa belum terlihat jelas dalam penelitian ini. Kesimpulan dari kajian ini: dari
manifestasi bahasa yang digunakan maka identitas kultural komunitas Tionghoa PMS adalah Indonesia-Jawa.
Penyebab utama identitas Indonesia-Jawa Komunitas Tionghoa PMS adalah narasi yang disediakan
(dipaksakan) oleh rezim Orde Baru mengenai asimilasi beserta larangan-larangan menggunakan dan
mempelajari Bahasa dan simbol-simbol Tionghoa serta memori kolektif Komunitas Tionghoa PMS mengenai
peristiwa 1965 dan 1998 yang menimbulkan trauma mengenai rentannya posisi komunitas Tionghoa sebagai
middlemen minority hingga kini. Karena itu asimilasi/pembauran menjadi pilihan identitas untuk mencapai tujuan dasar semua makhluk hidup yaitu survival.
Identitas Kultural, Komunikasi, Bahasa, Perkumpulan Masyarakat Surakarta, Studi Kasus
ABSTRACT
Language is a manifestation of identity. This study aims to look at how the cultural identity of the
Chinese community in Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) through the manifestation of the language
used by the community. The background for this research is increasingly needed on the portrait og the identity
of the other (liyan) is done scientifically and not merely reinforce a pejorative stereotypes about their otherness,
in this case the Chinese Community PMS. The benefits of this research is to get a scientific overview and
understanding of the Chinese PMS Cultural Identity so it does not get stuck on the stereotypes that exist.
Theoretical perspective used is the perspective of communication from Fiske (2012), the concept of
cultural identity that is used to describe the data is the concept of cultural identity from Hall (1990). This study
framework therefore using Fiske communication model, complete with concepts communicator, the message,
reference and meaning. While the concepts of cultural identity, reference, memory, and the narrative from Stuart
The case study method is used to obtain the data and the relevant answers to the formulation of
research problem. The case study used was a single case, the sampling method is convenience sampling, data
taken are interviews and document study and data analysis using the explanation building, all of which refer to
the Yin (2009).
The results showed that the use of English-speaking West are not met, as well as Mandarin, Bahasa
Indonesia dominate in formal contexts, while the Java language dominate the informal situation. This is in
contrast with the literature review of the impact of globalization which will worry many Western languages
which diminishes the use of local languages. Similarly, the literature regarding the re-sinicization that along
with the rise of the State of China will create passion to relearn the ancestral culture in the Chinese community
has not seen clearly in this study. The conclusion of this study: the manifestation of the language used, the
cultural identity of the Chinese community is the Indonesian-Javanese PMS. The main cause of identity
Indonesian-Javanese Chinese Community PMS is a narrative provided (imposed) by the regime on the
assimilation and its prohibitions to use and learn the language and symbols of the Chinese and collective
memory of the Chinese Community PMS regarding the events of 1965 and 1998 were traumatizing about
vulnerable position as middlemen minority Chinese community until now. Therefore assimilation / mixing a
choice of identity to achieve the basic objectives namely the survival of all living beings.
Cultural Identity, Communication, Language, Perkumpulan Masyarakat Surakarta, Case Study
KATA PENGANTAR
Identitas, selalu menjadi masalah dari masa ke masa. Problema identitas masa kini dirumuskan secara tepat oleh PM Singapura Lee Hsien Long, pada saat memberikan pidato sambutan di acara Ho Rih Hwa Leadership in Asia di Singapore Management University tanggal 10 Juli 2015 (Channel News Asia 19.00-19.30 WIB). Lee mengatakan bahwa ada tantangan yang menjadi kekawatiran mengenai masa depan identitas Singapura, yaitu:
- Sentimen primordial dan kesenjangan kelas
- Kekuatan-kekuatan global dan bisnis eksternal termasuk terorisme global dapat mengancam identitas Singapura
Lee melanjutkan, bahwa sampai Singapura sepenuhnya kebal terhadap faktor-faktor tersebut maka warga Singapura harus terus melanjutkan merajut identitas sebagai warga Singapura.
wilayahnya ratusan kali lipat dibanding Singapura. Keragaman kelompok, suku, budaya, bahasa dan kondisi geografis membuat kesulitan merajut identitas semakin bertambah runyam.
Kondisi diatas agaknya cukup untuk dijadikan alasan, bahwa saat ini kita perlu potret atas identitas beragam kelompok, suku, budaya, dan bahasa yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Potret ini diperlukan untuk mengerti, memahami dan mengapresiasi mereka yang dianggap “liyan.” Karena potret yang “ílmiah” atau obyektif dan non-partisan akan memiliki legitimasinya sendiri dalam menghadapai stereotipe-stereotipe peyoratif terhadap “liyan” yang digembar-gemborkan oleh pihak-pihak yang, sadar atau tidak, berusaha merobek rajutan identitas Indonesia sebagai bangsa yang bersatu.
Penelitian ini hanyalah sebuah usaha kecil untuk mendapatkan sebuah potret, yang juga kecil, atas sebuah kelompok masyarakat yang menamakan dirinya Perkumpulan Masyarakat Surakarta. Walau pun kecil, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan dialog, konversasi, debat dan argumentasi untuk merajut keindonesiaan yang selalu terancam oleh empat (4) kekuatan yang dipetakan oleh PM Singapura dan melawan stereotipe-stereotipe yang dihembuskan oleh agensi-agensi keempat kekuatan tadi.
Selama penelitian tidak dapat dipungkiri, kenaifan peneliti di awal-awal riset, digabung dengan lemahnya pemahaman teori serta minimnya pengalaman metodologis yang akut membuat penelitian yang diilhami oleh Profesor Pawito ini jauh panggang dari api. Rencana awal peneliti untuk meneliti konstruksi identitas dari simbol keseharian komunitas PMS, harus buyar seiring dengan bertambahnya pemahaman peneliti mengenai metode “ilmiah.” Data-data yang telah dikumpulkan tidak cukup valid untuk memenuhi kriteria penelitian kualitatif sebagaimana disyaratkan Cresswel (2007).
Hanya data tentang bahasa saja yang dirasa cukup untuk memenuhi kriteria validitas yang disyaratkan Cresswel. Karena itu penelitan ini pada akhirnya “hanya” menggali data berupa bahasa. Walaupun begitu, penelitian ini bukan kajian linguistik namun penelitian komunikasi. Sedari awal definisi yang menjadi acuan adalah definisi komunikasi dan elemen-elemen yang dikaji adalah elemen-elemen komunikasi yang dikemukakan oleh Fiske.
teoretis identitas yang dikemukakan Hall (1990) proses koding dan sorting pun tetap tak semudah yang dibayangkan.
Sedangkan data sekunder memberikan pengalaman buruk tersendiri, sejarah sosial komunitas Peranakan Tionghoa yang dapat ditarik hingga berabad lampau telah menghasilkan tumpukan buku, masing-masing dengan ratusan halaman, yang merupakan mimpi buruk bagi penulis mana pun yang berusaha mencari penjelasan sederhana dan lugas mengenai asal-usul dan simbol-simbol yang mereka gunakan. Untuk itu peneliti menerapkan secara ketat, hanya data-data yang berkaitan secara langsung saja dengan elemen-elemen komunikasi yang diteliti yang dimasukkan kedalam Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Untuk sebuah penelitian kualitatif, kesan tipis memang tidak bisa dihindarkan. Namun penulis tetap berpijak pada pandangan Miles & Huberman (1994) bahwa kebanyakan penelitian sosial yang menganut bahwa penelitian kualitatif yang baik adalah yang “tebal” tidak memiliki argumentasi yang kuat, karena menurut mereka cara kerja otak manusia adalah menyederhanakan hal-hal yang kompleks supaya mudah dipahami, dan bukan sebaliknya. Untuk itulah Miles & Huberman menyediakan perangkat analisis interaktif dalam bukunya untuk membantu para peneliti sosial agar kajian mereka tersaji secara sistematis dan tidak semata-mata “tebal.”
Tesis ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Papa dan Mama yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik dan mengajari peneliti
2. Isteri dan anak-anak, Monica, Fide dan Fio beserta Kung Witono dan Oma Noni yang telah banyak berkorban selama peneliti sibuk dengan penyelesaian tesis
3. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku pembimbing pertama yang menginspirasi dan mengilhami tidak hanya ide penelitian namun juga teladan
4. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D selaku pembimbing kedua yang banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.
5. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph. D selaku Kaprodi Ilmu Komunikasi yang tidak putus-putusnya memberikan semangat, dorongan dan bantuan kepada peneliti untuk menyelesaikan tesis
7. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UNS yang telah banyak memberikan bekal pendidikan
8. Bp. Sumartono Hadinoto, Prof. Rustopo, S.Kar, Dr. Oesman Arif serta seluruh narasumber dalam penelitian saya. Terima kasih telah berkenan membagi waktu dan informasi yang berharga bagi penelitian ini.
9. Teman-teman Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UNS khususnya kelas Teori yang selalu menginspirasi
10.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu.
Semoga semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tesis selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esan dan diberikan kesehatan, kelimpahan rezeki dan kelancaran dalam segala urusan. Amin
Surakarta, 2016 Hormat saya
Lukas Maserona Sarungu NIM. 221108006
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Pernyataan Keaslian Dan Persyaratan Publikasi... iv
Halaman Persembahan ... v
Motto ... vi
Abstrak ... vii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Perspektif Teoretis ... 7
B. Tradisi Riset Komunikasi ... 7
C. Globalisasi dan Identitas Kultural ... 8
D. Komunikasi dan Identitas Kultural ... 11
E. Globalisasi, Negara dan Identitas Kultural... 13
F. Problema Identitas dalam Kajian Diaspora Tionghoa ... 14
G. Review Penelitian Terdahulu ... 17
H. Kerangka Pemikiran ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Tempat dan waktu ... 25
C. Subjek Penelitian ... 26
D. Data dan sumber data ... 26
E. Teknik Sampling ... 27
F. Teknik Pengumpulan Data ... 27
G. Validitas data ... 28
H. Teknik analisis data... 28
I. Etika Penelitian ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Elemen Komunikator/kan ... 32
1. Komunitas Tionghoa ... 32
a. Etnis Tionghoa di Surakarta... 32
2. Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS)... 35
3. Sikap Asimilasi PMS ... 37
B. Elemen Komunikasi Pesan (Bahasa) dan Referensi (Memori dan Narasi) 40 1. Penggunaan Bahasa Mandarin ... 43
2. Penggunaan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia ... 53
3. Penggunaan Bahasa (Simbol) Barat... 58
C. Elemen Makna: Identitas Kultural Indonesia-Jawa ... 62
D. Diskusi ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Implikasi ... 69
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71