• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sasaran penganiayaan, korbanpun dipukul secara bersama-sama dan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sasaran penganiayaan, korbanpun dipukul secara bersama-sama dan dengan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penganiayaan merupakan suatu perlakuan yang sewenang-wenang kepada seseorang demi kepuasan hasratnya atau luapan emosi yang pelaku lakukan, dalam penganiayaan kali ni dilakukan oleh lebih dari satu orang dimana perbuatan tersebut biasa disebut dengan pengeroyokan. Dan pengeroyokan merupakan suatu perbuatan tindak pidana yang mana perbuatan tersebut dilakukan oleh sekelompok orang atau massa.

Pelaku tindak pidana penganiayaan yang menggunakan tenaga secara bersama-sama dalam waktu yang bersamaan diawali dengan adanya cek cok atau adu mulut di pos jaga pemakaman Asta Tinggi Sumenep, datang seseorang yang mencoba untuk melerai pertikaian tersebut akan tetapi orang yang maksud dan tujuannya ngin melerai malah menjadi sasaran penganiayaan, korbanpun dipukul secara bersama-sama dan dengan waktu yang bersamaan hal perbuatan tersebut merupakan sutau perbuatan pengeroyokan.

Pelaku yang merasa dirinya tidak mau orang lain ikut campur ni menjadi emosi sehingga orang yang melerai nipun menjadi korban pengeroyokan. Tindakan penganiayaan yang dilakukan secara bersama- sama atau yang biasa disebut dengan tindakan main hakim sendiri (Pengeroyokan). Dan pengeroyokan ini juga dikenal dengan istilah Eigenrechting, yang berarti melakukan perbuatan main hakim sendiri, mengambil hak orang lain tanpa mengindahkan ketentuan hukum dan tanpa

(2)

2 pengetahuan pemerintah serta penggunaan alat kekuasaan pemerintah.1 Suatu tindakan main hakim sendiri atas dasar kesalahpahaman dalam suatu permasalahan lainnya merupakan bentuk perbuatan yang salah harusnya tidak diperbolehkan karena menunjukkan bahwa adanya indikasi rendahnya kesadaran hukum didalam masyarakat.2

Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dimuka peradilan dengan secara layak, dikarenakan didalam hukum dikenal dengan istilah Asas Praduga Tak Bersalah yakni seseorang wajib diduga tak bersalah atas suatu tindak pidana apabila belum ada putusan yang menyatakan dirinya bersalah yang artinya bahwa seseorang tidak dapat diperlakukan semena-mena dengan peradilan pengeroyokan karena belum adanya putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap.3

Akan tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan alah masih ada saja peristiwa-peristiwa perbuatan pengeroyokan atau penganiayaan secara bersama-sama dan dengan waktu bersamaan dimuka umum yang terjadi di masyarakat, hal tersebut sebagaimana diberitakan di media, yakni terkait kasus Pengeroyokan yang dilakukan kepada seorang penjaga pos jaga di areal pemakaman Asta Tingi Kab. Sumenep.

Sumenep – www.fajarnusantaranews.com, Nasib sial dialami oleh pemuda asal desa kebunagung kecamatan Kota kabupaten Sumenep dikeroyok dua pemuda hingga babak belur. Kejadian tersebut dilakukan ditempat keramaian, tepatnya di Asta Tinggi yang notabenenya tempat wisata religi dimana pada saat kejadian banyak orang serta peziarah yang berkunjung disana. Melihat kejadian tersebut sontak tanpa dikomando para peziarah menolong korban pengeroyokan untuk ditolong agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Menurut hasil pantauan wartawan media www.fajarnusantaranews.com ketempat kejadian dan berhasil minta keterangan dari warga dan membenarkan bahwa telah terjadi pengeroyokan, dan berhasil menemui korban yang teryata berasal dari Desa Pandian kecamatan Kota kabupaten Sumenep yang bernama Sayar dan masih tetangga Desa.

1 Wirjono Prodjodikoro, 2012, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung, Refika Aditama, hlm. 3

2 Andi Hamzah, 1996, Kamus Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm.167

3 Ibid

(3)

3 Kronologisnya, “Pada hari senin sekitar pukul 11.00 WIB. RB. ABD.

RAHMAN yang pada saat itu melaksanakan jaga di Pos Tamu Ziarah di makam Asta Tinggi, kemudian datang dua orang bernama Syaiful dan Jupri untuk melerai pertengkaran mulut tersebut. Merasa dirinya dilerai, maka tanpa alasan yang jelas Syaiful ,Jupri dan Raidi langsung memukul orang yang melerai yang bernama Sayar dengan membabi buta hingga Sayar tidak sadarkan diri, berhubung pada waktu sedang ramai pengunjung untuk melakukan Ziarah maka dengan spontan menolong Sayar untuk diamankan dari amukan tiga orang tersebut.

Setelah sadar maka Sayar mengambil sepeda motornya menuju Kantor YAYASAN PENEMBAHAN SOMALA melaporkan kejadian tersebut.

Pihak ketua Yayasan menyarankan agar melaporkan ke pihak kepolisian.

Menurut keterangan Kapolres Sumenep dalam hal ini Humas Polres, Bu Widi saat dikonfirmasi membenarkan akan kejadian tersebut. ( AJ )4

Dari kasus tersebut, diketahui bahwa tindakan pengeroyokan yang melakukan pengeroyokan tersebut telah merugikan orang lain bahkan sampai mengakibatkan luka-luka. Dalam hal ini korban dari kejadian penganiaayan tersebut berhak untuk mendapatkan kepastian hukum secara semestinya. Namun siapa yang harus bertanggung jawab dengan tindakan hukum terhadap korban pengeroyokan massa ni. Pelaku yang lebih dari satu ini membuat aparat penegak hukum sering menemui jalan buntu dalam penyelesaian hukumnya.

Massa yang berjumlah lebih dari satu orang tersebut harus dipilah- pilah dalam penetapannya sebagai pelaku tindak pidana. Dikarenakan diantara mereka mempunyai peran masing-masing dalam suatu tindak pidana berdasarkan tindakan yang mereka perbuat. Penetapan pelaku dapat dilihat dari peran seseorang sebagai pelaku, turut serta bahkan hingga pembantu dalam tindak pidana. Bukan hanya itu saja hambatan yang dihadapi oleh penegak hukum, melainkan dalam perkara pengeroyokan

4 Fajar Nusantara News, Tanpa Alasan Yang Jelas Pemuda Asal Desa Pandian Kec. Kota Sumenep Dikeroyok Hingga Babak Belur, https://fajarnusantaranews.com. Diakses tanggal 09 Mei 2022

(4)

4 massa dalam KUHP sendiri belum memberikan solusi khusus mengenai perbuatan pengeroyokan massa, hukuman yang dijatuhkan terhadap pelaku hanya berupa tanggung jawaban atas perbuatan yang dilanggar oleh pelaku seperti penganiayaan yang tercantum pada pasal 351 KUHP, pengrusakan Pasal 460 KUHP, kekerasan 170 KUHP, dll

Dalam hal ini perlu adanya proses yang dilakukan oleh aparat penegek hukum yang telah sesuai dengan wewenangnya, yang mana telah diatur dalam Pasal 1 KUHAP yang menyebutkan hal-hal sebagai berikut;5

1. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

2. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

3. Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.

4. Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.

5. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.6 Bentuk perbuatan yang dilarang tersebut secara garis besar terbagi menjadi dua golongan yakni perbuatan-perbuatan aktif (positif) yang sering disebut dengan perbuatan materiil (matriele feit), dan perbuatan-perbuatan yang bersift pasif atau perbuatan negatif. Bentuk perbuatan materiil/aktif adalah perbuatan yang mewujudkan bahwa adanya suatu bentuk tindakan/

melakukan suatu gerakan nyata dari anggota tubuh seseorang, contoh;

memukul dengan menggerakan tangan ke bagian tubuh si korban.

Sedangkan perbuatan pasif yakni tidak berbuat secara langsung menggunakan fisik akan tetapi justru melanggar suatu hukum yang mana seseorang dituntut pertanggungjawaban hukumnya apabila ia tidak

5 Tim Yuridis, Pasal 1 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana), https://yuridis.id.

Diakses tanggal 05 April 2022

6 Lihat Pasal 1 KUHAP

(5)

5 melakukan suatu perbuatan tertentu seperti halnya membiarkan seseorang dalam keadaan sengsara. Maka dalam hal ini diatur dalam 304 KUHP yang mana seseorang tersebut telah melakukan perbuatan pasif dan karena perbuatan tersebut seorang dapat dijatuhi pidana.7

Tindak pidana penganiayaan dengan modus pengeroyokan merupakan suatu bentuk tindak pidana yang dilakukan lebih dari satu orang.

Dalam hal ini diatur dalam Pasal 55 KUHP yang didalamnya menyebut bahwa terdapat beberapa cara turut serta dalam melakukan suatu tindak pidana yaitu:

1. Pelaku (dader)

2. Penyuruh (doenpleger)

3. Turut serta melakukan (medader/medepleger) 4. Membujuk (uitloker)8

Selanjutnya pasal 56 KUHP menyebutkan:

1. Pembantu (medeplichtige)9

Dalam ketentuan pasal 55 KUHP dapat diketahui bahwa pihak yang dianggap sebagai pelaku tindak pidana ialah orang yang melakukan dengan bentuk perbuatan menyuruh, membujuk, dan orang yang turut serta melakukan akan diancam dengan pidana yang sama. Berbeda dengan pasal 56 KUHP jika ternyata seseorang bertindak hanya sebagai pembantu melakukan tindak pidana maka ancaman pidananya dikurangi sepertiga.

Penganiayaan adalah perlakuan sewenang-wenang dalam rangka menyiksa atau menindas orang lain.10 Sehingga setiap orang yang melakukan perbuatan tindak pidana tersebut haruslah mempertanggung jawabkan perbuatannya menurut hukum yang berlaku. Akan tetapi dalam prakteknya aparat penegak hukum masih mengalami kendala atau

7 Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hlm. 5

8 Lihat Pasal 55 KUHP

9 Lihat Pasal 56 KUHP

10 Poerdarminto,2003,Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,Jakarta,hlm. 48

(6)

6 problematika dalam menyelesaikan suatu permasalahn tindak pidana penganiayaan dengan modus pengroyokan tersebut..

Dalam melakukan penetapan pelaku tindak pidana tidak bisa semerta-merta menangkap seseorang untuk ditetapkan menjadi pelaku kejahatan pidana. Tentu dibutuhkan suatu pembuktian agar dapat ditetapkan sebagai pelaku tindak pidana. Terkecuali seseorang tersebut tertangkap tangan sedang melakukan kejahatan tindak pidana. Agar dapat menetapkan pelaku tindak pidana terlebih dahalu aparat penegak hukum melaksanakan penyelidikan serta penyidikan yang dilakukan setelah terbitnya Laporan Polisi, informasi serta pengaduan dari masyarakat bahwa telah terjadi perbuatan kejahatan tindak pidana, dan siapapun berhak melakukan laporan ketika telah terjadi suatu kejahatan pidana.

Dalam hal ini sebagaimana yang telah tercantum pada pasal 108 ayat (1) KUHAP No. 8 Tahun 1981 yakni:

1. Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis.

Dalam hal ini dibutuhkan kecermatan dan ketelitian oleh para aparat penegak hukum untuk menegakkan keadilan dalam menetapkan pelaku terhadap tindak pidana pengeroyokan tersebut, karena apabila terjadi kesalahan, maka bisa saja pelaku yang ditangkap dan dijatuhi hukuman tersebut bukanlah merupakan pelaku bisa saja hanya merupakan pembantu dalam tindak pidana tersebut atau bahkan dirinya tidak dapat ditetapkan

(7)

7 sebagai pelaku. Prinsip hukum pidana yaitu, siapa yang berbuat dia yang bertanggungjawab. Tetapi karena melibatkan orang banyak, sehingga susah sekali menentukan siapa pelaku yang paling bertanggungjawab. Untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab tentunya membutuhkan dasar hukum yang tepat dan sesuai dengan unsur-unsur tindak pidana pengeroyokan itu sendiri sebagaimana disebutkan dalam Pasal 170 KUHP dan Pasal 358 KUHP jo Pasal 55 dan 56 KUHP.11 Dalam hal ini sudah menjadi tugas aparat penegak hukum untuk menegakkan hukum sebagaimana mestinya dengan memperhatikan sisi pertanggungjawaban hukum dalam penetapan pelaku tindak pidana pengeroyokan massa. Maka berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik menuangkannya dalam bentuk suatu karya lmiah berupa skripsi yang berjudul “PROBLEMATIKA PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DENGAN MODUS PENGEROYOKAN”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan oleh penulis dalam latar belakang, maka pokok pembahasan yang nantinya akan diteliti dalam skripsi ialah:

1. Bagaimana strategi penyidik dalam melakukan penetapatan pelaku perbuatan tindak pidana pengeroyokan yang mengakibatkan luka-luka ?

11 Andrian Yoga Prastyanto Dan Heni Hendrawati, 2015, pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pengeroyokan, Varia Justicia, Volume 11 Nomor 1, Maret 2015

(8)

8 2. Apa saja faktor penghambat aparat penegak hukum dalam melakukan penetapan pelaku perbuatan tindak pidana penganiayaan dengan modus pengeroyokan yang mengakibatkan luka-luka ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis angkat mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tahapan penyidik dalam menindak perbuatan tindak pidana penganiayaan dengan modus pengeroyokan yang mengakibatkan luka-luka pada korban.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hambatan bagi aparat penegak hukum untuk melakukan penetapan pelaku tindak pidana penganiayaan dengan modus pengeroyokan yang mengakibatkan luka-luka pada korban.

1.4 Manfaat Penelitian

Atas dasar maksud, tujuan, dan alasan sebagaimana yang penulis uraikan diatas maka penulis berharap penelitian ini akan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam rangka menunjang pengembangan ilmu bagi penulis pada khususnya, mahasiswa fakultas hukum dan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya.

(9)

9 2. Bagi Masyarakat

Karya tulis ni diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran masyarakat akan hukum dalam masyarakat sehingga perbuatan tindak pidana pengeroyokan massa tidak lagi terulang ataupun terjadi dalam masyarakat.

3. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah, penulis berharap penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengurangi tindak pidana pengeroyokan yang terjadi di masyarakat sehingga hukum dapat berjalan lebih baik. Selain itu pula, dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan hukum terhadap produk hukum, perbaikan penegakkan hukum aparatur negara, maupun birokrasi serta program pemerintah lainnya.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penulisan ini diharapkan menjadi suatu pengembangan keilmuan hukum acara pidana untuk menindak lanjuti kejahatan tindak pidana di ruang lingkup masyarakat agar tidak terulang kembali.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Metode Penelitian

Metode yang akan peneliti gunakan yakni menggunakan pendekatan yuridis sosiologis yang melihat hukum sebagai bagian dalam perilaku manusia. Dalam metode tersebut dilakukan demi melihat kondisi hukum sebagai bentuk perilaku manusia dalam

(10)

10 masyarakat, yang mana jika kondisi hukum disuatu bermasalah maka akan berdampak ataupun berpengaruh pada perilaku manusia dalam masyarakat tersebut Sebaliknya apabila hukum tersebut tetap tegak dan dipatuhi sebagai pengatur perilaku manusia sesuai dengan porsinya maka tidak akan mempengaruhi perilaku manusia dalam masyarakat tersebut.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang peneliti pilih ialah di Kantor Kepolisian Resort Kab. Sumenep. Adapun alasan yang melatar belakangi peneliti untuk memilih tempat penelitian tersebut dikarenakan penulis menemukan kasus tindak pidana pengeroyokan massa di daerah Kabupaten Sumenep pada tahun 2017 yang telah mengakibatkan korbannya mengalami kerugian secara mental serta luka-luka yang dialami12, peneliti tertarik untuk meneliti kasus tersebut berdasarkan dari sisi penetapan pelaku oleh aparat penegak hukum yakni pihak Kepolisian dan faktor yang menghambat penegakkan hukumnya serta faktor yang menyebabkan tindak pidana pengeroyokan massa tersebut terjadi dimasyarakat. Dengan melakukan penelitian di Kantor Kepolisian maka tentu wawasan penulis akan bertambah terkait penanganan kasus tindak pidana pengeroyokan. nformasi yang akan didapatkan pun tentunya mumpuni dan dapat dipertanggung jawabkan

12 Fajar Nusantara News, Tanpa Alasan Yang Jelas Pemuda Asal Desa Pandian Kec. Kota Sumenep Dikeroyok Hingga Babak Belur, https://fajarnusantaranews.com. Diakses Tanggal 09 Mei 2022

(11)

11 kebenarannya, dan wilayah penelitian tersebut mudah dijangkau oleh penulis.

1.6.3 Jenis Data

Jenis data dari penelitian ini adalah :

a. Data primer adalah data pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti melalui upaya pengambilan data di lapangan langsung.

Karena hal inilah data primer disebut sebagai data pertama atau data mentah. Yakni berupa; berita dimedia sosial (koran elektronik)

b. Data sekunder merupakan berbagai informasi yang telah ada sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian. Data sekunder ini biasanya bisa didapatkan melalui buku, publikasi pemerintah, catatan internal organisasi, laporan, jurnal, hingga berbagai situs yang berkaitan dengan informasi yang sedang dicari.

Berikut data sekunder berupa; Laporan Polisi, Berita Acara Pemeriksaan.

c. Data tersier, yaitu jenis data mengenai data dari bahan hukum yang memberikan penjelasan terkait bahan hukum primer dan sekuder yang mana dalam pengertian baku merupakan istilah baku yang diperoleh dari Ensiklopedia, Kamus, Glossary dan lain-lain yang akan digunakan oleh penulis untuk menjadi bahan kajian berkaitan dengan tindak pidana pengeroyokan massa.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

(12)

12 a. Studi Dokumen

Studi dokumen dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis atau berkas-berkas yang berhubungan dengan upaya-upaya aparat penegak hukum dalam melakukan penetapan terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan dengan modus pengeroyokan. Berikut merupakan hasil studi dokumen yakni berupa; UU pada Pasal 56 KUHP, pasal 55 KUHP, pasal 170 KUHP, pasal 351 KUHP, pasal 1 KUHAP, pasal 1 angka 26 KUHAP, Peraturan Kapolri pasal 70 No. 14 Tahun 2012, Peraturan Kapolri Pasal 6 Tahun 2019, Pasal 108 ayat (1) KUHAP No. 8 Tahun 1981, SOP (Standar Operasional Prosedur) Pelaksanaan Penyelidikan Tindak Pidana.

b. Wawancara

Wawancara/ interview dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan atau pihak yang berkompeten. Adapun subyek penelitian yang berasal dari Kepolisian Resort Kab. Sumenep. yakni Briptu Sendi Perdana Putra, S.H dari satuan Pidana Umum Polres Sumenep.

c. Observasi

Studi observasi yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mengamati langsung terhadap objek penelitian yaitu pada lokasi atau tempat yang berhubungan dengan masalah yang diangkat, dalam hal ini adalah Kepolisian Resort Kab. Sumenep di

(13)

13 Jl. Urip Sumoharjo No.35, Mastasek, Pabian, Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 69417.

d. Studi Pustaka

Studi Pustaka yaitu penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai, mencatat, membaca serta mempelajari bahan-bahan hukum yan berkaitan dengan Tindak Pidana Penganiayaan Dengan Modus Pengeroyokan yang terjadi di Kepolisian Resort Kab. Sumenep, Jl.

Urip Sumoharjo No. 35, Mastasek, Pabian, Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 69417

1.6.5 Teknik Analisa Data

Analisa data adalah melalui metode deskriptif kualitatif yaitu dengan cara memaparkan semua data, baik data primer yakni hasil dari media sosial atua Koran Elektronik maupun data sekunder yakni Laporan Polisi, Berita Acara Pemeriksaan dari hasil observasi secara jelas. Sehingga nantinya dapat ditarik sebagai suatu kesimpulan dari berbagai masalah mengenai upaya-upaya aparat penegak hukum dalam melakukan penetapan terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan dengan modus pengeroyokan.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam 4 bab dan masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar mempermudah pemahamannya. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

(14)

14 BAB PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini penulis akan memaparkan teori-teori maupun kaidah-kaidah yang bersumber dari undang-undang, buku atau literature yang berkaitan dengan permasalahan maupun dari internet. Meliputi sebagai berikut;

Tinjauan Tindak Pidana, Pengertian Tindak Pidana, Unsur-unsur Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana, Tinjauan Umum Pengeroyokan, Pengertian Pengeroyokan, Unsur Perbuatan Pengeroyokan, Macam-macam Pengeroyokan, Sanksi Pidana/Hukuman, Teori Tujuan Pemidanaan, Asas- asas Peradilan Pidana, Tujuan Peradilan Pidana.

BAB II PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan yang diangkat oleh penulis serta dianalisis secara content, comparative dan dianalisa kesesuaian atau keselarasan berdasarkan kenyataan yang ada (yang terjadi) didukung dengan teori-teori yang relevan dengan permasalahan dalam penulisan ini yang meliputi : 1. Gambaran Lokasi Penelitian, 2. Strategi Penyidik Dalam Melakukan Penetapan Pelaku Perbuatan Tindak Pidana Pengeroyokan Massa Yang Mengakibatkan Luka-Luka, 3. Faktor Penghambat Aparat Penegak Hukum Dalam Melakukan Penetapan Pelaku Dalam Perbuatan Tindak Pidana Penganiayaan Dengan Modus Pengeroyokan.

(15)

15 BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana berisi kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran penulis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian.

Referensi

Dokumen terkait

Layanan administrasi telah diberikan dengan baik oleh BPJS Kesehatan Kantor Cabang Pekanbaru kepada peserta JKN, petugas BPJS Kesehatan yang ditempatkan di rumah

Petir yang menerpa kawat tanah saluran transmisi menimbulkan tegangan lebih surja berupa gelombang berjalan yang merambat dari titik sambaran menuju menara transmisi

Pada tahun 2013, dari 25 penelitian integratif yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Kehutanan dijabarkan dalam 405 hasil litbang, dengan rincian 143 hasil litbang konservasi

Tujuan dari penelitian ini adalah ; 1) Untuk mengetahui perkembangan modal kerja dan laba operasional pada industri otomotif periode 2010- 2014. 2) Untuk mengukur pengaruh

Peneliti mengindentifikasi ada 6 konsep untuk penelitian ini, antara lain: Mengkoordinasikan tugas-tugas, Berbagi informasi untuk perencanaan dan aktifitas, Memecahkan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “TINDAK PIDANA SECARA BERSAMA-SAMA

Namun dalam Penulisan Skripsi ini tidak hanya bersumber dari kepustakaan mengenai Putusan Peradilan, tetapi juga norma yang ada dalam masyarakat mengenai bentuk Tindak

Institusi baru ini juga akan perlu untuk mendukung Kalimantan Tengah dalam enam fungsi kunci: (1) Menarik, mengelola dan mendistribusikan pembiayaan internasional untuk