• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN BULAT DAN PECAHAN DI KELAS KELAS VII MTsN 3 AGAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN BULAT DAN PECAHAN DI KELAS KELAS VII MTsN 3 AGAM"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN BULAT DAN

PECAHAN DI KELAS KELAS VII MTsN 3 AGAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Untuk mengikuti Ujian Munaqasah

Oleh:

LENGGO GENI NIM. 2414.129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 1439 H / 2018 H

(2)

ABSTRAK

Lenggo Geni/2414.129/2018: : “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Materi Bilangan Bulat dan Pecahan Kelas VII MTsN 3 Agam Tahun Pelajaran 2018/2019”

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi pada tanggal 14 maret 2018 di kelas VII MTsN 3 Agam, dimana siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan soal-soal terutama soal dalam bentuk cerita. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bilangan bulat dan pecahan kelas VII MTsN 3 Agam tahun pelajaran 2018/2019?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi bilangan bulat dan pecahan kelas VII MTsN 3 Agam tahun pelajaran 2018/2019.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII3 MTsN 3 Agam yang berjumlah 32 orang. Sumber data dari penelitian ini ada dua : data primer yaitu kesulitan yang dirasakan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang dilihat dari hasil tes yang diberikan dan data sekunder berupa absensi sabjek. Teknik pengumpulan data adalah tes tertulis dalam bentuk soal cerita dan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis dengan prosedur reduksi data, model data dan menarik kesimpulan.

Hasil dari tes tertulis dianalisis kemudian dapat diketahui bahwa 53,13%

mengalami kesulitan untuk memehami soal cerita, 60,63% siswa mengalami kesulitan membuat model matematika, 63,13% siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan model matematika dan 67,5% siswa mengalami kesulitan dalm menyatakan jawaban akhir.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bilangan bulat dan pecahan di kelas VII MTsN 3 Agam tahun ajaran 2018/2019”.

Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mewariskan Al-Quran dan Sunnah sebagai petunjuk kebenaran sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Berkenaan dengan itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu DR. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor IAIN Bukittinggi.

2. Bapak/Ibu Wakil Rektor IAIN Bukittinggi.

3. Bapak DR. H. Nunu Burhanuddin, Lc, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.

4. Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.

5. Ibu Aniswita, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

6. Ibu Dr. Deswalantri, Ss, M.Pd selaku Pembimbing I.

7. Ibu Gema Hista Medika,M.si selaku Pembimbing II

8. Bapak/Ibu dosen serta staf Jurusan Pendidikan Matematika.

(4)

9. Ibu Eka Pasca,S,M.Pd, Ibu Nazhmal Huda, S.Pd, M.Si selaku validator.

10. Ibu Desmawita M.Pd selaku Kepala Sekolah MTsN 3 Agam.

11. Ibu Dra. Yulfariani selaku Guru Mata Pelajaran Matematika kelas VII di MTsN 3 Agam sekaligus selaku validator.

12. Orang tua, keluarga dan teman-teman peneliti yang tidak pernah lelah mengingatkan, mendampingi dan mendukung peneliti selama belajar.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga allah membalas semua kebaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Terakhir penulis berharap mudah- mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bukittinggi, Agustus

2018

Penulis

LENGGO GENI NIM. 2414.129

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

1. Tujuan penelitian ... 12

2. Kegunaan penelitian ... 13

F. Defenisi Operasional ... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kesulitan Belajar Matematika ... 15

1. Belajar ... 15

2. Matematika ... 17

3. Kesulitan Belajar ... 20

4. Kesulitan Belajar Matematika ... 23

5. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar ... 27

B. Soal Cerita ... 28

1. Pengertian Soal Cerita Matematika ... 28

(6)

2. Langkah-langkah Menyelesaikan Soal Cerita ... 29

3. Kesulitan dalam Menyelesaikan Soal Cerita ... 30

C. Penelitian yang Relevan ... 33

D. Kerangka konseptual ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian ... 37

D. Jenis dan Sumber Data ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Tes tertulis ... 38

2. Wawancara ... 46

F. Prosedur Penelitian ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Persentase nilai ulangan harian siswa ... 10

3.1. Hasil Perhitungan Validitas Soal Uji Coba ... 31

3.2. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ... 44

3.3. Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba ... 46

4.1. Kesulitan dalam Memahami Soal ... 86

4.2 Kesulitan dalam Membuat Model ... 87

4.3 Kesulitan dalam Menyelesaikan Model ... 88

4.4 Kesulitan dalam Menyatakan Jawaban Akhir ... 89

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1. Contoh Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita ... 9 4.1. Contoh Jawaban Siswa yang Mengalami Kesulitan Merubah Kalimat soal

kedalam Kalimat Matematika ... 52 4.2. Contoh Jawaban Siswa yang Mengalami Kesulitan Menentuka Apa yang

diketahui dari Soal ... 54 4.3. Contoh Jawaban Siswa yang Mengalami Kesulitan Menentukan Apa yang

ditanya pasa Soal ... 55 4.4. Contoh Jawaban Siswa yang mengalami Kesulitan Membuat Model

Matematika ... 57 4.5. Contoh Jawaban Siswa yang Mengalami Kesulitan Membuat Model

Matematika ... 58 4.6. Contoh Jawaban Siswa yang Mengalami Kesulitan Menyelesaikan Model Matematika ... 60 4.7. Contoh Jawaban Siswa yang Mengalami Kesulitan Menyelesaikan Model Matematika ... 61 4.8. Contoh Jawaban Siswa yang Mengalami Kesulitan dalam Menyatakan

Jawaban Akhir ... 62

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

I. Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran ...

II. Soal Tes Uji Coba ...

III. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba ...

IV. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba ...

V. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba ...

VI. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ...

VII. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ...

VIII. Siswa yang Mengalami Kesulitan dalam Memahami Soal ...

IX. Siswa yang Mengalami kesulitan dalam Membuat Model ...

X. Siswa yang Mengalami Kesulitan dalam Menyelesaikan Model ...

XI. Siswa yang mengalami Kesulitan dalam Menyatakan Jawaban Akhir

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Manusia tidak pernah lepas dari pendidikan semenjak manusia itu lahir sampai pada akhirnya menemui ajal atau sering disebut sebagai pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan tidak hanya bisa di dapat secara formal seperti sekolah, tetapi juga bisa di dapat secara informal seperti diluar sekolah atau dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya pendidikan maka manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menghasilkan manusia yang cerdas dan memiliki kompetensi dan juga manusia yang bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik menyangkut berbagai masalah, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(11)

Dari pengertian pendidikan menurut UU No. 20/2003 tersebut, tergambar bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang diperoleh melalui proses belajar.

Salah satu bentuk proses pendidikan yang ada di sekolah adalah proses pembelajaran. Belajar merupakan suatu kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan1. Allah S.W.T memerintahan Hambanya untuk belajar, sebagaimana terdapat pada ayat pertama yang diturunkan Allah S.W.T kepada nabi Muhammad S.A.W

              

      

Terjemahan :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Menciptakan 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

3. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya2

1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) ,hlm63

2Al-Qur‟an & Terjemahan Al-Hikmah, diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, disempurnakan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an

(12)

Pada bagian awal dari surat al-„Alaq teredapat kata “ iqra’ “ yang merupakan sebuah “fi’il amar ” atau kata kerja perintah yang artinya adalah bacalah. Kata “ iqra’ “ mengandung sebuah makna bahwa Allah memerintahkan kita sebagai umat manusia untuk membaca yang merupakan bagian pokok dari pembelajaran. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi.

Sejak turunnya wahyu pertama kepada nabi Muhammad S.A.W Islam telah menekankan perintah untuk belajar . Ayat pertama juga menjadi bukti bahwa Al-quran memandang penting belajar agar manusia dapat memahami seluruh kejadian yang ada di sekitarnya, sehingga meningkatkan rasa syukur dan mangakui kebesaran Allah S.W.T. Orang yang belajar akan memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan masalah yang dihadapinya didalam kehidupan.3 Selain ayat di atas terdapat sabda rasulullah SAW :

مِلْسُم ِّلُك يَلَع ٌةَضيِرَف ِمْلِعْلا َبَلَط َّنِاَف Artinya : “Karena sesungguhnya menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap

orang yang beragama Islam.”(H.R Muslim)

Berdasarkan firman Allah dan sabda rasulullah di atas menjelaskan bahwa perintah untuk menuntut ilmu , yang mana dalam menuntut ilmu tidak dibatasi oleh usia, jenis pekerjaan atau faktor-faktor lain yang menyebabkan seorang manusia malas menanambah wawasan yang dimilikinya. Dengan

3Baharuddin ,dkk, Teori belajar dan pembelajaran, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA , 2015), hlm39

(13)

ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar maka Allah S.W.T akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepadannya.

Orang akan memiliki Ilmu pengetahuan melalui proses belajar.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Menurut Herman Suherman, pembelajaran adalah suatu upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. 4 Aspek dalam suatu pembelajaran dapat mengkaji seluruh ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya ilmu matematika.

Matematika diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, serta meningkatkan kualitas pengajaran di kelas dengan berbagai pendekatan dan metode, sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan berkompeten dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai macam disiplin dan memajukan daya pikir manusia. 5 Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang

4 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung : UPI, 2003),hlm7

5 Israni Hardini dan Dewi Puspita Sari, Strategi Pembelajaran Terpadu,(Jakarta: Famili, 2012), hlm157

(14)

ada didalamnya. Matematika juga merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang membantu ilmu pengetahuan lainnya, seperti kedokteran, fisika, kimia, ekonomi dan lain-lainnya.

Pada hakikatnya, belajar matematika adalah belajar konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika harus diketahui oleh guru sehingga dapat mempelajari matematika dengan tepat mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks. Matematika juga didefinisikan sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep.

Keberadaan dan kedudukan matematika ini menjadi salah satu alasan di jadikannya matematika sebagai pelajaran wajib dijenjang pendidikan.

Mengingat pentingnya peran ilmu matematika dalam dunia pendidikan, diharapkan siswa dapat memahami dan menguasai konsep dengan baik demi tercapainya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, perlu diciptakan proses pembelajaran matematika yang baik dan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.

Tujuan pembelajaran matematika itu adalah:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari – hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.6

6Erman Suherman, dkk, ....,hlm56

(15)

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian siswa, karena tidak jarang dari siswa mendapatkan nilai dibawah kriteria. Setiap siswa tentu menginginkan nilai yang memuaskan. Namun pada kenyataannya tampak jelas bahwa masing- masing siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Karena kemampuan yang berbeda itu maka tampaklah kesulitan belajar bagi siswa. Kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktifitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan berhitung.7 Kesulitan belajar siswa bisa di lihat dari rendahnya prestasi akademik yang diperoleh. Menurut Rabert faktor-faktor penyebab siswa kesulitan belajar diantaranya :

1. Ketidakmampuan belajar membaca (disleksia) 2. Ketidakmampuan belajar menulis (disgrafia) 3. Ketidakmampuan belajar matematika (diskakulia).

Kenyataan yang selama ini terjadi dalam proses pembelajaran matematika di sekolah adalah sebagian besar siswa berpandangan matematika itu menakutkan . Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa tidak dilibatkan secara aktif dan guru cenderung memindahkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa dengan berbagai macam cara seperti memberi tahu, mengajari, melatih untuk menyelesaikan soal, menyatakan fakta-fakta, mementingkan hasil belajar dari pada proses, memberi pujian kepada siswa

7 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogjakarta: PT Buku Kita, 2015), hlm15

(16)

jika siswa tersebut dapat menjawab dengan benar dan memarahi siswa dengan berbagai cara jika siswa tersebut salah menjawab, serta mengajarkan materi secara urut halaman per halaman tanpa menjelaskan keterkaitan antara konsep-konsep atau masalah.

Dalam pelajaran matematikan di temui banyak permasalahan yang di hadapi siswa, salah satunya adalah siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut Rahardjo dan Astuti Soal cerita matematika merupakan soal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dicari penyelesaiannya menggunakan kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung dan relasi.8 Kesulitan yang dirasakan siswa saat mengerjakan soal cerita diantaranya siswa mengalami kesulitan dalam mengartikan soal baik yang tersirat maupun tersurat pada soal serta siswa sulit memodelkan suatu persoalan ke dalam model matematika.

Ketika diberi soal yang berbeda dengan soal yang dicontohkan, siswa menanyakan kembali maksud soal tersebut. Siswa merasa kesulitan menghubungkan masalah yang dibicarakan dalam soal dengan model matematika yang cocok sebagai langkah awal penyelesaian soal cerita.

Kesulitan ini terjadi karena pada proses pembelajaran guru kurang mengaitkan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Soal cerita matematika memberikan gambaran yang nyata di dalam permasalahan hidup yang sebenarnya. Pemberian soal cerita dimaksudkan

8 Aris Arya Wijaya, Masriyah, analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi SPLDV, (jurusan MTK, FMIPA, UNESA, 2012), hlm2

(17)

untuk mengenalkan kepada siswa tentang manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melatih kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita, seorang anak harus memiliki keterampilan membaca pemahaman. Menurut Lerner kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.9

Soal cerita masih merupakan soal yang diaggap sulit bagi siswa, bahkan sebagian siswa tidak suka melihat soal cerita yang dianggap berbelit- belit. Anggapan siswa mengenai soal yang berbelit-belit ini sebenarnya disebabkan karena siswa tidak mampu memecahkan masalah yang terdapat pada soal. Pemecahan masalah sangat berkaitan dengan soal cerita, karena di dalam menyelesaikan soal cerita seseorang harus mampu menemukan pemecahan masalah untuk menyelesaikan soal tersebut. Lovit menyarankan 4 langkah proses pemecahan masalah matematika, yaitu:

1. Memahami masalah

2. Merencanakan pemecahan masalah 3. Melaksanakan pemecahan masalah 4. Memeriksa kembali.10

Berdasarkan wawancara dengan guru matematika MTsN 3 Agam pada tanggal 14 Maret 2018 yaitu ibu Dra. Yulfariani mengatakan “siswa tidak

9 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),hlm200

10Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),hlm257

(18)

mampu menyelesaikan dan mengalami kesulitan-kesulitan saat menyelesaikannya soal-soal latihan terutama yang berhubungan dengan soal cerita ”. Salah satu kesulitan yang ditemui adalah pada saat guru memberikan ulangan harian berupa soal-soal cerita, mereka belum mampu memahami maksud dari soal sehingga mereka mengerjakan soal tersebut dengan rumus yang salah, berbelit-belit dan mencontek kepada teman yang dianggap bisa bahkan ada yang tidak mengerjakan.

Gambar 1 (contoh jawaban siswa dalam menyelesaikan soal cerita)

Dari gambar 1 terlihat bahwa siswa mnegerjakan soal cerita tidak sesuai dengan langkah penyelesaian soal cerita, siswa langsung menyatakan jawaban akhir tanpa membuat apa yang dipahami dari soal, bagaimana modelnya dan bagaimana penyelesaian dari model matematika tersebut. Ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal cerita. Siswa juga kurang tertarik belajar matematika karena menurut mereka terlalu rumit dan sulit dipahami, dan sebagian siswa mengatakan bahwa matematika itu membosankan, banyak simbol-simbol.

(19)

Keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran matematika disekolah dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapainya, hasil belajar merupakan salah satu indikator untuk melihat sejauh mana tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai disekolah. Hasil belajar dapat diketahui saat melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran. Dari evaluasi tersebut didapatkan nilai ulangan harian siswa sebagai berikut:

Tabel 1.1 : Daftar Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Matematika di Kelas VII siswa MTsN 3 Agam

KKM Kelas Jumlah Siswa

Tuntas Tidak Tuntas

Persentase Ketuntasan Tuntas % Tidak

Tuntas %

75 30 12 18 40% 60%

75 28 9 19 32% 68%

75 32 12 20 38% 62%

75 30 8 22 27% 73%

75 29 11 18 38% 62%

Sumber :Guru Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII MTsN 3 Agam Dari tabel 1.01 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa Kelas VII MTsN 3 Agam masih sangat rendah dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberikan oleh guru bidang studi matematika yaitu 75.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar matematika jika ia mampu memahami materi yang diajarkan dan dapat menyelesaikan soal dengan baik. Dari sini dapat disimpulkan bahwa siswa masih mengalami

(20)

kesulitan dalam belajar matematika atau disebut juga kesulitan belajar matematika.

Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentu dapat di ketahui setelah seorang pendidik melakukan evaluasi dari hasil belajar siswa. Sejauah mana keberhasilan guru memberikan materi dan sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang disajikan itu dapat dilihat melalui evaluasi. Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh guru dan kemudian benar-benar diusahakan penyampaiannya oleh guru kepada siswa.11 Kesulitan yang dihadapi siswa dapat terlihat dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Materi Bilangan Bulat dan Pecahan di Kelas VII MTsN 3 Agam Tahun Ajaran 2018/2019”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dikemukakan identifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa belajar matematika

2. Anggapan siswa bahwa matematika itu pelajaran yang sulit

3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal terutama dalam menyelesaikan soal cerita matematika

11 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm11

(21)

4. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika

5. Nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntansan Minimal (KKM) C. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan latar belakang dan begitu luasnya permasalahan serta disebabkan karena keterbatasan waktu dan dana, maka penulis membatasi penelitian ini pada analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bilangan bulat dan pecahan di kelas VII MTsN 3 Agam.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dikemukakan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut : “bagaimana kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi bilangan bulat dan pecahan di kelas VII MTsN 3 Agam”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikanh soal cerita matematika pada materi bilangan bulat dan pecahan di kelas VII MTsN 3 Agam

(22)

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan proposal ini adalah : 1. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui bagaimana kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

2. Kegunaan Teoritis

Mengkaji secara ilmiah kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika agar dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa.

F. Definisi Operasional

1. Analisis kesulitan belajar

Analisis adalah suatu upaya penyelidikan untuk melihat, mengamati, mengetahui, menemukan, memahami, menelaah, mengklasifikasi, dan mendalami serta menginterprestasikan fenomena yang ada. Sedangkan kesulitan belajar mrupakan suatu kondisi di mana kompetensi atau prestasi tang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun keterampilan.12

2. Soal cerita

Soal cerita matematika merupakan soal cerita yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dicari penyelesaiannya menggunakan kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung dan relasi. Soal cerita

12 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogjakarta: PT Buku Kita, 2015), hlm13

(23)

berfungsi untuk mengetahui sejauh mana daya fikir atau nalar siswa dalam mengorganisasi, menginterpretasi, serta menghubungkan pengertian- pengertian yang dimiliki siswa.13

13 Sutisna, analisis Kesulitan menyelesaikan Soal cerita Matematika pada siswa kelas IV MIYAPIA PARUNG-BOGOR( Jurusan MTK, UIN), hlm39

(24)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kesulitan Belajar Matematika

1. Belajar

Sukses tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang di alami siswa sebagai anak didik. Proses belajar yang dilakukan individu tergantung dari pandangannya tentang aktifitas belajar karena belajar adalah tahapan perubahan perilaku yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Menurut Slameto belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Chalpin berpendapat bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sementara Gage dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses suatu organisme mengubah prilakunya karena hasil pengalaman.14

Dalam kamus pedagogik dikatakan bahwa belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan atau kecakapan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia.15 Seseorang dikatakan sudah mempelajari sesuatu jika telah tampak

14 Dwi Prasetia Danarjati, dkk, Psikologi pendidikan, (Yogyakarta : PT Graha Ilmu, 2014), hlm41

15 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hlm257

(25)

perbuatannya. Dengan belajar tentu seseorang menginginkan ada perubahan yang lebih baik pada dirinya. Proses belajar tidak terlepas dari aspek jasmaniah (struktur) dan aspek ohaniah (fungsi). Otak adalah strukturnya sedangkan berfikir adalah fungsinya.

Menurut Sumadi Suryabrata mengemukakan hal-hal pokok yang ditemui dalam belajar, antara lain

a. Belajar itu membawa perubahan

b. Belajar bearti mendapatkan kecakapan baru c. Belajar terjadi karena usaha

Tidak semua tingkah laku dapat dikategorikan sebagai aktifitas belajar, menurut Sugihartono dkk, ciri-ciri prilaku belajar adalah sebagai berikut:

a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional c. Perubahan bersifar positif dan aktif

d. Perubahan bersifar permanen

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah f. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.16

Dari ciri-ciri prilaku belajar di atas maka dapat disimpulkan sesorang dikatakan telah belajar jika pada dirinya mengalami perubahan tertentu. Dengan kata lain, belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui suatu proses tertentu. Namun tidak semua perubahan tingkah laku itu disebabkan oleh hasil belajar, tetapi juga disebabkan oleh proses alamiah atau keadaan sementara pada diri seseorang.

16 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogjakarta: PT Buku Kita, 2015), hlm13

(26)

Belajar tentu meiliki tujuan tertentu. Tujuan belajar sangat penting dalam proses pembelajaran baik bagi guru maupun bagi siswa. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Pada umumnya siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi dari guru tentang sasaran dan tujuan belajar maka siswa mengetahui arti serta tujuan belajar baginya. Ralph Tyler memberikan 3 alasan pentingnya tujuan belajar ditetapkan dalam tujuan instruksional:

a. Memberikan panduan dalam merencanakan pembelajaran, apa yang diharapkan akan dicapai oleh siswa setelah pembelajaran selesai

b. Berguna dalam pengukuran prestasi belajar

c. Siswa mengetahui sebelumnya apa yang harus dipelajari, sehingga selanjutnya siswa dapat lebih mengarahkan perhatian dan usahanya.17

2. Matematika

Matematika tidak bisa disamakan dengan berhitung atau aritmatika. Pengertian matematika yang tepat tidak dapat ditentukan secara pasti, karena cabang-cabang matematika semakin bertambah dan semakin berbaur satu dengan yang lainnya. Johnson dan Rising mengatakan definisi matematika sebagai berikut:

a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan ubsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya

b. Matematika adalah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat

c. Matematika adalah seni, dimana keindahannya terdapat dalam keterurutan dan keharmonisan.18

17 Dwi Prasetia Danarjati, dkk,....,hlm46

(27)

De Lange seorang pakar pendidikan matematika dari freudenthal Institute (FI) yang sangat terkenal dengan Realistic Mathematics Education (RME) menyatakan “whai is mathematics? Is not a simple question to unswer.” Yang jelas faktanya materi matematika tahun 1900 jelas berbeda dengan materi matematika tahun 2007. Kebutuhan para siswa pada tahun 1900 akan sangat berbeda dengan kebutuhan para siswa saat sekarang. 19 Hal seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan definisi matematika, pembelajarannya, dan tujuan pembelajaran matematika di kelas.

Tujuan dan proses pembelajaran matematika akan berubah sesuai dengan perubahan waktu dan tuntutan perubahan kebutuhan siswa terhadap matematika. Erman Suherman menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi).20 Tujuan umum pembelajaran matematika adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.21

18 Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 20140, hlm28

19 Fadjar Shadiq, Pembelajaran Matematika Cara Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa, ( Yogyakarta: GRAHA ILMU, 2014), hlm2

20 Erman Suherman, dkk,..., hlm57

21 Erman Suherman, dkk,..., h. 58

(28)

Cockroft mengemukakan bahwa matemtika perlu diajarkan kepada siswa karena:

a. Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan

b. Semua bidang studi memerlukan keteramoilan matematika yang sesuai

c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas d. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai

cara

e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan

f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menatang.

Sedangkan Cornelius mengemukankan 5 alasan perlunya belajar Matematika sebagai berikut:

a. Sarana berfikir yang jelas dan logid

b. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari c. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi

pengalaman

d. Sarana untuk mengembangkan kreatifitas

e. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.22

Pembelajaran matematika dapat dilaksanakan dengan baik jika guru menguasai konsep-konsep matematika yang akan diajarkan.

Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi, dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep-konsep, yang ada ke dalam situasi nyata. Untuk itu guru harus menumbuhkan minat dan keaktifan siswa, dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang diberikan

22 Mulyono Abduurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2003), hlm253

(29)

kepada siswa sehingga ia mampu menangkap suatu konsep kemudian siswa dilatih untuk membuat suatu perkiraan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka, sehingga mereka mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau pada ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, pembelajaran matematika sangat penting dalam kehidupan dan juga merupakan ilmu penunjang bagi ilmu pengetahuan lainnya.

Jadi belajar dan pembelajaran matematika adalah bagian yang sangat berguna untuk mencapai tujuan yang di harapka yaitu dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan keterlibatan siswa secara aktif, akan membuat siswa memperoleh pengalaman dengan matematika, baik dari komunikasi ataupun menguasai konsep-konsep.

3. Kesulitan Belajar

Dalam kurikulim pendidikan dijelaskan bahwa kesulitan belajar merupakan terjemahan dari bahasa inggris Learning Disability yang bearti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan “kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu belajar.

Kesulitan belajar terdiri dari dua kata yaitu kesulitan dan belajar. Menurut seorang ahli pendidikan Dimyati Mahmud menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Menurut Sumadi Suryabrata mengemukakan hal-hal pokok yang ditemui dalam belajar, antara lain

a. Belajar itu membawa perubahan

b. Belajar bearti mendapatkan kecakapan baru

(30)

c. Belajar terjadi karena usaha

Tidak semua tingkah laku dapat dikategorikan sebagai aktifitas belajar, menurut Sugihartono dkk, ciri-ciri prilaku belajar adalah sebagai berikut:

a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional c. Perubahan bersifat positif dan aktif

d. Perubahan bersifat permanen

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah f. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.23

Dari ciri-ciri prilaku belajar di atas maka dapat disimpulkan sesorang dikatakan telah belajar jika pada dirinya mengalami perubahan tertentu. Dengan kata lain, belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui suatu proses tertentu. Namun tidak semua perubahan tingkah laku itu di sebabkan oleh hasil belajar, tetapi juga di sebabkan oleh proses alamiah atau keadaan sementara pada diri seseorang.

Kesulitan bearti kesukaran, kesusahan, keadaan atau sesuatu yang sulit. Kesulitan merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan usaha yang lebih baik untuk mengatasi nganguan tersebut. Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, ganggua tersebut mungkin menampakkan diri

23 Nini Subini,...,hlm13

(31)

dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung.

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

Proses belajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar bisa dikategorikan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar.

Beberapa defenisi kesulitan belajar diantaranya:

a. Hammil,et al.,(1981)

Kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktifitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan sensris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan eksternal tersebut tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar maupun faktor yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah ada.

b. ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning Disabilities) dalam lovitt,(1989)

(32)

Kesulitan belajar kusus dalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari masalah neurologis, yang menganggu perkembangan kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal atau nonverbal. Individu berkesulitan belajar memiliki intelegensi tergolong rata-rata atau diatas rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk belajar. Mereka tidak memiliki gangguan sistem sensoris.

c. NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities) dalam Lerner, (2000)

Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental bukan juga karena pengaruh lingungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat mnempersepsi dan melakukan pemprosesan informasi terhadap objek yang diinderainya.24

Dari bebrapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri yaitu disfungsi minimal otak. Kesulitan belajar bukan disebabkan

24 Nini Subini,....,hlm15

(33)

oleh faktor ekternal berupa lingkungan, sosial, buda, fasilitas belajar, dan lain-lain.

4. Kesulitan Belajar Matematika

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis).

Dalam dunia pendidikan matematika di Indonesia dikenal adanya Matematika Modren. Pada sekitar tahun 1974 matematika modren mulai diajarkan di SD sebagai pengganti berhitung. Matematika modren lebih menekankan pada pemahaman struktur dasar sistem dilangan dari pada mempelajari keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pengajaran semacam itu sepertinya telah mengabaikan beberapa aspek dari psikologi belajar.

Dan kurang menguntungkan bagi anak berkesulitan belajar.

Tidak semua anak berkesulitan belajar matematika memperlihatkan karakteristik yang sama. Karena itu guru harus memperhatikan karakteristik kesulitan belajar masing-masing anak dan menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya. 25 Ada anak berkesulitan belajar memiliki keterampilan verbal, mendengar, dan mungkin sangat teramopil dalam membaca. Dilain pihak ada anak berkesulitan dalam bahasa mereka bingung jika dihadapkan pada istilah- istilah matematika, seperti tambah, kurang, dan nilai tempat. Terlebih lagi dengan soal-soal cerita.

Disini terlihat anak mengalami kesulitan dalm struktur bahasa saat memahami soal cerita, sehingga mereka tidak dapat membaca soal-soal

25 Tombokan Runtukahu,.., hlm49

(34)

cerita dan tentu tidak mampu melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut.26 Lerner mengemukakan beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika sebagai berikut:

a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan b. Abnormalitas persepsi visual

c. Asosiasi visual motor d. Perseverasi

e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol f. Gangguan penghayatan tubuh

g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

h. Perfomace IQ jauh lebih rendah dari pada skor Verbal IQ27 a. Gangguan Hubungan Kerungan

Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir umumya telah dikuasai anak pada saat mereka belum masuk SD. Anak-anak memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai permainan. Adanya gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan kerunagan dapat menganggu pemahaman anak tentang sistem bilangan secara keseluruhan.

b. Abnormalitas Persepsi Visual

Anak berkesulitan brlajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set.

26 Tombokan Runtukahu,.., hlm52

27 Mulyono Abduurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,...., hlm259

(35)

Kesulitan semacam itu merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Kemampuan melihat berbagai objek didalam kelompok merupakan dasar yang sangat penting yang memungkinkan anaka dapat secara cepat mengidentifikasi jumlah onjek dalam suatu kelompok. Anak yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.

c. Asosiasi Visual-Motor

Anak berkesulitan belajar matematika seringkali tidak dapt menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya. Anak- anak seperti ini memberikan kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.

d. Perseverasi

Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut peseverasi, anak demikian mungkin pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik tetapi lama kelamaan perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu.

e. Kesulitan Mengenal dan Memahami Simbol

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, --, =, >, < dan sebagainya

f. Gangguan penghayatan tubuh

(36)

Anak yang mengalami gangguan penghayatan tubuh merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri.

g. Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca

Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis, karena itulah kesulitan dalam bahasa dapat mempengaruhi terhadap kemampuan anak dibidang matematika

h. Skor PIQ jauh lebih rendah daripada Skor VIQ

Rendahnya skor PIQ pada anak berkesulitan belajar matematika terkait dengan kesulitan memahami konsep kerungan, gangguan persepsi visual, dan adanya gangguan asosiasi visula-motor.

5. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan diambil guru diharapkan terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:

a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar perlu dianalisis sedemikian rupa , sehingga jenis kesulitan yang dialami siswa dapat diketahui secara pasti.

(37)

b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan ini dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri

2. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua

3. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua

c. Menyusun program perbaikan (remedial).

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusus program perbaikan sebagai berikut:

1. Tujuan pengajaran remedial 2. Materi pengajaran remedial 3. Metode pengajaran remedial 4. Alokasi waktu pengajaran remedial

5. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial

d. Melaksanakan program perbaikan. Pada prinsipnya program pengajaran remedialitu lebih cepat dilaksanakan tentu akan lebih baik.28

B. SOAL CERITA

1. Pengertian Soal Cerita Matematika

Salah satu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa adalah dengan memberikan tes dalam bentuk soal cerita. Soal cerita berfungsi untuk mengetahui sejauh mana daya fikir atau nalar siswa

28 Muhibbin Syah, Psisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya), hlm175

(38)

dalam mengorganisasi, menginterpretasi, serta menghubungkan pengertian-pengertian yang dimiliki siswa.29 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia soal cerita diartikan sebagai apa yang menuntut jawaban dan sebagainya, pertanyaan dalam hitungan dan sebagainya atau hal yang harus dipecahkan atau masalah.

Menurut Budiyono soal cerita biasanya diwujudkan dalam kalimat yang di dalamnya terdapat persoalan atau permasalahan yang penyelesaiannya menggunakan keterampilan berhitung. Dalam menyelesaikan soal cerita terlebih dalm bentuk soal uraian, siswa diharapkan dapat menuliskan serta menjelaskan secara runtut proses penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasi keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya.30

Rahardjo dan Astuti ( 2011 :8) berpendapat bahwa soal cerita matematika merupakan soal cerita yang terkait dengan kehidupan sehari- hari untuk dicari penyelesaiannya menggunakan kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung dan relasi ( =, <, >, ≤, ≥ ). Sedangkan menurut Atim (2008), soal cerita merupakan permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat bermakna dan mudah dipahami.

29 Sutisna, Analisis Kesulitan menyelesaikan Soal cerita Matematika pada siswa kelas IV MIYAPIA PARUNG-BOGOR( Jurusan MTK, UIN, 2010), hlm39

30Siti Rokimah, Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Aritmatika Sosial Kelas VII berdasarkan Prosedur Newman ,(Jurusan MTK, FMIPA, UNNES, 2015), hlm27

(39)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa soal cerita matematika merupakan soal yang terkait dengan kehidupan sehari- hari yang diungkapkan dalam bentuk kalimat bermakna. Soal cerita merupakan suatu bentuk masalah yang memiliki prosedur yang terpola.

Kalimat matematikanya ditata dalam urutan logis sebagai bentuk penyesuaian masalah yang sangat penting untuk dituruti.

2. Langkah-Langkah Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

Soedjadi (2000) menyusun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita matematika, yaitu sebagai berikut:

a. Membaca soal cerita dengan cermat untuk memahami makna tiap kalimat

b. Memisahkan dan mengungkapkan apa yang ditanyakan oleh soal, pengerjaan hitung apa yang diperlukan

c. Membuat model matematika d. Menyelesaikan model matematika

e. Mengembalikan jawaban model matematika kepada jawaban soal aslinya

Adinawan dan Sugijono (2008) menyarankan langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan soal cerita matematika sebagai berikut:

a. Mmbuat diagram, khususnya soal matematika yang berhubungan dengan geometri

b. Mengubah kalimat soal menjadi kalimat matematika c. Menyelesaikan kalimat matematika.31

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas terkait dengan langkah-langkah menyelsaikan soal cerita matematika , maka penulis

31 Aris Arya Wijaya, Masriyah, analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi SPLDV, (jurusan MTK, FMIPA, UNESA, 2012), hlm2

(40)

berpendapat bahwa langkah-langkah menyelesaikan soal cerita matematika sebagai berikut:

a. Membaca serta memahami soal b. Membuat model matematika dari soal

c. Menyelesaikan soal dalam bentuk model matematika d. Menentukan jawaban akhir dari soal

e. Membuat kesimpulan

3. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa lebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh.32 Soal cerita matematika yang berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal cerita matematika. Kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaian soal cerita antara lain:

a. Kesulitan memahami soal cerita

Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi soal biasanya tidak mampu menyatakan apa yang diketahui dan yang ditanyakan serta siswa tidak mampu membuat ilustrasi terhadap masalah yang diberikan, sehingga siswa melakukan

32Mulyono Abduurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan,...,hlm258

(41)

kesalahan saat mengerjakan soal. Kesalahan dalam memahami soal meliputi:

1. Kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui dari soal, siswa dikategorikan melakukan kesalahan ini jika:

a) Tidak menuliskan apa yang diketahui

b) Tidak lengkap menuliskan apa yang diketahui c) Salah menuliskan apa yang diketahui

2. Kesalahan dalam menentuka apa yang ditanya soal, siswa dikategorikan melakukan kesalahan ini jika:

a) Tidak menuliskan apa yang ditanya dalam soal b) Tidak lengkap menuliskan apa yang ditanya dalam

soal

c) Salah dalam menuliskan apa yang ditanya dalam soal

b. Kesulitan membuat model matematika

Siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat model matematika tidak mampu mengidentifikasi jenis soal yang diberikan. Kesulitan ini juga terjadi karena siswa belum memahami konsep dari soal yang diberikan sehingga siswa melakukan kesalahan saat mengerjakan soal seperti misalnya siswa hanya mampu membuat permisalan terhadap data yang diketahui namun siswa tidak mampu mengubah data tersebut menjadi model matematika. Kesalahan dalam membuat model matematika meliputi:

1. Tidak menuliskan model matematika

2. Model matematika yang dibuat tidak sesuai dengan pemahaman soal

c. Kesulitan menyelesaikan model matematika

Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan model matematika biasanya tidak mampu melakukan operasi aljabar

(42)

seperti perkalian, pengurangan, penjumlahan dan pembagian sehingga siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan model matematika. Kesalahan dalam menyelesaikan model matematika meliputi:

1. Tidak menggunakan aturan model matematika dalam menyelesaikan model

2. Salah dalam menggunakan aturan matematika 3. Tidak menyelesaikan model matematika yang dibuat 4. Salah da;am meyelesaikan model matematika yang dibuat.

d. Kesulitan dalam menyatakan jawaban akhir33

Siswa yang mengalami kesulitan dalam menentuka jawaban akhir biasanya siswa yang tidak mampu membuat kesimpulan dari suatu permadalahan sehingga siswa melakukan kesalahan saat menyatakan jawaban akhir dari soal cerita . kesalahan dalam menyatakan jawaban akhir meliputi:

1. Tidak menuliskan jawaban akhir soal

2. Tidak lengkap menuliskan jawaban akhir soal 3. Salah dalam menuliskan jawaban akhir soal.34

Masing-masing siswa akan mengalami kesulitan yang berbeda- beda. Jadi dapat disimpulkan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika secara umum meliputi: kesulitan memahami soal, kesulitan membuat model matematika, kesulitan

33Siti Nur Fatimah, Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linier , (jurusan MTK, FKIP, UMS, 2015), hlm6

34 Aris Arya Wijaya, Masriyah, analisis kesalahan siswa dalam,...., hlm3

(43)

menyelesaikan model matematika dan kesulitan dalam menyatakan jawaban akhir.

C. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ela Suri Septiani (2016/2017) dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita pada Siswa kelas VIII SMPN 3 Bonjol tahun pelajaran 2016/2017. Dalam hasil penelitiannya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kesalahan konsep, kesalahan menggunakan data, kesalahan teknis, dan kesalahan penarikan kesimpulan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitiannya sebelumnya adalah pada penelitian ini penulis ingin mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Kesulitan yang dialami siswa dapat dilihat dari evaluasi hasil belajar siswa. Sedangkan pada penelitian sebelumya peneliti ingin mengetahui faktor-faktor kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika serta bentuk kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

D. Kerangka Konseptual

Berdasarkarkan latar belakang dan landasan teori pada bab sebelumya maka analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika melalui evalusi hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil

(44)

belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru dapat tercapai. Dalam penelitian ini penulis akan melihat kesulitan- kesulitan apa saja yang dialami siswa saat menyelesaikan soal cerita matematika , berdasarkan uraian diatas dapat dibuat skema kerangka konseptual sebagai berikut:

(45)

Skema kerangka konseptual penelitian

SISWA

Tes tertulis dalam bentuk soal cerita

Evaluasi hasil tes siswa

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

Upaya mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif . Kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Deskriptif merupakan catatan berisi informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.35

Penelitian deskriptif tidak dimaksud untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. 36 Pada penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi atau pengontrolan terhadap perlakuan, dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual yang ditemui pada saat penelitian dilaksanakan.

Penelitian deskriptif memerlukan tindakan yang teliti pada setiap

35 Sukardi, Metodologi penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT bumi Aksara, 2003), hlm157

36 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),hlm76

(47)

komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau onjek yang diteliti mendekati kebenarannya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 3 Agam Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika diketahui siswa di MTsN 3 Agam ini mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal terutama dalam bentuk soal cerita karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di MTsN 3 Agam . C. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas MTsN 3 Agam yang berjumlah 32 orang. Kelas VII di MTsN 3 Agam terdiri dari 5 kelas.

Pemilihan sabjek ini berdasarkan pertimbangan bahwa kelas merupakan kelas yang paling heterogendalam hal kebutuhan data akan kemampuan kognitif siswa yang beragam.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta ataupun angka.37 Dalam penelitian ini, data dibagi menjadi dua, yaitu data primer (utama) dan data sekunder (tambahan).

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh orang yang melakukan penelitian38. Data Primer dalam

37 Suharsimi Arikunto,....,hlm12

(48)

penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita diperoleh dari tes yang di ujikan oleh peneliti.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.39 Data sekunder dari penelitian ini adalah data absensi siswa yang menjadi sabjek dan nilai siswa kelas VII MTsN 3Agam tahun pelajaran 2017/2018.

2. Sumber Data

a. Data primer berupa hasil tes dari siswa yang menjadi sabjek.

b. Data sekunder diperoleh dari guru bidang studi matematika dan tata usaha MTsN 3Agam tahun pelajaran 2017/2018.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pemilihan teknik pengumpulan data harus tepat agar dapat menghasilkan data yang akurat dan relevan. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti sebagai berikut :

1. Tes Tertulis

Tes yang diberikan adalah tes berbentuk soal cerita . Materi yang diujikan dalam tes adalah materi yang diberikan selama penelitian.

Tes hasil belajar ini dikembangkan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

38 Misbahuddin,Iqbal Hasan, Analisis data penelitian dengan statistk ,(Jakarta: Bumi Aksara 2014) hlm 21

39 Misbahuddin,Iqbal Hasan,…,hlm21

(49)

a. Menyusun tes

Dalam menyusun tes penulis melakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan mengadakan tes, tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui dimana kesulitan siswa saat menyelesaikan soal dalam bentuk cerita

2) Membuat batasan terhadap bahan yang akan diujikan.

3) Membuat kisi-kisi tes. Kisi-kisi soal disusun agar mempermudah dalam pembuatan soal.

4) Menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi.

5) Membuat kunci jawaban/pembahasan soal tes akhir belajar.

6) Melakukan validasi tes.

Tujuan dilakukan validasi soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana soal tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam suatu tes, tes dikatakan valid apabila materi yang akan diteskan kepada siswa sesuai bahan-bahan pelajaran yang diatur dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah digariskan dalam kurikulum.

7) Analisis soal tes

Analisis ini dilakukan untuk melihat dan mengidentifikasi soal- soal yang baik, kurang baik dan soal yang tidak sama sekali.

(50)

b. Analisis butir soal 1) Validitas

Tes dikatakan valid apabila telah dapat mengukur apa yang hendak diukur.40 Tes yang dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu, sejajar dengan materi atau isi pelajaran tersebut.

Menurut Sumadi, validitas merupakan sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang hendak direkam atau diukur. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas jika alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu.41

Untuk menentukan validitas tes essay dapat digunakan korelasi product moment yaitu:

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ] Keterangan:

Koefisien korelasi antara variabel X dan Y Jumlah testee

∑ Jumlah perkalian antara skor item dan skor total

∑ Jumlah skor item

40Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm 216

41 Sumadi Suryabrata , Metodologi Penelitian , (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004) ,hlm60

(51)

∑ Jumlah skor total

Setelah diperoleh nilai , nilai tersebut dibandingkan dengan nilai product moment untuk taraf nyata dan jumlah siswa N. Kaidah keputusannya adalah:

a) Jika berarti soal valid b) Jika berarti soal tidak valid42

Setelah didapat keputusan soal itu valid, selanjutnya dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasi product moment, yaitu sebagai berikut:

0, 81 – 1, 00 : sangat tinggi 0, 61 – 0, 80 : tinggi

0, 41 – 0 ,60 : cukup 0, 21 – 0, 40 : rendah

0, 00 – 0, 20 : sangat rendah.43 Tabel 3.1 hasil analisis validitas soal uji coba

Nomor Soal 1 2 3 4 5

Hasil Perhitungan

0,89 0,89 0,61 0,81 0,69

Kriteria Validitas

S.Tinggi S.Tinggi Tinggi S.Tinggi Tinggi

Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.1 diperoleh rtabel

0,361 untuk dan derajat kebebasan (dk = n – 2)

42 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), hal.115

43 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 257

Gambar

Tabel  1.1  :  Daftar  Persentase  Ketuntasan  Nilai  Ulangan  Harian  Matematika di Kelas VII siswa MTsN 3 Agam
Tabel  3.2  Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes  Nomor  Soal  1  2  3  4  5  TK  hitung  0,34  0,55  0,53  0,38  0,36                                                              47 Zainal Arifin,...., hlm135
Tabel 3.3 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Tes  Nomor
Tabel 4.1  kesulitan dalam memahami soal
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mengenai konsep tanah yang dijanjikan dalam Al- Qur’an dan Perjanjian Lama akan disusun dalam bentuk skripsi dengan sistematika sebagai berikut:. BAB I

Pada Tahap awal ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Kunci keberhasilan

Kebijakan Penyiangan untuk Koleksi Grey Literature pada Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia

Proses inaktivasi enzim dilakukan dengan metode blansing rebus pada suhu 97 ⁰ C selama 2 menit menghasilkan warna bening sedikit kehijauan dan berwarna coklat pada daun

Penelitian ini memakai metode analisis isi. Lingkup penelitian ini di batasi dengan kategori 

[r]

Lembaga Ombudsman Daerah dibentuk berdasarkan SK (surat keputusan) Governor, dimana lemabaga tersebut adalah lembaga pengawasan masyarakat yang independen dan memiliki

• Produsen yang biaya oportunitasnya kecil memiliki keunggulan komparatif (Petani bangladesh memiliki. keunggulan