• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

29

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Perusahaan

Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung atau yang disingkat BPPD Kota Bandung berlokasi di Jalan Wastukencana No.2 Bandung dengan email : [email protected]. Berdasarkan Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bandung Nomor : 9922/72 tanggal 12 Juni 1972, Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung membawahi 5 (lima) satuan kerja, yaitu:

1. Bagian Perpajakan dan Retribusi (BAPAR) 2. Bagian Iuran Rehabilitasi Daerah (IREDA) 3. Bagian Eksploitasi Parkir (BEP)

4. Bagian Perusahaan Pasar (BPP) 5. Bagian Tata Usaha Dalam (TUD)

Pada tahun 1980, dikeluarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor : 09/PD. 1980 tanggal 10 Juli 1980, dimana Struktur Organisasi Dipenda mengalami perubagan, semula membawahi 5 (lima) satuan unit kerja dirubah menjadi 7 (tujuh) satuan unit kerja, yaitu:

1. Sub Bagian Tata Usaha 2. Seksi Pajak

(2)

3. Seksi Retribusi 4. Seksi IPEDA

5. Seksi Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan 6. UPTD Pasar

7. UPTD Parkir dan Terminal.

Dalam kegiatan operasional satuan unit kerja tersebut di atas, khususnya dalam bidang pemungutan pajak/retribusi, dipakai sistem MAPENDA (Manual Administrasi Pendapatan Daerah). Dengan sistem MAPENDA, petugas melaksanakan kegiatan pemungutan Pajak/Retribusi secara langsung kepada Wajib Pajak/Wajib Retribusi

“door to door”

Guna terdapat keseragaman struktur dinas pendapatan daerah di seluruh Indonesia, dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 23 Tahun 1989 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II, yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan dikeluarkan PERDA No. 11 Tahun 1989, perlu disusun Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang lebih mutakhir sebagai penyempurnaan dari Sistem dan prosedur yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan keputusan Mendagri No.

102 Tahun 1990 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya, serta Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II seluruh wilayah Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama MAPATDA (Manual Pendapatan Daerah).

(3)

Dengan diberlakukannya MAPATDA, maka sistem pemungutan pajak/retribusi daerah yang sebelumnya dilaksanakan secara “door to door” menjadi “self assessment”, yaitu wajib pajak/retribusi menyetor langsung kewajiban pembayaran

pajak/retribusi ke Dinas Pendapatan Daerah.

Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan hadirnya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bandung, maka Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bandung mengalami perubahan baik itu perubahan nomenklatur, penggabungan/peleburan perangkat daerah maupun penghapusan perangkat daerah.

Dinas Pelayanan Pajak menjadi salah satu perangkat daerah yang mengalami perubahan nomeklatur menjadi Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung yang disingkat BPPD.

Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1405 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung. Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung berkedudukan sebagai unsur pelaksanaan Pemerintah Kota Bandung di bidang Pendapatan Daerah dan memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Pendapatan Daerah (PPD) yang terbagi di lima wilayah kerja yaitu : Bandung Barat, Bandung Utara, Bandung Selatan, Bandung Tengah dan Bandung Timur sesuai dengan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 160 Tahun 2017 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi Serta Tata Kerja

(4)

Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung.

Sesuai dengan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1405 Tahun 2016, Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung memiliki tugas pokok untuk membantu Wali Kota dalam menyelenggarakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bidang pengelolaan pajak, retribusi dan pendapatan daerah.

Fungsi Badan Pengelolaan Pengdapatan Daerah Kota Bandung , yaitu : 1. Penyusunan kebijakan teknis lingkup pengelolaan pendapatan daerah;

2. Pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pengelolaan pendapatan daerah;

3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pengelolaan pendapatan daerah;

4. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang Urusan Pemerintahan Daerah lingkup pengelolaan pendapatan daerah; dan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wali Kota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

RPJPD Kota Bandung Tahun 2005-2025 merupakan landasan idiil-filosofis dan menjadi pedoman bagi penyelenggara pemerintahan beserta seluruh warga kota Bandung sebagai landasan pembangunan sektoral, lintas sektoral dan kewilayahan yang bersifat dinamis dan berkesinambungan, agar mampu menjawab tantangan perubahan lingkungan strategis dan pergeseran peradaban. RPJMD Kota Bandung Tahun 2018-2023 merupakan kesinambungan yang tidak terpisahkan dari RPJMD

(5)

Kota Bandung Tahun 2013-2018. RPJMD Kota Bandung Tahun 2018-2023 berada pada transisi di tahapan lima tahunan keempat dalam RPJPD 2005-2025.

Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang. Visi juga harus menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang harus diselesaikan dalam jangka menengah serta sejalan dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah.

Dengan mempertimbangkan arah pembangunan jangka panjang daerah, kondisi, permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu-isu strategis maka Visi Kota Bandung Tahun 2018-2023, yaitu “Terwujudnya Kota Bandung yang unggul, nyaman, sejahtera, dan agamis” Misi disusun dalam rangka mengimplementasikan Iangkah-langkah yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi yang telah dipaparkan di atas.

Rumusan misi merupakan penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi.

Misi yang diemban untuk mewujudkan visi di atas adalah sebagai berikut:

1. Membangun masyarakat yang humanis, agamis, berkualitas dan berdaya saing;

2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien, bersih dan melayani;

3. Membangun perekonomian yang mandiri, kokoh dan berkeadilan;

(6)

4. Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan;

5. Mengembangkan pembiayaan kota yang partisipatif, kolaboratif dan terintegrasi.

3.1.2. Struktur Organisasi dan Fungsi

Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Daerah Kota Bandung di atur Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1405 Tahun 2016. Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Sumber : www.bppd.bandung.go.id (2019)

Gambar III.1.

Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung

(7)

Susunan Organisasi Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung sesuai dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1405 Tahun 2016 terdiri dari : A. Badan dipimpin oleh seorang Kepala Badan

Kepala badan mempunyai tugas membantu walikota dalam menyelenggarakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bidang pengelolaan pajak, retribusi dan pendapatan daerah. Kepala badan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan kebijakan teknis lingkup pengelolaan pendapatan daerah;

2. Pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pengelolaan pendapatan daerah;

3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pengelolaan pendapatan daerah;

4. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan pemerintahan daerah lingkup pengelolaan pendapatan daerah; dan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B. Sekretaris

Sekretaris badan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala badan lingkup kesekretariatan yang meliputi pengeloaan umum dan kepegawaian, pengelolaan keuangan, pengordinasian penyusunan program serta pengoordinasian tugas-tugas bidang dan UPT. Sekretaris badan menyelenggarakan fungsi:

1) Pengoordinasian penyusunan rencana dan program kerja kesekretariatan dan Badan;

(8)

2) Pengoordinasian penyusunan bahan kebijakan teknis lingkup kesekretariatan dan Badan;

3) Pengoordinasian bahan pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup kesekretariatan dan Badan;

4) Pengoordinasian bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup kesekretariatan dan Badan;

5) Pengoordinasian bahan pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan pemerintah daerah lingkup kesekretariatan dan Badan; dan 6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi maka sekretaris badan membawahi:

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas sekretaris lingkup pelayanan administrasi umum dan administrasi kepegawaian.

2. Sub Bagian Keuangan

Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas sekretaris lingkup keuangan.

3. Sub Bagian Program

Kepala Sub Bagian Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas sekretaris lingkup program.

C. Bidang Perencanaan dan Penyuluhan

(9)

Kepala Bidang Perencanaan dan Penyuluhan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala badan lingkup perencanaan dan penyuluhan. Fungsi kepala Bidang Perencanaan dan Penyuluhan :

1. Pengoordinasian penyusunan rencana dan program kerja lingkup perencanaan dan penyuluhan;

2. Pengoordinasian penyusunan bahan kebijakan teknis lingkup perencanaan dan penyuluhan;

3. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup perencanaan dan penyuluhan;

4. Pengoordinasian pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup perencanaan dan penyuluhan;

5. Pengoordinasian pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan pemerintah daerah lingkup perencanaan dan penyuluhan; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi kepala Bidang Perencanaan dan Penyuluhan, membawahi :

1. Sub Bidang Perencanaan dan Penyuluhan Pajak Daerah;

Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Penyuluhan Pajak Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Perencanaan dan Penyuluhan lingkup perencanaan dan penyuluhan pajak daerah.

2. Sub Bidang Data dan Sistem Informasi; dan

(10)

Kepala Sub Bidang Data dan Sistem Informasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Perencanaan dan Penyuluhan lingkup data dan sistem informasi pengelolaan pendapatan asli daerah.

3. Sub Bidang Survey Data Wajib Pajak.

Kepala Sub Bidang Survey Data Wajib Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Perencanaan dan Penyuluhan lingkup survey dan data wajib pajak.

D. Bidang PAD 1

Kepala Bidang PAD 1 mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala badan lingkup Pendapatan Asli Daerah 1. Fungsi kepala Bidang PAD 1 :

1. Pengoordinasian penyusunan rencana dan program kerja lingkup pendapatan asli daerah 1;

2. Pengoordinasian penyusunan kebijakan teknis lingkup pendapatan asli daerah 1;

3. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pendapatan asli daerah 1;

4. Pengoordinasian pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pendapatan asli daerah 1;

5. Pengoordinasian pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan pemerintahan daerah lingkup pendapatan asli daerah 1; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi kepala Bidang Perencanaan dan Penyuluhan, membawahi :

(11)

1. Sub Bidang Pajak Hotel dan Pajak Restoran;

Kepala Sub Bidang Pajak Hotel dan Pajak Restoran mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah 1 lingkup pengelolaan pajak hotel dan pajak restoran.

2. Sub Bidang Pajak Hiburan dan Pajak Parkir; dan

Kepala Sub Bidang Pajak Hiburan dan Pajak Restoan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah 1 lingkup pengelolaan pajak hiburan dan pajak parkir.

3. Sub Bidang BPHTB dan Pajak Penerangan Jalan.

Kepala Sub Bidang BPHTB dan PPJ mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah 1 lingkup BPHTB dan PPJ.

E. Bidang PAD 2

Kepala Bidang PAD 2 mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala badan lingkup pendapatan asli daerah 2. Fungsi kepala Bidang PAD 2 :

1. Pengoordinasian penyusunan rencana dan prorgram kerja lingkup pendapatan asli daerah 2;

2. Pengoordinasian penyusunan bahan kebijakan teknis lingkup pendapatan asli daerah 2;

3. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pendapatan asli daerah 2;

4. Pengoordinasian pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pendapatan asli daerah 2;

(12)

5. Pengoordinasian pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan pemerintah daerah lingkup pendapatan asli daerah 2; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah 2, membawahi :

1. Sub Bidang Pajak Bumi dan Bangunan;

Kepala Sub Bidang Pajak Bumi dan Bangunan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kapal Bidang Pendapatan Asli Daerah 2 lingkup pajak bumi dan bangunan

2. Sub Bidang Pajak Reklame dan Pajak Air Tanah; dan

Kepala Sub Bidang Pajak Reklame dan Pajak Air Tanah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah 2 lingkup pajak reklame dan pajak air tanah

3. Sub Bidang PAD Bukan Pajak Daerah.

Kepala Sub Bidang PAD Bukan Pajak Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah 2 lingkup pendapatan asli daerah bukan pajak daerah.

F. Bidang Pengendalian

Kepala Bidang Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala badan lingkup pengendalian. Fungsi kepala Bidang Pengendalian :

1. Pengoordinasian penyusunan rencana dan program kerja lingkup pengendalian;

2. Pengoordinasian penyusunan bahan kebijakan teknis lingkup pengendalian;

(13)

3. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pengendalian;

4. Pengoordinasian pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis lingkup pengendalian;

5. Pengoordinasian pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan pemerintah daerah lingkup pengendalian; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi kepala Bidang Pengendalian, membawahi:

1. Sub Bidang Pengaduan dan Pembinaan;

Kepala Sub Bidang Pengaduan dan Pembinaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Pengendalian lingkup pengaduan dan pembinaan.

2. Sub Bidang Pemeriksaan dan Pengawasan; dan

Kepala Sub Bidang Pemeriksaan dan Pengawasan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Pengendalian lingkup pemeriksaan dan pengawasan.

3. Sub Bidang Penindakan.

Kepala Sub Bidang Penindakan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pengendalian.

G. UPT PPD (Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah)

Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung memiliki Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah (UPT PPD) yang tersebar ke dalam 5 (lima) wilayah, yaitu:

1. UPT PPD Wilayah Bandung Barat 2. UPT PPD Wilayah Bandung Utara

(14)

3. UPT PPD Wilayah Bandung Selatan 4. UPT PPD Wilayah Bandung Tengah 5. UPT PPD Wilayah Bandung Timur H. Kelompok Jabatan Fungsional

1.1.3. Aktivitas/Kegiatan Perusahaan

Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1405 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung. BPPD Kota Bandung memiliki tugas membantu Wali Kota dalam menyelenggarakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bidang pengelolaan pajak, retribusi dan pendapatan daerah. Pengelolaan Pajak Daerah sesuai dengan Undang–undang Nomor 28 Tahun 2009, jenis pajak yang dikelola oleh BPPD Kota Bandung yaitu :

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Parkir e. Pajak BPHTB

f. Pajak Penerangan Jalan g. Pajak Reklame

h. Pajak Air Tanah

(15)

i. Pajak Bumi dan Bangunan

1.2. Metode Penelitian

(Sugiyono, 2018) menjelaskan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif.

3.2.1. Desain Penelitian

(Sugiyono, 2018) menjelaskan bahwa setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa penelitian kuantitatif dan kualitatif berbeda.

Dalam penelitian kuantitatif masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas.

(16)

Setelah masalah diidentifikasi, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut harus dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan.

Kemudian rumusan masalah tersebut dijawab dengan berbagai teori dinamakan hipotesis. Hipotesis tersebut masih merupakan jawaban sementara yang harus dibuktikan kebenarannya secara empiris/nyata. Untuk itu peneliti mengumpulkan data. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka dapat disimpulkan. Berdasarkan hal tersebut maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini :

Sumber: Sugiyono (2018)

Gambar III.2.

Komponen dan Proses Penelitian Kuantitatif Rumusan

Masalah

Landasan Teori

Kesimpulan dan Saran Perumusan

Hipotesis

Pengumpulan Data

Analisis Data Populasi

& Sampel Pengembangan Instrumen Pengujian Instrumen

(17)

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

(Sugiyono, 2018) menjelaskan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2018) Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

1. Variabel Independen (X)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.

Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2018).

2. Variabel Dependen (Y)

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuensi. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018).

Penelitian ini menggunakan 4 variabel yaitu jumlah wisatawan, jumlah hotel dan PDRB sebagai variabel X (variabel yang mempengaruhi). Sedangkan penerimaan pajak hotel sebagai variabel Y (variabel yang dipengaruhi). Berikut ini merupakan tabel operasional variabel dan pengukuran variabel, antara lain :

(18)

Tabel III.1.

Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran

Variabel Konsep Indikator Skala

Jumlah Wisatawan (X1)

Jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara (Ali et al., 2018)

Jumlah wisatawan tahun 2011-2017

Rasio

Jumlah Hotel (X2)

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/

peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga

motel,losmen,gubuk pariwisata, wisma

pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kost dengan jumlah kamar lebih dari 10(sepuluh).

(Supit et al., 2015)

Jumlah Hotel tahun 2011-2017

Rasio

(19)

PDRB (X3) PDRB dengan harga konstan digunakan karena faktor pengaruh harga perlu dihilangkan

(Alista, 2014).

PDRB atas dasar harga konstan 2010 tahun 2011-2017

Rasio

Penerimaan Pajak Hotel (Y)

Realisasi penerimaan pajak hotel

(Aliandi & Handayani, 2013)

Jumlah realisasi

penerimaan pajak hotel tahun 2011-2017

Rasio

Sumber : Data diolah (2019)

3.2.3. Sumber Data

Dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2018). Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

(20)

3.2.4. Populasi dan Sampel A. Populasi

(Sugiyono, 2018) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah data laporan realisasi penerimaan pajak hotel di Kota Bandung yang terdapat di Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung, data kunjungan wisatawan yang terdapat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung , data jumlah hotel yang terdapat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, dan data PDRB yang terdapat di Badan Pusat Statistik Kota Bandung.

B. Sampel

(Sugiyono, 2018) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel

dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari jumlah wisatawan, jumlah hotel, PDRB atas harga konstan 2010, dan laporan realisasi penerimaan pajak hotel pada Kota Bandung pada tahun 2011-2017.

(21)

3.2.5. Teknik Pengumpulan Data

(Sugiyono, 2018) menyatakan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan

metode eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2018).

Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder pada Kota Bandung dan bersifat kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Tidak Terstruktur

(Sugiyono, 2018) menyatakan bahwa wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Penulis telah melakukan wawancara secara face to face dengan responden yaitu ASN (Aparatur Sipil Negara) di sub bidang pajak hotel dan restoran.

(22)

2. Observasi

Sutrisrno Hadi menyatakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2018). Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pemungutan dan ingatan. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah observasi partisipasi pasif, yang dilakukan dilakukan pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung. Observasi partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2018).

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumentasi adalah teknik untuk mengumpulkan data dengan cara meneliti catatan-catatan yang terdapat pada objek penelitian serta laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian ini. Peneliti mengumpulkan data dan menganalisis data-data yang penting tentang jumlah wisatawan, jumlah hotel, PDRB, dan penerimaan pajak hotel.

3.2.6. Rancangan Analisis Data dan Hipotesis A. Rancangan Analisis Data

(Sugiyono, 2018) menjelaskan bahwa analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan

(23)

jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

(Sugiyono, 2018) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

2. Analisis Verifikatif

(Sugiyono, 2012) menjelaskan bahwa metode verifikatif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Analisis verifikatif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji data yang diteliti dengan langkah-langkah menghitung menggunakan rumus statistik.

Analisis veriifkatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Uji Asumsi Klasik

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi – asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi berganda. Untuk

(24)

melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, hal ini dilakukan sebelum pengujian hipotesis, uji asumsi klasik yang digunakan yaitu:

1) Uji Normalitas

(Sugiyono & Susanto, 2017) menyatakan pada dasarnya penarikan sampel penelitian telah melalui prosedur sampling yang tepat, namun tidak tertutup kemungkinan adanya penyimpangan. Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual retribusi normal atau tidak, karena model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam analisis normalitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov untuk menetukan normal tidaknya data.

Adapun prasyarat uji Kolmogrov-Smirnov adalah berdasarkan pada nilai P 2 sisi (two tailed). Kriteria yang digunakan adalah apabila hasil perhitungan Kolmogrov-Smirnov dengan 2 sisi lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinearitas

(Sugiyono & Susanto, 2017) menyatakan bahwa multikolinearitas merupakan salah satu asumsi dalam penggunaan analisis regresi.

Beberapa cara untuk mendeteksi masalah multikolinieritas adalah sebagai berikut :

(25)

a) Nilai R yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris 2 sangat tinggi tetapi tingkat signifikansi variabel bebas berdasrkan uji t statistik sangat kecil atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan.

b) Nilai korelasi antar regresor atau variabel bebas diatas atau melebihi 0,08.

c) Menggunakan pengujian korelasi parsial (Examination of Partial Correlation).

d) Auxiliary Regresion.

e) Eigenvalues dan Condition Index.

f) Tolerance and Variance inflation Factor (VIF)

Pada penelitian ini pengujian multikolinearitas menggunakan Tolerance and Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman yang

digunakan untuk menentukan multikolinearitas menurut (Sugiyono

& Susanto, 2015) adalah nilai VIF dari suatu variabel melebihi 10 dan akan terjadi R melebihi 0,90 maka variabel tersebut 2 dikatakan berkorelasi sangat tinggi (kolonier).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kriteria untuk mendeteksi multikolinearitas pada suatu model adalah dengan melihat jika nilai Variance inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineartias.

(26)

3) Uji Autokorelasi

(Sugiyono & Susanto, 2017) menyatakan bahwa autokorelasi merupakan salah satu asumsi dalam model regresi linier. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam persamaan regresi terdapat kondisi serial atau tidak antara variabel pengganggu. Beberapa uji stastistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson dan uji run test.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji run test untuk mentukan autokorelasi. jika hasil nilai sig diatas nilai alpha (5%

atau 0,05) maka data terbebas dari autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

(Sugiyono & Susanto, 2017) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui varaibel pengganggu dalam persamaan regresi mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika mempunyai varians yang sama berarti tidak terdapat heteroskedastisitas, sedangkan jika mempunyai varians yang tidak sama berarti terdapat heteroskedastisitas. Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatterplot dengan memplotkan ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Syarat model yang baik dan tidak terjadinya gejala atau masalah heteroskedastisitas, antara lain:

(27)

55

b) Titik tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja

c) Penuebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d) Penyebaran titik tidak berpola.

b. Analisis Regresi Linear Berganda

(Sugiyono & Susanto, 2017) menjelaskan bahwa analisis regresi linier sebagai suatu teknik atau analisis statistik antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian analisis regresi digunakan untuk mengkaji hubungan ketergantungan antara variabel terikat (dependen) terhadap satu atau lebih variabel bebas (independent). Analisis regresi juga digunakan sebagai alat atau ‘Tolls’ peramalan dari suatu nilai dari variabel terikat dari satu variabel bebas. Analisis regresi bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterum), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediator dimanipulasi (naik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua. persamaan regresi berganda sebagai berikut ini :

3 3 2 2 1

1 X X X

Y        

(28)

56

α = Konstanta

β1,β2,β3 = Koefisien Regresi

X1 = Variabel Bebas 1 (Jumlah Wisatawan) X2 = Variabel Bebas 2 (Jumlah Hotel) X3 = Variabel Bebas 3 (PDRB)

c. Koefisien Korelasi

(Sugiyono & Susanto, 2017) Koefisien korelasi digunakan untuk mencari dan menguji hipotesis asosiatif (hubungan). Analasisi korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dan variabel independen, Setiap variabel dalam analisis korelasi didefinisikan sebagai variabel terikat dan variabel bebas.. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menujukkan arah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen selain mengukur kekuatan hubungan (asosiatif). Untuk mencari koefisien korelasi formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Sumber: (Sugiyono, 2018)

(29)

57

n = Jumlah Sampel atau banyaknya data dalam sampel

∑x = Jumlah skor yang diperoleh dari responden yang diuji

∑y = Jumlah skor seluruh item dari keseluruhan responden yang diuji Koefisien korelasi (r) terletak antara -1< < +1 dengan interpretasi menurut (Sugiyono & Susanto, 2017) adalah sebagai berikut :

1) Jika r = +1 maka hubungan jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB dengan pajak hotel sempurna secara positif dan jika mendekati +1 hubungannya sangat kuat dan positif

2) Jika r = -1 maka jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB dengan pajak hotel secara negatif dan jika mendekati -1 hubungannya sangat kuat dan negatif

3) Jika r = 0 maka jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB dengan pajak hotel lemah sekali atau tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dan variabel Y.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat pula berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut:

(30)

58

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Lemah

0,20 - 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber : (Sugiyono & Susanto, 2017) d. Analisis Koefisien Determinasi

(Sugiyono & Susanto, 2017) menyatakan bahwa koefisien determinasi digunkan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana:

Kd= Seberapa jauh perubahan variabel Y dipengaruhi variabel X

= Kuadrat koefisien determinasi

B. Rancangan Uji Hipotesis

(Sugiyono, 2018) menjelaskan bahwa hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari

Kd = x 100%

(31)

59 1. Rancangan Hipotesis Verifikatif

a. Pengujian Hipotesis Secara Parsial 1) Menentukan Hipotesis (Uji t)

Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah:

a) Hipotesis parsial antara variabel jumlah wisatawan terhadap penerimaan pajak hotel

H1=H0 : β=0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah wisatawan terhadap penerimaan pajak hotel.

HA : β≠0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah wisatawan terhadap penerimaan pajak hotel.

b) Hipotesis parsial antara variabel jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel

H2=H0 : β=0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel.

HA : β≠0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel.

c) Hipotesis parsial antara variabel PDRB terhadap penerimaan pajak hotel

(32)

60

HA : β≠0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara PDRB terhadap penerimaan pajak hotel.

2) Menentukan tingkat signifikansi

Menentukan tingkat signifikansi ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) =n-k-1, untuk menentukan t tabel sebagai daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena nilai cukup untuk mewakili hubungan variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam satu penelitian.

3) Mencari nilai t-hitung

Untuk menghitung nilai t-hitung atau menghitung uji signifikansi koefisien korelasi parsial adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sumber: (Sugiyono, 2018) Keterangan:

r = korelasi parsial yang ditentukan n = jumlah sampel

t = t-hitung

4) Dasar Pengambilan Keputusan

(33)

61

Nilai t-hitung < t-tabel atau nilai Sig > 0,05 b) H0 ditolak HA diterima, jika :

Nilai t-hitung > t-tabel atau nilai Sig < 0,05

b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) 1) Menentukan Hipotesis

Hipotesis simultan antara variabel jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB terhadap penerimaan pajak hotel.

H4=H0 : β=0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB terhadap penerimaan pajak hotel.

HA : β≠0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB terhadap penerimaan pajak hotel.

2) Menentukan Tingkat Signifikansi

Tingkat kesalahan dinamakan level of significant atau tingkat signifikansi. Tingkat signifikan yang digunakan dua arah (two tailed) yaitu sebesar 5% atau α = 0,05 karena dinilai cukup mewakili hubungan variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam satu penelitian. F

(34)

62

a) df1= k-1 (k= banyaknya variabel) b) df2= n-k (n= jumlah sampel) 3) Mencari Nilai F-hitung

Untuk menghitung nilai F-hitung atau menghitung uji signifikansi koefisien korelasi ganda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber : (Sugiyono, 2018) Keterangan :

R = koefisien korealsi ganda k = jumlah variabel sampel n = jumlah anggota sampel 4) Dasar Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan dalam uji F yang digunakan adalah:

a) H0 diterima HA ditolak, jika :

Nilai F-hitung < F-tabel atau nilai Sig > 0,05 b) H0 ditolak HA diterima, jika :

Nilai F-hitung > F-tabel atau nilai Sig < 0,05

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh (Lingga et al., 2020), bahwa tampilan animasi dapat menembus ruang waktu, artinya antara penyaji dan

Hasil penelitian menegaskan bahwa adalah mungkin untuk memprediksi perilaku konsumen organik dengan niat untuk membeli makanan organik, yang dapat dijelaskan lebih

Berdasarkan integrasi struktur geologi terhadap situs-situs di Kawasan Huu tersebut, maka dihasilkan data mengenai pemilihan lokasi situs yang terletak pada bagian yang

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan formula es krim nabati terbaik berdasarkan uji sensoris (warna, flavor, tekstur, dan overall), mengetahui karakteristik

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu pengamatan, pengukuran dan pencatatan data secara sistematis dan wawancara untuk mengukur

Pada proses utama, komputasi menggunakan metode Template Matching dan Hamming Distance, pola wajah akan dilatih untuk mendapatkan sebuah matriks bobot, yang selanjutnya

Menurut Standar Profesi Akuntan Publik Standar Auditing(Seksi 110), tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat

Karena untuk membangun motivasi yang baik haruslah diiringi dengan budaya organisasi yang membangun agar kepuasan kerja dan kinerja mereka jauh lebih baik.. Kepuasan kerja