• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Linda Nur Machillah, Duwi Basuki, Moch. Achwandi ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh: Linda Nur Machillah, Duwi Basuki, Moch. Achwandi ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI DI

RUANG ASOKA RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

Oleh:

Linda Nur Machillah, Duwi Basuki, Moch. Achwandi ABSTRAK

Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dapat mengalami kejadian yang traumatik dan menimbulkan stress yang akan mempengaruhi perkembangan psikososial anak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi. Penelitian ini menggunakan desain pra- eksperimental dengan pendekatan one group pre-post test design. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi sejumlah 15 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Tingkat kecemasan diukur dengan kuesioner DASS 21. Data yang diperoleh dianalisa dengan uji paired T-test. Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan tingkat kecemasan sebelum dan sesusah diberikan terapi bermain mewarnai gambar. Hasil uji paired T-test menunjukkan ada pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di Ruang Asoka RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan (p 0.000 <0.05). Terapi bermain bertujuan untuk membantu anak mengekspresikan perasaan frustasi, kemarahan, keinginan, fantasi serta ide-idenya, sehingga anak dapat melepaskan ketegangan dan beradaptasi terhadap stressor yang berdampak pada penurunan tingkat kecemasan selama hospitalisasi.

Kata Kunci: Mewarnai Gambar, Kecemasan, Hospitalisasi

THE EFFECT OF PICTURE COLORING THERAPY ON THE ANXIETY LEVEL OF PRESCHOOL AGE CHILDREN DUE TO HOSPITALIZATION IN THE ASOKA ROOM

OF BANGIL HOSPITAL PASURUAN REGENCY

By:

Linda Nur Machillah, Duwi Basuki, Moch. Achwandi

ABSTRACT

Hospitalization is a process that requires the child to stay in the hospital, undergo therapy and treatment until his return home. During this process, children can experience traumatic events and cause stress that will affect the child's psychosocial development. The purpose of the study was to determine the effect of playing coloring pictures therapy on the level of anxiety of preschool children due to hospitalization. This study uses a pre-experimental design with a one group pre-post test design approach. The sample in this study was 15 preschool-aged children who experienced hospitalization who were selected using a consecutive sampling technique. Anxiety levels were measured using the DASS 21 questionnaire. The data obtained were analyzed by using the paired T-test. The results showed that there was a decrease in the level of anxiety before and after being given playing therapy coloring pictures. The results of the paired T-test showed that there was an effect of playing coloring pictures therapy on the anxiety level of preschool-aged children due to hospitalization in the Asoka Room of Bangil Hospital, Pasuruan Regency (p 0.000 <0.05). Play therapy aims to help children express feelings of frustration, anger, desires, fantasies and ideas, so that children can release tension and adapt to stressors that have an impact on decreasing anxiety levels during hospitalization.

Keywords: Coloring Pictures, Anxiety, Hospitalization

(2)

PENDAHULUAN

Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah, selama proses tersebut anak dapat mengalami kejadian berupa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress (Supartini, 2012). Anak yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan kebiasaan seperti biasanya. Lingkungan dan orang-orang asing, perawatan dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak merupakan sumber utama stres, kecewa dan cemas, terutama untuk anak yang pertama kali dirawat di rumah sakit. Saat menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya anak akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Reaksi anak akibat hospitalisasi adalah sedih, takut karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialami dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Dampak yang ditimbulkan dari hospitalisasi jika tidak segera diatasi maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial anak (Adriana, 2013).

Data yang didapatkan di RSUD Bangil pada bulan Januari – Oktober 2020 jumlah anak yang dirawat yaitu 462 orang, sedangkan anak usia (3-6) tahun yang dirawat mencapai 62 anak. Hasil studi pendahuluan di Ruang Asoka RSUD Bangil didapatkan bahwa dari 10 anak usia prasekolah (3- 6 tahun) yang dirawat di ruangan tersebut 2 (20%) anak mengalami kecemasan ringan, 4 (40%) anak mengalami kecemasan sedang, dan 4 (40%) anak mengalami kecemasan berat.

Anak yang mengalami stress akan mengalami peningkatan kortisol, yang mana kortisol tersebut akan menghambat pembentukan antibodi, menurunkan sel darah putih dan imunitas tubuh.

Adanya penekanan sistem imun inilah nampaknya akan berakibat pada penghambatan proses penyembuhan, sehingga memerlukan waktu perawatan yang cukup lama dan bahkan akan mempercepat terjadinya komplikasi selama perawatan (Yusuf, 2011). Pada masa prasekolah (3-6 tahun) reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Hospitalisasi sering dipersepsikan oleh

anak sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu dan takut yang akan menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat (Wong, 2019).

Terapi bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak. Pada anak-anak yang belum bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka misalnya pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) permainan menggambar, melukis atau mewarnai dapat membantu mengekspresikan pikiran perasaan cemas, takut, sedih, tegang dan nyeri (Aryani, 2021). Tsai dkk. (2013) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terapi bermain menurunkan kecemasan anak melalui strategi penurunan fokus anak terhadap lingkungan hospitalisasi yang menjadi sumber stressornya (p=0,000). Terapi mewarnai memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/therapeutic play) yang membuat anak mengekspresikan perasaannya sebagai komunikasi tanpa menggunakan kata, Warna juga merupakan media terapi untuk membaca emosi seseorang dan dapat meringankan stress pada anak. Dengan menggambar atau mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit (Suparto, 2003, dalam Paat, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di Ruang Asoka RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah Pra eksperimental (one group pre-post test design).

Dalam penelitian ini subjek diberikan intervensi berupa terapi bermain mewarnai gambar kemudian dilakukan penilaian terhadap tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Populasi dalam penelitian ini diambil dari rata-rata jumlah pasien anak usia prasekolah (4-6 tahun) yang menjalani rawat inap di Ruang Asoka RSUD Bangil tiap bulan, yaitu sebanyak 20 orang,

(3)

dengan kriteria: 1) Anak berusia 4-6 tahun, 2) Anak MRS hari kedua dan ketiga, 3) Anak yang diijinkan orang tuanya menjadi responden, 4) Anak yang dapat diajak komunikasi atau berbicara, 5) Anak yang sadar atau tidak dalam keadaan koma. Anak yang kondisinya sangat lemah atau menjalani perawatan intensif tidak digunakan dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15 orang yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah kuesioner kecemasan DASS 21. Analisa data menggunakan uji Uji paired T- Test dengan dengan tingkat signifikansi 0,05.

HASIL

Hasil penelitian berupa data karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik n %

Usia 4 tahun 5 tahun 6 tahun

4 7 4

26,7 46,7 26,7 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

7 8

46,7 53,3 Hari Rawat Inap

Hari ke-2 & 3 15 100

Dari tabel 1 dapat ketahui dapat ketahui dari 15 responden memiliki sebaran usia paling dominan adalah 5 tahun yaitu sebanyak 7 responden (46,7%), terdapat 4 responden masing-masing berusia 4 dan 6 tahun (26,7%). Jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Perempuan sebanyak 8 responden (53,3%) dan laki-laki 7 responden (46,7%).

Tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain mewarnai gambar dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Mewarnai Gambar

Tingkat Kecemasan Mean Mean

Difference

P Value Sebelum

Terapi Bermain

Sesudah Terapi Bermain

Hari I 11,47 10,53 0,94

0,000

Hari II 9,87 8 1,87

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada hari ke-1 rerata tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar adalah 11,47, sesudah terapi turun menjadi 10,53, dengan mean difference 0,94. Pada hari ke-2 tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain mewarnai

gambar adalah 9,87, sesudah terapi turun menjadi 8, dengan mean difference 1,87.

Hasil analisis pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi dapat dilihat pada tabel 3.

(4)

Tabel 3. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

Variabel Mean Mean

Difference

P Value Sebelum

Terapi Bermain

Sesudah Terapi Bermain Terapi Bermain

11,47 8 3,47 0,000

Tingkat Kecemasan

Tabel 3 menunjukkan rata-rata skor kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain mewarnai gambar. Rata-rata skor kecemasan sebelum diberikan terapi adalah 11,47, sedangkan rata-rata skor kecemasan sesudah diberikan terapi adalah 8. Perbedaan rata-rata mean skor kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi bermain adalah 3,47. Untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi dilakukan uji paired T-test dengan membandingkan mean skor kecemasan sebelum diberikan terapi bermain pada hari ke-1 dan sesudah terapi bermain pada hari ke-2. Hasil uji paired T-test didapatkan nilai p 0,000 < 0,05 sehingga disimpulkan ada pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di Ruang Asoka RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

PEMBAHASAN

Hasil uji statistik disimpulkan ada pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di Ruang Asoka RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan penatalaksanaan terapi bermain. Penelitian yang dilakukan oleh Wowiling (2014) diperoleh hasil ada pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di Ruangan Irina E BLU RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado.

Karakteristik kecemasan terbesar anak usia prasekolah adalah kecemasan akan injuri pada tubuhnya (ancaman terhadap integritas tubuh) karena keterbatasan pemahaman mereka tentang body integrity (Perry & Potter, 2015). Kecemasan anak selama hospitalisasi juga diakibatkan karena anak mengalami perpisahan dengan keluarga, berada di lingkungan yang asing, dan harus

menjalani beberapa prosedur keperawatan/medis.

Kecemasan selama hospitalisasi dapat diminimalisasi dengan pemberian terapi bermain sebagai persiapan untuk melakukan prosedur medis maupun tindakan keperawatan. Dalam aktivitas bermain ini, anak diajari teknik mengatasi kecemasan sebagai mekanisme koping, dengan mengalihkan perhatian anak pada aktivitas yang disukainya (Aidar, 2011).

Salah satu permainan yang cocok dilakukan untuk anak usia pra sekolah yaitu mewarnai gambar, dimana anak mulai menyukai dan mengenal warna serta mengenal bentuk-bentuk benda disekelilingnya (Suryanti, 2011). Mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik. Mewarnai adalah kegiatan menyenangkan sekaligus bermanfaat untuk melatih saraf motorik, kreativitas dan daya imajinasi anak (Ranuhandoko, 2018). Melalui mewarnai, seseorang dapat menuangkan simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya ke dalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan tidak dapat dimunculkan ke dalam realita melalui gambar.

Melalui mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar telah mengeluarkan muatan amigdalanya.

Aktifnya hipotalamus–puitutary–adrenal axis (HPA), menimbulkan conditioning stimulus pada alur limbic–hipotalamus–puitutary-adrenal Axis (LHPA axis), kemudian merangsang hipotalamus untuk mensekresi hormon corticotrophin relesing hormone (CRH), yang selanjutnya merangsang hipofise anterior untuk mensekresi ACTH.

Peningkatan sekresi ACTH, menyebabkan meningkatnya sekresi kortisol. Hormon tersebut dikeluarkan untuk menjaga homeostatis dalam menghadapi stres, baik fisik maupun psikologis.

Dengan mekanisme seperti itu, anak dapat

(5)

mengekspresikan rasa sedih, tertekan, stres, dan menciptakan gambaran-gambaran yang membuat mereka kembali merasa bahagia (Fariz, 2019).

Melalui aktifitas mewarnai gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga dapat menciptakan koping yang positif.

Koping positif ini ditandai dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu dalam mengurangi stress/cemas yang dialami anak (Gusnadi, 2013).

Menurut peneliti, terdapat pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi dikarenakan fungsi kognitif dan psikomotor pada anak usia prasekolah adalah bermain, anak harus tetap bermain walaupun sedang di rawat di rumah sakit, sesuai dengan prinsip pelaksanaan bermain di rumah sakit. Terapi mewarnai adalah salah satu permainan yang sangat efektif karena tidak menggunakan banyak energi dan dapat dilakukan di tempat tidur anak. Terapi bermain juga dapat mengalihkan perhatian anak akan suatu obyek yang mencemaskannya. Pada saat sakit dan dirawat dirumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Anak belum dapat mengekspresikannya secara verbal.

Terapi bermain bertujuan untuk membantu anak mengekspresikan perasaan frustasi, kemarahan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, sehingga anak dapat melepaskan ketegangan dan beradaptasi terhadap stressor. Hasil penelitian menunjukkan penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan terapi bermain pada hari ke-1 dan ke-2. Penurunan yang terjadi pada hari ke-2 lebih banyak dibandingkan dengan hari ke-1. Hal ini menunjukkan kalau anak sudah beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, dan sudah bisa mengekspresikan perasaannya sehingga anak menjadi lebih rileks. Terapi bermain juga menyebabkan terbinanya rasa saling percaya dan menghindari respon stranger anxiety (kecemasan terhadap orang yang tidak dikenal), yang bermanfaat untuk menurunkan kecemasan.

Dalam proses pelaksanaan terapi bermain mewarnai gambar, usia dan status penyakit mempengaruhi anak dalam menyelesaikan terapi bermain. Anak dengan usia yang lebih matang lebih kooperatif dan mampu menyelesaikan terapi bermain dengan baik sesuai kontrak waktu yang telah disepakati. Sebaliknya, anak dengan usia

lebih muda lebih susah untuk diajak bekerjasama.

Status penyakit anak juga mempengaruhi kondisi fisik anak. Kondisi fisik tersebut mempengaruhi kemampuan anak dalam mengikuti terapi bermain sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama hospitalisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi.

KESIMPULAN

Terapi bermain mewarnai gambar berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di Ruang Asoka RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Terapi bermain mewarnai gambar dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi penanganan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah agar anak lebih kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan dan proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. (2013). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Aidar, Nur. (2011). Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Skripsi.

Fakultas Keperawatan. Universitas

Sumatera Utara.

http://repository.usu.ac.id/handle/1234567 89/27095.

Aryani, D., Zaly, N.W. (2021). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar terhadap Kecemasan Hospitaslisasi pada Anak Prasekolah. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 10, No 1.

http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/

view/289.

Fariz. (2019). Manfaat belajar Menggambar dan Mewarnai Bagi Anak. Jakarta: Salemba Medika.

(6)

Gusnadi, Irvan. (2013). SOP Terapi Bermain Mewarnai Gambar. http: //2013/08/sop- terapi-bermainmewarnaigambar.html (diakses 5 Februari 2021).

Paat, T. C. (2010). Analisis Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Perilaku Kooperatif Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Menjalani Perawatan Di Ruangan Ester Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi

Potter PA dan Perry AG (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7.

Jakarta: Salemba Medika

Supartini, Y. (2012). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Suryanti, S., Sodikin, S., Yulistiani, M. (2012).

Pengaruh terapi bermain mewarnai dan origami terhadap tingkat kecemasan sebagai efek hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 3(2), 71–80.

Tjahjono, Hale, M.A. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Mirah

Delima Rumah Sakit William Booth Surabaya. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya.

http://ejournal.stikeswilliambooth.ac.id/ind ex.php/SIkep/article/download/56/55.

(Diakses Pada 20 Januari 2021).

Tsai, Y.L., Tsain, S., Yen, S., Mu, P.(2013).

Efficacy of Therapeutic Play for Pediatric Brain Tumor Patient During External Beam Radiotherapy. Child’s Nervous System 29 (7): 1123-1129

Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, M.L., Schwartz, P. (2019). Buku Ajar Keperawatan pediatrik. Vol 2. Jakarta:

EGC.

Wowiling, F.E., Ismanto, A.Y., Babakal, A.

(2014). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruangan Irina E Blu Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, Vol 2, No 2.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/

article/view/5164

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak

& Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Seleksi tenaga kerja adalah proses perusahaan memilih dari sekelompok pelamar, yang paling memenuhi kriteria seleksi untuk posisi yang tersedia berdasarkan kondisi yang

Oleh karena itu, berdasarkan grafik yang ada pada gambar 4.3, dapat disimpulkan bahwa kondisi stabilitas arah sepeda motor yang paling baik adalah ketika sepeda motor berbelok

suatu perangkat keras sistem akuisisi data yang dapat mengakuisasi lebih dari satu.. macam besaran dan dapat menyimpan serta mentransmisikannya

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pegawai negeri adalah PNS umum yang pensiun pada usia 56 tahun. PPS selain tergantung pada orientasi kepribadian seperti yang tersebut di

Forum Anak Jebres (FANBRES) menjadi salah satu upaya Pemerintah Kelurahan Jebres untuk mewujudkan Kelurahan Layak Anak yang turut melibatkan anak untuk berpartisipasi

Data Kadar Gula Darah dan Berat Badan Tikus Treatment Sonde Sorbet Buah Naga Merah dengan Penambahan Isolat Protein 50

Ki Sabdhosutedjo dari Surabaya, Jawa Timur Ki Sabdhosutedjo atau yang dikenal dengan nama Tee Boen Liong adalah seorang dalang wayang Jawa asli Surabaya.. Ia telah mendalami

Tanggapan dari masyarakat terhadap pertunjukan WKCB menjadi tanda- tanda bahwa wacana pada tokoh punakawan yang dihadirkan oleh Dalang Nardayana pada pertunjukan WKCB