• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 1 No. 2 Agustus 2020 e-issn: X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Volume 1 No. 2 Agustus 2020 e-issn: X"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 Volume 1 No. 2 Agustus 2020

e-ISSN: 2723-584X

HUBUNGAN KELENTURAN SENDI BAHU DENGAN KEMAMPUAN SMASH FOREHAND BULUTANGKIS PADA SISWA

SMP NEGERI 15 KENDARI

Nurmala1, La Ode Muh Junarlin, Muh. Zaenal Arwih3

1Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/Ilmu Keolahragaan/Mahasiswa

Email: [email protected]

2Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/Ilmu Keolahragaan /Dosen Email: [email protected]

3Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/Ilmu Keolahragaan/Dosen

Email: [email protected]

©2019 –Ini adalah artikel dengan akses terbuka

dibawah licenci CC BY-NC-4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0).

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine how much the relationship between shoulder joint flexibility and badminton forehand smash ability among students of SMP Negeri 15 Kendari. The population in this study were all students who took part in the badminton extracurricular activities at SMPN 15 Kendari, totaling 22 people. Sampling in this study was selected by means of total sampling, namely the entire population of 22 students was used as the research sample. The instrument measures the flexibility of the shoulder joint using the shoulder elevation test, while to measure the ability of the badminton forehand smash is the forehand smash ability test. The data analysis technique used the product moment correlation test. Based on the results of processing, research and discussion, it can be concluded that there is a significant relationship between shoulder joint flexibility and the smash ability forehand badminton students of SMP Negeri 15 Kendari, where (rxy) is 0.65 at a significant level of 0.05 with a sample size of 22 obtained. rtabel = 0.423, if it is included in the correlation map, it includes high correlation. While the coefficient of determination between the two variables (r²) is 0.42, in other words 42% of the smash ability of badminton forehand is determined by the flexibility of the shoulder joint. Meanwhile, 58% is influenced by elements of physical conditions, including power, agility, coordination, accuracy and strength. Based on the results of data analysis, it can be concluded that the better the flexibility of the shoulder joint, the better the badminton forehand smash ability.

Keywords: Shoulder Joint Flexibility, Badminton Forehand Smash Ability.

(Received: 12 Maret 2020; Reviewed: 1 April 2020; Accepted: 22 Mei 2020; Published: 4 Juni 2020)

(2)

2 ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis pada siswa SMP Negeri 15 Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis di SMPN 15 Kendari yang berjumlah 22 orang. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan seleksi dengan cara total sampling yakni seluruh populasi yang berjumlah 22 orang siswa dijadikan sampel penelitian. Instrumen mengukur kelenturan sendi bahu menggunakan tes elevasi bahu sedangkan untuk mengukur kemampuan smash forehand bulutangkis yaitu dengan tes kemampuan smash forehand. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi product moment. Berdasarkan hasil pengolahan, penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis siswa SMP Negeri 15 Kendari, dimana (rxy) adalah sebesar 0,65 pada taraf signifikan 0,05 dengan jumlah sampel 22 diperoleh rtabel = 0,423, jika dimasukkan dalam peta korelasi termasuk korelasi tinggi. Sedangkan Koefisien determinasi antara kedua variabel (r²) sebesar 0,42 dengan kata lain 42% kemampuan smash forehand bulutangkis ditentukan oleh kelenturan sendi bahu. Sedangkan 58% dipengaruhi oleh unsur kondisi fisik antara lain power, kelincahan, koordinasi, ketepatan dan kekuatan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa semakin baik kelenturan sendi bahu maka akan meningkatkan kemampuan smash forehand bulutangkis.

Kata Kunci: Kelenturan, Sendi Bahu, Smash Forehand, Bulutangkis.

PENDAHULUAN

Bulutangkis salah satu olahraga yang terkenal di dunia. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat ketrampilan, dan pria maupun wanita memainkan olahraga ini di dalam atau di luar ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis tidak dipantulkan dan harus dimainkan di udara, sehingga permainan ini merupakan permainan cepat yang membutuhkan gerak reflek yang baik dan tingkat kebugaran yang tinggi (Tony Grice, 1999).

Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan fisik yang prima khususnya unsur kekuatan tubuh secara keseluruhan, Jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan stroke satu persatu, namun rangkaian kegiatan secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam satu permainan, Permainan bulutangkis menunjukkan sifat sebagai cabang anaerobik-aerobik dominan. Upaya menumbuhkan budaya olahraga dalam meningkatkan kualitas manusia, dilakukan dengan jalan mewujudkan tujuan pendidikan olahraga yaitu untuk menunjang tercapainya sasaran pendidikan nasional melalui kegiatan olahraga yang telah disusun dan dijabarkan dalam kurikulum pendidikan meliputi tujuan umum maupun tujuan khusus pendidikan. (Suharno HP, 1987).

(3)

3 Berorientasi pada pencapaian sasaran pendidikan, kegiatan olahraga pendidikan mencakup berbagai macam cabang seperti atletik, permainan, olahraga air dan olahraga beladiri. Olahraga disebut juga sebagai suatu aktivitas fisik yang banyak dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata tetapi sudah menjadi bagian dari kegiatan masyarakat. Sebab olahraga dewasa ini sudah menjadi terkenal di masyarakat baik orang tua, remaja maupun anak-anak. karena olahraga mempunyai makna tidak hanya untuk kesehatan, juga sebagai sarana pendidikan dan prestasi. Sebagai contoh salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masayarakat ialah cabang bulutangkis. Melalui kegiatan permainan bulutangkis ini para remaja banyak menuai manfaat, baik dalam pertumbuhan fisik, mental maupun sosial. Permainan bulutangkis mengalami perkembangan yang pesat, ini terbukti dengan adanya klub-klub bulutangkis yang ada sekarang ini.

Permainan bulutangkis juga berkembang pada anak-anak sekolah, terutama pada SMP, dan bulutangkis merupakan salah-satu cabang olahraga permainan yang masuk dalam ekstrakurikuler sekolah, keberadaannya secara tidak langsung ikut serta dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia yang berkualitas baik fisik maupun mental (Lutan, 1988). Bulutangkis seperti dikatakan oleh Tohar (1992), adalah jenis olahraga yang mencakup aspek-aspek tertentu. Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik pemain amatir, dan lebih-lebih bagi pemain profesional, harus dituntut menguasai teknik-teknik dasar tenis seperti memukul bola, langkah serta gerakan tubuh yang sesuai. Agar dapat bermain dengan baik dan benar serta berprestasi tinggi, khususnya bagi pebulutangkis pemula harus menguasai keterampilan dasar dalam bermain bulutangkis.

Teknik dasar penguasaan pokok yang harus dikuasai oleh setiap pemain meliputi (1) cara mememegang raket yang terdiri atas pegangan Amerika, pegangagn Inggris, pegangan gabungan, dan pegangan backhand, (2) gerakan pergelangan tangan, (3) gerakan melangkahkan kaki atau foot work, (4) pemusatan pikiran atau konsentrasi (Tohar, 40). Adapun teknik pukulan menurut Tohar (1992), terdiri atas :(1) pukulan service, (2) pukulan lob, (3) pukulan drive, (4) pukulan dropshot, (5) pukulan pengembalian service, (6) pukulan smash.

Pukulan smash adalah pukulan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis. Selain sebagai pukulan yang sangat sukar dikembalikan pihak lawan, pukulan smash juga berguna untuk memenangkan suatu permainan (Tohar, 1992). Hal itu terjadi apabila pada waktu melakukan smash, bola sukar dikembalikan. Selanjutnya James Poole (2007), Menjelaskan bahwa smash merupakan pukulan yang biasa digunakan karena sangat memungkinkan untuk menekan permainan lawan sehingga lawan harus selalu siap dan cekatan dalam mengantisipasinya. Dengan demikian dalam pemberian materi pembelajaran, khususnya materi mengenai pukulan smash, seorang guru penjaskes harus mampu mengembangkan faktor apa saja yang dapat mendukung terciptanya hasil yang maksimal karena pukulan ini paling banyak memerlukan tenaga.

(4)

4 Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis memilih smash forehand sebagai bahan penelitian. Smash forehand yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah memukul cock dengan bidang perkenaan bola pada bagian depan raket dan arah gerakannya dari ke kanan ke kiri bagi pemain yang memegang dengan tangan kanan.

Mengingat sistem gerak yang diperlukan dalam melakukan pukulan smash dalam kenyataannya terdapat hubungan dengan kelenturan sendi bahu maka sudah barang tentu membutuhkan kemampuan komponen fisik yang lebih dominan yaitu kelenturan. Pemanfaatan unsur fisik dalam hal ini kelenturan dibutuhkan pada saat mengayunkan raket dimana lengan harus ditarik ke belakang lalu diayunkan ke depan dengan harapan cock yang dipukul dapat bergerak dengan cepat dan jaraknya sejauh mungkin. Sajoto (1988), yang menjelaskan bahwa kelenturan merupakan faktor penentu dalam menunjang peningkatan prestasi saat berolahraga terutama dalam melakukan gerakan- gerakan fisik misalnya saat melakukan smash bulutangkis. Menurut Sukadiyanto (2005), kelentukan mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Menurut Roji (2008) bahwa unsur-unsur yang dapat menentukan penampilan seorang pemain bulutangkis adalah, kecepatan reaksi, kecepatan bergerak dan kekuatan dan kecepatan dan kelentukan sendi bahu.

Pendapat-pendapat para ahli tersebut secara teoritik demikian adanya, namun perlu diuji kebenarannya melalui suatu penelitian ilmiah agar kita dapat mengetahui secara jelas akan hubungan antara kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis. Sehingga dengan begitu akan membantu pelatih/guru dalam menyusun pembinaan extra kuriker yang dilakukan di sekolahnya dalam upaya, pencarian bibit olahraga yang berprestasi, siswa-siswa sekolah merupakan wadah yang dapat digunakan untuk mencari bibit-bibit pemain berbakat, dan hal ini dapat dilakukan oleh guru-guru penjas di sekolah. Sebab mereka senantiasa memberikan pembelajaran pendidikan jasmani sehingga dengan sendirinya dapat terdeteksi siswa-siswa yang memiliki bakat dalam salah satu cabang olahraga tertentu.

Untuk memudahkan kelancaran pelaksanaan penelitian ini, maka penulis menetapkan siswa SMP Negeri 15 Kendari sebagai objek penelitian.

Penetapan sekolah tersebut atas dasar pertimbangan bahwa para siswa di sekolah tersebut mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis yang tentunya akan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Berdasarkan pada uraian-uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian hubungan kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis siswa SMP Negeri 15 Kendari.

(5)

5 METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah korelasional yang ingin mengetahui hubungan kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis pada siswa SMP Negeri 15 Kendari.

X Y Keterangan:

X = Kelenturan Sendi Bahu Y = Kemampuan smash forehand = Hubungan

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kelenturan sendi bahu seangkan variabel terikat adalah kemampuan smash forehand. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis di SMPN 15 Kendari yang berjumlah 22 orang. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan seleksi dengan cara total sampling yakni seluruh populasi yang berjumlah 22 orang siswa dijadikan sampel penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu: tes elevasi bahu (Widiastuti, 2017) dan tes kemampuan pukulan smash forehand. (James Poole dalam Musofan, 2007).

Pelaksanaan tes fleksibilitas sendi bahu. Tujuan untuk mengetahui kemampuan fleksibilitas bahu dan pergelangan tangan siswa. Pelaksanaan:

berbaring tengkurap di lantai dengan kedua tangan diluruskan memegang sebuah tongkat, naikkan tongkat setinggi mungkin, wajah mengikuti gerakan tongkat, ukur jarak naiknya tongkat dari lantai. Jarak terpendek adalah ½ inci, ulangi sebanyak 3 kali dan dicatat jarak terbaik, ukur jarak pangkal lengan hingga jari yang terpanjangCatat nilai terbaik dari jarak lengan.

Gambar 1: Tes Kelenturan (Fleksibilitas) Sendi Bahu

Tes Smash Forehand dalam Permainan Bulutangkis. Tujuan untuk mengukur kemampuan smash forehand. Alat dan fasilitas: lapangan bulutangkis, net, raket, shuttlecock, blangko penilaian, kapur dan pluit. Pelaksanaan: testee persiapan melakukan pukulan smash forehand, smash dilakukan tidak lebih dari ¾ lapangan, smash dilakukan 10 kali kesempatan secara berturut-turut, hasil dari 10

(6)

6 kali tes melakukan smash forehand dijumlahkan sebagai hasil akhir dan Pukulan yang jatuh di luar daerah sasaran dan diluar lapangan mendapat nilai 0 (nol).

Gambar 2: Lapangan Tes Smash Forehand Bulutangkis (James Poole dalam Musofan, 2007)

Menguji hipotesis yang dikemukakan, maka data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statisti infrensial diuji product moment. Setelah data terkumpul, maka untuk mencari dan menguji data digunakan rumus statistik.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan hubungan kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis siswa SMP Negeri 15 Kendari. Analisis statistik yang dimaksud untuk mengetahui deskripsi hasil penelitian yaitu mean, standar deviasi, nilai maximum dan nilai minimum dari tiap variabel penelitian. Adapun hasil statistik deskriptif variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1: Deskripsi Statistik Kelenturan Sendi Bahu (X) dan Kemampuan Smash Forehand Bulutangkis (Y)

Variabel Mean Standar

Deviasi

Nilai Maximum Nilai Minimum

X 40,82 6,04 50 32

Y 19,09 2,37 24 14

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 1 dapat diketahui bahwa: a) mean dari kelenturan sendi bahu (X) adalah 40,82 dengan standar deviasi 6,04, b) mean dari kemampuan smash forehand bulutangkis (Y) adalah 19,09 dengan standar deviasi 2,37, c) nilai maximum kelenturan sendi bahu adalah 50 dan nilai minimum 32, d) nilai maximum kemampuan smash forehand bulutangkis adalah 24 dan nilai minimum 14.

(7)

7 Tabel Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian Kelenturan Sendi Bahu (X) Tabel 2: Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Kelenturan Sendi Bahu (X)

Hasil perhitungan data variabel kelenturan sendi bahu diperoleh: a) data kelenturan sendi bahu rentang nilai 32 – 35 sebanyak 4 orang (18,18%), b) data kelenturan sendi bahu rentang nilai 36 – 39 sebanyak 7 orang (31,82%), c) data kelenturan sendi bahu rentang nilai 40 – 43 sebanyak 2 orang (9,09%), d) data kelenturan sendi bahu rentang nilai 44 – 47 sebanyak 6 orang (27,27%), e) data kelenturan sendi bahu rentang nilai 48 – 51 sebanyak 3 orang (13,64%). Sebaran data distribusi frekuensi kelenturan sendi bahu, dapat digambarkan dalam bentuk histogram, maka diperoleh seperti gambar berikut ini:

Gambar 3: Histogram Sebaran Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian Kelenturan Sendi Bahu (X)

No. Kelas Interval

Frekuensi Absolut (f)

Frekuensi Kumulatif (f.k)

Frekuensi Relatif (%)

1 32 - 35 4 4 18,18

2 36 - 39 7 11 31,82

3 40 - 43 2 13 9,09

4 44 - 47 6 19 27,27

5 48 - 51 3 22 13,64

Jumlah 22 100,00

(8)

8 Tabel Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian Kemampuan Smash Forehand Bulutangkis (Y)

Tabel 3: Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Kemampuan Smash Forehand Bulutangkis (Y)

Hasil perhitungan data variabel kemampuan smash forehand bulutangkis, diperoleh: a) data kemampuan smash forehand bulutangkis rentang nilai 14 – 16 sebanyak 3 orang (13,64%), b) data kemampuan smash forehand bulutangkis rentang nilai 17 – 18 sebanyak 6 orang (27,27%), c) data kemampuan smash forehand bulutangkis rentang nilai 19 – 20 sebanyak 7 orang (31,82%), d) data kemampuan smash forehand bulutangkis rentang nilai 21 – 22 sebanyak 5 orang (22,73%), e) data kemampuan smash forehand bulutangkis rentang nilai 23 – 24 sebanyak 1 orang (4,55%). Sebaran data distribusi frekuensi kemampuan smash forehand bulutangkis, dapat digambarkan dalam bentuk histogram, maka diperoleh seperti gambar berikut ini:

Gambar 4: Histogram Sebaran Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian Kemampuan Smash Forehand Bulutangkis (Y)

No. Kelas Interval

Frekuensi Absolut (f)

Frekuensi Kumulatif (f.k)

Frekuensi Relatif (%)

1 14 - 16 3 3 13,64

2 17 - 18 6 9 27,27

3 19 - 20 7 16 31,82

4 21 - 22 5 21 22,73

5 23 - 24 1 22 4,55

Jumlah 22 100,00

(9)

9 Data hasil penelitian diuji dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil uji korelasi product moment dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4: Korelasi Product Moment Kelenturan Sendi Bahu (X) dan Kemampuan Smash Forehand Bulutangkis (Y)

Korelasi Variabel Koefisien Korelasi (r)

Koefisien Determinasi (r²)

rtabel (0,05:22)

X dengan Y 0,65 0,42 0,423

Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 4 dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis (rxy) adalah sebesar 0,65. Untuk mengetahui hubungan kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis (rxy) yang diperoleh dibandingkan dengan nilai rtabel korelasi product moment pada taraf signifikan 0,05 dengan jumlah sampel 22 diperoleh rtabel = 0,423, jika dimasukkan dalam peta korelasi termasuk korelasi tinggi. Nilai rxy (0,65) > nilai rtabel (0,423), maka disimpulkan Ho ditolak. Artinya terdapat hubungan yang signifikan kelenturan sendi bahu dengan kemampuan smash forehand bulutangkis. Koefisien determinasi antara kedua variabel (r²) sebesar 0,42 dengan kata lain 42%

kemampuan smash forehand bulutangkis ditentukan oleh kelenturan sendi bahu.

Sedangkan 58% dipengaruhi oleh unsur kondisi fisik antara lain power, kelincahan, koordinasi, ketepatan dan kekuatan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis statistik dengan uji korelasi product moment ditemukan bahwa 42% kemampuan smash forehand bulutangkis ditentukan oleh kelenturan sendi bahu. Hasil penelitian yang mendukung yang dilakukan oleh Mi’rajul, dkk. (2017) dengan judul hubungan antara fleksibilitas sendi bahu dan power otot lengan dengan kecepatan smash dalam olahraga bulutangkis, hasil penelitian dapat dilihat uji F-hitung yaitu, nilai F-hitung diperoleh nilai sebesar 0,74. Kemudian nilai F-tabel dengan derajat kebebasan F (1 - a) [(db - 2),(db = 15 – 2 – 1 = 12. Untuk dapat menolak hipotesis nihil (ho) diperlukan nilai F-hitung sama atau lebih besar dari nilai F-tabel dan pada taraf signifikan 5% menunjukkan nilai sebesar 3,885. Hal ini berarti bahwa 0,74 < 3,885 atau dengan kata lain nilai F-hitung yang diperoleh lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nihil (ho) yang tercantum dalam F-tabel. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: “Tidak Ada Hubungan Antara Fleksibilitas Sendi Bahu dan Power Otot Lengan Dengan Kecepatan Smash Dalam Olahraga Bulutangkis Atlet Pemula O2SN Usia 10-12 Tahun Gugus 2 Buwun Mas Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Tahun 2017”. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa persamaan dari ke tiga hasil penelitian yaitu sama-sama meneliti mengenai kemampuan smash, dan hasil yang diperoleh adalah signifikan.

(10)

10 Kemampuan smash forehand dapat dijadikan sebagai serangan utama untuk mengakhiri lawan sebab pukulan kemampuan smash forehand yang dilakukan dengan kelenturan sendi bahu dapat menghasilkan pukulan yang keras, sehingga dapat menjadi salah satu senjata untuk menyerang dengan tujuan untuk mendapatkan nilai. Peningkatan kelenturan dalam aktifitas olahraga memang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan ruang lingkup gerak sendi. Hal ini sangat penting karena dapat mencegah terjadinya kekakuan sendi, disamping itu pelaksanaan latihan sebelum atau sesudahnya perlu memperbanyak latihan peregangan dan fleksibilitas untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang bersifat fatal seperti strain otot atau kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon (termasuk titik pertemuan antara otot dan tendon). Karena penggunaan yang berlebihan dengan terjadinya robekan pada jaringan otot. Selain itu manfaat lain dari peregangan dan latihan peregangan dan latihan kelenturan yang cukup akan mengurangi rasa pegal pada otot dan dapat membantu penyembuhan dari jaringan otot yang stres akibat dari penggunaan yang berulang-ulang dan berlebihan terutama dalam melakukan smash forehand bulutangkis.

Analisa gerakan seorang atlet bulutangkis pada saat melakukan smash forehand terlihat salah satu unsur gerak fisik tertentu diantaranya adalah kelenrukan, terutama yang paling mendasar adalah bagian bahu. Kalau kita telaah secara terperinci susunan anatomi pada bahu dibentuk oleh struktur tulang-tulang yang meliputi tulang slangka (klavikula) dan belikat (scapula). Sedangkan sendi- sendi yang ikut pada pergerakan bahu antara lain: sendi glenohumeral, sendi akromio-klavikuler, sendi steno-klavikuler. Pada sendi bahu (glenohumeral) merupakan suatu sendi bola dan lekukan yang kurang stabil, stabilitas hanya diperoleh dari otot-otot yang melewati sendi ini seperti: pectoralis major, deltopid deltoideus, trapezius, dan sebagian otot penunjang lain yang ikut mempengaruhi dalam pergerakan dalam sendi bahu.

. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data kelenturan sendi bahu memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan smash forehand bulutangkis siswa SMP Negeri 15 Kendari.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain: a) bagi guru, hendaknya memperhatikan kelenturan sendi bahu karena mempengaruhi kemampuan smash forehand bulutangkis, b) bagi siswa agar menambah latihan-latihan lain yang mendukung dalam mengembangkan kemampuan smash forehand bulutangkis, dan c) penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu bagi peneliti selanjutnya hendaknya mengembangkan dan menyempurnakan instrumen penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Saifu, M.Kes sebagai pembimbing I dan bapak Muh. Zaenal Arwih, S.Pd., M.Kes sebagai pembimbing II. Atas bimbingan dan pengarahannya selama ini yang banyak

(11)

11 memberi manfaat kepada penulis. Ucapan terimakasih kepada Ayahandaku Calon dan ibundaku Juminar tercinta yang selalu mendoakan keberhasilan penulis, memberikan semangat dan nasihat, dorongan moral, maupun materi semoga semua kerja keras, dan segala hormat dan ungkapan terima kasih terdalam penulis haturkan kepada Paman Aipda Rencana Toro, kepada saudara-saudaraku kakak:

Juharni, Aidil, Tandi Gaud dan adik: Aswiyati, Awaluddin Salmi, serta ucapan terima kasih kepada seluruh keluargaku tercinta atas semangat dan motivasinya.

DAFTAR PUSTAKA Rujukan Buku

Poole James, 2007. Belajar Bulutangkis. CV. Pionir Jaya, Bandung.

Roji, 2008. Buku Ajar Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga Untuk Sekolah Dasar, Dahara Prize Jakarta.

Rusli Lutan, (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Departemen P&K Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta

Sajoto, 1988 Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Dirjen Dikti, Depdikbud, Jakarta.

Suharno HP. 1989. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Tony Grice. (1999). Bulutangkis. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Tohar. (1992). Olahraga Pilihan Bulutangkis. Semarang: IKIP Semarang.

Widiastuti. 2017. Tes dan Pengukuran Olahraga: Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Rujukan Jurnal

Taufik Mi’rajul, dkk. (2017). Hubungan antara Fleksibilitas Sendi Bahu dan Power Otot Lengan dengan Kecepatan Smash dalam Olahraga Bulutangkis. Volume 4 Nomor 2, September 2017 ISSN: 2355-4355.

Rujukan Online

Sukadiyanto, 2005. http://kebugarandanjasmani.blogspot.com/2015/12/pengertian- fleksibilitas-definisi.html (diakses tanggal 11 Agustus 2020).

Musofan, 2007. Hubungan Power Otot Lengan, Panjang Lengan dan Tinggi Badan terhadap Hasil Forehand Smash Bulutangkis Anggota PB. RSL Purbalingga. FIK. UNS. (diakses tanggal 6 Januari 2020).

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Penelitian bertujuan untuk (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian (2) Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan anak pertama berdasarkan status gizi berat badan terhadap umur BB/U dan tinggi badan terhadap umur TB/U dengan

Secara historis, Perseroan membukukan pertumbuhan yang cukup pesat, dengan rata-rata pertumbuhan (CAGR) piutang pembiayaan konsumen yang dikelola Perseroan mencapai

Dimana penulis melakukan penelitian menggunakan bahan bakar untuk mengetahui pengaruh viskositas dan sifat-sifatnya dalam menentukan karakteristik dan tekanan yang

12 Seseorang akan melakukan sesuatu yang membuat saya merasa nyaman, seperti menemani saya menonton TV, mendengarkan musik atau mengatur posisi tidur saya. 13 Keluarga

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,