• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Kerja Reformasi Birokrasi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Rencana Kerja Reformasi Birokrasi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Reformasi birokrasi merupakan salah satu langkah awal untuk melakukaan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif, dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional. Dalam perjalanannya, banyak kendala yang dihadapi, diantaranya adalah penyalahgunaan wewenang, praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), dan lemahnya pengawasan. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi birokrasi. Peraturan tersebut menargetkan tercapainya tiga sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan pelayanan publik.

Dalam rangka mengakselerasi pencapaian sasaran hasil tersebut, maka instansi pemerintah perlu untuk membangun pelaksanaan reformasi birokrasi pada seluruh perangkat daerah / unit kerja yang dapat menjadi percontohan penerapan pada unit-unit kerja lainnya. Untuk itu perlu secara konkret dilaksanakan program reformasi birokrasi pada unit kerja yang salah satunya melalui upaya pembangunan Zona Integritas.

Pada Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 yang menjadi acuan penyusunan rencana kerja ini, yakni:

1. Lebih menekankan hal-hal yang bersifat implementatif dibandingkan dengan formalitas;

2. Program dan kegiatan didesain agar dapat diimplementasikan sampai dengan unit kerja kementerian/lembaga/pemerintah daerah agar reformasi birokrasi berjalan sampai dengan tingkatan paling terendah dari kementerian/lembaga/pemerintah daerah; dan

3. Analisis dilakukan secara lebih holistik, komprehensif, dan antisipatif sehingga didapatkan potret kemajuan, tantangan, dan permasalahan Reformasi Birokrasi yang lebih utuh.

Adapun sasaran reformasi birokrasi sebagaimana dituangkan dalam

(2)

2 Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 yaitu:

1. Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel;

2. Birokrasi yang Kapabel;

3. Pelayanan Publik yang Prima.

Ketiga sasaran Reformasi Birokrasi tersebut diyakini merupakan pengungkit utama dari pencapaian tujuan dan berbagai indikatornya. Selain itu penetapan ketiga sasaran di atas juga mempertimbangkan keberlanjutan dari sasaran Reformasi Birokrasi periode sebelumnya. Agar pelaksanaan reformasi birokrasi dapat berjalan sesuai dengan arah yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari hasil pelaksanaannya. Disamping itu monitoring dan evaluasi juga dimaksudkan untuk memberikan masukan dalam menyusun rencana aksi perbaikan berkelanjutan bagi pelaksanaan reformasi birokrasi periode atau tahun berikutnya.

Dalam rangka melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah menetapkan kebijakan PMPRB yang digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri (self- assessment), yaitu Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2021 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah yang mengubah dan mencabut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 beserta perubahannya, agar penilaian kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan objektif, maka dilakukan upaya penyempurnaan yang mencakup:

1. Penekanan fokus penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi pada area perubahan yang sudah ditetapkan;

2. Tingkat kedalaman penilaian/evaluasi sampai dengan ke unit kerja;

3. Perubahan terhadap sistem daring dan petunjuk teknisnya.

Adapun tujuan dilakukan evaluasi reformasi birokrasi, adalah untuk:

1. Memperoleh informasi tentang pelaksanaan dan pencapaian reformasi birokrasi di lingkungan internal kementerian/lembaga/pemerintah daerah;

2. Memonitor rencana aksi tindak lanjut hasil penilaian mandiri di lingkungan internal kementerian/lembaga/pemerintah daerah periode sebelumnya;

3. Memberikan saran perbaikan untuk meningkatkan pencapaian reformasi birokrasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah;

4. Menyusun profil nasional pelaksanaan reformasi birokrasi yang akan disusun

(3)

3 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Sebagai tindaklanjut dari ketentuan tersebut diatas, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 89 Tahun 2019 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi Jawa Barat Tahun 2019 – 2023 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 32 Tahun 2021. Selain itu, untuk melaksanakan internalisasi dan implementasi reformasi birokrasi pada perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2021 tentang Sistem Evaluasi Implementasi Reformasi Birokrasi pada Perangkat Daerah.

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN

Dokumen rencana kerja ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat dalam hal:

1. Memahami tujuan PMPRB dan penetapan ruang lingkup PMPRB;

2. Memahami strategi penilaian dan metodologi yang digunakan dalam penilaian mandiri;

3. Menetapkan langkah-langkah kerja yang harus ditempuh dalam proses penilaian;

4. Menyusun rencana aksi tindak lanjut atas hasil penilaian mandiri untuk perbaikan pelaksanaan dan pencapaian reformasi birokrasi di lingkungan instansi pemerintah periode berikutnya;

5. Memahami proses pengolahan data dan penyusunan Laporan Hasil Penilaian Mandiri; dan

6. Memahami mekanisme pelaporan.

Adapun tujuan penyusunan dokumen rencana kerja ini adalah:

1. Memperoleh informasi tentang pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan internal instansi pemerintah;

2. Menggambarkan pelaksanaan dan pencapaian reformasi birokrasi di lingkungan internal instansi pemerintah; dan

3. Memonitor rencana aksi tindak lanjut hasil penilaian mandiri di lingkungan internal instansi pemerintah periode sebelumnya.

1.2 DASAR HUKUM

1. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2025, yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi birokrasi di lingkungan instansi pemerintah;

2. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024;

(4)

4 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi;

4. Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 89 Tahun 2019 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi Provinsi Jawa Barat Tahun 2019-2023 sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 32 Tahun 2021; dan

5. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2021 tentang Sistem Evaluasi Implementasi Reformasi Birokrasi pada Perangkat Daerah.

1.3 PENGERTIAN UMUM

Dalam dokumen rencana kerja ini, yang dimaksud dengan:

1. Agen perubahan (Agent of Change) adalah individu/kelompok yang terlibat dalam merencanakan perubahan dan mengimplementasikan-nya;

2. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik yang selanjutnya disingkat SPBE adalah

penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan layanan kepada Pengguna SPBE;

3. Evaluasi eksternal adalah evaluasi atas pelaksanaan reformasi birokrasi yang dilakukan oleh tim yang ditugaskan oleh Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional;

4. Harmonisasi adalah keserasian antara peraturan perundangundangan antara yang satu dengan yang lainnya, baik yang berbentuk vertikal (hierarki perundang- undangan) ataupun horizontal (perundang- undangan yang sederajat). Keserasian tersebut, yakni tidak ada pertentangan antara peraturan yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi peraturan yang satu dengan yang lainnya saling memperkuat ataupun mempertegas dan memperjelas;

5. Kegiatan utama adalah Kegiatan yang berhubungan langsung dengan tugas fungsi organisasi;

6. Kertas kerja adalah lembar isian/jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi;

7. Konsensus adalah proses untuk menghasilkan atau menjadikan kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama;

8. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang selanjutnya disingkat PMPRB adalah model penilaian mandiri yang berbasis prinsip Total Quality Management dan digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta analisis yang menyeluruh terhadap kinerja instansi pemerintah;

(5)

5 9. Role model adalah individu yang bisa dijadikan contoh dalam prestasi

kerjanya, pola fikirnya (mind set) dan budaya kerjanya (culture set) dalam proses perubahan;

10. Tim asessor adalah tim yang dibentuk untuk melakukan penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi di instansi pemerintahnya;

11. Unit kerja adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

(6)

6 BAB II

PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PERANGKAT DAERAH

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Perangkat Daerah ini disusun atas dasar Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2021 tentang Sistem Evaluasi Implementasi Reformasi Birokrasi pada Perangkat Daerah. Dalam peraturan ini digunakan program- program reformasi birokrasi sebagai unsur komponen pengungkit dan sasaran reformasi birokrasi Provinsi Jawa Barat sebagai hasil.

Penilaian terhadap setiap program dalam komponen pengungkit (proses) dan sasaran reformasi birokrasi diukur melalui indikator-indikator yang dipandang mewakili program tersebut. Sehingga dengan menilai indikator tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak pada pencapaian sasaran.

1.1. KOMPONEN PENGUNGKIT

Komponen pengungkit pada Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada unit kerja yang dalam hal ini Perangkat Daerah terdiri 2 (dua) aspek, yaitu Aspek Pemenuhan, dan Aspek Reform.

Adapun Kategori-kategori pengungkit terdiri dari 8 (delapan) area perubahan reformasi birokrasi, yaitu:

1. Manajemen Perubahan 2. Deregulasi Kebijakan

3. Penataan dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur 6. Penguatan Akuntabilitas

7. Penguatan Pengawasan

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 1. Manajemen Perubahan

Manajemen Perubahan bertujuan untuk mentransformasi sistem dan mekanisme kerja organisasi serta mindset (pola pikir) dan cultureset (cara kerja) individu ASN menjadi lebih adaptif, inovatif, responsive, professional, dan berintegritas sehingga dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Kondisi yang ingin dicapai pada area perubahan ini adalah:

(7)

7 a. Semakin konsistennya keterlibatan pimpinan dan seluruh jajaran pegawai

dalam melaksanakan reformasi birokrasi;

b. Perubahan pola pikir dan budaya kerja yang semakin meningkat, khususnya dalam merespon perkembangan zaman;

c. Menurunnya resistensi terhadap perubahan;

d. Budaya perubahan yang semakin melekat (embedded).

Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:

a. Aspek Pemenuhan

1) Tim Reformasi birokrasi.

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Tim Reformasi Birokrasi/Penanggung jawab Reformasi Birokrasi unit kerja telah dibentuk;

b) Tim Reformasi Birokrasi/Penanggung jawab Reformasi Birokrasi telah melaksanakan tugas sesuai rencana kerja Tim Reformasi Birokrasi;

c) Tim Reformasi Birokrasi/Penanggung jawab Reformasi Birokrasi telah melakukan monitoring dan evaluasi rencana kerja, dan hasil evaluasi telah ditindaklanjuti.

2) Road Map/Rencana Kerja Reformasi Birokrasi.

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Rencana Kerja Reformasi Unit Kerja telah disusun dan diformalkan;

b) Telah terdapat sosialisasi/internalisasi Rencana Kerja Reformasi Birokrasi unit kerja kepada anggota organisasi;

c) Rencana Kerja Reformasi Birokrasi unit kerja selaras dengan Road Map;

3) Pemantauan dan Evaluasi Reformasi Birokrasi Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Pelaksanaan PMPRB dilakukan oleh Asesor sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b) Para asesor mencapai konsensus atas pengisian kertas kerja sebelum menetapkan nilai PMPRB instansi;

c) Rencana aksi tindak lanjut (RATL) telah dikomunikasikan dan dilaksanakan;

d) Penanggungjawab Reformasi Birokrasi internal unit kerja telah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja;

4) Perubahan pola pikir dan budaya kinerja

(8)

8 Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Terdapat keterlibatan pimpinan tertinggi/pimpinan unit kerja secara aktif dan berkelanjutan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi;

b) Terdapat upaya untuk menggerakkan organisasi/unit kerja dalam melakukan perubahan melalui pembentukan agent of change ataupun role model.

b) Aspek Reform

Pada aspek reform pengukuran keberhasilan program dilakukan dengan melihat kondisi :

1) Komitmen dalam Perubahan

a) Agen perubahan telah membuat perubahan yang konkret di Instansi;Perubahan yang dibuat Agen Perubahan telah terintegrasi dalam sistem manajemen;

2) Komitmen Pimpinan

a) Pimpinan memiliki komitmen terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi, dengan adanya target capaian reformasi yang jelas di dokumen perencanaan instansinya;

3) Membangun Budaya Kerja

a) Instansi membangun budaya kerja positif dan menerapkan nilai nilai organisasi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

2. Deregulasi Kebijakan

Deregulasi kebijakan bertujuan untuk menyederhanakan regulasi dan menghapus regulasi/kebijakan yang sifatnya menghambat. Selain melaksanakan deregulasi kebijakan, pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan.

Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

a. Menurunnya tumpeng tindih dan disharmonisasi peraturan perundang- undangan yang dikeluarkan oleh istansi pemerintah;

b. Meningkatnya efektivitas pengelolaan peraturan perundang-undangan pemerintah daerah;

c. Menurunnya kebijakan yang menghambat investasi/perizinan/kemudahan berusaha;

Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian program ini digunakan indikator-indikator:

a) Aspek Pemenuhan 1) Harmonisasi

(9)

9 Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Telah dilakukan identifikasi, analisis, dan pemetaan terhadap peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis/sinkron/bersifat menghambat yang akan direvisi/dihapus;

b) Telah dilakukan revisi kebijakan yang tidak harmonis / tidak sinkron/

bersifat menghambat.

b) Aspek Reform

Pada aspek reform pengukuran keberhasilan program dilakukan dengan melihat kondisi:

1) Peran Kebijakan

a) Kebijakan yang diterbitkan memiliki peta keterkaitan dengan kebijakan lainnya;

b) Kebijakan terkait pelayanan dan atau perizinan yang diterbitkan memuat unsur kemudahan dan efisiensi pelayanan utama unit kerja.

3. Penataan dan Penguatan Organisasi

Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing sehingga tercipta organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran. Selain itu, penataan dan penguatan organisasi juga diarahkan untuk menciptakan organisasi pemerintah yang semakin sederhana dan lincah yang salah satunya ditunjukkan dengan berkurangnya jenjang organisasi.

Adapun kondisi yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

a. Menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi;

b. Meningkatnya kapasitas organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsi;

c. Terciptanya desain organisasi yang mendukung kinerja;

d. Berkurangnya jenjang organisasi dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja;

Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator-indikator sebagai berikut:

a) Aspek Pemenuhan

1) Evaluasi Kelembagaan

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Telah dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk menilai ketepatan fungsi dan ketepatan ukuran organisasi;

(10)

10 b) Telah dilakukan evaluasi yang mengukur jenjang organisasi;

c) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kemungkinan duplikasi fungsi;

d) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kemungkinan adanya pejabat yang melapor kepada lebih dari seorang atasan;

e) Telah dilakukan evaluasi kesesuaian tugas dan fungsi dengan sasaran kinerja unit organisasi di atasnya;

f) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis rentang kendali terhadap struktur yang langsung berada di bawahnya;

g) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kesesuaian struktur organisasi/unit kerja dengan kinerja yang akan dihasilkan;

h) Telah dilakukan evaluasi atas kesesuaian struktur organisasi dengan mandat /kewenangan lembaga;

i) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kemungkinan tumpang tindih fungsi dengan instansi lain;

j) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kemampuan struktur organisasi untuk adaptif terhadap perubahan lingkungan strategis.

2) Tindak Lanjut Evaluasi

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Hasil evaluasi telah ditindaklanjuti dengan mengajukan perubahan organisasi;

b) Hasil evaluasi untuk ditindaklanjuti dengan penyederhanaan birokrasi.

b) Aspek Reform

Pada aspek reform pengukuran keberhasilan program dilakukan dengan melihat kondisi:

1) Organisasi Berbasis Kinerja

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah telah dilakukan penyesuaian organisasi dalam rangka mewujudkan organisasi yang efektif, efisien dan tepat ukuran sesuai dengan proses bisnis, dengan mempertimbangkan kinerja utama yang dihasilkan.

4. Penataan Tatalaksana

Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem, proses, dan prosedur kerja. Salah satu yang perlu diciptakan adalah dengan menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang akan menjadi acuan dalam integrasi proses bisnis, data, infrastruktur, aplikasi

(11)

11 dan keamanan SPBE untuk menghasilkan keterpaduan secara nasional.

Adapun kondisi yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

1) Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan;

2) Terciptanya pemanfaatan teknologi informasi terintegrasi yang akan menghasilkan keterpaduan proses bisnis, data, infrastruktur, dan aplikasi secara nasional;

3) Meningkatnya efektivitas dan efisiensi proses manajemen pemerintahan;

4) Meningkatnya kinerja.

Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator-indikator sebagai berikut:

a) Aspek Pemenuhan

1) Proses Bisnis dan Prosedur Operasional Tetap (SOP) Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Telah disusun peta proses bisnis yang sesuai dengan pedoman penyusunan Peta Proses Bisnis;

b) Telah tersedia peta proses bisnis yang sesuai dengan tugas dan fungsi;

c) Telah disusun peta proses bisnis yang sesuai dengan dokumen rencana strategis dan rencana kerja organisasi;

d) Telah memiliki peta proses bisnis yang sesuai dengan tugas dan fungsi dan selaras dengan Kinerja Organisasi secara berjenjang;

e) Peta proses bisnis sudah dijabarkan ke dalam prosedur operasional tetap (SOP);

f) Telah dilakukan penjabaran peta lintas fungsi (peta level n) ke dalam SOP;

g) Prosedur operasional tetap (SOP) telah diterapkan;

h) Peta proses bisnis dan Prosedur operasional telah dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan tuntutan efisiensi, dan efektivitas birokrasi;

i) Telah dilakukan evaluasi terhadap peta proses bisnis yang sesuai dengan efektivitas hubungan kerja antar unit organisasi untuk menghasilkan kinerja sesuai dengan tujuan pendirian organisasi.

2) Keterbukaan Informasi Publik

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Adanya kebijakan pimpinan tentang keterbukaan informasi publik;

b) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi publik.

(12)

12 b) Aspek Reform

Aspek reform diukur dengan melihat kondisi:

1) Peta Proses Bisnis Mempengaruhi Penyederhanaan Jabatan dilakukan dengan melihat apakah telah disusun peta proses bisnis dengan adanya penyederhanaan jabatan;

2) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang Terintegrasi;

a) Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong pelaksanaan pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien;

b) Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong pelaksanaan pelayanan internal organisasi yang lebih cepat dan efisien;

3) Transformasi Digital Memberikan Nilai Manfaat

a) Transformasi digital pada bidang proses bisnis utama telah mampu memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal;

b) Transformasi digital pada bidang administrasi pemerintahan telah mampu memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal;

c) Transformasi digital pada bidang pelayanan publik telah mampu memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal.

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Penataan sistem manajemen SDM Aparatur bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur organisasi yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan.

Kondisi yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

1. Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur;

2. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur;

3. Meningkatnya disiplin SDM Aparatur;

4. Meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur;

5. Meningkatnya profesionalisme SDM Aparatur.

Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:

a) Aspek Pemenuhan

1) Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi.Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Perhitungan kebutuhan pegawai telah dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja;

b) Analisis jabatan dan analisis beban kerja telah dilakukan;

c) Analisis jabatan dan analisis beban kerja telah sesuai kebutuhan

(13)

13 unit kerja dan selaras dengan kinerja utama;

2) Pengembangan pegawai berbasis kompetensi

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:

a) Telah diidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi;

b) Telah dilakukan pengembangan pegawai berbasis kompetensi sesuai dengan rencana dan kebutuhan pengembangan kompetensi;

3) Penetapan kinerja individu

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Penerapan Penetapan kinerja individu;

b) Terdapat penilaian kinerja individu yang terkait dengan kinerja organisasi;

c) Ukuran kinerja individu telah memiliki kesesuaian dengan indikator kinerja individu level diatasnya;

d) Pengukuran kinerja individu dilakukan secara periodik;

e) Telah dilakukan monitoring dan evaluasi atas pencapaian kinerja individu;

f) Hasil penilaian kinerja individu telah dijadikan dasar untuk pengembangan karir individu/pemberian penghargaan dan sanksi lainnya.

4) Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Aturan disiplin/kode etik/kode perilaku instansi telah ditetapkan;

b) Adanya monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku instansi;

5) Pelaksanaan Evaluasi Jabatan

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Unit kerja telah mengimplementasikan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ);

b) Unit kerja telah melaksanakan evaluasi jabatan berdasarkan SKJ.

6) Sistem Informasi Kepegawaian

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Sistem informasi kepegawaian dapat diakses oleh pegawai.

b) Aspek Reform

Aspek reform diukur dengan melihat kondisi:

1) Kinerja Individu

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:

a) Ukuran kinerja individu telah berorientasi hasil (outcome) sesuai pada levelnya;

(14)

14 2) Assessment Pegawai

Diukur dengan melihat apakah hasil Hasil assessment telah dijadikan

pertimbangan untuk mutasi dan pengembangan karir pegawai;

4) Pelanggaran Disiplin Pegawai

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi terjadinya penurunan pelanggaran disiplin pegawai;

6. Penguatan Akuntabilitas

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk menciptakan organisasi yang akuntabel dan berkinerja tinggi.

Kondisi yang ingin dicapai pada area perubahan ini adalah:

1. Meningkatnya komitmen pimpinan dan jajaran pegawai terhadap kine rja dibandingkan sekedar kerja rutinitas semata;

2. Meningkatnya kemampuan mengelola kinerja organisasi;

3. Meningkatnya kemampuan dalam menetapkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi;

4. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:

a) Aspek Pemenuhan

1) Keterlibatan Pimpinan

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Pimpinan terlibat secara langsung pada saat penyusunan Renstra;

b) Pimpinan terlibat secara langsung pada saat penyusunan Penetapan Kinerja;

c) Pimpinan memantau pencapaian kinerja secara berkala;

d) Pimpinan telah memahami kinerja yang harus dicapai dalam jangka menengah;

e) Pimpinan memahami kinerja yang diperjanjikan di setiap tahun;

f) Pimpinan memantau pencapaian kinerja secara berkala.

2) Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Terdapat upaya peningkatan kapasitas SDM yang menangani akuntabilitas kinerja;

b) Pemutakhiran data kinerja dilakukan secara berkala.

c) Aspek Reform

Aspek reform diukur dengan melihat kondisi:

1) Efektifitas dan Efisiensi Anggaran:

(15)

15 Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Penggunaan anggaran yang efektif dan efisien;

b) Perhitungan jumlah program/kegiatan yang ada;

c) Perhitungan jumlah program/kegiatan yang mendukung tercapainya kinerja utama organisasi;

d) Persentase sasaran dengan capaian 100% atau lebih;

e) Persentase Anggaran yang berhasil direfocussing untuk mendukung tercapainya kinerja utama organisasi.

2) Pemanfaatan Aplikasi Akuntabilitas Kinerja

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi aplikasi yang terintegrasi telah dimanfaatkan untuk menciptakan efektifitas dan efisiensi anggaran.

3) Pemberian Reward and Punishment

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi Hasil Capaian/Monitoring Perjanjian Kinerja telah dijadikan dasar sebagai pemberian reward and punishment oleh unit kerja;

4) Kerangka Logis Kinerja

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi terdapatnya peta strategis yang mengacu pada kinerja utama (Kerangka Logis Kinerja) organisasi dan dijadikan dalam penentuan kinerja seluruh pegawai.

7. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada organisasi.

Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

1. Meningkatnya kepatuhan dan efektivitas terhadap pengelolaan keuangan;

2. Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang;

3. Meningkatkan sistem integritas dalam upaya pencegahan KKN.

Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:

a) Aspek Pemenuhan 1) Gratifikasi

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Telah dilakukan public campaign;

b) Penanganan gratifikasi telah diimplementasikan;

c) Telah dilakukan evaluasi atas kebijakan penanganan gratifikasi;

d) Hasil evaluasi atas penanganan gratifikasi telah ditindaklanjuti.

(16)

16 2) Penerapan SPIP

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Telah mengidentifikasi lingkungan pengendalian;

b) Telah dilakukan penilaian risiko unit kerja;

c) Telah dilakukan kegiatan pengendalian untuk meminimalisir risiko yang telah diidentifikasi;

d) SPI telah diinformasikan dan dikomunikasikan kepada seluruh pihak terkait;

e) Telah dilakukan pemantauan pengendalian intern;

f) Unit kerja telah melakukan evaluasi atas Penerapan SPI.

3) Pengaduan Masyarakat

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Hasil penanganan pengaduan masyarakat telah ditindaklanjuti;

b) Telah dilakukan evaluasi atas penanganan pengaduan masyarakat;

c) Hasil evaluasi atas penanganan pengaduan masyarakat telah ditindaklanjuti.

4) Whistle-Blowing System

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Whistle Blowing System telah disosialisasikan;

5) Penanganan Benturan Kepentingan

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Penanganan Benturan Kepentingan telah disosialisasikan;

b) Penanganan Benturan Kepentingan telah diimplementasikan;

c) Telah dilakukan evaluasi atas Penanganan Benturan Kepentingan;

d) Hasil evaluasi atas Penanganan Benturan Kepentingan telah ditindaklanjuti.

6) Pembangunan Zona Integritas

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Telah dilakukan pencanangan zona integritas;

b) Telah dilakukan pembangunan zona integritas;

c) Telah dilakukan evaluasi atas zona integritas yang telah ditentukan;

b) Aspek Reform

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi jumlah:

1) Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN); Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Persentase penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN);

(17)

17 b) Jumlah yang harus melaporkan;

c) Jumlah yang sudah melaporkan.

2) Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN); Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Persentase penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN);

b) Jumlah yang harus melaporkan;

c) Jumlah yang sudah melaporkan.

3) Penanganan Pengaduan Masyarakat

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat persentase penanganan pengaduan masyarakat.

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Peningkatan kualitas pelayanan publik bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.

Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik (lebih cepat, lebih murah, lebih aman, dan lebih mudah dijangkau);

2. Meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standardisasi pelayanan internasional;

3. Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.

Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian program ini digunakan indikator-indikator:

a) Aspek Pemenuhan 1) Standar Pelayanan

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Terdapat kebijakan standar pelayanan;

b) Standar pelayanan telah dimaklumatkan;

c) Dilakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan.

2) Budaya Pelayanan Prima

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Telah dilakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan dan/atau kompetensi tentang penerapan budaya pelayanan prima;

b) Informasi tentang pelayanan mudah diakses melalui berbagai media;

c) Telah terdapat system pemberian penghargaan dan sanksi bagi petugas pemberi pelayanan;

(18)

18 d) Telah terdapat system pemberian kompensasi kepada penerima

layanan bila layanan tidak sesuai standar;

e) Telah terdapat sarana layanan terpadu/terintegrasi;

f) Terdapat inovasi pelayanan.

3) Pengelolaan Pengaduan

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Terdapat media pengaduan dan konsultasi pelayanan;

b) Terdapat unit yang mengelola pengaduan dan konsultasi pelayanan;

c) Telah dilakukan tindak lanjut atas seluruh pengaduan pelayanan untuk perbaikan kualitas pelayanan;

d) Telah dilakukan evaluasi atas penanganan keluhan/masukan dan konsultasi.

4) Penilaian kepuasan terhadap pelayanan

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Dilakukan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan;

b) Hasil survei kepuasan masyarakat dapat diakses secara terbuka;

c) Dilakukan tindak lanjut atas hasil survei kepuasan masyarakat.

5) Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:

a) Telah menerapkan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan;

b) Telah dilakukan perbaikan secara terus menerus.

b) Aspek Reform

Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat:

1) Upaya dan/atau inovasi telah mendorong perbaikan pelayanan publik pada;

• Kesesuaian Persyaratan

• Kemudahan Sistem, Mekanisme, dan Prosedur;

• Kecepatan Waktu Penyelesaian;

• Kejelasan Biaya/Tarif, Gratis;

• Kualitas Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan;

• Kompetensi Pelaksana/Web;

• Perilaku Pelaksana/Web;

• Kualitas Sarana dan prasarana;

• Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan.

2) Upaya dan/atau inovasi pada perijinan/pelayanan telah dipermudah:

•Waktu lebih cepat;

•Alur lebih pendek/singkat;

•Terintegrasi dengan aplikasi.

(19)

19 3) Penanganan pengaduan pelayanan

Indikator ini diukur dengan melihat penanganan pengaduan pelayanan dan konsultasi dilakukan melalui berbagai kanal/media secara responsif dan bertanggung jawab.

1.2. KOMPONEN HASIL

Komponen Hasil merupakan dampak dari upaya-upaya atau program/kegiatan yang telah dilakukan dalam mewujudkan sasaran Reformasi Birokrasi Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan model Pengungkit-Hasil di atas, yang menjadi bagian dari Komponen Hasil dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan, dengan dua indikator yaitu:

1) Nilai Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) Perangkat Daerah;

b) Kualitas Pelayanan Publik, dengan satu indikator yaitu Survey Kepuasan Masyarakat terintegrasi;

c) Pemerintahan Yang Bersih dan Bebas KKN, dengan satu indikator yaitu Pencapaian Pembangunan Zona Integritas;

d) Kinerja Organisasi, dengan dua indikator yaitu:

1) Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan (Penghargaan);

2) Survei Internal Organisasi;

(20)

20 BAB III

PROGRAM DAN KEGIATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

3.1. PROGRAM DAN KEGIATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Program dan Kegiatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 yang mencakup program- program sebagai berikut:

I. PROGRAM MANAJEMEN PERUBAHAN

Rencana kegiatan untuk mendukung Program ini adalah sebagai berikut:

 Menyusun Tim Reformasi Birorkasi Perangkat Daerah;

 Menyusun Tim Reformasi Birorkasi Perangkat Daerah;

 Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas Tim Reformasi Birorkasi Perangkat Daerah;

 Menyusun dokumen rencana kerja refomasi birokrasi perangkat daerah;

 Melaksanakan sosialisasi dan internalisasi dokumen rencana kerja refomasi birokrasi perangkat daerah;

 Menetapkan prioritas pelaksanaan Rencana Kerja Refomasi Birokrasi Perangkat Daerah;

 Menyusun Rencana Aksi dan Tindaklanjut Dokumen Rencana Kerja Refomasi Birokrasi Perangkat Daerah;

 Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi dan Tindaklanjut Dokumen Rencana Kerja Refomasi Birokrasi Perangkat Daerah;

 Menyusun tim assesor Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) di Lingkungan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat

 Menyusun berita acara kesepakatan asesor terkait dengan pemenuhan eviden Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) di Lingkungan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat;

 Menyusun Bahan Informasi dan Publikasi Implementasi Reformasi Birokrasi di Perangkat Daerah;

 Menyusun agen perubahan perangkat daerah;

 Menyusun Agen Perubahan yang ditunjuk telah menghasilkan inovasi;

 Menyusun Inovasi yang dihasilkan agen perubahan dimanfaatkan dalam pelaksanaan tugas;

 Menyusun capaian Indeks Reformasi Birokrasi Perangkat Daerah telah sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja;

 Melaksanakan internalisasi nilai-nilai budaya kerja BerAKHLAK di Lingkungan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat;

(21)

21 II. PROGRAM DEREGULASI KEBIJAKAN

Rencana kegiatan untuk mendukung Program ini adalah sebagai berikut:

 Menyusun Kajian / Identifikasi Perubahan Kebijakan (Peraturan Daerah / Peraturan Kepala Daerah yang tumpeng tindih/ tidak singkron/ tidak harmonis);

 Menyusun Revisi Perubahan Kebijakan (Peraturan Daerah / Peraturan Kepala Daerah yang tumpeng tindih/ tidak singkron/ tidak harmonis);

 Menyusun Peta Keterkaitan Antar Kebijakan di Lingkungan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat; dan

 Menyusun daftar kebijakan yang telah dihasilkan yang memuat unsur kemudahan dalam pemberian pelayanan.

III. PROGRAM PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI

Rencana kegiatan untuk mendukung Program ini adalah sebagai berikut:

 Menyusun Surat Keputusan tentang PPID Pembantu pada Perangkat Daerah;

 Menyusun Daftar Dokumen Informasi Publik;

 Menyusun Dokumen Informasi Publik yang dikecualikan;

 Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan keterbukaan informasi publik;

 Menyusun peta proses bisnis pasca penyederhanaan birokrasi;

 Menyusun SPBE untuk pelayanan publik;

 Menyusun SPBE untuk pelayanan internal perangkat daerah;

 Menyusun capaian progres SPBE sesuai dengan aristektur SPBE;

 Menyusun capaian SPBE untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan; dan

 Menyusun capaian SPBE untuk pelayanan public.

IV. PROGRAM PENATAAN TATALAKSANA

Rencana kegiatan untuk mendukung Program ini adalah sebagai berikut:

 Menyusun Dokumen Evaluasi Type Organisasi;

 Menyusun Dokumen Evaluasi Susunan dan Kedudukan Organisasi Perangkat Daerah (matriks perubahan Susunan dan Kedudukan);

 Menyusun Dokumen Evaluasi Duplikasi Fungsi dengan Perangkat Daerah lain;

 Menyusun Dokumen Evaluasi Duplikasi fungsi pada Internal Unit Organisasi;

 Menyusun Dokumen Evaluasi Kesesuaian Tugas dan Fungsi dengan Sasaran Kinerja;

 Menyusun Dokumen Evaluasi Rentang Kendali SOTK;

 Menyusun Dokumen Evaluasi kesuaian SOTK dengan Capaian Kinerja;

 Menyusun Dokumen Evaluasi Kesesuaian SOTK dengan Urusan yang diemban;

 Menyusun Dokumen Evaluasi analisi tumpang tindih seluruh fungsi;

 Menyusun Dokumen Evaluasi perubahan SOTK;

 Menyusun Hasil evaluasi kelembagan yang di tujukan kepada Sekretaris Daerah (c.q.

Biro Organisasi Sekretariat Daerah);

 Menyusun usulan atau perubahan Susunan dan Kedudukan organisasi pasca penyederhanaan birokrasi;

(22)

22

 Menyusun peta proses bisnis perangkat daerah;

 Menyusun Peta proses bisnis sesuai dengan tufoksi;

 Menyusun Peta proses bisnis sesuai dengan renstra;

 Menyusun Peta proses bisnis sesuai jenjang kinerja/cascading;

 Menyusun peta proses bisnis telah dibuat dalam SOP;

 Menerapkan SOP/Proses Bisinis di Perangkat Daerah;

 Menyusun peta relasi lintas fungsi pada proses bisnis dan SOP;

 Melaksanakan Evaluasi proses bisnis dan SOP yang tidak efektif efisien;

 Melaksanakan evaluasi proses bisnis telah sesuai dengan visi dan misi pemerintah daerah;

V. PROGRAM PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM

APARATUR Rencana kegiatan untuk mendukung Program ini adalah sebagai berikut:

 Menyusun dokumen roadmap kebutuhan pegawai / dokumen peta jabatan perangkat daerah;

 Menyusun dokumen analisis jabatan dan analisi beban kerja;

 Melaksanakan evaluasi analisis jabatan dan analisi beban kerja;

 Menyusun dokumen analisis kebutuhan pengembangan kompetensi / Gap kompetensi perangkat daerah;

 Menyusun Laporan pelaksanaan pengembangan kompetensi perangkat daerah;

 Menyusun dokumen indiaktor kinerja individu seluruh pegawai;

 Menyusun dokumen cascading kinerja;

 Menyusun dokumen penjenjangan kinerja PNS;

 Menyusun Laporan kinerja bulanan seluruh pegawai;

 Melaksanakan monitoring dan evaluasi peLaporan kinerja bulanan pegawai;

 Menyusun Laporan kinerja pegawai yang dijadikan besaran pemberian TPP yg diterima pegawai;

 Menyusun kode etik/kode perilaku ASN dilingkungan Perangkat Daerah;

 Melaksanakan monitoring dan evaluasi penerapan kode etik/kode perilaku di lingkungan perangkat daerah;

 Menerapkan Standar Kompetensi Jabatan;

 Melaksanakan evaluasi jabatan sesuai Standar Kompetensi Jabatan;

 Menyusun Laporan penggunaan system informasi kepegawaian oleh seluruh pegawai;

 Menyusun Laporan pengembangan kompetensi berdasarkan hasil asessemen; dan

 Menyusun Laporan pelaksanaan / penetapan hukuman disiplin pegawai.

VI. PROGRAM PENGUATAN AKUNTABILITAS

Rencana kegiatan untuk mendukung Program ini adalah sebagai berikut:

Menyusun Dokumen Renstra Perangkat Daerah yang telah diformalkan;

Menyusun dokumen perjanjian kinerja seluruh pegawai;

(23)

23

Menyusun Laporan monitoring dan evaluasi capaian kinerja;

Menyusun dokumentasi pelaksanaan kampanye kinerja seluruh pegawai;

Menyusun Laporan tindaklanjut monitoring dan evaluasi capaian kinerja;

Menyusun sertifikasi pengembangan kompetensi pengelolan akuntabilitas kinerja;

Menyusun evaluasi cascading kinerja;

Menyusun Laporan capaian kinerja akhir tahun;

Menyusun Laporan realisasi anggaran;

Menyusun Laporan penggunaan aplikasi e-SAKIP;

Menyusun Laporan Kinerja bulanan/triwulanan/semesteran;

Menyusun Laporan pembayaran TPP sesuai capaian kinerja bulanan seluruh pegawai;

Menyusun Arsitektur kinerja pembangunan indikator kinerja perangkat daerah.

VII. PROGRAM PENGUATAN PENGAWASAN

Rencana kegiatan untuk mendukung Program ini adalah sebagai berikut:

Laporan publikasi public terkait gratifikasi;

Dokumen Unit Pengelola Gratifikasi;

Laporan penanganan gratifikasi;

Menyusun Laporan tindaklanjut penanganan gratifikasi;

Dokumen mitigasi risiko/ menyusun Surat Keputusan tentang Penerapan SPIP di lingkungan perangkat daerah;

Dokumen manajemen risiko;

Laporan pengandalian risiko;

Laporan sosialisasi penerapan SPI;

Dokumen Hasil monitoring dan evaluasi penerapan SPI;

Laporan tindaklanjut hasil monitoring dan evaluasi SPI;

Laporan rekapitulasi pengaduan melalui SP4N-Lapor;

Laporan monitoring dan evaluasi penanganan pengaduan;

Laporan sosialisasi dan pengelolaan wistle blowing system;

Laporan sosialisasi penanganan benturan kepentingan;

Menyusun Laporan implementasi benturan kepentingan;

Melaksanakan monitoring dan evaluasi penanganan benturan kepentingan;

Menyusun tindaklanjut pelaksanaan monitoring dan evaluasi penanganan benturan kepentingan;

Menyusun dokumen pencanangan pembangunan zona integritas pada perangkat daerah/

unit kerja;

Menyusun lembar kerja evaluasi pembangunan zona integritas pada perangkat daerah/

unit kerja kepada tim penilaian internal pembangunan zona integritas pemerintah daerah;

Menyusun hasil evaluasi / monitoring dan evaluasi pembangunan zona integritas pada perangkat daerah/ unit kerja;

Menyusun Laporan LHKPN;

(24)

24

Menyusun Laporan LHKASN (seluruh PNS di luar wajib LHKPN);

Menyusun jumlah pengaduan masyarakat yang diterima;

Menyusun jumlah pengaduan masyarakat yang diproses; dan

Menyusun jumlah pengaduan masyarakat yang belum selesai.

VIII. PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

Rencana kegiatan untuk mendukung Program ini adalah sebagai berikut:

Menyusun dokumen standar pelayanan public di lingkungan perangkat daerah/ unit kerja;

Menyusun maklumat standar pelayanan publik;

Melaksanakan evaluasi standar pelayanan publik;

Melaksanakan pengembangan kompetensi petugas layanan;

Melaksanakan pengelolaan pelayanan publik secara elektronik/ digital;

Menyusun Laporan pemberian penghargaan kepada petugas layanan

Menyusun Surat Keputusan pemberian kompensasi kepada pengguna layanan atas keterlambatan pelayanan yang diberikan;

Menyusun dokumentasi loket layanan;

Menyusun dokumen inovasi pelayanan publik yang telah berjalan;

Menyusun Laporan penggunaan berbagai media pengaduan baik secara online maupun offline;

Menyusun Surat Keputusan penugasan personil sebagai unit pengelolan SP4N-Lapor;

Menyusun Laporan tindaklanjut pengaduan pelayanan publik;

Melaksanakan evaluasi berkala penanganan pengaduan;

Melaksanakan Survey Kepuasanan Masyarakat (SKM) 4 kali dalam 1 Tahun;

Menyusun Laporan publikasi hasil Survey Kepuasanan Masyarakat (SKM) secara terbuka kepada publik;

Menyusun Laporan tindaklanjut hasil Survey Kepuasanan Masyarakat (SKM);

Menyusun Laporan pelayanan public berbasis teknologi digital;

Menyusun Laporan update sistem informasi pelayanan publik;

Menyusun inovasi pelayanan publik yang dihasilkan; dan

Menyusun inovasi pelayanan publik yang dihasilkan; dan

Menyusun Laporan penanganan pengaduan dan konsultasi.

3.2. INDEKS REFORMASI BIROKRASI

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat sesuai dengan tugas pokoknya yaitu Melaksanakan Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Keuangan Aspek Pendapatan Daerah, memiliki keterkaitan dengan Misi ke-5 RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023 yaitu Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Inovatif dan Kepemimpinan yang Kolaboratif antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Misi ke-5 tersebut memiliki 1 (satu) Tujuan yaitu Mewujudkan Good Governance dan Whole of Government, dengan Sasaran yang terkait dengan Tugas Pokok Badan

(25)

25 Pendapatan Daerah yaitu Terwujudnya Inovasi Tata Kelola Pemerintahan yang Smart, Bersih dan Akuntabel.

Tujuan dan Sasaran RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023 yang terkait dengan Tugas Pokok Badan Pendapatan Daerah, adalah sebagai berikut:

Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran, dan Target Kinerja Sasaran Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023

yang terkait dengan Tugas Pokok dan Fungsi Bapenda

Sumber: Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023

3.3. QUICK WINS

Quick Wins dimaknai sebagai keberhasilan yang cepat. Tujuan dari Quick Wins adalah adanya sebuah tindakan atau action yang bisa segera mendatangkan sebuah keberhasilan. Quick Wins merupakan Program Prioritas yang akan dicapai oleh Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat pada tahun ini. Dimana keberhasilan tersebut mampu mendorong keberhasilan selanjutnya Quick Wins Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Quick Wins ini diarahkan untuk mengakselerasi terwujudnya penerapan prinsip-prinsip clean government dan good governance pada Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat. Adapun yang menjadi Quick Wins atau Program Prioritas Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat pada tahun ini adalah sebagai berikut:

Visi (RPJMD) : Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi.

Misi ke-5 (RPJMD) : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Inovatif dan Kepemimpinan yang Kolaboratif antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

TUJUAN SASARAN INDIKATOR

TUJUAN/ SASARAN

REALISASI TARGET KINERJA TUJUAN/SASARAN PADA

TAHUN 2019 2020 2021 2022 2023

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

TARGET MURNI Mewujudkan good governance dan whole of government

Terwujudnya inovasi tata kelola pemerintahan yang smart, bersih dan akuntabel

Indeks Reformasi Birokrasi

BB A A A A

TARGET PERUBAHAN Mewujudkan good governance dan whole of government

Terwujudnya inovasi tata kelola pemerintahan yang smart,

Indeks Reformasi Birokrasi

BB BB

(76,01- 78)

BB (78,01-

80) A (80,01-

82) A (82,01-

84) bersih dan akuntabel

(26)

26 QUICK WINS/ PROGRAM PRIORITAS

BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2022

Indikator Kinerja Utama

Indikator Kinerja Program

Program Capaian Hasil

Capaian Kegiatan Subkegiatan

Bidang Penanggung

Jawab 1 Program Pengelolaan

Pendapatan Daerah

Persentase Realisasi Pajak dan Retribusi Daerah

100% Kegiatan Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Perencanaan Pengelolaan Pajak Daerah

Bidang Perencanaan dan

Pengembangan

2 Analisa dan

Pengembangan Pajak Daerah, serta Penyusunan Kebijakan Pajak Daerah.

Bidang Perencanaan dan

Pengembangan

3 Penyuluhan

dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Bidang Perencanaan dan

Pengembangan

4 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Bidang Pendapatan I

5 Pengolahan,

Pemeliharaan, dan Pelaporan Basis Data Pajak Daerah

Pusat Layanan Operasional Pendapatan Daerah

6 Penetapan

Wajib Pajak Daerah

Bidang Pendapatan I

7 Penelitian dan

Verifikasi Data Pelaporan Pajak Daerah

Bidang Pendapatan II

8 Penagihan

Pajak Daerah

Bidang Pendapatan I

9 Penyelesaian

Keberatan Pajak Daerah

Bidang Pendapatan I

No. Quick Wins/ Program Prioritas

Target Pencapaian

(Tahun)

Penanggung Jawab

1 Persentase PAD terhadap 60,56 Persen

Kepala Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Bapenda

84,30 Point

Kepala Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat

(27)

27

Program Capaian Hasil

Capaian Kegiatan Subkegiatan

Bidang Penanggung

Jawab

10 Pengendalian,

Pemeriksaan dan Pengawasan Pajak Daerah

Bidang Pengendalian dan Evaluasi

11 Pembinaan dan

Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Bidang Pengendalian dan Evaluasi

1 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Depok I

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Depok I

3 Penagihan

Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Depok I

2 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Depok II Cinere

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Depok II Cinere

3 Penagihan

Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Depok II Cinere

3 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Bogor

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Bogor

(28)

28

Program Capaian Hasil

Capaian Kegiatan Subkegiatan

Bidang Penanggung

Jawab

3 Penagihan

Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Bogor

4 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Bogor

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Bogor

3 Penagihan

Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Bogor

5 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Sukabumi

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Sukabumi

3 Penagihan

Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Sukabumi

6 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Sukabumi I Cibadak

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Sukabumi I Cibadak

(29)

29

Program Capaian Hasil

Capaian Kegiatan Subkegiatan

Bidang Penanggung

Jawab

3 Penagihan

Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Sukabumi I Cibadak

7 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Sukabumi II Pelabuhan Ratu

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Sukabumi II Pelabuhan Ratu

3 Penagihan

Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Sukabumi II Pelabuhan Ratu

8 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Cianjur

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Cianjur

3 Penagihan

Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Cianjur

9 Kegiatan

Pengelolaan Pendapatan Daerah

1 Penyuluhan dan

Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Bekasi

2 Pendataan dan

Pendaftaran Objek Pajak Daerah

Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah Wilayah Kota Bekasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Litbangyasa akan diformulasikan dalam bentuk laporan kegiatan yang dapat dimanfaatkan sebagai kerangka acuan bagi Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta instansi

Hasil data yang diperoleh dari pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan bermain bola katak pada siswa kelas IV SD Negeri 011 Kembang Harum yaitu siswa yang

Grafik % peredaman rata-rata Berdasarkan grafik diatas % peredaman bentonit menunjukkan bahwa kemampuan dalam meredam radikal bebas secara berurutan yaitu Vitamin C

Tanaman labu (Cucurbita moschata) merupakan suatu jenis tanaman sayuran menjalar dari famili Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis tanaman semusim yang setelah

Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.. Jika pernyataan benar, alasan

7 Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah

Apabila sub tema terdiri dari satu ayat dan ayatnya cukup panjang, maka digunakan pupuh yang jumlah barisnya lebih banyak, yang dalam pola berurutan K-S-A-D pupuh yang jumlah

Yang pertama akan disajikan adalah gambaran deskriptif tentang ketiga konstruk yang akan dianalisis dalam model prestasi belajar, yaitu self efficacy, attitude, dan