• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA DAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Eka Setiyawati

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: ekasetiyawati0995@gmail.com Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemandirian belajar matematika dan kemampuan pemecahan masalah melalui model PBL. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tahap penelitian terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Prembun kelas VII-H tahun pelajaran 2016/2017. Metode pegumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian belajar matematika yaitu siswa mampu percaya diri, memiliki inisiatif belajar matematika, memilih dan menerapkan strategi belajar, mampu memecahkan masalah matematika dan bertanggungjawab dalam belajar matematika dengan persentase siklus I 60,50% dengan kategori cukup. Pada siklus II menjadi 79,00% dengan kategori Baik. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah yaitu siswa mampu memahami masalahnya, merencanakan cara penyelesaian, melaksanakan rencana, mengecek atau menafsirkan hasilnya dengan persentase 66,30% dengan kategori cukup pada siklus I dan pada siklus II menjadi 79,10%

dengan kategori Baik.

Kata Kunci: kemandirian belajar, pemecahan masalah, Problem Based Learning

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa oleh karena itu pemerintah terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan sepenuhnya oleh seorang guru sebagai mitra belajar siswa. Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas belajar siswa pada seluruh mata pelajaran tak terkecuali pelajaran matematika.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Tri Kusrini (2014: 293) “Dalam pembelajaran di sekolah matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dipahami oleh siswa”. Ketika siswa sedang menyelesaikan soal pemecahan masalah siswa masih sulit memahami inti soal dengan baik, kurang bisa memahami perihal yang ditanyakan dalam soal, masih kesulitan dalam menuliskan yang diketahui dan ditanyakan saat

(2)

menyelesaikan soal, tidak teliti dalam mengerjakan operasi hitung dan tidak menuliskan kesimpulan dari permasalahan tersebut.

Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi yaitu Ibu Siti Hartini, Saat proses pembelajaran dikelas siswa cenderung pasif dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya. Menurut Haris Mujiman (2011: 1) “belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki”. ”Luthfiyah Nurlaila & Euis Ismayati (2015: 24) mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu metode mengajar dengan cara peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkannya berdasarkan data atau informasi yang akurat sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

Model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah model pembelajaran Problem Based Learnig (PBL).

Menurut Duch dalam Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara (2015: 42) “Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata”. Menurut M. Taufiq Amir (2009: 22) karakteristik yang tercakup dalam proses Problem Based Learning adalah masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nayata, masalah biasanya menuntut perspektif majemuk, masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru, sangat mengutamakan belajar mandiri, memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja, dan pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemandirian belajar matematika setelah dilakukan pembelajaran melalui model Problem Based Learning dan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah setelah dilakukan pembelajaran melalui model Problem Based Learning.

(3)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) mengatakan bahwa “secara garis besar terdapat empat komponen penting yang selalu ada pada setiap siklus dan menjadi ciri khas PTK yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi”. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Prembun tahun 2016/2017 pada kelas VII H yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 – Juli 2017 di SMP Negeri 1 Prembun.

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, metode tes dan metode dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan kemandirian belajar matematika dan kemampuan pemecahan masalah dari berbagai tindakan yang dilakukan guru. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berupa pengamatan tindakan, lembar observasi dan kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I dan siklus II. Hasil observasi kemandirian belajar matematika siswa yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh terhadap kemandirian belajar siswa. Pada siklus I diperoleh hasil persentase kemandirian belajar matematika dengan predikat minimal baik sebesar 74,84%.

Sedangkan pada siklus II hasil persentase kemandirian belajar matematika siswa dengan predikat minimal baik telah mencapai 87,39%. Hasil pelaksanaan siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan yang diinginkan yaitu meningkatnya kemandirian belajar matematika siswa pada kelas VII-H SMP Negeri 1

(4)

Prembun dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning minimal termasuk dalam kategori baik berdasarkan hasil observasi kemandirian belajar siswa, yang ditunjukkan dengan siswa mampu percaya diri, memiliki inisiatif belajar matematika, memilih dan menerapkan strategi belajar, mampu memecahkan masalah matematika dan bertanggungjawab dalam belajar matematika. Adapun peningkatan hasil pengamatan dari siklus I ke siklus II, dapat dilihat pada gambar diagram berikut.

Gambar 1. Diagram Persentase Kemandirian Belajar Matematika Siswa

Diagram diatas menunjukkan peningkatan kemandirian belajar siswa VII H SMP Negeri 1 Prembun. Pada siklus I, siswa masih kurang aktif dalam berdiskusi, siswa masih malu untuk bertanya kepada peneliti dan saat mengerjakan latihan siswa masih mencontek pekerjaan temannya atau bertanya kepada temannya tidak berusaha mengerjakan sendiri. Sedangkan pada siklus II, siswa mulai aktif dalam berdiskusi, siswa berani bertanya kepada peneliti apabila mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan dan siswa mampu bertanggungjawab dengan hasil pekerjaannya yaitu dengan mengerjakan sendiri latihan soal. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning, kemandirian belajar siswa kelas VII H mengalami peningkatan.

Hasil tes kemampuan pemecahan masalah yaitu pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 66,3%, sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belaar siswa mencapai 79,1%. Hasil pelaksanaan siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas VII-H SMP Negeri 1 Prembun dengan menggunakan model pembelajaran

(5)

Problem Based Learning minimal termasuk dalam kategori baik berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa, yang ditunjukkan dengan siswa mampu mampu memahami masalahnya, merencanakan cara penyelesaian, melaksanakan rencana, mengecek atau menafsirkan hasilnya. Adapun peningkatan hasil pengamatan dari siklus I ke siklus II, dapat dilihat pada gambar diagram berikut.

Gambar 2. Diagram Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah

Pengukuran kemampuan pemecahan masalah siswa dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan pada akhir siklus II. Dari hasil pengukuran tes yang dilakukan diperoleh persentase dari aspek memahami masalahnya sebesar 75% pada siklus I dan menjadi 93,73% pada siklus II. Aspek merencanakan cara penyelesaian memperoleh persentase sebesar 72,8 % pada siklus I dan menjadi 73,46% pada siklus II. Aspek melaksanakan rencana dengan persentase 58,4% pada siklus I menjadi 79,08% pada siklus II. Pada aspek menafsirkan atau mengecek hasilnya diperoleh persentase 59,1%

pada siklus I menjadi 70% pada siklus II.

Hasil persentase ketuntasan belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Setelah melakukan perbaikan banyak siswa yang memenuhi KKM pembelajaran matematika. Siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan lebih baik. Melalui model pembelajaran Problem Based Learnig, pembelajaran lebih memusatkan kepada siswa dan siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat menyelesaikan soal sesuai dengan langkah-langkah yang tepat dan benar.

(6)

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini memberikan hasil bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemandirian belajar matematika ditunjukkan sebelum diberi perlakuan siswa belum mampu untuk percaya diri, tidak memiliki inisiatif belajar matematika, belum bisa memilih dan menerapkan strategi belajar, tidak mampu memecahkan masalah matematika dan belum bertanggung jawab dalam belajar matematika. Setelah diberi perlakuan siswa mampu untuk percaya diri, memiliki inisiatif belajar matematika, memilih dan menerapkan strategi belajar, mampu memecahkan masalah matematika dan bertanggung jawab dalam belajar matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa ditunjukkan sebelum diberi perlakuan siswa belum mampu memahami masalahnya, tidak bisa merencanakan cara penyelesaian, belum melaksanakan rencana, tidak mengecek atau menafsirkan hasilnya. Setelah diberi perlakuan siswa dapat memahami masalahnya, merencanakan cara penyelesaian, melaksanakan rencana, mengecek atau menafsirkan hasilnya. Dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran dalam proses pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika, dan diharapkan dapat dikembangkan lagi dengan media pembelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Haris Mujiman. 2011. Managemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Luthfiyah Nurlaila dan Euis Ismayati. 2015. Strategi Belajar Berfikir Kreatif. Yogyakarta: Ombak.

M. Taufiq Amir. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learnin. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Tri Kusrini. 2014. Peningkatan Minat Belajar Dan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Model Problem Based Learning. Vol. 7. No. 4. Diunduh Dari http://ejournal.umpwr.ac.id. Pada Tanggal 20 Desember 2016.

Referensi

Dokumen terkait

 Menyatakan Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat apabila

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2010 di RT 08 Pedukuhan IX Ngestiharjo Kasihan Bantul terhadap 10 orang ibu yang menghadapi menopause dengan usia

Dalam karya pertama yang berjudul ³ No Money No Delivery ´ , Penulis menggambarkan tentang proses transaksi jual beli yang dimulai dengan menggunakan alat telekomunikasi

Pada akhir PLPG dilakukan uji kompetensi yang meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik). Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan

Untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol, fraksi kloroform dan n-heksana dari daun serta akar anting-anting yang berpotensi sebagai antikanker

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Effendy, Onong Uchjana, 1992, Ilmu Komunikasi dan Praktek.. Effendy,

Jika sekarang massa balok diwakilkan pada 2 titik masing-masing dengan massa ‘m’ dan ‘2m’ seperti pada gambar di bawah ini, dan kemudian ditempatkan 2 mesin pada kedua

Konsentrasi nitrat di