• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Dokumentasi Kesenian Ondel-Ondel Melalui Buku Fotografi Esai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Dokumentasi Kesenian Ondel-Ondel Melalui Buku Fotografi Esai."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Ondel-Ondel merupakan kesenian khas Betawi berupa boneka berukuran raksasa yang dimainkan dengan cara pemain masuk ke dalamnya dan menari menurut irama musik pengiring. Dahulu kesenian ini erat dengan kepercayaan animisme namun sejalan waktu semua itu hilang karena bertentangan dengan ajaran Islami. Sekarang kesenian ini mulai jarang melakukan penampilan akibat masalah ekonomi dan dikhawatirkan akan punah.

Maka dari itu, tujuan pendokumentasian ini adalah untuk mendokumentasikan kesenian Ondel-Ondel agar pada masa yang akan datang bila terjadi kepunahan, kesenian ini tidak punah seutuhnya.

Metode yang digunakan ialah dengan membuat buku fotografi esai dilengkapi dengan gimmick. Buku fotografi esai ini akan dipromosikan melalui media sosial, poster, dan X-banner. Melalui pendokumentasian ini diharapkan masyarakat mampu melihat kembali penampilan kesenian Ondel-Ondel sebagai kesenian asli Indonesia yang berasal dari suku Betawi.

(2)

vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Ondel-Ondel is a traditional art from Betawi which has the shape of giant puppets. It is played by performers by going inside the puppet and they dance to the rhythm of musical accompaniment. Previously this art was closely aligned with animism but through time, it loses because it is conflict education with Islamic teachings. Now this art is rarely performed because of economic problems and thus feared of extinction.

Therefore, the purpose of this documentation is to document the art of Ondel-Ondel so that in the future in the event of extinction, this art will not diminish entirely.

The method used is to create an essay photography book equipped with a gimmick. This essay photography book will be promoted via social media, poster, and X-banners. Through this documentation, it is expected that people are able to witmess the re-appearance of Ondel Ondel as the original Indonesian art originated from Betawi.

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 22

3.1 Data dan Fakta ... 22

3.1.1 Perusahaan / lembaga terkait atau fenomena ... 22

3.1.2 Tinjauan terhadap proyek / persoalan sejenis ... 34

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 35

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH ... 37

4.1 Konsep Komunikasi ... 37

4.2 Konsep Kreatif ... 37

4.3 Konsep Media ... 38

4.4 Hasil Karya ... 40

BAB V : PENUTUP ... 57

5.1 Simpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(5)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bentuk Ondel-Ondel pada zaman dahulu ... 3

Gambar 1.2 Bentuk Ondel-Ondel pada zaman sekarang ... 3

Gambar 1.3 Skema perancangan ... 7

Gambar 2.1 Anatomi buku ... 13

Gambar 3.1 Logo Gramedia Pustaka Utama ... 22

Gambar 3.2 Logo Lembaga Kebudayaan Betawi ... 23

Gambar 3.3 Logo Citibank ... 26

Gambar 3.4 Logo Taman Impian Jaya Ancol ... 26

Gambar 3.5 Kondisi seniman Ondel-Ondel ... 28

Gambar 3.6 Diagram hasil pembagian angket pada suku Betawi usia 24-60 tahun mengenai hal yang diutamakan pada suatu hajatan atau pesta ... 29

Gambar 3.7 Diagram hasil pembagian angket pada suku Betawi usia 24-60 tahun mengenai ketertarikan menyaksikan kesenian Ondel-Ondel ... 30

Gambar 3.8 Diagram hasil pembagian angket pada suku Betawi usia 24-60 tahun mengenai pernah dan tidak pernah memakai kesenian Ondel-Ondel ... 30

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.10 Diagram hasil pembagian angket pada suku Betawi dan non-Betawi usia 24-30 tahun mengenai ketertarikan terhadap

kesenian Ondel-Ondel ... 32

Gambar 3.11 Diagram hasil pembagian angket pada suku Betawi dan non-Betawi usia 24-30 tahun mengenai niat dalam membeli buku ... 32

Gambar 3.12 Diagram hasil pembagian angket pada suku Betawi dan non-Betawi usia 24-30 tahun mengenai media promosi yang lebih diperhatikan ... 33

Gambar 3.13 Diagram hasil pembagian angket pada suku Betawi dan non-Betawi usia 24-30 tahun mengenai tingkat frekuensi bentuk buku yang disenangi ... 33

Gambar 3.14 Foto esai Fight Night ... 34

Gambar 4.1 Timeline ... 39

Gambar 4.2 Poster promosi acara seminar dan perilisan buku ... 40

Gambar 4.3 Cover photo diaplikasikan pada grup Facebook Gramedia ... 40

Gambar 4.4 Pengaplikasian cover photo pada Facebook Gramedia ... 41

(7)

61

DAFTAR ISTILAH

1.Barongan : bahasa Betawi lama artinya serombongan (bersama-sama)

2.Dukun : pekerja yang diandalkan untuk mengatasi masalah dengan ilmu gaib atau supranatural.

3.Ngukup : semacam upacara yang dilaksanakan untuk memperoleh keselamatan dan menolak bala.

4.Animisme : suatu kepercayaan kepada roh atau makhluk halus.

5.Sanggar : suatu tempat berisikan komunitas yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan.

6.Betawi : suku yang berasal dari daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7.Mengamen : kegiatan berkeliling sambil menyanyi, bermain musik dan sebagainya untuk mencari uang.

8.Dokumentasi : pengumpulan data dan penyimpanan informasi.

(8)

62

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Rangkuman wawancara ... 63

A.1 Wawancara dengan Yasin ... 63

A.2 Wawancara dengan Yahya Andi Saputra ... 67

A.3 Wawancara dengan Subur ... 69

A.4 Wawancara dengan Andi Suwandi ... 70

A.5 Wawancara dengan Dra. Endrati Fariani ... 71

Lampiran B Tabel hasil kuesioner ... 73

(9)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman bambu dengan tinggi kurang lebih 2,5 m, dan garis tengah sekitar 80 cm. Dibuat sedemikian rupa agar pemikulnya yang berada di dalamnya dapat bergerak leluasa dan pada baju Ondel-Ondel diberikan lubang agar pemikul bisa melihat keadaan di luar.

Sebelum bernama Ondel-Ondel dahulu kesenian ini sering disebut dengan nama Barongan, namun tidak terkait dengan kesenian lain seperti Barongsai ataupun Barong dari kesenian Bali. Bernama Barongan karena saat itu Ondel-Ondel dimainkan secara beramai-ramai. Dahulu kesenian ini sarat akan kepercayaan animisme yaitu suatu bentuk kepercayaan terhadap kekuatan gaib.

Berdasarkan buku Mengenal Kesenian Ondel-Ondel 6, diceritakan bahwa terdapat suatu kampung bernama Sundapura yang dilanda oleh wabah penyakit yang menunjukkan gejala seperti mengalami sakit panas dan menggigil kedinginan lalu terdapat bintik-bintik kemerahan pada tubuh warga kampung Sundapura, yang kemudian disertai dengan tingkah laku aneh yang seolah-olah terdapat makhluk halus yang sedang mengikuti warga kampung tersebut (penggalan paragraf ini sesuai dengan yang dikatakan oleh seniman Ondel-Ondel bapak Yasin (pada tanggal 13 April 2014).

(10)

Universitas Kristen Maranatha 2 orang-orangan yang berukuran besar sebagai perwujudan dewa penolong yang akan mengusir roh-roh jahat yang mengganggu ketentraman kampung tersebut.

Dengan mantera-mantera dan sesaji yang diberikan oleh sang dukun, orang-orangan yang diyakini dimasuki dewa penolong, dipikul dan diarak oleh masyarakat keliling kampung untuk melawan dan mengusir penyakit serta roh-roh jahat. Dukun meminta warga masyarakat untuk menabuh kentongan yaitu alat musik pukul terbuat dari bambu, sambil memukuli pohon-pohon besar, serta memasang sesaji pada tempat yang dianggap menakutkan.

Sesaji yang disiapkan dalam upacara terdiri dari telor ayam kampung mentah, rokok lisong/cerutu, kembang dan kemenyan, sirih, kopi manis dan kopi pahit, rujak tujuh rupa, limun, pisang ambon, kelapa, beras, minyak tanah dan minyak kelapa.

Bila salah satu sesaji ada yang terlewatkan akan terjadi kerasukan untuk mengatakan bahwa ada sesaji yang kurang.

Upacara ini masih berlanjut ketika kesenian Ondel-Ondel mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut yaitu saat kesenian Ondel-Ondel sempat bergabung dengan kesenian silat Betawi (pada dasarnya pertunjukan Ondel-Ondel hanyalah mempertontonkan tarian Ondel-Ondel saja). Pertunjukan yang dipertontonkan ketika bergabung yaitu dimulai dengan tarian Ondel-Ondel sampai selesai, disusul dengan pertunjukan silat Betawi.

Ketika kesenian ini bergabung, kesenian Ondel-Ondel memakai alat musik yang melantunkan musik silat Betawi, yang terdiri dari gendang, gong, kecrekan, dan terompet kayu. Musik silat Betawi hanya memainkan musik dengan tempo cepat dan lambat. Terompet kayu merupakan alat musik yang sulit dimainkan karena memerlukan pernapasan yang panjang, hingga dipakailah alat musik dari kesenian gambang kromong yaitu tehyan.

(11)

Universitas Kristen Maranatha 3 ilmunya tersebut dan ada juga seniman Ondel-Ondel sekarang yang benar-benar tidak mempelajari hal tersebut karena tidak sesuai dengan ajaran agama.

Seiring dengan kepercayaan animisme yang sudah ditinggalkan, ciri fisik Ondel-Ondel yang menyeramkan seperti muka yang seram, dan gigi bertaring sudah berubah menjadi lebih ramah dan tidak memiliki taring. Selain karena bertentangan dengan ajaran Islami, perubahan fisik Ondel-Ondel juga disebabkan karena adanya keperluan pariwisata.

Gambar 1.1 Bentuk Ondel-Ondel pada zaman dahulu

(Sumber: dokumentasi Perpustakaan Nasional cabang Salemba)

Gambar 1.2 Bentuk Ondel-Ondel pada zaman sekarang

(12)

Universitas Kristen Maranatha 4 Ondel-Ondel berubah demi keperluan pariwisata, dan berdasarkan pengamatan, fungsinya cenderung mengarah kepada bisnis. Sayangnya bisnis yang berbau kesenian Betawi ini tidak didukung oleh zaman yang sudah mulai berganti, yang berujung pada kurangnya frekuensi pertunjukan kesenian Ondel-Ondel. Kesenian ini lebih sering dipakai hanya saat ulang tahun Daerah Khusus Ibukota Jakarta (D.K.I Jakarta).

Kondisi seperti sekarang ini kurang menguntungkan para penggerak kesenian Ondel-Ondel karena tidak mampu mendapatkan penghasilan yang bisa menghidupi diri dan keluarganya. Penghasilan bersih yang mereka dapatkan sangat kecil.

Berdasarkan wawancara dengan seniman Ondel-Ondel, Bapak Yasin mengatakan dahulu jumlah sanggar Ondel-Ondel masih sedikit sehingga sanggarnya sering melakukan pertunjukan. Tetapi sekarang ini sanggar Ondel-Ondel sudah banyak bahkan sanggar non-Ondel-Ondel juga mempunyai Ondel-Ondel dan ini membuat semakin sulitnya sanggar mendapatkan panggilan dan penghasilan yang cukup.

Penghasilan yang kecil ini menyebabkan kesenian Ondel-Ondel terpaksa mengais rezeki dengan mengamen dan mengemis. Biasanya kegiatan mengais rezeki ini bisa dilihat pada 2 tempat wisata di D.K.I Jakarta yaitu Monumen Nasional (Monas) dan Kota Tua (depan gedung Museum Sejarah Jakarta yang biasa disebut Museum Fatahillah).

Kegiatan ini mendapatkan respon yang kurang baik dari budayawan Betawi, Ridwan Saidi yang menyayangkan kesenian ini identik dengan mengamen (jakarta.okezone.com, 14 Oktober 2013). Namun ahli sejarah budaya Betawi, Yahya

Andi Saputra memaklumi kondisi saat ini, dan mendukung kesenian ini untuk tetap mengeksiskan diri dengan cara mengamen agar para pelaku seni bisa mendapatkan uang. Bagi beliau ini adalah salah satu alternatif cara agar kesenian ini tetap ada, meskipun akan menimbulkan pro dan kontra terhadap cara ini.

(13)

Universitas Kristen Maranatha 5 Pendokumentasian ini dilakukan supaya kesenian Ondel-Ondel ini tidak punah sepenuhnya.

Kesenian Ondel-Ondel bisa mengalami kepunahan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu seniman yang merupakan pimpinan sanggar Ondel-Ondel bernama Sanggar Beringin Sakti, mengatakan dalam satu bulan hanya bisa melakukan pertunjukan sebanyak sekitar 2 kali dan terjadi hanya pada bulan-bulan biasa dan bukan pada bulan ulang tahun D.K.I Jakarta.

Bayaran pertunjukan tersebut per acara adalah Rp 2.500.000,00, sehingga tidak bisa diandalkan untuk menghidupi diri. Karena itu beliau mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang proyek. Beliau menambahkan bahwa uang penghasilan dari pertunjukan Ondel-Ondel tidak hanya untuk beliau sendiri tetapi juga dibagikan kepada para pengiring musik dan juga pemanggul Ondel-Ondel. Selain itu sebagian besar penghasilannya untuk perbaikan Ondel-Ondel.

Kesenian ini perlu didokumentasikan karena ternyata buku tentang Ondel-Ondel tidak ditemukan pada toko buku Gramedia, Kinokuniya, dan Periplus.

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Permasalahan utama yang dialami oleh kesenian Ondel-Ondel adalah jarangnya terlihat kesenian ini sebagai akibat dari jarangnya dipanggil untuk acara-acara pesta. Kesenian ini terbentur dengan beberapa kendala seperti terbatasnya dana, terbatasnya luas wilayah, opini bahwa kesenian Ondel-Ondel tidak praktis, dan lain-lain.

Dikhawatirkan apabila tidak ada tindakan yang berarti dari Pemerintah (dalam bentuk kebijakan/strategi budaya) kesenian Ondel-Ondel akan punah. Oleh karena itu dalam proyek Tugas Akhir ini permasalahan yang dihadapi adalah :

1. Bagaimana mendokumentasikan kesenian Ondel-Ondel agar kesenian ini tidak punah?

(14)

Universitas Kristen Maranatha 6 1.2.2 Ruang Lingkup

Mendokumentasikan kesenian Ondel-Ondel dalam media yang disukai oleh kelompok masyarakat urban Jakarta dengan segmentasi usia 24-30 tahun.

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan adalah:

1. Merancang buku yang mendokumentasikan kesenian Ondel-Ondel 2. Mensosialisasikan hasil dokumentasi kepada masyarakat.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Yang dilakukan untuk pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, studi pustaka, kuesioner.

1.4.1 Observasi

Melihat seperti apa kondisi yang dialami seniman Ondel-Ondel dengan mendatangi tempat tinggalnya secara langsung.

1.4.2 Wawancara

Wawancara tak berstruktur dengan Bapak Yahya Andi Saputra yang merupakan wakil ketua Lembaga Kebudayaan Betawi. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman awal tentang masalah yang dihadapi Ondel-Ondel. Yang selanjutnya diteruskan dengan wawancara mendalam terhadap pimpinan sanggar Ondel-Ondel yaitu Bapak Subur dari Sanggar Surya Jaya, Bapak Yasin dari Sanggar Beringin Sakti. Dan diakhiri dengan wawancara terhadap Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan D.K.I Jakarta Dra. Endrati Fariani.

1.4.3 Kuesioner

(15)

Universitas Kristen Maranatha 7 1.5 Skema Perancangan

(16)

Universitas Kristen Maranatha 57

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Ketidakmampuan masyarakat untuk mengundang Ondel-Ondel berimbas pada nasib kelangsungan hidup para seniman dan kesenian Ondel-Ondel itu sendiri. Maka dari itu perlu adanya suatu pendokumentasian dengan media buku, sebagai pencegah kepunahan kesenian ini.

Untuk mencegah kepunahan, tentunya diperlukan foto-foto yang menggambarkan penampilan kesenian ini. Teknik fotografi diperlukan karena mampu menyajikan gambar yang keasliannya tidak diragukan. Dalam fotografi, aliran yang digunakan untuk dokumentasi ialah fotografi esai, dilengkapi dengan keterangan kata sebagai pemandu bagi penikmat buku ini. Selanjutnya buku ini akan diperjualbelikan secara bebas.

Motivasi dibalik penjualan buku ini agar buku dokumentasi foto dimiliki oleh berbagai pihak. Namun fakta menunjukan bahwa pada umumnya masyarakat menginginkan wawasan dalam buku sehingga diputuskan untuk mengadakan seminar pengetahuan kesenian Ondel-Ondel.

Untuk membantu penjualan disediakan media promosi yang terdiri dari media sosial, poster, dan X-banner. Promosi ini membantu supaya masyarakat mengetahui keberadaan buku ini.

(17)

Universitas Kristen Maranatha 58 5.2 Saran

Dalam melalui proses sidang, tentunya penulis mendapatkan saran. Saran yang telah diajukan kepada penulis antara lain:

1. Pada sidang preview 1, mendapatkan saran dari salah satu penguji untuk mempromosikan kesenian Ondel-Ondel kepada perusahaan-perusahaan swasta. Promosi dilakukan kepada target tersebut, karena bila promosi dilakukan kepada masyarakat biasa maka terbentur dengan masalah keterbatasan ekonomi berhubung bahwa kesenian ini sangat menguras biaya.

2. Pada sidang preview 2, penulis memutuskan untuk merancang buku dokumentasi dengan teknik fotografi esai. Kemudian mendapatkan saran dari penguji untuk membubuhkan keterangan-keterangan pada masing-masing foto. Keterangan-keterangan tersebut bisa berupa kalimat tentang kejadian berdasarkan foto tersebut atau berupa sajak-sajak.

Hal ini diperlukan bahwa setiap individu memiliki cara pandang yang berbeda dalam mengartikan makna foto. Dengan adanya keterangan, maka pesan dari foto bisa terkomunikasikan dengan baik kepada penikmat.

3. Pada sidang preview 4, buku dokumentasi telah selesai dibuat. Kemudian mendapatkan saran untuk segi visual yang ditampilkan.

Ditilik dari ornamen, penguji menyarankan untuk menyediakan sekitar 7 sampai 10 ornamen yang berbeda, agar pengaplikasian pada buku menimbulkan kesan bervariasi karena buku yang dihasilkan masih berkesan kaku. Seharusnya ornamen yang dimiliki oleh Ondel-Ondel lebih digali kembali.

(18)

Universitas Kristen Maranatha 59

DAFTAR PUSTAKA

Brandon, Matt. 19 Mei 2010. “The Photo Essay: Give It Your Best Shot”, (Online), (http://www.thedigitaltrekker.com/2010/05/the-photo-essay-give-it-your-best-shot/, diakses 5 Maret 2014).

Kustopo. 2008. Mengenal Kesenian Nasional 6, Ondel-Ondel. Semarang, Indonesia : PT.Bengawan Ilmu.

Nugroho, R.Amien. 2006. Kamus Fotografi. Yogyakarta, Indonesia : ANDI Yogyakarta.

Shinta, Agustina. 2011. “Manajemen Pemasaran” (Online),

(http://shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Manajemen-Pemasaran-Agustina-Shinta.pdf, diakses 5 Maret 2014).

Sudamia, Edio. 1984. Mengenal Dunia Buku. Bandung, Indonesia: Penerbit Alumni.

Sumakno, Aji dkk. 2008. Seni Budaya Rupa 1. Bekasi, Indonesia: PT. Galaxy Puspa Mega.

Trevitt, John. 1986. Desain Buku. Jakarta, Indonesia: PN Balai Pustaka.

Yuliadewi, Lesie. Januari 1999. “Mengenal Fotografi dan Fotografi Desain”, (Online),

(19)

Universitas Kristen Maranatha 60 en.wikipedia.org. 1999. “Book”, (Online), (http://en.wikipedia.org/wiki/Book,

diakses 11 Maret 2014).

www.ancol.com.”Tentang PJA”, (Online),

(http://www.ancol.com/infokorporat/tentangpja, diakses 13 Mei 2014).

www.citibank.co.id. “Citibank Indonesia Annual Report”, (Online),

(http://www.citibank.co.id/global_docs/Annual_Report_2012.pdf, diakses 4 Maret 2014).

www.flagarts.com. “Photo Essay”, (Online),

(http://www.flagarts.com/facultystaff/Jennifer%20Spensieri/documents/LSPhot oEssayProject.pdf, diakses 11 Maret 2014).

www.jakarta.okezone.com. 14 Oktober 2013. “Ondel-Ondel pun Jadi Topeng Monyet”, (Online)

(http://jakarta.okezone.com/read/2013/10/14/500/881527/ondel-ondel-pun-jadi-topeng-monyet, diakses 15 Februari 2014).

www.lembagakebudayaanbetawi.com. “Sejarah Berdirinya LKB”, (Online),

(http://lembagakebudayaanbetawi.com/about/sejarah-berdirinya-lkb, diakses 15 Februari 2014).

www.studiopelangi.com. 15 Juli 2013. “Semarang Tips Foto Photo Dokumentasi Beda”, (Online), (http://studiopelangi.com/article/122696/semarang-tips-foto-photo-dokumentasi-beda.html, diakses 11 Maret 2014).

www.uthk-mandiri.com. 2013. “Pengenalan Anatomi Buku”, (Online),

Gambar

Gambar 1.1 Bentuk Ondel-Ondel pada zaman dahulu
Gambar1.3 Skema perancangan

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut perlu dikem-bangkan suatu produk instrumen berupa Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) dengan model Problem Based Learning

Dengan meningkatnya kesadaran bahwa peran perempuan perlu dilihat dalam konteks masyarakat, dan dalam hubungannya dengan kaum laki-laki, para perencana dan praktisi

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan penyertaan-Nya, sehinggga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan

Sebuah perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama, yaitu mencapai tingkat keuntungan tertentu, pertumbuhan perusahaan atau peningkatan pangsa pasar. Berdasarkan

Hasil penelitian mengungkapkankan bahwa novel “Amelia” karya Tere Liye dan “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer, terdapat perbandingan tokoh perempuan yang dilihat

Selama mengikuti program S3, penulis mendapatkan penghargaan dari Dekan Sekolah Pascasarjana IPB berupa Piagam Prestasi Akademik Gemilang dengan IPK 4,0 pada semester I dan II,

meningkatkan financial performance pada sektor perhotelan, serta melihat persaingan yang ketat pada industri perhotelan di Jawa Timur, maka merupakan sebuah

Korkot, sebaiknya berperan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, khususnya pusat pemberdayaan perempuan dengan mendorong para askot dan faskel menjadi gender fokal point