ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze contribution and effectivity of local tax toward regional real income and to identify relation between the number of taxpayer toward regional real income. The data for this research is covers all components of variable that is population. Contribution ratio, effectivity ratio and correlation are used in the research. The results show that BPHTB has contributed the most to the regional real income that is equal to 39.78% in 2012, while pajak reklame has highest effectiveness 139.72% in 2011. The correlation shows that the number of local taxpayers to PAD have a very weak relation and not have significant relationship.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi dan efektivitas pajak daerah (PD) terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan untuk mengidentifikasi hubungan di antara jumlah wajib pajak (WP) terhadap PAD. Data untuk penelitian ini adalah mencakup seluruh komponen dari variabel yaitu populasi. Rasio kontribusi, rasio efektivitas dan korelasi digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa BPHTB berkontribusi paling besar pada pendapatan asli daerah yaitu sebesar 39,78% pada tahun 2012, sedangkan pajak reklame memiliki efektivitas paling tinggi 139,72% pada tahun 2011. Korelasi menunjukan bahwa jumlah wajib pajak terhadap PAD mempunyai hubungan yang lemah dan tidak memiliki hubungan yang signifikan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ··· i
HALAMAN PENGESAHAN ··· ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ··· iii
KATA PENGANTAR ··· iv
2.1.4.1. Pajak Hotel ··· 14
2.1.4.2. Pajak Restoran ··· 15
2.1.4.3. Pajak Hiburan ··· 15
2.1.4.4.Pajak Reklame ··· 16
2.1.4.5.Pajak Penerangan Jalan ··· 17
2.1.4.6.Pajak Parkir ··· 17
2.1.4.7.Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ··· 18
2.1.4.8. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ··· 18
2.1.4.9.Pajak Air Tanah ··· 20
2.1.5.Kontribusi Pajak Daerah sebagi Sumber Pendapatan Asli Daerah ··· 20
2.1.6.Efektivitas Pajak Daerah sebagi Sumber Pendapatan Asli Daerah ··· 21
2.1.7.Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengatuhi Penerimaan Pajak Daerah ··· 22
2.1.8.Analisis Korelasi, Kontribusi, dan Efektivitas Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung ··· 22
2.2.Kerangka Pemikiran ··· 24
2.3.Pengembangan Hipotesis ··· 25
BAB III METODE PENELITIAN ··· 26
3.1. Objek Penelitian ··· 26
3.2. Metode Penelitian ··· 27
3.3. Definisi Operasional Variabel ··· 28
3.4. Sampel Data ··· 30
3.5. Teknik Pengumpulan Data ··· 31
3.6. Jenis Data ··· 32
3.7. Analisis Data ··· 33
3.7.1.Analisis Kontribusi ··· 33
3.7.2.Analisis Efektivitas ··· 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ··· 38
4.1.Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung ··· 38
4.1.7. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ··· 48
4.1.8. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ··· 49
4.1.9. Pajak Air Tanah ··· 50
4.2. Efektivitas Pajak Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung ··· 51
4.2.7. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ··· 60
4.2.8. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ··· 61
4.2.9. Pajak Air Tanah ··· 62
4.3. Korelasi antara Jumlah Wajib Pajak dengan Penerimaan Pajak ··· 63
4.3.1. Hubungan Antara Pajak Daeah (BPHTB) dengan Jumlah Wajib Pajak (BPTHB) ··· 63
4.4.Pembahasan Korelasi antara Jumlah Wajib Pajak Daerah Terhadap
PAD Kota Bandung ··· 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ··· 71
5.1. Kesimpulan ··· 71
5.2. Saran ··· 72
DAFTAR PUSTAKA ··· 75
LAMPIRAN ··· 78
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel ··· 28
Tabel 3.2 Klasifikasi kriteria kontribusi ··· 34
Tabel 3.3 Tabel interpretasi nilai efektivitas ··· 35
Tabel 3.4 Nilai interval koefisien korelasi ··· 36
Tabel 4.1 Kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Bandung ··· 39
Tabel 4.2 Kontribusi pajak hotel terhadap PAD Kota Bandung ··· 43
Tabel 4.3 Kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kota Bandung ··· 44
Tabel 4.4 Kontribusi pajak hiburan terhadap PAD Kota Bandung ··· 45
Tabel 4.5 Kontribusi pajak reklame terhadap PAD Kota Bandung ··· 46
Tabel 4.6 Kontribusi pajak pajak penerangan jalan terhadap PAD Kota Bandung ··· 47
Tabel 4.7 Kontribusi pajak parkir terhadap PAD Kota Bandung ··· 48
Tabel 4.8 Kontribusi pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan terhadap PAD Kota Bandung ··· 49
Tabel 4.9 Kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap PAD Kota Bandung ··· 50
Tabel 4.10 Kontribusi pajak air tanah terhadap PAD Kota Bandung ··· 51
Tabel 4.11 Efektivitas pajak daerah sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 52
Tabel 4.12 Efektivitas pajak hotel sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 54
Tabel 4.14 Efektivitas pajak hiburan sebagai salah satu sumber
PAD Kota Bandung ··· 56
Tabel 4.15 Efektivitas pajak reklame sebagai salah satu sumber
PAD Kota Bandung ··· 57
Tabel 4.16 Efektivitas pajak penerangan jalan sebagai salah satu
sumber PAD Kota Bandung ··· 58
Tabel 4.17 Efektivitas pajak parkir sebagai salah satu sumber PAD
Kota Bandung ··· 59
Tabel 4.18 Efektivitas pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan
sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 60
Tabel 4.19 Efektivitas pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 61
Tabel 4.20 Efektivitas pajak air tanah sebagai salah satu sumber
PAD Kota Bandung ··· 62
Tabel 4.21 Hasil olah data Korelasi wajib pajak BPHTB terhadap
penerimaannya ··· 63
Tabel 4.22 Hasil olah data Korelasi wajib pajak restoran terhadap
penerimaannya ··· 65
Tabel 4.23 Hasil olah data Korelasi wajib pajak PPJU terhadap
penerimaannya ··· 66
Tabel 4.24 Hasil olah data Korelasi wajib pajak hotel terhadap
penerimaannya ··· 67
DAFTAR GRAFIK
Halaman
GRAFIK 1 Kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Bandung ··· 39
GRAFIK 2 Kontribusi masing-masing pos pajak daerah terhadap PAD
Kota Bandung ··· 42
GRAFIK 3 Efektivitas pajak daerah sebagai salah satu sumber PAD
Kota Bandung ··· 52
GRAFIK 4 Efektivitas masing-masing pajak daerah sebagai salah satu sumber
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A Jumlah Wajib Pajak Daerah yang Tercatat/Terdaftar di
Kota Bandung ··· 78
LAMPIRAN B Out Put SPSS ··· 79
LAMPIRAN C Pertanyaan dan Jawaban Wawancara pada DPP
Kota Bandung ··· 81
LAMPIRAN D Surat Izin Penelitian DPP Kota Bandung ··· 86
LAMPIRAN E Surat Izin Penelitian PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem otonomi daerah yang
memungkinkan setiap daerah di Indonesia mengatur sendiri pemerintahannya di
tingkat daerah. Sudah sepantasnya jika pemerintah daerah memiliki wewenang dan
kewajiban untuk mengurus sendiri pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah yang
mengalami beberapa perubahan dalam isinya. Semenjak diberlakukannya otonomi
daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu menggali potensi-potensi sumber
pendapatan daerah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan daerah dan
membiayai belanja daerah.
Dengan kewenangan yang dipegang oleh pemerintah daerah, potensi-potensi
sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal karena pemerintah daerah
mengetahui betul seberapa besar potensi yang ada pada daerahnya. Hal tersebut
merupakan hakekat dari pemberian otonomi daerah, karena pemerintah daerah dapat
dengan leluasa menggali potensi sumber daya yang ada untuk melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN | 2
Dalam pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah, banyak sumber daya yang
dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan hal tersebut. Salah satu
sumber daya yang paling penting untuk melaksanakan pembangunan di tingkat
daerah adalah ketersediaan dana. Melalui ketersediaan dana, sumber daya lain seperti
tenaga kerja, peralatan, teknologi dan sumber daya lainnya dapat diperoleh dengan
mudah. Undang-Undang mengenai pajak daerah dan restribusi aerah menuntut agar
pemerintah daerah lebih aktif dalam menggali potensi sumber-sumber penghasilan
daerah secara aktif dan mandiri untuk memperoleh pendapatan yang sesuai dengan
potensi yang ada dan mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat dalam
memenuhi kebutuhan.
Pajak daerah merupakan salah satu komponen penting yang menyumbang
penerimaan daerah melalui pendapatan asli daerah. Menurut Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009, pajak kabupaten/kota terdiri dari sebelas jenis pajak yang dapat
dipungut oleh pemerintah daerah. Suatu pajak daerah dapat dipungut oleh pemerintah
daerah jika terdapat potensi dari pajak itu sendiri, jika tidak terdapat potensi dari
pajak tersebut maka pajak tersebut tidak dapat dipungut. Tidak terdapatnya potensi
dari suatu pajak daerah bisa terjadi karena tidak terdapatnya wajib pajak terkait
dengan pajak tersebut. Wajib pajak merupakan salah satu komponen penting dalam
pajak karena tanpa wajib pajak, pajak tersebut tidak dapat dipungut. Jumlah dari
BAB I PENDAHULUAN | 3
ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan. Dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan tersebut cukup besar
dan harus dipenuhi sendiri oleh daerah kecuali pemerintah daerah mendapat bantuan
dari pemerintah pusat. Pemerintah kota Bandung yang memiliki misi untuk
menciptakan ekonomi yang kokoh, maju dan berkeadilan tentunya harus difasilitasi
dengan pembangunan yang memadai dan pembangunan yang memadai tersebut
harus didukung oleh ketersediaan dana yang kuat, maka pemerintah kota Bandung
dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan daerah yang salah
satunya adalah Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diterima daerah dari
hasil pajak daerah, retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Salah satu sumber dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
adalah pajak daerah. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh Arditia (2013:1) menyatakan bahwa pajak penerangan jalan paling berkontribusi
untuk kota Surabaya yang memiliki rata-rata sebesar 17,25 persen dan efektifitas dari
masing masing pajak daerah Surabaya dibagi menjadi kategori kurang efektif, cukup
efektif, efektif dan sangat efektif dengan rasio keefektifan pada jangkauan 71,61
persen sampai dengan lebih dari 100 persen, dengan kata lain masih terdapat potensi
yang dapat digali untuk menjadi penambah dalam Pendapatan Asli Daerah, selain itu
terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi dan efektifitas dari
BAB I PENDAHULUAN | 4
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, Bandung yang juga merupakan
daerah otonom dapat juga diteliti mengenai aspek perpajakan daerahnya.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengenai PBB perkotaan dan pedesaan juga baru
diimplementasikan di Bandung pada tahun 2013. Banyak pos-pos pendapatan dari
Pendapatan Asli Daerah kota Bandung yang dapat diteliti mengenai kontribusi,
efektifitas beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menarik juga untuk dibahas
bahwa apakah dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia yang memicu
pertumbuhan Usaha Kecil Menengah dapat memberikan kontribusi pada Pendapatan
Asli Daerah Kota Bandung dari tahun ke tahun.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian
dengan menggunakan judul “Analisis hubungan, kontribusi, dan efektifitas pajak
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan
permasalahan penelitian ini akan berfokus pada:
1. Seberapa besar kontribusi dari masing-masing pos pajak daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung tahun 2009-2013?
BAB I PENDAHULUAN | 5
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui kontribusi dari masing-masing pos pajak daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung tahun 2009-2013.
2. Mengetahui tingkat efektivitas masing-masing pos pajak daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2009-2013.
3. Mengetahui seberapa besar tingkat hubungan antara wajib pajak dengan
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung?
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka diharapkan hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat untuk :
1. Pemerintah Daerah
• Membantu Pemerintah Daerah dalam mengukur kontribusi dan efektifitas
pajak daerah sebagai pendapatan asli daerah.
• Membantu Pemerintah Daerah dalam mengetahui sektor pajak mana
yang masih harus ditingkatkan kinerjanya.
• Membantu Pemerintah Daerah dalam mengetahui seberaba besar
hubungan antara wajib pajak dengan Pendapatan Asli Daerah Kota
BAB I PENDAHULUAN | 6
2. PT PLN (Persero)
• Membantu PT PLN (Persero) dalam mengetahui seberapa besar
kontribusi dan efektivitas pajak penerangan jalan terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kota Bandung.
• Membantu PT PLN (Persero) dalam mengetahui seberapa besar tingkat
hubungan antara wajib pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Bandung.
3. Akademik
• Membantu pembaca untuk lebih memahami tentang implementasi pajak
daerah di kota Bandung.
• Membantu pembaca untuk menambah wawasan mengenai pajak daerah
di kota Bandung .
4. Peneliti Selanjutnya
• Membantu peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini
lebih lanjut.
• Sebagai petunjuk untuk peneliti selajutnya dalam menjalankan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya dapat simpulkan
bahwa hubungan, kontribusi, dan efektivitas pajak daerah sebagai sumber
pendapatan asli daerah Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Kontribusi untuk masing-masing pos pajak daerah terhadap PAD Kota Bandung
berada dalam kategori sangat kurang sampai dengan cukup baik, dengan kata lain
bahwa kontribusi masing-masing komponen pajak daerah berkisar antara lebih
dari satu persen sampai dengan diatas tiga puluh persen terhadap PAD. Untuk
pajak hotel memberikan kontribusi rata-rata sebesar 15,97 persen terhadap PAD.
Untuk pajak restoran memberikan kontribusi rata-rata sebesar 12,58 persen
terhadap PAD. Untuk pajak hiburan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 4,35
persen terhadap PAD. Untuk pajak reklame memberikan kontribusi rata-rata
sebesar 2,19 persen terhadap PAD. Untuk pajak penerangan jalan memberikan
kontribusi rata-rata sebesar 15,19 persen terhadap PAD. Untuk pajak bumi dan
bangunan pedesaan dan perkotaan memberikan kontribusi sebesar 19,4 persen
terhadap PAD. Untuk bea perolehan hak atas tanah dan bangunan memberikan
kontribusi rata-rata sebesar 35,57 persen terhadap PAD. Untuk pajak air tanah
memberikan kontribusi rata-rata sebesar 0,31 persen terhadap PAD. Dari
sembilan pos pajak daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Bandung,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 72
perolehan hak atas tanah dan bangunan. Kemudian pos pajak daerah yang
memberikan kontribusi terendah adalah pajak air tanah.
2. Efektivitas untuk masing-masing pos pajak daerah Kota Bandung masuk dalam
kategori pajak yang cukup efektif (yang berkisar lebih dari 80 persen sampai
dengan 90 persen), efektif (yang berkisar lebih dari 90 persen sampai dengan 100
persen), dan sangat efektif (yang berkisar lebih dari 100 persen).
3. Hubungan yang signifikan terdapat pada hubungan antara pajak daerah (BPHTB)
dengan wajib pajak (BPHTB) dan hubungan antara pajak daerah (PPJU) dengan
wajib pajak (PPJU) dengan kuat hubungan sangat kuat. Tidak terdapat hubungan
yang signifikan terdapat pada hubungan antara pajak daerah (Hotel) dengan
wajib pajak (Hotel) dengan kuat hubungan sangat lemah dan hubungan antara
pajak daerah (Restoran) dengan wajib pajak (Restoran) dengan kuat hubungan
yang kuat. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara PAD dengan wajib
pajak daerah dengan kuat hubungan sangat lemah.
5.2.Saran
Dari kesimpulan yang telah dirangkum di atas, sebagai masukan bagi
pemerintah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan penerimaan pendapatan asli
daerah adalah sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 73
Ketidak akuratan dalam Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah akan
berdampak pada sulitnya mengetahui efektivitas yang sesungguhnya.
2. Untuk mengingkatkan penerimaan pajak daerah, Pemerintah Kota Bandung perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut ini, diantaranya
• Memacu pertumbuhan dari sektor hiburan yang ada di Kota Bandung. Selain
dapat meningkatkan penerimaan pajak dari pajak hiburan, hal tersebut akan
menambah jumlah wisatawan yang masuk ke Kota Bandung sehingga
penerimaan dari pajak hotel juga akan meningkat.
• Membangun kerja sama yang baik dengan PT PLN (Persero) untuk
meningkatkan penerimaan dari pajak penerangan jalan. Pemeintah daerah
diharapkan mampu menghimbau warga agar mau dan tepat untuk membayar
tagihan listriknya. Selain itu, diharapkan bahwa pemerintah daerah untuk
dapat menambah penerangan jalan yang ada di Kota Bandung agar
masyarakat yang membayar pajak penerangan jalan dapat merasakan manfaat
dari membayar pajak penerangan jalan.
• Memambah jumlah parkir meter yang ada di Kota Bandung dan melakukan
sosialisasi pada warga bagimana untuk menggunakan parkir meter tersebut.
Dengan dibangunnya dan digunakannya parkir meter, diharapkan penerimaan
pajak parkir dapat meningkat.
• Mengembangkan dan mengoptimalkan program e-KOISK agar wajib pajak
dapat menyetorkan pajaknya dengan lebih mudah.
• Memperbanyak frekuensi sosialisasi mengenai pajak daerah kepada
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 74
agar mendapatkan pemahaman mengenai pajak daerah dan pentingnya
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S., dan Trisnawati, E. (2013). Akuntansi Perpajakan. Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.
Arditia, R. (2013). Analisis Kontribusi dan Efektivitas Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Jurnal Akuntansi Unesa, Vol. 1(3) Mei 2013.
Bratakusumah, D.S., dan Solihin, D. (2001). Otonomi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harianti, A., Veronica M.S., Nur., Setiawan, S., dan Iskandar, D. (2012). Statistika II. Edisi Pertama, CV Andi Offset, Yogyakarta.
Hartono, J. (2013). Metode Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman. Edisi Kelima, BPFE, Yogyakarta.
Ismail, T. (2011). Paradigm Change of Local Tax. Journal of Administrative Science
& Organization, Vol. 18(1), hal. 33-42.
Kusuma, K.A.A. dan Wirawati, P. (2013). Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan PAD Sekabupaten/Kota di Provinsi Bali. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 5(3), hal. 574-585.
Lainutu, A. (2013). Pengaruh Jumlah Wajib Pajak PPh 21 terhadap Penerimaan PPh 21 Pada KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA, Vol. 1(3), hal. 374-382.
Markus, M., dan Lalu, H. (2005). Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
76
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis Universitas Udayana, Vol. 6(1) Januari
2013.
Prameka, A.S., dan Indrawati, N.K. (2013). Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang diakses
dari http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/358 pada tanggal 15 Oktober 2014.
Putri, G.T.F. (2010). Tinjauan Prosedur Pemberian Kredit pada Primkopad Pusdik
Passus, 14 Agustus 2010 diakses dari
http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-guruhtikaf-21713 pada tanggal 18 Oktober 2014.
Republik Indonesia. (1983). Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3262.
________________. (2004). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Lembaran Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125.
________________. (2004). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Lembaran Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126.
________________. (2009). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Republik Indonesia Nomor 5049.
Resmi, S. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta.
77
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.
Sunjoyo, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., Kurniawan, A. (2013). Aplikasi
SPSS untuk SMART Riset. Alfabeta, Bandung.
Tahwin, M. (2013). Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18(2), hal. 136-143.
Walikota Bandung. (2011). Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2011 Nomor 20.
Wirasatya, K.Y., dan Latrini, M.Y. (2012). Pengaruh Desentralisasi BPHTB terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Bandung, E-Journal Akuntansi Universitas