• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :Studi Kasus di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :Studi Kasus di Kota Bandung."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Kasus di Kota Bandung)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh ESTER NIM. 1007114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN

PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Kasus di Kota Bandung)

Oleh Ester

S.H. UNPAR Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Ester 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Drs. Astim Riyanto, S.H, M.H. NIP. 194904021976031001

Pembimbing II,

Dr. Sunatra R. S, S.H, M.Si.

Menyetujui, Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana

(4)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM PEJALAN KAKI PADA JALAN-JALAN PROTOKOL DALAM KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di Kota Bandung)

Kota Bandung merupakan kota besar yang memiliki masalah mengenai kawasan atau daerah dan fasilitas bagi para pejalan kaki. Tata kota yang salah, pemberian izin usaha yang terlalu mudah, berkumpulnya kawasan usaha di satu tempat, padatnya tingkat kendaraan, perkir liar dan pedagang kaki lima membuat kota Bandung menjadi tidak teratur, kacau, dan membuat disfungsi trotoar mengakibatkan terlanggarnya hak pejalan kaki.

Kondisi yang dialami pejalan kaki di Kota Bandung menjadikan topik perlindungan hukum pada pejalan kaki menarik untuk diteliti. Tujuan umum penelitian untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pejalan kaki di jalan-jalan protokol perkotaan; perbedaan yang terjadi antara peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung dengan peraturan perundang-undangan lainnya dengan kenyataan yang terjadi; untuk mengetahui dampak tidak teraturnya lalu lintas di Kota Bandung, termasuk pejalan kaki. Tujuan khusus untuk mengetahui akar permasalahan yang mengakibatkan banyak terlanggarnya hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung; untuk mengetahui efektivitas peraturan-peraturan mengenai perlindungan pejalan kaki di Kota Bandung; untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh pejalan kaki.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriplif analitik dengan metode pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen dan kepustakaan.

(5)

ABSTRACT

LAW PROTECTION UPON PEDESTRIANS ON PROTOCOL STREETS IN CIVICS CONSIDERABLE STUDY (Case Study in Bandung)

Bandung is a big city which has a problem on areas and facilities for pedestrians. Wrong city planning, easiness in granting business license, gathering of the business place in one area, the density level of the vehicle, illegal parking and street hawkers are making Bandung chaotic, and also make the sidewalks dysfunction resulting in violation of pedestrians’ rights.

Conditions experienced by pedestrians in the city of Bandung makes the topic of legal protection upon pedestrians interesting to study. The general objective of the research to find out the problems faced by pedestrians in the urban protocol streets; differences that occur between the regulations set by the Government of Bandung with other legislation with the way it is; to determine the impact of irregular traffic in Bandung , including pedestrians. Specific objectives: to determine the root causes that resulted in a lot of violation of the rights of pedestrians in the city of Bandung, to determine the effectiveness of the regulations regarding the protection of pedestrians in the city of Bandung, to know steps that need to be done by the appropriate authorities to solve the problem faced by pedestrians

This research use qualitative descriptive analytic approach with case study method. Data were collected by observation, interviews and document studies and literature.

The study found that the poor arrangement of the roads and pavements is closely related to the improper arrangement of city of Bandung. The factors underlying the difficulty of structuring the city, and the roads and sidewalks, among other things: Bandung space is increasingly narrow, socio-economic factors, high arrivals of people, and the policy of the City of Bandung is not appropriate. Legal protection of pedestrians Bandung is still passive, active protection of the law is still not built up on the pedestrian Bandung, because the

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 5

DAFTAR LAMPIRAN ... 6 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Asumsi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Struktur Organisasi Tesis ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Pengertian Perlindungan Hukum Bagi Pejalan KakiError! Bookmark not defined.

B. Pengertian Hak dan Pemberian Hak Bagi Pejalan KakiError! Bookmark not defined.

C. Pengertian Kota ... Error! Bookmark not defined.

1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan KotaError! Bookmark not defined.

2. Struktur Tata Ruang Kota ... Error! Bookmark not defined. D. Guna Lahan ... Error! Bookmark not defined. 1. Jenis Penggunaan lahan ... Error! Bookmark not defined. 2. Perubahan Guna Lahan ... Error! Bookmark not defined. 3. Aksesibilitas ... Error! Bookmark not defined. E. Permasalahan Tata Ruang ... Error! Bookmark not defined. F. Tata Ruang Perkotaan dengan Pendekatan Aspek MasyarakatError! Bookmark not defined.

1. Demokratisasi Tata Ruang ... Error! Bookmark not defined. 2. Kota yang Berkelanjutan ... Error! Bookmark not defined. 3. Megatrend Reformasi ... Error! Bookmark not defined. 4. Pluralisme Budaya ... Error! Bookmark not defined. 5. Kota Dadakan ... Error! Bookmark not defined. 6. Keterlibatan Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. G. Pengertian Jalan dan Jalan Protokol ... Error! Bookmark not defined. H. Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. 2. Kebijakan dan Pelayanan Publik ... Error! Bookmark not defined. 3. Pedoman Perencanaan ... Error! Bookmark not defined. a. Kebutuhan Dasar dan Perilaku ManusiaError! Bookmark not defined.

(7)

d. Jarak Tempuh Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. 4. Jalur Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. a. Definisi ... Error! Bookmark not defined. b. Halte ... Error! Bookmark not defined. 5. Fasilitas Bagi Pejalan Kaki ... Error! Bookmark not defined. 6. Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki .. Error! Bookmark not defined. a. Karakteristik Perjalanan Pejalan Kaki .. Error! Bookmark not defined. b. Asal dan Tujuan Perjalanan Pejalan KakiError! Bookmark not defined.

c. Kegiatan Berjalan ... Error! Bookmark not defined. d. Variasi Guna Lahan ... Error! Bookmark not defined. e. Teori Penghubung Fragmen-Fragmen KotaError! Bookmark not defined.

I. Pengertian dan Karakteristik Teori Pendidikan KewarganegaraanError! Bookmark not defined.

J. Demokrasi Dalam Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. K. Teori Efektivitas Hukum ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Pendekatan Penelitian Kualitatif ... Error! Bookmark not defined. B. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Subjek dan Lokasi penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Teknik Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Observasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Wawancara ... Error! Bookmark not defined. 3. Studi Dokumentasi dan Kepustakaan ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Tahap-Tahap Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Reduksi Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Penyajian Data ... Error! Bookmark not defined. 4. Verifikasi Data ... Error! Bookmark not defined. 5. Pengambilan Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Temuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Kondisi Trotoar dan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Bandung:Error! Bookmark not defined.

2. Profil Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

3. Profil Dinas-Dinas Pemerintah Kota Bandung yang Mempunyai Kewenangan Terhadap Atribut Jalan dan Fasilitas Pejalan Kaki .... Error! Bookmark not defined.

a. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota BandungError! Bookmark not defined.

b. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)...

Error! Bookmark not defined.

c. Dinas Perhubungan Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

d. Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota BandungError! Bookmark not defined.

e. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota BandungError! Bookmark not defined.

f. Polrestabes Bandung (unit LANTAS dan DIKYASA)Error! Bookmark not defined.

4. PengalamanPara Pejalan Kaki di Jalan-Jalan Protokol Kota BandungError! Bookmark not defined.

(8)

c. Profil Informan Jalan Cihampelas ... Error! Bookmark not defined. d. Profil Informan Jalan Asia Afrika dan Seputar Alun-Alun Bandung ...

Error! Bookmark not defined.

e. Profil Informan Jalan Pasirkaliki ... Error! Bookmark not defined. f. Profil Informan Jalan Pajajaran ... Error! Bookmark not defined.

g. Profil Informan Jalan Jenderal Ahmad Yani dan TerusannyaError! Bookmark not defined.

h. Profil Informan Jalan Jenderal SudirmanError! Bookmark not defined.

i. Profil Informan Jalan Cipaganti ... Error! Bookmark not defined.

5. Pihak-Pihak Lain yang Bertanggung Jawab dan Berkepentingan atas Jalan dan Trotoar ... Error! Bookmark not defined.

a. Profil dan Keterangan Juru Parkir ... Error! Bookmark not defined. b. Profil dan Keterangan Pedagang Kaki LimaError! Bookmark not defined.

6. Komunitas Pejalan Kaki (KAKI) Sebagai Suatu Civic Community yang Mewadahi dan Memperjuangkan Hak-Hak Pejalan Kaki .. Error! Bookmark not defined. B. Analisis dan Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

1. Ketersediaan fasilitas pejalan kaki di jalan-jalan protokol Kota BandungError! Bookmark not defined.

2. Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan-jalan Protokol Kota BandungError! Bookmark not defined.

3. Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Hak-Hak Pejalan Kaki ... ... Error! Bookmark not defined.

4. Kendala yang Dihadapi dalam Pengadaan Fasilitas Pejalan Kaki yang Tertib dan Teratur ... Error! Bookmark not defined.

(9)
[image:9.595.77.523.201.649.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2. 1.: Tingkat Pelayanan Trotoar ... Error! Bookmark not defined.

3. 1.: Kisi-kisi instrumen penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(10)
[image:10.595.75.526.158.645.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2. 1.: Sudut jalan seharusnya mudah dicapai, bebas halangan dan pandangan terbuka.Error! Bookmark not defined.

2. 2.: Kebutuhan Ruang Manusia Dalam Posisi Berjalan. .. Error! Bookmark not defined.

2. 3.: Kebutuhan Ruang Bagi Penyandang Cacat. ... Error! Bookmark not defined.

2. 4.: Jarak Aman Pejalan Kaki Ketika Berpapasan. ... Error! Bookmark not defined.

2. 5.: Kebutuhan Ruang Setiap Zona-zona Trotoar. ... Error! Bookmark not defined.

2. 6.: Perletakan perabot jalan diJalan Merdeka di depan Bandung Indah Plaza Mal yang menghalangi pejalan kaki. ... Error! Bookmark not defined.

2. 7.: Peletakan Halte Di Pertemuan Jalan Simpang Empat.Error! Bookmark not defined.

2. 8.: Peletakan Halte Di Pertemuan Jalan Simpang Tiga. . Error! Bookmark not defined.

2. 9. : Tata Letak Halte Pada Ruas Jalan Dua Arah. ... Error! Bookmark not defined.

2.10.: Potongan Tipikal Zona Trotar di Kawasan Komersial.Error! Bookmark not defined.

4. 1. :Peta Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

4. 2. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Merdeka. ... Error! Bookmark not defined.

4. 3. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Braga.... Error! Bookmark not defined.

4. 4. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Cihampelas. ... Error! Bookmark not defined.

4. 5. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di seputar Alun-Alun Bandung.Error! Bookmark not defined.

4. 6. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Pasir Kaliki.... Error! Bookmark not defined.

4. 7. : Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Pajajaran. ... Error! Bookmark not defined.

4. 8. :Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Jendral Ahmad YaniError! Bookmark not defined.

4. 9. :Kondisi fasilitas pejalan kaki di area Terminal CicaheumError! Bookmark not defined.

4.10.: Kondisi fasiltas pejalan kaki di Jalan Jenderal SudirmanError! Bookmark not defined.

4.11.: Kondisi fasilitas pejalan kaki di Jalan Cipaganti. ... Error! Bookmark not defined.

4.12.: Kondisi Car Free Day di kawasan Dago dan MerdekaError! Bookmark not defined.

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Pertanyaan Wawancara Dinas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Pemerintah Kota Bandung

Lampiran 2: Daftar Pertanyaan Wawancara Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Wawancara Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Bandung

Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Wawancara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung

Lampiran 5: Daftar Pertanyaan Wawancara Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung

Lampiran 6: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Informan Pejalan Kaki di Kota Bandung

Lampiran 7: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Informan Juru Parkir di Kota Bandung

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

bagi pejalan kaki yang mempunyai ukuran dan dimensi berdasarkan skala manusia (Nasution,

M. Husni Thamrin; 2006). Upaya ke arah itu dapat dilakukan melalui pengembangan

kawasan pejalan kaki di kawasan perkotaan, terutama di kawasan pusat kota, yaitu

merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang sesuai dengan karakteristik

dan tuntutan kebutuhan pejalan kaki dengan tujuan untuk mempertahankan pusat kota agar

tetap manusiawi, menarik bagi warga kota untuk datang, tinggal, bekerja, dan melakukan

kegiatan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Walaupun

pembuatan area pejalan kaki didedikasikan untuk manusia, terutama: para pejalan kaki.

Kenyataannya berbeda, prasarana pejalan kaki lebih banyak beralih fungsi, sehingga pejalan

kaki menjadi tergeser dari ruang yang seharusnya menjadi haknya.

Kota Bandung contoh kota besar di Indonesia yang memiliki masalah mengenai kawasan

atau daerah dan fasilitas bagi para pejalan kaki.

(http://dbonny.blogspot.com/2011/01/penertiban-pkl-yang-tak-kunjung-usai.html). Berbagai

macam daya tarik baik di bidang pariwisata, kuliner dan pusat perbelanjaan membuat

Bandung menjadi tempat yang mendapat banyak kunjungan. Pengunjung tidak hanya berasal

dari daerah sekitar, seperti Jakarta. Akan tetapi, pengunjung banyak berasal dari luar negeri.

Jika berkunjung ke kota-kota besar di dunia, maka salah satu ciri yang menarik dan membuat

nyaman pendatang kenyamanan berjalan kaki untuk menikmati suasana dan keindahan kota

(13)

Denny Zulkaidi, Planolog Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung memiliki tata kota

yang terbilang baik, hanya implementasinya yang buruk (http://citizenmagz.com/?p=3555).

Menurut pengamatan Denny, Pemerintah Kota Bandung memiliki prinsip yang salah

persepsi. Prinsipnya Kota Bandung merupakan Kota Jasa. Denny menerangkan bahwa

Pemerintah Kota Bandung memberikan izin untuk mendirikan usaha, yang menurut

pemikiran Pemerintah Kota Bandung hanya bersifat musiman. Ternyata pemikiran itu salah

sehingga lahan tempat komersil menjadi semakin banyak dan menumpuk. Lebih parah lagi

tempat-tempat komersil ini disatukan dalam satu kawasan atau wilayah.

Pemerintah Kota Bandung mengabaikan hak-hak masyarakat untuk menikmati kota

mereka. Motifnya diperkirakan ada tiga, pemerintah tidak sengaja, pemerintah kota memiliki

tujuan sendiri namun merugikan orang lain, dan pemerintah terjebak dalam komersialisme.

Tempat komersil ini disatukan di satu wilayah, akibatnya dibutuhkan lahan parkir yang

luas, karena lahan parkir yang tersedia tidak mencukupi, sehingga badan jalan dipakai untuk

lahan parkir, dan Kota Bandung macet. Selain itu, kebutuhan lahan parkir ini pun turut

merampas hak-hak pejalan kaki, trotoar yang seharusnya merupakan hak mereka.

Pertambahan volume kendaraan yang semakin tidak terkendali setiap harinya,

mengakibatkan terlanggarnya hak pejalan kaki karena disfungsi trotoar oleh para pengendara

motor yang melintasi trotoar untuk menghindari kemacetan. Keterbatasan sarana pejalan kaki

menjadi kendala dalam hal ini, seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang dibangun

oleh pihak swasta tanpa memperhatikan kelayakan guna bagi para pejalan kaki (karena hanya

untuk kepentingan pemasangan reklame), zebra cross yang sudah pudar dan tidak diletakkan

di tempat-tempat yang memadai, alat bantu penyeberangan bagi pejalan kaki (baik yang

bersifat visual maupun audio), dan masih banyak masalah lain yang berhubungan dengan

(14)

Fenomena-fenomena terlanggarnya hak-hak pejalan kaki di atas membuat masalah

perlindungan hukum bagi pejalan kaki di Kota Bandung menarik untuk diteliti. Penelitian

pendahuluan diadakan sebagai langkah awal, untuk mengetahui secara langsung

permasalahan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan data dari Unit Penyidikan dan Rekayasa

Kepolisian Resor Kota Besar Bandung (Unit Dikyasa Polrestabes Bandung, informan:

Brigadir Riki Iwan Permana) untuk mengetahui jalan mana saja yang disebut jalan protokol

di Kota Bandung. Dari sekian banyak jalan protokol di Kota Bandung, maka didapatkanlah

data jalan protokol untuk diteliti yang berkaitan dengan fasilitas pejalan kaki di Kota

Bandung. Jalan-jalan protokol tersebut, yaitu: Jalan Merdeka, Jalan Cihampelas, Jalan Asia

Afrika, Jalan Pasirkaliki, Jalan Pajajaran, Jalan Ahmad Yani di sepanjang pertokoan dan

Terusannya, Jalan Braga, Jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Cipaganti. Data yang diperoleh

adalah kondisi fasilitas pejalan kaki, seperti trotoar dan Jembatan Penyeberangan Orang. Dari

daftar yang disebutkan ini dapat disimpulkan bahwa jalan protokol merupakan jalan-jalan

utama di suatu kota atau wilayah, meskipun demikian umumnya jalan protokol lebih lazim

digunakan di kota.

Jalan-jalan yang diteliti, yaitu: Jalan Merdeka, Jalan Cihampelas, Jalan Asia Afrika,

Jalan Pasirkaliki, Jalan Pajajaran, Jalan Ahmad Yani di sepanjang pertokoan dan Terusannya,

Jalan Braga, Jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Cipaganti, kondisi yang dijumpai, yaitu:

1. Kondisi trotoar yang tidak mulus/ rata, memerlukan manuver cukup banyak dari pejalan

kaki untuk dapat melewatinya.

2. Perbaikan trotoar terkesan asal-asalan.

3. Tingginya undakan trotoar.

(15)

5. Patokan trotoar yang tidak jelas, kadang-kadang tidak ada patokan trotar sama sekali,

mengakibatkan pejalan kali seringkali hampir bersinggungan dengan kendaraan yang

melaju di badan jalan ketika berjalan.

6. Terdapat kotak terminal jaringan telekomunikasi milik PT. Telkom dan

kotak-kotak terminal sirkuit listrik milik Perusahaan Listrik Negara (PLN).

7. Cat penanda marka jalan dan zebra cross sudah pudar.

8. Beberapa bagian jalan yang seharusnya digunakan oleh pejalan kaki terpotong oleh

bagian muka hampir di semua pusat perbelanjaan di daerah tersebut.

9. Pohon, tiang listrik, penghijauan serta rambu-rambu yang terpasang seringkali

menghalangi keleluasaan pejalan kaki.

10. Pedagang kaki lima menghalangi laju pejalan kaki.

11. Sering pejalan kaki terganggu oleh arus kendaraan yang keluar dan masuk pertokoan

yang berada di sepanjang jalan.

12. Terdapat gundukan dan bungkusan sampah yang menghalangi pejalan kaki.

13. Seringkali saluran air di jalan-jalan tersebut mengeluarkan aroma tidak sedap.

14. Kurangnya fasilitas peneduh untuk melindungi pejalan kaki dari terik matahari yang

menyengat maupun guyuran hujan.

15. Pohon-pohon difungsikan sebagai peneduh seringkali tumbuh terlalu besar dan merusak

trotoar.

16. Dipergunakannya jalur trotoar sebagai lahan parkir gedung gedung di daerah tersebut.

17. Banyak kendaraan yang parkir atau berhenti tidak pada tempatnya, yang menghalangi

laju pejalan kaki yang semakin tersisih.

Berdasarkan penelitian pendahuluan, baik melalui wawancara, maupun observasi

langsung ke lokasi-lokasi jalan protokol, maka dapat dilihat bahwa pejalan kaki seringkali

(16)

hak-haknya oleh pemerintah berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, berdasarkan konstitusi

negara Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia,

dan sebagai bagian yang integral dari masyarakat.

Melihat kondisi pejalan kaki di atas, penelitian secara lebih mendalam dan komprehensif

untuk memberikan rekomendasi alternatif solusi untuk penegakkan perlindungan hukum para

pejalan kaki dan perbaikan fasilitas pejalan kaki di jalan-jalan protokol Kota Bandung. Salah

satu alternatif solusi dengan adalah sosialisasi terus menerus mengenai hak dan kewajiban

para pejalan dan seluruh warga pengguna jalan dan fasilitasnya oleh Pemerintah Kota

Bandung beserta dinas yang terkait di dalamnya. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengadakan diskusi bersama antara seluruh pihak yang berkepentingan dengan penggunaan,

pengaturan, dan pemeliharaan jalan dan fasilitasnya. Diperlukan perubahan paradigma dalam

pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan bagi seluruh warga negara Indonesia pada

umumnya dan warga Kota Bandung pada khususnya, mengenai pentingnya hak dan

kewajiban sebagai warga negara maupun kota dalam kaitannya dengan pendidikan demokrasi

modern.

B. Identifikasi Masalah

Pejalan kaki merupakan bagian dari lalu lintas, penelitian awal membuktikan bahwa

pejalan kaki di jalan-jalan protokol tidak dapat menikmati kondisi nyaman dalam menikmati

moda transportasi ini. Dalam mengatasi hal ini, pihak-pihak berwenang seolah tidak dapat

berbuat apa-apa dan terkesan membiarkan kondisi ini. Melihat dari kondisi di atas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ketersediaan fasilitas pejalan kaki di jalan protokol tersebut?

2. Bagaimana kondisi fasilitas pejalan kaki di jalan protokol tersebut?

(17)

4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pengadaan fasilitas pejalan kaki yang tertib dan

teratur?

C. Tujuan Penelitian

Melihat rumusan masalah di atas, beberapa tujuan penelitian ini, meliputi :

1. Tujuan Umum

a. Mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pejalan kaki di jalan-jalan protokol

perkotaan.

b. Mengetahui perbedaan antara peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota dengan

peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

sampai Peraturan Daerah dengan kenyataan yang terjadi.

c. Mengetahui hal-hal yang mengakibatkan tidak teraturnya lalu lintas di Kota Bandung,

termasuk pejalan kaki.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui akar permasalahan yang mengakibatkan banyak terlanggarnya hak-hak

pejalan kaki di KotaBandung.

b. Mengetahui efektivitas peraturan-peraturan mengenai perlindungan pejalan kaki di Kota

Bandung.

c. Mengetahui langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pihak-pihak berwenang untuk

mengatasi masalah yang dihadapi oleh pejalan kaki.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Secara teoretik, penelitian ini menambah wawasan atau cakrawala saya mengenai

(18)

terlanggarnya hak-hak tersebut dari pejalan kaki, dan kaitannya dengan studi Pendidikan

Kewarganegaraan.

Secara praktik, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi di antaranya:

1. Memperoleh data dan fakta tentang situasi yang dihadapi pejalan kaki di jalan-jalan

protokoldi Kota Bandung.

2. Sebagai sumbang saran pada berbagai instansi Pemerintah yang mengatur berbagai hal

yang berkenaan dengan pejalan kaki.

3. Sebagai upaya perbaikan fasilitas dan hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung.

E. Asumsi Penelitian

Jalur pedestrian merupakan elemen penting dalam perancangan kota, karena tidak lagi

berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga pada masalah kenyamanan dengan

didukung oleh kegiatan pedagang eceran yang dapa tmemperkuat kehidupan ruang kota yang

ada. Sistem jalur pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di

kawasan pusat kota, meningkatkan penggunaan pejalan kaki, mempertinggi kualitas

lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang

kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut.

Selama ini pejalan kaki masih dianggap sebagai pengguna jalan kelas dua, melihat dari

pembangunan sarana dan prasarana yang lebih banyak berpihak pada kendaraan bermotor.

Permasalahan yang dihadapi nampaknya jauh lebih kompleks daripada yang terlihat,

bukan hanya lemahnya penegakkan peraturan yang seharusnya melindungi pejalan kaki,

namun banyaknya jalur pejalan kaki yang menyulitkan untuk dilalui menandakan

perancanaan dan standar pembangunan yang tidak terencana maupun terpelihara dengan baik

Kesulitan yang dihadapi oleh pejalan kaki ini nampaknya tidak bisa lepas dari

(19)

komersialisme, pembangunan pusat-pusat perbelanjaan skala besar yang mengundang

keramaian berhubungan erat dengan ramainya Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai salah satu

mata pencaharian masyarakat, dibarengi dengan tingginya angka pertumbuhan kendaraan,

tingginya tarif parkir di pusat-pusat perbelanjaan yang ada mengakibatkan pejalan kaki

semakin terjepit diantara banyak tuntutan.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi pendahuluan, terdiri atas latar belakang

penelitian, Identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi

penelitian dan struktur organisasi dari tesis.

Latar belakang membahas mengenai alasan mengapa masalah dalam tesis ini perlu

diteliti, pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan pendekatan mengatasi masalah

tersebut baik secara teoritis maupun secara empiris. Identifikasi dan perumusan maslah berisi

rumusan dan analisis masalah berdasarkan pemaparan pada latar belakang penelitian. Tujuan

penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian dilakukan dan berhubungan

dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan. Manfaat penelitian merupakan manfaat

yang ingin diperoleh setelah penelitian dilakukan. Struktur organisasi tesis menjelaskan

tentang urutan penelitian dari setiap bab dan bagian dalam bab.

Bab II Kajian Pustaka dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kajian pustaka

dalam tesis ini secara garis besar terdiri atas teori tentang pejalan kaki, teori hukum dan teori

pendidikan kewarganegaraan. Penelitian terdahulu merupakan kesimpulan dari hasil

penelitian sebelumnya yang memiliki kajian yang relevan dengan permasalahan yang

diangkat dalam tesis.

Bab III Metode Penelitian, pada bab ini terdiri atas kajian tentang situs penelitian,

sumber data, instrumen penelitian, tahapan penelitian dan teknik analisis data. Situs

(20)

data yang dikoleksi oleh peneliti. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.

Tahapan penelitian menjelaskan mengenai prosedur yang ditempuh oleh peneliti dalam

proses penelitian dari mulai mengumpulkan data sampai dengan penarikan kesimpulan.

Teknis analisis data berisi hal-hal yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data yang

terkumpul sebelum data ini disajikan.

Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan pengolahan atau analisis

data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian,

dan tujuan penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif.

Bagian pembahasan berisi diskusi tentang temuan tersebut yang dikaitkan dengan teori-teori

pada bab dua. Pembahasan ini merupakan refleksi terhadap teori yang dikembangkan oleh

peneliti atau penelitian sebelumnya.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil penelitian

dan pembahasan. Kesimpulan berhubungan dengan rumusan masalah pada bab satu, dimana

kesimpulan ini berisi jawaban dari rumusan masalah. Saran berisi rekomendasi dari peneliti

yang ditujukkan kepada para pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian yang

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian deskriplif analitik dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Disebut penelitian deskriptif, karena penelitian ini akan

mengungkapkan secara rinci dan sistematis bagaimana perlindungan hak pejalan kaki.

Menurut Whitney (I960) (Nazir, 2005: 54) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan,

serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Pendapat Nasution (1996:5) menyatakan penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka memang dunia sekitarnya. Dalam hal ini, penelitian

naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari objek penelitian melainkan sebaliknya

mengungkap tentang pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda.

Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang

(manusia) berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin umuk mengungkap kenyataan yang

ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen.

Lebih lanjut Lincoln dan Guba (1985:199) menyatakan bahwa "the human – as – instrument

is inclined toward mefoods that are extensions of normal human activities: looking, listening,

(22)

Dari pernyataan ini terlihat jelas bahwa keunggulan manusia sebagai instrumen dalam

penelitian naturalistik karena alat ini dapat melihat, mendengar, membaca, merasa, dan

sebagainya yang biasa dilakukan oleh manusia umumnya. Bogdan dan Biklen (1982; 2-3)

mengistilahkan penelitian kualitatif sebagai payung dengan sejumlah strategi penelitian yang

memberikan karakteristik-karakteristik tertentu. Penelitian ini disebui juga "field

research"yang seringkali digunakan oleh para antropolog dan sosiolog. Istilah "field

research" digunakan untuk membedakan proses penelitian ini dari penelitian yang dilakukan

di dalam laboratorium atau penelitian lainyang tempat penelitiannya dikontrol. Dalam

pendidikan, mereka menambahkan, bahwa penelitian kualitatif seringkali

disebut"naturalistic" karena para peneliti menggantungkan pada peristiwa yang terjadi secara

alamiah.Cresswell (1998) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut.

“Qualitative research is an inquiry process of understanding based ondistinct

methodological traditions of inquiry that explore a sosial or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting”.(Penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan iradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata,melaporkan pandangan-pandanganpara informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah).

Cresswell (1994) membedakan paradigma kualitatif dari kuantitatif dengan lima asumsi.

Pertama, asumsi ontologis yang mempenanyakan "What is the nature of reality?". Dari

perspektif kualitatif, realitas menurut partisipan dalam sebuah penelitian bersifat subyektif

dan ganda. Kedua, asumsi epistemologis yang mempertanyakan "What is the relationship of

the researcher to that researched?”. Dari perspektif kualitatif, peneliti berinteraksi dengan

subjek yang sedang diteliti. Ketiga, asumsi aksiologis yang mempenanyakan "What is the

role of values?'. Dari perspektif kualitatif, penelitian sarat dengan nilai dan bersifat bias.

Keempat, asumsi retoris yang mempertanyakan "What is the language of research?”. Dari

(23)

informan tentang suatu fenomena atau pengalaman seseorang yang diperlukan (Mc. Millan

dan Schumacher, 2001:433). Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel ini

dimaksudkan untuk sebanyak mungkin memperoleh informasi dengan segala kompleksitas

yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak pejalan kaki, dan dimaksudkan untuk mencari

informasi secara rinci yang sifatnya spesifik yang memberikan citra khas dan unik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena metode ini sangat cocok

untuk menelaah permasalahan yang dihadapi oleh pejalan kaki, dimana banyak faktor yang

mengakibatkan terlanggarnya hak-hak pejalan kaki. Metode penelitian kualitatif

memungkinkan peneliti mendapatkan gambaran holistik dari berbagai sudut pandang baik

dari pihak pejalan kaki, peraturan-peraturan mengenai lalu lintas, dinas-dinas yang terkait

dengan permasalahan lalu lintas, berbagai aspek sosial budaya yang melatar belakangi

permasalahan tersebut, dan lain-lain.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi

kasus, atau penelitian kasus (case study; Nazir (2005: 57) mengemukakan bahwa:

Studi kasus, atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu spesific case atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930). Tujuan studikasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

Mulyana (2002: 201) menjelaskan bahwa peneliti studi kasus berupaya menelaah

sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Mereka sering menggunakan berbagai

metode wawancara (riwayat hidup), pengamatan, penelaahan dokumen, (hasil) survei, dan

data apa pun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci. Metode studi kasus yang

digunakan peneliti merupakan bentuk penelitian yang mendalam terinci, menyeluruh

(24)

penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pandangan para ahli yang menyebutkan bahwa studi

kasus dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia,

lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.

Alasan dipilihnya metode penelitian studi kasus dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Metode penelitian studi kasus merupakan salah satu bentuk metode yang tercakup di

dalam metodologi penelitian kualitatif.

2. Melalui metode penelitian studi kasus diharapkan dapat memberikan keleluasaan dalam

menggunakan beragam teknik pengumpulan data sebagai sarana untuk menjangkau

dimensi otentik dari topik perlindungan hukum terhadap pejalan kaki.

3. Penggunaan metode penelitian studi kasus dalam penelitian ini memungkinkan peneliti

meneliti pejalan kaki secara mendalam dan menyeluruh.

4. Penggunaan metode penelitian studi kasus, memungkinkan peneliti untuk memahami

secara langsung dan mendalam tentang perlindungan hak-hak pejalan kaki di Kota

Bandung.

5. Digunakannya metode penelitian studi kasus dalam penelitian ini diharapkan dapat

melaksanakan penelitian secara efektif dan efisien.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian adalah peneliti sendiri sebagai peneliti langsung dan beberapa

informan lainnya yang diperlukan dalam obeservasi dan wawancara dalam penelitian ini,

yaitu para pejalan kaki yang sedang berjalan di lokasi penelitian, para PKL, dan juru parkir.

Hal ini dilakukan untuk menggali data dan informasi yang penting dan dibutuhkan dalam

penelitian ini.

(25)

alun dan sepanjang pusat pertokoan), Jalan Pasirkaliki, Jalan Pajajaran, Jalan Ahmad Yani

(sepanjang pertokoan, pasar Cicadas, dan terminal Cicaheum), Jalan Braga, dan Jalan

Cipaganti.

D. Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini, lentunya diperlukan data-data awal, yang nantinya akan digunakan

sebagai bahan analisis. Data kualitatif yang dimaksudkan dan dihimpun di dalam penelitian

ini adalah beragam keterangan atau informasi yang benar dan nyata, yang diperoleh dari

sumber data berupa dokumen, arsip, catatan pribadi, biografi, wawancara, pengamatan, foto,

artikel di media massa baik cetak maupun elektronik. Menurut Bogdan dan Biklen (1990:

92), data adalah bahan bahan kasar (mentah) yang dikumpulkan peneliti dari lapangan yang

ditelitinya. Bahan-bahan itu berupa hal-hal khusus yang menjadi dasar analisis. Ditambahkan

oleh Moleong (1989: 122) dan Nasution (1988: 56), data yang dikumpulkan dalam penelitian

berupa kata-kata, tindakan, dokumen, situasi, dan peristiwa yang dapat diobservasi.

Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan

teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia. Dalam

penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah teknik

pengumpulan data kualitatif, yang meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Teknik Observasi ialah pengumpulan data dengan mengamati kondisi fasilitas pejalan

kaki serta perilaku pejalan kaki ketika melintas/menggunakan jalur pejalan kaki tersebut.

Dengan melalui kegiatan pengamatan ini, peneliti berharap dapat melihat gambaran jelas

mengenai jalur pejalan kaki dan kondisi serta perilaku pejalan kaki yang sedang melintas.

Dengan prinsip observasi partisipatif dalam penelitian, dilakukan terhadap kejadian atau

(26)

diamati secara langsung maupun tidak langsung (Patton: 1990). Jorgensen (1989)

mendeskripsikan bahwa

"Through participant observation, it is possible to describe what goes on.who or what is involved, when and where things happen, how they occur,and why– at least from the standpoint of participants – things happen as they do in particular situations".

Artinya, melalui observasi partisipatif, dimungkinkan peneliti mendeskripsikan apa yang

sedang terjadi, siapa dan apa yang terlibat, kapan dan dimana sesuatu itu terjadi, bagaimana

mereka terjadi, dan mengapa sesuatu itu terjadi – paling tidak dari sudut pandang partisipan –

ketika mereka melakukan sesuatu dalam situasi tertentu. Hal yang sama dikemukakan oleh

Patton (1990:205) yang menamakan "Naturalistic Observations” yang dilakukan di lapangan

(field) sebagai sejumlah cara atau jenis metode untuk mengumpulkan data melalui observasi,

yaitu "paticipant observation, field observation, qualitative observation, direct observation,

or field research", walaupun setiap istilah ini tergantung pada kondisi dan tujuan analisis

kualitatif. Istilah-istilah observasi yang dikemukakan Patton tersebut pada dasarnya memiliki

karakteristik yang sama, yaitu observasi untuk kepentingan pengumpulan data kualitatif.

Ada sejumlah keuntungan jenis observasi kualitatif ini bagi peneliti sebagaimana

dikemukakan Patton (1990: 203-205), sebagai berikut: pertama, bahwa dengan melaksanakan

pengamatan langsung, maka peneliti akan mempunyai pemahaman tentang konteks yang

lebih baik dalam program. Pemahaman konteks program sangat penting untuk perspektif

keseluruhan; kedua, pengalaman pertama dengan program akan mendorong peneliti bersikap

terbuka, berorientasi untuk menemukan sesuatu, dan mendekati permasalahan secara

induktif; ketiga, peneliti mempunyai kesempatan melihat hal-hal yang mungkin tidak disadari

oleh partisipan dan pihak terkait; keempat, peneliti dapat belajar tentang hal-hal yang

mungkin tidak ingin dibicarakan partisipan pada saat wawancara terutama hal-hal yang

(27)

bantuan memahami dan menafsirkan program yang sedang diteliti. Dengan prinsip-prinsip

observasi partisipatif dalam penelitian naturalistik, dan kemampuan peneliti dalam

menangkap motivasi, kepercayaan, kepedulian, perhatian, perilaku yang tidak sadar dan

kebiasaan subjek yang sedang diteliti, peneliti memungkinkan mendeskripsikan dan melihat

sudut pandang subjek dalam menanggapi dunianya, mengemukakan persepsi, menceritakan

pengalamannya, dan harapan-harapan kehidupannya di masa depan. Menurut Patton

(1990:205-216), terdapat sejumlah ragam metode observasi.Dipandang dari keterlibatan

observer, apakah sebagai partisipan (participant observer) atau hanya sebagai penonton

(unlooker). Dalam penelitian ini, peneliti bukan hanya sekedar melihat suatu peristiwa dari

luar (outside) melainkan sebagai partisipan dalam setting yang sedang dikaji. Peneliti sebagai

observer yang partisipatif sepenuhnya terlibat dalam kegiatan peristiwa yang diteliti sesuai

dengan kemampuan peneliti disamping berusaha memahami setting melalui pengalaman

sendiri, pengamatan, dan perbincangan dengan partisipan tentang apa yang sedang terjadi.

Ragam lainnya adalah terkait dengan validitas dan reliabilitas data observasi yaitu

dampak observer terhadap apa yang diobservasi. Masalah ini menghendaki jawaban apakah

observasi itu terbuka (overt) atau tertutup (covert). Patton (1990:209) mengemukakan bahwa

observasi tertutup (covert observations) lebih memungkinkan untuk menangkap apa yang

sungguh sedang terjadi dibandingkan dengan observasi terbuka (overt observation) ketika

orang-orang dalam setting menyadari bahwa mereka sedang diteliti. Namun demikian, lebih

lanjut Patton (1990: 211) menyatakan bahwa "the evaluator alone cannot make the decision

about the extent to which observations and research purposes will be kept secret".

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan melalui proses observasi terbuka namun pada

saat tertentu, peneliti pun dapat bergeser pada observasi tertutup. Teknik observasi terbuka

lebih banyak dilakukan untuk menghindari adanya perilaku atau tindakan yang tidak alamiah

(28)

berbagai aktivitas sehingga mereka tidak merasa asing dengan peneliti yang bertindak

sebagai observer partisipatif.

Teknik pengamatan atau observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pengamatan non-partisipan yang tidak terstruktur, yaitu suatu prosedur pengamatan yang

dilakukan peneliti dengan cara mengamati subjek penelitian dalam keadaan alamiah tanpa

melibatkan diri dalam lingkungan dan kegiatan yangdilakukan oleh subjek yang diteliti.

Alasan penggunaan teknik nonpartisipan dalam penelitian ini didasarkan pada suatu

pertimbangan bahwa keadaan data yang dipilih, ltelah dikerjakan sebelum pengamatan

dilaksanakan sehingga secara otentik dapat mewakili situasi sebenarnya. Berkaitan dengan

pengukuran terhadap ketepatan suatu pengamatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini,

dicirikan dengan karakteristik hasil pengamatan sebagai berikut:

a. Mampu menangkap keadaan atau konteks sosial alamiah tempat terjadinya suatu

perilaku.

b. Mampu menangkap peristiwa yang memiliki arti atau kejadian-kejadian

yangmempengaruhi relasi sosial para partisipan.

c. Mampu menentukan realitas serta keteraturan yang didasari oleh falsafah atau pandangan

hidup subjek yang diamati.

d. Mampu mengidentifikasi keteraturan dan gejala-gejala yang berulang dalam kehidupan

subjek yang diamati tersebut (Black dan Champion, 1992: 286).

2. Wawancara

Teknik wawancara, ialah cara untuk menggali informasi, pemikiran, gagasan, sikap dan

pengalaman para pejalan kaki di jalan protokol. Wawancara tatap muka dilakukan secara

langsung antara peneliti dan narasumber secara dialogis, tanyajawab, diskusi dan melalui cara

(29)

pengalaman informan (Nazir, 2005:193). Proses wawancara terhadap subjek penelitian pada

penelitian inidilakukan dalam bentuk wawancara percakapan informal, yang berlangsung

secara spontan dan informal di dalam alur interaksi yang wajar selama penemuan

berlangsung serta wawancara yang dilakukan dengan pendekatan terarah untuk menjaring

informasi mengenai pokok bahasan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pertanyaan

wawancara yang diajukan peneliti senantiasa disesuaikan dengan situasi dan kondisi, namun

tidak terlepas dari pedoman wawancara yangdisiapkan peneliti sebelumnya. Selain itu,

wawancara dengan subjek penelitian dilakukan secara terbuka, dimana ditujukan untuk

menjaring informasi mengenai hal yang lelah dipersiapkan oleh peneliti kepada subjek

penelitiandengan tetap mengacupada fokus masalah penelitian.

Teknik wawancara yang dilakukan bersama dengan subjek penelitian, peneliti dapat

memperoleh berbagai informasi, baik yang bersifat verbal ataupun yang bersifat nonverbal.

Penggunaan teknik wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang ada

dalam pikiran pejalan kaki, termasuk perasaannya, kehendaknya, interpretasinya kondisi jalur

pejalan kaki yang dilaluinya.

Tipe atau bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk

wawancara terstruktur dan terbuka.Bentuk wawancara ini dipilih dengan harapan dapat

diperoleh data yang lebih mendalam, lengkap, dan kaya isi maupunilustrasi sehingga

memungkinkan dihasilkan suatu kepaduan hasil penelitian yang kaya makna. Subjek

penelitian diberi kebebasan untuk menjawab penanyaan. Bila suatu topik diangkat, peneliti

dan subjek penelitian terlibat dalam suatu dialog untukbertukar pandangan. Terkadang

pertanyaan dimodifikasi dan topik baru yang relevan dengan penelitian dikembangkan selama

wawancara berlangsung.Penggunaanwawancara tak terstruktur dalam penelitian ini,

memberikan banyak kesempatan kepada responden untuk menggali ingatannya dan

(30)

yang tepat dalam suasana santai dan tidak tergesa-gesa untuk tetap fokusnya proses

wawancara dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan panduan wawancara. Panduan

wawancara dipersiapkan dengan melakukan kaji dokumen awal mengenai topik yang akan

diajukan, kemudian dapat digunakan secara fleksibel dan dapat diganti selama wawancara

berlangsung.

3. Studi Dokumentasi dan Kepustakaan

Teknik studi dokumentasi dan kepustakaan, ialah cara untuk menggali, mengkaji, dan

mempelajari sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk buku-buku, majalah,

peraturan-peraturan, laporan penelitian, makalah, jurnal, klipping media massa, dan dokumen negara

(pemerintah). Menurut Moleong (1989: 87), studi dokumentasi diartikan sebagai suatu

kegiatan pengumpulan data yang dilakukan terhadap beragam bahan tertulis berupa buku,

jurnal, majalah, dokumen pribadi, dokumen resmi kelembagaan, artikel, surat kabar, majalah,

dan sejenisnya. Dalam hal ini, penelitiadalah instrumen utama (key instrument) dalam

pengumpulan data. Untuk mendukung ketersediaan data dan analisis data, peneliti

memanfaatkan sumber-sumber lain berupa dokumen negara, catatan dan dokumen (non

human resources). Menurut Lincoln dan Guba (1985: 276-277) catatan dan dokumen ini

dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk

pertanggungjawaban.

Tujuan penggunaan teknik studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk

melengkapi, mengoreksi, memperkokoh, memperkuat, membandingkan berbagai data yang

diperoleh melalui kedua teknik pengumpulan data sebelumnya. Dengan demikian,

penggunaan teknik studi dokumentasi dan kepustakaan iniberfungsi sebagai komplemen,

suplemen, dan substitusi dari teknik observasi dan teknik wawancara. Dalam studi

(31)

dan pembahasan konseptual dengan menggunakan teknik analisis yang dikaitkan

perlindungan hak-hak pejalan kaki.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan prinsip bahwa peneliti berperan sebagai instrumen

(human instrument) yang utama (Lincoln dan Guba, 1984:39), yang secara penuh

mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang dimasukinya, sehingga proses penelitian sangai

penting daripada hasil yang diperoleh. Hal ini sangat tepat karena hanya penelitilah yang

dapat secara fleksibel mengumpulkan data dari berbagai subjek penelitian yang

mendalam.Human instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode

yang sesuai dengan tuntutan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri riset kualitatif

sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen(1990, 33-36), yaitu:

1. Riset kualitatif mempunyai lata ralami karena yang merupakan alat penting adalah adanya

sumber data yang langsung dari perisetnya.

2. Riset kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses

ketimbang hasil atau produk semata.

3. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif.

4. Makna merupakan soal esensial untuk rancangan kualitatif.

Peneliti sebagai instrumen akan terlihat pelaksanaannya dalam pengamatan langsung dan

proses wawancara yang mendalam, seperti yang banyak dilakukan dalam penelitian ini.

Peneliti secara langsung berhubungan dengan subjek penelitian sekaligus dengan peristiwa

dan latar alamiahnya (setting naturalistic). Penelitian semacam ini tidak mungkin

menggunakan instrumen berupa "benda mati" yang dilakukan secara khusus untuk aspek

penemu seperti dalam penelitian kuantitatif (kuesioner, tes skala sikap, dan daftar isian).

(32)

menyusun pedoman wawancara,observasi, dan studi dokumentasi. Sebagaimana tercantum

dalam lampiran. Pedoman penelitian tersebut dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan

lagi sesuai dengan tuntutan realitas alamiah untuk mendapatkan data yang tepat, akurat, dan

lengkap.

[image:32.595.78.518.202.763.2]

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Tabel 3. 1.: Kisi-kisi instrumen penelitian

Trotoar kemudahan akses lebar yang cukup

keamanan

kesinambungan jalur

kenyamanan lansekap

memberi ruang intraksi

memperkuat identitas lingkungan

Kondisi

lingkungan jarak ideal fasilitas umum jarak ideal tempat parkir

jarak ideal penyeberangan jalan

jarak tempuh ke TPKPU

Fasilitas kelengkapan fasilitas diperkeras

mampu memisahkan secara fisik

dengan kendaraan

kesatuan jenis jalur pejalan kaki

kesatuan dengan TPKPU

keberadaan lokasi perparkiran

keberadaan penyekat ruang dan

waktu

kelengkapan perabot jalan

pemeliharaan

Sudut Jalan keleluasaan

(33)

kelengkapan rambu

kemudahan akses

pemisahan jalan dengan pengguna

kendaraan

Halte rute/jalur

letak halte pada jalur pejalan kaki

kedekatan dengan pusat pemukiman/

kegiatan

kelengkapan rambu

kelancaran arus lalu lntas

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan runut dan

bertahap, terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, (tahap pelaksanaan, tahap

penyusunan dan pengelompokan data, tahap evaluasi, dan tahap data pasti).

F. Teknik Analisis Data

Tujuan penelitian kualitatif adalah menghasilkan temuan-temuan (Patton, 1990:371)

namun, proses pengumpulan data bukanlah akhir dalam penelitian kualitatif. Dalam

penelitian ini, kegiatan pengolahan dan analisis data dilakukan dalam seluruh rangkatan

kegiatan penelitian lapangan yang dimulai sejak penelitian dilaksanakan secara

berkesinambungan sampai dengan penelitian berakhir. Menurut Dayman dan Holloway

(2008: 30), teknik analisis data adalah proses menguraikan data menjadi

komponen-komponen yang membentuknya, untuk mengungkapkan struktur dan unsur khasnya.

Aktivitas akhir dari penelitian kualitatif adalah analisis, interpretasi, dan penyajian

sejumlahtemuan.

Dalam upaya untuk memenuhi hal tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secarabersamaan, yaitu reduksi

data, penyajian data, penarikan kesimpulan verifikasi (Miles dan Huberman (1992: 16-18).

(34)

Masalah reduksi data, penyajian data, danpenarikan kesimpulan merupakan rangkatan

kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

Dalam hal ini, kesimpulan dilakukan secara bertahap, pertama berupa kesimpulan

sementara, namun dengan bertambahnya data, maka perlu dilakukan verifikasi data, yaitu

dengan mempelajari kembali data-data yang ada, baik yangdireduksi maupun yang disajikan.

Disamping itu, dilakukan dengan cara memintapertimbangan dengan pihak-pihak yang

berkenaan dengan penelitian ini. Setelah hal itu dilakukan, maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan keputusan akhir.

1. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam setiap proses penelitian kualitatif, batas antara satu tahapan dengan tahapan

berikutnya sulit dinyatakan secara tegas. Hal itu sejalan dengan sifat emergen dari penelitian

kualitatif, yaitu sifat yang senantiasa mengalami perubahan sepanjang penelitian

dilaksanakan. Moleong (1989) terbagi penelitian kualitatif ke dalam empat tahapan, yaitu:

a. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi berbagai studi kepustakaan, membuat desain

penelitian, melaksanakan bimbingan intensif, menentukan lokasi penelitian, mengurus

perizinan, melaksanakan uji coba penelitian, dan menyiapkan kelengkapan kegiatan

penelitian lapangan.

b. Tahap pekerjaan lapangan, mencakup kegiatan mempelajari latar lokasi (setting) subjek

yang diteliti, melakukan pengamatan, wawancara, membuat catatan lapangan, mengambil

pola kejadian secara langsung, dan mengumpulkan pelbagai dokumen yang relevan.

Persamaan dengan pelaksanaan tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan pula kegiatan

analisis data.

c. Tahap pengolahan dan analisis data, mencakup kegiatan-kegiatan mencari dan

(35)

kepastiannya. Kemudian, diakhiri dengan kegiatan merumuskan temuan dan teori

substansial.

d. Tahap penyajian laporan hasil penelitian berbentuk kegiatan pengetikkan naskah laporan,

penggandaan, dan pencetakan naskah jadi, penyerahan naskah kepada Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs UPI). Untuk selanjutnya dijadwalkan

untuk diuji oleh tim penguji yang ditetapkan oleh pimpinan SPs UPI.

2. Reduksi Data

Data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstraksian, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan

pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok

dan penting.

Sebelum melaksanakan reduksi data, maka peneliti membaca, mengkaji, dan menelusuri

seluruh jenis data yang berhasil dikumpulkan kemudian peneliti melakukan pencatatan secara

terinci, kemudian peneliti merangkum data, memilih hal-hal yang pokok dan penting serta

mendukung penelitian ini.

3. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan, maka peneliti menyajikan

data dalam bentuk deskripsi yang berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun kondisi

jalur pejalan kaki, fasilitas pejalan kaki, dan opini pejalan kaki di Kota Bandung mengenai

kondisi yang mereka alami.

4. Verifikasi Data

Verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan,

(36)

hanyalahsebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Menurut Miles(1992:20)

kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau

sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan

kecocokannya, yaitu yang merupakan validitasnya. Pada saat menarik kesimpulan awal,

biasanya yang dikemukan masihbersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan

bukti-bukti kuatyang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan

bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten

dengan kondisi yangditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang

diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel. Bila kesimpulan dinilai kurang, maka

peneliti dapat kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data tambahan. Untuk dapat

mengetahui kualitas data, seorang peneliti dapat menilai melalui beberapa metode seperti :

mengecek; keterwakilan data; mengecek data dari pengaruh peneliti; mengecek melalui

triangulasi; melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapatdipercaya;

membuat perbandingan atau mengkontraskan data; dan penggunaan kasus ekstrim yang

direalisasi dengan memaknai data negatif.

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data.

Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian (Moloeng, 2004:330)

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution,

2003:115), yaitu wawancara, observasi dan dokumen.Triangulasi ini selain digunakan untuk

mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain

itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data,

(37)

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya

dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini,

dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan

dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka

ditempuh langkah sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan

secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa

yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Selain itu, dalam riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh

seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas

informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian. teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang

paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Model triangulasi diajukan

untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga

(38)

Murti B., 2006 menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk

meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset. Dengan

demikian triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan

kuantitatif, sedangkan menurut Yin R.K, 2003 menyatakan bahwa pengumpulan data

triangulasi (triangulation) melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi.

5. Pengambilan Kesimpulan

Dalam hal ini kesimpulan dilakukan secara bertahap, pertama berupa kesimpulan

sementara, namun dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan veritikasi data, yaitu

dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan). Di

samping itu, dilakukan dengan meminta pertimbangan dengan pihak-pihak yang berkenaan

dengan penelitian ini, yaitu dinas-dinas yang berkewenangan dengan jalan dan fasilitas

pejalan kaki, para informan pejalan kaki, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan

jalan dan fasilitas pejalan kaki. Setelah hal tersebut dilakukan, maka peneliti baru dapat

mengambil keputusan akhir. Langkah-langkah di atas diterapkan dalam proses analisis data

penelitian ini hingga tercapainya deskripsi temuan penelitian sebagaimana disajikan dalam

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

pejalan kaki, dan wawancara kepada dinas-dinas terkait, maka ditarik kesimpulan:

a. Jalan-jalan protocol di Kota Bandung memiliki fasilitas pejalan kaki yang cukup

lengkap, namun fasilitas penyeberangan (Jembatan Penyeberangan Orang, alat bantu

penyeberangan elektronik yang bersifat audio maupun visual) dan aksesibilitas (halte,

tempat menumpang/ turun dari kendaraan umum) masih belum banyak tersedia;

b. Kondisi fasilitas pejalan kaki jalan-jalan protokol Kota Bandung tidak terawat baik,

perbaikan yang dilakukan Dinas Bina Marga dan Pengairan terkendala pendanaan yang

tidak kontinu, selain itu parkir dan pedagang kaki lima yang mengambil lahan pejalan

kaki belum dapat ditertibkan, kemacetan pun turut menyumbang terlanggarnya lahan

pejalan kaki karena trotoar dijadikan perlintasan kendaraan;

c. Pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung bersifat pasif,

pemerintah Kota Bandung mengakui hak-hak pejalan kaki dan membentuk peraturan

yang melindungi pejalan kaki Kota Bandung. Namun perlindungan hukum terhadap

hak-hak pejalan kaki yang bersifat aktif masih belum terfasilitasi pemerintah. Belum terdapat

sarana yang memungkinkan pejalan kaki terlibat aktif dalam pembentukan peraturan dan

penentuan spesifikasi fasilitas pejalan kaki;

d. Kebijakan Pemerintah Kota Bandung yang kurang tepat. Pemerintah Kota Bandung

(40)

yang tidak melibatkan masyarakat ini akan selalu menuai kegagalan. Rencana tata kota

yang akan berhasil adalah rencana tata kota yang melibatkan masyarakat secara aktif

untuk menentukan kotanya sendiri, lebih khusus lagi, dalam pembangunan fasilitas

pejalan kaki, pejalan kaki pun harus dilibatkan secara aktif dalam pembentukan peraturan

dan penentuan teknis pembangunan fasilitas pejalan kaki.

2. Kesimpulan Khusus

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

pejalan kaki, dan wawancara kepada dinas-dinas terkait, maka ditarik kesimpulan khusus:

a. Terlanggarnya hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung disebabkan kurangnya ruang Kota

Bandung, Tingginya pendatang ke Kota Bandung sehingga Bandung semakin sempit,

kepentingan ekonomi yang menyebabkan tingginya alih guna lahan menjadi lahan

ekonomi, budaya pejalan kaki sendiri yang masih belum tertib, serta budaya

“nongkrong” masyarakat Bandung yang menyuburkan Pedagang Kaki Lima, serta

kebijakan penataan ruang Kota Bandung yang masih otoriter dan belum melibatkan

masyarakat.

b. Berdasarkan observasi langsung, wawancara dengan pejalan kaki dan dinas-dinas terkait,

disimpulkan bahwa peraturan-peraturan mengenai perlindungan pejalan kaki di Kota

Bandung tidak efektif. Terbukti dari kondisi trotoar dan area pejalan kaki yang tidak

terawat dan tertata dengan baik, dipenuhi oleh pedagang kaki lima, atau dijadikan tempat

parkir atau perlintasan kendaraan bermotor. Peraturan-peraturan mengenai perlindungan

terhadap pejalan kaki ini lemah dalam penegakkannya. Penegakkan peraturan-peraturan

tersebut terkendalan oleh masalah ruang Kota Bandung dan masalah-masalah sosial.

c. Pihak-pihak yang berwenang melakukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan

(41)

menilang dan menertibkan kendaraan yang melanggar peraturan lalu lintas seperti

kendaraan yang berhenti di zebra cross, maupun menggunakan trotoar sebagai tempat

melintas kendaraan. Unit Dikyasa Polrestabes Bandung mengatur dan merekayasa arus

jalan untuk mencegah kemacetan agar kendaraan-kendaraan tidak terjebak macet dan

terpicu menggunakan trotoar sebagai tempat melintas. Pihak Dinas Perhubungan

membangun rambu-rambu, marka jalan, lampu lalu lintas, Jembatan Penyeberangan

Orang, serta alat bantu penyeberangan. Pihak Dinas Bina Marga dan Pengairan

membangun dan memperbaiki trotoar. Pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman

menanam dan merawat pohon sebagai peneduh alami. Pihak BPPT mengatur lokasi

reklame agar tidak mengganggu pejalan kaki.

Dinas-dinas tersebut mengalami kendala, baik pendanaan maupun jumlah personel

yang kurang, sehingga hasilnya pun tidak optimal. Hal lain yang perlu dicermati adalah

tindakan tersebut merupakan tindakan represif dan bukan preventif, tindakan yang

mencegah agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran hak-hak pejalan kaki, sehingga

pelanggaran hak-hak pejalan kaki dapat terulang.

Kunci mengatasi permasalahan ini terletak pada pemerintah Kota Bandung. Pemerintah

Kota Bandung selama ini mengatur kotanya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Bandung. Rencana ini masih belum melibatkan masyarakat secara aktif, sehingga tidak

memberikan kesempatan bagi masyarakat sebagai elemen yang paling terkait dengan

Kota Bandung untuk turut serta mengatur kotanya dan memfasilitasi naluri dasar

masyarakat Kota Bandung untuk mengatur daerah tempatnya bermukim. Hal inilah yang

selalu mengakibat

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3. 1.: Kisi-kisi instrumen penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Namun perlu adanya analisis tambahan terhadap regangan yang terjadi pada pipeline selama proses laying sehingga kegagalan pada pipeline seperti concrete crushing

Penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.S. sesuai dari kebijakan teknis (kunjungan neonatus umur 6

Hasil penelitian ini adalah sebagian masyarakat Lampung Sai Batin yang ada di Desa Umbul Buah masih melakukan pernikahan adat Lampung Saibatin dan paham mengenai nilai dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kadar hormon tiroid bebas (fT4) pada kelompok suplementasi I+Fe, suplementasi I dan suplementasi Fe setelah intervensi,

Penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) akar bambu dan dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan bibit

Bidang Data dan Informasi , Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, Bidang Penggerakan Masyarakat, Bidang Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak sesuai

Yeni Dünya Düzeni, arkasında masonik gizli örgütlenmelerin olduğu bir uluslararası ağın ve Council on Foreign Relations (Diş ilişkiler konseyi), Trilateral Komisyon

Penelitian ini mengkaji peresapan air kedalam tanah / infiltrasi akibat perubahan penggunaan atau tata guna lahan dari daerah resapan ke daerah pengembangan di bukit