• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MOVEMENT PROBLEM BASED LEARNING DI SMA SE-KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MOVEMENT PROBLEM BASED LEARNING DI SMA SE-KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

IMPLEMENTASI MOVEMENT PROBLEM BASED LEARNING DI SMA SE-KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

TAUFIK AKBAR FIRDAUS 0808559

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang TAUFIK AKBAR FIRDAUS

IMPLEMENTASI MOVEMENT PROBLEM BASED LEARNING DI SMA SE-KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Uhamisastra, MS NIP. 195106221980021001

Pembimbing II

Dr. Nuryadi, M.Pd NIP. 197101171998021001

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(3)

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

IMPLEMENTASI

MOVEMENT

PROBLEM BASED LEARNING

DI SMA

SEKECAMATAN PADALARANG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh

Taufik Akbar Firdaus

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Taufik Akbar Firdaus 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang ABSTRAK

Taufik Akbar Firdaus. (2013). Implementasi Movement Problem Based Learning di SMA se-Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Skripsi. Program Studi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga. FPOK – UPI.

Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA se-Kecamatan Padalarang masih terpusat pada guru, sementara siswa hanya sebagai penerima materi atau informasi yang disampaikan oleh guru. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana implementasi movement problem based learning di SMA se-Kecamatan Padalarang? Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bgaimana implementasi movement problem based learning di SMA se-Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi dan wawancara.

(5)

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

ABSTRACT

Taufik Akbar Firdaus. (2013). Implementation of Movement Problem Based Learning in the high schools in District Padalarang West Bandung regency. Undergraduate Thesis. PJKR Studies Program Department of Physical Education . FPOK - UPI.

The background of this research is the study of Physical Education in high schools in District Padalarang still centered on the teacher, while the students are recipients of the materials or information submitted by the teacher. The research question is how the implementation of movement problem-based learning in high schools in District Padalarang? The purpose of this study is to determine How did the implementation of movement problem-based learning in high schools in District Padalarang West Bandung regency. The method used is descriptive. Instruments used in data collection were observation and interview.

(6)

vi

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang DAFTAR ISI

B. Hakikat Pendidikan Jasmani ……… 10

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ………. 11

2. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Jasmani ………. 13

3. Esensi Pendidikan Jasmani ……… 14

4. Manfaat Pendidikan Jasmani ………. 16

C. Problem Based Learning ……….………. 17

1. Definisi Problem Based Learning ………..………... 17

2. Pelaksanaan Problem Based Learning ……….. 18

D. Movement Problem Based Learning ……… 25

(7)

vii

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

2. Proses Movement Problem Based Learning ………. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Pengolahan Data ………. 37

1. Penyajian Data ………... 37

a. Data Hasil Observasi ……….. 37

b. Data Hasil Wawancara ………... 44

B. Pengolahan Data ………... 48

C. Diskusi Temuan ……….. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 57

B. Saran ……….. 58

DAFTAR PUSTAKA ……….… 59

LAMPIRAN ………..…. 61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian ……….. 30

B. Sampel Sumber Data ……….……….. 32

C Tahapan Penelitian ……….. 33

D. Instumen dan Teknik Pengumpulan Data ……… 34

1. Observasi ……….. 34

2. Wawancara ……… 35

(8)

viii

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Tahapan Pembelajaran Dengan Strategi Problem Based Learning …. 212 2.1 Kisi-kisi Format Wawancara Survey Implementasi Pelaksanaan

Movement Problem Based Learning di SMA Se-Kecamatan

Padalarang………. 34

3.1 Hasil Obesrvasi Materi Permainan Pada Enam Pengajar SMA

Se-Kecamatan Padalarang……….. 36

3.2 Hasil Observasi Materi Permainan……… 38 3.3 Hasil Obesrvasi Materi Atletik Pada Enam Pengajar SMA

Se-Kecamatan Padalarang ………...……….. 39 3.4 Hasil Observasi Materi Atletik ………. 41 3.5 Hasil Obesrvasi Materi Artistik Pada Enam Pengajar SMA

Se-Kecamatan Padalarang ………. 42

(9)

ix

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang DAFTAR GAMBAR

Gambar

(10)

x

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Alur Penelitian………. 61

Lembar Observasi Movement Problem Based Learning ………. 63

Hasil Observasi di SMAN 1 Padalarang ………. 65

Hasil Observasi di SMAN 2 Padalarang ………. 69

Hasil Observasi di SMA KP 5 Padalarang ……….. 73

Pedoman Wawancara Kepada Guru Pendidikan Jasmani ………... 77

Pedoman Wawancara Kepada Siswa ………... 80

Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Jasmani ………. 83

Hasil Wawancara dengan Siswa ………. 86

Foto Kegiatan Pembelajaran ………... 92

Surat-Surat Penelitian ………. 95

(11)

1

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktifitas fisik. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan jasmani menurut Harold M.Barrow dalam Bambang Abduljabar (2010:4), yang menyatakan bahwa:

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai “pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan pendidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai… individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.

Pendidikan jasmani adalah satu-satunya bidang studi yang memiliki kelengkapan sebagai pendidikan yang utuh yang melibatkan tiga domain penting tujuan pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, sehingga pendidikan jasmani memiliki arti yang cukup representatif dalam mengembangkan manusia dalam persiapannya menuju manusia yang seutuhnya.

Hetherington dalam Bambang Abduljabar (2010 : vii), mendeklarasikan 4 tujuan pendidkan jasmani yaitu:

1. Tujuan perkembangan organik: sebagai contoh kebugaran, kesehatan, kekuatan, dayatahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak.

2. Tujuan perkembangan kognitif yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh pemahaman, kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan pernyataan.

3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu: keterampilan, bergerak efektif, kompetens, bebas mengekspresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga, senam) dan kreativitas.

(12)

2

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

Dengan demikian maka peran menentukan dalam pencapaian tujuan akhir olahraga dan pendidikan jasmani terletak dalam peranannya sebagai wadah unik penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia.

Pendidikan jasmani adalah disiplin ilmu yang berorientasi tubuh, di samping berorientasi pada disiplin mental dan sosial. Guru pendidikan jasmani karenanya harus memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fisikal dari tubuh untuk memahami secara lebih baik pemanfaatannya dalam kegiatan pendidikan jasmani. Khususnya dalam masa modern dewasa ini, ketika pendidikan gerak dipandang teramat penting, pengetahuan tentang bagaimana tubuh manusia berfungsi dipandang amat krusial agar bisa melaksanakan tugas pengajaran dengan baik.

Uhamisastra dan Yusup Hidayat (2006:40) dalam Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia mengungkapkan :

Secara umum, pengajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi antara guru dengan siswa dan atau siswa dengan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah digariskan. Ketika siswa tidak mengalami proses ajar, maka gurulah yang harus bertanggungjawab. Pengajaran bukan suatu ilmu pasti, karena itu guru perlu merancang dan merancang ulang pengalaman belajar siswa berlandaskan kaidah pedagogis, pengetahuan siswa, materi belajar, dan proses belajar mengajar itu sendiri.

Pengajaran dapat diartikan pula sebagai bentuk upaya professional seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Guru perlu merancang pengajaran, menjelaskan, mengajukan pertanyaan, mengelola perilaku siswa, dan mendapatkan umpan balik. Semua itu dilakukan dalam upaya membantu para siswa belajar dan tumbuh berkembang.

(13)

3

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

memberikan treatment pembelajaran untuk memanusiakan siswa sebagai manusia. Pengajarannya tidak mampu membangkitkan proses belajar.

Keterkaitan dengan pemaparan di atas adalah kurang maksimalnya pembelajaran pendidikan jasmani, akhir-akhir ini muncul beberapa model pembelajaran yang dianggap kontemporer dalam bidang pendidikan jasmani, salah satunya pendekatan pembelajaran yang disebut Problem Based-Learning. Dalam konteks pendidikan jasmani dikenal dengan sebutan Movement Problem-Based Learning. Pendekatan atau model ini dianggap sebagai sebuah paradigma

baru yang mengajarkan kepada setiap individu untuk berpartisipasi dalam budaya gerak. Pendidikan jasmani dan olahraga dalam hal ini merupakan suatu usaha untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih sejahtera baik fisik maupun rohani.

Movement problem based learning adalah sebuah model pembelajaran

(14)

4

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

dalam kegiatan hidup sehari-hari, dan karena itu pula, partisipasi dalam budaya gerak berkontribusi pada kualitas hidup peserta didik.

Movement problem based learning adalah salah satu jenis pendekatan

pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk bergerak dan memecahkan masalah-masalah gerak. Dalam penerapannya, tantangan dan permasalah-masalahan gerak (movement problems) disajikan dalam bentuk-bentuk tugas gerak yang selalu memperhitungkan keterlibatan faktor kognitif, afektif, sosial, serta teknik-teknik atau keterampilan untuk dipecahkan oleh anak dan penyajian bentuk masalah gerak berupa permainan. Permainan ini dilakukan dengan beberapa tahapan, masing-masing tahapan terdapat beberapa peningkatan yang dicapai oleh siswa. Crum (2003) dalam Bambang Abduljabar (2010:176) menyatakan tentang tugas-tugas gerak pada pendekatan pembelajaran berbasis masalah gerak, yaitu „ Tugas-tugas gerak disini bukan berupa Tugas-tugas gerak baku atau standar dari cabang-cabang olahraga formal, melainkan dapat berupa gerak modifikasi, yang menyajikan tantangan baru kepada anak untuk dipecahkan‟. Sehingga dalam kegiatan belajar, siswa diharapkan mampu memecahkan masalah gerak yang dialaminya.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem based Learning) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004) atau menurut Panen (1991) dalam Rusmono (2004:74) mengatakan dalam strategi pembelajaran dengan Problem based Learning, yaitu „siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan,

mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah‟. Dengan adanya masalah tentu saja siswa secara tidak langsung akan menjadi aktif untuk bergerak dan mempelajari hal tersebut. Keaktifan yang dilakukan oleh siswa tersebut akan menjadi nilai yang baik bagi setiap pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu sendiri.

(15)

5

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

diperoleh dari penjelasan guru dan metode yang digunakan berupa ceramah, tanya jawab, latihan (drill) dan pemantapan. Dalam pembelajaran langsung, guru cenderung memegang kendali proses pembelajaran secara aktif, sementara siswa hanya menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Sehingga mengakibatkan ruang gerak siswa untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi terbatas karena semua informasi diperoleh dari guru. Banyak siswa tidak dapat memberikan alasan secara efektif dan tidak mampu memberikan tanggung jawab atas pendidikan yang mereka alami.

Berdasarkan permasalahan dan pemaparan diatas peneliti berkeinginnan untuk meneliti bagaimana keterlaksanaan movement problem based learning di SMA se-Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat melalui sebuah penelitian yang berjudul “Implementasi Movement Problem Based Learning di SMA se-Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil observasi penulis mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA se-Kecamatan Padalarang, penulis menemukan bahwa pembelajaran Pendidikan Jasmani masih terpusat pada guru. Sementara siswa hanya sebagai penerima materi atau informasi yang disampaikan oleh guru. Akibat yang timbul dari pelaksanaan di atas menurut penulis adalah kurangnya aktivitas gerak siswa, kemampuan siswa untuk mengembangkan intelektualnya menjadi terhambat dan akan terjadi kejenuhan dalam pembelajaran.

(16)

6

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian tentunya memiliki tujuan penelitian, adapun tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai adalah ; ingin mengetahui bagaimana implementasi movement problem based learning di SMA se-Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis dengan uraian sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

2. Menambah masukan tentang alternatif pembelajaran sehingga dapat memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesional guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Diharapakan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran pada waktu-waktu yang akan datang.

4. Bagi penulis sendiri bermanfaat dalam menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang sangat berguna saat mengajar nanti.

E. Penjelasana Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran suatu istilah, maka peneliti akan memberikan definisi dari istilah-istilah sebagai berikut:

(17)

7

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

(18)

30

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Suatu penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Dalam usaha untuk menemukan dan menguji kebenaran tersebut dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam suatu penelitian ilmiah selalu berdasarkan metode yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penelitian ilmiah juga merupakan penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomenafenomena alami dengan dipandu oleh teori-teori tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena itu.

Kegiatan studi penelitian tidak akan terlepas dari penentuan metode yang akan digunakan, hal ini terkait dengan keberhasilan yang ingin dicapai dengan menentukan metode yang tepat sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Surakhmad (1998:131) mengemukakan bahwa: “Metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk menguji hipotesis serta alat-alat tertentu”.

Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mempermudah pemecahan masalah atau hipotesa dengan menggunakan teknik atau alat-alat tertentu sehingga memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

(19)

31

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

Masalah yang akan diteliti serta tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, karena penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan movement problem based learning pada aktivitas pendidikan jasmani. Hal ini sejalan dengan penjelasan mengenai metode deskriptif, seperti yang diungkap Surakhmad (1998:139) menjelaskan sebagai berikut :

Penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Karena banyak sekali ragam penyelidikan demikian, metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisis, dan mengklasifikasi; penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komparatif atau operasional.

Selanjutnya Arikunto (2002:312) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala menurut apa adanya pada saat dilaksanakan.”

Pendapat tersebut memberikan makna bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi. Hal ini sejalan dengan penjelasan Mimbar Pendidikan (1986:49) bahwa, “Bila ingin mengetahui keadaan sekarang dalam kondisi alamiah, tanpa mengontrol faktor-faktor yang turut mempengaruhinya maka metode deskriptiflah yang layak digunakan”. Lebih jelas lagi tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Surakhmad (1998:140) terutama ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

(20)

32

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

Untuk Metode ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah (Umar, 1999:81).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian deskriptif yang di maksud adalah meneliti studi deskriptif tentang implementasi movement problem based learning pada aktivitas Pendidikan Jasmani di SMA se-Kecamatan Padalarang.

Digunakan pendeketan ini, karena peneliti ingin mengetahui bagaimana implementasi movement problem based learning pada aktivitas Pendidikan Jasmani di SMA se-Kecamatan Padalarang. Berdasarkan ciri-ciri metode deskriptif tersebut dapat penulis kemukakan bahwa dalam melaksanakan penelitian ini data yang diperoleh itu dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian ini tercapai seperti yang diharapkan.

B. Sampel Sumber Data

Populasi dan sampel merupakan sumber data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian yang penulis lakukan. Seperti yang dikemukakan Sudjana (1992:6), bahwa:

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Adapun sebagian dari populasi disebut sampel.

(21)

33

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil kira-kira 10% - 25% atau 20% - 50%, atau lebih besar tergantung sebagai berikut :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana 2. Sempit dan luasnya penelitian (wilayah penelitian) 3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

C. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian deskriptif menurut Nasution (1992:67) ada tiga tahapan yaitu orientasi, eksplorasi, dan member chek. Adapun tahapan penelitian yang dianjurkan oleh Nasution (1992:68) adalah sebagai berikut:

1. Tahap orientasi, yaitu penelitian awal dengan tujuan memperoleh gambaran permasalahan yang lebih lengkap guna memanfaatkan fokus penelitian.

2. Tahap eksplorasi, yaitu kegiatan pengambilan data selengkap mungkin sebagai penunjang penganalisaan data.

3. Tahap member chek, yaitu konfirmasi terhadap data yang diperoleh dengan mengecek kebenaran data dilapangan.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis akan melaksanakan tahap-tahap yang dianjurkan oleh Nasution, adapun langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Tahap orientasi terdiri dari: Menilai kondisi lapangan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti, memilih dan menggunakan informasi, yaitu memilih responden data, menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti lembar observasi, pertanyaan-pertanyaan wawancara, kamera dan melakukan adaptasi dengan situasi lapangan sehingga akan terlihat gambar permasalahan sebenarnya.

(22)

34

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

c. Tahap member chek terdiri dari: Melakukan konfirmasi terhadap data yang diperoleh dengan mengecek kebenaran data di lapangan dan menyajikan dan mempresentasikan data.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2011:102), menjelaskan bahwa “Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena itu dinamakan variable penelitian”.

Sedangkan teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data ialah menggunakan observasi dan wawancara. Adapun teknik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Menurut Nugraha (2007:46), “Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian”. Jadi pada dasarnya, pengumpulan data melalui observasi bertujuan untuk mengamati dan mencatat secara sistematik apa saja yang terjadi pada objek/subjek penelitian. Secara umum kegiatan penelitian ini adalah mengobservasi atau mengamati proses belajar mengajar penjas di SMA se-Kecamatan Padalarang.

(23)

35

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang 2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Menurut Sugiono (2010:317) wawancara adalah, “Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Dalam penelitian ini wawancara adalah sebagai strategi penunjang teknik observasi. Format wawancara selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 2.1

Kisi-kisi Format Wawancara Survey Tentang Pelaksanaan Movement Problem Based Learning di SMA Se-Kecamatan Padalarang

Variabel Sub Variabel Indikator

Movement Problem Based Learning

Penyajikan masalah gerak 1. Terdapat masalah gerak.

2. Masalah gerak disajikan sesuai dengan kemampuan gerak siswa.

3. Terdapat runtutan gerak

Keterlibatan Intelektual

Siswa 1. Ada peningkatan tantangan gerak yang harus dipecahkan

siswa.

(24)

36

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara di lapangan.

(25)

57

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, setelah melalui pengolahan data dengan berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi movement problem based learning di SMA se-Kecamatan Padalarang belum terlaksana dengan baik, hal ini

disebabkan kurangnya pengetahuan guru Pendidikan Jasmani tentang model movement problem based learning yang merupakan model dengan konsep

konsruktivisme pedagogi sedangkan guru pendidikan jasmani masih lekat dengan

konsep pengajaran kebugaran, sehingga pembelajaran yang dilaksanaan umumnya masih terpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi pembelajaran. Implementasi movement problem based learning di SMA se-Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat belum terlaksana secara maksimal. Implementasi movement problem based learning belum mencapai setengah materi pembelajaran yang diajarkan, diantaranya :

1. Materi permainan belum mencapai setengah materi pembelajaran yang diajarkan. Jadi artinya hasil penelitian movement problem based learning di SMA se-Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat pada materi permainan tidak telaksana.

2. Materi Atletik belum mencapai setengah materi pembelajaran yang diajarkan. Jadi artinya hasil penelitian movement problem based learning di SMA se-Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat pada materi atletik tidak telaksana.

(26)

58

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka pada kesempatan ini penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut ;

1. Pendidikan intelektual adalah satu cara selain pembelajaran behaviorisme, yang menekankan aspek-aspek kemampuan nalar di dalam prosesnya, dalam hal ini penerapan model movement problem based learning bisa dijadikan media untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam belajar Pendidikan Jasmani.

2. Sebaiknya para pakar model pembelajaran Pendidikan Jasmani, memberikan pemahaman-pemahaman melalui diskusi-diskusi pada saat MGMP daerah, bahkan bisa melalui penataran guru Pendidikan Jasmani yang mungkin dapat bekerjasama dengan pemerintah pusat. Serta pakar Pendidikan Jasmani hendaknya membahas mengenai pembelajaran yang terpusat pada siswa, terutama pembelajaran dengan konsep konstruktivisme.

3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai implementasi movement problem based learninng karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya yang

mungkin belum tergali oleh penulis.

(27)

59

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

Daftar Pustaka

Abduljabar, Bambang. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Abduljabar, Bambang. 2010. Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Depdikbud. 1986. Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.

Hendrayana, Y. 2007. Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Lutan, R. 2001. Asas-asas Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas Mahendra, Agus. 2003. Falsafah Pendidikan Jasmani. DEPDIKNAS.

Mulyasa. 2011. Implementasi Kurikulum. [Online]. Tersedia: http://www.referensimakalah.com/2011/08/implementasi

kurikulum_405.html

Nasution. 1992. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bandung : Ghalia Indonesia, 2012.

Siedentop, Daryl. 1991. Developing Teaching Skill in Physical Education. London : Mayfield Publishing Company

Sudjana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Suherman, A. 2009, Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani.

Bandung: CV. Bintang Warli Artika

Suherman, Mahendra. 2001. Menuju Perkembangan Menyeluruh (menyiasati kurikulum pendidikan jasmani di sekolah menengah umum). Depdiknas. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dirjen Olahraga

(28)

60

Taufik Akbar Firdaus, 2013

Implementasi Movement Problem Based Learning Di SMA Se-Kecamatan Padalarang

Learning berbasis ICT (Information and Communication Technology),

15/5/2004, Yogyakarta.

Surakhmad, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Sunarya, E. 2007. Filsafat Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi.

Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Uhamisastra dan Yusup Hidayat. 2006. “Survey tentang Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Pemberian Masalah Gerak di Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung.” Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 40-46.

Gambar

Tabel
gambaran permasalahan yang lebih lengkap guna memanfaatkan fokus penelitian. Tahap eksplorasi, yaitu kegiatan pengambilan data selengkap mungkin
Tabel 2.1 Kisi-kisi Format Wawancara Survey Tentang Pelaksanaan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2020 tentang Jenis Jabatan yang dapat diisi oleh Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja dan

Usaha- usaha pemberdayaan bagi kelompok nelayan belum dilakukan secara efektif terutama berkaitan dengan teknologi tangkap karena dari segi modal kelompok nelayan belum

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk lebih dari suatu objek biaya dan tak dapat ditelusuri ke salah satu objek biaya tertentu;karenanya biaya tersebut bersifat umum disebut

Untuk mempersiapkan perang besar melawan Belanda, Sultan Hasanuddin harus menundukkan kerajaan yang sudah berhasil dibujuk oleh Belanda.. Buton harus ditaklukkan lebih

Makalah ini bertujuan untuk memeriksa faktor-faktor penyebab terorisme yang dominan di masa Orde Baru, khususnya di era Komando Jihad dan Kelompok Usroh (1970-1985) di

Pada Gambar 7b, analisis leverage Oleh karena itu, kebijakan untuk dapat pada dimensi teknologi memperlihatkan menjaga keberlanjutan kegiatan perikanan bahwa atribut

Faktor Colburn digunakan untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas sisi udara, sedangkan faktor gesekan berpengaruh terhadap nilai pressure drop udara.. Selain itu

Untuk mengetahui bagaimana cara kerja mesin tetas otomatis anda bisa mendapatkan sumber informasinya dengan cara mengikuti berbagai seminar yang membahas tentang kemajuan teknologi