PERNYATAAN………. i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1
B.Perumusan dan Pemecahan Masalah... 6
1. Perumusan Masalah... 6
2. Pemecahan Masalah... 6
C.Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 10
1. Tujuan Penelitian... 10
2. Manfaat Penelitian... 10
D.Batasan Istilah... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ………... 12
B. Karakteristik Pembelajaran IPA SD…..……….. 14
C. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar……….. 15
1. Bahan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD………… 15
2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD………. 16
3. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran IPA……… 16
4. Prinsip Pembelajaran IPA di SD………. 17
5. Model-model Pembelajaran IPA di SD……….. 18
D.Model Pembelajaran Siklus Belajar ……… 19
1. Pengertian Siklus Belajar………. 19
2. Manfaat dan Kelemahan Model Siklus Belajar…....……... 20
3. Fase-fase Model Pembelajaran Siklus Belajar………..…….…. 21
E. Materi Sifat-sifat Benda………..……… 23
F. Temuan Hasil yang Relevan……… 24
G. Hipotesis Tindakan……….. 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... …... 27
1. Lokasi Penelitian………...……….. 27
D. Prosedur Penelitian………... 32
1. Tahap Perencanaan Tindakan………... 32
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan…………... 33
3. Tahap Observasi………... 33
4. Tahap Analisis dan Refleksi………... 33
E. Instrumen Penelitian………... 34
1.Lembar Observasi………... 34
2.Lembar Wawancara ………... 35
3.Lembar Tes………... 35
4.Catatan Lapangan……… ………... 35
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 35
1.Teknik Pengolahan Data………... 35
2.Analisis Data………... 38
G. Validasi Data………... 39
1.Trianggulasi………... 40
2.Member check... 40
3.Audit Trail … ………... 40
4.Expert Opinion ………... 41
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal………... 42
B. Paparan Data Tindakan………... 45
1. Paparan Data Tindakan Siklus I…………... 55
a. Paparan Data Perencanaan Siklus I………... 45
b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I…………... 46
c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I………... 51
d. Analisis dan Refleksi Siklus I………... 54
2.Paparan Data Tindakan Siklus II…... 61
a. Paparan Data Perencanaan Siklus II………... 61
b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II………... 62
c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus II………... 67
d. Analisis dan Refleksi Siklus II………... 69
3.Paparan Data Tindakan Siklus III….………... 73
a.Paparan Data Perencanaan Siklus III…………... 74
b.Paparan Data Pelaksanaan Siklus III………... 75
c.Paparan Data Hasil Belajar Siklus III...…………... 79
d.Analisis dan Refleksi Siklus III………... 81
C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru…………... 83
1.Paparan Pendapat Siswa………... 83
2.Paparan Pendapat Guru………... 84
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan alam (IPA) adalah pengetahuan tentang alam semesta dan
segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang
diketahui oleh manusia. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu
upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk memahami hakikat IPA:
produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang
ada di dalam masyarakat untuk pengembangan sikap dan tindakan berupa aplikasi
IPA yang positif. Menurut Mariana (PPPPTK 1PA, 2009:6) tujuan pendidikan
sains dewasa ini mencakup lima dimensi, yaitu dimensi:
1. Pengetahuan dan pemahaman (scientific information
2. Penggalian dan penemuan (exploring and discovering; scientific processes) Keterampilan yang harus diajarkan mencakup: mengamati, mendeskripsikan, mengklasifikasi dan mengorganisasikan, mengkomunikasikan.
3. Imaginasi dan kreativitas menghasilkan gambaran mental, mengkombinasikan objek dan gagasan dengan cara-cara baru, memecahkan masalah dan teka-teki, menghasilkan ide/gagasan yang tidak biasa.
4. Sikap dan nilai
Mengambil keputusan dengan didasari oleh nilai-nilai individu, sosial, dan isu-isu lingkungan.
5. Penerapan
Mampu mengidentifikasi hubungan konsep IPA dalam penggunaannya dengan kehidupan sehari-hari; memahami prinsif-prinsif ilmiah dan teknologi.
Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif
tentang alam semesta dan isinya. IPA merupakan mata pelajaran yang perlu
diajarkan di sekolah dasar dan merupakan bagian dari kurikulum suatu sekolah.
Menurut Winaputra (Tim PLPG, 2012: 133) alasanya dapat digolongkan menjadi
empat golongan yakni:
a. bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, banyak sekali bangsa tergantung pada bangsa itu dalam kemampuan bidang IPA.
c. IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan atau eksperimen yang dilakukan sendiri oleh siswa.
d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yang berpotensi dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dimuat dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang di dalamnya membahas
tentang gejala-gejala alam dan segala isinya yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
Mariana (PPPPTK 1PA, 2009:6) menyatakan bahwa.
Pendidikan IPA pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik untuk memahami hakikat sains (proses dan produk serta aplikasinya) mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati, dan ketekunan, serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif.
Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli dalam bidang pembelajaran IPA
saat ini, menekankan pada siswa daripada gurunya. Dengan upaya yang lebih
menekankan bagaimana siswa belajar, kita dapat melihat bahwa pembelajaran
IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif yang sangat dipengaruhi oleh
apa yang sebenarnya ingin dipelajari siswa. Dari pandangan ini, hasil belajar
bukan semata-mata bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan
dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati siswa dan
bagaimana siswa mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki
sebelumnya. Dengan demikian pendidikan IPA hendaknya memungkinkan peserta
didik mengembangkan potensi positif pada dirinya; dan membiarkan serta
memupuknya agar berkembang, walaupun berbeda tetapi harmonis satu dengan
yang lainnya.
Oleh karena itu dalam sistem pendidikan di Indonesia, kurikulum di dorong
agar peserta didik dapat berpikir secara benar seperti dalam kaidah dalam hakikat.
Berdasarkan Depdiknas (2006: 25) sebagai contoh tujuan pendidikan IPA di SD
yang tertuang dalam kurikulum, diarahkan untuk:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari
keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali
berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikanya dalam
kehidupan mereka. Ini tentunya sangat ditunjang dengan berkembang dan
meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi, mengambil
keputusan dan mengkaji berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan
dalam dirinya dan masyarakatnya. Bila pembelajaran IPA diarahkan kepada
tujuan seperti itu, dapat diharapkan bahwa pendidikan IPA Sekolah Dasar dapat
memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa.
Untuk dapat mencapai tujuan itu, pendidikan IPA di Sekolah Dasar
khususnya dihadapkan kepada berbagai permasalahan seperti kurangnya fasilitas,
buku dan sarana prasarana lainnya serta kualitas sumberdaya manusianya,
sehingga hasil belajar yang diharapkan kurang maksimal. Aspek pokok dalam
pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan
mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan
akhirnya dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan mereka. Ini tentunya sangat
ditunjang dengan berkembang dan meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa
mengkaji informasi, mengambil keputusan dan mengkaji berbagai bentuk aplikasi
yang paling mungkin diterapkan dalam dirinya dan masyarakatnya. Bila
pembelajaran IPA diarahkan kepada tujuan seperti itu, dapat diharapkan bahwa
pendidikan IPA di SD dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam
Berdasarkan observasi, penerapan metode atau teknik yang tidak tepat pada
pembelajaran tersebut mengakibatkan siswa di tengah-tengah kegiatan mulai
terlihat jenuh karena siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa cenderung hanya menjadi pendengar saja, sehingga siswa
mulai beralih pada kegiatan masing-masing seperti mengobrol dan mengganggu
teman, bahkan ada siswa yang selalu bolak-balik ke depan kelas untuk sekedar
mengganggu temannya, siswa yang duduk di belakang tampak kurang
diperhatikan karena guru hanya berdiri di depan kelas.
Guru menjelaskan materi tersebut tidak diawali dengan apersepsi, guru tidak
berusaha memotivasi siswa agar terlibat dalam pembelajaran, tidak menggunakan
alat peraga dan melakukan eksperimen, metode yang digunakan ceramah dan
tanya jawab, sehingga hasil tes akhir yang diperoleh sebagaian besar siswa berada
di bawah nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Hal ini menyebabkan
suasana kelas menjadi tidak kondusif. Ketika siswa yang mengemukakan
pendapat, guru langsung menanggapinya, tidak memberi kesempatan pada siswa
lain untuk berpendapat. Diakhir kegiatan pembelajaran diadakan tes tulis untuk
mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disampaikan, setelah diperiksa ternyata banyak siswa yang mendapat nilai rendah.
Hal ini dimungkinkan karena siswa belum paham mengenai materi sifat-sifat
benda, sehingga ketika menemukan konteks baru, siswa belum mampu
menghubungkannya dengan materi yang sudah disampaikan. Untuk lebih jelasnya
hasil data awal siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan yang
dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2013, dalam pembelajaran IPA tentang
Tabel 1.1
Data Awal Hasil Belajar Siswa tentang Sifat-sifat Benda No Nama Siswa Soal Skor Nilai Interpretasi
1 2 3 4 5 Tuntas Belum
Tuntas (2) (2) (2) (3) (3)
1. Siti Mariam 2 2 1 1 2 8 66 √
2. Adi Muhamad S 2 2 2 1 2 9 75 √
3. Dewi Wulandari 1 2 1 2 1 7 58 √
4. Diyanah Faridah 2 2 2 2 1 9 75 √
5. Eneng Isfi Latifah 2 1 1 1 1 6 50 √
6. Fitriyani Faiziyana 2 2 1 1 2 8 66 √
7. Hesti Agnia 2 2 2 2 1 9 75 √
8. Mirna Alisah 1 1 1 1 1 5 41 √
9. Nina 1 2 2 2 2 9 75 √
10. Nur Siti isah 2 2 1 2 2 9 75 √
11. Rinrin Noviyanti 2 1 2 1 2 8 66 √
12. Ratna Yulianingsih 2 1 1 2 2 8 66 √
13. Reza Sopiandi 0 1 1 1 1 4 33 √
14. Rina Nurcahyani 1 2 1 1 2 7 58 √
15. Sifa Sania Mutiara 2 2 2 2 2 10 83 √
16. Shaehan Rifki F 2 2 2 2 2 10 83 √
17. Taopik Hidayat 1 2 1 1 2 7 58 √
18. Tintin 2 1 2 1 2 8 66 √
19. Thiara Putri P 2 1 1 1 1 6 50 √
20 Vina Nurfitri 2 1 1 1 1 6 50 √
21. Alfadra Rayhan K 2 2 1 2 2 9 75 √
Jumlah 1211
Rata-rata 57.66 8 13
Persentase 39% 61%
Dari 21 orang siswa kelas IV diperoleh data hasil tes akhir adalah yang
memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak delapan orang siswa (39%) dan yang di
bawah nilai 70 sebanyak 13 orang siswa (61%). Dari hasil analisis proses dan
hasil belajar siswa di atas, maka dipandang perlu mengambil suatu tindakan untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar. Sebagai acuan dalam pelaksanaan
penelitian ini, peneliti menetukan target aspek aktivitas siswa yaitu 87%, Kinerja
Guru 90% dan ketuntasan siswa dapat mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan
Minimal (70) adalah 18 orang atau 90%.
Setelah mengalisis faktor penyebab kurang berhasilnya pembelajaran tentang
mengatasinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu diadakan
perbaikan, baik dari aspek kinerja guru maupun aktivitas siswa, sehingga hasil
belajar siswa akan mengalami perubahan sesuai dengan target yang telah
ditetapkan.
Upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut peneliti akan
menerapkan model siklus belajar (learning cycle), karena pandangan tentang
model belajar tersebut bukan hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa dan pembelajaran akan secara
berkelompok akan lebih bermakna, karena dalam hal ini permasalahan yang
dihadapi bisa diselesaikan secara bersama-sama.
Atas dasar itu penulis menerapkan model siklus belajar (learning cycle),
menurut Sujana (2009: 108) model siklus belajar (learning cycle), “Adalah sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang
biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya situasi
konflik pada sruktur kognitif siswa”. Model siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan fase penerapan
konsep. Sesuai dengan hasil analisis permasalahan yang terjadi dan didukung oleh
teori para ahli, maka dalam penelitian ini peneliti akan mengangkat judul
Penerapan Model Siklus Belajar (learning cycle) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada materi tentang Sifat-sifat Benda di Kelas IV SD Negeri
Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
B.Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana
penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA dengan
materi sifat-sifat benda di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan,
Kabuapten Sumedang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus
1. Bagaimana perencanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam
pembelajaran tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
2. Bagaimana pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam
pembelajaran tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang ?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan hasil belajar siswa setelah
menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran
tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan
Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka harus
dikembangkan model pembelajaran yang dapat menyelesaikan permasalahan.
Dalam penelitian ini, permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu siswa masih
mengalami kesulitan dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda. Dengan
demikian maka peneliti mengambil langkah dengan menerapkan model siklus
belajar (learning cycle). Pengertian model siklus belajar (learning cycle), menurut
Sujana (2009: 108) adalah “Sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian,
perlu diupayakan terjadinya situasi konflik pada sruktur kognitif siswa”. Model
siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase
klarifikasi, dan fase aplikasi.
Fajaroh (2003: 1) menjelaskan bahwa “Siklus belajar (learning cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat
pada pebelajar (student centered) yang merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan
(fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperanan aktif.
Alasan diterapkannya model siklus belajar (learning cycle) dapat mengatasi
1. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan mengakses pengalaman
tentang sifat-sifat benda dengan pengetahuan awal yang akan didapatnya.
2. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan mempunyai kesempatan
untuk melakukan kegiatan dalam menemukan konsep tentang sifat-sifat benda
yang mereka miliki.
3. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan melatih
mendemonstrasikan tentang sifat-sifat benda dan keterampilan-keterampilan
sains yang membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam.
Dengan model ini siswa lebih memahami suatu pembelajaran jika siswa
sendiri yang melakukan dan menemukan sendiri tentang suatu konsep. Dengan
begitu siswa pun akan merasakan kebermaknaan dari pembelajaran tersebut.
Model siklus belajar (learning cycle), mengarahkan siswa untuk secara aktif
membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan fisik maupun sosial. Siklus belajar yang digunakan dalam rencana
pembelajaran terdapat lima langkah, yaitu Engagement, Eksplorasi, Penjelasan,
Elaborasi dan Evaluasi. Setiap siklus, benar-benar ada proses akhir. Setelah
berakhir elaborasi, keterlibatan siklus belajar berikutnya dimulai. Evaluasi bukan
[image:11.595.116.500.307.696.2]langkah terakhir. Evaluasi terjadi dalam semua empat bagian dari siklus belajar.
Deskripsi dari setiap fase menurut Bybee (Fajaroh, 2003: 18) fase-fase dalam
model siklus belajar (learning cycle) adalah sebagai berikut.
a. Engagement (Persiapan). b. Exploration (eksplorasi) c. Explanation (penjelasan) d. Elaboration (elaborasi) e. Evaluation (evaluasi)
Penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA di
sekolah dasar, yaitu siswa melakukan percobaan sederhana di bawah bimbingan
guru yang diawali dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan percobaan dengan memberikan pengalaman fisik dan interaksi sosial
dengan teman dan guru, kemudian siswa mengatasi permasalahan yang muncul
sehingga mereka dapat memecahkan masalahnya sendiri dengan konsep awal
yang mereka miliki sebelumya. Adapun alasan dan manfaat diterapkannya model
siklus belajar adalah:
1. Model siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan
pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri
dengan penguasaan konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep.
2. Model siklus belajar menggunakan tipe empirik-induktif dalam pengajaran
yang menggambarkan sebuah strategi yang dapat memberi siswa
kesinambungan terhadap konsep-konsep yang menjembatani disiplin IPA dan
teknologi.
3. Model siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada siswa yang
diperlukan untuk mengembangkan penguasaan konsep.
4. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dengan teman-temannya.
5. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan konsep atau gagasan yang telah mereka miliki dan menguji
serta mendiskusikan gagasan tersebut secara terbuka.
6. Model siklus belajar memudahkan siswa memahami konsep yang diajarkan.
Mereka memperoleh pengalaman nyata yang diperlukan untuk
Dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan penerapan
model siklus belajar, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar,
yang dapat diwujudkan dalam bentuk aktivitas yang beragam seperti mendengar,
melihat, mencium, meraba, merasakan dan mengolah ide serta kegiatan lainnya.
Semua aktivitas tersebut dapat dikembangkan melalui penggunaan lembar kerja
siswa (LKS).
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang
sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang
Selatan Kabupaten Sumedang. Adapun tujuan yang lebih khusus adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui perencanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam
pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri
Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
2. Mengetahui pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam
pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri
Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
3. Mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri
Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan
menerapkan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA
tentang sifat-sifat benda.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca
pada umumnya dan khususnya:
1) Bagi siswa, menumbuhkan perhatian, keaktifan, kerjasama, pengalaman
belajar yang lebih bermakna, mengembangkan kreativitas dan keterampilan
berpikir siswa dalam menemukan dan membangun sendiri konsep yang
2) Bagi guru, meningkatkan keterampilan dalam mengelola perencanaan
pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dan
meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan
3) Bagi Sekolah, memberikan masukan positif terhadap proses peningkatan
kualitas pembelajaran di sekolah sebagai salah satu stimulus motivasi bagi
kegiatan pembelajaran lain yang berlangsung di sekolah.
D.Batasan Istilah
1. Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sitematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman perancang dalam
merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Indrawati, 2008: 28).
2. Siklus Belajar (learning cycle), adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered) yang merupakan rangkaian
tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar
dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperanan aktif (Fajaroh, 2003).
3. Sifat-sifat Benda adalah segala sesuatu yang menjadi ciri benda tersebut agar mudah di identifikasi (Kemala, 2006)
4. Hasil Belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Dalam menentukan lokasi penelitian, penulis mempertimbangkan objek
penelitian itu sendiri dan mempertimbangan efektivitas serta efisiensi dalam
akomodasi pencarian data. Oleh karena itu lokasi penelitian tindakan ini dilakukan
di SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan yang di pimpin oleh Bapak
Asep Udin, S.Pd. Peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti memiliki
keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di
lingkungan tempat bekerja, sehingga mempermudah berkolaborasi dengan teman
sejawat. Selain itu, peneliti memilih lokasi tersebut karena hal-hal dibawah ini.
Pertama, karena adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas IV khususnya bidang studi IPA
tentang sifat-sifat benda.
Kedua, peneliti merupakan salah seorang tenaga pengajar di SD Negeri
Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, sehingga peneliti
lebih memahami keadaan sekolah, karakter siswa termasuk pembelajaran
berlangsung.
Ketiga, meskipun penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan intensif, tetapi
tidak mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru, sehingga peneliti tetap dapat
melaksanakan tugas mengajar sebagaimana mestinya.
Letak sekolah beralamat di Dusun Sabagi, Desa Ciherang Kecamatan
Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. Secara geografis letak bangunan
sekolah ini sangat strategis. Karena terletak di tengah-tengah pemukiman
masyarakat, dan letaknya yang dekat dengan pegunungan sekolah bernuansa
sejuk dan asri.
2. Waktu Penelitian
A.Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang penulis teliti ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Sabagi tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat
benda. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 21
terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan lima orang siswa laki-laki. Alasannya
antara lain sebagai berikut.
1. Peneliti memahami betul latar belakang dan kesulitan yang dihadapi oleh
siswa, kelas IV dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda.
2. Ingin meningkatkan pemahaman siswa kelas IV dalam pembelajaran
tentang sifat-sifat benda.
3. Motivasi belajar siswa sangat rendah karena pada saat proses pembelajaran,
guru tidak menggunakan media, sehingga siswa merasa jenuh dan cepat
bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Untuk lebih jelasnya berikut merupakan daftar jumlah siswa kelas IV SDN
[image:16.595.116.510.235.759.2]Sabagi yang dijadikan sebagai subjek penelitian.
Tabel 3.1
Daftar Jumlah Siswa Kelas IV SDN Sabagi
No Nama Siswa Jenis Kelamin
L P
1 Siti Mariam √
2 Adi M Shodik √
3 Dewi Wulandari √
4 Diyanah Faridah √
5 Eneng Lisfi Latifah √
6 Fitriyani F √
7 Hesti Agnia √
8 Mirna Alisah √
9 Nina √
10 Nur Siti isah √
11 Rinrin Noviyanti √
12 Ratna Y √
13 Reza Sopiandi √
14 Rina Nurcahyani √
15 Sifa Sania Mutiara √
16 Shaehan Rifki F √
17 Taopik Hidayat √
18 Tintin √
19 Thiara Putri Fadya √
20 Vina Nurfitri √
21 Alfadra Reyhan √
B.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian diawali oleh suatu kajian terhadap
problema tersebut secara sistematis. Dalam proses pelaksanaannya, dari rencana
yang disusun dilakukan observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai
masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada suatu tahapan
pelaksanaan. Penelitian tindakan kelas pertama kali dikenalkan oleh ahli psikologi
sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Adapun pengertian
dari PTK menurut Carr dan Kemmis (Wibawa, 2003: 7) adalah sebagai berikut
Suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekola) dalam situasi-situasi sosial (termasuk Pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) pratik-pratik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai pratik-pratik ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tenpat pratik-pratik tersebut dilaksanakan.
Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara
berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional,
mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan
efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada
komunitas guru.
Metode yang digunakan dalam pengolahan data dipenelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, sejalan pendapat Bogdan & Taylor (Moleong, 2007: 3)
mendefinisikan bahwa, “Metodologi kualitatif prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Sementara itu Kirk dan Miller (Moleong, 2007: 3) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah ”Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
Selain itu, pendekatan kualitatif mempunyai sejumlah ciri yang dapat
membedakan dari pendekatan lain, sehingga pendekatan kualitatif dapat dijadikan
pendekatan untuk mengolah data sesuai dengan karakteristik. Menurut pendapat
Moleong (2007: 4-8) karakteristik pendekatan kualitatif adalah.
Latar ilmiah, manusia sebagai instrumen, metode kualitatif, analisis secara induktif, teori dasar, deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, ada batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan kata, desain yang bersifat sementara, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa manusia sebagai
instrumen, dalam hal ini yang dijadikan subjek baik observer, peneliti dan subjek,
yang memungkinkan terciptanya sebuah penelitian, yang didasari oleh hasil
penelitian yang dibahas secara bersama-sama baik oleh peneliti maupun observer
yang menghasilkan dugaan sementara sebagai bahan acuan berhasilnya atau
tidaknya suatu penelitian, dalam hal ini siswa yang dijadikan sebagai subjek
penelitian.
2. Desain Penelitian
Pelaksanaan tindakan melalui model ini didasarkan atas pertimbangan
teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh dapat meningkatkan pemahaman
siswa tentang sifat-sifat benda. Kegiatan observasi atau pengamatan dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui data-data yang ada di lapangan serta
untuk mengetahui informasi tentang proses dan perubahan pemahaman siswa
tentang sifat-sifat benda, dengan menerapkan model siklus belajar (learning
cycle). Observasi tidak hanya dilakukan pada satu objek, melainkan berbagai
objek
Rancangan penelitian yang digunakan mengacu kepada model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 155) yaitu model
spiral yang dimulai dengan: 1) perencanaan (planning), 2) aksi/tindakan (acting),
3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting). Untuk lebih jelasnya,
rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat dilihat
Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral (Kemmis & Mc,Taggart dalam Kasbolah, 1999: 66)
Kasbolah (1999: 71-73) menjelaskan bahwa di dalam satu siklus atau
putaran terdiri dari empat komponen. Keempat komponen tersebut meliputi: (1)
perencanaan (planning), (2) aksi/tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan
(4) refleksi (reflecting).
1) Perencanaan
Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi, pengamatan terhadap data awal, menyusun strategi dan merancang strategi.
2) Perlakuan Tindakan
Tindakan mulai dilakukan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. 3) Pengamatan atau observasi
Hasil-hasil jawaban atau kegiatan siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya.
4) Refleksi
Kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.
Rencana awal Refleksi
Tindakan/
Observasi Rencana yg direvisi
Refleksi
Tindakan/ Observasi
Rencana yg direvisi
Refleksi
Hanya saja, sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya
sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang
(replanning) atau revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya. Selanjutnya,
berdasarkan perencanaan ulang tersebut, satu siklus diikuti dengan siklus
berikutnya sehingga PTK dapat dilakukan dengan beberapa siklus.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tahapan Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini perencanaan tindakan sesuai dengan rancangan penelitian yang
dikemukakan sebelumnya. Perencanaan siklus disesuaikan dengan keberhasilan
siswa dalam pembelajaran. Perencanaan siklus yang akan dilaksanakan pada
pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran menggunakan prosedur pembelajaran IPA tentang
sifat-sifat benda menerapakan model siklus belajar (learning cycle). Indikator
keberhasilan yang akan dicapai adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan
sifat-sifat benda.
b. Melakukan observasi pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan
menerapkan model siklus belajar (learning cycle), yang dilakukan oleh
peneliti dan praktikan. Sasaran observasi adalah keefektifan menerapkan
model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang
sifat-sifat benda pada siswa kelas IV.
c. Mengadakan penilaian terhadap hasil pembelajaran, dilanjutkan dengan
analisis data berdasarkan lembar observasi
d. Peneliti dan praktikan mengadakan diskusi (sharing) mengenai hasil
pembelajaran berdasarkan hasil observasi untuk melakukan perbaikan pada
tindakan selajutnya. Pada refleksi siklus I, peneliti menentukan rancangan
pembelajaran dengan menggunakan model yang sama untuk memperbaiki dan
2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, kegiatan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri Sabagi. Peneliti bersama-sama dengan guru kelas
tersebut melaksanakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan model
siklus belajar (learning cycle). Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai pada
siklus pertama, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3. Tahapan Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Peneliti mengadakan observasi selama pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan model siklus belajar. Dalam observasi ini peneliti menggunakan
instrumen pengumpul data yang telah ditentukan.
4. Tahapan Analisis dan Refleksi
Tahap analisis dan refleksi merupakan tahap kegiatan untuk menganalisis, interprestasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap suatu informasi yang diperoleh
selama pelaksanaan tindakan. Menurut Kasbolah, (1999: 70) “Informasi yang
berhasil didokumentasikan, selanjutnya perlu diurai, diuji dan dibandingkan
dengan pengalaman sebelumnya”. Informasi ini kemudian dikaitkan dengan teori
terkait atau hasil penelitian yang relevan. Hasil informasi atau data yang sudah
dianalisis, disintesisi, kemudian melalui proses refleksi akan ditarik sebuah
kesimpulan.
Dengan kegiatan refleksi ini, semua unsur dalam penelitian terjalin dan
terkoordianasi dengan baik, yaitu antara peneliti dengan praktikan sehingga semua
yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan yang cukup
berharga dan mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan
profesionalismenya. Pada akhirnya, kegiatan analisis dan refleksi dari setiap
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam setiap siklus, dapat mendorong
terjadinya upaya perbaikan pembelajaran.
Adapun langkah-langkah dari kegiatan analisis dan refleksi adalah sebagai
berikut.
a. Analisis, sintesis dan interprestasi terhadap semua informasi yang diperoleh
b. Melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan dan pencapaian
tujuan tindakan.
c. Memperbaiki proses pembelajaran yang dapat dilakukan dan pelayanan
pembelajaran secara berkelanjutan.
E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi
Observasi menurut Nasution (Sugiyono, 2005: 64) adalah ”dasar semua ilmu
pengetahuan berdasarkan fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Lembar pengamatan digunakan sebagai panduan dan berisi hal-hal pokok untuk dicermati pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung, lembar
pengamatan berbentuk format yang sudah diisi oleh pernyataan-pernyataan yang
ada kaitannya dengan hal-hal yang akan diteliti dan selanjutnya pengisian lembar
pengamatan tersebut cukup dengan memberikan tanda check (√) pada kolom yang
sudah tersedia tentang aspek yang diamati. Kegiatan ini dilakukan melalui
pengamatan, merekam dan mendokumentasikan kondisi kegiatan proses
pembelajaran, sikap dan interaksi siswa dalam keaktifan pembelajaran. Check list
merupakan alat observasi yang praktis untuk digunakan, sebab semua aspek yang
akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu.
2.Catatan Lapangan
Menurut Wiriaatmadja (2005: 125), catatan lapangan “memuat secara
deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah dan nuansa lainnya
yang merupakan kekuatan tersendiri dari penelitian yang beriklim kualitatif secara mendasar.”
Catatan lapangan merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa
yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru dan hal-hal
yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Catatan lapangan juga
merupakan salah satu wujud dari pengamatan yang digunakan untuk mencatat
data kualitatif, kasus-kasus yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan serta
untuk melukiskan suatu proses pelaksanan tindakan, yaitu catatan yang berisikan
digunakan untuk menjaring data yang dilihat, didengar dan diamati yang
selanjutnya digunakan untuk menentukan hasil analisis.
3. Pedoman Wawancara
Pengertian wawancara menurut Wiriaatmadja (2005: 117) adalah “sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
narasumber yang diinginkan. Wawancara dibutuhkan untuk memperoleh data yang hanya dapat diungkap secara lisan”.
Lembar wawancara adalah lembar yang digunakan untuk wawancara yang
berisi sejumlah pertanyaan untuk mengungkap aktivitas siswa dan guru pada saat
pembelajaran berlangsung. Dengan wawancara peneliti akan mendapatkan data
yang lebih luas dan dapat memunculkan pendapat baru mengenai bidang yang
diteliti.
4. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar merupakan alat pengukur. Teknik tes dalam penelitian ini
adalah teknik pengumpulan data yang hasilnya akan diolah dengan analisis
statistik. Menurut Sugiono (2005: 99), “Tes instrumen pengumpulan data untuk
mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran”. Adapun jenis tes yang digunakan adalah tes individual, yaitu tes yang dilakukan kepada siswa secara perorangan dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh tindakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda menerapakan
model siklus belajar. Adapun jenis lembar tes hasil belajar tersebut di atas adalah
berupa butir soal yang harus diselesaikan oleh siswa kelas IV SDN Sabagi
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
F.Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
a. Teknik Pengolahan Data Proses
Pengolahan data dimulai pada saat peneliti dan observer melakukan refleksi
dari setiap tindakan pada setiap siklusnya. Proses ini merupakan penentu baik atau
tidaknya proses PTK. Data yang akan dikumpulkan dari tindakan berupa data
evaluasi setelah selesai pembelajaran dan dari hasil kerja kelompok selama proses
pembelajaran, sedangkan data yang bersifat kualitatif, diperoleh dari hasil respon
anak didik berupa wawancara dan catatan lapangan. Sebelum data dianalisis,
peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan tiga kategori, yaitu: siswa
berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan
rendah. Pengelompokkan ini didasarkan pada ketentuan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dan pertimbangan hasil raport siswa.
Setelah dianalisis, hasil pengolahan data dapat digunakan untuk
menggambarkan perubahan yang terjadi, misalnya perubahan kinerja guru,
aktivitas siswa atau perubahan situasi di kelas. Berikut penjelasan mengenai
observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta tes hasil belajar.
Teknik yang digunakan untuk pengolahan data proses (kinerja guru dan
aktivitas siswa) yaitu dengan memberikan penilaian terhadap aspek ketepatan
konsep, aspek kerjasama dan tanggung-jawab. Masing-masing aspek mempunyai
skala nilai 3-2-1-0. Siswa mendapat nilai 3 apabila semua indikator dilaksanakan,
siswa mendapat nilai 2 apabila hanya 2 indikator yang dilaksanakan, siswa
mendapat skor 1 apabila hanya indikator yang dilaksanakan, sedangkan siswa
mendapat skor 0 apabila tidak ada indikator yang dilaksanakan.
1. Pengolahan data observasi
Data observasi diolah berdasarkan hasil aktivitas siswa dan kinerja guru ketika
berlangsungnya proses pembelajaran sifat-sifat benda setiap siklusnya.
2. Pengolahan data wawancara
Hasil wawancara diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan praktisi dan
siswa dalam kegiatan pembelajaran tentang materi sifat-sifat benda dengan
menerapkan model siklus belajar (learning cycle).
Secara rinci proses pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini akan
dilakukan melalui tahapan pengumpulan, kemuadian diolah dan dianalisis.
Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian
sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Teknik pengolahan data yang
digunakan yaitu bersifat kualitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari
menggunakan alat berupa lembar wawancara dan catatan lapangan. Adapun
rentang nilai data proses yang digunakan dalam peneliti adalah sebagai berikut.
Rentang Nilai
B (Baik) = Skor 7-9
C (Cukup) = Skor 4-6
K (Kurang) = Skor 0-3
b. Pengolahan data tes hasil belajar
Sedangkan pengolahan data hasil dilakukan melalui hasil tes tentang materi
sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle),
secara individu. Pengolahannya adalah tiap nomor penilaian tersebut diberi
skor yang berbeda tergantung kedalaman materinya. Selanjutnya untuk
mendapat nilai, tiap skor yang diperoleh, dibagi skor ideal dan dikali 100.
1) Pengolahan data tes hasil belajar
Hasil tes dianalisis berdasarkan jawaban kelompok atas (siswa pintar),
kelompok menengah (siswa sedang), dan kelompok bawah (siswa kurang).
Untuk membedakan tingkat penguasaan materi di tiap siswa, maka dilakukan
pengelompokan dengan ketentuan sebagai berikut.
Nilai 80- 100 = kelompok atas
Nilai 60 – 79 = kelompok sedang
Nilai 0- 59 = kelompok bawah.
2) Pengolahan data hasil berdasarkan KKM
Jumlah Soal = 5
Soal nomor 1, 2 dan 4 diberi skor 3
Soal nomor 3 diberi skor 2
Soal nomor 5 diberi skor 4
Jumlah Skor = 15
Skor Ideal = 15
Nilai Akhir : Skor yang diperoleh x 100 Skor Ideal
Contoh : Skor yang diperoleh Aji = 10
Skor idealnya adalah 15
Jadi nilainya= 10 x 100 = 67 15
Batas ketuntasan berdasarkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
KKM Mata Pelajaran IPA: 70
Target ketuntasan = 86% anak didik telah memperoleh nilai 70 atau lebih. Itu
dapat diartikan jika nilai siswa berada di atas atau sama dengan KKM maka siswa
tersebut dapat dikatakan tuntas dan jika nilai siswa berada di bawah < KKM maka
dapat dikatakan belum tuntas. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila siswa
yang tuntas sudah mencapai 86% (Mastery Learning) dari jumlah siswa
keseluruhan.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (Sugiyono,
2005: 88), kesimpulan atau teori adalah:
Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif secara kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya, bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Analisis data dalam pelaksanaan penelitian kualitatif telah dilakukan sejak
pengumpulan informasi, maka sejak itulah analisis terhadap data yang ditemukan
dilakukan. Analisis data ini dilakukan oleh peneliti sejak awal, pada setiap aspek
kegiatan penelitian, yaitu pada waktu dilakukan pencatatan lapangan melalui
observasi akivitas anak didik serta kinerja guru dalam pembelajaran. Seorang
peneliti perlu memahami teknik analisis data yang tepat agar manfaat
G. Validasi Data
Validasi menurut Sugiyono (2005: 117), “merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek peneliti dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.” Menurut Sugiyono (2005: 127-129), validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu, dapat dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
b. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan adalah untuk mengetahui data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Sedangkan pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 170) dalam penelitian
tindakan kelas juga digunakan validasi data dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada peserta diskusi, dalam audit trail ini juga memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan.
b. Expert Opinion adalah pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian profesional. Dalam hal ini peneliti mengemukakan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan hambatan-hambatan yang ditemukan selama penelitian, dan meminta solusi bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang dipeoleh.
Semua validasi tersebut digunakan dalam penelitian ini, karena hal tersebut
akan lebih memperjelas dari hasil penelitian. Adapun validasi tersebut adalah:
1. Triangulasi
Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, kontruksi, atau analisis
dengan membandingkan hasil orang lain, misal mitra peneliti lain yang hadir dan
menyaksikan situasi yang sama. Peneliti memeriksa kebenaran data yang
diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra
peneliti secara kolaboratif tentang aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung. Selain itu wawancara dengan siswa, dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda
Sebagai contoh dalam kegiatan siklus I, masih banyak siswa yang belum
melakukan pengamatan tentang hasil diskusi tentang sifat-sifat benda dengan
serius, maka selaku peneliti mengadakan perbandingan dengan mitra peneliti
untuk membandingkan permasalahan yang dialami oleh siswa.
2. Member check
Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber.
Member check dilakukan untuk mengemukakan hasil temuan sementara untuk
memperoleh tanggapan, pendapat dari guru praktisi atau siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SDN
Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan menerapkan
model siklus belajar.
Sebagai contoh permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan siklus I,
dicek kebenarannya dengan guru praktisi atau wawancara dengan siswa baik
keuntungannya maupun kekurangannya untuk memperoleh kebenaran data yang
jelas dan benar adanya.
3. Audit trail
Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam
hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil
studi. Dalam kegiatannya peneliti, meminta bantuan kepada rekan sejawat atau
mitra peneliti untuk memeriksa kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang
dilakukan untuk menarik kesimpulan atau memeriksa catatan-catatan untuk
kegiatan selanjutnya, dilaksanakan ketika pelaksanakaan pembelajaran sudah
selesai. Peneliti mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpul data
dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing dan teman-teman mahasiswa.
Sebagai contoh permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan siklus I,
diperiksa dan dikonsultasikan dengan rekan-rekan peneliti, rekan guru atau
pengamat mitra peneliti lainnya dalam hal ini adalah kepala sekolah.
4. Expert Opinion
Expert Opinion adalah pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan
dosen yang berkepentingan serta kepada dosen pembimbing, sebagai tenaga
profesional yang membantu proses penelitian. Peneliti mengemukakan
temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan
hambatan-hambatan yang ditemukan selama penelitian, dan meminta solusi bagaimana cara
mengatasi hambatan-hambatan yang diperoleh.
Sebagai contoh hambatan-hambatan yang terjadi pada siklus I, selain
dikonsultasikan dengan rekan sejawat dan mitra penelitian, peneliti juga
mengkonsultasikan permasalahan tersebut kepada dosen pembimbing dan dosen
mata kuliah IPA mengenai data-data yang dipeoleh pada waktu pembelajaran,
baik itu data proses maupun data hasil belajar siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning
cycle) sehingga validasi data temuan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Semua tahapan validasi data pada penelitian ini dilakukan secara berurutan
dari siklus I sampai dengan siklus III sehingga data yang terkumpul betul-betul
bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya. Dari keempat teknik tersebut, maka
peneliti menggunakan semua teknik tersebut, agar mendapatkan data yang akurat
dan benar dalam proses pembelajaran tentang sifat-sifat benda dengan
menerapkan model siklus belajar (learning cycle) pada siswa kelas IV SDN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, mengenai kemampuan
siswa tentang mata pelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan
model siklus belajar (learning cycle), di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan
Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka peneliti dapat mengambil
beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dirangkum merupakan hasil
temuan selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan.
1. Kinerja Guru
1) Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan
menerapkan model siklus belajar (learning cycle) menunjukkan hasil yang
meningkat, hal ini dibuktikan dengan prilaku siswa yang awal pelajaran
perhatiannya kurang terfokus pada waktu pembelajaran. Adapun peningkatan
tentang perencanaan yang dipersipakan oleh guru yang terdiri dari aspek
menyiapkan RPP, menyiapkan media/alat peraga dan menyiapkan alat evaluasi
Adapun hasil perencanaan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tiga
indikator, tiap siklusnya mengalami peningkatan, dibuktikan pada siklus I
mencapai 55%, siklus II mencapai 88% dan siklus III mencapai 100% dari target
yang ditetapkan yaitu 90%.
Perencanaan sudah dilakukan oleh guru semaksimal mungkin, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model siklus belajar (learning
cycle), dapat meningkatkan hasil administrasi pembelajaran, dalam hal ini tugas
dan peranan guru dalam mempersiapkan perencanaan, media, instrumen
pembelajaran berdasarkan indikator yang ditetapkan dan alat evaluasi. Proses
kinerja guru yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasipun
mengalami peningkatan, yang asalnya guru jarang membuat RPP, pada waktu
mengadakan penelitian ada perubahan mengguanakan media yang sesuai, begitu
pula dengan evaluasi, sudah ada perubahan dengan disediakannya alat evaluasi
yang akan membantu proses pengolahan hasil evaluasi
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda
dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) mengalami peningkatan
tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi tiap siklus mengalami peningkatan,
terbukti pada waktu pelaksanaan dalam inti pembelajaran yang terdiri dari fase
persiapan, fase eksplorasi, fase penjelasan, fase elaborasi dan evaluasi, pada siklus
I, baru mencapai persentse 60.5%. Pada siklus II mencapai 89.16%, dan siklus III
100%, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami
peningkatan.
Sedangkan kinerja guru dalam aspek evaluasi atau kegiatan akhir pelajaran
yang terdiri dari tiga indikator, pada siklus I mencapai 55%, siklus II mencapai
88% dan siklus III mencapai 100% dari 90% target yang ditetapkan. Secara
keseluruhan aspek kinerja guru mengalami peningkatan tiap siklusnya, terbukti
pada waktu pelaksanaan siklus I, mencapai persentse 63% dengan interpretasi
cukup dari 90% yang ditetapkan. Pada siklus II mencapai 89% dengan
interpretasi baik, dan siklus III mencapai 100%, dengan interpretasi baik, dengan
demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami peningkatan
Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, dalam hal ini
guru dapat mengetahui perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah dan melakukan evaluasi secara akurat baik itu penilaian proses maupun
penilaian hasil belajar.
1. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat
benda, dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami
peningkatan tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi, terbukti pada waktu
(33%), sedangkan kategori cukup mencapai 9 orang (43%), kategori kurang
sebanyak 5 orang (24%). Pada waktu siklus II aktivitas siswa mencapai 13 orang
(62%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 8 orang (38%) yang mencapai
kategori cukup. Siklus III aktivitas siswa mencapai 19 orang (90%) yang
mencapai kategori baik, sedangkan 2 orang (10%) yang mencapai kategori cukup,
sedangkan termasuk kategori kurang pada siklus II dan III tidak ada. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam berkerja sama dan meningkatkan rasa
solidaritas terhadap teman kelompoknya., peningkatanpun terjadi dalam aktivitas
siswa dalam hal siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mau
berkomunikasi dengan teman kelompoknya, begitu pula dalam kerjasama siswa
dalam melakukan demonstrasi untuk membuktikan sifat-sifat benda,
menimbulkan keberanian dalam diri siswa untuk maju ke depan membacakan
hasil diskusi
3. Hasil Belajar
Kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, pada
siklus I siswa yang tuntas mencapai 13 orang atau 62% sedangkan yang belum
tuntas terdiri dari 8 orang atau 38%, dengan rata-rata kelas mencapai 64.80. Pada
siklus II siswa yang tuntas mencapai 17 orang atau 81% sedangkan yang belum
tuntas terdiri dari 4 orang atau 19%, dengan rata-rata kelas mencapai 81.95. Pada
siklus III siswa yang tuntas mencapai 20 orang atau 95% sedangkan yang tidak
tuntas terdiri dari 1 orang atau 5%, dengan rata-rata kelas mencapai 92.95 dari
target keberhasilan adalah 85% dari KKM yaitu 70. Sehingga nampak adanya
suatu peningkatan dalam proses pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada
siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
Dapat disimpulkan bahwa siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan
hasil pembelajaran siswa, terutama dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat
B. Saran
Dengan memperhatikan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas
mengenai penerapan siklus belajar (learning cycle), untuk meningkatkan hasil
belajar siswa tentang sifat-sifat benda, di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sabagi,
adapun saran sebagai implikasi yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru SD
a. Hendaknya menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai
pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).
b. Hendaknya guru memperbaharui pelaksanaan pembelajaran IPA tentang
sifat-sifat benda dengan menerapkan siklus belajar (learning cycle).
c. Seyogyanya ada inovasi pembelajaran yang sesuai dengan fasilitas dan
kemampuan siswa.
2. Bagi siswa SD
a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk mampu membuktikan
tentang sifat-sifat benda dalam kehidupan sehari-hari.
b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa
terlatih mengungkapkan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban.
3. Bagi sekolah
a. Seyogyanya ada dukungan dan bantuan fasilitas yang mendukung
pembelajaran.
b. Hendaknya menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang dapat
menumbuhkan minat masing-masing siswa.
c. Hendaknya sekolah menggali bakat dan potensi dalam diri siswa melalui
pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menggunakan media
pembelajaran yang tepat.
4. Bagi Peneliti
a. Model siklus belajar (learning cycle),digunakan untuk materi lain yang
sesuai dengan materi tentang sifat-sifat benda.
b. Dicoba digunakan media lain yang dianggap cocok untuk pembelajaran
IPA tentang sifat-sifat benda. Misalnya menggunakan model kooperatif
5. Bagi Lembaga
a. Seyogyanya lembaga UPI memfasilitasi para mahasiswa yang sedang
melaksanakan penelitian.
b. Sebaiknya pihak lembaga menyediakan sumber-sumber yang mendukung
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / Model Silabus Kelas IV. Jakarta: BSNP
Fajaroh, F., Dasna, I.W. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas II Smu Negeri 1 Tumpang – Malang
Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.
Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta; PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.
Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya.
Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Kemala, dk (2006). Jelajah IPA Untuk Kelas Empat SD. Jakarta; Yudhistira
Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud
Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas
Sujana. (2009) “Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”. dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKNN)
Winataputra, (2012) “Hakekat IPA dan Pembelajaran IPA”. dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan SD/MI). Bandung: Tim PLPG Rayon 110 Universitas Pendidikan Indonesia