• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B.Perumusan dan Pemecahan Masalah... 6

1. Perumusan Masalah... 6

2. Pemecahan Masalah... 6

C.Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 10

1. Tujuan Penelitian... 10

2. Manfaat Penelitian... 10

D.Batasan Istilah... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ………... 12

B. Karakteristik Pembelajaran IPA SD…..……….. 14

C. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar……….. 15

1. Bahan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD………… 15

2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD………. 16

3. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran IPA……… 16

4. Prinsip Pembelajaran IPA di SD………. 17

5. Model-model Pembelajaran IPA di SD……….. 18

D.Model Pembelajaran Siklus Belajar ……… 19

1. Pengertian Siklus Belajar………. 19

2. Manfaat dan Kelemahan Model Siklus Belajar…....……... 20

3. Fase-fase Model Pembelajaran Siklus Belajar………..…….…. 21

E. Materi Sifat-sifat Benda………..……… 23

F. Temuan Hasil yang Relevan……… 24

G. Hipotesis Tindakan……….. 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... …... 27

1. Lokasi Penelitian………...……….. 27

(2)

D. Prosedur Penelitian………... 32

1. Tahap Perencanaan Tindakan………... 32

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan…………... 33

3. Tahap Observasi………... 33

4. Tahap Analisis dan Refleksi………... 33

E. Instrumen Penelitian………... 34

1.Lembar Observasi………... 34

2.Lembar Wawancara ………... 35

3.Lembar Tes………... 35

4.Catatan Lapangan……… ………... 35

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 35

1.Teknik Pengolahan Data………... 35

2.Analisis Data………... 38

G. Validasi Data………... 39

1.Trianggulasi………... 40

2.Member check... 40

3.Audit Trail … ………... 40

4.Expert Opinion ………... 41

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal………... 42

B. Paparan Data Tindakan………... 45

1. Paparan Data Tindakan Siklus I…………... 55

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I………... 45

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I…………... 46

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I………... 51

d. Analisis dan Refleksi Siklus I………... 54

2.Paparan Data Tindakan Siklus II…... 61

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II………... 61

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II………... 62

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus II………... 67

d. Analisis dan Refleksi Siklus II………... 69

3.Paparan Data Tindakan Siklus III….………... 73

a.Paparan Data Perencanaan Siklus III…………... 74

b.Paparan Data Pelaksanaan Siklus III………... 75

c.Paparan Data Hasil Belajar Siklus III...…………... 79

d.Analisis dan Refleksi Siklus III………... 81

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru…………... 83

1.Paparan Pendapat Siswa………... 83

2.Paparan Pendapat Guru………... 84

(3)
(4)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan alam (IPA) adalah pengetahuan tentang alam semesta dan

segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang

diketahui oleh manusia. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu

upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk memahami hakikat IPA:

produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang

ada di dalam masyarakat untuk pengembangan sikap dan tindakan berupa aplikasi

IPA yang positif. Menurut Mariana (PPPPTK 1PA, 2009:6) tujuan pendidikan

sains dewasa ini mencakup lima dimensi, yaitu dimensi:

1. Pengetahuan dan pemahaman (scientific information

2. Penggalian dan penemuan (exploring and discovering; scientific processes) Keterampilan yang harus diajarkan mencakup: mengamati, mendeskripsikan, mengklasifikasi dan mengorganisasikan, mengkomunikasikan.

3. Imaginasi dan kreativitas menghasilkan gambaran mental, mengkombinasikan objek dan gagasan dengan cara-cara baru, memecahkan masalah dan teka-teki, menghasilkan ide/gagasan yang tidak biasa.

4. Sikap dan nilai

Mengambil keputusan dengan didasari oleh nilai-nilai individu, sosial, dan isu-isu lingkungan.

5. Penerapan

Mampu mengidentifikasi hubungan konsep IPA dalam penggunaannya dengan kehidupan sehari-hari; memahami prinsif-prinsif ilmiah dan teknologi.

Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif

tentang alam semesta dan isinya. IPA merupakan mata pelajaran yang perlu

diajarkan di sekolah dasar dan merupakan bagian dari kurikulum suatu sekolah.

Menurut Winaputra (Tim PLPG, 2012: 133) alasanya dapat digolongkan menjadi

empat golongan yakni:

a. bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, banyak sekali bangsa tergantung pada bangsa itu dalam kemampuan bidang IPA.

(5)

c. IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan atau eksperimen yang dilakukan sendiri oleh siswa.

d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yang berpotensi dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dimuat dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang di dalamnya membahas

tentang gejala-gejala alam dan segala isinya yang disusun secara sistematis yang

didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

Mariana (PPPPTK 1PA, 2009:6) menyatakan bahwa.

Pendidikan IPA pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik untuk memahami hakikat sains (proses dan produk serta aplikasinya) mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati, dan ketekunan, serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif.

Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli dalam bidang pembelajaran IPA

saat ini, menekankan pada siswa daripada gurunya. Dengan upaya yang lebih

menekankan bagaimana siswa belajar, kita dapat melihat bahwa pembelajaran

IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif yang sangat dipengaruhi oleh

apa yang sebenarnya ingin dipelajari siswa. Dari pandangan ini, hasil belajar

bukan semata-mata bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan

dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati siswa dan

bagaimana siswa mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki

sebelumnya. Dengan demikian pendidikan IPA hendaknya memungkinkan peserta

didik mengembangkan potensi positif pada dirinya; dan membiarkan serta

memupuknya agar berkembang, walaupun berbeda tetapi harmonis satu dengan

yang lainnya.

Oleh karena itu dalam sistem pendidikan di Indonesia, kurikulum di dorong

agar peserta didik dapat berpikir secara benar seperti dalam kaidah dalam hakikat.

Berdasarkan Depdiknas (2006: 25) sebagai contoh tujuan pendidikan IPA di SD

yang tertuang dalam kurikulum, diarahkan untuk:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

(6)

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari

keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali

berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikanya dalam

kehidupan mereka. Ini tentunya sangat ditunjang dengan berkembang dan

meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi, mengambil

keputusan dan mengkaji berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan

dalam dirinya dan masyarakatnya. Bila pembelajaran IPA diarahkan kepada

tujuan seperti itu, dapat diharapkan bahwa pendidikan IPA Sekolah Dasar dapat

memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa.

Untuk dapat mencapai tujuan itu, pendidikan IPA di Sekolah Dasar

khususnya dihadapkan kepada berbagai permasalahan seperti kurangnya fasilitas,

buku dan sarana prasarana lainnya serta kualitas sumberdaya manusianya,

sehingga hasil belajar yang diharapkan kurang maksimal. Aspek pokok dalam

pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan

mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan

akhirnya dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan mereka. Ini tentunya sangat

ditunjang dengan berkembang dan meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa

mengkaji informasi, mengambil keputusan dan mengkaji berbagai bentuk aplikasi

yang paling mungkin diterapkan dalam dirinya dan masyarakatnya. Bila

pembelajaran IPA diarahkan kepada tujuan seperti itu, dapat diharapkan bahwa

pendidikan IPA di SD dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam

(7)

Berdasarkan observasi, penerapan metode atau teknik yang tidak tepat pada

pembelajaran tersebut mengakibatkan siswa di tengah-tengah kegiatan mulai

terlihat jenuh karena siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses

pembelajaran. Siswa cenderung hanya menjadi pendengar saja, sehingga siswa

mulai beralih pada kegiatan masing-masing seperti mengobrol dan mengganggu

teman, bahkan ada siswa yang selalu bolak-balik ke depan kelas untuk sekedar

mengganggu temannya, siswa yang duduk di belakang tampak kurang

diperhatikan karena guru hanya berdiri di depan kelas.

Guru menjelaskan materi tersebut tidak diawali dengan apersepsi, guru tidak

berusaha memotivasi siswa agar terlibat dalam pembelajaran, tidak menggunakan

alat peraga dan melakukan eksperimen, metode yang digunakan ceramah dan

tanya jawab, sehingga hasil tes akhir yang diperoleh sebagaian besar siswa berada

di bawah nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Hal ini menyebabkan

suasana kelas menjadi tidak kondusif. Ketika siswa yang mengemukakan

pendapat, guru langsung menanggapinya, tidak memberi kesempatan pada siswa

lain untuk berpendapat. Diakhir kegiatan pembelajaran diadakan tes tulis untuk

mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

disampaikan, setelah diperiksa ternyata banyak siswa yang mendapat nilai rendah.

Hal ini dimungkinkan karena siswa belum paham mengenai materi sifat-sifat

benda, sehingga ketika menemukan konteks baru, siswa belum mampu

menghubungkannya dengan materi yang sudah disampaikan. Untuk lebih jelasnya

hasil data awal siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan yang

dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2013, dalam pembelajaran IPA tentang

(8)
[image:8.595.115.517.142.540.2]

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Belajar Siswa tentang Sifat-sifat Benda No Nama Siswa Soal Skor Nilai Interpretasi

1 2 3 4 5 Tuntas Belum

Tuntas (2) (2) (2) (3) (3)

1. Siti Mariam 2 2 1 1 2 8 66 √

2. Adi Muhamad S 2 2 2 1 2 9 75 √

3. Dewi Wulandari 1 2 1 2 1 7 58 √

4. Diyanah Faridah 2 2 2 2 1 9 75 √

5. Eneng Isfi Latifah 2 1 1 1 1 6 50 √

6. Fitriyani Faiziyana 2 2 1 1 2 8 66 √

7. Hesti Agnia 2 2 2 2 1 9 75 √

8. Mirna Alisah 1 1 1 1 1 5 41 √

9. Nina 1 2 2 2 2 9 75 √

10. Nur Siti isah 2 2 1 2 2 9 75 √

11. Rinrin Noviyanti 2 1 2 1 2 8 66 √

12. Ratna Yulianingsih 2 1 1 2 2 8 66 √

13. Reza Sopiandi 0 1 1 1 1 4 33 √

14. Rina Nurcahyani 1 2 1 1 2 7 58 √

15. Sifa Sania Mutiara 2 2 2 2 2 10 83 √

16. Shaehan Rifki F 2 2 2 2 2 10 83 √

17. Taopik Hidayat 1 2 1 1 2 7 58 √

18. Tintin 2 1 2 1 2 8 66 √

19. Thiara Putri P 2 1 1 1 1 6 50 √

20 Vina Nurfitri 2 1 1 1 1 6 50 √

21. Alfadra Rayhan K 2 2 1 2 2 9 75 √

Jumlah 1211

Rata-rata 57.66 8 13

Persentase 39% 61%

Dari 21 orang siswa kelas IV diperoleh data hasil tes akhir adalah yang

memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak delapan orang siswa (39%) dan yang di

bawah nilai 70 sebanyak 13 orang siswa (61%). Dari hasil analisis proses dan

hasil belajar siswa di atas, maka dipandang perlu mengambil suatu tindakan untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar. Sebagai acuan dalam pelaksanaan

penelitian ini, peneliti menetukan target aspek aktivitas siswa yaitu 87%, Kinerja

Guru 90% dan ketuntasan siswa dapat mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan

Minimal (70) adalah 18 orang atau 90%.

Setelah mengalisis faktor penyebab kurang berhasilnya pembelajaran tentang

(9)

mengatasinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu diadakan

perbaikan, baik dari aspek kinerja guru maupun aktivitas siswa, sehingga hasil

belajar siswa akan mengalami perubahan sesuai dengan target yang telah

ditetapkan.

Upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut peneliti akan

menerapkan model siklus belajar (learning cycle), karena pandangan tentang

model belajar tersebut bukan hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi

belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa dan pembelajaran akan secara

berkelompok akan lebih bermakna, karena dalam hal ini permasalahan yang

dihadapi bisa diselesaikan secara bersama-sama.

Atas dasar itu penulis menerapkan model siklus belajar (learning cycle),

menurut Sujana (2009: 108) model siklus belajar (learning cycle), “Adalah sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang

biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya situasi

konflik pada sruktur kognitif siswa”. Model siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan fase penerapan

konsep. Sesuai dengan hasil analisis permasalahan yang terjadi dan didukung oleh

teori para ahli, maka dalam penelitian ini peneliti akan mengangkat judul

Penerapan Model Siklus Belajar (learning cycle) untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada materi tentang Sifat-sifat Benda di Kelas IV SD Negeri

Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

B.Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana

penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA dengan

materi sifat-sifat benda di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan,

Kabuapten Sumedang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus

(10)

1. Bagaimana perencanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam

pembelajaran tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi

Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam

pembelajaran tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi

Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang ?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan hasil belajar siswa setelah

menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran

tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan

Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

2. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka harus

dikembangkan model pembelajaran yang dapat menyelesaikan permasalahan.

Dalam penelitian ini, permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu siswa masih

mengalami kesulitan dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda. Dengan

demikian maka peneliti mengambil langkah dengan menerapkan model siklus

belajar (learning cycle). Pengertian model siklus belajar (learning cycle), menurut

Sujana (2009: 108) adalah “Sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian,

perlu diupayakan terjadinya situasi konflik pada sruktur kognitif siswa”. Model

siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase

klarifikasi, dan fase aplikasi.

Fajaroh (2003: 1) menjelaskan bahwa “Siklus belajar (learning cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat

pada pebelajar (student centered) yang merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan

(fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan

berperanan aktif.

Alasan diterapkannya model siklus belajar (learning cycle) dapat mengatasi

(11)

1. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan mengakses pengalaman

tentang sifat-sifat benda dengan pengetahuan awal yang akan didapatnya.

2. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan mempunyai kesempatan

untuk melakukan kegiatan dalam menemukan konsep tentang sifat-sifat benda

yang mereka miliki.

3. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan melatih

mendemonstrasikan tentang sifat-sifat benda dan keterampilan-keterampilan

sains yang membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam.

Dengan model ini siswa lebih memahami suatu pembelajaran jika siswa

sendiri yang melakukan dan menemukan sendiri tentang suatu konsep. Dengan

begitu siswa pun akan merasakan kebermaknaan dari pembelajaran tersebut.

Model siklus belajar (learning cycle), mengarahkan siswa untuk secara aktif

membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan

lingkungan fisik maupun sosial. Siklus belajar yang digunakan dalam rencana

pembelajaran terdapat lima langkah, yaitu Engagement, Eksplorasi, Penjelasan,

Elaborasi dan Evaluasi. Setiap siklus, benar-benar ada proses akhir. Setelah

berakhir elaborasi, keterlibatan siklus belajar berikutnya dimulai. Evaluasi bukan

[image:11.595.116.500.307.696.2]

langkah terakhir. Evaluasi terjadi dalam semua empat bagian dari siklus belajar.

(12)

Deskripsi dari setiap fase menurut Bybee (Fajaroh, 2003: 18) fase-fase dalam

model siklus belajar (learning cycle) adalah sebagai berikut.

a. Engagement (Persiapan). b. Exploration (eksplorasi) c. Explanation (penjelasan) d. Elaboration (elaborasi) e. Evaluation (evaluasi)

Penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA di

sekolah dasar, yaitu siswa melakukan percobaan sederhana di bawah bimbingan

guru yang diawali dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan percobaan dengan memberikan pengalaman fisik dan interaksi sosial

dengan teman dan guru, kemudian siswa mengatasi permasalahan yang muncul

sehingga mereka dapat memecahkan masalahnya sendiri dengan konsep awal

yang mereka miliki sebelumya. Adapun alasan dan manfaat diterapkannya model

siklus belajar adalah:

1. Model siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan

pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri

dengan penguasaan konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep.

2. Model siklus belajar menggunakan tipe empirik-induktif dalam pengajaran

yang menggambarkan sebuah strategi yang dapat memberi siswa

kesinambungan terhadap konsep-konsep yang menjembatani disiplin IPA dan

teknologi.

3. Model siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada siswa yang

diperlukan untuk mengembangkan penguasaan konsep.

4. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerjasama dengan teman-temannya.

5. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan konsep atau gagasan yang telah mereka miliki dan menguji

serta mendiskusikan gagasan tersebut secara terbuka.

6. Model siklus belajar memudahkan siswa memahami konsep yang diajarkan.

Mereka memperoleh pengalaman nyata yang diperlukan untuk

(13)

Dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan penerapan

model siklus belajar, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar,

yang dapat diwujudkan dalam bentuk aktivitas yang beragam seperti mendengar,

melihat, mencium, meraba, merasakan dan mengolah ide serta kegiatan lainnya.

Semua aktivitas tersebut dapat dikembangkan melalui penggunaan lembar kerja

siswa (LKS).

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan

penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang

sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang

Selatan Kabupaten Sumedang. Adapun tujuan yang lebih khusus adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui perencanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam

pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri

Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

2. Mengetahui pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam

pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri

Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri

Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan

menerapkan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA

tentang sifat-sifat benda.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca

pada umumnya dan khususnya:

1) Bagi siswa, menumbuhkan perhatian, keaktifan, kerjasama, pengalaman

belajar yang lebih bermakna, mengembangkan kreativitas dan keterampilan

berpikir siswa dalam menemukan dan membangun sendiri konsep yang

(14)

2) Bagi guru, meningkatkan keterampilan dalam mengelola perencanaan

pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dan

meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

perencanaan

3) Bagi Sekolah, memberikan masukan positif terhadap proses peningkatan

kualitas pembelajaran di sekolah sebagai salah satu stimulus motivasi bagi

kegiatan pembelajaran lain yang berlangsung di sekolah.

D.Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sitematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman perancang dalam

merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Indrawati, 2008: 28).

2. Siklus Belajar (learning cycle), adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered) yang merupakan rangkaian

tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar

dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam

pembelajaran dengan jalan berperanan aktif (Fajaroh, 2003).

3. Sifat-sifat Benda adalah segala sesuatu yang menjadi ciri benda tersebut agar mudah di identifikasi (Kemala, 2006)

4. Hasil Belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam menentukan lokasi penelitian, penulis mempertimbangkan objek

penelitian itu sendiri dan mempertimbangan efektivitas serta efisiensi dalam

akomodasi pencarian data. Oleh karena itu lokasi penelitian tindakan ini dilakukan

di SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan yang di pimpin oleh Bapak

Asep Udin, S.Pd. Peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti memiliki

keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di

lingkungan tempat bekerja, sehingga mempermudah berkolaborasi dengan teman

sejawat. Selain itu, peneliti memilih lokasi tersebut karena hal-hal dibawah ini.

Pertama, karena adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk

memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas IV khususnya bidang studi IPA

tentang sifat-sifat benda.

Kedua, peneliti merupakan salah seorang tenaga pengajar di SD Negeri

Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, sehingga peneliti

lebih memahami keadaan sekolah, karakter siswa termasuk pembelajaran

berlangsung.

Ketiga, meskipun penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan intensif, tetapi

tidak mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru, sehingga peneliti tetap dapat

melaksanakan tugas mengajar sebagaimana mestinya.

Letak sekolah beralamat di Dusun Sabagi, Desa Ciherang Kecamatan

Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. Secara geografis letak bangunan

sekolah ini sangat strategis. Karena terletak di tengah-tengah pemukiman

masyarakat, dan letaknya yang dekat dengan pegunungan sekolah bernuansa

sejuk dan asri.

2. Waktu Penelitian

(16)

A.Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang penulis teliti ini adalah siswa kelas IV SD Negeri

Sabagi tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat

benda. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 21

terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan lima orang siswa laki-laki. Alasannya

antara lain sebagai berikut.

1. Peneliti memahami betul latar belakang dan kesulitan yang dihadapi oleh

siswa, kelas IV dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda.

2. Ingin meningkatkan pemahaman siswa kelas IV dalam pembelajaran

tentang sifat-sifat benda.

3. Motivasi belajar siswa sangat rendah karena pada saat proses pembelajaran,

guru tidak menggunakan media, sehingga siswa merasa jenuh dan cepat

bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Untuk lebih jelasnya berikut merupakan daftar jumlah siswa kelas IV SDN

[image:16.595.116.510.235.759.2]

Sabagi yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

Tabel 3.1

Daftar Jumlah Siswa Kelas IV SDN Sabagi

No Nama Siswa Jenis Kelamin

L P

1 Siti Mariam √

2 Adi M Shodik √

3 Dewi Wulandari √

4 Diyanah Faridah √

5 Eneng Lisfi Latifah √

6 Fitriyani F √

7 Hesti Agnia √

8 Mirna Alisah √

9 Nina √

10 Nur Siti isah √

11 Rinrin Noviyanti √

12 Ratna Y √

13 Reza Sopiandi √

14 Rina Nurcahyani √

15 Sifa Sania Mutiara √

16 Shaehan Rifki F √

17 Taopik Hidayat √

18 Tintin √

19 Thiara Putri Fadya √

20 Vina Nurfitri √

21 Alfadra Reyhan √

(17)

B.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode

penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian diawali oleh suatu kajian terhadap

problema tersebut secara sistematis. Dalam proses pelaksanaannya, dari rencana

yang disusun dilakukan observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai

masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada suatu tahapan

pelaksanaan. Penelitian tindakan kelas pertama kali dikenalkan oleh ahli psikologi

sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Adapun pengertian

dari PTK menurut Carr dan Kemmis (Wibawa, 2003: 7) adalah sebagai berikut

Suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekola) dalam situasi-situasi sosial (termasuk Pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) pratik-pratik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai pratik-pratik ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tenpat pratik-pratik tersebut dilaksanakan.

Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara

berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional,

mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan

efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada

komunitas guru.

Metode yang digunakan dalam pengolahan data dipenelitian ini adalah

deskriptif kualitatif, sejalan pendapat Bogdan & Taylor (Moleong, 2007: 3)

mendefinisikan bahwa, “Metodologi kualitatif prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Sementara itu Kirk dan Miller (Moleong, 2007: 3) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah ”Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

(18)

Selain itu, pendekatan kualitatif mempunyai sejumlah ciri yang dapat

membedakan dari pendekatan lain, sehingga pendekatan kualitatif dapat dijadikan

pendekatan untuk mengolah data sesuai dengan karakteristik. Menurut pendapat

Moleong (2007: 4-8) karakteristik pendekatan kualitatif adalah.

Latar ilmiah, manusia sebagai instrumen, metode kualitatif, analisis secara induktif, teori dasar, deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, ada batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan kata, desain yang bersifat sementara, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa manusia sebagai

instrumen, dalam hal ini yang dijadikan subjek baik observer, peneliti dan subjek,

yang memungkinkan terciptanya sebuah penelitian, yang didasari oleh hasil

penelitian yang dibahas secara bersama-sama baik oleh peneliti maupun observer

yang menghasilkan dugaan sementara sebagai bahan acuan berhasilnya atau

tidaknya suatu penelitian, dalam hal ini siswa yang dijadikan sebagai subjek

penelitian.

2. Desain Penelitian

Pelaksanaan tindakan melalui model ini didasarkan atas pertimbangan

teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh dapat meningkatkan pemahaman

siswa tentang sifat-sifat benda. Kegiatan observasi atau pengamatan dalam

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui data-data yang ada di lapangan serta

untuk mengetahui informasi tentang proses dan perubahan pemahaman siswa

tentang sifat-sifat benda, dengan menerapkan model siklus belajar (learning

cycle). Observasi tidak hanya dilakukan pada satu objek, melainkan berbagai

objek

Rancangan penelitian yang digunakan mengacu kepada model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 155) yaitu model

spiral yang dimulai dengan: 1) perencanaan (planning), 2) aksi/tindakan (acting),

3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting). Untuk lebih jelasnya,

rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat dilihat

(19)
[image:19.595.123.506.121.718.2]

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral (Kemmis & Mc,Taggart dalam Kasbolah, 1999: 66)

Kasbolah (1999: 71-73) menjelaskan bahwa di dalam satu siklus atau

putaran terdiri dari empat komponen. Keempat komponen tersebut meliputi: (1)

perencanaan (planning), (2) aksi/tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan

(4) refleksi (reflecting).

1) Perencanaan

Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi, pengamatan terhadap data awal, menyusun strategi dan merancang strategi.

2) Perlakuan Tindakan

Tindakan mulai dilakukan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. 3) Pengamatan atau observasi

Hasil-hasil jawaban atau kegiatan siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya.

4) Refleksi

Kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.

Rencana awal Refleksi

Tindakan/

Observasi Rencana yg direvisi

Refleksi

Tindakan/ Observasi

Rencana yg direvisi

Refleksi

(20)

Hanya saja, sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya

sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang

(replanning) atau revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya. Selanjutnya,

berdasarkan perencanaan ulang tersebut, satu siklus diikuti dengan siklus

berikutnya sehingga PTK dapat dilakukan dengan beberapa siklus.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahapan Perencanaan Tindakan

Dalam tahap ini perencanaan tindakan sesuai dengan rancangan penelitian yang

dikemukakan sebelumnya. Perencanaan siklus disesuaikan dengan keberhasilan

siswa dalam pembelajaran. Perencanaan siklus yang akan dilaksanakan pada

pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pembelajaran menggunakan prosedur pembelajaran IPA tentang

sifat-sifat benda menerapakan model siklus belajar (learning cycle). Indikator

keberhasilan yang akan dicapai adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan

sifat-sifat benda.

b. Melakukan observasi pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan

menerapkan model siklus belajar (learning cycle), yang dilakukan oleh

peneliti dan praktikan. Sasaran observasi adalah keefektifan menerapkan

model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang

sifat-sifat benda pada siswa kelas IV.

c. Mengadakan penilaian terhadap hasil pembelajaran, dilanjutkan dengan

analisis data berdasarkan lembar observasi

d. Peneliti dan praktikan mengadakan diskusi (sharing) mengenai hasil

pembelajaran berdasarkan hasil observasi untuk melakukan perbaikan pada

tindakan selajutnya. Pada refleksi siklus I, peneliti menentukan rancangan

pembelajaran dengan menggunakan model yang sama untuk memperbaiki dan

(21)

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, kegiatan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri Sabagi. Peneliti bersama-sama dengan guru kelas

tersebut melaksanakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan model

siklus belajar (learning cycle). Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai pada

siklus pertama, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3. Tahapan Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Peneliti mengadakan observasi selama pelaksanaan pembelajaran dengan

menerapkan model siklus belajar. Dalam observasi ini peneliti menggunakan

instrumen pengumpul data yang telah ditentukan.

4. Tahapan Analisis dan Refleksi

Tahap analisis dan refleksi merupakan tahap kegiatan untuk menganalisis, interprestasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap suatu informasi yang diperoleh

selama pelaksanaan tindakan. Menurut Kasbolah, (1999: 70) “Informasi yang

berhasil didokumentasikan, selanjutnya perlu diurai, diuji dan dibandingkan

dengan pengalaman sebelumnya”. Informasi ini kemudian dikaitkan dengan teori

terkait atau hasil penelitian yang relevan. Hasil informasi atau data yang sudah

dianalisis, disintesisi, kemudian melalui proses refleksi akan ditarik sebuah

kesimpulan.

Dengan kegiatan refleksi ini, semua unsur dalam penelitian terjalin dan

terkoordianasi dengan baik, yaitu antara peneliti dengan praktikan sehingga semua

yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan yang cukup

berharga dan mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan

profesionalismenya. Pada akhirnya, kegiatan analisis dan refleksi dari setiap

pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam setiap siklus, dapat mendorong

terjadinya upaya perbaikan pembelajaran.

Adapun langkah-langkah dari kegiatan analisis dan refleksi adalah sebagai

berikut.

a. Analisis, sintesis dan interprestasi terhadap semua informasi yang diperoleh

(22)

b. Melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan dan pencapaian

tujuan tindakan.

c. Memperbaiki proses pembelajaran yang dapat dilakukan dan pelayanan

pembelajaran secara berkelanjutan.

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi

Observasi menurut Nasution (Sugiyono, 2005: 64) adalah ”dasar semua ilmu

pengetahuan berdasarkan fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Lembar pengamatan digunakan sebagai panduan dan berisi hal-hal pokok untuk dicermati pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung, lembar

pengamatan berbentuk format yang sudah diisi oleh pernyataan-pernyataan yang

ada kaitannya dengan hal-hal yang akan diteliti dan selanjutnya pengisian lembar

pengamatan tersebut cukup dengan memberikan tanda check (√) pada kolom yang

sudah tersedia tentang aspek yang diamati. Kegiatan ini dilakukan melalui

pengamatan, merekam dan mendokumentasikan kondisi kegiatan proses

pembelajaran, sikap dan interaksi siswa dalam keaktifan pembelajaran. Check list

merupakan alat observasi yang praktis untuk digunakan, sebab semua aspek yang

akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu.

2.Catatan Lapangan

Menurut Wiriaatmadja (2005: 125), catatan lapangan “memuat secara

deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah dan nuansa lainnya

yang merupakan kekuatan tersendiri dari penelitian yang beriklim kualitatif secara mendasar.”

Catatan lapangan merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa

yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru dan hal-hal

yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Catatan lapangan juga

merupakan salah satu wujud dari pengamatan yang digunakan untuk mencatat

data kualitatif, kasus-kasus yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan serta

untuk melukiskan suatu proses pelaksanan tindakan, yaitu catatan yang berisikan

(23)

digunakan untuk menjaring data yang dilihat, didengar dan diamati yang

selanjutnya digunakan untuk menentukan hasil analisis.

3. Pedoman Wawancara

Pengertian wawancara menurut Wiriaatmadja (2005: 117) adalah “sebuah

dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari

narasumber yang diinginkan. Wawancara dibutuhkan untuk memperoleh data yang hanya dapat diungkap secara lisan”.

Lembar wawancara adalah lembar yang digunakan untuk wawancara yang

berisi sejumlah pertanyaan untuk mengungkap aktivitas siswa dan guru pada saat

pembelajaran berlangsung. Dengan wawancara peneliti akan mendapatkan data

yang lebih luas dan dapat memunculkan pendapat baru mengenai bidang yang

diteliti.

4. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan alat pengukur. Teknik tes dalam penelitian ini

adalah teknik pengumpulan data yang hasilnya akan diolah dengan analisis

statistik. Menurut Sugiono (2005: 99), “Tes instrumen pengumpulan data untuk

mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran”. Adapun jenis tes yang digunakan adalah tes individual, yaitu tes yang dilakukan kepada siswa secara perorangan dengan tujuan untuk mengetahui

pengaruh tindakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda menerapakan

model siklus belajar. Adapun jenis lembar tes hasil belajar tersebut di atas adalah

berupa butir soal yang harus diselesaikan oleh siswa kelas IV SDN Sabagi

Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

F.Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

a. Teknik Pengolahan Data Proses

Pengolahan data dimulai pada saat peneliti dan observer melakukan refleksi

dari setiap tindakan pada setiap siklusnya. Proses ini merupakan penentu baik atau

tidaknya proses PTK. Data yang akan dikumpulkan dari tindakan berupa data

(24)

evaluasi setelah selesai pembelajaran dan dari hasil kerja kelompok selama proses

pembelajaran, sedangkan data yang bersifat kualitatif, diperoleh dari hasil respon

anak didik berupa wawancara dan catatan lapangan. Sebelum data dianalisis,

peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan tiga kategori, yaitu: siswa

berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan

rendah. Pengelompokkan ini didasarkan pada ketentuan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) dan pertimbangan hasil raport siswa.

Setelah dianalisis, hasil pengolahan data dapat digunakan untuk

menggambarkan perubahan yang terjadi, misalnya perubahan kinerja guru,

aktivitas siswa atau perubahan situasi di kelas. Berikut penjelasan mengenai

observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta tes hasil belajar.

Teknik yang digunakan untuk pengolahan data proses (kinerja guru dan

aktivitas siswa) yaitu dengan memberikan penilaian terhadap aspek ketepatan

konsep, aspek kerjasama dan tanggung-jawab. Masing-masing aspek mempunyai

skala nilai 3-2-1-0. Siswa mendapat nilai 3 apabila semua indikator dilaksanakan,

siswa mendapat nilai 2 apabila hanya 2 indikator yang dilaksanakan, siswa

mendapat skor 1 apabila hanya indikator yang dilaksanakan, sedangkan siswa

mendapat skor 0 apabila tidak ada indikator yang dilaksanakan.

1. Pengolahan data observasi

Data observasi diolah berdasarkan hasil aktivitas siswa dan kinerja guru ketika

berlangsungnya proses pembelajaran sifat-sifat benda setiap siklusnya.

2. Pengolahan data wawancara

Hasil wawancara diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan praktisi dan

siswa dalam kegiatan pembelajaran tentang materi sifat-sifat benda dengan

menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

Secara rinci proses pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini akan

dilakukan melalui tahapan pengumpulan, kemuadian diolah dan dianalisis.

Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian

sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Teknik pengolahan data yang

digunakan yaitu bersifat kualitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari

(25)

menggunakan alat berupa lembar wawancara dan catatan lapangan. Adapun

rentang nilai data proses yang digunakan dalam peneliti adalah sebagai berikut.

Rentang Nilai

B (Baik) = Skor 7-9

C (Cukup) = Skor 4-6

K (Kurang) = Skor 0-3

b. Pengolahan data tes hasil belajar

Sedangkan pengolahan data hasil dilakukan melalui hasil tes tentang materi

sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle),

secara individu. Pengolahannya adalah tiap nomor penilaian tersebut diberi

skor yang berbeda tergantung kedalaman materinya. Selanjutnya untuk

mendapat nilai, tiap skor yang diperoleh, dibagi skor ideal dan dikali 100.

1) Pengolahan data tes hasil belajar

Hasil tes dianalisis berdasarkan jawaban kelompok atas (siswa pintar),

kelompok menengah (siswa sedang), dan kelompok bawah (siswa kurang).

Untuk membedakan tingkat penguasaan materi di tiap siswa, maka dilakukan

pengelompokan dengan ketentuan sebagai berikut.

Nilai 80- 100 = kelompok atas

Nilai 60 – 79 = kelompok sedang

Nilai 0- 59 = kelompok bawah.

2) Pengolahan data hasil berdasarkan KKM

Jumlah Soal = 5

Soal nomor 1, 2 dan 4 diberi skor 3

Soal nomor 3 diberi skor 2

Soal nomor 5 diberi skor 4

Jumlah Skor = 15

Skor Ideal = 15

Nilai Akhir : Skor yang diperoleh x 100 Skor Ideal

(26)

Contoh : Skor yang diperoleh Aji = 10

Skor idealnya adalah 15

Jadi nilainya= 10 x 100 = 67 15

Batas ketuntasan berdasarkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

KKM Mata Pelajaran IPA: 70

Target ketuntasan = 86% anak didik telah memperoleh nilai 70 atau lebih. Itu

dapat diartikan jika nilai siswa berada di atas atau sama dengan KKM maka siswa

tersebut dapat dikatakan tuntas dan jika nilai siswa berada di bawah < KKM maka

dapat dikatakan belum tuntas. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila siswa

yang tuntas sudah mencapai 86% (Mastery Learning) dari jumlah siswa

keseluruhan.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (Sugiyono,

2005: 88), kesimpulan atau teori adalah:

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif secara kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya, bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian kualitatif telah dilakukan sejak

pengumpulan informasi, maka sejak itulah analisis terhadap data yang ditemukan

dilakukan. Analisis data ini dilakukan oleh peneliti sejak awal, pada setiap aspek

kegiatan penelitian, yaitu pada waktu dilakukan pencatatan lapangan melalui

observasi akivitas anak didik serta kinerja guru dalam pembelajaran. Seorang

peneliti perlu memahami teknik analisis data yang tepat agar manfaat

(27)

G. Validasi Data

Validasi menurut Sugiyono (2005: 117), “merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek peneliti dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.” Menurut Sugiyono (2005: 127-129), validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu, dapat dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

b. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan adalah untuk mengetahui data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Sedangkan pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 170) dalam penelitian

tindakan kelas juga digunakan validasi data dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada peserta diskusi, dalam audit trail ini juga memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan.

b. Expert Opinion adalah pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian profesional. Dalam hal ini peneliti mengemukakan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan hambatan-hambatan yang ditemukan selama penelitian, dan meminta solusi bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang dipeoleh.

Semua validasi tersebut digunakan dalam penelitian ini, karena hal tersebut

akan lebih memperjelas dari hasil penelitian. Adapun validasi tersebut adalah:

1. Triangulasi

Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, kontruksi, atau analisis

dengan membandingkan hasil orang lain, misal mitra peneliti lain yang hadir dan

menyaksikan situasi yang sama. Peneliti memeriksa kebenaran data yang

diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra

peneliti secara kolaboratif tentang aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran

berlangsung. Selain itu wawancara dengan siswa, dengan tujuan untuk

mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda

(28)

Sebagai contoh dalam kegiatan siklus I, masih banyak siswa yang belum

melakukan pengamatan tentang hasil diskusi tentang sifat-sifat benda dengan

serius, maka selaku peneliti mengadakan perbandingan dengan mitra peneliti

untuk membandingkan permasalahan yang dialami oleh siswa.

2. Member check

Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber.

Member check dilakukan untuk mengemukakan hasil temuan sementara untuk

memperoleh tanggapan, pendapat dari guru praktisi atau siswa terhadap

pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SDN

Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan menerapkan

model siklus belajar.

Sebagai contoh permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan siklus I,

dicek kebenarannya dengan guru praktisi atau wawancara dengan siswa baik

keuntungannya maupun kekurangannya untuk memperoleh kebenaran data yang

jelas dan benar adanya.

3. Audit trail

Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam

hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil

studi. Dalam kegiatannya peneliti, meminta bantuan kepada rekan sejawat atau

mitra peneliti untuk memeriksa kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang

dilakukan untuk menarik kesimpulan atau memeriksa catatan-catatan untuk

kegiatan selanjutnya, dilaksanakan ketika pelaksanakaan pembelajaran sudah

selesai. Peneliti mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpul data

dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing dan teman-teman mahasiswa.

Sebagai contoh permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan siklus I,

diperiksa dan dikonsultasikan dengan rekan-rekan peneliti, rekan guru atau

pengamat mitra peneliti lainnya dalam hal ini adalah kepala sekolah.

4. Expert Opinion

Expert Opinion adalah pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan

(29)

dosen yang berkepentingan serta kepada dosen pembimbing, sebagai tenaga

profesional yang membantu proses penelitian. Peneliti mengemukakan

temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan

hambatan-hambatan yang ditemukan selama penelitian, dan meminta solusi bagaimana cara

mengatasi hambatan-hambatan yang diperoleh.

Sebagai contoh hambatan-hambatan yang terjadi pada siklus I, selain

dikonsultasikan dengan rekan sejawat dan mitra penelitian, peneliti juga

mengkonsultasikan permasalahan tersebut kepada dosen pembimbing dan dosen

mata kuliah IPA mengenai data-data yang dipeoleh pada waktu pembelajaran,

baik itu data proses maupun data hasil belajar siswa tentang pelaksanaan

pembelajaran sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning

cycle) sehingga validasi data temuan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Semua tahapan validasi data pada penelitian ini dilakukan secara berurutan

dari siklus I sampai dengan siklus III sehingga data yang terkumpul betul-betul

bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya. Dari keempat teknik tersebut, maka

peneliti menggunakan semua teknik tersebut, agar mendapatkan data yang akurat

dan benar dalam proses pembelajaran tentang sifat-sifat benda dengan

menerapkan model siklus belajar (learning cycle) pada siswa kelas IV SDN

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, mengenai kemampuan

siswa tentang mata pelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan

model siklus belajar (learning cycle), di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan

Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka peneliti dapat mengambil

beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dirangkum merupakan hasil

temuan selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan.

1. Kinerja Guru

1) Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan

menerapkan model siklus belajar (learning cycle) menunjukkan hasil yang

meningkat, hal ini dibuktikan dengan prilaku siswa yang awal pelajaran

perhatiannya kurang terfokus pada waktu pembelajaran. Adapun peningkatan

tentang perencanaan yang dipersipakan oleh guru yang terdiri dari aspek

menyiapkan RPP, menyiapkan media/alat peraga dan menyiapkan alat evaluasi

Adapun hasil perencanaan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tiga

indikator, tiap siklusnya mengalami peningkatan, dibuktikan pada siklus I

mencapai 55%, siklus II mencapai 88% dan siklus III mencapai 100% dari target

yang ditetapkan yaitu 90%.

Perencanaan sudah dilakukan oleh guru semaksimal mungkin, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model siklus belajar (learning

cycle), dapat meningkatkan hasil administrasi pembelajaran, dalam hal ini tugas

dan peranan guru dalam mempersiapkan perencanaan, media, instrumen

pembelajaran berdasarkan indikator yang ditetapkan dan alat evaluasi. Proses

kinerja guru yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasipun

mengalami peningkatan, yang asalnya guru jarang membuat RPP, pada waktu

(31)

mengadakan penelitian ada perubahan mengguanakan media yang sesuai, begitu

pula dengan evaluasi, sudah ada perubahan dengan disediakannya alat evaluasi

yang akan membantu proses pengolahan hasil evaluasi

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda

dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) mengalami peningkatan

tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi tiap siklus mengalami peningkatan,

terbukti pada waktu pelaksanaan dalam inti pembelajaran yang terdiri dari fase

persiapan, fase eksplorasi, fase penjelasan, fase elaborasi dan evaluasi, pada siklus

I, baru mencapai persentse 60.5%. Pada siklus II mencapai 89.16%, dan siklus III

100%, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami

peningkatan.

Sedangkan kinerja guru dalam aspek evaluasi atau kegiatan akhir pelajaran

yang terdiri dari tiga indikator, pada siklus I mencapai 55%, siklus II mencapai

88% dan siklus III mencapai 100% dari 90% target yang ditetapkan. Secara

keseluruhan aspek kinerja guru mengalami peningkatan tiap siklusnya, terbukti

pada waktu pelaksanaan siklus I, mencapai persentse 63% dengan interpretasi

cukup dari 90% yang ditetapkan. Pada siklus II mencapai 89% dengan

interpretasi baik, dan siklus III mencapai 100%, dengan interpretasi baik, dengan

demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami peningkatan

Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan

kemampuan guru dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, dalam hal ini

guru dapat mengetahui perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah dan melakukan evaluasi secara akurat baik itu penilaian proses maupun

penilaian hasil belajar.

1. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat

benda, dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami

peningkatan tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi, terbukti pada waktu

(32)

(33%), sedangkan kategori cukup mencapai 9 orang (43%), kategori kurang

sebanyak 5 orang (24%). Pada waktu siklus II aktivitas siswa mencapai 13 orang

(62%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 8 orang (38%) yang mencapai

kategori cukup. Siklus III aktivitas siswa mencapai 19 orang (90%) yang

mencapai kategori baik, sedangkan 2 orang (10%) yang mencapai kategori cukup,

sedangkan termasuk kategori kurang pada siklus II dan III tidak ada. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat

meningkatkan kreativitas siswa dalam berkerja sama dan meningkatkan rasa

solidaritas terhadap teman kelompoknya., peningkatanpun terjadi dalam aktivitas

siswa dalam hal siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mau

berkomunikasi dengan teman kelompoknya, begitu pula dalam kerjasama siswa

dalam melakukan demonstrasi untuk membuktikan sifat-sifat benda,

menimbulkan keberanian dalam diri siswa untuk maju ke depan membacakan

hasil diskusi

3. Hasil Belajar

Kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, pada

siklus I siswa yang tuntas mencapai 13 orang atau 62% sedangkan yang belum

tuntas terdiri dari 8 orang atau 38%, dengan rata-rata kelas mencapai 64.80. Pada

siklus II siswa yang tuntas mencapai 17 orang atau 81% sedangkan yang belum

tuntas terdiri dari 4 orang atau 19%, dengan rata-rata kelas mencapai 81.95. Pada

siklus III siswa yang tuntas mencapai 20 orang atau 95% sedangkan yang tidak

tuntas terdiri dari 1 orang atau 5%, dengan rata-rata kelas mencapai 92.95 dari

target keberhasilan adalah 85% dari KKM yaitu 70. Sehingga nampak adanya

suatu peningkatan dalam proses pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada

siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

Dapat disimpulkan bahwa siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan

hasil pembelajaran siswa, terutama dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat

(33)

B. Saran

Dengan memperhatikan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas

mengenai penerapan siklus belajar (learning cycle), untuk meningkatkan hasil

belajar siswa tentang sifat-sifat benda, di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sabagi,

adapun saran sebagai implikasi yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru SD

a. Hendaknya menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai

pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

b. Hendaknya guru memperbaharui pelaksanaan pembelajaran IPA tentang

sifat-sifat benda dengan menerapkan siklus belajar (learning cycle).

c. Seyogyanya ada inovasi pembelajaran yang sesuai dengan fasilitas dan

kemampuan siswa.

2. Bagi siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk mampu membuktikan

tentang sifat-sifat benda dalam kehidupan sehari-hari.

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa

terlatih mengungkapkan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban.

3. Bagi sekolah

a. Seyogyanya ada dukungan dan bantuan fasilitas yang mendukung

pembelajaran.

b. Hendaknya menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang dapat

menumbuhkan minat masing-masing siswa.

c. Hendaknya sekolah menggali bakat dan potensi dalam diri siswa melalui

pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menggunakan media

pembelajaran yang tepat.

4. Bagi Peneliti

a. Model siklus belajar (learning cycle),digunakan untuk materi lain yang

sesuai dengan materi tentang sifat-sifat benda.

b. Dicoba digunakan media lain yang dianggap cocok untuk pembelajaran

IPA tentang sifat-sifat benda. Misalnya menggunakan model kooperatif

(34)

5. Bagi Lembaga

a. Seyogyanya lembaga UPI memfasilitasi para mahasiswa yang sedang

melaksanakan penelitian.

b. Sebaiknya pihak lembaga menyediakan sumber-sumber yang mendukung

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / Model Silabus Kelas IV. Jakarta: BSNP

Fajaroh, F., Dasna, I.W. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas II Smu Negeri 1 Tumpang – Malang

Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta; PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya.

Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kemala, dk (2006). Jelajah IPA Untuk Kelas Empat SD. Jakarta; Yudhistira

Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud

Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas

Sujana. (2009) “Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”. dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKNN)

Winataputra, (2012) “Hakekat IPA dan Pembelajaran IPA”. dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan SD/MI). Bandung: Tim PLPG Rayon 110 Universitas Pendidikan Indonesia

Gambar

Tabel 1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa tentang Sifat-sifat Benda
Gambar 1.1. Fase-fase Siklus Belajar     Sumber Bybee (Fajaroh, 2005: 25)
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas IV  SDN Sabagi
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral

Referensi

Dokumen terkait

Rata- rata Persentase Manfaat Hasil Pengetahuan “Mengolah Hidangan Berbahan Terigu (Pasta)” Sebagai Kesiapan Cook Helper Berkaitan Dengan Tahap Persiapan ……… 82

Sosiologi: suatu pengantar.Yogyakarta.Raja Grafindo Persada.. Spradley, James

ANGGARAN PADA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UT ARA” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan.. dalam rangka menyelesaikan Pendidikan DIII

Kristal kalsium oksalat ini kemudian akan menempel di permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi

[r]

Diagram 3.17 Peningkatan Perencanaan, Pelaksanaan, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa dari Data Awal sampai Siklus III

[r]

Perbandingan Hasil Tes Kondisi Fisik dengan Ranking Prestasi ……….... Perbandingan Hasil Tes Anthropometrik dengan