• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PELATIH PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN BERMUSIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN MUSISI JALANAN Kasus di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PELATIH PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN BERMUSIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN MUSISI JALANAN Kasus di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar : 007/S//PLS/IV/2013

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERAN PELATIH PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN

BERMUSIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

KEMANDIRIAN MUSISI JALANAN

(Kasus di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

Yuka Martlisda Anwika

0900449

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERAN PELATIH PROGRAM

PELATIHAN KETERAMPILAN

BERMUSIK DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

KEMANDIRIAN MUSISI JALANAN

(Kasus di Rumah Musik Harry Roesli

(RMHR) Kota Bandung)

Oleh

Yuka Martlisda Anwika

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yuka Martlisda Anwika 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung)

(4)

ii Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik dalam Meningkatkan Motivasi dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus di Rumah Musik Harry

Roesli (RMHR) Kota Bandung).

(5)

iii Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan terstruktur, bagi pelatih agar dapat lebih memahami karakteristik musisi jalanan, bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih mendalam mengenai peran-peran lain yang dilakukan oleh seorang pelatih dalam pelatihan.

ABSTRACT

The Role of Trainer Musical Skill Training Program in Increase Motivation and Self-reliance of Street Musician (Case in Rumah Musik Harry Roesli (RMHR)

Bandung).

(6)

iv Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(7)

vi Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Konsep Pelatihan ... 10

1. Pengertian Pelatihan ... 10

2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ... 12

3. Prinsip-prinsip Pelatihan ... 14

4. Jenis-jenis Pelatihan ... 17

5. Manajemen Pelatihan ... 18

6. Pelatihan sebagai Satuan Pendidikan Luar Sekolah ... 21

B.Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 23

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ... 23

2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 24

3. Ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 25

4. Komponen Pendidikan Luar Sekolah ... 25

C.Konsep Peran ... 28

1. Pengertian Peran ... 28

2. Struktur Peran ... 29

3. Peran Pelatih dalam Pelatihan ... 29

D. Motivasi Belajar ... 32

(8)

vii Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pengertian Motivasi Belajar ... 34

3. Fungsi Motivasi Belajar ... 35

4. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 35

5. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar ... 37

E. Kemandirian Berkreasi... 38

1. Pengertian Kemandirian ... 38

2. Pengertian Kreativitas ... 39

3. Kemandirian dalam Berkreasi ... 40

4. Ciri-ciri Sikap Mandiri ... 40

5. Aspek-aspek Kemandirian ... 41

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 42

F. Konsep Ekonomi Kreatif... 43

1. Pengertian Ekonomi Kreatif ... 43

2. Pengertian Industri Kreatif ... 44

3. Pengembangan Ekonomi Kreatif ... 45

4. Subsektor Ekonomi Kreatif ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 53

1. Lokasi Penelitian ... 53

2. Subjek Penelitian ... 53

B.Desain Penelitian ... 55

1. Tahap Persiapan ... 55

2. Tahap Pelaksanaan ... 56

3. Tahap Pelaporan dan Penyelesaian ... 56

C.Metode Penelitian ... 57

D.Definisi Operasional ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 64

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 65

1. Penyusunan Kisi-kisi ... 65

2. Penyusunan Pedoman Wawancara ... 65

3. Penyusunan Pedoman Observasi ... 66

G.Teknik Pengumpulan Data ... 66

1. Observasi ... 67

2. Wawancara ... 69

3. Studi Dokumentasi ... 71

4. Studi Kepustakaan ... 73

H.Analisis Data ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A.Gambaran Umum Rumah Musik Harry Roesli ... 76

B.Penyajian Data Kondisi Objektif Pelatihan keterampilan Bermusik di Rumah Musik Harry Roesli ... 86

(9)

viii Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Identitas Responden ... 88

2. Pendapat Informan ... 92

a) Peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli1 ... 93

b) Gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. ... 97

c) Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli ... 101

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

1. Peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli1 ... 103

2. Gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. ... 108

3. Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A.Kesimpulan ... 117

B.Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

ix Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

No Nama Tabel

4.1 Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Rumah Musik Harry Roesli ... 78 4.2 Sarana dan Prasarana di Rumah Musik Harry Roesli ... 80 4.3 Tenaga Pendidik dan Kependidikan dalam Program Pelatihan

Keterampilan Bermusik ... 87 4.4 Identitas Diri Responden ... 89 4.5 Pendapatan Musisi Jalanan Sebelum dan Setelah Mengikuti Pelatihan

(11)

x Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

No Nama Gambar

2.1 Hubungan Fungsional antar Komponen-komponen Pendidikan Luar

Sekolah ... 26

2.2 Gelombang Peradaban Ekonomi ... 46

4.1 Struktur Organisasi Rumah Musik Harry Roesli ... 82

(12)

xi Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat-surat dalam Proses Penelitian

b. Surat Permohonan Mengadakan Penelitian

c. Surat Usulan Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi d. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing e. Surat Permohonan Izin Penelitian

f. Surat Keterangan dari Lembaga 2. Lembar Bimbingan Skripsi 3. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

a. Kisi-kisi Penelitian b. Pedoman Wawancara c. Pedoman Observasi

4. Data Peserta Hasil Program Pelatihan Keterampilan Bermusik di Rumah Musik Harry Roesli Tahun 2009

5. Dokumentasi

(13)

1 Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan manusianya, salah satu jalan mencapai keberhasilan pembangunan manusianya yaitu melalui pendidikan. Secara sederhana UNESCO mendefinisikan pendidikan sebagai “Proses belajar mengajar yang terorganisir dan terus menerus yang dirancang untuk mengkomunikasikan perpaduan pengetahuan, skill, dan pemahaman yang bernilai untuk seluruh aktivitas hidup” (Jaervis, 1990 : 105) dalam Kamil (2012 : 4). Pendidikan memiliki makna yang lebih luas. Pendidikan tidak saja dilakukan pada ruang lingkup persekolahan (formal), namun dapat dilaksanakan di luar persekolahan (nonformal) dan keluarga (informal). Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Hal ini terutama karena secara konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, sebagaimana tercantum dalam Instruksi Presiden No.15 tahun 1974 dalam Kamil (2012 : 4), pengertian pelatihan dirumuskan sebagai berikut:

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori. Simamora (1995 : 287) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Pelatihan atau training

(14)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

behavior of those trained” (Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih). Sementara itu tujuan pelatihan yang dikemukakan oleh Edwin B.Flippo adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang (Kamil 2012 : 4). Sasaran pelatihan meliputi ruang lingkup luas, baik pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun pelatihan yang dilaksanakan oleh swasta atau pribadi. Semua itu tergantung pada pelatihan yang dilaksanakan. Salah satu sasaran pelatihan yang menjadi fokus penelitian ini yaitu musisi jalanan atau pengamen jalanan.

Musisi jalanan merupakan seniman musik yang berkarya di jalanan. Permasalahan yang dihadapi musisi jalanan diantaranya kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, perlindungan, kasih sayang, kesehatan, makanan, minuman dan pakaian, serta kurangnya memiliki wadah dalam mengapresiasikan bakat dan minatnya lebih dalam di bidang musik. Maka, diperlukannya program yang dapat sekaligus memandirikan musisi jalanan, dimana didalamnya terdapat pembinaan serta pelatihan skill musik bagi musisi jalanan yang gunanya untuk kepentingan mereka di kemudian hari dalam meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik. Salah satunya yaitu melalui suatu lembaga pelatihan, kursus dan pemberdayaan masyarakat yaitu Rumah Musik Harry Roesli.

Rumah Musik Harry Roesli atau yang dikenal sebagai RMHR merupakan salah satu lembaga kursus dan pelatihan yang berada di Bandung, tepatnya di Jalan Supratman. Rumah Musik Harry Roesli didirikan pada tahun 1980 oleh Bapak Harry Roesli dan para sahabat. Pendirian Rumah Musik ini berawal dari kecintaan beliau dan para sahabatnya akan musik dan nilai-nilai yang ada dalam musik tersebut dan atas rasa kepedulian beliau yang amat tinggi kepada para pengamen jalanan yang memiliki bakat dan minat didunia musik.

(15)

3

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melaksanakan pelatihan keterampilan bermusik khusus bagi para musisi jalanan berbakat dibidang musik. Program pelatihan ini mulai dilaksanakan pada tahun 1998 hingga berlangsung sekarang. Program pelatihan ini dilaksanakan sebagai program sosial dalam proses kemandirian musisi jalanan agar meningkatkan taraf hidupnya. Jumlah musisi jalanan yang telah dibina saat ini sebanyak 20 orang yang mayoritas berasal dari latar belakang musisi jalanan di Bandung. Musisi jalanan yang dibina berkisar antara umur 10 tahun hingga 35 tahun, yaitu 15 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.

Lembaga pelatihan ini telah memiliki nama yang besar di Bandung. Hal ini dikarenakan pendirinya adalah Bapak Harry Roesli sendiri yaitu seorang seniman besar di Bandung yang banyak berprestasi dibidang seni dan sekaligus Guru besar psikologi musik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung dan Universitas Pasundan, Bandung, melahirkan budaya musik kontemporer yang berbeda, komunikatif dan konsisten memancarkan kritik sosial khususnya dibidang musik. Inilah yang memperkuat nama Rumah Musik Harry Roesli dalam menarik musisi jalanan mengembangkan kreatifitasnya dan melahirkan musisi jalanan yang berbakat dalam bidang musik. Namun, Beliau meninggal di Jakarta, 11 Desember 2004 pada umur 53 tahun dan sekarang Rumah Musik beliau diteruskan oleh anak kembarnya yaitu Layala Roesli dan Lahami Roesli. Layala Roesli sebagai pengelola, penerus dan pengembang dalam pembinaan musisi jalanan melalui pelatihan keterampilan bermusik.

(16)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari 5 musisi jalanan yang dibina di Rumah Musik Harry Roesli. Kemudian, kemandirian musisi jalanan dapat dilihat dari faktor kepribadian dan pola pikir yang berubah dari sebelumnya. Faktor kepribadian yaitu lebih menjaga kebersihan tubuh dan peduli akan penampilan fisik, sedangkan faktor pola pikir yaitu yang dari awalnya merasakan enak dijalanan mendapatkan uang untuk makan hari itu tanpa memikirkan makan untuk esok hari dan malas sekolah, namun telah berubah untuk memikirkan bekal masa depan dan ingin mencapai tujuan-tujuan hidup.

Keberhasilan yang telah dicapai oleh musisi jalanan dari hasil binaan Rumah Musik Harry Roesli tidak terlepas dari kontribusi peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik. Jumlah pelatih yang ada di Rumah Harry Roesli saat ini sekitar 13 orang yang terdiri dari lulusan jurusan seni musik dari berbagai universitas di Bandung, yaitu UPI, UNPAD dan lain-lain, serta memiliki skill di bidang musik. Menurut Sudjana (2007 : 236) pada umumnya pelatih berperan sebagai pengelola pembelajaran melalui tiga fungsi pengelolaan pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dalam pelatihan. Pelatih melakukan pengelolaan pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap tujuan pelatihan, menguasai materi dan teknik penyampaian materi, pemahaman terhadap karakteristik peserta hingga mengevaluasi hasil belajar. Keberhasilan suatu pelatihan dipengaruhi oleh beberapa aspek, diantaranya adalah masukan sarana (instrumental input) berupa sumber belajar, masukan mentah (raw input) berupa peserta, masukan lingkungan (environment input) yaitu faktor lingkungan lokasi pelatihan, dan proses kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, sumber belajar atau pelatih lebih berperan penting dalam ketercapaiannya suatu tujuan pelatihan, karena sumber belajar atau pelatih berperan langsung dalam hal proses peningkatan kualitas perubahan sikap dan keterampilan, serta memfasilitasi peserta dalam proses pembelajaran.

(17)

5

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dipilihnya, maka menuju ke tahapan selanjutnya. Pelatih tidak hanya memberikan skill musik bagi musisi jalanan, namun juga membantu agar musisi jalanan dapat meningkatkan taraf hidupnya dan mandiri dalam berbagai aspek, khususnya aspek perekonomian, pola pikir dan kepribadian. Dalam hal pelaksanaan program pelatihan, musisi jalanan memiliki motivasi yang berbeda-beda dan ada pula musisi jalanan yang dibina mundur dan kembali ke jalanan. Hal ini karena sebagian peserta lebih memikirkan realistis untuk harus mendapatkan uang untuk makan dan kehidupan hari itu juga tanpa memikirkan bekal hidup dan masa depan. Namun ada pula yang bertahan mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan bermusik ini hingga sekarang dan sudah ada yang menjadi pelatih.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimanakah peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan yang diselenggarakan di Rumah Harry Roesli tersebut. Dengan ini, penulis mengajukan judul “ Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik dalam Meningkatkan Motivasi dan Kemandirian Musisi jalanan”sebagai judul skripsi yang akan penulis angkat. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Adapun identifikasi masalah berdasarkan beberapa fakta dilapangan, yaitu : 1. Musisi jalanan kurang memiliki wadah dalam mengembangkan bakat dan

minatnya dalam keahlian bermusik, sehingga hanya menggantungkan hidup dari jalanan.

2. Keberadaan Rumah Musik Harry Roesli yang berada di Jalan Supratman, Bandung sebagai wadah dan lembaga yang bergerak dibidang pelatihan, kursus dan pemberdayaan masyarakat melalui musik, salah satunya adalah melaksanakan pelatihan keterampilan bermusik bagi musisi jalanan yang berbakat di bidang musik.

(18)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Pelatihan ini dilaksanakan setiap dua kali seminggu selama 2 jam.

5. Jumlah musisi jalanan yang telah dibina saat ini sebanyak 20 orang yang mayoritas berasal dari latar belakang musisi jalanan di Bandung. Musisi jalanan yang dibina berkisar antara umur 10 tahun hingga 35 tahun, yaitu 15 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.

6. Musisi jalanan yang dibina di Rumah Musik Harry Roesli memiliki motivasi yang berbeda-beda dan ada pula musisi jalanan yang dibina mundur dan kembali ke jalanan. Hal ini karena sebagian peserta lebih memikirkan realistis untuk harus mendapatkan uang untuk makan dan kehidupan hari itu juga tanpa memikirkan bekal hidup dan masa depan. Namun ada pula yang bertahan mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan bermusik ini hingga sekarang dan sudah ada yang menjadi pelatih.

7. Pelatih memberikan keleluasaan bagi musisi jalanan untuk memilih jenis alat musik yang dipelajari berdasarkan minat dan bakat masing-masing dan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan jenis alat musik yang dipilih.

8. Pelatih membina ranah kognitif dan psikomotorik musisi jalanan dengan penyajian teori dan praktek. Dalam hal ini, praktek lebih dominan dilakukan langsung dengan jenis alat musik.

9. Sistem evaluasi yang dilaksanakan pelatih bertahap, mulai dari tingkat dasar, terampil dan ahli. Ketika musisi jalanan telah dapat menguasai teknik dasar alat musik yang dipilihnya, maka menuju ke tahapan selanjutnya. Apabila musisi jalanan belum juga menguasai suatu nada yang dimainkan dengan alat musik, maka pelatih memberikan kesempatan latihan pengulangan hingga bisa.

10.Pelatih selalu memberi PR (pekerjaan rumah) untuk musisi jalanan agar dapat latihan di rumah.

(19)

7

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12.Selain peningkatan skill bermusik, musisi jalanan yang dibina mampu mandiri dari sebelumnya. Terdapat indikasi adanya kemandirian dalam perubahan pola pikir, kepribadian dan faktor ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya pada musisi jalanan dari hasil binaan dan bimbingan pengelola program pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli.

Dari hasil perolehan identifikasi yang peneliti dapatkan di lapangan, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: “Bagaimana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan?”

Agar fokus penelitian lebih terarah dan memperjelas lingkup penelitian, maka peneliti merumuskan masalah sebagai pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli?

2. Bagaimana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli?

3. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli?

C. Tujuan Penelitian

(20)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan tentang gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli.

2. Untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan oleh pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli.

3. Untuk mengungkapkan tentang faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli.

D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitian dibagi atas dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pelatihan sebagai salah satu pendidikan luar sekolah, serta berkontribusi dalam pengembangan sumber daya manusia dalam sektor industri kreatif.

2. Manfaat Praktis (Operasional) a) Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pelatihan, khususnya pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli. Selain itu, menambah pemahaman peneliti tentang pengaruh peran pelatih program pelatihan demi tercapainya keberhasilan suatu pelatihan.

(21)

9

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan untuk pengembangan program, khususnya program pelatihan bagi para pelatih program, sehingga pelatihan yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan dirasakan manfaatnya.

c) Keilmuan

Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran dan informasi tentang peran pelatih program dalam penyelenggaraan suatu pelatihan, khususnya tentang pentingnya peran pelatih dalam penyelenggaraan pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli.

E. Struktur Organisasi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini adalah rencana sistematika penulisan penelitian. Peneliti membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari :

BAB I Pendahuluan berisikan uraian tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur Organisasi

(22)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menggambarkan tentang hasil penelitian yang meliputi : Gambaran umum Rumah Musik Harry Roesli, Penyajian Data Kondisi Objektif Pelatihan Keterampilan Bermusik di Rumah Musik Harry Roesli Hasil Penelitian, dan Pembahasan Hasil Penelitian

(23)

53 Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Lokasi penelitian tersebut merupakan tempat penelitian yang diharapkan mampu memberikan informasi yang peneliti butuhkan dalam penelitian yang diangkat. Adapun lokasi lokasi penelitian tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan, penelitian dilakukan di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR), yang bertempat di Jalan Supratman No. 59 Kota Bandung, Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2006 : 145) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Penentuan subjek penelitian atau sampel dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2007 : 301) mengemukakan bahwa:

(24)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan mendalam. Penentuan subjek penelitian atau responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling menurut Djam’an

Satori (2007 : 6) merupakan teknik pengambilan sampel yang ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu. Djam’an Satori (2007 : 6) menambahkan bahwa “purposive sampling sering disebut juga sebagai

judgement sampling, secara sederhana diartikan sebagai pemilihan sampel yang disesuaikan dengan tujuan tertentu”. Ciri-ciri khusus sampel purposive menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2007 : 301), yaitu sebagai berikut:

1) Adjustment Emergent sampling design/sementara2) Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snow ball) 3) Continuous or focusing of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan 4) Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh

Jadi, pengambilan subjek penelitian atau responden dengan menggunakan

purposive sampling dinyatakan cocok dengan masalah penelitian yang peneliti bahas, yaitu penentuan subjek didasarkan atas tujuan peneliti dalam mengungkap masalah yang diangkat dalam penelitian. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan orang yang dianggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti dalam menelusuri situasi yang diteliti.

(25)

55

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelatih sebagai subjek pendukung dalam membandingkan dan menyamakan data dan informasi yang diperoleh dari subjek atau responden utama yaitu lima musisi jalanan.

Pemilihan subjek penelitian atau responden berdasarkan orang yang dianggap paling tahu dan atas pertimbangan tertentu memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. maka, alasan pengambilan lima musisi jalanan sebagai subjek penelitian berdasarkan bahwa lima orang musisi jalanan merupakan anggota musisi jalanan yang telah lama belajar musik dalam program pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli yang telah memiliki karya dalam bermusik, yaitu dalam 57kustik dan OTW59 dan subjek diantaranya telah memiliki usaha sendiri membuat les privat dalam bermusik., serta juga menjadi pelatih membantu mengajar di Rumah Musik Harry Roesli. Subjek penelitian sebanyak lima orang ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi-informasi dan data yang lengkap dan terperinci tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan dari aspek yang akan diteliti, yaitu tentang gambaran peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik, gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan, serta mengungkap faktor pendorong dan penghambat pelatih dalam menjalankan peran. B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan gambaran perencanaan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian. Adapun desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti secara umum ada tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

(26)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dirancang dengan observasi awal dan melakukan wawancara dalam menemukan permasalahan yang akan diteliti dan selanjutnya menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengajukan proposal penelitian tentang peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung. Jadi, tujuan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peran yang dilakukan pelatih dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan. Selanjutnya, peneliti mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perizinan untuk penelitian ke Rumah Musik Harry Roesli. 2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan merupakan tahapan peneliti untuk melakukan penelitian ke lapangan dengan memasuki situasi dan kondisi lapangan. Pada tahapan ini, peneliti berperan dalam mengumpulkan data dengan pedoman wawancara dan pedoman observasi, serta studi dokumentasi dan studi pustaka untuk melengkapi data penelitian. Pedoman wawancara dan pedoman observasi telah dirancang sebelumnya dalam aspek-aspek yang akan diteliti di lapangan, yaitu mengajukan pertanyaan dan mengamati tentang peran pelatih, gambaran motivasi belajar dan kemandirian musisi jalanan, serta faktor pendorong dan penghambat pelatih dalam menjalankan peran. 3. Tahap Pelaporan dan Penyelesaian

(27)

57

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Maka, metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir dalam ilmiah untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian untuk memperoleh tujuan penelitian yang dipergunakan untuk suatu hal tertentu. Dengan adanya metode penelitian, maka akan mempermudah peneliti dalam hal memperoleh data dan mencapai tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, Metode yang digunakan peneliti menggunakan metode deskriptif dan melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya dan dideskripsikan dalam bentuk narasi. Hal ini diperjelas oleh Sugiono (2007:15), yang mengartikan metode penelitian kualitatif, sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.

(28)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penulis teliti yaitu Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik dalam Meningkatkan Motivasi dan Kemandirian Musisi Jalanan. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian yang peneliti bahas yaitu memperoleh gambaran secara jelas dan mendalam tentang peran pelatih dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian musisi jalanan.

D. Definisi Operasional

Untuk memahami secara lebih jelas tentang permasalahan penelitian dan agar tidak terjadi salah pengertian, maka penulis menjelaskan beberapa definisi operasional sebagai berikut:

1. Pelatihan

Pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu (Simamora, 1995 : 287). Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli.

2. Peran Pelatih

(29)

59

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

materi, pemahaman terhadap karakteristik peserta hingga mengevaluasi hasil belajar. Indikator peran pelatih dalam 3 (tiga) fungsi tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Sudjana, 2007) :

a) Fungsi Perencanaan

Pelatih melakukan pengelolaan pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap :

1) Tujuan pelatihan, baik itu tujuan umum maupun khusus perlu dipahami oleh pelatih untuk mengarahkan perubahan peserta pelatihan sehingga memiliki perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan tersebut.

2) Karakteristik peserta pelatihan, karakteristik tersebut mencakup ciri-ciri internal maupun eksternal peserta pelatihan. Karakteristik internal adalah ciri-ciri psikis (seperti kebutuhan, potensi, minat dan pengalaman), ciri-ciri fisik (usia, jenis kelamin, tinggi, berat badan, dan kondisi kesehatan) dan ciri-ciri fungsional (pekerjaan, tugas, kegiatan, status dalam pekerjaan, dan status sosial). Sedangkan karakteristik eksternal mencakup lingkungan kerja, status sosial ekonomi keluarga, teman bergaul, dan sebagainya. Oleh karena itu dalam hal ini pelatih harus melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu.

3) Metode pembelajaran, teknik-teknik, dan media yang cocok digunakan dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat bervariasi antara satu pelatih dengan pelatih lainnya.

b) Fungsi Pelaksanaan

(30)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran dalam pelatihan.

c) Fungsi Penilaian

Dalam fungsi evaluasi pembelajaran pelatih memiliki kemampuan untuk menyusun alat evaluasi akhir, pengolahan, dan pelaporan hasil evaluasi pembelajaran. Alat evaluasi akhir dapat disusun sama atau setara dengan alat evaluasi awal pelatihan. Alat evaluasi akhir disusun berdasarkan materi pembelajaran yang telah diikuti peserta dalam pelatihan. alat evaluasi akhir berisi ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik serta nilai-nilai yang menjadi indikator perubahan perilaku peserta pelatihan.

Sedangkan menurut Hamalik (2007) pelatih dalam kegiatan pembelajaran pelatihan berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, fasilitator, peserta aktif, ekspeditur, perencana pembelajaran, pengawas, motivator, evaluator, konselor, dan sebagai penyelidik sikap dan nilai.

a) Peranan sebagai pengajar; Pelatih berperan menyampaikan pengetahuan dengan cara menyajikan berbagai informasi yang diperlukan berupa konsep-konsep, fakta, dan informasi lainnya yang memperkaya wawasan pengetahuan para peserta dengan cara melibatkan mereka secara aktif untuk mencari sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan.

b) Peranan sebagai pemimpin kelas; Pelatih berperan sebagai pemimpin kelas secara keseluruhan, pemimpin kelompok dan sekaligus sebagai anggota kelompok.

c) Peranan sebagai pembimbing; Pelatih perlu memberikan bantuan dan pertolongan kepada peserta yang mengalami kesulitan atau masalah khususnya dalam kegiatan belajar, yang pada gilirannya diharapkan peserta lebih aktif membimbing dirinya sendiri. Bentuk bimbingan tersebut dapat berupa pengarahan, motivasi, membantu memecahkan masalah, dan kegiatan bimbingan lainnya.

d) Peranan sebagai fasilitator; pelatih berperan menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan peserta belajar aktif. Fasilitas itu meliputi penyediaan alat, bahan, suasana yang merangsang dan menantang, pemberian masalah, sikap dan pribadi pelatih yang mengajak dan lain sebagainya. Dengan penataan lingkungan kelas yang baik, maka proses pembelajaran akan efektif.

(31)

61

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kondisi yang menyebabkan debat yang tak kunjung berakhir. Pelatih dapat berperan serta sebagai peserta dalam kelompok diskusi dengan cara memberikan informasi, mengarahkan pemikiran, menunjukkan jalan pemecahan, dan menunjukkan sumber-sumber yang diperlukan.

f) Peranan sebagai ekspeditor; pelatih juga melaksanakan peranan dengan melakukan pencarian, penjelajahan, dan penyediaan mengenai sumber-sumber yang diperlukan oleh kelas atau kelompok peserta, baik dari sumber-sumber tercetak, masyarakat, lembaga atau instansi lainnya yang menunjang kegiatan belajar peserta.

g) Peranan sebagai perencana pembelajaran; pelatih berperan menyusun perencanaan pembelajaran mulai dari rencana materi pelatihan, perencanaan harian, sampai dengan perencanaan satuan acara pertemuan. h) Peranan pelatih sebagai pengawas; pelatih harus mengawasi kelas terus

menerus speran proses pembelajaran senantiasa terarah, kendala-kendala yang dihadapi oleh peserta dapat segera ditanggulangi, disiplin kelas dapat dibina dengan baik, dan semua kegiatan berlangsung dengan tertib dan berhasil.

i) Peranan pelatih sebagai motivator; pelatih perlu terus menggerakkan motivasi belajar para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran maupun diluar kelas pada setiap kesempatan yang ada. j) Peranan pelatih sebagai evaluator; pelatih berkewajiban penilaian pada

awal pelatihan, selama berlangsungnya proses pembelajaran, dan pada akhir pelatihan, dengan cara memberikan tes tertulis, pertanyaan lisan, dan pengamatan.

k) Peranan pelatih sebagai konselor; konseling (penyuluhan) perlu dilakukan oleh pelatih. Kesulitan daam belajar sudah tentu kewajiban utama pelatih, namun jika perlu dan memungkinkan maka pelatih dapat juga memberikan penyuluhan tentang kesulitan pribadi dan sosial. Pelaksanaan konseling dapat berlangsung selama proses pembelajaran atau dilaksanakan secara khusus dalam kesempatan yang khusus.

l) Peranan pelatih sebagai penyelidik sikap dan nilai; sistem nilai yang dijadikan sebagai panutan hidup dan sikapnya perlu diselidiki, mengingat semua tenaga pelatih itu pada gilirannya akan didayagunakan sebagai tenaga kerja yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. Motivasi Belajar

(32)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Hamzah B. Uno, 2006 : 3). Motivasi yang dimaksud adalah tentang motivasi belajar musisi jalanan dalam mengikuti program pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. Pengertian motivasi belajar menurut Sardiman, (1986: 75) bahwa:

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

Terdapat beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar pada diri individu siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya. Menurut Nasution (1982:81) cara membangkitkan motivasi belajar antara lain:

a) Memberi Angka

Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka yang baik, sehingga biasanya yang dikejar itu adalah angka atau nilai. Oleh karena itu langkah yang dapat ditempuh guru adalah bagaimana cara memberi angka-angka dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan.

b) Memberi Hadiah

Hadiah dapat membangkitkan motivasi belajar seseorang jika ia memiliki harapan untuk memperolehnya, misalnya: seorang siswa tersebut mendapat beasiswa, maka kemungkinan siswa tersebut akan giat melakukan kegiatan belajar, dengan kata lain ia memiliki motivasi belajar agar dapat mempertahankan prestasi.

c) Hasrat Untuk Belajar

(33)

63

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d) Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil belajar yang selama ini dikerjakan, maka akan bisa menunjukan motivasi siswa untuk belajar lebih giat, kerana hasil belajar merupakan feedback (umpan balik) bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dalam belajar. e) Memberikan Pujian

Pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan denga baik, merupakan motivasi yang baik pula.

f) Menumbuhkan Minat Belajar

Siswa akan merasa senang dan aman dalam belajar apabila disertai dengan minat belajar apabila disertai dengan minat belajar. Dan hai ini tak lepas dari minat siswa itu dalam bidang studi yang ditempuhnya.

g) Suasana yang Menyenangkan

Siswa akan merasa aman dan senang dalam belajar apabila disertai dengan suasana yang menyenangkan baik proses belajar maupun situasi yang dapat menumbuhkan motivasi belajar.

4. Kemandirian Berkreasi

Kemandirian (independence) merupakan suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain.(Lamman dkk, 1988) dalam Yuna. A (2009) [online]. Kemandirian yang dimaksudkan peneliti adalah kemandirian berkreasi musisi jalanan yang mengikuti program pelatihan keterampilan bermusik.

(34)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanpa bantuan orang lain untuk menghasilkan sebuah karya seni dan berkreasi di bidang musik.

5. Ekonomi Kreatif

Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya (Arif : 2010) [online]. Ekonomi kreatif yang peneliti maksudkan adalah musik sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif dalam penelitian yang diangkat.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2007 : 307), Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun sendiri langsung ke lapangan untuk melakukan pengumpulan data, analisis data dan kesimpulan. Sebagaimana dinyatakan oleh Nasution (1988) dalam Sugiyono (2007 : 306):

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

(35)

65

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan

pengetahuan semata. Untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan. Jadi, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian secara keseluruhan proses penelitian dalam menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh dari lapangan. Sehingga, peneliti berupaya dalam menjalankan peran dalam memperoleh kualitas hasil penelitian yang baik.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen adalah proses yang dilakukan peneliti dalam mengembangkan instrument yang disiapkan untuk mengumpulkan data di lapangan dengan melakukan beberapa tahapan pengembangan, yaitu:

1. Penyusunan kisi-kisi

(36)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mengembangkan aspek-aspek yang akan diteliti dan diamati dalam wawancara dan observasi. Penyusunan kisi-kisi terdiri dari beberapa kolom yang disusun yaitu: judul, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, aspek yang diteliti, indikator, sumber data dan teknik pengumpulan data.

2. Penyusunan pedoman wawancara

Penyusunan pedoman wawancara merupakan hal penting yang dipersiapkan sebelum melakukan pengumpulan data dengan wawancara. Dengan adanya pedoman wawancara, maka wawancara yang dilaksanakan dapat mempermudah aspek-aspek yang digali dan diteliti secara mendalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan. Sehingga, peneliti menemukan fakta-fakta dan informasi yang dibutuhkan. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu tentang peran pelatih, gambaran motivasi dan kemandirian musisi jalanan dan faktor pendukung dan pendorong pelatih menjalankan peran. Sumber data yang diperlukan yaitu dua orang pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dan tiga orang musisi jalanan yang telah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik.

3. Penyusunan pedoman observasi

Penyusunan pedoman observasi meliputi indikator dan sub indikator apa saja yang akan diamati dan dilihat secara langsung di lapangan. Dalam penelitian ini, pedoman observasi yang disusun mengacu pada sub indikator peran pelatih, gambaran motivasi dan kemandirian musisi.

G. Teknik Pengumpulan Data

(37)

67

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Menurut Lofland dan Lofland (1984 : 47) dalam Djam’an Satori (2007 : 39), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Sugiyono, 2007 : 309) yaitu:

“Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting

(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang paling utama adalah dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi atau pengamatan langsung, studi dokumentasi dan lainnya digunakan sebagai teknik pendukung untuk melengkapi data yang akan diperoleh di lapangan. Maka, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

(38)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jadi, teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dalam kegiatan mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung suatu kegiatan atau peristiwa yang ada di lapangan. Menurut Patton dalam Nasution (1988), manfaat observasi adalah sebagai berikut:

a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan diperoleh pandangan yang holistic atau menyeluruh.

b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan ha-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi social yang diteliti.

(39)

69

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi jenis observasi partisipatif dalam mengumpulkan data di lapangan. Dengan observasi partisipatif ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh sumber data yang diamati. Peneliti ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan pembelajaran musik yang dilaksanakan di ruang kelas dan ruang studio, peneliti terlibat langsung dalam kegiatan latihan musik musisi jalanan, peneliti ikut serta pula dalam kegiatan rapat, dan peneliti ikut serta melihat kegiatan manggung yang dilaksanakan musisi jalanan di cafe dan acara-acara tertentu.

Objek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dalam Sugiyono (2007 : 314) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities ( aktivitas).

a) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. Dalam pendidikanbisa di ruang kelas, lan dan bengkel.

b) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, seperti guu, kepala sekolah, pengawas, orangtua murid.

c) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, seperti kegiatan belajar mengajar.

(40)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan menggunakan teknik pengumpulan data ini untuk mencatat proses, hal-hal, perilaku, tindakan, perkembangan, dan sebagainya tentang perilaku musisi jalanan dan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan.

2. Wawancara

Menurut Djam’an Satori (2007 : 44) bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Esterberg (2002) dalam Djam’an Satori (2007 : 44) mendefinisikan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Jadi, wawancara merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terdapat percakapan antara si penanya dan si penjawab dalam bertukar informasi dan ide tentang sesuatu hal untuk tujuan tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2007 : 17).

(41)

71

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan menentukan fokus penelitian, sedangkan wawancara yang dilakukan saat penelitian berlangsung dilakukan pada sumber data yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan wawancara semi terstruktur (semistructure interview), bahwa dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada sumber data tanpa terpaku instrumen pertanyaan yang sesuai dengan data dan informasi yang ingin diperoleh. Wawancara ini dilakukan dengan dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu subjek wawancara dan selanjutnya mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan secara garis besar. Adapun subjek wawancara dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, yaitu lima musisi jalanan yang telah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik dari 20 orang musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli. Sementara pelatih dan pengelola dijadikan subjek pendukung dalam melakukan wawancara untuk membandingkan dan menyamakan hasil informasi yang telah diperoleh. Subjek wawancara dipilih berdasarkan data dan informasi yang igin diperoleh dan diharapkan dapat memenuhi pertanyaan yang peneliti ajukan.

Adapun pertanyaan penelitian yang ditanyakan kepada sumber data dengan menggunakan wawancara adalah sebagai berikut:

a) Peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli

b) Gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli

(42)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan menggunakan teknik pengumpulan data ini, untuk memperoleh data secara jelas, mendalam dan kongkret tentang motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan, serta peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi dan kemandirian musisi jalanan dan motivasi belajar dan kemandirian musisi jalanan dalam mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human resources), sedangkan studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data. Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai cacatan kejadian yang sudah lampau, (Maleong, 2005 : 82) dalam Djam’an Satori (2007 : 90), yang menjadi catatan segala hal ihwal yang berkaitan dengan manusia pada kehidupannya sesuai dengan kebutuhan pada saat itu.

Guba dan Lincoln, (Maleong, 2002 : 161) mengungkapkan bahwa “dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik”. Sedangkan Nasution, (2003 : 85) menyebutkan bahwa: “ada pula sumber non manusia (non human resources), diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik”.

Jadi, pendapat diatas menjelaskan bahwa dokumen merupakan setiap bahan tertulis yang merupakan non manusia, baik itu catatan, film, iklan dan dokumen-dokumen lainnya.

(43)

73

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan hal ihwal hasil wawancara dan observasi yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan studi dokumentasi adalah sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang bersumber dari non manusia (Djam’an Satori, 2007 : 90)

Menurut Djam’an Satori (2007 : 93), studi dokumentasi merupakan usaha untuk memperoleh keterangan melalui dokumen-dokumen. Dari uraian di atas maka studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperkuat data-data yang telah didapatkan dengan pendukung dokumen-dokumen yang ada yang berkaitan dengan objek penelitian.

Studi dokumentasi dilakukan dengan melihat catatan-catatan tertulis tentang daftar hadir harian peserta, hasil evaluasi perkembangan musisi jalanan dalam bermusik, dokumentasi atau foto-foto kegiatan dan dokumen-dokumen lainnya yang mendukung hasil wawancara dan hasil observasi berkaitan dengan objek penelitian di Rumah Musik Harry Roesli.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mendukung teori yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Studi pustaka dalam penelitian ini didapatkan melalui buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, skripsi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

H. Analisis Data

(44)

Yuka Martlisda Anwika, 2013

Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu, pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang kredibel.

Berdasarkan pernyataan Sugiyono tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh data yang kredibel.

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007 : 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

1. Data reduction (reduksi data), berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memepermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan reduksi data dengan merangkum dari data dan informasi yang telah diperoleh dari informan dan mengelompokkan berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang diungkap.

2. Data display (penyajian data). Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

Gambar

Gambaran Responden Berdasarkan Usia  .................................................

Referensi

Dokumen terkait

Tipe tidak kontak langsung adalah tipe alat penukar kalor dimana antara kedua zat yang dipertukarkan energinya dipisahkan oleh permukaan bidang padatan seperti dinding pipa,

Dari uraian di atas akan dibangun sebuah sistem aplikasi Sistem Pendukung Keputusan yang berbasis mobile android dengan menggunakan metode SAW dan WSM

Program Aplikasi Kriptografi Penyandian One Time Pad Menggunakan Sandi VigenereUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

[r]

“Mengidentifikasi Budaya, Cara Berinteraksi, Contoh Komunikasi Suku Batak”.

Berdasarkan pada landasan pikiran di atas serta hasil yang diperoleh dari metode Huffman dimana teks hasil dekompresi yang diperoleh 100% sama dengan teks aslinya, maka

Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas disampaikan kepada calon penyedia bahwa Sekolah Polisi Negara Polda Sumsel akan mengadakan Pengadaan langsung :.. Nama Paket

Bagi yang sudah mengerjakan kuis 1 susulan, yang dikirim ke email belum tercantum di atas silakan konfirmasi ulang ke betha.nurina@staff.unsika.ac.id.