PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di SDN Cikidang I Kelas V Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Barat)”.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh Irvan Zakaria
1003304
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN
UNTUK
MENINGKATKANPEMAHAMAN
KONSEP SISWA PADA
PEMBELAJARAN IPA DENGAN
MATERI POKOK SIFAT-SIFAT
CAHAYA
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di SDN Cikidang I Kelas V Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat)”.
Oleh Irvan Zakaria
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Irvan Zakaria 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
vii
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional ... 6
F. Hipotesis Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 8
B. Metode Eksperimen ... 8
C. Pemahaman Konsep ... 11
D. Sifat-sifat Cahaya ... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Metode Penelitian ... 22
B. Model Penelitian ... 22
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
D. Subjek Penelitian ... 26
E. Prosedur Penelitian ... 26
F. MetodePengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 30
G. Metode Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ... 35
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 36
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 37
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 67
A. Simpulan ... 67
viii
ix
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemantulan baur dan Pemantulan teratur ... 18
Gambar 2.2 Arah cermin datar ... 18
Gambar 2.3 Arah cermin cembung ... 19
Gambar 2.4 Arah cermin cekung ... 19
Gambar 2.5 Skema pembiasan cahaya ... 20
Gambar 2.6 Contoh peristiwa pembiasan ... 21
Gambar 3.1 Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart ... 24
Gambar 3.2 Diagram Alur PTK Model Kemmis yang dikembangkan ... 25
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Siklus I ... 43
Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 44
Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Siklus II ... 55
Gambar 4.4 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 56
Gambar 4.5 Diagram Perkembangan Siswa Setiap Siklus ... 65
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN
MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA Oleh
Irvan Zakaria 1003304
Latar belakang dari penelitian ini, dikarenakan terdapat permasalahan dalam pemahaman konsep siswa, yang tercermin dalam hasil belajar mata pelajaran IPA. Hal ini didasari pada hasil observasi awal yang menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Negeri I Cikidang pada materi pokok materi pokok sifat-sifat cahaya masih banyak di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65. Untuk itu peneliti melakukan inovasi dengan menerapkan prinsip metode eksperimen. Adapun langkah-langkah yang dalam pembelajaran dengan metode eksperimen antara lain : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan (c) tindak lanjut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas model Kemmis dan MC Taggart dengan subjek penelitian 34 siswa. Pada pra test hasil rata-rata siswa 52,5, siklus I hasil rata-rata siswa 72,03 dan pada tindakan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan nilai rata-rata 83,3. Adapun peningkatan pemahaman yang terjadi adalah peningkatan pemahaman translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
ABSTRACT
APPLICATION OF EXPERIMENTAL METHODS TO IMPROVE UNDERSTANDING OF SCIENCE CONCEPT LEARNING STUDENTS IN
CLASS V ELEMENTARY SCHOOL I CIKIDANG HIGHLIGHTS QUALITIES OF LIGHTS
by Irvan Zakaria
1003304
The background of this research, because there are problems in the students' understanding of the concept, which is reflected in the results of studying science subjects. This is based on the results of preliminary observations showed that the learning outcomes Elementary School fifth grade students in the subject matter I Cikidang subject material properties of the light are still many under the KKM is determined by a school that is 65 To the researchers to innovate by applying the principle of the experimental method . The steps in the method of learning by experimentation, among others: (a) planning, (b) implementation, and (c) follow-up. This study uses action research model of Kemmis and MC Taggart with 34 students study subjects. In the pre-test results average 52.5 students, the results of the first cycle average 72.03 students and the act of learning the second cycle of acquisition increased by an average value of 83.3. The improved understanding of what happens is an increased understanding of translation, interpretation and extrapolation.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan (KTSP) untuk Mata Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah “cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta”. Dalam proses mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk mengembangkan Kerja ilmiah dan sikap
llmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan mengelola
pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang yang
memungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang
bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) secara terperinci adalah:
(1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Sementara kenyataan di lapangan, pada mayoritas SD, tuntutan karakteristik
pendidikan IPA sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang
dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis
administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan KBM belum
menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain,
pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi guru-guru bagaimana
2
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan
kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai.
Mata pelajaran IPA pada satuan pendidikan SD/MI hanya meliputi dua bab,
yaitu Energi dan Perubahannya dan Bumi dan Alam Semesta. Di antara kedua bab
tersebut, terdapat salah satu pokok bab yaitu sifat-sifat cahaya. Pokok bahasan ini
termasuk ke dalam bab Energi dan Perubahannya.
Materi sifat-sifat cahaya pertama kali diperkenalkan di kelas V. Materi ini
hanya berupa pengenalan mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh cahaya. Meski
terlihat sederhana, pembelajaran sifat-sifat cahaya tidak semudah yang
dibayangkan, mengingat materi ini dalam pembuktiannya tidak cukup hanya
dengan diberikan materi saja, tetapi harus melalui sebuah percobaan agar anak
mencapai pemahaman mengenai materi yang diajarkan.
Beberapa survey di lapangan membuktikan bahwa pemahaman siswa
mengenai sifat-sifat cahaya belum optimal. Hal ini pula yang terjadi pada siswa
kelas V SDN Cikidang I Lembang yang peneliti temukan selama kegiatan
Pendidikan Latihan Profesi (PLP). Berdasarkan tes yang dilakukan di kelas V,
hasilnya mengindikasikan para siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
memahami konsep dan contoh dari sifat-sifat cahaya.
Berdasarkan hasil tes tersebut, lebih dari 50% siswa masih belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 63.
Dalam mempelajari materi ini, masih banyak siswa yang mengalami hal-hal
berikut: (1) masih banyak siswa yang tidak mengetahui apa saja sifat-sifat cahaya;
(2) masih keliru memberikan contoh dari setiap sifat cahaya; (3) bingung dengan
konsep sifat-sifat cahaya terutama pada sifat cahaya dapat dipantulkan; (4) cepat
lupa dengan materi yang dijarkan yang sebelumnya, karena cahaya memiliki 4
sifat. Hal-hal tersebut menandakan siswa belum memahami sifat-sifat cahaya.
Selain itu didapatkan pula data bahwa proses pembelajaran di SDN Cikidang
I melalui penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah
dan guru cenderung menggunakan model konvesional (ceramah) pada setiap
siswa, dimana selama proses pembelajaran, siswa terlihat kurang semangat, bosan
dan banyak yang mengantuk.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa penyebab siswa
sulit memahami sifat-sifat cahaya tersebut antara lain: (1) siswa belum memahami
makna dari sifat-sifat cahaya; (2) kurangnya media atau alat peraga untuk
membantu pemahaman siswa.
Setelah dilakukan perbaikan, dengan cara demonstrasi menggunakan alat
peraga oleh guru, sebagian siswa masih saja keliru dalam memahami konsep dari
setiap sifat cahaya. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata masalah utama yang
dialami siswa adalah (1) siswa masih bingung dalam melakukan sebuah
percobaan, dimana siswa tidak bisa mempersiapkan sendiri dan mengikuti
langkah-langkah dari sebuah percobaan dan (2) pemahaman sebagian siswa hanya
bisa didapatkan ketika siswa menggali pengetahuannya, dengan cara melakukan
percobaan itu sendiri.
Salah satu langkah strategis yang dapat dijadikan alternatif untuk peningkatan
pemahaman konsep sains siswa adalah model pembelajaran Eksperimen.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Sodikin, Ali (2012)
di MI Sultan Agung 03 Kecamatan Sukolilo terbukti berhasil meningkatkan
pemahaman konsep siswa mengenai sifat-sifat cahaya. Model pembelajaran
Eksperimen merupakan model pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Selain itu, siswa juga berlatih
dalam cara berpikir ilmiah. Dengan eksperimen, siswa pun mampu menemukan
bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya. Penting juga
diperhatikan, eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus
dilaksanakan di dalam laboratorium tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas,
seperti di alam sekitar. Dengan demikian, kegiatan eksperimen yang dilakukan
oleh siswa merupakan kesempatan baginya dalam melakukan suatu eksplorasi.
Siswa akan memperoleh pengalaman meneliti yang dapat mendorongnya untuk
mengkontruksi pengetahuaanya sendiri, berpikir ilmiah dan rasional, serta
4
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini difokuskan pada “Penerapan
Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada
Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya” (Penelitian Tindakan
Kelas pada Pembelajaran IPA di SDN Cikidang I Kelas V Semester 2 Tahun
Ajaran 2013/2014, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti adalah “Bagaimana penerapan
metode eksperimen agar dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat
cahaya pada pembelajaran IPA di kelas V SDN Cikidang I?”.
Masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA
materi pokok sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cikidang I untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa ?
2. Seberapa besar peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya siswa
kelas V SDN Cikidang pada pembelajaran IPA dengan menggunakan
metode eksperimen ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA di
kelas V SDN Cikidang I Lembang dengan menggunakan metode eksperimen.
Adapun secara khusus, penelitian bertujuan untuk :
1. Mengetahui penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA
tentang sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cikidang I.
2. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya siswa
kelas V SDN Cikidang I pada pembelajaran IPA dengan menggunakan
D. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan sumbangan yang bermanfaat
bagi SDN Cikidang I dalam rangka memperbaiki pembelajaran IPA khususnya
dan pembelajaran lain pada umumnya.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada peningkatan
aktivitas dan hasil belajar IPA di Kelas V SDN Cikidang I secara nyata,
dan memperkaya wawasan mengenai pendidikan yang berhubungan
dengan proses pembelajaran IPA khususnya pada materi Sifat-sifat
Cahaya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
yaitu:
a. Bagi siswa
Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa serta
memberikan pengalaman baru pada pembelajaran IPA sehingga siswa
termotivasi untuk belajar.
b. Bagi guru
1) Memberikan wawasan baru dan masukan bagi guru tentang
penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi
pokok sifat cahaya dan untuk meningkatkan pemahaman konsep
siswa serta terwujudnya kualitas pembelajaran yang lebih efektif.
2) Guru mengetahui variasi dari beberapa model pembelajaran,
menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran
dikelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh
inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu
kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya
c. Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan untuk penerapan metode eksperimen pada materi
6
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
pengalaman dalam membantu peneliti dalam merancang suatu
pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada
dalam penelitian ini, maka perlu diperjelas dahulu definisi operasional dari
istilah-istilah tersebut :
1. Definisi metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan suatu
percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri apa yang dipelajari, serta
siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari proses yang dialaminya.
Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah percobaan untuk
memperoleh pemahaman mengenai sifat-sifat cahaya dan diharapkan
siswa bisa mengikuti langkah-langkah pembelajaran metode eksperimen,
diantaranya :
a. Perencanaan
1) Siswa membicarakan terlebih dahulu dengan guru permasalahan apa
yang akan diangkat.
2) Siswa bisa menetapkan alat-alat apa saja yang dibutuhkan dalam
percobaan.
3) Siswa bisa menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat.
b. Pelaksanaan, siswa bisa melaksanakan dengan baik langkah-langkah
yang ada dalam Lembar Kerja Siswa.
c. Tindak Lanjut, siswa mengumpulkan laporan, memproses kegiatan
dan mengikuti tes untuk menguji pemahaman siswa.
2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan siswa
dalam translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi yang diukur dengan tes
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan paparan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah “Jika metode eksperimen diterapkan dengan tepat maka pemahaman
konsep siswa kelas V SDN I Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat dalam pembelajaran IPA tentang pokok bahasan Sifat-sifat Cahaya akan
8
Irvan Zakaria, 2014
22
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk
memperoleh data dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, metode yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan
Classroom Action Research. Ruswandi, dalam Mujono dan Ayi Suherman (2007,
hlm.79) mendefinisikan PTK sebagai berikut:
“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional, oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan-persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.”
Ciri khas dari PTK yaitu dengan adanya siklus-siklus. Dalam tiap siklus
terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan
(acting), mengamati (observing), dan merefleksikannya (reflecting).
Alasan peneliti memilih metode ini karena dilihat dari tujuan PTK itu sendiri
adalah untuk meningkatkan mutu atau kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Metode penelitian ini dirasa cocok untuk peneliti yang sekaligus sebagai guru
yang senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru.
B. Model Penelitian
Pada penelitian ini, model PTK yang digunakan yaitu model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (1982). Penulis menggunakan model
ini karena model ini terkenal dengan proses siklus putaran spiral refleksi diri
yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan
kembali yang merupakan dasar ancang-ancang pemecahan masalah.
Tahapan-tahapan yang tedapat pada PTK model Kemmis dan Mc Taggart,
23
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
1. Perencanaan
Dalam penelitian tindakan kelas tahapan yang pertama perencanaan, pada
tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan
beberapa hal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
instrumen penelitian, media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain
yang sekiranya diperlukan.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan atau
menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang
telah dirumuskan pada tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diharapkan.
3. Observasi
Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan ini
berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah
mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui
dampak apakah yang dihasilkan dari proses pelaksanaan.
4. Refleksi
Tahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa
saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki
pada siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini
Adapun alur PTK menurut Kemmis dan McTaggart dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart dalam Sukajati (2008, hlm.19)
Alur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah tiga siklus, di
mana dalam setiap siklus terdiri dari satu tindakan yang dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan langkah-langkah
sesuai prosedur dalam PTK. Prosedur pertama, sebelum peneliti melakukan
tindakan pertama, langkah awalnya adalah membuat rencana kegiatan
pembelajaran. Kedua, setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan itu
25
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
SIKLUS 1
SIKLUS 3
SIKLUS 2
perkembangan, di mana tahap tindakan (acting) dan pengamatan (observing)
dilakukan secara bersamaan. Sehingga gambaran alurnya menjadi seperti ini:
Gambar 3.2
Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart yang Dikembangkan
Pengembangan alur tersebut berdasarkan pertimbangan rasional. Pada gambar
1, pelaksanaan tindakan dan observasi seolah terpisah dan merupakan kegiatan
yang berurutan di mana tampak ada jeda waktu di antara keduanya. Padahal,
kedua tahap tersebut dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu,
peneliti mengembangkan diagram alurnya menjadi seperti yang tampak pada
gambar 2. Terakhir, barulah peneliti melakukan refleksi berdasarkan hasil
observasiatas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan
perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana
tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya
lebih baik lagi dan tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat
sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan
secara optimal.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian berlokasi di SDN Cikidang I, Kecamatan Lembang. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester II, bulan Maret hingga Juni tahun ajaran 2013/2014.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SDN Cikidang I kelas V yang terdiri dari
34 siswa dengan 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan tahun ajaran
2013/2014.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep
siswa kelas V SDN 1 Cikidang pada materi sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan model siklus belajar. Menurut Kemmis dan McTaggart dalam
Arikunto (2011, hlm.97) „tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan
pada referensi awal‟.
Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan tahap persiapan
penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan
tahap tindakan penelitian
1. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)
a. Melakukan observasi awal di SDN Cikidang I, mengidentifikasi
masalah dan membuat surat ijin penelitian.
b. Memilih penerapan model pembelajaran Eksperimen sebagai problem
solving.
c. Memilih materi yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan
27
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
e. Membuat alat bantu/ media pembelajaran yang sesuai dengan materi.
f. Menyusun instrumen (lembar observasi, soal tes dan angket) untuk
mengumpulkan data.
2. Tahap Tindakan
Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai
berikut :
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan, peneliti melakukan
persiapan perencanaan diantaranya sebagai berikut :
a) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
materi sifat cahaya merambat lurus (pertemuan I) dan cahaya
menembus benda bening (pertemuan II)
b) Pembuatan media pembelajaran
Pada sifat cahaya merambat lurus, peneliti menyediakan media
yang terdiri dari karton, lilin, dan korek api dan
Pada sifat cahaya menembus benda bening, peneliti menyediakan
media yang terdiri dari lampu senter, plastik bening, bekas gelas
aqua, kardus, karton, buku dan sebagian media yang digunakan di
ambil dari benda yang ada di kelas.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.
b) Melaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode
eksperimen.
c) Melakukan tes dan percobaan siklus I untuk mendapatkan data
mengenai hasil belajar serta pemahaman konsep siswa tentang
pokok bahasan sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA dengan
d) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh
pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan
digunakan pada tahap refleksi.
e) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil
pengamatan pada lembar observasi.
3) Tahap Pengamatan
a) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
guru dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan
kontekstual.
b) Observer mengisi lembar observasi.
4) Tahap Refleksi
a) Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang
dikumpulkan dari penelitian tindakan pada siklus I. Setelah hasil
belajar siswa, lembar percobaan dan pengamatan observer telah
dikaji, selanjutnya pada siklus II, peneliti mengulang kegiatan
yang dilaksanakan pada siklus I. Temuan pada tahap refleksi pada
siklus I digunakan untuk memperbaiki RPP dan pembelajaran
pada siklus II.
b. Siklus II
1) Tahap Perencanaan
a) Menginventarisir kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk
dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
b) Menetapkan sub materi yang lebih komplek dari materi siklus I.
c) Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi
pada siklus I. RPP pada siklus II dengan materi sifat cahaya dapat
dipantulkan (pertemuan I) dan cahaya dapat dibiaskan (pertemuan
II)
29
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
Pada sifat cahaya dapat dipantulkan, peneliti menyediakan media
yang terdiri dari cermin datar dan sendok makan.
Pada sifat cahaya dapat dibiaskan, peneliti menyediakan media
yang terdiri dari bekas gelas aqua, pulpen atau pensil dan uang
logam.
e) Merancang kegiatan yang lebih variatif dalam LKS.
f) Menyiapkan instrumen tes siklus II.
g) Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam
pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP
yang telah disusun dengan mempertimbangkan
perbaikan-perbaikan pada siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks.
b) Melakukan tes dan percobaan siklus II untuk mendapatkan data
hasil belajar dan pemahaman konsep siswa pada siklus II.
c) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar siswa sebagai
sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.
d) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil
pengamatan pada lembar observasi.
3) Tahap Pengamatan
a) Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I
yaitu mencatat dan merekam aktivitas belajar siswa oleh
pengamat melalui lembar observasi serta peneliti menyesuaikan
apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini sudah sesuai
dengan yang diharapkan.
4) Tahap Refleksi
a) Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk
dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu
simpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II ini, pemahaman
konsep siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya
F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ada dua hal yaitu tes dan
nontest (observasi dan dokumentasi).
a. Tes
Tes adalah salah satu cara untuk dapat memperoleh data dalam
penelitian, menurut Nana Sudjana (2012, hlm.35) menyatakan bahwa, “tes
pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”. Jadi teknik
pengumpulan data dengan tes ini dimaksudkan untuk menilai hasil belajar
yang berkaitan dengan ranah kognitif, karena setelah siswa selesai mengikuti
suatu pembelajaran, maka siswa akan di berikan tes untuk mengetahui hasil
yang menunjukan sejauh mana keberhasilan guru dalam menyampaikan
materi.
b. Nontes
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini tidak hanya berupa tes
yang berbentuk uraian ataupun tes objektif, tetapi dilakukan juga penilaian
nontes yaitu sebagai berikut.
1) Observasi
Melalui kegiatan observasi ini peneliti dapat memperoleh gambaran
hasil penelitian secara deskriptif, hal-hal apa saja yang terjadi pada
saat penelitian maka akan mempengaruhi hasil dari catatan
observasi, karena observasi yang dilakukan adalah observasi
langsung. Menurut Nana Sudjana (2012, hlm.85) menjelaskan bahwa
“Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap
gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan
langsung diamati oleh pengamat”.
31
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
Dokumentasi adalah sebuah gambaran atau bukti kongkrit yang
terjadi dari setiap pelaksanaan penelitian. Dengan adanya
dokumentasi, peneliti memiliki gambaran untuk membuat laporan
penelitian dan dapat melihat bukti secara berulang-ulang jika
diperlukan.
2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah:
a. Lembar Tes
Lembar tes berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengusaan materi
yang telah disampaikan yang harus dijawab oleh siswa, jawaban di dalam
tes dapat berupa lisan atau pun tulisan, bentuk dari tes yang akan
digunakan adalah tes uraian. Pertanyaan-pertanyan dalam lembar tes
bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS merupakan alat bantu siswa untuk mendalami sebuah materi
pembelajaran, selain itu LKS juga dapat dijadikan sebuah instrumen
untuk menilai aktivitas siswa ketika melakukan diskusi serta mengukur
kemampuan kognitif siswa setelah melakukan diskusi mengenai bahan
ajar tentang sifat-sifat cahaya.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat untuk menilai aktivitas guru maupun
siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang akan
dinilai tingkah laku serta sikap guru dan siswa sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada tahap perencanaan, lembar observasi juga akan menilai
ranah afektif dan psikomotor siswa.
d. Kamera Digital
Kamera digital dapat digunakan untuk merekam peristiwa penting di
ruang kelas atau juga dapat digunakan untuk metode pengumpulan data
G. Metode Analisis Data
Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data-data tersebut dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis
berdasarkan jenisnya agar mendapatkan kesimpulan yang utuh dan menyeluruh.
Berikut ini gambaran analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan pada data hasil observasi, wawancara dan
catatan anekdot dengan triangulasi. Triangulasi berdasarkan tiga sudut
pandang, yakni sudut pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa dan
sudut pandang mitra peneliti yang melakukan pengamatan (Kunandar, 2008,
hlm.108). Sudut pandang guru sebagai peneliti melalui catatan anekdot, sudut
pandang siswa melalui wawancara dan sudut pandang mitra peneliti melalui
lembar observasi guru dan siswa.
2. Analisis Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari tes pemahaman siswa mengenai sifat-sifat
cahaya dengan menerapkan metode eksperimen yang dilakukan pada setiap
akhir siklus. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif sebagai berikut:
a. Penyekoran hasil tes
Skala poin pada tes setiap siklus berbeda-beda karena tingkat kesukaran
materi dan jumlah butir soal pada setiap tes siklus berbeda-beda.
Siklus 1
Untuk soal nomor 1, jawaban benar mendapat skor 30
Untuk soal nomor 2, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 3, jawaban benar mendapat skor 10
Untuk soal nomor 4, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 5, jawaban benar mendapat skor 30
Untuk soal nomor 6, jawaban benar mendapat skor 20
33
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
Untuk soal nomor 8, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 9, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 10, jawaban benar mendapat skor 20
Jumlah skor maksimal 200
Nilai maksimal 100
Siklus 2
Untuk soal nomor 1, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 2, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 3, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 4, jawaban benar mendapat skor 10
Untuk soal nomor 5, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 6, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 7, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 8, jawaban benar mendapat skor 10
Untuk soal nomor 9, jawaban benar mendapat skor 20
Untuk soal nomor 10, jawaban benar mendapat skor 40
Jumlah skor maksimal 200
Nilai maksimal 100
b. Menghitung nilai rata-rata kelas, dengan rumus: Purwanto dalam Nurlela,
c. Menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal Nurlela, (2011,
hlm.41)
TB = x 100%
Ket: TB = Ketuntasan Belajar
ΣS ≥ 63 = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 63
n = banyak siswa
Berdasarkan ketentuan sekolah, siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai
KKM yang telah ditentukan. Sedangkan secara klasikal jika sebanyak 60%-79%
siswa sudah mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari KKM maka
pembelajaran dianggap tuntas dengan kategori cukup, dan jika 80%-100% siswa
mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari KKM, maka pembelajaran
tuntas dengan ketegori baik.
Menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus, dengan
mengadaptasi rumus menurut Hake (dalam Nurlela, 2011:43)
<g> =
Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi dikategorikan kedalam tiga
kategori yang ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Kategori Perolehan Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi
(<g>) > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang
67 Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode
untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran
IPA kelas V di SD Negeri I Cikidang Lembang dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada tahap pelaksanaan penerapan metode eksperimen dibagi dalam
beberapa langkah. Berikut ini langkah-langkahnya :
a. Perencanaan eksperimen
1) Guru memberikan arahan kepada siswa mengenai pembelajaran
yang akan dilaksanakan dan guru menggali pengetahuan siswa
mengenai sifat-sifat cahaya yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari Pada tahap ini juga siswa diperkenalkan pada media
dan tujuan pembelajaran.
2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara
heterogen. Yaitu pengelompokan siswa berdasarkan tingkat
kepandaian dan jenis kelamin, fungsinya agar dalam praktek
pembelajaran seorang peserta didik dalam masing-masing
kelompok dapat saling membantu antara siswa yang kurang
mengerti dengan siswa yang pandai, dan jenis kelamin antara
laki-laki dan perempuan.
3) Setiap kelompok bisa menetapkan alat-alat apa saja yang
dibutuhkan dalam percobaan.
b. Pelaksanaan, setiap kelompok bisa melakukan percobaan untuk
membuktikan sebuah konsep yang sedang dipelajari, mencatat hal-hal
atau informasi yang terjadi selama percobaan sesuai dengan
langkah-langkah yang ada dalam Lembar Kerja Siswa. Selain itu siswa
kelompok melakukan eksperimen dengan media yang telah
disediakan.
c. Tindak Lanjut, siswa menyampaikan hasil dari eksperimen,
mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengikuti tes untuk
menguji pemahaman siswa.
2. Penerepan metode eksperimen dapat meningkatkan pemahaman konsep
sifat-sifat cahaya. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata kelas hasil tes
pemahaman konsep mulai dari pra test sampai siklus II, yaitu pada pra
test adalah 52,5, pada siklus I adalah 72,03, dan pada siklus II adalah
83,3. Adapun peningkatan pemahaman yang terjadi adalah siswa dapat
menerjemahkan kembali permasalahan yang ada selama percobaan
dengan bahasa sendiri (translasi), siswa bisa membedakan hasil yang di
dapat ketika percobaan dilakukan dengan sesuatu yang lain (interpretasi)
dan siswa mampu menarik kesimpulan dari percobaan yang telah
dilakukan (ektrapolasi).
B. Rekomendasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode
eksperimen untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata
pelajaran IPA kelas V di SD Negeri I Cikidang Lembang, peneliti
merekomendasikan hal-hal berikut:
1. Bagi sekolah, sekolah harus lebih memfasilitasi siswa dengan sarana dan
prasarana yang cukup agar dalam proses pembelajaran, kamampuan
siswa berkembang lebih baik dan sekolah juga diharapkan untuk
bersama-sama dengan guru meningkatkan proses pembelajaran, baik
dengan metode, media dan yang lainnya, agar ketuntasan belajar siswa
bisa tercapai.
2. Bagi guru, yang akan menerapkan metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA, perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya : (a)
69
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
dengan lengkap. Selain itu pula, guru menyiapkan lembar kerja siswa
sebagai pedoman dalam melakukan eksperimen. Hal ini dilakukan agar
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan eksperimen dan memudahkan
siswa untuk mencatat data-data atau informasi yang terjadi selama
proses percobaan; (b) membentuk kelompok secara heterogen dilihat
dari tingkat kognitif. Tujuannya agar siswa yang tingkat kognitifnya
tinggi mampu menjadi tutor sebaya dalam kelompoknya atau paling
tidak bisa mendorong temanya untuk ikut serta dalam proses percobaan;
(c) membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen;
dan (d) mengoptimalkan diskusi untuk membahas hasil eksperimen.
3. Bagi peneliti berikutnya, yang ingin menerapkan metode eksperimen
diharapkan untuk menerapkannya pada konsep-konsep IPA yang lainnya.
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa metode eksperimen adalah
metode yang efektif untuk digunakan dalam pembelajaran terutama
untuk ilmu-ilmu yang bersifat empiris atau dapat diamati. Namun perlu
juga diperhatikan kesesuaian antara mata pelajaran dengan metode
70
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Azmiyawati, Choiril. 2008. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas
Bahri, Syaiful & Zain. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
---. (2006b). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006
tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kunandar. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Purwanto, M.N. (1994). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta: 2008
Rostiawaty, S. 2008. Senang belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5: untuk kelas V
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdiknas
Ruswandi, Mujono dan Ayi Suherman. (2007). Metode Penelitian Pendidikan
Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.
Sudjana, Nana. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
71
Irvan Zakaria, 2014
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya
Sumantri, Permana M. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Belajar, Bandung: CV Alfabeta, 2010
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Balai Pustaka.
Abidin, M. Z. (2010). Taksonomi Bloom, Konsep dan Implikasinya bagi
Pendidikan Matematika. [Online] Tersedia http://www.masbied.com/2010/03/20/taksonomi-bloom-konsep-dan-implikasinya-bagi-pendidikan-matematika/. [04 April 2014]
Amaliyanti. (2013). Pemahaman Siswa dalam Proses Belajar. [Online]. Tersedia: http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/.[6 Maret 2014].
Faturrahman. (08 Agustus 2008). Metode Demonstrasi dan Eksperimen. [Online] Tersedia http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08metode demonstrasi-dan-eksperimen/. [04 April 2014]
Hariyadi Roni. (2012). Definisi Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran. [Online] Tersedia http://id.shvoong.com/social-sciences/education/ 2264151-definisi-pemahaman-konsep-dalam-pembelajaran/. [04 April 2014]