• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di SDN Cikidang I Kelas V Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Barat)”.

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Irvan Zakaria

1003304

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN

UNTUK

MENINGKATKANPEMAHAMAN

KONSEP SISWA PADA

PEMBELAJARAN IPA DENGAN

MATERI POKOK SIFAT-SIFAT

CAHAYA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di SDN Cikidang I Kelas V Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014, Kecamatan Lembang, Kabupaten

Bandung Barat)”.

Oleh Irvan Zakaria

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Irvan Zakaria 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

vii

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

F. Hipotesis Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 8

B. Metode Eksperimen ... 8

C. Pemahaman Konsep ... 11

D. Sifat-sifat Cahaya ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Metode Penelitian ... 22

B. Model Penelitian ... 22

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

D. Subjek Penelitian ... 26

E. Prosedur Penelitian ... 26

F. MetodePengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 30

G. Metode Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ... 35

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 36

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 37

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 67

A. Simpulan ... 67

(5)

viii

(6)

ix

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pemantulan baur dan Pemantulan teratur ... 18

Gambar 2.2 Arah cermin datar ... 18

Gambar 2.3 Arah cermin cembung ... 19

Gambar 2.4 Arah cermin cekung ... 19

Gambar 2.5 Skema pembiasan cahaya ... 20

Gambar 2.6 Contoh peristiwa pembiasan ... 21

Gambar 3.1 Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart ... 24

Gambar 3.2 Diagram Alur PTK Model Kemmis yang dikembangkan ... 25

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Siklus I ... 43

Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 44

Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Siklus II ... 55

Gambar 4.4 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 56

Gambar 4.5 Diagram Perkembangan Siswa Setiap Siklus ... 65

(7)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN

MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA Oleh

Irvan Zakaria 1003304

Latar belakang dari penelitian ini, dikarenakan terdapat permasalahan dalam pemahaman konsep siswa, yang tercermin dalam hasil belajar mata pelajaran IPA. Hal ini didasari pada hasil observasi awal yang menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Negeri I Cikidang pada materi pokok materi pokok sifat-sifat cahaya masih banyak di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65. Untuk itu peneliti melakukan inovasi dengan menerapkan prinsip metode eksperimen. Adapun langkah-langkah yang dalam pembelajaran dengan metode eksperimen antara lain : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan (c) tindak lanjut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas model Kemmis dan MC Taggart dengan subjek penelitian 34 siswa. Pada pra test hasil rata-rata siswa 52,5, siklus I hasil rata-rata siswa 72,03 dan pada tindakan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan nilai rata-rata 83,3. Adapun peningkatan pemahaman yang terjadi adalah peningkatan pemahaman translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.

(8)

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

ABSTRACT

APPLICATION OF EXPERIMENTAL METHODS TO IMPROVE UNDERSTANDING OF SCIENCE CONCEPT LEARNING STUDENTS IN

CLASS V ELEMENTARY SCHOOL I CIKIDANG HIGHLIGHTS QUALITIES OF LIGHTS

by Irvan Zakaria

1003304

The background of this research, because there are problems in the students' understanding of the concept, which is reflected in the results of studying science subjects. This is based on the results of preliminary observations showed that the learning outcomes Elementary School fifth grade students in the subject matter I Cikidang subject material properties of the light are still many under the KKM is determined by a school that is 65 To the researchers to innovate by applying the principle of the experimental method . The steps in the method of learning by experimentation, among others: (a) planning, (b) implementation, and (c) follow-up. This study uses action research model of Kemmis and MC Taggart with 34 students study subjects. In the pre-test results average 52.5 students, the results of the first cycle average 72.03 students and the act of learning the second cycle of acquisition increased by an average value of 83.3. The improved understanding of what happens is an increased understanding of translation, interpretation and extrapolation.

(9)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan (KTSP) untuk Mata Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah “cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta”. Dalam proses mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk mengembangkan Kerja ilmiah dan sikap

llmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan mengelola

pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang yang

memungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang

bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah:

(1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Sementara kenyataan di lapangan, pada mayoritas SD, tuntutan karakteristik

pendidikan IPA sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang

dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis

administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan KBM belum

menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain,

pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi guru-guru bagaimana

(10)

2

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan

kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai.

Mata pelajaran IPA pada satuan pendidikan SD/MI hanya meliputi dua bab,

yaitu Energi dan Perubahannya dan Bumi dan Alam Semesta. Di antara kedua bab

tersebut, terdapat salah satu pokok bab yaitu sifat-sifat cahaya. Pokok bahasan ini

termasuk ke dalam bab Energi dan Perubahannya.

Materi sifat-sifat cahaya pertama kali diperkenalkan di kelas V. Materi ini

hanya berupa pengenalan mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh cahaya. Meski

terlihat sederhana, pembelajaran sifat-sifat cahaya tidak semudah yang

dibayangkan, mengingat materi ini dalam pembuktiannya tidak cukup hanya

dengan diberikan materi saja, tetapi harus melalui sebuah percobaan agar anak

mencapai pemahaman mengenai materi yang diajarkan.

Beberapa survey di lapangan membuktikan bahwa pemahaman siswa

mengenai sifat-sifat cahaya belum optimal. Hal ini pula yang terjadi pada siswa

kelas V SDN Cikidang I Lembang yang peneliti temukan selama kegiatan

Pendidikan Latihan Profesi (PLP). Berdasarkan tes yang dilakukan di kelas V,

hasilnya mengindikasikan para siswa tersebut mengalami kesulitan dalam

memahami konsep dan contoh dari sifat-sifat cahaya.

Berdasarkan hasil tes tersebut, lebih dari 50% siswa masih belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 63.

Dalam mempelajari materi ini, masih banyak siswa yang mengalami hal-hal

berikut: (1) masih banyak siswa yang tidak mengetahui apa saja sifat-sifat cahaya;

(2) masih keliru memberikan contoh dari setiap sifat cahaya; (3) bingung dengan

konsep sifat-sifat cahaya terutama pada sifat cahaya dapat dipantulkan; (4) cepat

lupa dengan materi yang dijarkan yang sebelumnya, karena cahaya memiliki 4

sifat. Hal-hal tersebut menandakan siswa belum memahami sifat-sifat cahaya.

Selain itu didapatkan pula data bahwa proses pembelajaran di SDN Cikidang

I melalui penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah

dan guru cenderung menggunakan model konvesional (ceramah) pada setiap

(11)

siswa, dimana selama proses pembelajaran, siswa terlihat kurang semangat, bosan

dan banyak yang mengantuk.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa penyebab siswa

sulit memahami sifat-sifat cahaya tersebut antara lain: (1) siswa belum memahami

makna dari sifat-sifat cahaya; (2) kurangnya media atau alat peraga untuk

membantu pemahaman siswa.

Setelah dilakukan perbaikan, dengan cara demonstrasi menggunakan alat

peraga oleh guru, sebagian siswa masih saja keliru dalam memahami konsep dari

setiap sifat cahaya. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata masalah utama yang

dialami siswa adalah (1) siswa masih bingung dalam melakukan sebuah

percobaan, dimana siswa tidak bisa mempersiapkan sendiri dan mengikuti

langkah-langkah dari sebuah percobaan dan (2) pemahaman sebagian siswa hanya

bisa didapatkan ketika siswa menggali pengetahuannya, dengan cara melakukan

percobaan itu sendiri.

Salah satu langkah strategis yang dapat dijadikan alternatif untuk peningkatan

pemahaman konsep sains siswa adalah model pembelajaran Eksperimen.

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Sodikin, Ali (2012)

di MI Sultan Agung 03 Kecamatan Sukolilo terbukti berhasil meningkatkan

pemahaman konsep siswa mengenai sifat-sifat cahaya. Model pembelajaran

Eksperimen merupakan model pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu

mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang

dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Selain itu, siswa juga berlatih

dalam cara berpikir ilmiah. Dengan eksperimen, siswa pun mampu menemukan

bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya. Penting juga

diperhatikan, eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus

dilaksanakan di dalam laboratorium tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas,

seperti di alam sekitar. Dengan demikian, kegiatan eksperimen yang dilakukan

oleh siswa merupakan kesempatan baginya dalam melakukan suatu eksplorasi.

Siswa akan memperoleh pengalaman meneliti yang dapat mendorongnya untuk

mengkontruksi pengetahuaanya sendiri, berpikir ilmiah dan rasional, serta

(12)

4

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini difokuskan pada “Penerapan

Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada

Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya” (Penelitian Tindakan

Kelas pada Pembelajaran IPA di SDN Cikidang I Kelas V Semester 2 Tahun

Ajaran 2013/2014, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti adalah “Bagaimana penerapan

metode eksperimen agar dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat

cahaya pada pembelajaran IPA di kelas V SDN Cikidang I?”.

Masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA

materi pokok sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cikidang I untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa ?

2. Seberapa besar peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya siswa

kelas V SDN Cikidang pada pembelajaran IPA dengan menggunakan

metode eksperimen ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA di

kelas V SDN Cikidang I Lembang dengan menggunakan metode eksperimen.

Adapun secara khusus, penelitian bertujuan untuk :

1. Mengetahui penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA

tentang sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cikidang I.

2. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya siswa

kelas V SDN Cikidang I pada pembelajaran IPA dengan menggunakan

(13)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan sumbangan yang bermanfaat

bagi SDN Cikidang I dalam rangka memperbaiki pembelajaran IPA khususnya

dan pembelajaran lain pada umumnya.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada peningkatan

aktivitas dan hasil belajar IPA di Kelas V SDN Cikidang I secara nyata,

dan memperkaya wawasan mengenai pendidikan yang berhubungan

dengan proses pembelajaran IPA khususnya pada materi Sifat-sifat

Cahaya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

yaitu:

a. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa serta

memberikan pengalaman baru pada pembelajaran IPA sehingga siswa

termotivasi untuk belajar.

b. Bagi guru

1) Memberikan wawasan baru dan masukan bagi guru tentang

penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi

pokok sifat cahaya dan untuk meningkatkan pemahaman konsep

siswa serta terwujudnya kualitas pembelajaran yang lebih efektif.

2) Guru mengetahui variasi dari beberapa model pembelajaran,

menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran

dikelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh

inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu

kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya

c. Bagi peneliti

Sebagai bahan acuan untuk penerapan metode eksperimen pada materi

(14)

6

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

pengalaman dalam membantu peneliti dalam merancang suatu

pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada

dalam penelitian ini, maka perlu diperjelas dahulu definisi operasional dari

istilah-istilah tersebut :

1. Definisi metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan suatu

percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri apa yang dipelajari, serta

siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari proses yang dialaminya.

Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah percobaan untuk

memperoleh pemahaman mengenai sifat-sifat cahaya dan diharapkan

siswa bisa mengikuti langkah-langkah pembelajaran metode eksperimen,

diantaranya :

a. Perencanaan

1) Siswa membicarakan terlebih dahulu dengan guru permasalahan apa

yang akan diangkat.

2) Siswa bisa menetapkan alat-alat apa saja yang dibutuhkan dalam

percobaan.

3) Siswa bisa menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat.

b. Pelaksanaan, siswa bisa melaksanakan dengan baik langkah-langkah

yang ada dalam Lembar Kerja Siswa.

c. Tindak Lanjut, siswa mengumpulkan laporan, memproses kegiatan

dan mengikuti tes untuk menguji pemahaman siswa.

2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan siswa

dalam translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi yang diukur dengan tes

(15)

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan paparan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah “Jika metode eksperimen diterapkan dengan tepat maka pemahaman

konsep siswa kelas V SDN I Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung

Barat dalam pembelajaran IPA tentang pokok bahasan Sifat-sifat Cahaya akan

(16)

8

Irvan Zakaria, 2014

(17)

22

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk

memperoleh data dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, metode yang

digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan

Classroom Action Research. Ruswandi, dalam Mujono dan Ayi Suherman (2007,

hlm.79) mendefinisikan PTK sebagai berikut:

“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional, oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan-persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.”

Ciri khas dari PTK yaitu dengan adanya siklus-siklus. Dalam tiap siklus

terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan

(acting), mengamati (observing), dan merefleksikannya (reflecting).

Alasan peneliti memilih metode ini karena dilihat dari tujuan PTK itu sendiri

adalah untuk meningkatkan mutu atau kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Metode penelitian ini dirasa cocok untuk peneliti yang sekaligus sebagai guru

yang senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan

profesionalisme guru.

B. Model Penelitian

Pada penelitian ini, model PTK yang digunakan yaitu model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (1982). Penulis menggunakan model

ini karena model ini terkenal dengan proses siklus putaran spiral refleksi diri

yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan

kembali yang merupakan dasar ancang-ancang pemecahan masalah.

Tahapan-tahapan yang tedapat pada PTK model Kemmis dan Mc Taggart,

(18)

23

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

1. Perencanaan

Dalam penelitian tindakan kelas tahapan yang pertama perencanaan, pada

tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh

siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan

beberapa hal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

instrumen penelitian, media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain

yang sekiranya diperlukan.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan atau

menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang

telah dirumuskan pada tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai

dengan apa yang diharapkan.

3. Observasi

Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan ini

berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah

mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui

dampak apakah yang dihasilkan dari proses pelaksanaan.

4. Refleksi

Tahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa

saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki

pada siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini

(19)

Adapun alur PTK menurut Kemmis dan McTaggart dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 3.1

Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart dalam Sukajati (2008, hlm.19)

Alur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah tiga siklus, di

mana dalam setiap siklus terdiri dari satu tindakan yang dilaksanakan dalam dua

kali pertemuan. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan langkah-langkah

sesuai prosedur dalam PTK. Prosedur pertama, sebelum peneliti melakukan

tindakan pertama, langkah awalnya adalah membuat rencana kegiatan

pembelajaran. Kedua, setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan itu

(20)

25

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

SIKLUS 1

SIKLUS 3

SIKLUS 2

perkembangan, di mana tahap tindakan (acting) dan pengamatan (observing)

dilakukan secara bersamaan. Sehingga gambaran alurnya menjadi seperti ini:

Gambar 3.2

Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart yang Dikembangkan

Pengembangan alur tersebut berdasarkan pertimbangan rasional. Pada gambar

1, pelaksanaan tindakan dan observasi seolah terpisah dan merupakan kegiatan

yang berurutan di mana tampak ada jeda waktu di antara keduanya. Padahal,

kedua tahap tersebut dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu,

peneliti mengembangkan diagram alurnya menjadi seperti yang tampak pada

gambar 2. Terakhir, barulah peneliti melakukan refleksi berdasarkan hasil

observasiatas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan

perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana

(21)

tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya

lebih baik lagi dan tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat

sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan

secara optimal.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian berlokasi di SDN Cikidang I, Kecamatan Lembang. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester II, bulan Maret hingga Juni tahun ajaran 2013/2014.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SDN Cikidang I kelas V yang terdiri dari

34 siswa dengan 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan tahun ajaran

2013/2014.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep

siswa kelas V SDN 1 Cikidang pada materi sifat-sifat cahaya dengan

menggunakan model siklus belajar. Menurut Kemmis dan McTaggart dalam

Arikunto (2011, hlm.97) „tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan

pada referensi awal‟.

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan tahap persiapan

penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan

tahap tindakan penelitian

1. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

a. Melakukan observasi awal di SDN Cikidang I, mengidentifikasi

masalah dan membuat surat ijin penelitian.

b. Memilih penerapan model pembelajaran Eksperimen sebagai problem

solving.

c. Memilih materi yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan

(22)

27

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

e. Membuat alat bantu/ media pembelajaran yang sesuai dengan materi.

f. Menyusun instrumen (lembar observasi, soal tes dan angket) untuk

mengumpulkan data.

2. Tahap Tindakan

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai

berikut :

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan, peneliti melakukan

persiapan perencanaan diantaranya sebagai berikut :

a) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

materi sifat cahaya merambat lurus (pertemuan I) dan cahaya

menembus benda bening (pertemuan II)

b) Pembuatan media pembelajaran

Pada sifat cahaya merambat lurus, peneliti menyediakan media

yang terdiri dari karton, lilin, dan korek api dan

Pada sifat cahaya menembus benda bening, peneliti menyediakan

media yang terdiri dari lampu senter, plastik bening, bekas gelas

aqua, kardus, karton, buku dan sebagian media yang digunakan di

ambil dari benda yang ada di kelas.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.

b) Melaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode

eksperimen.

c) Melakukan tes dan percobaan siklus I untuk mendapatkan data

mengenai hasil belajar serta pemahaman konsep siswa tentang

pokok bahasan sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA dengan

(23)

d) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh

pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan

digunakan pada tahap refleksi.

e) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil

pengamatan pada lembar observasi.

3) Tahap Pengamatan

a) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

guru dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan

kontekstual.

b) Observer mengisi lembar observasi.

4) Tahap Refleksi

a) Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang

dikumpulkan dari penelitian tindakan pada siklus I. Setelah hasil

belajar siswa, lembar percobaan dan pengamatan observer telah

dikaji, selanjutnya pada siklus II, peneliti mengulang kegiatan

yang dilaksanakan pada siklus I. Temuan pada tahap refleksi pada

siklus I digunakan untuk memperbaiki RPP dan pembelajaran

pada siklus II.

b. Siklus II

1) Tahap Perencanaan

a) Menginventarisir kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk

dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

b) Menetapkan sub materi yang lebih komplek dari materi siklus I.

c) Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi

pada siklus I. RPP pada siklus II dengan materi sifat cahaya dapat

dipantulkan (pertemuan I) dan cahaya dapat dibiaskan (pertemuan

II)

(24)

29

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

Pada sifat cahaya dapat dipantulkan, peneliti menyediakan media

yang terdiri dari cermin datar dan sendok makan.

Pada sifat cahaya dapat dibiaskan, peneliti menyediakan media

yang terdiri dari bekas gelas aqua, pulpen atau pensil dan uang

logam.

e) Merancang kegiatan yang lebih variatif dalam LKS.

f) Menyiapkan instrumen tes siklus II.

g) Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam

pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP

yang telah disusun dengan mempertimbangkan

perbaikan-perbaikan pada siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks.

b) Melakukan tes dan percobaan siklus II untuk mendapatkan data

hasil belajar dan pemahaman konsep siswa pada siklus II.

c) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar siswa sebagai

sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

d) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil

pengamatan pada lembar observasi.

3) Tahap Pengamatan

a) Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I

yaitu mencatat dan merekam aktivitas belajar siswa oleh

pengamat melalui lembar observasi serta peneliti menyesuaikan

apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini sudah sesuai

dengan yang diharapkan.

4) Tahap Refleksi

a) Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk

dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu

simpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II ini, pemahaman

konsep siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya

(25)

F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ada dua hal yaitu tes dan

nontest (observasi dan dokumentasi).

a. Tes

Tes adalah salah satu cara untuk dapat memperoleh data dalam

penelitian, menurut Nana Sudjana (2012, hlm.35) menyatakan bahwa, “tes

pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,

terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan

pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”. Jadi teknik

pengumpulan data dengan tes ini dimaksudkan untuk menilai hasil belajar

yang berkaitan dengan ranah kognitif, karena setelah siswa selesai mengikuti

suatu pembelajaran, maka siswa akan di berikan tes untuk mengetahui hasil

yang menunjukan sejauh mana keberhasilan guru dalam menyampaikan

materi.

b. Nontes

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini tidak hanya berupa tes

yang berbentuk uraian ataupun tes objektif, tetapi dilakukan juga penilaian

nontes yaitu sebagai berikut.

1) Observasi

Melalui kegiatan observasi ini peneliti dapat memperoleh gambaran

hasil penelitian secara deskriptif, hal-hal apa saja yang terjadi pada

saat penelitian maka akan mempengaruhi hasil dari catatan

observasi, karena observasi yang dilakukan adalah observasi

langsung. Menurut Nana Sudjana (2012, hlm.85) menjelaskan bahwa

“Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap

gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan

langsung diamati oleh pengamat”.

(26)

31

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

Dokumentasi adalah sebuah gambaran atau bukti kongkrit yang

terjadi dari setiap pelaksanaan penelitian. Dengan adanya

dokumentasi, peneliti memiliki gambaran untuk membuat laporan

penelitian dan dapat melihat bukti secara berulang-ulang jika

diperlukan.

2. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah:

a. Lembar Tes

Lembar tes berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengusaan materi

yang telah disampaikan yang harus dijawab oleh siswa, jawaban di dalam

tes dapat berupa lisan atau pun tulisan, bentuk dari tes yang akan

digunakan adalah tes uraian. Pertanyaan-pertanyan dalam lembar tes

bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS merupakan alat bantu siswa untuk mendalami sebuah materi

pembelajaran, selain itu LKS juga dapat dijadikan sebuah instrumen

untuk menilai aktivitas siswa ketika melakukan diskusi serta mengukur

kemampuan kognitif siswa setelah melakukan diskusi mengenai bahan

ajar tentang sifat-sifat cahaya.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah alat untuk menilai aktivitas guru maupun

siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang akan

dinilai tingkah laku serta sikap guru dan siswa sesuai dengan

ketentuan-ketentuan pada tahap perencanaan, lembar observasi juga akan menilai

ranah afektif dan psikomotor siswa.

d. Kamera Digital

Kamera digital dapat digunakan untuk merekam peristiwa penting di

ruang kelas atau juga dapat digunakan untuk metode pengumpulan data

(27)

G. Metode Analisis Data

Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif dan

kuantitatif. Data-data tersebut dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis

berdasarkan jenisnya agar mendapatkan kesimpulan yang utuh dan menyeluruh.

Berikut ini gambaran analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan pada data hasil observasi, wawancara dan

catatan anekdot dengan triangulasi. Triangulasi berdasarkan tiga sudut

pandang, yakni sudut pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa dan

sudut pandang mitra peneliti yang melakukan pengamatan (Kunandar, 2008,

hlm.108). Sudut pandang guru sebagai peneliti melalui catatan anekdot, sudut

pandang siswa melalui wawancara dan sudut pandang mitra peneliti melalui

lembar observasi guru dan siswa.

2. Analisis Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari tes pemahaman siswa mengenai sifat-sifat

cahaya dengan menerapkan metode eksperimen yang dilakukan pada setiap

akhir siklus. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif sebagai berikut:

a. Penyekoran hasil tes

Skala poin pada tes setiap siklus berbeda-beda karena tingkat kesukaran

materi dan jumlah butir soal pada setiap tes siklus berbeda-beda.

Siklus 1

Untuk soal nomor 1, jawaban benar mendapat skor 30

Untuk soal nomor 2, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 3, jawaban benar mendapat skor 10

Untuk soal nomor 4, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 5, jawaban benar mendapat skor 30

Untuk soal nomor 6, jawaban benar mendapat skor 20

(28)

33

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

Untuk soal nomor 8, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 9, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 10, jawaban benar mendapat skor 20

Jumlah skor maksimal 200

Nilai maksimal 100

Siklus 2

Untuk soal nomor 1, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 2, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 3, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 4, jawaban benar mendapat skor 10

Untuk soal nomor 5, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 6, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 7, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 8, jawaban benar mendapat skor 10

Untuk soal nomor 9, jawaban benar mendapat skor 20

Untuk soal nomor 10, jawaban benar mendapat skor 40

Jumlah skor maksimal 200

Nilai maksimal 100

b. Menghitung nilai rata-rata kelas, dengan rumus: Purwanto dalam Nurlela,

(29)

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal Nurlela, (2011,

hlm.41)

TB = x 100%

Ket: TB = Ketuntasan Belajar

ΣS ≥ 63 = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 63

n = banyak siswa

Berdasarkan ketentuan sekolah, siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai

KKM yang telah ditentukan. Sedangkan secara klasikal jika sebanyak 60%-79%

siswa sudah mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari KKM maka

pembelajaran dianggap tuntas dengan kategori cukup, dan jika 80%-100% siswa

mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari KKM, maka pembelajaran

tuntas dengan ketegori baik.

Menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus, dengan

mengadaptasi rumus menurut Hake (dalam Nurlela, 2011:43)

<g> =

Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi dikategorikan kedalam tiga

kategori yang ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Kategori Perolehan Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi

(<g>) > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang

(30)

67 Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode

untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran

IPA kelas V di SD Negeri I Cikidang Lembang dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada tahap pelaksanaan penerapan metode eksperimen dibagi dalam

beberapa langkah. Berikut ini langkah-langkahnya :

a. Perencanaan eksperimen

1) Guru memberikan arahan kepada siswa mengenai pembelajaran

yang akan dilaksanakan dan guru menggali pengetahuan siswa

mengenai sifat-sifat cahaya yang dihubungkan dengan kehidupan

sehari-hari Pada tahap ini juga siswa diperkenalkan pada media

dan tujuan pembelajaran.

2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara

heterogen. Yaitu pengelompokan siswa berdasarkan tingkat

kepandaian dan jenis kelamin, fungsinya agar dalam praktek

pembelajaran seorang peserta didik dalam masing-masing

kelompok dapat saling membantu antara siswa yang kurang

mengerti dengan siswa yang pandai, dan jenis kelamin antara

laki-laki dan perempuan.

3) Setiap kelompok bisa menetapkan alat-alat apa saja yang

dibutuhkan dalam percobaan.

b. Pelaksanaan, setiap kelompok bisa melakukan percobaan untuk

membuktikan sebuah konsep yang sedang dipelajari, mencatat hal-hal

atau informasi yang terjadi selama percobaan sesuai dengan

langkah-langkah yang ada dalam Lembar Kerja Siswa. Selain itu siswa

(31)

kelompok melakukan eksperimen dengan media yang telah

disediakan.

c. Tindak Lanjut, siswa menyampaikan hasil dari eksperimen,

mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengikuti tes untuk

menguji pemahaman siswa.

2. Penerepan metode eksperimen dapat meningkatkan pemahaman konsep

sifat-sifat cahaya. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata kelas hasil tes

pemahaman konsep mulai dari pra test sampai siklus II, yaitu pada pra

test adalah 52,5, pada siklus I adalah 72,03, dan pada siklus II adalah

83,3. Adapun peningkatan pemahaman yang terjadi adalah siswa dapat

menerjemahkan kembali permasalahan yang ada selama percobaan

dengan bahasa sendiri (translasi), siswa bisa membedakan hasil yang di

dapat ketika percobaan dilakukan dengan sesuatu yang lain (interpretasi)

dan siswa mampu menarik kesimpulan dari percobaan yang telah

dilakukan (ektrapolasi).

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode

eksperimen untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata

pelajaran IPA kelas V di SD Negeri I Cikidang Lembang, peneliti

merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Bagi sekolah, sekolah harus lebih memfasilitasi siswa dengan sarana dan

prasarana yang cukup agar dalam proses pembelajaran, kamampuan

siswa berkembang lebih baik dan sekolah juga diharapkan untuk

bersama-sama dengan guru meningkatkan proses pembelajaran, baik

dengan metode, media dan yang lainnya, agar ketuntasan belajar siswa

bisa tercapai.

2. Bagi guru, yang akan menerapkan metode eksperimen dalam

pembelajaran IPA, perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya : (a)

(32)

69

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

dengan lengkap. Selain itu pula, guru menyiapkan lembar kerja siswa

sebagai pedoman dalam melakukan eksperimen. Hal ini dilakukan agar

tidak terjadi kesalahan dalam melakukan eksperimen dan memudahkan

siswa untuk mencatat data-data atau informasi yang terjadi selama

proses percobaan; (b) membentuk kelompok secara heterogen dilihat

dari tingkat kognitif. Tujuannya agar siswa yang tingkat kognitifnya

tinggi mampu menjadi tutor sebaya dalam kelompoknya atau paling

tidak bisa mendorong temanya untuk ikut serta dalam proses percobaan;

(c) membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen;

dan (d) mengoptimalkan diskusi untuk membahas hasil eksperimen.

3. Bagi peneliti berikutnya, yang ingin menerapkan metode eksperimen

diharapkan untuk menerapkannya pada konsep-konsep IPA yang lainnya.

Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa metode eksperimen adalah

metode yang efektif untuk digunakan dalam pembelajaran terutama

untuk ilmu-ilmu yang bersifat empiris atau dapat diamati. Namun perlu

juga diperhatikan kesesuaian antara mata pelajaran dengan metode

(33)

70

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Azmiyawati, Choiril. 2008. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

Bahri, Syaiful & Zain. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

---. (2006b). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006

tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Kunandar. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Purwanto, M.N. (1994). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran

Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta: 2008

Rostiawaty, S. 2008. Senang belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5: untuk kelas V

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan

Depdiknas

Ruswandi, Mujono dan Ayi Suherman. (2007). Metode Penelitian Pendidikan

Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Sudjana, Nana. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

(34)

71

Irvan Zakaria, 2014

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya

Sumantri, Permana M. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Belajar, Bandung: CV Alfabeta, 2010

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Balai Pustaka.

Abidin, M. Z. (2010). Taksonomi Bloom, Konsep dan Implikasinya bagi

Pendidikan Matematika. [Online] Tersedia http://www.masbied.com/2010/03/20/taksonomi-bloom-konsep-dan-implikasinya-bagi-pendidikan-matematika/. [04 April 2014]

Amaliyanti. (2013). Pemahaman Siswa dalam Proses Belajar. [Online]. Tersedia: http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/.[6 Maret 2014].

Faturrahman. (08 Agustus 2008). Metode Demonstrasi dan Eksperimen. [Online] Tersedia http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08metode demonstrasi-dan-eksperimen/. [04 April 2014]

Hariyadi Roni. (2012). Definisi Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran. [Online] Tersedia http://id.shvoong.com/social-sciences/education/ 2264151-definisi-pemahaman-konsep-dalam-pembelajaran/. [04 April 2014]

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart dalam Sukajati (2008, hlm.19)
Gambar 3.2 Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart yang Dikembangkan
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tanaman anggrek di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk.. dibudidayakan

Melakukan kegiatan pendahuluan lapangan pada SPM negeri yang dijadikan tempat penelitian di kabupaten kepulauan Yapen Serui Papua terdapat: (1) desain dan pelaksanaan

Dalam pengamanan proses komunikasi data tidak lepas dari peranan kriptografi.Kriptografi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari keamanan dalam proses komunikasi

Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari

Untuk itu kepala sekolah perlu memberikan motivasi untuk meningkatkan pelajarannya, guru dirangsang agar senantiasa dapat mengembangkan kemampuan dala proses

Melalui program belajar bahasa Inggris interaktif ini diharapkan dapat menarik minat semua orang untuk belajar bahasa Inggris, memberi pengetahuan tentang tenses bahasa

Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis