STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO KEMITRAAN KOMODITAS KENTANG (Solanum tuberosum L) DI PT HORTI AGRO MACRO KABUPATEN GARUT
LAPORAN TUGAS AKHIR
SELI WULANDARI 020518026
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS HORTIKULTURA JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2022
STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO KEMITRAAN KOMODITAS KENTANG (Solanum tuberosum L) DI PT HORTI AGRO MACRO KABUPATEN GARUT
SELI WULANDARI 020518026
Laporan Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat memperoleh sebutan gelar profesional Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)
Pada Program Studi Agribisnis Hortikultura
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS HORTIKULTURA JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2022
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Judul : Strategi Pengelolaan Risiko Kemitraan Komoditas Kentang (Solanum tuberosum ) Di PT Horti Agro Macro Kabupaten Garut
Nama : Seli Wulandari
NIM : 020518026
Program Studi : Agribisnis Hortikultura Jurusan : Pertanian
Laporan ini telah diuji dan dipertahankan di depan Sidang Ujian Akhir Program Studi, pada tanggal 29 Juli 2022.
Disetujui oleh:
Penguji I Ir. Wasrob Nasruddin, MS
NIP. 19580705 198303 1 003
Penguji II
Dr. Ir. Thomas Widodo, M.Ed NIP. 19571221 198303 1 002
Penguji III
Dr.Tri Ratna Saridewi, S.Pi., M.Si NIP. 197412151 99901 2 003
iii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Judul : Strategi Pengelolaan Risiko Kemitraan Komoditas Kentang (Solanum tuberosum ) Di PT Horti Agro Macro Kabupaten Garut
Nama : Seli Wulandari
NIM : 020518026
Program Studi : Agribisnis Hortikultura Jurusan : Pertanian
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Ir. Wasrob Nasruddin, MS NIP. 19580705 198303 1 003
Pembimbing II
Dr. Ir. Thomas Widodo, M.Ed NIP. 19571221 198303 1 002
Diketahui oleh:
Ketua Program Studi Agribisnis Hortikultura Endang Krisnawati, SP., MP
NIP. 19690330 20011 2 003
Ketua Jurusan
Dr. Wahyu Trisnasari, S.ST., M.Si NIP. 19831017 200604 2 002
Direktur
Dr.Detia Tri Yunandar, SP, M.Si NIP. 19800605 200312 1 003 Tanggal Lulus Ujian 29 Juli 2022
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas izin Allah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang telah dilaksanakan dan berjalan dengan baik.
Selanjutnya saya persembahkan karya tulis ini untuk diri sendiri dan untuk Bapak dan Ibu tercinta. Terimakasih untuk diri sendiri karena sudah terus berusaha hingga sampai di titik ini. Terimakasih Ibu yang telah melahirkan, merawat, mendidik, mendukung dan mendoakan setiap langkah dan kebahagiaanku, terimakasih sudah berjuang keras, Ibu. Terimakasih Bapak untuk tetap bertahan melawan sakit hingga saat ini, terimakasih untuk selalu mendukung dan mengantarkan ku melangkah semoga Bapak bisa sehat kembali.
Karya ini saya persembahkan untuk kalian, sebagai wujud terima kasih atas pengorbanan dan jerih payah kalian untuk pendidikan tinggi yang telah diberikan.
Terimkasih juga kepada kakak dan adik A Heri , Teh ida dan adik tercinta Arpa Maulana yang telah banyak membantu dan memberikan kebahagiaan.
Terimakasih kepada rekan-rekan kelompok Tugas Akhir di PT Horti Agro Macro khususnya Pak Khudori, Bu Titin, Bu Asri, Para Karyawan Perusahaan, Petani mitra, serta ibu kost yang sangat baik.
Dukungan kalian sangat membantu saya dalam menyusun laporan Tugas Akhir ini. Terimakasih juga kepada sahabat-sahabat saya, Mia, Aqliah, Dewi, Lusi, Sulis sudah menemani saya disaat-saat tersulit, juga membuat masa pendidikan ini lebih indah.
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Ir. Wasrob Nasruddin, MS dan Bapak Dr.Ir. Thomas Widodo, M.Ed. Telah ikhlas membimbing dan memberikan arahan dalam kegiatan pelaksanaan tugas akhir ini. Semoga semua kebaikan yang telah Bapak berikan menjadi ladang amal di yaumil akhir nanti
Terimakasih kepada senior Aida dan Deby yang telah sabar serta ikhlas dalam membantu menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih kepada senior dan adik tingkat atas segala kebaikan dan dukungan yang diberikan. Semoga kebaikan selalu menyertai kalian.
Sekali lagi terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berperan dalam memberikan doa dan dukungannya hingga dapat
v
mengantarkan saya menjadi seorang sarjana di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor. Semoga Allah senantiasa memberkahi setiap langkah kalian dan semoga ilmu serta gelar ini dapat membawa manfaat. Aamiin Allahumma Aamiin
vi
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir berjudul Strategi Pengelolaan Risiko Kemitraan Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L) Di PT Horti Agro Macro Kabupaten Garut adalah karya saya sendiri yang dibuat dibawah arahan dan bimbingan Dosen Pembimbing. Judul ini belum pernah diajukan dalam bentuk penelitian apapun di perguruan tinggi manapun.
Bahkan rujukan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir tulisan ini.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan plagiarisme tulisan ini, maka saya siap menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Bogor, Juli 2022
Seli Wulandari
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Strategi Pengelolaan Risiko Kemitraan Komoditas Kentang (solanum tuberosum L) di PT Horti Agro Macro Kabupaten Garut” dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat Ir. Wasrob Nasruddin, MS selaku Pembimbingan I, Dr. Ir. Thomas Widodo, M.Ed, selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Tri Ratna Saridewi, S.Pi., M.Si, selaku penguji tamu pada pengujian akhir. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat kepada Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M.S, selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor, Dr. Wahyu Trisnasari, SST., M.Si, selaku Ketua Jurusan Pertanian dan Endang Krisnawati, SP., MP, selaku Ketua Prodi Agribisnis Hortikultura. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Muhammad Khudori, SP, selaku Pembimbing Eksternal di lapangan saat pelaksanaan Tugas Akhir berlangsung. Ungkapan terima kasih juga yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, bantuan baik moril maupun materi, dan kasih sayangnya, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini dapat berjalan dengan lancar.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk membangun kesempurnaan atau perbaikan dalam penyusunan laporan sejenis untuk masa yang akan datang dan semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2022
Penulis Seli Wulandari
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 07 Mei 2000 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Ade S dan Ibu Enung.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di tempuh di Sekolah Dasar Negeri 03 Simpang dan lulus pada tahun 2012, dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Cikajang yang lulus pada tahun 2015, kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12 Garut dan selesai pada tahun 2018. Pada tahun 2018, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program Diploma IV (D-IV) beasiswa Kementrian Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor pada Program Studi Agribisnis Hortikultura.
Selama menempuh pendidikan di Polbangtan Bogor, penulis tergabung dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai koordinator Keagamaan pada periode 2020 – 2021. Selain itu penulis mengikuti kegiatan organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai kaderisasi, dan penulis mengikuti Marching Band dengan memegang alat yaitu simbal. Penulis pernah mengikuti Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) pada tahun 2019 sebagai panitia penyelenggara. Penulis pernah menjadi ketua dalam sebuah kegiatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) akhwat sebagai ketua mentoring adik tingkat dan angkatan.
Selain aktif dalam kegiatan organisasi, penulis juga mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di P4S Agrofram Cianjur dan melaksanakan kegiatan Tugas Akhir di PT. Horti Agro Macro Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut.
ix
ABSTRAK
SELI WULANDARI. Strategi Pengelolaan Risiko Kemitraan Komoditas Kentang (Solanum tuberosum ) Di PT Horti Agro Macro Kabupaten Garut. Dibimbing oleh WASROB NASRUDDIN dan THOMAS WIDODO
PT Horti Agro Macro adalah perusahan yang bergerak di sektor hulu sampai hilir dalam memproduksi kentang. Permintaan produksi kentang terus meningkat sehingga pihak perusahaan tidak bisa memenuhi kebutuhan kentang. fluktuasi produksi tersebut disebabkan karena adanya risiko di tingkat petani mitra dan UMKM. Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja risiko, bagaimana status risiko, bagaimana tingkat pemetaan, dan bagaimana mengelola risiko kemitraan pada komoditas kentang di PT Horti Agro Macro dengan responden 30 petani dan 10 UMKM. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif dengan kuantitatif menggunakan analisis fishbone, metode aproksimasi, risk matrix chart, dan strategi pengelolaan risiko. Hasil penelitian menunjukan terdapat risiko ditingkat petani yaitu, risiko komitmen, risiko gagal panen, risiko pengemasan, risiko pendistribusian, dan risiko pembiayaan dan tingkat UMKM yaitu risiko komitmen, risiko pengadaan bahan baku, risiko pengembalian, dan risiko pendistribusian. Berdasarkan status risiko, risiko tingkat petani lebih besar dibandingkan risiko pada tingkat UMKM. Berdasarkan pemetaan risiko, petani berada pada kuadran I, yang berarti risiko pada level berbahaya dan tingkat UMKM terdapat pada kuadran IV, yang berarti risiko pada level tidak berbahaya.
Strategi pengelolaan risiko pada tingkat petani dengan menggunakan mitigasi risiko dalam bentuk menghindari risiko (avoid), mengendalikan risiko (mitigate), dan mengalihkan risiko (transfer), sedangkan pada tingkat UMKM dalam bentuk menerima risiko (keep).
Kata Kunci: Kentang, Kemitraan, Manajemen Risiko, Risiko
x
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan Penguji ii
Halaman Pengesahan Tugas Akhir Iii
Lembar Persembahan iv
Surat pernyataan vi
Kata Pengantar vii
Riwayat Hidup viii
Abstrak ix
Daftar Isi x
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan 4
Manfaat 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Risiko 5
Kemitraan 8
Status Pengukuran risiko 16
Pemetaan Risiko 18
Strategi Pengelolaan Risiko 19
Tanaman Kentang 20
Kerangka Pemikiran 22
Kajian Empiris 23
METODE PELAKSANAAN 25
Waktu dan Tempat 25
Teknik Penentuan Responden 26
Instrumen Pengumpulan Data 26
Pengujian Instrumen 27
xi
Analisis Data 27
Metode Analisis 28
Definisi Operasional 28
HASIL DAN PEMBAHASAN 30
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30
Profil Perusahaan 32
Pola Kemitraan 33
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko 35
Status Risiko Kemitraan 36
Pemetaan Risiko 39
Pengelolaan Risiko 57
SIMPULAN DAN SARAN 85
Simpulan 85
Saram 86
DAFTAR PUSTAKA 87
LAMPIRAN 90
DAFTAR TABEL
1 Jumlah Luas Panen Dan Produksi Kentang Di Kecamatan 2
2 Kemungkinan Terjadinya Risiko 17
3 Dampak/Akibat/Kerugian Risiko Tersebut Terjadi 17
4 Kajian Terdahulu 23
5 Instrumen Pengumpulan Data 26
6 Hasil Probabilitas dan Dampak Risiko Tingkat Petani 36 7 Hasil Probabilitas dan Dampak Risiko UMKM 38 8 Hak Dan Kewajiban Petani Mitra Dan PT MAU Dalam Kemitraan 41 9 Hak Dan Kewajiban Petani Mitra Dan PT HAM Dalam Kemitraan 41
10 Kelas Mutu Kentang 47
11 Kelas Mutu Kentang Berdasarkan Hasil Di lapangan 47
12 Hak dan Kewajiban UMKM dan PT HAM 52
13 Pengelolaan Risiko Komitmen 59
xii
14 Pengelolaan Risiko Gagal Panen 61
15 Pengelolaan Risiko Pengemasan 65
16 Pengelolaan Risiko Pendistribusian 68
17 Pengelolaan Risiko Pembiayaan 70
18 Pengelolaan Risiko Komitmen 73
19 Pengelolaan Risiko Pengadaan Bahan Baku 75
20 Pengelolaan Risiko Pengembalian 78
21 Pengelolaan Risiko Pendistribusian 80
DAFTAR GAMBAR
1 Produksi Kentang Industri Di PT Horti Agro Macro 2
2 Diagram Pemetaan Risiko 18
3 Kerangka Berfikir 22
4 Pola Kemitraan 34
5 Identifikasi Risiko Kemitraan 35
6 Status Risiko Kemitraan 39
7 Diagram Pemetaan Risiko 40
8 Diagram Pemetaan Risiko Komitmen 43
9 Diagram Pemetaan Risiko Gagal Panen 45
10 Diagram Pemetaan Risiko Pengemasan 48
11 Diagram Pemetaan Risiko Pendistribusian 50
12 Diagram Pemetaan Risiko Pembiayaan 51
13 Diagram Pemetaan Risiko Komitmen 53
14 Diagram Pemetaan Risiko Pengadaan Bahan Baku 55
15 Diagram Pemetaan Risiko Pengembalian 56
16 Diagram Pemetaan Risiko Pendistribusian 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jadwal Rencana Kegiatan 90
2 Kuesioner 91
3 Hasil Metode Aproksimasi 95
4 Data Responden 109
5 Jurnal Harian 102
6 Struktur Organisasi PT Horti Agro Macro 105
7 Kegiatan Dokumentasi 106
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agribisnis merupakan kegiatan komersial yang mencakup satu atau seluruh rantai produksi dari pengolahan sampai pemasaran produk yang ada hubunganya dengan pertanian dalam arti luas. Pembangunan agribisnis dalam perekonomian suatu daerah diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sektor pertanian adalah salah satu sektor penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, pada tahun 2021 sektor pertanian mampu berkontribusi sebesar 13,28% dari PDB Nasional (Badan Pusat Statistik, 2021).
Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat menjadi sektor pendukung maupun penunjang dalam pembangunan sektor lainnya. Sehingga dapat dinyatakan sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
Salah satu komoditas pertanian yang banyak dikembangkan adalah tanaman hortikultura,berupa tanaman hias, buah–buahan, dan sayur–sayuran. Sayur–sayuran merupakan komoditas yang diarahkan sebagai salah satu komoditas yang komersial dalam rangka pemanfaatan pasar Harisman (2017) dalam penelitian Salsabila Anisa et.al (2021). Kentang merupakan komoditas pertanian dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi, karena mengandung sumber kalori, dan protein serta teknik budidaya yang tergolong mudah (Sugiharyanto, 2008). Menurut Badan Statistik Kabupaten Garut terdapat beberapa lokasi yang mempunyai pontensi yang bagus untuk dilakukan penanaman kentang berikut tabel luasan panen dan produksi di Kecamatan di Kabupaten Garut.
2
Tabel 1 Jumlah Luas Panen dan Produksi Kentang di Kecamatan
No Kecamatan Jumlah Sayuran
Luas Panen (Ha) Produksi (ton)
1 Talegong 10 2,294
2 Pamulihan 214 48,897
3 Cikajang 1,084 247,277
4 Banjarwangi 147 33,689
5 Cilawu 132 29,149
6 Bayongbong 126 29108
7 Cigedug 687 13,273
8 Cisurupan 746 170,223
9 Sukaresmi 704 160,640
10 Samarang 55 12,576
11 Pasirwangi 1,229 280,452
12 Karangpawitan 70 4,628
13 Wanaraja 42 9,721
14 Sucinaraja 78 17,851
15 Pangatikan 52 11,429
16 Karangtengah 9 2,075
17 Leuwigoong 63 14,404
Sumber: BPS Kabupaten Garut (2020)
Tabel 1 terdapat tujuh belas kecamatan yang menjadi sentra produksi kentang. Luas panen terbesar pertama berada di Kecamatan Pasirwangi yaitu berjumlah 1229 Ha dan produksi mencapai 280,452 ton/ha. Tiga kecamatan yang menjadi sentra kentang yang paling tinggi yaitu Kecamatan Pasirwangi, Kecamatan Cikajang, dan Kecamatan Cisurupan.
PT Horti Agro Macro adalah salah satu perusahaan yang bergerak di sektor hulu sampai hilir dari mulai pembibitan dengan menggunakan kultur jaringan, produk kentang mentah, dan produk olahan kentang. Berlokasi di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut. Varietas kentang yang digunakan perusahaan ada dua yaitu kentang sayur dan kentang industri. Dalam memenuhi permintaan produksinya perusahaan melakukan kerjasama dengan petani yang ada di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cisurupan. Seiring dengan perkembangan perusahaan, mengalami penurunan produksi kentang yang signifikan. Hal ini ditunjukan pada Gambar 1 produksi kentang industri PT Horti Agro Macro tahun 2017 – 2021.
3
Gambar 1 Produksi Kentang Industri Di PT Horti Agro Macro
Sumber : Data Primer diolah (2022)
Gambar 1 menunjukan dalam 5 tahun produksi kentang Industri mengalami penurunan setiap tahunnya. Produksi kentang di PT Horti Agro Macro pada tahun 2017 sampai tahun 2021 mengalami penurunan, dengan produksi terakhir di tahun 2021 mencapai 115 ton/tahun. Permintaan konsumen yang belum terpenuhi diakibatkan karena produksi yang belum optimal. Dalam segi UMKM risiko yang terjadi yaitu bahan baku yang tidak memenuhi sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan.
Menurut Hanafi (2014) setelah mengetahui risiko yang dihadapi langkah berikutnya adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola, jika perusahaan gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk mengelola risiko-risiko tersebut serta mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan. Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk dikaji mengenai strategi pengelolaan risiko yang dilakukan pada produksi kentang industri, guna untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada produksi kentang industri, selain itu juga risiko yang terjadi dapat mempengaruhi pendapatan petani dan perusahaan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dari itu dalam kajian ini rumusan masalah yang diangkat adalah:
1. Apa saja resiko yang dihadapi dalam melakukan kemitraan komoditas kentang industri PT Horti Agro Macro Di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut?
2. Bagaimana status risiko kemitraan komoditas kentang industri PT Horti Agro Macro Di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut?
120 130 100 120 115
2017 2018 2019 2020 2021
Produksi Kentang Industri di
PT Horti Agro Macro
4
3. Bagaimana tingkat pemetaan kemitraan komoditas kentang industri PT Horti Agro Macro Di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut?
4. Bagaimana mengelola risiko kemitraan komoditas kentang industri PT Horti Agro Macro Di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut?
Tujuan Adapun tujuan kajian ini adalah untuk:
1. Mengetahui resiko yang dihadapi dalam melakukan kemitraan komoditas kentang industri PT Horti Agro Macro Di Kecamatan Cisurupan.
2. Mengidentifikasi status risiko kemitraan komoditas kentang industri PT Horti Agro Macro Di Kecamatan Cisurupan.
3. Mengidentifikasi tingkat pemetaan kemitraan komoditas kentang industri PT Horti Agro Macro Di Kecamatan Cisurupan.
4. Mengidentifikasi pengelolaan risiko kemitraan komoditas kentang industri PT Horti Agro Macro Di Kecamatan Cisurupan.
Manfaat
Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam pengkajian Tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai analisis pengelolaan risiko kemitraan serta khususnya dapat menambah pengalaman bagi mahasiswa.
2. PT Horti Agro Macro, sebagai salah satu solusi dalam peningkatan penerapan kemitraan.
3. Polbangtan Bogor, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi bahan referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian terkait serta sebagai sumber literatur baru di perpustakan Polbangtan Bogor.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Risiko
Menurut Dewi (2008), risiko adalah suatu kejadian/kejadian yang berpotensi terjadi dan menimbulkan kerugian bagi usaha. Risiko muncul dari unsur ketidakpastian masa depan, penyimpangan, terjadinya yang tidak diharapkan atau tidak adanya yang tidak diharapkan. Risiko bersifat dinamis dan saling bergantung.
Oleh karena itu, dinamika sifat risiko harus diantisipasi sejak awal.
Risiko yang dihadapi perusahaan memiliki karakteristik antara lain:
1. Kejadian risiko akan terulang terus dan cenderung dapat diukur 2. -jenis risiko yang masih sangat baru sulit diukur
3. Sangat tergantung satu sama lain
Menurut Darmawi (2010) risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga, dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukan adanya ketidakpastian, ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Dan jika kita kaji lebih lanjut “kondisi yang tidak pasti” itu timbul karena berbagai sebab, antara lain:
1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.
Semakin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.
2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
3. Keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik mengambil keputusan.
Konsep Risiko
Menurut Dewi (2008) beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menilai suatu risiko, yaitu:
1. Exposure, suatu risiko kerugian maksimum yang harus dihadapi apabila terjadi suatu kejadian terburuk. Makin besar nilai eksposur, maka akan semakin besar kerugian yang timbul
2. Volatility, semakin bervariasi hasil yang akan terjadi pada masa yang akan datang, maka semakin besar risikonya.
3. Probability, kemungkinan terwujudnya kejadian yang mengandung risiko.
Semakin besar probabilitas dari kejadian risiko, maka semakin besar risiko.
6
4. Severity, berbeda dengan eksposur yang menekankan kerugian maksimum, severity menekankan pada kerugian yang sekiranya akan dialami. Severity erat hubungannya dengan dengan probabilitas kejadian risiko
5. Time Horizon, semakin lama jangka waktu suatu investasi, maka tingkat risiko semakin besar.
6. Correlaction, jika risiko yang dihadapi saling berhubungan, maka risiko yang dihadapi perusahaan akan semakin besar
7. Capital, perusahaan menyimpan modal untuk dua alasan utama. Alasan pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan kas, misalnya untuk membayar beban.
Alasan kedua adalah untuk menutupi kerugian yang tidak diperkirakan sebelumnya akibat dari eksposur risiko.
Sumber – Sumber Risiko
Usaha pertanian adalah usaha yang rawan akan risiko dan ketidakpastian.
Risiko yang terjadi bisa berupa risiko produksi dan risiko harga. Produsen di bidang pertanian perlu mempelajari sumber-sumber yang menyebabkan risiko terjadi pada usahataninya, kemudian melakukan pengukuran risiko untuk mengetahui dampak dan akibatnya. Tindakan yang terakhir menentukan strategi atau solusi yang sesuai untuk mengatasi risiko.
Beberapa risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu:
1. Risiko produksi Risiko produksi adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi produksi yang mempengaruhi penerimaan produsen pertanian, disebabkan faktor- faktor seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Risiko produksi dapat dihindari maupun dikurangi dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas.
2. Risiko harga Risiko harga yaitu kerusakan produk sehingga tidak memenuhi mutu pasar akibatnya tidak dapat dijual, fluktuasi harga input dan output, sistem informasi pasar lemah dan daya tawar petani lemah Harwood (1999).
Menurut Darmawi (2014), menentukan sumber risiko adalah penting karena
7
mempengaruhi cara penanganannya. Adapun klasifikasi dari sumber risiko tersebut yaitu:
1.
Risiko sosial, risiko ini berkaitan dengan masyarakat artinya masyarakat merupakan orang-orang yang menciptakan terjadinya penyebab penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian. Contoh dari risiko sosial adalah pencurian.2. Risiko fisik, ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya merupakan dari bencana alam, risiko ini sangat komplek contohnya: (a) kebakaran, (b) cuaca, iklim seperti hujan terlalu banyak dapat mengakibatkan banjir dan lain sebagainya, (c) tanah longsor
3. Risiko ekonomi, risiko yang bersifat ekonomi dapat dirasakan oleh manusia antara lain seperti inflasi dan fluktuasi harga.
Menurut Djohanputro (1992) dalam penelitian Murti TC 2014 risiko pada perusahaan dapat dikategorikan menjadi empat jenis yaitu:
1. Risiko Keuangan, yaitu fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak variabel makro.
2. Risiko Operasional, yaitu potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, Teknologi, atau faktor lainnya.
Risiko operasional merupakan risiko yang dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan dimana segala risiko yang terkait dengan fluktuasi hasil usaha perusahaan akibat pengaruh dari hal-hal yang terkait dengan kegagalan sistem atau pengawasan dan peristiwa yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.
3. Risiko Strategis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi korporat dan eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha.
4. Risiko Eksternalitas, yaitu potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal.
Risiko dari Sudut Pandang Penyebab
Sofyan (2004) menyebutkan faktor-faktor penyebab munculnya risiko itu pada umumnya dari dua sumber, yakni sumber intern dan sumber ekstern. Sumber intern umumnya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah
8
intern itu umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber ekstern umumnya jauh di luar kendali si pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya suatu daerah atau negara, kondisi suplai atau pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, serta perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan.
Risiko dari Sudut Pandang Akibat
Sofyan (2004) Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectations) ke salah satu dari dua arah. Artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan.
Jika kemungkinan itu ada, maka kita katakan risiko bersifat spekulatif. Lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni yaitu yang hanya ada kemungkinan kerugian.
Risiko ini hanyalah mempunyai kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan untung. Risiko ini disebut risiko murni.
Disimpulkan bahwa pentingnya penjenisan ini, karena setiap usaha ekonomi itu penuh dengan adanya risiko, baik risiko spekulatif maupun risiko murni. Risiko dapat diklasifikasikan. Apakah suatu risiko itu spekulatif atau murni, bergantung pada pendekatan yang digunakan. Risiko spekulasi biasanya tidak dapat diasuransikan. Hanya risiko murni yang dapat diasuransikan. Asuransi adalah alat utama bagi orang yang terbuka terhadap kemungkinan risiko murni.
Menurut Riyadi dan Mahbubi (2013) risiko murni yang dihadapi seseorang, keluarga, perusahaan dan organisasi lain dapat digolongkan ke dalam risiko pribadi, risiko harta, dan risiko pertanggungjawaban. Risiko pribadi adalah kemungkinan kerugian atas diri orang itu seperti kematian atau cacat. Risiko harta adalah risiko kerugian atas harta seperti pencurian mobil. Risiko tanggung gugat (risiko pertanggungjawaban) adalah kemungkinan bertanggung jawab secara hukum untuk bayar kerusakan terhadap orang atau barang lain.
Kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu- individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
9
tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi: kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
Menurut Hafsah (2002) kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, dalam jangka waktu tertentu, untuk meraih keuntungan bersama, dalam prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis, yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini perilaku-perilaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut, harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama, sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Hal ini erat kaitannya dengan peletakkan dasar-dasar moral berbisnis bagi pelaku-pelaku kemitraan.
Bentuk – Bentuk Kemitraan
Lebih lanjut menurut Sumardjo et al (2004), dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat 5 (lima) bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha besar:
Pola Kemitraan Inti-Plasma
Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sedangkan kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.
Keunggulan sistem inti-plasma:
a. Terciptanya saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan usaha kecil sebagai plasma mendapatkan pinjaman permodalan, pembinaan teknologi dan manajemen, sarana produksi, pengolahan serta pemasaran hasil dari perusahaan mitra. Perusahaan inti memperoleh standar mutu bahan baku industri yang lebih terjamin dan berkesinambungan.
b. Terciptanya peningkatan usaha Usaha kecil plasma menjadi lebih ekonomis dan efisien karena adanya pembinaan dari perusahaan inti. Kemampuan pengusahaan inti dan kawasan pasar perusahaan meningkat karena dapat
10
mengembangkan komoditas sehingga barang produksi yang dihasilkan mempunyai keunggulan dan lebih mampu bersaing pada pasar yang lebih luas, baik pasar nasional, regional, maupun internasional.
c. Dapat mendorong perkembangan ekonomi berkembangnya kemitraan inti- plasma mendorong tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru yang semakin berkembang. Kondisi tersebut menyebabkan kemitraan sebagai media pemerataan pembangunan dan mencegah kesenjangan sosial antar daerah.
Kelemahan sistem plasma:
1. Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar.
2. Komitmen perusahaan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma.
3. Belum ada kontak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma sehingga terkadang pengusaha inti mempermainkan harga komoditas plasma.
Pola Kemitraan Subkontrak
Pola kemitraan subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Keunggulan pola kemitraan subkontrak: Kemitraan ini ditandai dengan adanya kesepakatan mengenai kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu. Pola subkontrak sangat bermanfaat bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan dan produktivitas, serta terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra.
Kelemahan pola kemitraan subkontrak:
1. Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi produsen kecil mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalam penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran.
2. Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak.
3. Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tidak diimbangi dengan sistem pembayaran yang tepat.
11 Pola Kemitraan Dagang Umum
Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut. Keuntungan berasal dari margin harga dan jaminan harga produk yang yang diperjualbelikan, serta kualitas produk sesuai dengan kesepakatan pihak yang bermitra. Keunggulan pola kemitraan dagang umum: Kelompok mitra atau koperasi tani berperan sebagai pemasok kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan mitra.
Sementara itu, perusahaan mitra memasarkan produk kelompok mitra ke konsumen. Kondisi tersebut menguntungkan pihak kelompok mitra karena tidak perlu bersusah payah memasarkan hasil produknya sampai ke tangan konsumen.
Kelemahan pola kemitraan dagang umum:
1. Dalam prakteknya, harga dan volume produknya sering ditentukan secara sepihak oleh pengusaha mitra sehingga merugikan kelompok mitra.
2. Sistem perdagangan seringkali ditemukan berubah menjadi bentuk konsinyasi.
Pola Kemitraan Keagenan
Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil. Pihak perusahaan mitra memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar mitra.Perusahaan besar/menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang dan jasa), sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa.
Di antara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk. Keuntungan usaha kecil (kelompok mitra) dari pola kemitraan ini bersumber dari komisi oleh pengusaha mitra sesuai dengan kesepakatan.
Keunggulan pola kemitraan keagenan:
Pola ini memungkinkan dilaksanakan oleh pengusaha kecil yang kurang kuat modalnya karena biasanya menggunakan sistem mirip konsinyasi. Berbeda dengan pola dagang umum yang justru perusahaan besarlah yang kadang-kadang lebih banyak mengangguk keuntungan dan kelompok mitra haruslah bermodal kuat.
12 Kelemahan pola kemitraan keagenan:
1. Usaha kecil mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga harganya menjadi lebih tinggi di tingkat konsumen.
2. Usaha kecil sering memasarkan produk dari beberapa mitra usaha saja sehingga kurang mampu membaca segmen pasar dan tidak memenuhi target.
Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)
Pola kemitraan KOA merupakan hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. KOA telah dilakukan pada usaha perkebunan, seperti perkebunan tebu, tembakau, sayuran, dan usaha perikanan tambak. Dalam KOA terdapat kesepakatan tentang pembagian hasil dan resiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan.
Keunggulan pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis: Keunggulan kemitraan ini sama dengan keunggulan sistem inti-plasma. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis ini paling banyak ditemukan pada masyarakat pedesaan, antara usaha kecil di desa dengan usaha rumah tangga dalam bentuk bagi hasil. Kelemahan pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis:
1. Pengambilan untung oleh perusahaan mitra yang menangani aspek pemasaran dan pengolahan produk terlalu besar sehingga dirasakan kurang adil oleh kelompok usaha kecil mitranya.
2. Perusahaan mitra cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan yang diperoleh pengusaha kecil mitranya.
3. Belum ada pihak ketiga yang berperan efektif dalam memecahkan permasalahan di atas.
Pola implementasi di lapangan pola-pola kemitraan tersebut berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kemitraannya baik pada sektor pertanian, industri maupun perdagangan. Menurut Hafsah (2000), pola kemitraan usaha yang dapat di kembangkan di Indonesia yaitu:
13
1. Pola kemitraan sederhana (pemula), perusahaan atau pengusaha besar mempunyai tanggung jawab terhadap pengusaha kecil mitranya dalam memberikan bantuan atau kemudahan memperoleh permodalan untuk mengembangkan usaha, penyedia sarana produksi yang dibutuhkan, bantuan teknologi terutama teknologi alat dan mesin untuk meningkatkan produksi dengan jumlah dan standar mutu yang telah disepakati.
2. Pola kemitraan tahap madya, yaitu pengembangan pola kemitraan sederhana, usaha kecil telah mampu mengembangkan usaha mua dari perencanaan usaha sampai pengadaan sarana produksi dan permodalan dalam upaya menjamin kelangsungan kemitraan yang dijalin dengan usaha besar.
3. Pola kemitraan tahap utama, pola ini pihak pengusaha kecil secara bersama sama mempunyai potongan atau menanam modal usaha pada usaha besar mitranya dalam bentuk saham
Unsur – Unsur Kemitraan
Berdasarkan definisi kemitraan, menurut Hafsah (2000) terdapat beberapa unsur pokok dalam kemitraan, yaitu :
1. Kerjasama Usaha
Kerjasama yang dilakukan antara Usaha Besar dengan Usaha Kecil didasarkan pada kerjasama kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Kesejajaran ini berlaku pula pada kesetaraan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saking mengeksploitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya diantara pihak terkait dalam mengembangkan usahanya. Dengan konsep ini, diharapkan agar pengusaha besar atau menengah dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh di dalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan.
2. Pembinaan dan Pengembangan
Pada dasarnya yang membedakan antara kemitraan dengan hubungan dagang biasa adalah adanya unsur pembinaan dan pengembangan yang dilakukan dalam konsep kemitraan. Pembinaan yang dilakukan di dalam kemitraan antara lain pembinaan pembinaan dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan manajemen usaha, pembinaan peningkatan sumber daya manusia (SDM),
14
pembinaan manajemen produksi, pembinaan mutu produksi serta pembinaan dalam pengembangan aspek institusi kelembagaan, fasilitas alokasi serta investasi.
1. Prinsip Saling Memerlukan, Saling Memperkuat, dan Saling Menguntungkan a. Prinsip Saling Memerlukan
Dalam kemitraan, usaha perusahan besar dalam mengefisiensikan biaya produksinya adalah dengan cara penghematan tenaga kerja. Penghematan tenaga produksinya adalah dengan cara menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Sebaliknya, perusahaan kecil melakukan usaha efisiensi dengan cara menggunakan fasilitas teknologi, permodalan, dan sarana produksi dari perusahaan besar. Dengan demikian terdapat prinsip saling memerlukan di antara kedua belah pihak di dalam kemitraan.
b. Prinsip Saling Memperkuat
Seperti pada pelaksanaan usaha lainnya, kemitraan dilakukan agar semua pihak mendapatkan nilai tambah yang berarti. Nilai tambah tersebut dapat berupa nilai ekonomi seperti peningkatan modal, keuntungan, dan perluasan pangsa pasar.
Bentuk nilai tambah lainnya dapat berupa nilai non ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen dan penguasaan teknologi. Dengan melaksanakan konsep kemitraan diharapkan agar diantara kedua belah pihak terjadi saling mengisi atau saling memperkuat dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra.
c. Prinsip Saling Menguntungkan
Salah satu maksud dan tujuan kemitraan adalah terjadinya hubungan yang saling menguntungkan. Berpedoman pada kesejajaran kedudukan, tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan, tetapi justru tercipta rasa saling percaya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya.
Faktor-faktor pendorong terjalinnya kemitraan antara petani dengan pengusaha dari sisi petani adalah sebagai berikut (Basoenondo dalam Wulandari, 2004):
1. Adanya Jaminan Modal. Memulai membangun hubungan dengan calon mitra Langkah awal dalam proses kemitraan adalah mengenal calon mitra.
Pengenalan calon mitra ini merupakan awal keberhasilan dalam proses membangun kemitraan selanjutnya. Memilih mitra yang tepat memerlukan
15
waktu karena harus benar-benar diyakini, maka informasi yang dikumpulkan harus lengkap.
2. Ketersediaan Pupuk. Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra Kondisi bisnis calon mitra harus benar-benar diperhatikan terutama kemampuan dalam manajemen, penguasaan pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya manusianya. Pemahaman akan keunggulan yang ada akan menghasilkan sinergi yang berdampak pada efisiensi, turunnya biaya produksi dan sebagainya.
3. Anjuran penanaman varietas atau jenis tertentu sesuai dengan yang diinginkan pabrikan. Mengembangkan strategi dan menilai detail bisnis Strategi yang direncanakan bersama meliputi strategi dalam pemasaran, distribusi, operasional dan informasi. Strategi disusun berdasarkan keunggulan dan kelemahan bisnis dari pihak yang bermitra.
4. Adanya Jaminan Kepastian Pasar. Mengembangkan program Setelah informasi dikumpulkan kemudian dikembangkan menjadi suatu rencana yang taktis dan strategi yang akan diimplementasikan. Termasuk didalamnya menentukan atau membatasi nilai tambah yang ingin dicapai.
5. Adanya Bimbingan Teknis Budidaya. Memulai pelaksanaan Memulai pelaksanaan kemitraan berdasarkan ketentuan yang disepakati. Pada tahap awal yang perlu dilakukan adalah mengecek kemajuan-kemajuan yang dialami.
6. Adanya bimbingan teknis pasca panen/pengeringan. Diasumsikan bimbingan teknis pasca panen akan mengurangi cacat fisik seperti robek (rambing).
7. Adanya keterlibatan pemerintah dalam kerjasama antara petani dengan pengusaha. Pemerintah dapat melakukan pembinaan kepada petani, sehingga petani mendapatkan 2 (dua) sumber informasi pasar yang dapat menampung hasil produksinya. Jika pada nantinya terjadi permasalahan maka pemerintah dapat bantuan berupa modal maupun sarana produksi lain, akan memberikan solusi jika terjadi hal-hal yang tidak dapat diprediksi. Misalnya datangnya hujan lebih awal yang disertai badai, sehingga tembakau petani mengalami kerusakan.
Keadaan ini tidak akan menyebabkan pabrikan lepas tangan begitu saja meninggalkan petani, akan tetapi dapat memberikan solusi yang baik walaupun secara teknis sangat sulit dilakukan.
16
Status Pengukuran Risiko
Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk
‘mengukur’risiko tersebut.
Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi. Contoh adalah membuat matriks dengan sumbu mendatar adalah probabilitas terjadinya risiko, dan sumbu vertikal adalah tingkat keseriusan konsekuensi risiko tersebut (saverity, atau besarnya kerugian yang timbul akibat risiko tersebut). Setiap risiko bisa dievaluasi kemudian dimasukan ke dalam matriks tersebut.
Metode aproksimasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui probabilitas (P) dan dampak (D) risiko, metode ini dilakukan dengan menanyakan kira-kira berapa dampak dan kemungkinan (probabilitas) dari suatu risiko kepada orang lain. Disebut aproksimasi karena informasi yang diperoleh merupakan perkiraan atau aproksimasi. Pemilihan ini karena tidak memiliki data historis mengenai kemungkinan (probabilitas) dan dampak risiko yang ada. Pengumpulan informasi pada metode aproksimasi dilakukan dengan cara Expert Opinion Kountur (2008).
Penilaian dilakukan pada kuesioner atau lembar penilaian yang telah persiapkan. Untuk penilaian dilakukan dalam bentuk skala, skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert dengan pemberian bobot dari 1 – 5 pada masing-masing risiko di setiap rantai proses, deskripsi penilaian dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini yang diadaptasi dari penelitian Widiasih (2017):
17
Tabel 2 Kemungkinan terjadinya risiko
Bobot Skala Deskripsi
5 Sangat Tinggi Tingkat kemungkinan terjadinya risiko sangat tinggi 4 Tinggi Tingkat kemungkinan terjadinya risiko tinggi 3 Cukup Tinggi Tingkat kemungkinan terjadinya cukup tinggi 2 Rendah Tingkat kemungkinan terjadinya risiko rendah
1 Sangat rendah Tingkat kemungkinan terjadinya risiko sangat rendah Sumber: kuontur (2008)
Tabel 3 Dampak/akibat/kerugian jika risiko tersebut terjadi
Bobot Skala Deskripsi
5 Sangat Tinggi Dampak dari terjadinya risiko sangat besar 4 Tinggi Dampak dari terjadinya risiko besar
3 Cukup Tinggi Dampak dari terjadinya risiko cukup besar 2 Rendah Dampak dari terjadinya risiko kecil
1 Sangat rendah Dampak dari terjadinya risiko sangat tinggi
Sumber : kountur (2008)
Hasil dari penilaian atau pengukuran atau pengukuran risiko tersebut, kemudian dilakukan perhitungan terhadap status risiko, perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui posisi sebenarnya suatu risiko. Adapun rumus yang digunakan diadaptasi dari penelitian Pernanda (2015) adalah sebagai berikut:
Penetapan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Perhitungan status risiko diperlukan untuk mengetahui posisi sebenarnya suatu risiko. Status risiko diperoleh dari perkalian antara kemungkinan (probabilitas) dan dampak Kountur (2008).
Semakin tinggi nilai status risiko, maka semakin perlu mendapatkan perhatian, sebaliknya, semakin rendah status risiko, semakin rendah pula kepentingan bagi perusahaan untuk memberikan perhatian kepada risiko tersebut.
Setelah didapatkan hasil dari perhitung.
Risk Status = Probabilitas X Dampak
18
Pemetaan Risiko
Pemetaan, pemetaan merupakan kelanjutan dari tahap pengukuran risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga dapat mengidentifikasi karakter dari setiap risiko dan menetapkan tindakan masing-masing risiko Hanafi (2009).
Teknik ini merupakan teknik yang cukup sederhana (tidak melibatkan kuantitatif yang rumit). Risiko dapat dikelompokan berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi dan dampak. Pengukuran kuantitatif ini dapat digunakan menggunakan risk matrix chart. Matriks chart digunakan untuk memilah risiko- risiko yang berdampak tinggi dari risiko-risiko yang berdampak rendah. Risk matrix chart dapat dilihat pada Gambar 2.
Hasil penelitian yang terkait dengan dua dimensi risiko, yaitu probabilitas dan dampak digunakan pada pemetaan. Dua dimensi tersebut kemudian dimasukan ke dalam diagram pemetaan risiko (Risk Matrix Chart) untuk melihat prioritas risiko Gambar 2. Empat kategori arti masing-masing kuadran risk matrix chart, yaitu:
1. Kuadran I, risiko mengancam pencapaian tujuan bisnis 2. Kuadran II, risiko berbahaya yang jarang terjadi
3. Kuadran III, risiko yang terjadi secara rutin namun dampak rendah 4. Kuadran IV, risiko tidak berbahaya
5
3
Kuadran II Kuadran I
1
Kuadran IV Kuadran III
1 3 5
Gambar 1 Diagram Pemetaan Risiko (Risk Matrix Charts) Sumber:Kountur, 2008
Keterangan:
1. Kuadran I : Risiko yang sering terjadi dan memiliki dampak yang sangat besar Probabilitas
Dampak 3
19
serta dapat mengancam pencapaian tujuan perusahaan.
2. Kuadran II : Risiko yang jarang terjadi namun berbahaya dan memiliki dampak yang besar dan dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
3. Kuadran III : Risiko yang rutin terjadi namun memiliki dampak yang kecil dan sedikir dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan.
4. Kuadran IV: risiko yang tidak berbahaya dan memiliki dampak yang sangat kecil.
Strategi Pengelolaan Risiko
Tahap keempat, strategi pengelolaan risiko, berdasarkan strategi yang dilakukan dalam mencegah suatu risiko, tiap rantai pasok dapat melakukan strategi pengurangan risiko, atau seberapa besar risiko yang dapat ditoleransi atau diterima sesuai dengan ukuran minimum sesuai yang diterapkan, antara lain
1. Menghindari risiko (Avoid), yaitu risiko dihindari karena dampaknya terlalu besar bagi perusahaan, atau menghindari risiko tertentu dengan mengusahakan agar perusahaan tidak memilih atau melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sumber datangnya risiko.
2. Mengalihkan risiko (Transfer), yaitu membagi risiko kepada pihak ketiga, melalui hedging, outsourcing, diversifikasi, sub-kontrak, tunda jual dan kontrak masa depan atau asuransi.
3. Mengendalikan (Mitigasi), yaitu mengurangi, memperingankan, mengantisipasi pengaruh yang ditimbulkan oleh kemungkinan terjadinya risiko dengan cara melakukan kegiatan pencegahan dan meningkatkan pengawasan yang lebih ketat.
4. Menerima (Keep), yaitu menghadapi risiko tersebut apa adanya atau risiko diterima sejauh dalam batas-batas toleransi yang diberikan atau ditetapkan oleh perusahaan (risk appetite), tetapi dengan tetap melakukan langkah-langkah antisipasi semaksimal mungkin agar tetap melakukan langkah-langkah antisipasi semaksimal mungkin agar diperoleh nilai bagi perusahaan.
20
Tanaman Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sayuran umbi – umbian yang kaya akan karbohidrat dan dapat digunakan sebagai pengganti makanan pokok.
Kentang merupakan salah satu makanan pokok dunia karena menduduki peringkat tiga konsumsi masyarakat dunia setelah beras dan gandum Internasional Potato dalam penelitian Purnomo Edi Center (2019).
Kentang merupakan sumber karbohidrat rendah kalori, sehingga berpotensi untuk menggantikan beras dalam program diversifikasi pangan, serta mendukung program ketahan pangan. Namun, efek perubahan iklim (DPI) sebagai akibat dari pemanasan global yang menyebabkan anomali iklim seperti hujan yang berkesenjangan, kekeringan yang berkepanjangan dan peningkatan suhu dapat mempengaruhi produksi, produktivitas, dan kualitas hasil kentang dan produk lainnya Ainsworth & Ort (2010).
Menurut Krisnawati (2003). Kentang merupakan tanaman daerah yang memiliki iklim sedang (subtropis) dan dataran tinggi (1000-3000 m), yang secara taksonomi tanaman kentang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Family : Solanaceae Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
Tanaman kentang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis pada ketinggian 800 sampai 1500 meter diatas permukaan laut. Menurut Sunarjono, (2007) tanaman kentang termasuk ke dalam tanaman berumur pendek yaitu 100 – 160 hari. Jenis tanah yang digunakan untuk kentang, pada umumnya benih kentang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, berdrainase baik, lempung gembur, lempung berpasir dan tanah yang cocok adalah andosol. Tetapi pH yang baik untuk pertumbuhan dan suplai hara adalah 5,0 – 6,5 (Martodireso dan Suryanto 2001). Menurut Ashandi dan Gunandi (2006), daerah yang memiliki suhu udara maksimum 300C dan suhu udara minimum 150C merupakan daerah yang sangat
21
baik untuk pertumbuhan kentang dibandingkan dengan daerah tersebut yang memiliki suhu rata – rata 240C yang relatif stabil. Sulistiono (2005) menyatakan bahwa curah hujan yang dibutuhkan tanaman kentang berkisar antara 300 – 1000 mm/tahun. laju transfer CO2 ke dalam tanaman meningkat ketika nilai kecepatan angin tinggi. Peningkatan aliran CO2 ini berarti peningkatan laju fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Pengaruh sinar matahari terhadap perkembangan vegetatif dan pertumbuhan tanaman ditentukan oleh sintesis warna hijau daun, aktivitas stomata, penyerapan unsur hara mineral, laju respirasi dan laju respirasi aliran protoplasma.
Perkembangan teknologi pemulian tanaman saat ini menunjukan banyak kemajuan. Seiring dengan perkembangan teknologi genetika, banyak bermunculan varietas baru varietas kentang berdasarkan ketahanannya terhadap penyakit.
Menurut Balitsa (2008), varietas kentang unggulan yang dominan adalah Granola yang merupakan kentang nabati dan Atlantis yang merupakan kentang olahan.
22
Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Kerangka berfikir
PT Horti Agro Makro
Kemitraan PT Horti Agro Macro dengan Petani Mitra
Identifikasi Risiko Kemitraan
Mengukur Risiko Pemetaaan
Pengelolaan Risiko
Strategi Pengelolaan Risiko Kemitraan Pada Komoditas Kentang
23
Kajian Empiris Tabel 4 Kajian terdahulu
No Judul Penelitian Nama Jurnal Metode Penelitian Pembahasan
1 Strategi Pengelolaan Risiko Rantai Pasok Komoditas Kentang Di Kabupaten Bandung
Skripsi Metode penelitian yang
digunakan yaitu
menggunakan metode fishbone, metode pengukuran risiko (metode Aproksimasi), dan metode pemetaan.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui diagram alur rantai pasok, 2) Mengidentifikasi risiko yang timbul dari rantai pasok, 3) Pengukuran risiko di setiap tingkatan rantai pasok, 4) Memetakan risiko yang terjadi, dan 5) Pengelolaan risiko dari petani, pengumpul, dan distributor.
2 Pengaruh Kemitraan Terhadap Risiko Usaha Tani Tembakau Di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur
Jurnal Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode kuantitatif.
Tujuan penelitian adalah 1) Untuk menganalisis risiko produksi petani tembakau dan menganalisis pengaruh kemitraan terhadap risiko usahatani, 2) Untuk menganalisis harga tembakau.
3 Strategi Manajemen Risiko Pada Usahatani Sawi (Brassica juncea L)
Skripsi Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dan metode deskriptif.
Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis tingkat risiko produksi dan risiko harga, 2) menganalisis perilaku petani sawi terhadap risiko produksi dan risiko harga, 3) menganalisis strategi manajemen risiko pada usahatani sawi.
24 4 Pengelolaan Risiko Usaha
Peternakan Ayam Broiler Melalui Pola Kemitraan
Skripsi Metode yang digunakan analisis deskriptif, diagram fishbone, z-score dan Value at Risk
Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan pola reduksi sumber risiko, 2) mengidentifikasi sumber – sumber risiko yang tidak tereduksi dalam kegiatan kemitraan, 3) mengetahui tingkat peluang, dampak, dan peta risiko yang tidak dapat tereduksi oleh kemitraan.
5 Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan Dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani Semangka Di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah Dengan CV Bimandiri
Skripsi Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif
Tujuan penelitian ini adalah 1) mengkaji pelaksanaan kemitraan antara petani semangka dengan bimandiri, 2) mengidentifikasi manfaat dan kendala yang dihadapi, 3) mengetahui perbedaan tingkatan pendapatan petani mitra dengan petani non mitra.
25
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Tugals alkhir ini dilalkukaln di PT Horti Algro Malcro yalng beraldal di Kecalmaltaln Cisurupaln Kalbupalten Galrut. Pengalmbilaln daltal dilalksalnalkaln paldal 4 Alpril hinggal 2 Juli talhun 2022. Pemilihaln lokalsi penelitialn dengaln menggunalkaln metode purposive salmpling. Purposive salmpling merupalkaln teknik pengalmbilaln salmpel sumber dengaln tujualn altalu pertimbalngaln tertentu. Berikut ini aldallalh uralialn penentualn lokalsi tugals alkhir:
1. Kalbupalten Galrut, Jalwal Balralt secalral purposive sebalgali lokalsi kaljialn dengaln pertimbalngaln balhwal wilalyalh Galrut, Jalwal Balralt merupalkaln sallalh saltu sentral produksi kentalng.
2. Penentualn wilalyalh Galrut sebalgali lokalsi penelitialn dipilih secalral purposive dengaln pertimbalngaln balhwal PT Horti Algro Malcro termalsuk ke dallalm perusalhalaln yalng sudalh sklal menengalh sehinggal cocok dijaldikaln lokalsi tugals alkhir.
Teknik Pengumpulaln Daltal
Paldal penelitialn tugals alkhir ini daltal yalng digunalkaln aldallalh daltal primer daln daltal sekunder. Metode pengumpulaln daltal primer ini dilalkukaln sebalgali berikut:
1. Walwalncalral terstruktur.
Walwalncalral terstruktur merupalkaln sualtu teknik walwalncalral yalng digunalkaln untuk mengumpulkaln daltal primer. Bentuknyal berupal pertalnyalaln kepaldal responden secalral lalngsung daln berhaldalpaln.
2. Alngket (kuesioner)
Alngket (kuesioner) Merupalkaln teknik kedual yalng digunalkaln untuk mengumpulkaln daltal dallalm kaljialn ini yalitu dengaln memberikaln kuesioner kepaldal responden berupal pertalnyalaln tertulis secalral tertutup.
3. Observalsi
Teknik ini dilalkukaln secalral lalngsung berdalsalrkaln pengalmaltaln di lalpalngaln dallalm objek pengkaljialn.