• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN KAYU ARO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN KAYU ARO"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN KAYU AROKABUPATEN KERINCI

SKRIPSI

RIZQY AULIA NASUTION

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI 2023

(2)

RIZQY AULIA NASUTION D1B016081

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI 2023

(3)
(4)

ABSTRAK

RIZQY AULIA NASUTION. Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci. Dibimbing Oleh Dr. Ir. Ira Wahyuni, M.P dan Ir. Dewi Sri Nurchaini, M.P.

Penelititan ini ditujukan untuk :(1) Mengetahui gambaran umum usahatani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci, (2) Untuk menganalisis pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci, (3) Untuk menganalisis besarnya kontribusi pendapatan usahatani kopi arabika terhadap pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, analisis pendapatan, analisis R/C rasio. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci dan pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) di Desa Sungai Bendung Air dan Desa Sangir. Jumlah petani sampel dalam penelitian adalah 56 orang petani, penentuan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau slovin. Dari hasil penelitian diketahui bahwa (1) petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro mengusahakan usahatani kopi arabika menggunakan sistem tanam tumpang sari. Proses budidaya tanaman kopi arabika adalah pemeliharaan yaitu pembersihan gulma, pemupukan dan pemanenan biji kopi arabika. Produksi kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro adalah dalam bentuk biji kopi arabika atau red cherry. Sistem pemasaran biji kopi arabika adalah antara petani dengan pedagang pengumpul. Petani Kopi Arabika di Kecamatan Kayu Aro memiliki cabang usaha selain usahatani kopi arabika yang dapat dikelompokkan menjadi 3 pola usaha. (2) Pendapatan petani yang didapat dari hasil mengusahakan usahatani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci sebesar Rp 3.251.319,00 pertahun.

Besaran nilai R/C rasio dari usahatani kopi arabika adalah 3, hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani kopi arabika layak untuk diusahakan. (3) Kontribusi pendapatan usahatani kopi arabika terhadap pendapatan petani di Kecamatan Kayu Aro sebesar 14,71%. Hal ini menunjukka bahwa usahatani kopi arabika memberikan kontribusi yang tidak cukup besar, yang berarti bahwa usahatani kopi arabika ini belum dapat diandalkan sehingga petani membutuhkan sumber pendapatan lainnya guna memenuhi kebutuhan petani di Kecamatan Kayu Aro.

Kata Kunci : Pendapatan Petani, Usahatani, Kopi Arabika

(5)

ii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rizqy Aulia Nasution

NIM : D1B016081

Jurusan / Program Studi : Agribisnis Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan di manapun juga atau oleh siapapun juga.

2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari pihak yang diterima selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau dinyatakan pada bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiatrisme.

3. Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiatrisme di dalam skripsi ini maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1) butir (g) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pengulangan plagiat di perguruan tinggi yakni pembatalan ijazah.

Jambi, 14 Februari 2023 Yang membuat pernyataan,

Rizqy Aulia Nasution D1B016081

(6)
(7)

iv

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Bapak Nazariswan Rudiansyah Nasution dan Ibu Sarmian Hasibuan, Adikku Ryandika Nasution yang telah memberi dukungan penuh dan selalu mendo’akan penulis selama ini.

2. Pembimbing Skripsi I Ibu Dr. Ir. Ira Wahyuni, M.P dan Dosen Pembimbing Skripsi II sekaligus Dosen Pembimbing Akademik Ibu Ir. Dewi Sri Nurchaini, M.P yang telah membimbing, memberi arahan, masukan dan motivasi kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Suandi, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Ibu Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M., CIQaR., CIQnR selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Bapak Ir. Jamaluddin, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis, Ibu Ir. Yusma Damayanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Pak Surip dan Kak Ria yang membantu dalam memperlancar urusan yang berkaitan dengan informasi akademik.

4. Dosen Penguji Skripsi yaitu Ibu Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M., CIQaR., CIQnR selaku Dosen Penguji Skripsi Utama, Ibu Ir. Yusma Damayanti, M.Si dan Bapak Ardhiyan Saputra, S.P., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi Anggota yang telah memberikan masukan, kritik dan saran yang berguna bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Sahabat - sahabat seperjuangan Tembus Pandang, Nofky Putri Untari, S.P., Murdilawati, S.P., Resti Hidayanti, S.P., Nurwani Rahmadina, S.P., Lucky Tri Banawati, S.P., Duwi Ratna Sari, S.P., Vira Lifta Solichah, S.P., Nina Virgina Pratiwi, S.P., Daniel Rido Tamba, S.P., Mujib Fathurrahman, S.P., Ananta Primawan, S.P., Rizqy Aulia Nasution, S.P dan Jessy yang telah memberikan do’a, semangat, saran dan kritik serta selalu siap siaga membantu penulis hingga terselesaikannya Skripsi ini.

(8)

v

6. Sahabat – sahabat seperjuangan HKS, Mujib Fathurrahman, S.P., Muhammad Tachya Hidayat, S.P., Ananta Primawan, S.P., Reynaldo Giovanni Zamaris, S.P., dan Daniel Rido Tamba, S. yang telah memberikan do’a, semangat, saran dan kritik serta selalu siap siaga membantu penulis hingga terselesaikannya Skripsi ini.

7. Hendri Daryanto, S.P., Yolanda Maulya, S.P., Try Afitania, S.P., Lia Indriyani, S.P yang telah bersedia membantu selama kegiatan penelitian berlangsung.

8. Bapak dan Ibu karyawan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Pusat Statistik, Kantor Kecamatan Kayu Aro, Kepala Desa Sungai Bendung Air dan Desa Sangir, serta masyarakat Desa Sungai Bendung Air dan Desa Sangir yang telah memberikan izin dan informasi kepada penulis.

9. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(9)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika Di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Ira Wahyuni, M.P. selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Ir. Dewi Sri Nurchaini, M.P. selaku dosen Pembimbing II dan dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak bimbinga dan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua Orangtua beserta keluarga, teman - teman penulis dan semua pihak yang telah aktif ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan skripsi ini yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terima kasih.

Jambi, Januari 2023 Penulis

(10)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Konsep Usahatani... 8

2.2. Usahatani Kopi ... 9

2.3. Analisis Usahatani ... 12

2.3.1. Penerimaan Usahatani... 12

2.3.2. Biaya Produksi Usahatani ... 12

2.3.3. Pendapatan Usahatani ... 15

2.3.4. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C) ... 16

2.4. Pendapatan Petani ... 17

2.5. Kontribusi Usahatani Kopi Arabika ... 18

2.6. Penelitian Terdahulu... 19

2.7. Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 24

3.2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 25

3.2.1. Sumber Data ... 25

3.2.2. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.3. Metode Penarikan Sampel ... 26

3.4. Metode Analisi Data ... 27

3.4.1. Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika ... 28

3.4.2. Kontribusi Usahatani Kopi Arabika ... 29

3.5. Konsepsi Pengukuran ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 32

4.1.1. Letak Dan Batas Wilayah………. ... 32

4.2. Karakteristik Identitas Responden ... 32

4.2.1. Umur Petani ... 33

4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 34

4.2.3. Jumlah Anggota Keluarga ... 35

4.2.4. Pengalaman Bertani Kopi Arabika ... 36

(11)

iv

4.3. Gambaran Umum Usahatani Kopi Arabika di Daerah

Penelitian ... 37

4.3.1. Luas Lahan ... 39

4.3.2. Produksi Kopi Arabika ... 41

4.3.3. Harga Kopi Arabika ... 41

4.4. Usahatani Kopi Arabika ... 41

4.4.1. Biaya Usahatani Kopi Arabika ... 41

4.4.1.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Arabika ... 41

4.4.1.2. Biaya Variabel (Variable Cost) Usahatani Kopi Arabika ... 42

4.4.2. Penerimaan Usahatani Kopi Arabika... 43

4.4.3. Pendapatan Usahatani Kopi Arabika ... 44

4.5. Usahatani Kentang ... 45

4.5.1. Biaya Usahatani Kentang ... 45

4.5.1.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kentang ... 45

4.5.1.2. Biaya Variabel (Variable Cost)Usahatani Kentang ... 46

4.5.2. Penerimaan Usahatani Kentang ... 47

4.5.3. Pendapatan Usahatani Kentang ... 48

4.6. Diluar Usahatani ... 48

4.6.3. Pendapatan Diluar Usahatani ... 48

4.7. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kopi Arabika ... 49

4.9. Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C) ... 50

4.8. Implikasi Penelitian ... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 56

(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Luas Areal Dan Produksi Kopi Tahun 2016-2020 ... 2 2. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kopi di

Provinsi Jambi Tahun 2016-2020. ... 2 3. Perkembangan Luas Areal Dan Produksi Kopi Arabika di

Kabupaten Kerinci Tahun 2016-2020 ... 4 4. Rincian Jumlah Populasi dan Sampel Petani Kopi Arabika

di Daerah Penelitian ... 27 5. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur

di Daerah Penelitian Tahun 2020 ... 33 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Daerah Penelitian Tahun 2020 ... 35 7. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga di Daerah Penelitian Tahun 2020 ... 36 8. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman

Bertani Kopi Arabika di Daerah Penelitian Tahun 2020 ... 37 9. Distribusi Umur Tanaman Kopi Arabika di Daerah

Penelitian Tahun 2020 ... 38 10. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Pola Sumber

Pendapatan Rumah Tangga di Daerah Penelitian Tahun 2020 ... 39 11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kepemilikan

Lahan Kopi Arabika di Daerah Penelitian Tahun 2020 ... 40 12. Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Kopi Arabika di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 42 13. Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Kopi Arabika di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 43 14. Rata-rata Penerimaan Usahatani Kopi Arabika di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 44 15. Rata-rata Pendapatan Usahatani Kopi Arabika di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 44

(13)

vi

16. Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Kentang di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 46 17. Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Kentang di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 47 18. Rata-rata Penerimaan Usahatani Kentang di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 47 19. Rata-rata Pendapatan Usahatani Kentang di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 48 20. Rata-rata Pendapatan Diluar Usahatani di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 49 21. Kontribusi Usahatani Kopi Arabika Tehadap Pendapatan Petani

di Daerah Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun

2020 ... 50

(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Petani Kopi

Arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci. ... 23

(15)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Luas Tanaman, Produksi dan Jumlah Petani Kopi Arabika

Menurut Desa di Kecamatan Kayu Aro Tahun 2018. ... 57 2. Kuisioner Penelitian ... 58 3. Identitas Petani Kopi Arabika di Kecamatan Kayu Aro

Tahun 2020 ... 63 4. Produksi Biji Kopi Arabika di Daerah Penelitian September

Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 66 5. Biaya Penyusutan Alat Usahatani Kopi Arabika di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 68 6. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Kopi Arabika di

Daerah Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun

2020 ... 70 7. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Kopi Arabika

di Daerah Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun

2020 ... 73 8. Biaya Pupuk Usahatani Kopi Arabika di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 76 9. Total Biaya Variabel Usahatani Kopi Arabika di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 79 10. Total Biaya Tetap Usahatani Kopi Arabika di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 81 11. Total Biaya Usahatani Kopi Arabika di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 83 12. Penerimaan Usahatani Kopi Arabika di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 85 13. Pendapatan Usahatani Kopi Arabika di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 87 14. Biaya Penyusutan Alat Usahatani Kentang di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 89

(16)

ix

15. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Kentang di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 90 16. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Usahatani Kentang

di Daerah Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun

2020 ... 92 17. Biaya Pupuk Usahatani Kentang di Daerah Penelitian September

Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 94 18. Total Biaya Variabel Usahatani Kentang di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 96 19. Total Biaya Tetap Usahatani Kentang di Daerah Penelitian

September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 97 20. Total Biaya Usahatani Kentang di Daerah Penelitian September

Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 98 21. Penerimaan Usahatani Kentang di Daerah Penelitian September

Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 99 22. Pendapatan Usahatani Kentang di Daerah Penelitian September

Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020 ... 100 23. Pendapatan Diluar Usahatani di Daerah Penelitian September

Tahun 2019 s/d Agustus 2020 ... 101 24. Pendapatan Petani Kopi Arabika Menurut Pola I di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 102 25. Pendapatan Petani Kopi Arabika Menurut Pola II di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 103 26. Pendapatan Petani Kopi Arabika Menurut Pola III di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 104 27. Total Pendapatan Petani Kopi Arabika Dan Kontribusi Pendapatan

Usahatani Kopi Arabika Terhadap Pendapatan Petani di Daerah

Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun 2020... 105 28. R/C (Return Cost Ratio) Pada Usahatani Kopi Arabika di

Daerah Penelitian September Tahun 2019 s/d Agustus Tahun

2020 ... 108 29 Dokumentasi Penelitian ... 110

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 13,70 persen pada tahun 2020 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri Pengolahan. Salah satu sub sektor dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan.

Kontribusi sub sektor perkebunan dalam PDB yaitu sekitar 3,63 persen pada tahun 2020 atau merupakan urutan pertama di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Sub sektor ini merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa. Kopi merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kopi juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar kopi di dalam negeri juga masih cukup besar.

Tingkat produktivitas dan produksi kopi dalam negeri cenderung meningkat. Di Tabel 1 dapat dilihat perkembangan produksi kopi di Indonesia selama lima tahun terakhir.

(18)

Tabel 1. Luas Areal Dan Produksi Kopi di Indonesia Tahun 2016-2020 Tahun Luas Areal Kopi

(ha)

Produksi Kopi (ton)

2016 1.251.703 663.871

2017 1.238.466 716.089

2018 1.252.826 756.051

2019 1.245.359 752.512

2020 1.250.452 762.380

Sumber : Statistik Kopi Indonesia, 2020

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa luas areal perkebunan kopi dan produksi kopi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Pada tahun 2016 produksi kopi sebesar 663.871 ton dan pada tahun 2020 produksi kopi meningkat menjadi 762.380 ton atau meningkat sebesar 12,9%.

Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi yang banyak mengusahakan tanaman perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar negara atau swasta. Kopi merupakan salah satu komoditas yang menjadi unggulan di Provinsi Jambi hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Dan Produksi Perkebunan Kopi di Provinsi Jambi Tahun 2016-2020

Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton)

2016 25.847 13.395

2017 27.160 14.395

2018 2019 2020

27.274 29.438 30.650

15.461 16.393 18.713

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2021

Berdasarkan data Tabel 2 terlihat bahwa perkembangan luas areal kopi pada tahun 2016 sampai dengan 2020 mengalami peningkatan sebesar 15,6%.

Selain itu, produksi kopi cenderung mengalami peningkatan mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Pada tahun 2016 produksi kopi di provinsi jambi sebesar 13.395 ton dan pada tahun

(19)

2020 produksi kopi di provinsi jambi sebesar 18.713 ton atau meningkat sebesar 28,4%. Kopi yang dibudidayakan di Provinsi Jambi antara lain: kopi arabika, kopi robusta dan kopi liberika.

Kopi arabika merupakan kopi yang berasal dari Ethiopia, kopi jenis ini merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut, sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 – 1750 m dari permukaan laut, tetapi kopi jenis ini cenderung tidak tahan terhadap hemilia vastatrix atau jamur karat daun. Hidup di daerah sejuk dan dingin membuat kopi

arabika mempunyai ciri-ciri aromanya wangi dan sedap seperti perpaduan antara bunga dan buah. Kopi arabika memiliki citarasa yang asam dan sangat pahit, selain itu kopi arabika merupakan salah satu kopi yang memiliki grade terbaik untuk kategori sertifikasi speciality coffee (Haryono dan Kurniati, 2013).

Produsen kopi arabika di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Kerinci yang berada dikawasan kaki Gunung Kerinci dengan ketinggian 1.000-1.500 mdpl dan luas wilayah mencapai 4.200 km2 serta memiliki topografi berbukit dan bergelombang. Luas areal dan produksi kopi arabika paling tinggi di Provinsi Jambi berada di Kecamatan Kayu Aro.. Peningkatan produksi kopi arabika di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

(20)

Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Dan Produksi Kopi di Kabupaten Kerinci Tahun 2016 - 2020

Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton)

2016 8.533 4.125

2017 7.723 4.086

2018 8.039 4.008

2019 8.622 4.232

2020 9.124 4.232

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2021

Berdasarkan data Tabel 3 menujukkan perkembangan luas areal, produksi kopi di Kabupaten Kerinci setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan.

Kenaikan luas areal pada tahun 2016 - 2020 yaitu sebesar 6,4% atau meningkat sebesar 591 ha. Jumlah produksi kopi juga cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2016 – 2020. Tetapi pada tahun 2018 produksi kopi Kerinci mengalami penurunan dari 4.008 ton dibandingkan dari tahun 2017 yaitu sebesar 4.086 ton.

Pola budidaya yang dilakukan oleh petani kopi Arabika adalah pola subsisten yaitu masih diusahakan dalam skala kecil guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta masih ditanam secara tumpang sari dengan tanaman-tanaman lain yang diusahakan oleh petani.

Kecamatan Kayu Aro merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Kabupaten Kerinci. Dimana sebagian besar penduduk Kayu Aro berusahatani kopi Arabika, mengingat tanaman ini cocok dengan lingkungan dan kondisi tanah di daerah ini. Selain itu juga, dari segi permintaaan komoditi kopi mempunyai peluang pasar, dan nilai jual yang tinggi. Produksi kopi Arabika yang berasal dari Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci, sudah dijual ke beberapa daerah di Indonesia seperti Payakumbuh, Solok, dan Medan bahkan juga sudah ke luar negeri seperti Swiss, California, Jerman, Brasil, Australia dan Belgia, kopi Arabika yang dijual dalam bentuk bubuk kopi yang sudah dikemas dan berlabel.

(21)

Pengukuran efisiensi produktivitas serta aktivitas ekonomi sangatlah penting sebagai tolak ukur antara selisih input dan output yang dihasilkan. Proses mengalokasikan input (faktor produksi) untuk memaksimumkan produksi dapat diupayakan melalui langkah-langkah yang diambil guna memperoleh efisiensi ekonomi yang optimal, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani.

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara langsung mengenai “Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci”

1.2. Perumusan Masalah

Kopi merupakan salah satu komoditas yang menjadi unggulan di Provinsi Jambi. Produsen kopi arabika di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Kerinci. Luas lahan dan produksi kopi di Kabupaten Kerinci cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Kecamatan Kayu Aro merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Kabupaten Kerinci.

Dimana sebagian besar penduduk Kayu Aro berusahatani kopi Arabika, mengingat tanaman ini cocok dengan lingkungan dan kondisi tanah di daerah ini.

Selain itu juga, dari segi permintaaan komoditi kopi mempunyai peluang pasar, dan nilai jual yang tinggi. Petani kopi di Kabupaten Kerinci masih mengusahakan usahatani kopi dengan pola subsisten yaitu ushatani masih diusahakan dalam skala kecil guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta masih ditanam secara tumpang sari dengan tanaman-tanaman lain yang diusahakan oleh petani.

Pengukuran efisiensi produktivitas serta aktivitas ekonomi sangatlah penting sebagai tolak ukur antara selisih input dan output yang dihasilkan. Proses

(22)

mengalokasikan input (faktor produksi) untuk memaksimumkan produksi dapat diupayakan melalui langkah-langkah yang diambil guna memperoleh efisiensi ekonomi yang optimal, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani.

Oleh sebab itu Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum usahatani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci?

2. Berapa besar pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci?

3. Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kopi arabika terhadap pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran umum usahatani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci.

2. Untuk menganalisis pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci.

3. Untuk menganalisis besarnya kontribusi pendapatan usahatani kopi arabika terhadap pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilaksankan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

(23)

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah Provinsi Jambi maupun pihak-pihak yang terkait untuk menentukan kebijakan dan membantu petani kopi arabika meningkatkan produksi kopi arabika.

3. Sebagai bahan informasi dan menambah literatur bagi pihak-pihak lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang produksi kopi arabika.

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usahatani

Usahatani merupakan kegiatan mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif untuk tujuan memperoleh keuntungan-keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi, 2002). Usahatani adalah suatu organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian.

Pengertian organisasi usahatani dimaksudkan usahatani sebagai organisasi harus terorganisir, ada yang memimpin dan dipimpin. Yang mengorganisir adalah petani dibantu keluarga, yang diorganisir adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai.

Menurut Hernanto (2004), usahatani pada skala usaha yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersil dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, subsitem serta lebih bersifat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Berhasil atau tidaknya usahatani tidak terlepas dari karakteristik petani dalam menjalankan usahataninya.

Menurut Mubyarto (2003), usahatani adalah himpunan dari sumber- sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya.

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

Pada dasarnya perkembangan usahatani hanya bertujuan menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hanya merupakan usahatani swasembada atau substience. Oleh karena sistem pengclolaan yang lebih baik

(25)

maka dihasilkan produk berlebih dan dapat dipasarkan hingga bercorak usahatani swasembada keuangan. Pada akhirnya karena berorientasi pada pasar maka menjadi usahatani niaga. Usahatani pada mulanya hanya mengelola tanaman pangan kemudian berkembang meliputi berbagai komoditi sehingga bukan usahatani murni tetapi menjadi usahatani campuran (Suratiyah, 2011).

Tujuan akhir dalam melaksanakan suatu usahatani adalah pendapatan yang terdiri dari laba, upah tenaga kerja dan bunga modal sendiri. Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul- betul dikeluarkan oleh petani. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usahatani adalah kegiatan mengelola sumberdaya secara efektif dan efisien pada suatu usaha pertanian agar mcmperoleh pendapatan yang maksimal. Sumberdaya yang dimaksud adalah lahan, modal, tenaga kerja dan manajemen.

2.2 Usahatani Kopi

Kopi merupakan komoditas perkebunan yang menjadi salah satu komoditas unggulan di Indonesia. Kopi mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1969 dengan jenis kopi arabika, sedangkan kopi robusta masuk sekitar tahun 1990. Kopi robusta mulai dikenal di Indonesia pada saat kopi arabika mengalami penurunan produksi yang sangat tajam akibat penyakit tumbuhan. Kopi robusta lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Najiyati dan Danarti, 2004).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan tanaman kopi menghendaki lingkungan yang agak berbeda.

Menurut Najiyati dan Danarti (2004), tanaman kopi yang dirawat baik akan mulai berproduksi pada umur 2,5-3 tahun tergantung iklim dan jenisnya. Di daerah

(26)

dataran rendah biasanya tanaman kopi lebih cepat berbuah dibandingkan dengan didataran tinggi. Masa puncak produksi terjadi pada tanaman kopi berumur 7-9 tahun dengan kisaran produksi 500-1.500 kg kopi beras/hektar/tahun. Apabila dikelola dengan baik dan intensif maka produksinya dapat mencapai 2.000 kg beras/hektar/tahun. Pemanenan didaerah tropis umumnya dilakukan secara musiman, dimulai pada bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Agutus/September. Untuk memperoleh hasil bermutu tinggi buah kopi dipetik setelah matang yaitu saat kulit berwarna merah dengan proses waktu pematangan buah 8-11 bulan.

Kopi diperoleh dari tanaman kopi (coffea sp) yang termasuk dalam familia Rubiacea. Ada banyak varietas buah kopi, namun yang utama dalam budidaya kopi di berbagai negara hanya beberapa varietas, yaitu kopi Arabika, Robusta, Liberika dan Excelsa yang dahulu banyak ditanama di Afrika. Tanaman kopi menghendaki tanah dengan lapisan tanah atas yang dalam, yang gembur, dan yang mengandung banyak bahan organik. Tanah bekas abu gunung berapi sangat baik untuk tanaman kopi. Untuk tumbuh subur diperlukan curah hujan sekitar 2000- 3000 mm tiap tahun (Siswoputranto, 1978).

Kopi Arabika memiliki banyak varietas, bergantung dari negara, iklim, dan tanah tempat kopi itu ditanam. Kopi yang berasala dari Brasil dan Etiopia ini menguasai 70 persen pasar kopi dunia. Kopi lokal semacam Toraja, Mandailing, maupun kopi luar negeri, seperti Columbia dan Brasilia, merupakan beberapa varian kopi Arabika. Kopi ini hidupnya di daerah sejuk dan dingin, Arabika juga mempunyai rasa asam yang tidak dimiliki kopi jenis Robusta dan rasa kental saat disesap di mulut (Anonimusa,2012).

(27)

Kopi Arabika akan tumbuh maksimal bila ditanam diketinggian 1000- 2000 meter dpl. Dengan curah hujan berkisar 1200-2000 mm per tahun. Suhu lingkungan paling cocok untuk tanaman ini berkisar 15-240˚C. Tanaman ini tidak tahan pada temperatur yang mendekati beku dibawah 40˚C. Untuk berbunga dan menghasilkan buah, tanaman kopi Arabika membutuhkan periode kering selama 4-5 bulan dalam setahun. Biasanya pohon Arabika akan berbunga diakhir musim hujan. Bila bunga yang baru mekar tertimpa hujan yang deras menyebabkan kegagalan berbuah. Kopi Arabika menyukai tanah yang kaya kandungan bahan organik. Material organik tersebut digunakan tanaman untuk sumber nutrisi dan menjaga kelembapan. Tingkat keasaman atau pH tanah yang diinginkan kopi Arabika berkisar 5,5-6. Kopi Arabika mulai berbuah pada umur tiga tahun. Buah yang sudah masak berwarna merah tua dan pemetikan dilakukan harus hati-hati jangan sampai ada bagian pohon yang rusak. Pengolahan hasil dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Pengolahan secara kering yaitu buah kopi yang sudah kering diperam selama 24 jam kemudian dijemur panas matahari diputar balikan agar merata sampai 10- 14 hari, untuk memisahkan kulit buah.

b. Pengolahan secara basah buah yang baru dipetik ditumbuk dengan lesung dan diberi sedikit air supaya cepat keluar, selain itu juga untuk menghilangkan lendir-lendir masih mesih melekat perlu diperam dulu dalam kaleng atau diisi air 3-4 hari dan di cuci bersih.

(28)

2.3 Analisis Usahatani 2.3.1 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil kali dari jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Penerimaan usahatani dibagi menjadi penerimaan tunai usahatani dan penerimaan total usahatani. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani dan penerimaan total usahatani adalah penerimaan dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam satu kali musim panen), baik yang dijual (tunai) maupun tidak dijual tunai (konsumsi keluarga, bibit dan pakan ternak) (Hernanto, 2004).

Menurut Hernanto (2004), penerimaan usahatani adalah penerimaan dari sumber usahatani meliputi jumlah nilai hasil penjualan serta nilai penggunaan dan yang dikonsumsi. Sejalan dengan pendapat Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual.

Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli menurut satuan tempat. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

TR = Py x Y Dimana :

TR : Total Penerimaan (Rp) Py : Harga Y (Rp)

Y : Jumlah Produksi (kg) 2.3.2 Biaya Produksi Usahatani

Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani merupakan semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu kegiatan usahatani. Lebih lanjut,

(29)

biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Hernanto (2004), biaya produksi adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang semula fisik kemudian diberikan nilai rupiah. Biaya korbanan adalah pengorbanan yang dapat diduga sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif dan secara ekonomis tidak dapat dihindarkan dan berhubungan dengan suatu proses produksi tertentu.

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung.

Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (y), dan biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi (y)

(Suratiyah, 2011).

a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi dan besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Yang termasuk biaya ini adalah penyusutan alat pertanian dan tenaga kerja dalam keluarga. Menurut Soekartawi (2002), biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Perhitungan biaya alat-alat yang digunakan dengan menggunakan perhitungan nilai penyusutan. Biaya penyusutan merupakan pendekatan dari pengurangan nilai alat tiap tahunnya. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

(30)

Penyusutan = (Ns – Np) / N Dimana :

Np : Harga Sekarang (Rp) Ns : Harga Beli (Rp)

N : Umur Ekonomis (Tahun) b) Biaya Variabel (Variabel Cost)

Biaya variahel adalah biaya yang besar keci1nya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya variahel yang dimaksud adalah biaya penggunaan pupuk, obat-obatan, biaya tenaga kerja luar keluarga serta biaya lainnya yang habis dalam satu kali proses produksi. Biaya variabel sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan.

Soekartawi (2002) menambahkan bahwa biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel dan sebaliknya semakin rendah volume kegiatan maka semakin rendah jumlah total biaya variabel. Untuk menghitung biaya variabel dapat digunakan rumus sebagai berikut

VC = Px × X Dimana :

VC : Variabel Cost (Rp) Px : Harga Input (Rp) X : Jumlah Input (kg)

(31)

c) Biaya Total

Menurut Soekartawi (2002). untuk menghitung biaya total adalah jumlah biaya tetap ditambah biaya tidak tetap. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC Dimana :

TC : Total Biaya (Rp) FC : Biaya Tetap (Rp) VC : Biaya Tidak Tetap (Rp) 2.3.3 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan produksi. Pendapatan pada penelitian ini adalah pendapatan petani dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi biji kopi arabika yang diperoleh dengan harga jual yang berlaku pada saat penelitian. Kemudian biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang diperlukan dalam suatu usahatani (Soekartawi, 2002).

Menurut Suratiyah (2011), petani sebagai pelaksana usahatani mengharap produksi yang lebih besar agar memperoleh pendapatan yang besar, Oleh karena itu petani menggunakan tenaga, modal dan sarana produksi sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Adakalanya produksi yang diperoleh justru lebih kecil dan sebaliknva adakalanya produksi yang diperoleh lebih besar.

Dalam kegiatan usahatani, pendapatan yang maksimum merupakan tujuan utama dan dalam mencapai tujuan tersebut dengan meminimumkan biaya dan

(32)

mengoptimalkan sumber ekonomi. Keuntungan yang maksimum akan usahatani dapat digunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan nominal, pendekatan nilai yang akan datang dan pendekatan nilai sekarang.

Dalam melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan nominal.

Pendekatan nominal adalah pendekatan tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku sehingga dapat langsung dihitung jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran dalam suatu periode proses produksi. Formulasi menghitung pendapatan nominal adalah sebagai berikut:

PU = TR — TC Dimana :

PU = Pendapatan Usahatani (Rp) TR = Total Penerimaan Usahatani (Rp) TC = Total Biaya Usahatani (Rp)

2.3.4 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C)

Rasio penerimaan dan biaya (R/C) menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam keiatan usahatani. Semakin besar nilai R/C maka menunjukkan semakin besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk produksi usahatani. Jika R/C > 1 , artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usahatani layak atau menguntungkan.

Apabila R/C < 1, berarti tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan biaya tambahan penerimaan yang lebih kecil daripada tambahan biaya atau secara

(33)

sederhana kegiatan usahatani tidak layak diusahakan. Tetapi jika R/C = 1, berarti perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan seimbang atau berada pada kondisi keuntungan normal (Suratiyah, 2009).

2.4 Pendapatan Petani

Pendapatan petani merupakan tolak ukur dalam melihat kesejahteraan petani. Besarnya pendapatan petani dipengaruhi oleh kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Pada umumnya pendapatan petani di pedesaan tidak hanya berasal dari satu sumber, melainkan dari dua atau lebih sumber (Mosher, 1987). Sumber- sumber pendapatan petani kopi arabika terdiri dari sektor pertanian dan sektor non pertanian. Sektor pertanian dapat dilihat dari usahatani kopi arabika dan diluar usahatani kopi arabika.

Disamping pendapatan usahatani, petani memiliki pendapatan lainnya dari berbagai sumber termasuk pendapatan diluar kegiatan usahatani seperti perangkat desa, pedagang, buruh dan tenaga pengajar. Seseorang dapat mempunyai satu macam sumber pendapatan atau lebih tergantung pada kemampuan individu untuk memanfaatkan faktor-faktor disekitarnya yang dapat menunjang usahanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dirumuskan:

Y = Y1 + Y2 + Y3 Dimana :

Y = Total Pendapatan Petani (Rp)

Y1 = Pendapatan Petani Dari Usahatani Kopi Arabika (Rp) Y2 = Pendapatan Petani Dari Luar Usahatani Kopi Arabika (Rp) Y3 = Pendapatan Petani Dari Luar Usahatani (Rp)

(34)

2.5 Kontribusi Usahatani Kopi Arabika

Kontribusi usahatani adalah sumbangan atau peranan yang diberikan oleh usahatani yang diusahakan oleh petani terhadap pendapatan keseluruhan. Dari kontribusi usahatani inilah dapat diketahui seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh suatu usahatani terhadap pendapatan petani secara keseluruhan.

Dari usahatani campuran dan dengan fluktuasi harga pada komoditi pertanian maka dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui usaha rnana yang mempunyai andil paling besar dan dapat diandalkan untuk masa yang akan datang. Perhitungan dapat dilakukan dengan membagi pendapatan tiap sektor dengan total pendapatan yang diperoleh dari berbagai sektor dan dikali dengan seratus persen atau yang lebih dikenal dengan kontribusi sektor (Widodo, 1995).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dirumuskan:

KU = 𝑃𝑈

𝑃𝑇

× 100%

Dimana :

KU : Kontribusi Usahatani Terhadap Pendapatan Petani (%) PU : Pendapatan Usahatani (Rp)

PT : Pendapatan Total (Rp)

(35)

2.6 Penelitian Terdahulu

1 Syusantie. S.

Sairdama (2013)

Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Margin Pemasaran Di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai

Hasil penelitian menunjukkan Rata-rata pendapatan petani kopi arabika dalam satu musim panen adalah Rp 1.164.083,3 serta besarnya nilai R/C ratio adalah 2,84. Nilai R/C ratio ini menunjukan bahwa setiap Rp 100 pengorbanan yang dikeluarkan oleh petani akan menambahkan penerimaan sebesar Rp 284 hal ini berarti bahwa usahatani kopi arabika menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Terdapat tiga model saluran pemasaran kopi arabika pada daerah penelitian dan margin pemasaran pada pedagang tingkat distrik dan pengecer cukup besar, sedangkan untuk margin pemasaran pada pedagang tingkat kabupaten dan provinsi sangat besar karena terjadi pengolahan produksi menjadi kopi bubuk dan diberi kemasan.

2 E. Artanto Naiggolan (2018)

Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kopi Liberika Tungkal Komposit (LIBTUKOM) Di Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata- rata pendapatan usahatani kopi liberika di Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara sebesar Rp.13.044.453,05 / hektar / tahun dan menjelaskan usahatani kopi liberika di daerah penelitian merupakan usahatani yang menguntungkan dan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga petani. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kopi liberika adalah produktivitas, jumlah pestisida dan jumlah tenaga kerja.

Sedangkan luas lahan, pengalaman usahatani dan lama pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatan kopi liberika.

3 Rakotonjanahary Joachim Audry dan Endah Djuwendah (2018)

Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Java Preanger Pada Kelompok Tani Margamulya Desa Margamulya Kecamatan Pengalengan Bandung

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa umumnya petani kopi java preanger di Desa Margamulya berada pada kelompok usia produktif dan tingkat pendidikan yang masih rendah, namun sudah mengikuti berbagai pelatihan dalam usahatani kopi. Para petani mengusahakan kopi di lahan yang sempit dengan status penguasaan lahan garapan.

Faktor lingkungan (lahan dan agroklimat), modal dan hasil produksi merupakan faktor paling menentukan terhadap minat petani dalam berusahatani kopi. Rata-rata pendapatan per hektar petani kopi arabika java preanger pada lahan sempit (< 0,5 Ha) adalah Rp.

9.394.540,- pada lahan sedang (0,5 – 1,0 Ha) adalah Rp 11.305.031,- dan pada lahan luas (1 Ha) adalah Rp 19.219.684,-. Usahatani kopi arabika Java preanger tersebut memiliki nilai R/C berkisar 2,05 s.d 2,59. Artinya usahatani kopi arabika java preanger layak untuk diusahakan karena nilainya lebih dari satu.

(36)

4 Randy Rizki Syofiandi, Rudi Hilmanto, dan Susni Herwanti (2016)

Analisis Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Agroforestri Di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur pendapatan petani agroforestri di Kelurahan Sumber Agung berasal dari pendapatan usahatani agroforestri sebesar Rp 11.675.317,07 (68,67%), dan usaha bukan agroforestri sebesar Rp 5.327.804,88 (31,33%), distribusi pendapatan petani agroforestri di Kelurahan Sumber Agung cenderung merata antar petani, dengan nilai gini ratio 0,4 dan tingkat kemiskinan keluarga petani agroforestri di Kelurahan Sumber Agung rata-rata berada dalam kategori nyaris miskin dan miskin, yaitu sebesar 60,97%.

5 Dori Suhendra, Muhammad Nurung, Reswita (2012)

Analisis Pendapatan Usahatani Pada Kopi Tradisional dan Kopi Sambung Di Desa Lubuk Kembang, Kec.

Curup Utara, Kab.

Rejang Lebong

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Rata-rata pendapatan usahatani kopi tradisional sebesar 7.369.461,00/ ha/tahun, sedangkan usahatani kopi sambung sebesar Rp.

18.792.149,00/Ha/tahun. Dan rata-rata R/C ratio usahatani kopi tradisional sebesar 3,37, sedangkan usahatani kopi sambung sebesar 3,85. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani pada kedua kelompok petani kopi sama-sama efisien, dengan perbedaan nilai sebesar 0,48.

6 Dewi Listyati, Bedy Sudjarmoko, Abdul Muis Hasibuan, dan Enny Randriani (2017)

Analisis Usahatani dan Rantai Tata Niaga Kopi Robusta Di Bengkulu

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usaha tani kopi memberikan pendapatan yang cukup baik. Hal ini dicerminkan oleh pendapatan usaha tani kopi Robusta sebesar Rp8.417.600,00/ha dengan nilai R/C-ratio 1,87.

Rantai pemasaran kopi Robusta melibatkan petani sebagai produsen, pedagang pengumpul tingkat desa dan kecamatan sebagai penampung awal, kemudian menjual ke pedagang besar/agen dan eksportir. Saluran pemasaran kopi di Bengkulu cukup efisien dengan nilai persentase marjin pemasaran yang relatif rendah dan merata serta bagian yang diterima produsen lebih dari 50%.

7 Farmasari dan Muhammad Nasir (2018)

Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kopi Di Kabupaten Bener Meriah

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa luas lahan, jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani. Secara parsial variabel luas lahan (X1), dan variabel biaya produksi (X3), berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel tenaga kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Dari hasil penelitian ini disarankan sebaiknya pemerintah daerah memberikan penyuluhan-penyuluhan terhadap petani kopi sehingga memberi pengalaman dan meningkatkan produksi agar pendapatan terus meningkat.

8 Ni Nyoman Nuriasih, Ni Nyoman Utari Vipriant dan DianTariningsih (2018)

Analisis Pendapatan Kopi Kintamani di Desa Binyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pendapatan rata-rata yang diperoleh petani kopi Arabika Biji merah sebesar Rp 12.442.214. Sedangkan pendapatan petani dari kopi Arabika biji kering diperoleh sebesar Rp 173.062.727 hal ini disebabkan oleh selisih biaya yang dikeluarkan antar kedua jenis biji kopi tersebut adalah 37%. Akan tetapi

(37)

ketika petani menjual hasil panen kopinya dalam bentuk olahan biji kering, penerimaan petani lebih besar dari 89% dan pendapatannya pun lebih tinggi 93%

dibandingkan menjual hasil panen langsung berupa biji petik merah.Kopi Arabika di Desa Binyan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, memiliki keunggulan komparatif ditinjau dari produktivitas lahannya.

9 Ida Bagus Made Agung Dwijatenaya (2016)

Analisis Usahatani Jelai (Coix lacryma- Jobi L.) Sebagai Sumber Pangan Alternatif Di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor produksi (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk dan umur petani) secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi jelai. Benih dan umur petani berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi jelai, sedangkan luas lahan, tenaga kerja dan pupuk tidak petani berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi jelai.

Return to scale usahatani jelai berada pada increasing return to scale artinya layak untuk dikembangkan.

10 Ahmad Rahsan Jani, Widuri Susilawati, Asnawati. IS (2017)

Analisis Usahatani Buah Naga Di Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Bungo (Studi Kasus Usahatani Buah Naga Bapak Khusairi.SP)

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa besar biaya total pada usahatani buah naga Bapak Khusairi. SP yang berlokasi di Dusun Sungai Buluh Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Bungo adalah sebesar Rp.

11.732.777,87. Besar jumlah penerimaan pada usahatani buah naga Bapak Khusairi. SP yang berlokasi di Dusun Sungai Buluh Kecamatan Rimbo TengahKabupaten Bungo dalam tahun pertama panen adalah Rp. 22.500.000. Besar pendapatan tahun pertamapada usahatani buah naga Bapak Khusairi. SP yang berlokasi di Dusun Sungai Buluh Kecamatan Rimbo Tengah adalah sebesar Rp. 10.767.222,13. Pada usahatani buah naga Bapak Khusairi. SP yang berlokasi di Dusun Sungai Buluh Kecamatan Rimbo Tengah dikatakan layak dengan nilai 1,91karena R/C > 1.

2.7 Kerangka Pemikiran

Kopi arabika merupakan salah satu komoditas unggul di Kecamatan Kayu Aro yang mayoritas diusahakan oleh perkebunan rakyat. Pada umumnya usahatani kopi arabika ini merupakan sumber pendapatan utama bagi petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro. Pendapatan merupakan selisih antara hasil perkalian harga jual dan jumlah produksi dengan total biaya yang dikeluarkan petani dalam berproduksi. Sebagai sumber pendapatan utama, perolehan pendapatan dari

(38)

usahatani kopi arabika tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup sehingga para petani dapat hidup layak dan sejahtera.

Jumlah produksi biji kopi arabika dan harga biji kopi arabika sangat mempengaruhi besaran pendapatan yang diterima petani, tinggi rendahnya harga biji kopi arabika, tentu akan berdampak terhadap pendapatan yang diterima petani dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan petani kopi arabika melakukan kegiatan usaha sampingan diluar usahatani kopi arabika bahkan kegiatan diluar sektor pertanian. Kegiatan sampingan diluar usahatani kopi arabika adalah usahatani hortikultura seperti kentang. Dimana seluruh kegiatan usaha yang dilakukan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan.

Peningkatan pendapatan mengindikasikan bahwa ada peluang bagi petani untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu barang atau jasa yang dikonsumsinya menjadi lebih baik. Dengan kata lain, pendapatan petani akan mencerminkan tingkat kesejahteraan keluarga.

Dari pendapatan yang diterima oleh petani kopi arabika, dapat dilihat seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh usahatani kopi arabika terhadap pendapatan petani. Berdasarkan uraian diatas, maka secara sistematis kerangka pemikiran untuk penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(39)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika Petani

Kopi Arabika

Usahatani KopiArabika

Pendapatan di Luar Usahatani Pendapatan Usahatani

Kopi Arabika Input Produksi

Biaya Produksi Penerimaan Produksi

Pendapatan Petani Kopi Arabika Pendapatan Selain

Usahatani Kopi Arabika

(40)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Kayu Aro merupakan salah satu sentra produksi kopi arabika di Kabupaten kerinci. Adapun objek penelitian ini adalah petani kopi arabika dengan sumber pendapatan utama dari usahatani kopi arabika. Petani kopi arabika yang diteliti adalah petani pemilik. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pendapatan petani kopi arabika yang dilihat dari curahan waktu dan sumber pendapatan utama adalah usahatani kopi arabika.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Identitas petani sampel yang meliputi : Nama, umur, tingkat pendidikan, lama

berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga.

2. Biaya-biaya produksi (biaya tetap: penyusutan alat pertanian dan biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya variabel: biaya transportasi, tenaga kerja luar) 3. Luas lahan yang digunakan (ha)

4. Jumlah produksi usahatani (kg/tahun) 5. Harga jual produksi (Rp/tahun)

6. Pendapatan petani meliputi pendapatan usahatani kopi arabika, pendapatan usahatani diluar kopi arabika dan pendaptaan diluar usahatani (Rp/ha/tahun).

7. Data lain yang mendukung dalam penelitian ini.

(41)

3.2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data 3.2.1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab tujuan dan permasalahan pada penelitian ini. Pada penelitian ini data primer diperoleh dari petani kopi arabika yang menjadi objek penelitian melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dipe•oleh atau dikumpulkan dari institusi terkait. Data sekunder dikumpulkan dengan menggunakan studi kepustakaan.

Sumber data didapat dari: Dinas Tanaman Perkebunan Provinsi Jambi, BPS Kabupaten Kerinci, Penelitian Terdahulu serta beberapa publikasi lain yang terkait dengan penelitian.

3.2.2. Metode Pengumpulan Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini diperoleh langsung dari petani sampel melalui observasi dan wawancara langsung kepada petani kopi arabika dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

b. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan dengan cara mengutip, menyalin dan rnengolah serta mempelajari data dari instansi terkait, studi literatur, jurnal, laporan dan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

(42)

3.3. Metode Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani kopi arabika di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) di Desa Sungai Bendung Air dan Desa Sangir dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki produksi tertingi di Kecamatan Kayu Aro. Teknik penarikan sampelnya menggunakan rumus dari Taro Yamane atau slovin (Riduwan, 2009). Adapun rumus slovin dengan ketentuan apabila populasi lebih dari 100 orang maka diambil presisi 10% - 15% atau 20% - 25%, jika populasi berjumlah 51 – 100 orang maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Adapun rumus penarikan sampel sebagai berikut :

n = 𝑁 𝑁𝑑2+ 1 Dimana:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d2 = Tingkat Presisi (10%)

Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : n = 𝑁

𝑁𝑑2+1 = 127

(127)(0,10)2+1= 56 responden

Dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 56 responden. Selanjutnya sampel yang akan dijadikan responden pada penelitian yang mewakili masing-masing desa adalah sebagai berikut:

ni =𝑁𝑖 𝑁 × n

(43)

Dimana :

ni = Jumlah Sampel Stratum

Ni = Jumlah Populasi Menurut Stratum N = Jumlah Populasi Seluruhnya

Dari rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : Sungai Bendung Air = 76

127 × 56 = 34

Sangir = 51

127 × 56 = 22

Dengan demikian diperoleh sampel petani yang akan dijadikan responden pada penelitian ini dilihat pada Tabel 3.

Tabel 4. Rincian Jumlah Populasi dan Sampel Petani Kopi Arabika di Daerah Penelitian

No Nama Desa Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Sungai Bendung Air 76 34

2 Sangir 51 22

Jumlah 127 56

Pada Tabel 4 dapat dilihat setelah ditetapkan secara proporsional, dapat diperoleh jumlah sampel petani yang akan dijadikan responden pada penelitian ini sebanyak 56 responden, dengan masing masing desa di dapat 34 responden untuk Desa Sungai Bendung Air dan 22 responden untuk Desa Sangir. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel secara Simple Random Sampling.

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. menggunakan analisis pendapatan yang terdiri dari penerimaan dan biaya produksi untuk usahatani kopi arabika. Struktur biaya yang

(44)

dimaksud dalam penelitian ini adalah pengelompokan biaya dalam biaya tetap dan biaya variabel.

3.4.1. Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika

Penggunaan analisis pendapatan yang dimaksudkan untuk mengetahui pendapatan rumah tangga petani kopi arabika yang berasal dari usahatani kopi arabika, non usahatani kopi arabika dan non usahatani. Adapun formula yang dipakai dalam analisis ini adalah (Hernanto,2004) :

Y = Y1 + Y2 + Y3 Dimana :

Y = Total Pendapatan Petani Kopi Arabika (Rp)

Y1 = Pendapatan Petani dari Usahatani Kopi Arabika (Rp) Y2 = Pendapatan Petani dari Luar Usahatani Kopi Arabika (Rp) Y3 = Pendapatan Petani Diluar Usahatani (Rp)

a. Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Y1)

Untuk menganalisis pendapatan usahatani dalam digunakan persamaan matematika dari Soekartawi (2002) sebagai berikut :

Y1 = TR - TC Dimana :

Yl = Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Rp) TR = Total Penerimaan Usahatani Kopi Arabika (Rp) TC = Total Biaya Usahatani Kopi Arabika(Rp) b. Pendapatan Usahatani di Luar Kopi Arabika (Y2)

Y2 = TR - TC Dimana :

(45)

Y2 = Pendapatan Usahatani di Luar Usahatani Kopi Arabika (Rp) TR = Total Penerimaan Usahatani di Luar Kopi Arabika (Rp) TC = Total Biaya Usahatani di Luar Kopi Arabika (Rp) c. Pendapatan Diluar Usahatani (Y3)

Y3 = TR – TC Dimana :

Y3 = Pendapatan di Luar Usahatani (Rp) TR = Total Penerimaan di Luar Usahatani (Rp) TC = Total Biaya di Luar Usahatani (Rp) 3.4.2. Kontribusi Usahatani Kopi Arabika

Kontribusi usahatani adalah sumbangan atau peranan yang diberikan oleh usahatani yang diusahakan oleh petani terhadap pendapatan keseluruhan. Dari kontribusi usahatani inilah dapat diketahui seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh suatu usahatani terhadap pendapatan petani secara keseluruhan.

Adapun rumus untuk menghitung kontribusi ushatani adalah sebagai berikut : KU = 𝑃𝑈

𝑃𝑇

× 100%

Dimana :

KU : Kontribusi Usahatani Terhadap Pendapatan Petani (%) PU : Pendapatan Usahatani (Rp)

PT : Pendapatan Total (Rp) 3.5. Kensepsi dan Pengukuran

1. Petani kopi arabika adalah kepala keluarga beserta anggota keluarga yang memiliki curahan waktu kerja pada usahatani kopi arabika dan sumber

(46)

pendapatan utama rumah tangga dari usahatani kopi arabika (minimal memiliki lahan 0,25 ha).

2. Produksi kopi arabika adalah biji kopi arabika yang dihasilkan dari tanaman kopi arabika yang dihitung dalam satuan kilogram per tahun.

3. Luas lahan adalah lahan yang digarap petani yang digunakan untuk mengusahakan kopi arabika dalam satuan ha.

4. Harga produksi adalah sejumlah uang yang diterima oleh petani dari hasil penjualan biji kopi arabika dalam sautan rupiah per kilogram.

5. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi meliputi: biaya penyusutan aiat-alat produksi pertanian dalam satuan rupiah per tahun.

6. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan besar kecilnya produksi dalam satuan rupiah per tahun.

7. Penerimaan usahatani kopi arabika adalah hasil kali antara jumlah produksi kopi arabika dengan harga biji kopi arabika yang dihitung dalam rupiah per tahun.

8. Pendapatan usahatani kopi arabika adalah selisih dari penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan biji kopi arabika dengan total biaya yang diukur dalam satuan rupiah rupiah per tahun.

9. Pendapatan luar usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani tersebut dalam satuan rupiah per tahun.

10. Pendapatan luar sektor pertanian adalah selisih antara penerimaan dari usaha yang diusahakan dengan biaya yang dikeluarkan diukur dalam satuan rupiah per tahun.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kegiatan Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 30 Rehabilitasi Sarana Irigasi DI Slegrengan Ds Pasung Kec Wedi.

model Problem Based Learning berbantuan media gambar. c) Melakukan konsultasi kepada guru kelas mengenai rencana pelaksanaan. pembelajaran yang telah dirancang dengan

[r]

Pada tanggal 1 Januari 2009 sampai dengan tanggal 23 Januari 2009, Perusahaan melakukan pembelian kembali saham (buy back) atas saham-saham yang dimiliki oleh masyarakat

Halaman Input admin digunakan ini untuk memasukkan data untuk mendaftar sebagai Admin, dalam hal ini sesorang admin bisa menambah admin baru yang bisa

Maka dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fraud traingle terhadap cheating academic behavior mahasiswa

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN

Sesuai dengan pernyataan diatas, nilai P &lt; α dapat diartikan bahwa hidrokarbon berupa parafin memiliki pengaruh yang signifikan dalam hasil TCLP logam Pb.. 4.6 Uji