• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2022"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENYULUHAN PENGGUNAAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica Juncea L.) DENGAN METODE VERTIKULTUR DI KELOMPOK WANITA

TANI DAHLIA KECAMATAN TARAKAN BARAT KOTA TARAKAN

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

SILVIRA RISTOLINKA WIDYANTI NIRM. 04.01.18.112

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

(2)

TUGAS AKHIR

PENYULUHAN PENGGUNAAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea

L.) DENGAN METODE VERTIKULTUR DI KELOMPOK WANITA TANI DAHLIA KECAMATAN TARAKAN BARAT

KOTA TARAKAN

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

SILVIRA RISTOLINKA WIDYANTI NIRM. 04.01.18.112

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

HALAMAN PERUNTUKAN

1. Teruntuk kedua orang tua saya Ibu (Nurlina) dan Ayah (Sunyoto) Tercinta Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dalam kata persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih.

Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima kasih Ibu..Terimah kasih Ayah atas semua yang telah engkau berikan semoga diberi kesehatan dan panjang umur agar dapat menemani langkah kecilku bersama adiku Fadya Isnaningrum.

2. Saya ucapkan terimakasih juga kepada nenek saya tercinta Hj.Yasmawati yang telah membantu saya dalam segala hal dan doa yang tulus.Keluarga besar saya (acil katik,paman,dll) yang juga turut andil dalam mendoakan saya.

3. Teruntuk teman saya yang telah berjuang bersama yaitu Anita, terimakasih sudah berjuang bersama di masa masa yang sulit ini,dan teman teman yang lainnya.

4. Teruntuk Sahabat saya Mecy Nurul Fauziah, Wahyu, Putra, Khamdan, Triwulandari, Alifudin saya ucapkan terimakasih karena rasa kepedulian nya terhadap saya yang sangat besar sebagai seorang sahabat dan telah banyak membantu saya dalam proses penyelesaian Tugas Akhir saya.

(4)

5. Terimakasih saya ucapkan untuk pacar saya saat ini Bripda Sahrul Indra Setiawan yang telah menemani saya berjuang sejak dari 2017 sampai 2022 ini. Saya ucapkan terimkasih atas doa dan dukungan nya dalam segala hal sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu ditengah suka maupun duka dalam proses saya.

(5)

PERNYATAAN

ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain sebagai Tugas Akhir untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau terdapat yang pernah ditulis ataupun diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam penulisan ini dengan menyebutkan sumber kutipan dan daftar pustakanya.

Apabila ternyata didalam naskah Tugas Akhir ini terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr.P) dibatalkan, serta proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang,16 Agustus 2022 Mahasiswa

Silvira Ristolinka Widyanti NIRM.04.01.18.112

(6)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

RANCANGAN PENYULUHAN

PENGGUNAAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP

BUDIDAYA TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN METODE VERTIKULTUR DI KELOMPOK WANITA TANI DAHLIA KECAMATAN

TARAKAN BARAT KOTA TARAKAN

SILVIRA RISTOLINKA WIDYANTI 04.01.18.112

Malang, 10 Agustus 2022

Mengetahui,

Pembimbing I,

Ir.Budianto, MP NIP. 19590221 198101 1 002

Pembimbing II,

Ainu Rahmi, SP, MP NIP.19731019 200212 2 001

Mengetahui,

(7)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

RANCANGAN PENYULUHAN

PENGGUNAAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP

BUDIDAYA TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN METODE VERTIKULTUR DI KELOMPOK WANITA TANI DAHLIA KECAMATAN

TARAKAN BARAT KOTA TARAKAN

SILVIRA RISTOLINKA WIDYANTI 04.01.18.112

Telah Dipertahankan di Depan Penguji Pada Tanggal 10 Agustus 2022 Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Mengetahui,

Penguji I

Ir.Budianto, MP NIP. 19590221 198101 1 002

Penguji II

Ainu Rahmi, SP, MP NIP.19731019 200212 2 001

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul

“Rancangan Penyuluhan Penggunaan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Budidaya Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Dengan Metode Vertikultur Di Kelompok Wanita Tani Dahlia Kecamata Tarakan Barat Kota Tarakan”.

Penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ir. Budianto, MP selaku pembimbing I, 2. Ainu Rahmi, SP, MP selaku pembimbing II,

3. Dr. Eny Wahyuning P., SP, MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang,

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si., selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang,

5. Teman-teman Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan angkatan 2018 yang selalu memberikan dukungan,

6. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan inii yang telah membantu terselesaikannya proposal ini.

Penulis menyadari, bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran dan masukan demi perbaikan sangatlah di harapkan.

Malang, 16 Agustus 2022

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Kajian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Pupuk ... 9

2.2.2 Pupuk Organik ... 10

2.2.3 Pupuk Kompos ... 11

2.2.4 Pupuk Kandang Ayam ... 12

2.2.5 Klasifikasi Tanaman Sawi... 14

2.2.6 Syarat Tumbuh Sawi ... 16

2.3 Komponen Penyuluhan... 18

2.3.1 Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) ... 18

2.3.2 Pengertian, Fungsi. Dan Tujuan Penyuluhan ... 18

2.3.3 Materi Penyuluhan Pertanian ... 19

2.3.4 Media Penyuluhan Pertanian ... 20

2.3.5 Metode Penyuluhan ... 21

2.3.6 Sinopsis dan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ... 21

2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 22

2.3.8 Jenis – jenis Evaluasi... 24

2.3.9 Pengetahuan ... 24

2.4 Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE KAJIAN ... 29

3.1 Lokasi dan Waktu... 29

3.2 Metode Kajian ... 29

3.2.1 Variabel Kajian ...Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Alat dan Bahan ... 29

3.2.3 Jenis Kajian ... 30

3.2.4 Rancangan Percobaan ... 30

3.2.5 Pelaksanaan Kajian ... 31

3.2.6 Populasi dan sampel ... 33

3.2.7 Parameter Pengamatan ... 33

3.2.8 Analisis Data ... 34

3.3 Metode Perancangan ... 34

3.3.1 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 34

3.3.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 34

3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan ... 35

3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan ... 35

3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan ... 35

3.3.6 Penetapan Evaluasi Rancanagan ... 35

(10)

3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Hasil Parameter Pengamatan ... 38

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 38

4.1.2 Lebar Daun ... 38

4.1.3 Jumlah Daun ... 40

4.1.4 Panjang Daun ... 41

4.1.5 Berat Basah ... 42

BAB V PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 43

5.1 Perancangan Penyuluhan Pertanian ... 43

5.1.1 Identifikasi Potensi Wilayah... 43

5.1.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 45

5.1.3 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 46

5.1.4 Penetapan Materi Penyuluhan ... 46

5.1.5 Penetapan Metode Penyuluhan ... 47

5.1.6 Penetapan Media Penyuluhan ... 47

5.1.7 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 47

5.1.8 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 47

5.2 Implementasi ... 48

5.2.1 Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan ... 48

5.2.2 Persiapan Kegiatan Penyuluhan ... 48

5.2.3 Tahapan Penyuluhan ... 48

5.2.4 Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan ... 49

BAB VI PEMBAHASAN ... 50

6.1 Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 50

6.1.1 Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 50

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 52

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

7.1 Kesimpulan ... 54

7.2 Saran ... 54

Daftar Pustaka ... 56

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Kimia Pupuk Kandang ... 12

Tabel 2. Variabel Kajian ... 28

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman ... 36

Tabel 4. Rata-rata Lebar Daun ... 37

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Daun ... 38

Tabel 6. Rata-rata Panjang Daun ... 39

Tabel 7. Rata-rata Berat Basah ... 40

Tabel 8. pembagian penggunaan lahan/tanah Desa Klampok ... 41

Tabel 9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Tarakan Barat ... 42

Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 42

Tabel 11. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 42

Tabel 12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 43

Tabel 13. Usia Responden ... 43

Tabel 14. Tingkat Pendidikan Responden... 44

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. botol dari vertikultur ... 29

Gambar 2. Denah Rancangan Percobaan ... 30

Gambar 3. Garis kontinum Skala pengetahuan (Pre-test) ... 49

Gambar 4. Garis kontinum Skala pengetahuan (Post-test) ... 50

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka tidak heran bila kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Macam- macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan antara lain tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai komersial dan prospek yang tinggi.

Indonesia sangat memungkinkan untuk dikembangkan tanaman sayur- sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Salah satu tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah sawi hijau (Brassica juncea L.). Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia.

Budidaya tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan oleh petani ataupun pemula yang ingin menekuni agrobisnis tanaman ini. Budidaya tanaman sawi selain mudah dilaksanakan, juga sangat cepat menghasilkan karena tanaman ini memiliki umur relatif pendek (genjah), mulai dari awal penanaman hingga siap panen.

Saat ini dalam peningkatan produksi hasil pertanian, petani masih ketergantungan dalam penggunaan pupuk kimia anorganik dibandingkan dengan pupuk organik. Penggunaan perbandingan pupuk kimia sintesis yang berlebih dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila penggunaannya dilakukan secara terus-menerus. Pengaplikasian pupuk kimia sintesis dalam jangka waktu lama dapat menurunkan produktivitas lahan serta mikroorganisme penyubur

(14)

dalam tanah berkurang (Susi, 2009). Dengan demikian, untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penggunaan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang bisa digunakan adalah pupuk kandang, salah satunya adalah pupuk kandang ayam. Kotoran ayam mengandung unsur makro dan mikro seperti Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), dan Mangan (Mn) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam keseimbangan hara di dalam tanah karena kotoran berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan sebagai nutrisi bagi tanaman. Kotoran ayam memiliki kandungan hara sebagai berikut 57% kadar air, 29% kadar organik, 1,5% Nitrogen, 1,3% P2O5, 0,8% K2O, 4,0% CaO dan 9- 11 C/N rasio . Kotoran ayam memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain. Hal ini disebabkan kotoran padat pada hewan ternak tercampur dengan urinnya (Dermiyati, 2015).

Kotoran ayam biasanya bersuhu tinggi dan belum matang apabila diaplikasikan kurang maksimal maka dari itu kotoran ayam perlu melalui proses pengomposan terlebih dahulu mengggunakan mikroorganisme menguntungkan (Ragi/yeast, Lactobacillus sp, selubizing phospate bacteriae dan azospirillum sp).

Fermentasi dilakukan selama 7 sampai 14 hari, maka suhu kotoran ayam akan menurun dan siap untuk diaplikasikan. Peristiwa ini disebut porasi. (Priyadi, 2011).

Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara yang lengkap tetapi jumlahnya sedikit, oleh karena itu perlu pemberian pupuk anorganik agar kebutuhan unsur hara tanaman dapat terpenuhi. Pertumbuhan pakcoy lebih didominasi oleh pertumbuhan vegetatif, sehingga membutuhkan unsur hara yang cukup untuk pembentukan organ pada tanaman. Unsur hara Nitrogen berperan penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman terutaman sayuran daun (Shinta, Haryono dan Maghofoer, 2017).

Angka pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat sangat pesat setiap tahunnya, sehingga luas lahan yang tersedia dan dapat diolah untuk areal

(15)

pertanian juga semakin terbatas. Bahkan tidak sedikit pula lahan pertanian yang telah beralih fungsi menjadi area industri, perumahan dan gedung-gedung perkantoran. Hal ini tentu menjadi peluang untuk mengembangkan vertikultur secara intensif. Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya. Sistem budidaya Vertikultur adalah sistem budidaya yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan dilahan-lahan sempit atau dipemukiman yang padat penduduknya. Kelebihan dari sistem budidaya vertikultur adalah efesiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional,terjadi penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,serta kemungkinan tumbuhnya rumput (gulma) lebih kecil.

Salah satu Kelompok Wanita Tani yang memiliki komoditas tanaman sawi terbanyak di Kota Tarakan ialah Kelompok Wanita Tani Dahlia Kecamatan Tarakan Barat. Selain memiliki komoditas tanaman sawi, KWT Dahlia juga memiliki potensi lain yaitu memiliki sumberdaya manusia yang banyak juga terdapat ketersediaan pupuk kandang ayam yang melimpah. Tetapi, hasil produksi yang dimiliki KWT tersebut kurang dikarenakan produksi nya cukup memakan waktu yang lama dan juga kurangnya ketersediaan lahan yang ada, serta tidak memanfaatkan pupuk kandang ayam secara maksimal.

Oleh sebab itu, dalam upaya pemanfaatan potensi KWT Dahlia sebagai salah satu produsen pertanian perlu dilakukan kajian mengenai pertumbuhan dan hasil produksi tanaman sayuran sawi (Brassica juncea L.) dengan mengkomparasikan perbandingan pupuk kandang ayam menggunakan metode vertikultur.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh perbandingan pupuk kandang ayam yang tepat terhadap produksi Tanaman Sawi menggunakan metode vertikultur?

2. Bagaimana menyusun Rancangan Penyuluhan tentang Penggunaan Perbandingan Pupuk Kandang Ayam terhadap Produksi Tanaman Sawi menggunakan Metode Vertikultur di KWT Dahlia Kecamatan Tarakan Barat?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan KWT Dahlia tentang Produksi Tanaman Sawi Menggunakan Metode Vertikultur?

1.3 Tujuan

1. Menganalisis perbandingan pupuk kandang ayam yang tepat terhadap produksi tanaman sawi menggunakan metode vertikultur

2. Menyusun Rancangan Penyuluhan tentang Penggunaan Perbandingan Pupuk Kandang Ayam terhadap Produksi Tanaman Sawi Menggunakan Metode Vertikultur di KWT Dahlia Kecamatan Tarakan Barat

3. Mengukur peningkatan pengetahuan KWT Dahlia tentang Produksi Tanaman Sawi Menggunakan Metode Vertikultur

1.4 Manfaat

1. Manfaat bagi mahasiswa

a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memerkuat inovasi pertanian terutama dalam bidang budidaya tanaman dengan metode vertikultur.

b. Meningkatkan kreativitas dan inovasi mahasiswa dalam kegiatan budidaya tanaman menggunakan metode vertikultur dengan mengidentifikasi dan mengkomparasikan berbagai perbandingan pupu kandang ayam pada tanam sawi.

(17)

2. Manfaat bagi petani

a. Menambah pengetahuan petani tentang pengaruh pupuk kandang ayam menggunakan metode vertikultur terhadap produksi tanaman sawi.

b. Meningkatkan produktivitas petani sawi dengan mengaplikasikan pupuk terbaik.

c. Manfaat bagi penyuluh

d. Membantu penyuluh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi di lapangan.

e. Membantu penyuluh dalam menyebarkan informasi dan pengetahuan kepada petani.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Kajian yang dilakukan oleh Sari, Yuni (2017) dengan judul “Pengaruh Beberapa Perbandingan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi” Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai perbandingan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental yang dilakukan di lapangan. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan yaitu pupuk kandang ayam dengan perbandingan 0 ton/ha (P0), 5 ton/ha (P1), 10 ton/ha (P2), 15 ton/ha (P3), 20 ton/ha (P4) dan 25 ton/ha (P5), yang diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Data hasil kajian dianalisis dengan menggunakan Sidik Ragam pada taraf 5% menggunakan program minitab dan hasil Sidik Ragam menunjukkan berbeda nyata sehingga dilakukan uji lanjut dengan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pemberian berbagai perbandingan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot basah per petak akan tetapi berpengaruh terhadap bobot basah per tanaman dan bobot kering tanaman. Aplikasi pupuk kandang ayam pada perbandingan 20 ton/ha cenderung menunjukkan tinggi tanaman tertinggi dan jumlah daun terbanyak pada umur 21 HST.

Kajian yang dilakukan oleh Sumarsono, Rahmadun dan Adriani (2017) dengan judul “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Pakcoy Akibat Pemberian Berbagai Jenis Pupuk Kandang” Kajian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi sawi pakcoy akibat pemberian berbagai jenis pupuk kandang, serta mengetahui jenis pupuk kandang yang efektif untuk

(19)

pertumbuhan dan produksi sawi pakcoy. Kajian ini menggunakan percobaan monofaktor dengan rancangan acak lengkap.Perlakuan jenis pupuk kandang (sapi, kambing, domba, kuda, ayam) dibandingkan dengan tanpa pemupukan dan urea 300 kg/ha dengan 4 kaliulangan. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan analisis ragam (uji F) dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (UJGD) taraf 5%.Hasil kajian menunjukkan bahwa pemberian jenis pupuk kandang berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan produksi tanaman. Perlakuan terbaik diperoleh pada pupuk kandang ayam dengan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan produksi sawi pakcoy yaitu berturut 26,33 cm, 11 helai, 1033,30 cm dan 2319,90 g/m2.

Kajian yang dilakukan oleh Yopie Moelyohadi (2020) dengan judul “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Pagoda Terhadap Penerapan Komposisi Media Tanam Dan Perbandingan Pupuk Pelengkap Cair Pada Sistem Budidaya Vertikultur” Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari serta mendapatkan komposisi media tanam dan perbandingan pupuk pelengkap cair yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi pagoda pada sistem budidaya vertikutur. Kajian ini menggunakan rancangan petak terbagi (Split-plot design) dengan 9 kombinasi perlakuan yang di ulang 3 kali, dengan perlakuan sebagai berikut: 1). Petak Utama (Split Plot):

adalah komposisi media tanam yaitu: M1 = 2 : 1 : 1, M2 = 1 : 2 : 1 dan M3 = 1 : 1 : 2. Anak petak adalah perbandingan pupuk pelengkap cair yaitu terdiri: D1 = 2 cc/liter air, D2 = 4 cc/liter air dan D3 = 6 cc/liter air. Hasil kajian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam dan perlakuan perbandingan pupuk pelengkap cair berpengaruh sangat nyata terhadap semua pebuah yang diamati.

Kajian yang dilakukan oleh Wagiono, Dharma dan Rika (2021) dengan judul “Uji Efektivitas Beberapa Macam Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan

(20)

ini bertujuan untuk mendapatkan perlakuan beberapa macam pupuk organik yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil Tanaman Selada varietas grand rapids pada sistem vertikultur. Metode kajian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktor tunggal yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 4 ulangan, yaitu A (Kontrol), B (Tanah + Pupuk Kandang Ayam), C (Tanah + Pupuk Kandang Kambing), D (Tanah + Pupuk Kandang Sapi), E (Tanah + Pupuk Kascing) dan F (Tanah + Kompos Sayuran). Hasil kajian menunjukan bahwa terdapat pengaruh nyata perlakuan F (Tanah + Pupuk Kascing) beberapa macam pupuk organik terhadap rerata tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, panjang akar, bobot segar pertanaman, bobot segar pertalang dan bobot segar perhektar.

Kajian yang dilakukan oleh Marlinda, Julianus dan Henderikus (2021) dengan judul “Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau” Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau dan mengetahui perbandingan optimum pupuk kandang ayam yang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau yang optimal. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat ulangan dan enam perlakuan yaitu, K0 : tanpa pupuk, K1: 20 ton/ha, K2: 30 ton/ha, K3: 40 ton/ha, K4: 50 ton/ha, K5: 60 ton/ha. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) hasil kajian diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan berpengaruh sangat nyata terhadap berat segar tan-1 dan berat segar ha-1 . Perbandingan optimum pupuk kandang ayam 60 ton ha-1 merupakan perlakuan terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau yang optimal dengan produksi rata- rata berat segar ha-1 mencapai 17,26 ton ha-1 .

(21)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Pupuk

Pupuk adalah kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara kedalam tanah dan tanaman. Pupuk merupakan meterial yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mecukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik (Dwicaksono,2013).

Menurut Hadisuwito (2008) pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unur esensial bagi pertumbuhan tanaman.

Tindakan mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan penggembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar produki tanaman tetap normal atau meningkat. Tujuan penambahan zat-zat hara tersebut memungkinkan tercapainya keseimbangan antara unsur-unsur hara yang hilang baik yang terangkut oleh panen, erosi, dan pencucian lainnya.

Tindakan pengembalian/penambahan zat-zat hara ke dalam tanah ini disebut pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur hara yang ditambahkan hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang didalam tanah (Sugiyanta,dkk 2010).

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2001 tentang “Pupuk Budidaya Tanaman” mencantumkan 3 butir pertimbangan bahwa :

a. Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi dan mutu hasil budidayatanaman;

b. Untuk memenuhi standar mutu dan menjamin efektivitas pupuk,maka pupuk yang diproduksi harus berasal dari formula hasil rekayasa yang telah diuji mutu

(22)

c. Sehubungan

d. dengan hal tersebut diatas dan sebagai pelaksanaan dari Pasal 37 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang “Sistem Budidaya Tanaman”, perlu mengatur pupuk budidaya tanaman dengan eraturan pemerintah (Firmansyah, 2010).

Secara umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu:

1. Pupuk organik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCL (pupuk K).

2. Pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau (Lingga & Marsono, 2013).

2.2.2 Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik baik tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang diurai (dirombak) oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Supartha, 2012).

Susunan kimia pupuk kandang berbeda-beda tergantung dari jenis ternak, umur ternak, macam pakan, jumlah amparan, cara penanganan dan penyimpanan pupuk yang berpengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan mikroba tanah yang mengubah berbagai faktor dalam tanah sehingga menjamin kesuburan tanah (Sajimin, 2011). Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah (Lestari, 2015).

(23)

Menurut Hadisuwito dan Sukamto (2015) pupuk organik berdasarkan bentuk dan strukturnya dibagi menjadi dua golongan yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Pupuk organik mengandung asam humat dan asam folat serta zat pengatur tumbuh yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (Supartha, 2012).

Frekuensi pemberian pupuk dengan perbandingan yang berbeda menyebabkan hasil produksi jumlah daun yang berbeda pula dan frekuensi yang tepat akan mempercepat laju pembentukan daun. Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk buatan yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah (Kelik, 2010).

2.2.3 Pupuk Kompos

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sisa-sisa tanaman atau sisa hasil panen yang dibusukkan pada suatu tempat, terlindungi dari matahari dan hujan, serta diatur kelembabannya dengan menyiram air apabila terlalu kering (Hardjowigeno, 1989). Proses pengomposan bisa berlangsung apabila bahan- bahan mentah telah dicampur secara merata, pengomposan dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu : tahap aktif, dan tahap pematangan. Pada tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik, yang mengakibatkan suhu tumpukan kompos akan tinggi dan pH kompos meningkat. Suhu akan meningkat menjadi 50 – 700, dan akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang berperan aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik yaitu mikroba yang aktif pada suhu yang

(24)

tinggi. Pada saat terjadi proses ini, maka proses dekomposisi bahan organik juga berlangsung (Isroi, 2007).

Dekomposisi secara aerob adalah modifikasi yang terjadi secara biologis pada struktur kimia atau biologi bahan organik dengan kehadiran oksigen. Dalam proses ini banyak koloni bakteri yang berperan akibat dan ditandai dengan adanya perubahan temperatur 35oC bakteri yang berperan adalah Phsycrophile. Antara termperatur 35-55ᵒC yang berperan adalah bakteri mesofilik.

Pada temperatur tinggi (di atas 85ᵒC) yang banyak berperan adalah bakteri termofilik. Hasil dari proses pengomposan secara aerobik berupa bahan kering dengan kelembaban 30-40%, bewarna cokelat gelap, dan remah. (Djuarnani dkk, 2005).

Pada proses anaerob reaksi berlangsung secara bertahap. Tahap pertama, beberapa jenis bakteri fakultatif akan menguraikan bahan organik menjadi asam lemak. Kemudian diikuti tahap kedua, dimana kelompok mikroba lain akan mengubah asam lemak menjadi amoniak, metan, karbondioksida dan hidrogen. Panas yang dihasilkan dalam proses anaerobik lebih rendah dibanding aerobik. Pengomposan anaerob akan menghasilkan gas mentah (CH4), karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam propionate, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat. Bagian padatan ini yang disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum digunakan harus dikeringkan. (Djuarnani dkk, 2005).

2.2.4 Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternak, seperti sapi, kuda, kambing, ayam, dan domba yang mempunyai fungsi, antara lain menambah unsur hara tanaman, menambah kandungan humus dan bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah serta memperbaiki jasad renik tanah

(25)

(Sutedjo, 2010). Pupuk kandang terdiri atas campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan (tanaman).

Pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk anorganik, yaitu dapat memperbaiki struktur tanah, menambah unsur hara, menambah kandungan humus dan bahan organik, memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah (Samadi dan Cahyono, 2005).

Komposisi kimia beberapa jenis pupuk kandang disajikan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Pupuk Kandang

Sumber : (Lingga & Marsono, 2010)

Menurut Kurnia dkk. (2016) hasil analisis pupuk kandang ayam broiller memiliki kandungan Nitrogen (N) 2,44%, Phospor (P) 0,67%, Kalium (K) 1,24%, dan C-Organik 16,10%. Kandungan N, P, dan K yang terkandung dalam kotoran ayam broiller memiliki kadar hara yang tinggi, sehingga kotoran ayam broiller dapat memperbaiki tingkat kesuburan pada tanah yang bermasalah, serta dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mayadewi (2007) bahwa pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah. Pengaruh pupuk kandang dan kompos terhadap perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan hasil tanaman. . Kotoran ayam memiliki keunggulan karena mempunyai kandungan unsur hara dan bahan organik yang lebih tinggi. Kotoran ayam dibandingkan dengan pupuk kandang yang lain, mempunyai kandungan unsur hara yang lebih tinggi terutama unsur N, P dan bahan organik (Gunawan, 1998 dalam Firdaus, 2011). Disamping itu, ketersediaan kotoran ayam yang sangat banyak

Jenis

ternak Tekstur Nitrogen

(N)(%) Fosfor

(P)(%) Kalium (K)(%)

Kuda Padat 0,55 0,30 0,40

Sapi Padat 0,40 0,20 0,10

Kambing Padat 0,60 0,30 0,17

Ayam Padat 1,00 0,80 0,40

(26)

dikarenakan pesatnya perkembangan peternakan di sektor perunggasan, terutama ayam pedaging dan ayam petelur, karena itu kotoran ayam sangat cocok untuk diolah menjadi pupuk kompos organik.

Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta (feses) per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup (Taiganides, 2000 dalam Langi, 2017).

Menurut Subroto (2009), bahwa pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapat memperkuat akar tanaman jagung manis. Itulah sebabnya pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat diperlukan agar tanaman yang tumbuh di tanah itu dapat tumbuh dengan baik. Dari kenyataan yang ada bahwa banyak masyarakat yang berpendapat khususnya petani bahwa kotoran ayam sangat baik jika diberikan pada tanaman jagung manis namun harus menggunakan perbandingan dan tata cara tertentu. Menurut banyak orang, selain manfaatnya yang besar kotoran ayam sangat mudah diperoleh karena tidak sebanyak orang yang memelihara sapi ataupun kambing yang kotoranya sama-sama dijadikan pupuk organik.

2.2.5 Klasifikasi Tanaman Sawi

Menurut Haryanto (2003) klasifikasi tanaman sawi yaitu:

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae

(27)

Sub kelas : Dicotyledonae Ordo : Papavorales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

Daun sawi berbentuk bulat dan lonjong, lebar dan sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih- putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai panjang dan pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda tetapi tetap membuka. Daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang- cabang. Sawi memiliki sistem perakaran akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silendris). Akar-akar ini berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Haryanto, 2003).

Tanaman sawi berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar kesemua arah disekitar permukaan tanah, perakarannya dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. tanaman sawi hijau tidak memiliki akar tunggang.

Perakaran tanaman sawi hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, tanah muda menyerap air dan kedalaman tanah cukup dalam (Cahyono, 2003).

Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hamper tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop.

Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).

(28)

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik didataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2007).

2.2.6 Syarat Tumbuh Sawi

Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam didataran rendah.

Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi), juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia. Disamping itu tanaman sawi tidak hanya cocok ditanam di dataran rendah, tetapi juga dapat hidup didataran tinggi (Pracaya, 2011).

Menurut Margiyanto (2007), sawi bukanlah tanaman asli Indonesia, namun berasal dari benua Asia, karena Indonesia mempunyai iklim, cuaca dan tanah yang sesuai untuk tanaman sawi maka sawi dapat dibudidayakan. Daerah penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut dan biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter.

Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Pada masa pertumbuhan tanaman sawi membutuhkan hawa yang sejuk, dan lebih cepat tumbuh apabila di tanam dalam suasana lembab, akan tetapi tanaman ini juga tidak cocok pada air yang menggenang.

Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan (Margiyanto, 2007).

(29)

a. Tanah

Tanaman sawi cocok ditanam pada tanah yang gembur, mengandung humus dan memiliki drainaseyang baik dengan pH antara 6-7 (Haryanto, 2003).

Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, tanaman sawi lebih cocok ditanam pada tanam lempung berpasir seperti jenis tanah andosol. Sifat biologis tanah yang baik untuk pertumbuhan sawi adalah tanah yang mengandung banyak unsur hara. Tanah yang memiliki banyak jasad renik atau organisme pengurai dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).

Tanaman sawi dapat dibudidayakan pada berbagai ketinggian tempat.

Sawi juga memiliki toleransi yang baik terhadap lingkungannya. Namun kebanyakan daerah penghasil sawi berada diketinggian 100-500 m dpl (Zulkarnain, 2013).

b. pH

Tingkat keasaman (pH) tanah yang baik untuk tanaman sawi adalah antara 6-7. Pada saat melakukan penanaman sebaiknya dilakukan pengukuran pH tanah sehingga apabila pH tanah tidak sesuai maka dilakukan pengapuran. Tujuan pengapuran adalah untuk menaikan atau menurunkan pH tanah agar sesuai dengan pH tanah untuk penanaman sawi (Zulkarnain, 2013).

c. Iklim

Iklim yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang bersuhu 15,6 oC pada malam hari dan 21,1 oC disiang hari. Untuk dapat melakukan fotosintesis dengan baik, sawi memerlukan cahaya matahari selama 10-13 jam. Ada beberapa varietas sawi yang toleran dan dapat tumbuh dengan baik pada suhu 27-320C (Rukmana, 2007).

(30)

Menurut Cahyono (2003) kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang optimal berkisar antara 80% - 90%. Sawi termasuk jenis sayuran yang tahan terhadap hujan, sehingga dapat ditanam pada musim hujan dan mampu memberikan hasil yang baik.

Sistem pertanian kota dengan ketersediaan lahan yang sempit dapat ditempuh dengan usaha mengembangkan teknologi pertanian yang hemat lahan.

Sistem pertanian vertikal yang diharapkan dapat meningkatkan panen radiasi surya yang melimpah, selain itu juga efisiensi dalam penggunaan lahan dan air.

Budidaya tanaman dengan sistem vertikultur dapat menghemat air sampai tiga kali (Yusdiana dkk, 2000).

2.3 Komponen Penyuluhan

2.3.1 Identifikasi Potensi Wilayah (IPW)

Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) merupakan upaya untuk mengetahui potensi sebuah wilayah dengan menggali data dan informasi (primer dan sekunder) yang dilakukan secara partisipatif. Upaya ini bertujuan agar penyuluh mengetahui masalah sebuah wilayah untuk diatasi, maupun potensinya untuk dikembangkan, serta memilih langkah yang tepat dalam pelaksanaannya.

2.3.2 Pengertian, Fungsi. Dan Tujuan Penyuluhan

Menurut Undang – Undang SP3K No.16 Tahun 2006, Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu mendorong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Selain itu, menurut Totok Mardikanto (2009) “penyuluhan pertanian diartikan sebagai pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada petani dan keluarganya agar dapat

(31)

bertani lebih baik, berusaha tani yang lebih menguntungkan, dan terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masyarakatnya”.

Fungsi penyuluhan pertanian adalah sebagai penghubung antara praktik yang biasa dilakukan petani dengan pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang agar tidak terjadi kesenjangan antara keduanya (Setiana, 2005).

Dengan demikian diharapkan agar petani dapat memperoleh dan menerapkan pengetahuan maupun teknologi dan bersinergi dengan praktik yang biasa dilakukan.

Menurut Pakpahan (2017), tujuan penyuluhan pertanian diarahkan pada pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani (better living) dan masyarakatnya (better community). Tujuan penyuluhan pertanian agar pertanian di Indonesia dapat berkembang serta dapat memajukan perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Selain itu, agar dapat menambah pengetahuan serta perubahan sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka mau dan mampu menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaiakan oleh penyuluh pertanian.

2.3.3 Materi Penyuluhan Pertanian

Menurut Pakpahan (2017), materi penyuluhan merupakan pesan yang disampaikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima manfaat.

Pesan yang disampaikan dalam proses penyuluhan harus inovatif yang mampu mengubah atau mendorong terjadinya pembaharuan dalam segala aspek kehidupan masyarakat penerima manfaat demi selalu terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Undang – Undang SP3K, materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan

(32)

pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumberdaya.

2.3.4 Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan ketika melakukan kegiatan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan. Alat ini diperlukan untuk mempermudah penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik dalam menentukan/memilih materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang disuluhkan (Mardikanto, 2009).

Media penyuluhan merupan unsur penting dalam pelaksanaan penyuluhan berfungsi memperjelas materi penyuluhan yang akan disampaikan agar mudah diingat dan dimengerti oleh sasaran. Adapun alat bantu penyuluhan yang diperlukan setiap penyuluh adalah Kurikulum, LPM, alat tulis, perlengkapan ruangan, proyektor, LCD, alat peraga (pamphlet, leaflet, folder, brosusr/booklet, poster, dan peta singkap), gambar yang diproyeksikan (film, video).

Beberapa faktor yang menentukan dalam pemilihan media antara lain : 1. Tujuan penyuluhan

2. Karakteristik sasaran 3. Strategi komunikasi 4. Pesan yang disampaikan 5. Karakteristik wilayah

Media penyuluhan yang baik adalah media yang dapat dimengerti oleh sasaran. Diusahakan agar menggunakan media yang sederhana, menarik,

(33)

menggunakan bahasa yang mudah dan sesuai dengan kapasitas maupun karakteristik sasaran maupun lingkungan.

2.3.5 Metode Penyuluhan

Menurut Pakpahan (2007), metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknik penyampaian materi oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi (teknologi baru).

Tiga cara pendekatan dalam pemilihan metode penyuluhan (Mardikanto, 2009), yaitu :

1. Media yang digunakan.

2. Sifat hubungan antara penyuluhan dan penerima manfaatnya.

3. Pendekatan psikososial yang dikaitkan dengan tahapan adopsinya.

Beberapa metode penyuluhan diantaranya ceramah, demonstrasi, kunjungan rumah ataupun tempat usaha, pameran, magang, pertemuan diskusi, pertemuan umum, temu lapang, temu karya, temu wicara, temu tugas, dan temu usaha.

Menurut SKKNI Penyuluhan Pertanian tahun 2013, berikut adalah langkah-langkah menerapkan metode penyuluhan pertanian:

1. Menetapkan metode, harus memperhatikan kondisi karakteristik individu (sasaran) dan pemilihan metode penyuluhan berdasarkan materi dan media sesuai dengan tujuan dan karakteristik sasaran.

2. Menggunakan metode, meliputi pembuatan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dan penerapan metode yang dipilih dalam kegiatan penyuluhan pertanian seperti, ceramah, diskusi dan demonstrasi cara.

2.3.6 Sinopsis dan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Sinopsis materi penyuluhan merupakan ringkasan materi yang akan disampaikan.

(34)

1. Judul, ditulis dengan menggunakan kalimat singkat yang mudah dipahami dan menggambarkan inti dari materi.

2. Bagian awal, berisi ringkasan latar belakang masalah mengapa materi tersebut dipilih untuk disuluhkan

3. Bagian utama, berisi ringkasan isi materi berupa “apa, siapa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana melaksanakan materi dan penyuluhan

4. Bagian akhir, berisi ringkasan implikasi materi penyuluhan.

Adapun tujuan pembuatan sinopsis materi penyuluhan adalah :

1. Memberikan gambaran tentang masalah yang akan dibahas dan bagaimana pemecahannya

2. Agar penyampaian materi disampaikan secara runtut

3. Bagi orang yang berkepentingan agar dapat mengetahui inti materi yang disampaikan

4. Sebagai bukti pelaksanaan penyuluhan.

2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Menurut Seepersad dan Henderson (1984) dalam Pakpahan (2017), evaluasi sebagai kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk melakukan pengukuran dan penilaian terhadap sesuatu obyek berdasarkan pedoman yang telah ada. Evaluasi merupakan proses mengumpulkan data yang sistematis untuk mengetahui efektifitas program pendidikan dan pelatihan.

Menurut Mardikanto (2009), terdapat beberapa pokok pikiran yang terkandung dalam pengertian evaluasi sebagai kegiatan terencana dan sistematis yang meliputi: a) pengamatan untuk pengumpulan data atau fakta; b) penggunaan pedoman yang telah ditetapkan; c) pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu;

dan d) pengambilan keputusan atau penilaian.

Tujuan evaluasi penyuluhan pertanian adalah :

(35)

1. Untuk menentukan sejauh mana capaian dari penyuluhan pertanian yang telah dilakukan dan dampaknya terhadap pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan sasaran.

2. Mendapatkan menentukan tingkat keefektifan materi, media, dan metode penyuluhan yang digunakan.

3. Memperoleh landasan untuk rencana tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan.

Dalam evaluasi penyuluhan pertanian, terdapat beberapa prinsip evaluasi menurut Mardikanto (2009), yaitu :

1. Merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan program. Artinya evaluasi penyuluhan pertanian harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan programnya. Karena tujuan evaluasi adalah untuk melihat seberapa jauh capaian penyuluhan dari tujuannya. Serta dapat melihat apakah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan program dibandingkan dengan perencanaannya.

2. Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan : a) objektif, artinya selalu berdasar pada fakta. b) menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan. c) menggunakan metode pengumpulan data yang tepat dan teliti.

d) menggunakan alat ukur yang tepat dan dapat dipercaya (valid and reliable) 3. Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang sesuai dengan apa yang

akan diukur

4. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk : a) Data Kuantitatif, agar tingkat pencapaian tujuan dan penyimpangan dalam pelaksanaan dapat diketahui dengan jelas dan terukur. b) Uraian Kualitatif, agar dapat diketahui faktor – faktor penentu keberhasilan, penyebab kegagalan, maupun faktor penunjang dan penghambat dari program yang direncanakan.

5. Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya evaluasi harus menghasilkan

(36)

Evaluasi harus difokuskan pada kegiatan – kegiatan strategis, yaitu kegiatan yang memiliki dampak signifikan terhadap tercapainya tujuan program.

2.3.8 Jenis – jenis Evaluasi

Jenis – jenis evaluasi yang dapat dilaksanakan menurut Azwar (1996), yaitu : 1. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation), yaitu suatu bentuk evaluasi yang

dilaksanakan pada tahap pengembangan sebelum program dijalankan. Hasil evaluasi ini akan digunakan untuk mengembangkan program, agar program yang akan dijalankan lebih sesuai dengan situasi dan kondisi dilapangan.

2. Evaluasi Proses, yaitu suatu proses yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung selama proses berjalannya program dan memastikan program berjalan sesuai rencana ataupun mengetahui kendala dan faktor pendukung selama program berjalan

3. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation) suatu evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan dan memberikan pernyataan selama kurun waktu tertentu (bukan keseluruhan program)

4. Evaluasi Dampak, yaitu evaluasi yang menilai pengaruh program terhadap sasaran dan menilai keseluruhan program serta keefektifannya dalam mencapai target yang diinginkan

5. Evaluasi Hasil, yaitu evaluasi yang menilai perubahan perubahan atau perbaikan dalam hal morbiditas, mortalitas, ataupun indikator lainnya untuk kelompok penduduk tertentu

2.3.9 Pengetahuan

A. Definisi dan Tingkatan Pengetahuan

Menurut (Notoadmojo 2003 dalam Wawan dan Dewi, 2010), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan.

Dari pengalaman dan kajian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

(37)

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup di dalam domaian kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingatkembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”

adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, mengidentifikasi, menyatakan kembali dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainnya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi ril (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaintannya satu sama lain.

(38)

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.

B. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Tingkat Pedidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat penerimaannya terhadap pengetahuan dan hal - hal baru akan semakin tinggi.

b. Usia

Semakin tua usia seseorang maka akan semakin baik pula penerimaannya terhadap sebuah pengetahuan, akan tetapi pada usia tertentu proses ini akan mengalami penurunan, terutama mendekati usia lanjut, dan setelah melewati usia produktifnya. Daya ingat seseorang juga dipengarui oleh usia, maka dapat dikatakan bahwa usia sangat berpengaruh pada tingkat penerimaan seseorang terhadap sebuah pengetahuan dan hal – hal baru.

c. Akses Informasi

Kemudahan dalam mengakses informasi akan mempermudah seseorang dalam memperoleh pengetahuan yang lebih jelas tentang suatu hal.

(39)

d. Budaya

Pengaruh budaya terhadap pengetahuan dan penerimaannya pada seseorang sangat erat, karena informasi akan disaring dan disesuaikan dengan buadaya lokal yang dianut. Budaya juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam memperoleh suatu informasi tertentu.

e. Pengalaman

Pengalaman dalam hal ini erat juga kaitannya dengan usia dan tingkat pendidikan seseorang. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, tingkat penerimaannya terhadap suatu informasi juga akan semakin tinggi

(40)

Metode Kajian :

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimen.metode ini di lakukan agar mengetahui hasil dari percobaan yang terlah dilakukan berdasarkan kajian terbaik

2.4 Kerangka Pikir

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana pengaruh perbandingan pupuk kandang ayam yang tepat pada produksi Tanaman Sawi menggunakan metode vertikultur?

2. Bagaimana menyusun penyuluhan tentang perbandingan pupuk kandang ayam pada produksi tanaman sawi menggunakan metode vertikultur di KWT Dahlia Kecamatan Tarakan Barat?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan KWT Dahlia tentang Produksi Tanaman Sawi Menggunakan Metode Vertikultur?

Tujuan :

1. Menganalisis perbandingan pupuk kandang ayam yang tepat pada produksi tanaman sawi menggunakan metode vertikultur?

2. Menyusun Penyuluhan tentang Penggunaan Perrbandingan Pupuk Kandang Ayam terhadap Produksi Tanaman Sawi Menggunakan Metode Vertikultur di KWT Dahlia Kecamatan Tarakan Barat

3. Mengukur peningkatan pengetahuan KWT Dahlia tentang Produksi Tanaman Sawi menggunakan metode vertikultur

Judul : Penggunaan Pupuk Kandang Ayam pada produksi Tanaman Sawi Dengan Metode Vertikultur di KWT Dahlia Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan

Evaluasi Metode koesioner

skala guttmen Sasaran

Petani Tujuan

Untukmengukur peningkatan pengetahuan anggota

KWT Dahlia tentang penpupuk kandang

ayam

(41)

BAB III METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu

Kajian ini dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani Dahlia Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan. Lokasi penyuluhan ini dipilih karena Kelompok Wanita Tani Dahlia Kecamatan Tarakan Barat adalah KWT dengan komoditas hortikultura sayur-sayuran terbanyak dibandingkan KWT lainnya di Kecamatan Tarakan Barat. Kajian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April tahun 2022.

3.2 Metode Kajian 3.2.1Alat dan Bahan

• Alat :Gunting. Cutter,meteran, timba,alat tulis,kamera, timbangan digital.

• Bahan :pupuk kandang ayam, botol beekas,tanah,benih sawi, paku,selang kecil,kertas label,kayu.

Botol bekas (Aqua 1,5 L) di beri lubang pada permukaan samping berbentuk persegi panjang yang di isi oleh tanah dan tanaman sawi sebanyak 2 tanaman. Memberikan lubang pada bagian atas dan bawah guna tempat pengikat tumpuan tali.

gambar 1. botol dari vertikultur

(42)

(t-1)(r-1) ≥ 15 3.2.2 Jenis Kajian

Kajian yang di lakukan merupakan jenis metode kuantitatif eksperimen, metode ini di lakukan agar mengetahui hasil dari percobaan yang telah di lakukan berdasarkan keinginan peneliti. Kajian di lakukan dengan rancangan percobaan dan ulangan dengan menggunakan Pupuk Kandang Ayam. .

3.2.3 Rancangan Percobaan

Kajian ini menggunakan metode Rancanagn Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan komposisi campuran antara pupuk kandang ayam dengan tanah sebagai berikut :

P0: 0 %: 100 % ( 0 gr pupuk : 1000 gr tanah ) P1 : 20% : 80 % ( 200 gr pupuk : 800 gr tanah ) P2 : 40 %: 60 % ( 400 gr pupuk : 600 gr tanah ) P3 : 60% : 40 % ( 600 gr pupuk : 400 gr tanah ) P4 : 80 %: 20 % ( 800 gr pupuk : 200 gr tanah ) P5 : 100% : 0 % ( 1000 gr pupuk : 0 gr tanah )

Penentuan ulangan menggunakan perhitungan rumus (Sastrosupadi, 2000), sebagai berikut:

Keterangan :

t : Treatment/Perlakuan r : Replikasi/Ulangan

(43)

(t-1) (r-1) ≥ 15 (6-1)(r-1) ≥ 15 5 (r-1) ≥ 15 5r - 5 ≥ 15

5r ≥ 15+5

5r ≥ 20: 5

R ≥ 4

= 4

Jadi, ulangan yang di dapatkan dari perhitungan sesuai rumus adalah 4 ulangan.

Berdasarkan perhitungan tersebut, di peroleh 4 ulangan pada setiap perlakuan, ada 6 perlakuan sehingga terdapat 24 sampel dalam kajian ini, yang akan di lakukan dengan denah pada gambar berikut ini :

Gambar 2. Denah Rancangan Percobaan 3.2.4 Pelaksanaan Kajian

a. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan yang menunjang kelancaran kajian yang akan dilaksanakan

b. Budidaya Sawi

Runtutan proses dalam kajian ini terdapat dari 6 tahap, yaitu: 1) Persiapan, 2) Penanaman, 3) Perlakuan, 4) Perawatan, 5) Pemanenan dan 6) pengamatan yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Persiapan

(44)

Botol plastik bekas 1 liter sebanyak 24 botol dengan volume setiap botolnya 1 Kg. Jenis tanah yang dipakai pada kajian ini adalah tanah top soil atau lapisan olah yang sudah dibersihkan dari kotoran seperti dedaunan kering, gulma serta akar.

2. Penanaman

Pembibitan tanaman sawi dilakukan dengan media baskom, diisi dengan biji benih sawi. Pembibitan ini berlangsung selama 14 hari. Setelah 14 HSS dilakukan pemindahan bibit sawi pada 1 botol plastik dengan ketentuan dipilih sawi dengan pertumbuhan dan tinggi yang seragam. Selain itu juga diberi label pada masing-masing botol plastik berdasarkan perlakuan yang diberikan.

3. Perlakuan

Perlakuan yang diberikan yaitu perbandingani pupuk kandang ayam yang telah diberikan pada perlakuan awal yakni bersamaan dengan persiapan media.

4. Perawatan a. Penyiraman

Pemeliharaan sawi dapat dilakukan dengan cara penyiraman yang di sesuaikan dengan musim. Apabila musim penghujan maka sawi sudah tidak memerlukan air lagi namun untuk musim kemarau maka sawi memerlukan banyak air yang dapat dilakukan pada pagi dan juga sore hari.Penyiraman dilakukan secara rutin dengan hati-hati. Siramlah pagi dan sore pada musim kemarau dan tidak perlu saat musim penghujan. Jangan membuat tanaman sawi tergenang air agar akarnya tidak membusuk.

b. Penyulaman

Cara ini adalah proses pergantian tanaman yang baru. Jadi apabila tanaman sawi yang telah ditanam ternyata terkena hama serta penyakit dan kemudian sudah terlanjur mati maka dapat diganti dengan tanaman yang baru. Usahakan penyulaman ini tidak terjadi dengan cara rutin merawat tanaman sawi agar

(45)

terhindar dari penyakit atau ketika tanaman terserang penyakit segera diatasi dengan cara yang telah diberikan di atas.

c. Penyiangan

Jadi cara ini dapat dilakukan sebanyak 2 – 4 kali selama masa tanam sawi.

Penyiangan ini juga disesuaikan dengan jumlah gulma yang menyerang tanaman.

Dengan pemeliharaan ini tentunya tanaman sayuran sawi akan terbebas dari yang namanya gulma, hama, dan penyakit. Hal ini juga dapat mencegah terjadinya tanaman layu dan mati sehingga tidak terjadi kesia-siaan pada saat melakukan budidaya sayuran sawi.

5. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada umur 28 HST dengan cara dicabut langsung bersamaan dengan akar. Setelah itu dipotong bagian akar dan dibersihkan dari kotoran atau sisa tanah yang menempel.

3.2.5 Populasi dan sampel

Populasi dalam kajian ini adalah 24 tanaman sawi (Brassica juncea L.) dengan menggunakan teknik sampel jenuh dimana semua populasi dijadikan sampel.

3.2.6 Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada kajian ini meliputi:

1. Jumlah daun (Helai)

Pengukuran dilakukan pada hari ke 21 HST dan 28 HST, dengan cara menghitung daun yang telah membuka sempurna.

2. Tinggi Tanaman (Cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada hari ke 21 HST dan 28 HST dengan cara mengukur mulai dari pangkal batang bawah hingga ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman merupakan variabel yang menunjukkan aktivitas

(46)

maka tanaman akan mengalami pembelahan sel. Pertumbuhan tinngi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lingkungan, kondidi fisiologi dan genetik tanaman.

3. Jumlah Daun (Helai)

Panjang daun dihitung pada hari ke 21 HST dan 28 HST, dengan cara menghitung daun yang telah membuka sempurna.

4. Lebar Daun (Cm)

Lebar daun dihitung pada hari ke 21 HST dan 28 HST, dengan cara menghitung daun yang telah membuka sempurna menggunakan penggaris.

5. Berat Basah Tanaman Sawi (gram)

Penimbangan berat basah tanaman sawi dilakukan pada masa panen yakni umur 28 HST dengan menggunakan timbangan digital.

3.2.8 Analisis Data

Analisis data pada data hasil pengamatan menggunakan dengan sidik ragam ANOVA. Jika perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh nyata pada tiap variabel yang diteliti, untuk melihat hasil terbaik dalam kajian maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5%.

3.3 Metode Perancangan

3.3.1 Penetapan Sasaran Penyuluhan

Untuk penyuluhan maka ditetapkan sasaran penyuluhan yakni anggota di Kelompok Wanita Tani Dahlia Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah yang dilakukan peneliti.

3.3.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan yakni untuk meningkatkan pengetahuan di Kelompok Wanita Tani Dahlia terkait pengaruh penggunaan perbandingan upuk kandang ayam pada tanaman sawi (Brassica juncea L.)

(47)

3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan diperoleh dan ditetapkan melalui hasil dari kajian yang telah dilaksanakan yang telah disesuaikan dengan tujuan penyuluhan itu sendiri dan untuk kepentingan anggota kelompok wanita tani. Materi yang akan disampaikan adalah pengaruh perbandingan pupuk terbaik dalam kajian yang telah dilaksanakan, untuk meningkatkan hasil produksi sawi Kelompok Wanita Tani Dahlia.

3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan

Metode ditetapkan dengan melihat karakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, serta harus sesuai dengan materi penyuluhan, maka dari itu metode yang akan digunakan yakni metode penyuluhan model ceramah dan diskusi.untuk memperjelas penyampaian materi maka juga di lakukan dengan metode demonstrasi cara.

3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan

Media yang akan digunakan harus sesuai dengan karakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, materi penyuluhan serta kondisi dilapangan. Maka dari itu media yang akan digunakan pemaparan materi dan media cetak (folder) yang dibagikan ke setiap anggota Kelompok Wanita Tani Dahlia. Benda sesungguhnya digunakan agar sasaran dapat mengetahui hasil terbaik dari kajian tersebut.

3.3.6 Penetapan Evaluasi Rancanagan

Evaluasi Penyuluhan bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan anggota Kelompok Wanita Tani Dahlia tentang penggunaan perbandingan pupuk kandang ayam pada usaha tani sawi (Brassica juncea L.) dengan metode vertikultur. Evaluasi dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden sebelum penyuluhan (Pre-test) dan kuisioner dibagikan kembali setelah penyuluhan (Post-test). Pada evaluasi penyuluhan

(48)

jawaban dengan Skala Guttman antara lain “YA” memiliki skor 1 dan “ TIDAK” di berikan nilai 0.

Kemudian dilakukan perhitungan efektifitas peningkatan pengetahuan dengan rumus Ginting yaitu:

Efektifitas Peningkatan Pengetahuan= 𝑃𝑠−𝑃𝑟

(𝑁×1×𝑄)−𝑃𝑟 × 100%

Keterangan :

Ps : Post-test Pr : Pre-test

N : Jumlah Responden 1 : Skor Maksimal Q : Jumlah Pernyataan

Skor kriteria efektivitas peningkatan pengetahuan:

1. Kurang efektif = < 33,33%

2. Cukup efektif = 33,33% - 66,66%

3. Efektif = > 66,66%

a. Populasi dan Sampel

Populasi evaluasi penyuluhan adalah kelompok tani karya bakti yang kemudian dilakukan penarikan sampel. Penarikan sampel evaluasi menggunakan sampel jenuh yang dimana semua populasi dapat dijadikan sebagai sampel yaitu sebanyak 20 orang.

b. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji Validitas ini dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dan r tabel.

Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item dikatakan valid dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item dikatakan tidak valid.

Uji Reabilitas dilakukan dengan cara membandingkan angka Cronbach alpha dengan ketentuan nilai Cronbach alpha minimal adalah 0,6 artinya jika nilai Cronbach alpha yang di dapatkan lebih > 0,6 maka dapat disimpulkan kuisioner

(49)

tersebut reliabel, dan sebaliknya jika Cronbach alpha kurang dari <0,6 maka kuisioner tersebut tidak reliabel. Untuk uji Validitas dan Reabilitas menggunakan program SPSS 16.

3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan

Uji coba rancangan yang akan dilaksanakan dalam kajian ini yakni di Kelompok Wanita Tani Dahlia Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan. Dimana Kelompok Wanita Tani Dahlia bergerak di budidaya Sawi (Brassica juncea L.).

Pada pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan berdasarkan rancangan penyuluhan yang telah disusun. Dalam pelaksanaanya kegiatan evaluasi pertama membagikan lembar kuisioner tentang penggunaan perbandingan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan tanaman sawi dengan metode vertikultur sebelum penyuluhan yang dimaksudkan sebagai Pre Test terlebih dahulu. Pembagian kuisioner Pre Test dilakukan 2 atau 3 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.

Setalah melakukan penyuluhan akan dilakukan pembagian kuisioner Post Test.

Pada evaluasi penyuluhan kuisioner dibagikan secara tertutup. Kuisioner yang dibagikan menggunakan skala pengukuran guttmen dimana setiap pertanyaan terdapat dua pilihan yaitu “ya” dengan nilai skor 1, dan “tidak” dengan nilai skor 0.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Badan PPSDMP, yaitu (a) Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian; (b) Revitalisasi Pendidikan Pertanian serta Pengembangan Standarisasi

Strategi yang didelegasikan kepada Badan PPSDMP adalah Strategi dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Pertanian, dan Terwujudnya Reformasi.. iii Birokrasi dan

hijauan pakan yang tumbuh liaq jerami atau limbah pertanian sebagai pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Sistem

FOUNDATION SUKOHARJO JAWA TENGAH 31 ORIZA DWI MARIYANTI TB SMKN 1 TULUNGAGUNG JAWA TIMUR 32 PIPIN MUFIDATUN RAHMAH TB SMA NEGERI 1 ROWOKELE JAWA TENGAH 33 PRAMESTI

Pemanfaatan jerami sisa panen padi untuk kompos secara bertahap dapat mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas padi.Dapat pula berupa pupuk organik

Komponen yang dinilai Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah Nilai Akhir yang Diperoleh International/Inte rnational Bereputasi* Nasional Terakre ditasi Nasional. Penulisan artikel

Dari 8 sasaran strategis tersebut kemudian dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok kegiatan utama yaitu: a). Kegiatan penyelenggaraan pendidikan b). Kegiatan penelitian dan

Bahan yang dipergunakan pembuatan biochar adalah sekam padi, jerami, tongkol jagung, tempurung kelapa, limbah biji sawit ataupun limbah kayu dan limbah lainnya dari sisa hasil