• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of URGENSI AUDIT INTERNAL OLEH BADAN ZAKAT (SEBUAH STUDI LITERATUR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of URGENSI AUDIT INTERNAL OLEH BADAN ZAKAT (SEBUAH STUDI LITERATUR)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RAJ, Vol 2 (5) 2022 : 740-748, http://journal.yrpipku.com/index.php/raj |

Copyright © 2019 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International license.

THE URGENCE OF INTERNAL AUDIT BY A ZAKAT AGENCY (A LITERATURE STUDY)

URGENSI AUDIT INTERNAL OLEH BADAN ZAKAT (SEBUAH STUDI LITERATUR)

Siti Imroatus Sya’adah

1

Nur Fitriani

2

Annisa Qoniata

3

Novi Khoiriawati

4

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jrusan Manajemen Zakat dan Wakaf Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

[email protected]

ABSTRACT

Zakat is an alternative to build people through a mutual cooperation system to help others, especially the welfare of social life. As a form of good zakat management, the role of amil zakat is needed for the success of the collection and distribution of zakat. This study aims to determine the urgency of internal auditing by zakat agency. The method used in this study is a traditional review or study of literature. The result of the discussion of this study is that the zakat audit has an important task, namely investigating and assessing internal control and the efficiency of implementing the functions of various organizational units. The urgency of internal audit by zakat agencies is the implementation of good financial reports.

This is reinforced by previous research on the effectiveness of internal audits in a company or institution, where zakat institutions are BAZNAS and LAZ.

Keywords : audit, Zakat Agency, urgency, zakat

ABSTRACT

Zakat merupakan salah satu alternatif untuk membangun umat melalui sistem gotong royong untuk membantu sesama, terutama kesejahteraan hidup bermasyarakat. Sebagai bentuk pengelolaan zakat yang baik, peran amil zakat sangat dibutuhkan demi keberhasilan penghimpunan dan penyaluran zakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui urgensi audit internal yang dilakukan oleh lembaga zakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian tradisional atau studi kepustakaan. Hasil pembahasan penelitian ini adalah bahwa audit zakat memiliki tugas penting, yaitu menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi. Urgensi audit internal oleh lembaga zakat adalah terselenggaranya laporan keuangan yang baik. Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya mengenai efektivitas audit internal pada suatu perusahaan atau lembaga, dimana lembaga zakat adalah BAZNAS dan LAZ.

Keywords : audit, Badan Zakat, urgensi, zakat 1. Pendahuluan

Diantara lima rukun islam salah satunya ialah membayar zakat. Pembuktian ketakwaan seorang muslim kepada Allah SWT dengam membayar zakat, tiap muslim yang sudah memenuhi krieria zakat maka diharuskan atau diwajibkan untuk membayar zakat. Zakat akan dibagikan untuk orang tertentu atau disebut Mustahik, sedangkan pemberi zakat disebut dengan Muzaki. Didalam agama islam syariat pembayaran zakat bertujuan untuk membantu umat islam lain yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Menurut Muhammad Asy- Syaukani dalam kitab Nail Al-Authar min Asrar Muntaqa Al-Akhbar, Nabi Muhammad SAW hanya menyebutkan shalat dan zakat karena sangat pentingya keduanya. Zakat diambil dari suku kata (zaka) artinya bersih, baik, dan tumbuh. Penamaan zakat dikarenakan diharapkan didalamnya untuk mendapatkan barokah, mensucikan jiwa dan mengisinya dengan hal kebaikan (Sabiq & Marzuki, 1998).

(2)

740

Zakat menjadi salah satu alternatif untuk membangun umat melalui system gotong royong untuk membantu sesama terutama kesejahteraan kehidupan bermasyarakat. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia. Melihat sumber data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Pada tahun 2021 Jumlah total masyarakat muslim di Indonesia mencapai 237,53 juta jiwa atau 86,9% dari seluruh jumlah penduduk indonesia yang berapa pada kisaran 273,32 juta jiwa. Melihat angka yang besar tersebut sangat potensial keberadaan zakat sebagai penguat kemajuan social dan ekonomi.

Sebagai bentuk pengelolaan zakat yang baik peran amil zakat sangat penting untuk keberhasilan terselenggaranya pengumpulan maupun pembagian zakat. Yusuf Qardhawi menjelaskan amil zakat ialah kelompok yang melakukan bentuk kegiatan yang berkenaan dengan zakat, dari tahap pengumpulan zakat hingga kepada pengelola zakat tersebut seperti bendahara. Dari administrasi hingga kepada penghitungan dan pencatatan jumlah melalui serangkaian proses hingga siap di distribusikan untuk mustahiqnya(Qardhawi, 1991).

Setiap pengelola zakat terpilih memalui beberpa seleksi dengan lolos dari kriteria seperti diantaranya amanah, profesional dan transparan, sehingga pengelolaan manajeman zakat dapat teraksana dengan baik(Kemenag RI, 2012). Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat pelanggaran oleh kelompok tidak bertanggung jawab di dalam LPZ sehingga dibutuhkan audit untuk melihat indikator keberhasilan LPZ.

Secara umum audit syariah mengungkapkan ihwal langkah yg terstruktur dalam mendapatkan bukti yang relevan dan relatif guna membentuk perspektif personal, proses penyusunan pelaporan keuangan dan yang tidak termasuk dalam laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip diterimakan secara umum dan pelaporannya diperuntukkan bagi pengguna(Rochmantika & Pravitasari, 2021). Audit syariah berbeda dengan audit konvensional yang harus disesuaikan dengan prinsip syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui urgensi audit internal oleh badan zakat.

3. Metode Penelitian a. Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sistematik review. Menurut (Hadi, Tjahjono, & Palupi, 2020). Sistematik review adalah metode penelitian yang merangkum hasil-hasil penelitian primer untuk menyajikan fakta yang lebih komprehensif dan berimbang dengan teknik meta analisis maupun meta sintesis.

Studi literatur dilakukan menggunakan metode memilih artikel ilmiah yang sesuai dengan bahasan penelitian yang dipilih. Dalam penelitian ini peneliti menjabarkan urgensi audit internal zakat dari lima hasil survei penelitian sebelumnya yang diupload sepuluh tahun terakhir dan dirangkum dalam satu paper.

b. Prosedur penelitian 1) Topik Literatur

Studi litetatur ini membahas topik tentang Urgensi Audit Interal Oleh Badan Zakat.

2) Rumusan PICO (Population, Intervention, Comparation/Control, Outcome)

Dalam menyelesaikan studi literatur Urgensi Audit Interal Oleh Badan Zakat.

Digunakanlah strategi PICO (Population, Intervention, Comparison/ Control, Outcome).

Tabel PICO Urgensi Audit Interal Oleh Badan Zakat

P (Population) Studi yang berfokus pada badan zakat I (Intervention) Mengamati kegiatan audit badan zakat C

(Comparison/Control)

Sebelum dan setelah dilakukan audit O (Outcome) Meningkatkan kualitas kerja badan zakat

(3)

741 3) Kata Kunci

Studi literature ini menggunakan kata kunci: “Audit Internal”, “Badan Zakat”.

4) Mencari literatur pada database menggunakan kata kunci yang telah didesain a) Pemilihan jurnal dikumpulkan dari database yang dipilih yakni Google

Scholar.

b) Dilakukan skrining jurnal dengam melihat penerbitan 10 tahun terakhir mulai tahun 2012 hingga 2022 dan sesuai topik penelitian yang dipilih dan sesuai kriteria inklusi.

c. Diagram flowchart studi literatur

d. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi:

a) Judul sesuai dengan topik studi literatur.

b) Jurnal yang dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi c) Jurnal yang dipublikasikan dalam jurnal internasional

d) Jurnal terbitan 10 tahun terakhir (2012-2022).

e) Jurnal dapat di buka dengan lengkap.

f) Jurnal memiliki ISSN, atau DOI.

Kriteria Eksklusi:

a) Artikel penelitian yang tidak bisa diakses dengan lengkap.

b) Artikel penelitian yang publikasinya bukan google scholar.

Pencarian pada situs google scholar

N = 43

Seleksi jurnal 10 tahun terakhir (2012-2022)

N = 31

Seleksi keterkaitan topik dan judul

N = 17

Screening fulltext N = 11

Jurnal akhir yang dapat dianalisis sesuai rumusan

masalah dan tujuan N = 5

Excluded (N = 40) - Hanya satu kata kunci (N

= 15)

- Hanya dua kata kunci (N

= 11)

- Tidak sesuai dengan topik (N = 17)

Artikel fulltext excluded dengan alasan (N = 6) - Hanya memuat abstrak

(N=3)

- Tidak memiliki DOI, ISSN atau ISBN (N=2)

- Tidak terdapat pengaruh

terhadap pasien (N=1)

(4)

742 e. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

Peneliti menemukan 43 jurnal melalui Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian seperti “Audit Internal”, “Badan Zakat” dalam bahasa Indonesia. Kemudian dilakukan skrining jurnal rentang waktu sepuluh tahun terakhir (2012-2022) ditemukan 30 artikel. Diskrining lagi menggunakan seleksi keterkaitan topik dan judul didapatkan 17 artikel. Artikel yang dapat diakses dan diunduh secara fulltext ditemukan 11 artikel. Diskrining kembali sesuai dengan desain studi menghasilkan lima artikel yang akan direview. Hasil jurnal yang direview terdapat lima artikel.

4. Results and Discussions (Hasil dan Pemabahasan) a. Organisasi Pengelola zakat

Negara Indonesia dari tahun ke tahun terjadi peningkatan penduduk secara signifikan. Terjadinya peningkatan penduduk tidak terlepas dari kesenjangan sosial yang meningkat yang tidak diiringi dengan pembukaan lapangan kerja. Menghadapi persoalan tersebut, Islam sebagai rahmatan lil alamin mewajibkan seluruh muslim yang mampu untuk berzakat. Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa kewajiban menunaikan zakat dan menunaikan ibadah sholat memiliki kedudukan yang sama.

Sedangkan menurut Efri S. Bahri, zakatisering disebutisebagai ibadah maaliyah ijtihadiyah (Romantin, Bahri, & Lubis, 2017). Selain itu, urgensi dari zakat dapat dilihat dari banyaknya jumlah ayat Al-Qur’an yaitu sekitar 82 ayat yang mensejajarkan zakat dengan shalat. Salah satu dalil Al-Qur’an yang mewajibkan berzakat adalah QS. At- Taubah ayat 103. Karena Indonesia sebagian besar merupakan muslim, maka zakat yang dikumpulkan sangat banyak dan membutuhkan pengorganisasian.

Pada awalnya, pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan secara tradisional yaitu dengan disalurkan dan dikelola oleh ulama, kyai, daan masjid. Untuk pemerataan pembagian zakat, maka dibentuklah dua organisasi pengelolaan zakat yaitu organisasi yang dikelola oleh pemerintah melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan dikelola oleh swasta melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Tidak hanya itu, alasan pemerintah membentuk organisasi pengelola zakat didasari dalam Al-Qur’an salah satunya QS. At-Taubah: 103 yang berarti : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

Pengelolaan zakat juga diatur oleh negara yang terdapat dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 yang merupakan amandemen dari Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011 yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Pengelolaan zakat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dan pengelolaan zakat serta meningkatkanimanfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 menyebutkan prinsip-prinsip pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh, yaitu berasaskan syariat islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas. Organisasi Pengelola Zakat harus memiliki sistem yang baik. Menurut Sucipto (2011) unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam pengelolaan zakat adalah:

1. Mempunyai sistem, prosedur, danatur yang jelas

Setiap lembaga harus memiliki sistem, prosedur, danatur yang jelas agar dalam penerapannya jelas dan tertulis. Sehingga kegiatan lembaga tidak bergantung hanya

(5)

743

satu orang tetapi kepada sistem. Apabila terjadi pergantian kepengurusan pun, aktivitas lembaga tidak akan terganggu.

2. Manajemen Terbuka

OPZ merupakan lembaga public. Sehingga sudah seharusnya jika diterapkannya manajemen terbuka. Maksudnya adalah terdapat hubungan timbal balik antara amil zakat dengan masyarakat.

3. Mempunyai Komite Penyaluran (Lending Commite)

Pembentukan komite penyaluran bertujuan untuk agar dana dapat tersalurkan secara merata dan adil. Kegiatan seleksi pada setiap penyaluran dana merupakan tanggung jawab dari komite penyaluran. Dalam penyaluran diperlukan prioritas penyaluran yang sebelumnya dilakukan survey lapangan terlebih dahulu baik dari sisi asnaf mustahiq maupun bidang garapan (ekonomi, dakwah, pendidikaan, sosial, kesehatan, dan sebagainya). Prioritas ini diperlukan karena terdapat keterbatasan sumber daya dan dana dari lembaga.

4. Memiliki Rencana Kerja (Activity Plan)

Rencana kerja (activity plan) disusun berdasarkan kondisi lapangan dan kemampuan sumber daya lembaga. Terdapatnya rencana kerja, maka kegiatan OPZ akan terarah dan sesuai target.

Organisasi Pengelola Zakat terdiri dari BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat). Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Bab 5 pasal 34 dijelaskan bahwa menteri melalui tim yang dibentuk oleh Direktorat Pemberdayaan Zakat yang disahkan oleh Menteri Agama berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ adalah Sedangkan Gubernur dan Bupati/walikota bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS wilayah provinsi, kabupaten/kota, dan demikian pula dengan LAZ yang ada di wilayah mereka.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa BAZNAS di wilayah provinsi dan kabupaten/kota tidak hanya mendapat pembinaan dan pengawasan dari pimpinan wilayah melainkan juga langsung dari pusat. Bentuk pembinaan ini dapat berupa fasilitasi, sosialisasi, dan edukasi.

Pemerintah bersama masyarakat harusnya bersama-sama membina dan mengawasi OPZ. Namun, tidak seluruh kalangan masyarakat mampu melakukan pembinaan dan pengawasan, tetapi masyarakat yang memiliki kemampuan dan kompetensi untuk memberikan pembinaan dan pengawasan tersebut. Hal ini setidaknya dilakukan oleh tokoh agama atau tokoh masyarakat.

Sebenarnya setiap pengelola zakat yang dipilih telah diseleksi dan memenuhi kriteria amanah, professional dan transparan, sehingga diharapkan dalam melakukan pengelolaan sudah baik. Namun, ada saja oknum LPZ yang melanggar dan masih perlu diadakan pengawasan. Urgensitas pengawasan sangat penting, maksudnya masyarakat mempunyai peran dalam pengawasan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Nasional (LAZ). Pengawasan terhadap pelaksanaan BAZNAS dilaksanakan oleh komisi pengawas BAZNAS di semua tingkatan. Jika terdapat pelanggaran atau penyimpangan, maka harus ditegakkan sanksi sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Selain itu, masyarakat juga harus berperan aktif melaksanakan pengawasan atas kinerja Organisasi Pengelola Zakat.

1) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2011 Bab II pasal 5 dan 6 BAZNAS merupakan lembaga resmi yang dapat melakukan pegelolaan zakat dan mempunyai kewenangan penuh agar dapat tugasnya dalam skala nasional. BAZNAS bertanggung jawab kepada presiden malalui menteri, yaitu menteri agama.

Berdasarkan undang-undang yang baru, BAZNAS memiliki empat fungsi, yaitu:

(6)

744

a) Perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat b) Pelaksanaan

c) Pengendalian

d) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat

Keempat fungsi tersebut merupakan serangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sangat penting dalam rangka membangun sistem pengelolaan zakat yang amanah, transparan, dan akuntabel (Romantin et al., 2017). Perencanaan merupakan langkah awal dari berhasilnya suatu program. Dokumen perencanaan berupa dokumen Rencana Strategis sebagai acuan program 5 tahuanan serta dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT) sebagai acuan dalam melaksanakan program tahunan.

Untuk pelaksanaan dan pengendalian dapat dilakukan melalui kegiatan monitoring. Proses pengendalian dapat dilakukan dengan kegiatan monitoring, evaluasi, dan audit. Pelaporan dapat dilakukan ketika dana zakat sudah dipastikan diterima oleh mustahik yang berhak. Hal tersebut mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan No. 109 yang menjelaskan bahwa zakat yang disalurkan kepada mustahik diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar jumlah yang diserahkan (kas) dan jumlah yang tercatat (aset nonkas). Standarisasi keuangan memiliki fungsi yang penting dalam menyusun anggaran dan laporan kinerja keuangan yang baik, menetapkan dan mengembangkan standar laporan tahunan BAZNAS dan LAZ.

BAZNAS yang dibentuk pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota bertujuan agar penyaluran zakat dilakukan secara merata. BAZNAS provinsi dibentuk oleh menteri atas usul gubernur setelah mendapatkan pertimbangan dari BAZNAS pusat. Kemudian, BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh menteri berdasarkan usul bupati/walikota setelah mendapatkan pertimbangan dari BAZNAS pusat. BAZNAS provinsi maupun kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, atau pada tingkat kecamatan, kelurahan, dan tempat lainnya (Pasal 16).

2) Lembaga Amil Zakat (LAZ)

LembagaiAmil Zakat (LAZ) merupakan lembaga yang dibentuk mayarakat untuk mampu membantu BAZNAS dalam pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. UU No. 38 Tahun 1999 menjelaskan bahwa Lembaga Amil Zakat merupakan institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan.

Dalam melaksanakan tugasnya, LAZ wajib atas persetujuan pemerintah melalui menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri dengan ketentuan dan syarat yang berlaku.

Pembentukan LAZ harus mendapatkan izin dari menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri. Adapun syarat untuk mendapat izin pembentukan LAZ, yaitu:

a) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;

b) Berbentuk lembaga berbadan hukum;

c) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

d) Memiliki pengawas syariat;

e) Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya;

f) Bersifat nirlaba;

g) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat;

h) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

Lembaga Amil Zakat apabila sudah memenuhi syarat dan telah diresmikan oleh pemerintah, mempunyai tugas yang harus dilakukan, yaitu melakukan tugas

(7)

745

sesuai dengan program kerja, menyusun laporan keuangan, mempublikasikan laporan keuangan, dan menyerahkan laporan keuangan kepada pemerintah.

Apabila terdapat pelanggaran selama melaksanakan tugas, maka dilakukan peninjauan ulang yaitu memberikan peringatan secara tertulis sebanyak 3 kali kemudian mendapatkan pencabutan pengukuhan. Dicabutnya pengukuhan dapat berupa menghilangkan hak perlindungan, pembinaan, dan pelayanan dari pemerintah, bukti setoran zakat yang dikeluarkan sebagai pengurang penghasilan tidak diakui dan tidak dapat melakukan pengumpulan dana zakat.

b. Pengertian Audit Internal

Audit internal memiliki dua kata yaitu audit dan internal, dalam KBBI, audit adalah audit berkala atas akuntansi keuangan (perusahaan, bank, dll) atau memeriksa efisiensi arus kas masuk dan keluar dan mengevaluasi kebenaran laporan yang dihasilkannya. Sedangkan internal berarti yang berhubungan dengan dalam (tubuh, diri, mobil, dll) atau dalam (negara).

Sawyer (Saputra, 2017)menyatakan, audit internal yaitu penilaian yang objektif dan sistematis oleh auditor internal dalam berbagai aktivitas dan pengendalian suatu organisasi untuk menentukan apakah hal-hal berikut: Risiko keuangan dan operasional akurat dan andal yang dengannya bisnis wajah telah diakui dan diminimalkan. Kebijakan, peraturan ekternal, dan prosedul internal yang telah diterima dapat diikuti. Tujuan organisasi tercapai secara lebih efektif, persyaratan kerja yang efisien sudah terpenuhi, serta sumber daya dimanfaatkan secara ekonomis dan efisien.

c. Fungsi auditor internal

Fungsi auditor internal berperan penting dalam suatu organisasi yang memiliki tujuan dan sasaran manajemen mutu (Gramling et al., 200). Morrill, Morris, andamp; Kopp (2012) menyatakn sistem pengendalian internal memiliki peran yang sangat besar bukan hanya dalam mendukung tata kelola perusahaan namun dalam mengaudit laporan keuangan juga. Institute of Internal Auditors (IIA) meyakini bahwa fungsi auditor internal sebagai pemangku kepentingan di suatu organisasi memungkinkan mereka untuk memahami sistem pengendalian internal perusahaan dan memudahkan mengetahui kelemahan organisasi, berfungsi sebagai panduan dalam melakukan perbaikan. Fungsi audit internal dapat meningkatkan tata kelola organisasi melalui berbagai kegiatan termasuk penilaian risiko (Asare, Davidson, & Gramling, 2008; Sarens & De Beelde, 2006), pengurangan manajemen dan manipulasi pendapatan (Christ et al., 201; Prawitt, Sharp, & Wood, 2012); Prawitt, Smith, &

Wood, 2009), peningkatan pemantauan (COSO, 2009). Miceli, Near dan Schwenk, 1991), perlindungan aset (Beasley, Carcello, Hermanson, & ; Lapides, 2000; Coram, Ferguson, &

Moroney, 2008), peningkatan evaluasi pengendalian internal (Lin et al., 2011). Mulyadi (2016) menyatakan bahwa fungsi audit internal yaitu untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pengendalian internal serta efektivitas kinerja fungsi oleh berbagai hal dalam organisasi.

Sehingga, fungsi audit internal adalah bentuk pengendalian yang mengidentifikasi dan mengevaluasi efektivitas elemen pengendalian internal lainnya. Fungsi audit internal yang rinci dan lebih komprehensif menunjukkan bahwa audit internal dapat diimplementasikan secara komprehensif pada semua kegiatan bisnis, tidak hanya terbatas pada pemeriksaan dokumen akuntansi. Mulyadi (2016) juga menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, auditor internal melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Menelaah dan mengevaluasi efektivitas struktur pengendalian internal dan mempromosikan penggunaannya pengendalian internal yang efektif dengan biaya minimal.

2) Menentukan tingkat kepatuhan terhadap implementasi kebijakan oleh manajemen senior.

(8)

746

3) Menentukan suatu aset perusahaan yang dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari berbagai jenis kerugian.

4) Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh setiap bagian bisnis.

5) Membuat rekomendasi untuk meningkatkan operasi bisnis.

Fungsi audit internal dalam melaksanakan tugasnya adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi pengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan fungsi oleh beberapa unit organisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah suatu bentuk pengendalian yang bertujuan mengidentifikasi serta mengevaluasi efektivitas elemen pengendalian internal lainnya. Oleh karena itu, fungsi audit internal seharusnya tidak terbatas pada penemuan salah saji secara sistematis mengenai kebenaran dan keakuratan laporan akuntansi, tetapi juga harus melakukan operasi yang berbeda (Afriyenti & Sari, 2018).

d. Efektivitas Audit Internal

Audit internal memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas pelaporan keuangan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Banjar. Hal ini menunjukkan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan meningkat apabila pelaksanaan audit internal lebih ditingkatkan sehingga kualitas laporan keuangan akan mengalami peningkatan. Penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniel S. (2003), dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa audit internal memiliki peran dalam ketaatan manajemen, yang paling utama dalam konteks audit, pengendalian internal perusahaan, yang salah satu tujuan dari proses pengendalian internal adalah untuk membuat laporan keuangan dapat diandalkan. Sejalan dengan penelitian lain yaitu oleh Aristanti W. (2010) menunjukkan jika audit internal memiliki pengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal terhadap biaya produksi.

Sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lilir Sundayani (2013) dimana hasil penelitian menunjukkan jika audit internal memiliki pengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance. Salah satu komponen Good Corporate Governance adalah internal perusahaan. Kontrol berkaitan dengan kualitas laporan keuangan, dengan demikian laporan keuangan yang ditampilkan dapat diyakini.

Berdasarkan klasifikasi jangka waktu kinerja audit internal, peringkatnya sangat baik (Suherman & Susanti, 2017). Audit internal berpengaruh signifikan dan negatif terhadap fraud. Hal ini dapat dipahami bahwa jika penerapan sistem pemeriksaan yang baik terhadap seluruh kegiatan operasional perusahaan maka dapat diminimalisir tingkat kecurangan dan dapat dihindari bagi bank barang rusak(Saputra, 2017).

Sedangkan menurut Ahmad Syafiq (SYAFIQ, 2016), audit internal dapat dikatakan memadai jika tujuan pengendalian internal berikut dapat dicapai:

1) Reliability laporan keuangan. Pengendalian atas laporan keuangan yang disampaikan kepada pihak ketiga. Penyampaian laporan keuangan ini tunduk pada standar PSAK, yaitu manajemen bertanggung jawab atas penyajian laporan keuangan secara normal.

2) Mematuhi peraturan dan hukum yang ada. Pengendalian internal memiliki fungsi untuk meyakinkan bahwa semua kebijakan dan peraturan yang ada dapat dipatuhi.

3) Efisiensi dan kinerja. Pengendalian internal dimanfaatkan untuk menghindari tanggung jawab ganda dan oleh karena itu harus ada pemisahan tugas antara fungsi pencatatan, pengarsipan, dan penambangan. Pemisahan tugas bukan berarti tidak ada koordinasi. Oleh karena itu, pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal untuk menghindari pemborosan dalam semua

(9)

747

aspek, serta menghindari penggunaan sumber daya yang kurang baik dan melindungi aset dan catatan mereka.

Penelitian terdahulu lainnya yang dilakukan oleh Ahmad Busyaeri (Busyaeri, 2008) yaitu mengenai urgensi audit internal dalam mencapai Good Corporate Governance pada PT Bank Daerah Khusus Ibukota syariah cabang Tanah Abang. Dengan menikutsertakan audit internal yang terjadi pada perkembangan dalam perannya dari hanya mengecek cek ke batuan menjadi peran yang aktif sebagai partner untuk manajemen dalam kebijakan Good Corporate Governance untuk menciptakan kinerja yang baik pada perbankan syariah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Hapsari & Laksito, 2013), hasil uji statistik dapat menunjukkan bahwa fungsi audit internal berpengaruh signifikan dan positif pada honorarium auditor eksternal. Dengan adanya fungsi audit internal, hal ini akan menambah kompleksitas yang bekerja sebagi auditor eksternal sebab meningkatnya tugas auditor eksternal dalam menilai objektivitas dan kompetensi, serta menentukan kelayakan internal dari pekerjaan auditor mengenai struktur pengendalian internal dan apakah berpengaruh atau tidak terhadap laporan keuangan atau kesalahan dalam penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian terdahulu yang lainnya dilakukan oleh Kusmayadi (Kusmayadi, 2012) dengan adanya audit internal memberikan pengaruh signifikan dan positif pada kinerja good corporate governance.

Hal ini menjadi indikasi yang jelas bahwa audit internal pada bank umum di lingkungan Pemerintah terutama Pemerintah Tasikmalaya merupakan suatu hal yang strategis, esensial dan penting untuk mendukung terlaksananya tata kelola perusahaan yang efektif.

e. Tantangan Audit Internal

Tantangan audit internal bagi suatu perusahaan atau organisasi tidak terletak pada pelaksanaan audit tetapi dalam merekrut staf audit internal. Abbott dkk. (2016) menemukan bahwa kualitas audit internal merupakan faktor penentu kualitas laporan keuangan. Walaupun telah diyakini bahwa peran strategis audit internal dalam suatu perusahaan (organisasi) masih melimpah, masih banyak kasus bahwa perusahaan (organisasi) mengalami tantangan yang signifikan dalam merekrut staf yang berkualifikasi tinggi dan abik sebagai auditor internal (Ernst & Young, 2003-2007;

Institute of Internal Auditors (IIA) (Afriyenti & Sari, 2018). Tantangan menemukan talenta paling baik untuk memenuhi kriteria sebagai auditor internal semakin tinggi dengan adanya stereotip agama atau sugesti (perbedaan persepsi) tentang auditor internal. Beberapa sugesti tersebut diantaranya bahwa auditor internal merupakan pekerjaan yang membuat bosan, auditor internal melakukan debugger, auditor internal dibenci oleh departemen lain, auditor internal adalah "polisi perusahaan".

Berdasarkan peneliti sebelumnya yang mengatakan stereotip ini ada, para peneliti berpendapat bahwa calon potensial akan tertarik pada ketegasan, identitas, dan citra diri. Kekhawatiran ini dapat menghambat minat kandidat potensial untuk mendapatkan pekerjaan sebagai audit internal. Burton dkk. (2014) melaporkan bahwa perbedaan sugesti dan mitos tentang auditor internal dapat mencegah seseorang mengajukan diri di posisi audit internal, terutama saat auditor internal memiliki peran lebih fokus pada peran assurance ketimbang auditor internal sebagai peran pendampingan (Afriyenti & Sari, 2018).

5. Penutup

Berdasarkan pembahasan, urgensi audit internal oleh badan zakat adalah terselenggaranya laporan keuangan yang baik hal ini diperkuat penelitian terdahulu tentang keefektifan audit internal dalam suatu perusahaan atau lembaga. Tantangan dalam audit

(10)

748

zakat yaitu perekrutan pegawai audit internal dan adanya berbagai rumor menjadi audit internal. Penelitian ini hanya bersifat studi literature dari penelitian terdahulu dan studi yang dilakukan kurang luas. Akan lebih baik jika dilakukan studi kasus untuk mengetahui seberapa urgensinya dan efektifnya audit internal oleh badan zakat yang ada di Indonesia sehingga dapat di implementasikan agar laporan keuangan lebih baik dan transparan.

Daftar Pustaka

Afriyenti, M., & Sari, V. F. (2018). Kapan Profesi Auditor Internal diminati ? Pengujian Eksperimen terhadap Label Pekerjaan, Peran Auditor Internal dan Prospek Karir. Jurnal

Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 5(1), 69–86.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24815/jdab.v5i1.8979

Busyaeri, A. (2008). URGENSI AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK SYARI’AH (Studi Kasus Pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang). 79–178.

Hadi, S., Tjahjono, H. K., & Palupi, M. (2020). SYSTEMATIC REVIEW: Meta Sintesis Untuk Riset Perilaku Organisasional. Sleman: Viva Victory Abadi.

Hapsari, E. D., & Laksito, H. (2013). PENGARUH FUNGSI AUDIT INTERNAL TERHADAP FEE AUDITOR EKSTERNAL. Diponegoro Journal of Accounting. Diponegoro Journal of Accounting, 748–757.

Kemenag RI. (2012). Pedoman Pengawasan Lembaga Pengelola Zakat. Jakarta.

Kusmayadi, D. (2012). Determinasi audit internal dalam mewujudkan good corporate governance serta implikasinya pada kinerja bank. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 6(1).

Qardhawi, Y. (1991). Hukum zakat : studi komparatif mengenai status dan filsafat zakat berdasarkan Qur ’ an dan Hadis (Cetakan ke). Jakarta: Litera Antar Nusa.

Rochmantika, R., & Pravitasari, D. (2021). Penerapan Audit Syariah Dalam Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Dan Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Tulungagung. ZAWA: Jurnal Manajemen Zakat dan Wakaf, 1(2).

Diambil dari http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/zawa

Romantin, M., Bahri, E. S., & Lubis, A. T. (2017). Analisis Kinerja Keuangan Lembaga Zakat (Studi Kasus : Badan Amil Zakat Nasional). 1(2), 96–116.

https://doi.org/10.21070/perisai.v1i2.882

Sabiq, S. terjemahan, & Marzuki, A. K. (1998). FIQIH SUNNAH (5 ed.). Bandung: Alma’arif.

Saputra, A. (2017). Pengaruh Sistem Internal, Kontrol, Audit Internal dan Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan (FRAUD) perbangkan (Studi Kasus Pada Bank Syariah Anak Perusahaan BUMN di Medan). RISET DAN JURNAL AKUNTANSI, 1(1).

Suherman, A., & Susanti, Y. (2017). Pengaruh audit internal terhadap kualitas pelaporan keuangan. Jurnal Ilmiah EDUKASI, 5(2), 105–108.

SYAFIQ, A. (2016). URGENSI PENINGKATAN AKUNTABILITAS LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT.

ZIWAF, 3(1).

Referensi

Dokumen terkait

Orang baik pasti ber-Tuhan, bukan sekedar Tuhan yang dikhotbahkan, tetapi Tuhan yang menjadi sumber kebenaran, kebaikan, dan keindahan.. Kalau ada cinta maka pasti ada Sang Sumber

Sejalan dengan Schaie, menurut Sternberg (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007) perkembangan kognitif pada dewasa muda dapat dilihat dari aspek kecerdasannya.. Menurut

Melalui data yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan bahwa frekuensi responden mengunjungi Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Besar dalam seminggu yaitu tiga kali. Menurut

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa (1) Pengelolaan modal kerja yang diukur dengan perputaran kas perputaran persediaan pada tahun 2016 2017

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Padat penebaran yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan panjang dan bobot juwana kuda laut

Pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif yang artinya dengan memiliki suatu orientasi kewirausahaan yang tinggi, pemilik usaha genteng di Desa Pejaten akan mampu

Metode penelitian dalam bentuk kajian riset ini terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu dimulai dari tinjauan literatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja,

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zain et al., (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan komik sains dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman