• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara (pendekatan tipologi klassen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara (pendekatan tipologi klassen)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Untuk meme nuhi se bagian persyaratan guna me mpe role h derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Univ ersitas Se belas Mare t

J urusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pe rtanian/Agrobisnis

Ole h :

DINA MASELI JULIANTI H 030 60 10

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

yang dipe rsiapkan dan disusun o le h DINA MASELI JULIANTI

H 030 60 10

telah dipe rtahankan di de pan De wan Pe nguji pada tanggal : ………

Dan dinyatakan te lah me menuhi s yarat

Susunan Dewan Penguji

Ke tua Angg ota I Angg ota II

Dr,Ir. Suprapti Supardi, MP, NIP. 19 480808 1 97 61 2 2 00 1

Nuning Se tyowati, SP.,M.Sc. NIP.1 9820325 2005 01 2 0 01

Dr.Ir. Darsono, M.Si. NIP.1 96 60611 199103 1 002

Surakarta, Juli 201 0

Menge tahui, Univ ersitas Se belas Mare t

Fakultas Pertanian De k an

(3)

iii

karena pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan Tipologi Klassen”.

Penulis menyadari, selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak P rof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.S. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Sekretaris Jurusan sekaligus sebagai Ketua Komisi Sarjana Jurusan/P rogram Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis.

4. Ibu Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, arahan, nasihat dan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

5. Ibu Nuning Setyowati, SP., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing P endamping yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Ir. Darsono, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan

(4)

iv

segala kasih sayang, doa, dukungan baik moril maupun spirituil dan dorongan semangat yang telah dilimpahkan selama ini.

11.Keluarga Om Tursin Kristianto, P akdhe Slamet Hadi Sutrisno, dan P akdhe Supana. Terima kasih atas doa, dukungan, semangat yang telah diberikan. 12.Penyemangatku Kabul Setiawan Budi Santosa, terimakasih atas segala yang

telah kau berikan. Segalanya menjadi lebih berarti.

13.Sahabatku tersayang di ”Franida Community” dan sahabat seperjuangan ”BebCraz” Novita Rihi Amalia, Galih Citra Loano Putri, SP., Rahmawati Sauma Wulansari, SP., Erna Oktavianingsih, SP., Dyah Damar Utami, Endang Wiwin, SP., dan Tri Supiyanti. Terima kasih atas segalanya, canda tawa dan kebersamaan kita akan selalu ku rindukan. Kalian adalah keluargaku, bagian dari perjalanan hidupku. Tetap semangat!!!

14.Teman-teman Agrobisnis 2006 ”Zero Six”.Terima kasih, bersama kalian aku dapatkan banyak kenangan yang indah.

15.Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam penelitian mau-pun penyusunan skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, dengan kerendahan hati penulis sadari adanya keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga apabila masih banyak kesalahan dalam penyajiannya, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membenahinya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Surakarta, Juli 2010

(5)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan P enelitian ... 7

II. LANDASAN TEORI ... 9

A.Penelitian Terdahulu... 9

B.Tinjauan Pustaka ... 11

1. P embangunan... 11

2. P embangunan Ekonomi ... 11

3. P erencanaan P embangunan ... 12

4. P embangunan Daerah ... 14

5. Otonomi Daerah... 14

6. P eranan Pertanian ... 15

7. Strategi P embangunan P ertanian ... 16

8. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah... 17

C.Kerangka Teori P endekatan Masalah ... 22

D.Pembatasan Masalah ... 26

E.Definisi Operasional dan P engukuran Variabel ... 26

III.METODE PENELITIAN ... 30

A.Metode Dasar Penelitian... 30

B.Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 30

C.Jenis dan Sumber Data ... 31

D.Metode Analisis Data ... 32

1. Klasifikasi Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara... 32

(6)

vi

IV.KONDISI UMUM KABUPATEN BANJ ARNEGARA ... 37

A.Keadaan A lam ... 37

B. Keadaan Penduduk ... 41

C. Keadaan Perekonomian ... 44

D.Keadaan Sektor Pertanian... 47

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA SAN ... 57

A.Keragaan Umum Sektor Perekonomian ... 57

1. Laju P ertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Ba njarnegara ... 57

2. Laju P ertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Ba njarnegara ... 60

3. Kontribusi Sektor P erekonomian Kabupaten Banjarnegara ... 65

4. KontribusiSektor P ertanian Ka bupaten Banjarnegara ... 66

B. Klasifikasi Sektor Perekonomian dan Sektor Pertanian Kabupaten Ba njarnegara Berdasarkan T ipologi Klassen ... 69

1. . Klasifikasi Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan T ipologi Klassen ... 69

2. . Klasifikasi Subsektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan T ipologi Klassen ... 74

C. Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian dan Sektor Pertanian di Kabupaten Ba njarnegara ... 79

1. Strategi Pengembangan Sektor P erekonomian di Kabupate n Ba njarnegara ... 79

2. Strategi Pengembangan Sektor P ertanian di Kabupate n Ba njarnegara ... 90

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(7)

vii

Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008

(dalam persen) ... 2 2. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara,

2004-2008(dalam persen) ... 3 3. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara

Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008

(dalam persen)... 5 4. Laju Pertumbuhan Sektor P ertanian Kabupaten Banjarnegara,

2004-2008 (dalam persen) ... 6 5. Matriks Tipologi Klassen ... 21 6. Matriks Strategi P engembangan ... 22 7. Banyaknya P enduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Banjarnegara

Tahun 2008 ... 31 8. Matriks Tipologi Klassen Sektor Perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara ... 32 9. Matriks Strategi P engembangan Sektor Perekonomian

di Kabupaten Banjarnegara ... 33 10. Matriks Tipologi Klassen Sektor Pertanian di Kabupaten

Banjarnegara ... 35 11. Matriks Strategi P engembangan Sektor Pertanian

di Kabupaten Banjarnegara ... 35 12. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 ... 40 13. Kepadatan P enduduk Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ... 41 14. Komposisi P enduduk Kabupaten Banjarnegara Menurut Jenis

Kelamin, 2004-2008 ... 42 15. Banyaknya Kelahiran, Kematian, Imigrasi, dan Emigrasi Penduduk

di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ... 43 16. Komposisi P enduduk Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan

Kelompok umur Tahun 2004 ... 43 17. PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha

ADH K 2000, 2004– 2008 (Ribuan Rupiah)... 45 18. Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara ADH K, 2000

(8)

viii

20. Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan (Padi dan P alawija) di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 ... 49

21. Produksi Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Banjarnegara

Tahun 2008... 50 22. Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Banjarnegara

Tahun 2008... 51 23. Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten Banjarnegara

Tahun 2008... 52 24. Jenis-jenis Komoditi P eternakan di Kabupaten Banjarnegara

Tahun 2008 ... 54 25 . Luas Areal Hutan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008... 55 26. Produksi Subsektor Perikanan Kabupaten Banjarnegara

Tahun 2008 Berdasarkan Obyek yang diusahakan ... 56 27. Laju Pertumbuhan Sektor P erekonomian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008(%) ... 58 28. Laju Pertumbuhan Sektor P ertanian Kabupaten Banjarnegara,

2004-2008(% )... 60 29. Kontribusi P DRB Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008(% )... 65

30. Kontribusi P DRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara,

2004-2008(% )... 66 31. Matriks Tipologi Klassen Sektor Perekonomian

di Kabupaten Banjarnegara ... 70 32. Matriks Tipologi Klassen Sektor Pertanian di Kabupaten

Banjarnegara ... 75 33. Matriks Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara ... 80 34. Potensi Bahan Baku Pengolahan Batu A lam/ Bahan Lainnya

di Kabupaten Banjarnegara ... 87 35. Matriks Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Pertanian

(9)

ix

Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara ... 25 2. Diagram Kontribusi Prosentase PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 ADHK 2000 ... 46 3. Diagram Laju Pertumbuhan Rata-rata Sektor Perekonomian

di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ... 59 4. Diagram Laju Pertumbuhan Rata-rata Sektor Pertanian

di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ... 61 5. Diagram P roduksi Komoditi Tanaman P erkebunan

di Kabupaten Banjarnegara, 2003-2008 ... 62 6. Diagram P opulasi Ternak di Kabupaten Banjarnegara,

2004-2008 ... 63 7. Diagram Luas Areal Hutan menurut Fungsinya

di Kabupaten Banjarnegara, 2005-2008 ... 64 8. Diagram P roduksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan

(10)

x

Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP. dan Nuning Setyowati, SP ., M.Sc.

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diharapkan dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Banjarnegara sekaligus sebagai penggerak perkembangan sektor lainnya sehingga kesejahteraan penduduk dapat terwujud. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan memerlukan strategi pengembangan, baik strategi pengembangan dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Untuk itu perlu adanya kajian lebih mendalam mengenai strategi pengembangan yang tepat dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi klasifikasi sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen serta menganalisis strategi pengembangan sektor perekonomian dan pertanian baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Daerah penelitian diambil secara sengaja, yaitu Kabupaten Banjarnegara. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS; BAP PEDA; Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan; serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara. Data yang digunakan berupa PDRB P rovinsi Jawa Tengah ADHK 2000 tahun 2004-2008, P DRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; RP JMD Kabupaten Banjarnegara; LKPJ Dinas Pertanian, P erikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; LKP J Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; dan data Banjarnegara Dalam Angka 2008.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen terdiri dari tiga sektor yaitu sektor prima yang terdiri dari sektor jasa-jasa; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya; dan sektor angkutan. Sektor potensial terdiri dari sektor pertanian; sektor industri; sektor perdagangan; dan sektor bangunan. Sedangkan sektor berkembang terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen terdiri dari empat subsektor yaitu subsektor prima yaitu subsektor peternakan. Subsektor potensial terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor tanaman perkebunan. Subsektor berkembang yaitu subsektor kehutanan. Sedangkan subsektor terbelakang yaitu subsektor perikanan. Strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek

(11)

xi

(12)

xii circu mstantially study a bo ut a pp ro priate expan sion stra teg y in develop men t o f agricu ltu ra l sector in Ban jarnegara Regency.

This research aims to id en tifica tio n cla ssification o f economics secto r a nd agricu ltu ra l sector in Banjarnegara Regency based o n Klassen Typ olo gy and to ana lys d evelo pmen t strategy o f econ omic sector an d ag ricultural sector either sh ort term, intermediate term and also lo ng -ran ge.

This research basic method used d escriptive a na litic method .Research area was ta k en in ten tionally (pu rp osive), tha t is Banjarnega ra Regency. Data type u sed wa s secon da ry d ata ob tained fro m Cen tra l Co mmittee o f S ta tistics (BPS) of Reg en cy o f Banja rn eg ara, Reg iona l Develop ment Plan ning Board Ban jarnegara Regency, Department o f Agriculture, Animal Husba ndry a nd Fish eries Ban jarnegara Reg en cy, a nd Depa rtement of forestry an d pla ntation Ban jarnegara Reg en cy. Da ta a pp lied in the form o f Gross Regio na l Domestic Produ ct/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) of Banjarnegara Regency a nd Provin ce of Centra l Java 2 004-2008 ADHK 2000, PDRB g rowth and d istrib ution in econo mics sector of Banja rn eg ara Regency 20 04 -2 00 8, Pla n of growth in termediate term of Ban jarnegara Regency, a nd d ata of Banjarnega ra in Numbers 20 08.

(13)

xiii

(14)
(15)

AB STRACT

T his research aims to identification classification of economics sector and agricultural sub-sector in Banjarnegara Regency based on Klassen T ypology and to analys development strategy of econom ic sector and agricultural sector either short term, int erm ediate term and also long-range.

T his research basic m ethod used descript ive analitic met hod. Research area was taken purposive. Data type used was secondary data obtained from BPS, BAPPEDA, Depart ment of Agriculture, Anim al Husbandry and Fisheries Banjarnegara Regency, and Depart ement of forestry and plant ation in Banjarnegara Regency.

Research result got was classification of econom ics sector in Banjarnegara Regency based on Klassen T ypology are that included primer sector (service and services, bank and institution financial, and transportation), potent ial sector (agricultural, industry, buildings sector, and com mercial), growth sector (m ining and excavating, and electricity, gas, and cleaning water). Classification of agriculture sector in Banjarnegara Regency based on Klassen T ypology are that included prim er sub-sectors (farm ing), potential sub-sectors (food-stuff crop and plantat ion), growth sub-sector (forestry), and underdeveloped subsector (fishery). Development strat egy of econom ic sector in Banjarnegara Regency consisted of short term , the strat egy are increasing healthy service, increasing co-operation with the bank, koperasi, and institution of financial m icro, increase tool transportation. T he development strategy in interm ediate term, by developing Sub T erminal Agrobisnis, prom otion product industry, increasing tools from comercial sector; and increasing the labourer m ine quality, and increasing readiness electric. T he development strategy in long term within increasing technology and enlarge the road and the facility. Development strategy of agriculture sector in Banjarnegara Regency consisted of short term by diversification product, price stabilizing by goverment , and livestock gaelic system. T he development strategy in interm ediate term by escalating the role of farmer group, developing of agriculture in critical land, promotion of yield from agriculture first class region, increasing farmer-private cooperation, and diversivication m arket. T he second altenative by developing yield forest non-wood, lasting the forest, and the last are increasing farmer quality, developing seed of fish first class, and improve society purchasing power. T he development strategy in long term by increasing farm er-private cooperation for increasing the saler, and increasing the farmer acces from source capital; product insemination livestock, research and way of acting the gizi and livestock, exploiting organic manure and biogas as livestock urine and dirt.

Key word : Agricultural sector, Klassen Typologi, Developm ent Strategy, Banjarnegara Regency. Explanation

1.The departm ent/Program me Social Economic Agricultural/Agrobusiness Agriculture Faculty Sebelas Maret University H 0306010

(16)

ABS TRAK

Penelitian ini bert ujuan mengident ifikasi klasifikasi sektor perekonomian dan subsekt or pert anian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan T ipologi Klassen serta m enganalisis strategi pengem bangan sektor perekonomian dan pert anian baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Metode dasar penelitian ini menggunakan m etode deskript if analitik dan pengam bilan lokasi secara sengaja. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS; BAPPEDA; Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan; serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara.

Hasil penelitian m enunjukkan Klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan T ipologi Klassen terdiri dari sektor prim a (jasa-jasa; bank dan lembaga keuangan lainnya; dan angkutan), sektor potensial (pertanian; industri; perdagangan; dan bangunan), sekt or berkembang (pertam bangan dan penggalian serta listrik, gas, dan air bersih). Klasifikasi subsekt or pert anian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari subsektor prima (peternakan), subsekt or pot ensial (tanam an bahan makanan dan tanaman perkebunan), subsektor berkembang (kehutanan), subsekt or terbelakang (perikanan). Strategi pengem bangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek yaitu dengan peningkatan pelayanan kesehatan pada sektor jasa; peningkatan kerjasama bank, koperasi dan LKM; dan peningkatan sarana dan prasarana angkutan. Strategi pengem bangan jangka menengah yaitu dengan pembangunan sub term inal agrobisnis, promosi produk industri, peningkatan sarana dan prasarana perdagangan; peningkatan kualiatas SDM pekerja tambang dan peningkatan pasokan listrik. Strategi jangka panjang yaitu dengan peningkatan teknologi sekt or pert ambangan; perluasan jaringan jalan dan fasilitasnya. Strategi pengembangan sekt or pert anian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek, terdiri dari upaya diversifikasi produk hasil peternakan, stabilisasi harga hasil peternakan, dan sistem gaduh ternak. Strategi jangka menengah melalui upaya peningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian pada lahan kritis, promosi hasil produksi pertanian unggul daerah, pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani, dan peningkatan kualitas SDM petani; pengem bangan hasil hutan non kayu, pelestarian hutan unt uk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi; peningkatan kualitas SDM petani, pengembangan bibit ikan unggul, dan peningkatan daya beli m asyarakat. Strategi jangka panjang m elalui upaya kerjasama dengan pihak swasta; inseminasi buatan, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak, dan pemanfaatan kot oran dan urine t ernak sebagai pupuk organik dan biogas.

Kata kunci : Sektor Pertanian, Tipologi Klassen, Strategi Pengembangan, Kabupaten Banjarnegara Keterangan :

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H0306010

(17)

11

I. PENDAHULUAN

A. Latar B elak ang

Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Widodo, 2006:4). Pembangunan yang dilakukan tidak hanya di tingkat pusat tetapi pembangunan dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yaitu daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. P embangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih kecil akan memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih besar.

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Pembangunan di tingkat daerah tidak lagi diawasi secara ketat dari pusat namun sudah diserahkan kepada daerah kabupaten/kota seluas-luasnya, hal ini biasa disebut dengan otonomi daerah. Adanya otonomi daerah ini suatu daerah dituntut untuk dapat menopang pemerintah daerah tingkat II yaitu kabupaten untuk menetapkan kebijakan ekonomi daerahnya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi daerah baik kondisi sumber daya alam maupun kondisi sumber daya manusia dengan segala kelebihan dan kelemahannya (RPJMD Kabupaten Banjarnegara, 2007:7).

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang melaksanakan otonomi daerah, sehingga masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dapat mengurus daerahnya sendiri. P embangunan wilayah Kabupaten Banjarnegara ditopang oleh

(18)

11

sembilan sektor perekonomian, yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan; sektor angkutan; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya; dan sektor jasa-jasa. Adanya otonomi daerah ini memberikan kesempatan bagi Kabupaten Banjarnegara untuk terus mengembangkan pembangunan ekonomi salah satunya adalah sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan Kabupaten Banjarnegara. Besarnya kontribusi PDRB sektor perekonomian terhadap perekonomian Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi PDRB Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)

Sektor Tahun

Rata-Bank & Lembaga keuangan lainnya

5,63 5,40 5,49 5,73 5,79 5,61

Jasa-jasa 15,87 16,91 17,44 17,53 18,47 17,24

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009a

(19)

11

pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Banjarnegara.

Peranan sektor perekonomian dalam pembangunan selain dilihat dari kontribusinya juga dapat dilihat dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Laju P ertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara,

2004-2008 (dalam persen)

Bank & Lembaga keuangan lainnya

7,79 -0,26 6,03 9,48 6,07 5,82

Jasa-jasa 9,24 10,70 7,63 5,59 10,56 8,74

PD RB 3,81 3,95 4,35 5,01 4,98 4,42

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009a

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui nilai rata-rata laju pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Banjarnegara yaitu sektor pertanian sebesar 3,45%; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 5,05%; sektor industri sebesar 2,68%; sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 6,24%; sektor bangunan sebesar 3,73%; sektor perdagangan sebesar 3,20%; sektor angkutan sebesar 5,71%; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar 5,82% ; dan sektor jasa-jasa sebesar 8,74%. Laju pertumbuhan sektor pertanian menempati urutan ketujuh dari laju pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara.

(20)

11

Banjarnegara. Berdasarkan indikator besarnya kontribusi dan laju pertumbuhan dari sektor pertanian maka dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan Pendekatan Tipologi Klassen. Berdasarkan Pendekatan Tipologi Klassen, subsektor pada sektor pertanian diklasifikasikan menjadi subsektor prima, subsektor potensial, subsektor berkembang dan subsektor terbelakang yang selanjutnya dapat dibuat suatu strategi dalam perencanaan pembangunan perekonomian khususnya tentang strategi pembangunan pertanian, dengan didasarkan pada periode waktu, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

B. Pe rumusan Masalah

Kabupaten Banjarnegara memiliki kondisi geografis yang dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

Bagian utara : Terdiri dari daerah pegunungan relief bergelombang dan curam

Bagian tengah : Terdiri dari wilayah dengan relief datar Bagian selatan : Terdiri dari wilayah dengan relief curam.

Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 Ha atau sekitar 3,29% dari luas wilayah P ropinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha). Luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 14.634 Ha (13,68% ) dan lahan bukan sawah sebesar 76.415 Ha (51,80% ) dari total Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan lahan bukan pertanian sebesar 36.991 Ha (34,58%). Luas lahan pertanian yang lebih besar dibanding luas lahan bukan pertanian, menjadikan sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan dan juga merupakan sektor yang diprioritaskan di Kabupaten Banjarnegara. Hal ini terlihat selama kurun waktu 2004-2008 sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Banjarnegara sebesar 38,12% (Tabel 1, halaman 2). Kondisi geografis daerah yang sebagian besar adalah bergunung-gunung tidak menjadikan hambatan, sebaliknya justru memberi kontribusi positif pada pembangunan Kabupaten Banjarnegara.

(21)

11

sektor lainnya sehingga kesejahteraan penduduk dapat terwujud. Sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Kelima subsektor pertanian memberikan kontribusi yang berbeda terhadap PDRB Kabupaten Banjarnegara. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memiliki peranan yang penting di Kabupaten Banjarnegara karena sebagai penyedia pangan. Besarnya kontribusi masing-masing subsektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kontribusi P DRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)

Subsektor Tahun

Rata-rata

2004 2005 2006 2007 2008

Tanaman bahan makanan 33,56 33,40 32,82 32,56 32,26 32,92

Tanaman perkebunan 1,95 1,90 1,85 1,72 1,64 1,81

Peternakan 1,59 1,60 1,61 1,66 1,71 1,63

Kehutanan 0,82 0,81 0,84 0,85 0,87 0,84

Perikanan 0,99 0,91 0,92 0,94 0,82 0,91

Total 38,91 38,63 38,03 37,73 37,29 38,12

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009a

(22)

11

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Sektor P ertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (dalam persen)

Subsektor Tahun

Rata-rata

2004 2005 2006 2007 2008

Tanaman bahan makanan 4,65 3,44 2,54 4,17 4,00 3,76

Tanaman perkebunan -16,17 1,49 1,42 -2,34 0,20 -3,08

Peternakan 0,27 4,85 5,00 8,49 7,83 5,29

Kehutanan 7,75 2,81 7,51 7,16 6,68 6,38

Perikanan 10,39 -3,81 5,28 6,67 -8,15 2,07

PD RB 3,38 3,21 2,75 4,16 3,76 3,45

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009a

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa selama periode tahun 2004-2008 laju pertumbuhan subsektor pertanian mengalami kondisi yang berfluktuatif, akan tetapi nilainya tetap positif. Namun untuk subsektor tanaman perkebunan pada tahun 2004 dan tahun 2007 serta subsektor perikanan pada tahun 2005 dan tahun 2008 mengalami pertumbuhan negatif, hal tersebut dikarenakan hasil produksi serta nilai produksi dari subsektor tersebut di Kabupaten Banjarnegara mengalami penurunan. Rata-rata laju pertumbuhan subsektor pertanian pada tahun 2004-2008 yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar 3,76%, subsektor tanaman perkebunan sebesar -3,08%, subsektor peternakan sebesar 5,29% , subsektor kehutanan sebesar 6,38%, dan subsektor perikanan sebesar 2,07%.

Sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara tentunya tidak semuanya diprioritaskan untuk dikembangkan. Ada beberapa sektor tertentu yang mendapatkan prioritas utama untuk dikembangkan dan juga ada beberapa sektor yang kurang diprioritaskan untuk dikembangkan. Hal itu dapat ditentukan dengan melihat besarnya laju pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Banjarnegara. Setelah diketahui sektor-sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan, maka pengembangan sektor pertanian dan penetapan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dalam pembangunan wilayah di masa mendatang dapat lebih baik dan terarah.

(23)

11

PDRB sektor perekonomian, kemudian dapat ditentukan klasifikasi dan strategi pengembangannya. Hal ini diupayakan untuk mempertahankan dan meningkatkan eksistensi kontribusi dan laju pertumbuhan sektor pertanian terhadap perekonomian daerah Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan penelitian dirumuskan : 1. Bagaimana klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

berdasarkan Tipologi Klassen?

2. Bagaimana strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara?

3. Bagaimana klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen?

4. Bagaimana strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen.

2. Menganalisis strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara.

3. Mengidentifikasi klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen.

4. Menganalisis strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

D. Ke gunaan Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana P ertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(24)

11

dalam mengambil kebijakan pembangunan dan pengembangan sektor perekonomian, khususnya adalah sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

(25)

II. LANDASAN TEORI

A. Pe ne litian Terdahulu

Penelitian Susilowati (2009:73) yang berjudul Strateg i Pen gemba ng an Sek tor Pertanian Di Kab up aten S uk oh arjo (Pen dek a ta n Tip olog i Kla ssen)

menyimpulkan bahwa hasil klasifikasi sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo, yaitu subsektor tanaman bahan makanan adalah termasuk subsektor prima, subsektor peternakan merupakan subsektor potensial, subsektor perikanan merupakan subsektor berkembang adalah dan subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan termasuk subsektor terbelakang di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari:

1. Strategi pengembangan jangka pendek, meliputi strategi untuk mengembangkan subsektor prima (subsektor tabama) yaitu dengan pengotimalan potensi yang ada, yaitu dengan cara diversifikasi pasar, kerjasama dengan pihak swalayan, membuka lapangan kerja untuk pengemasan dan pemasaran, penetapkan harga oleh pemerintah. Sedangkan strategi untuk mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima (subsektor peternakan), yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhannya yaitu dengan cara meningkatkan produksi peternakan dengan menurunkan harga ternak dan pakan ternak dan gaduh ternak, memanfaatkan kotoran dan urine ternak sebgai pupuk organik dan menjalin kerjasama dengan Kabupaten lain.

2. Strategi pengembangan jangka menengah yaitu strategi untuk mengembangkan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial (subsektor perikanan), strateginya yaitu dengan meningkatkan kontribusinya yaitu dengan cara meningkatkan permintaan ikan dengan diversifikasi produk, meningkatkan produksi dengan penggunaan bibit unggul dan meningkatkan daya beli masyarakat.

3. Strategi pengembangan jangka panjang yaitu dengan pengembangan subsektor prima (subsektor tabama) strateginya yaitu dengan menjaga

(26)

kesuburan tanah, perwujudan pertanian organik, penetapan daerah sebagai penghas il komoditi unggulan, sistem tanam bergilir.

Penelitian Purwanto (2009:56) dengan judul Klasifika si Komo diti Tana man Bahan Ma k a nan dalam Kera ng k a Perenca na an Pen gemba ng an Ek on omi Daerah Ka bu pa ten Klaten menganalisis bahwa Sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Klaten dari tahun 2004-2007 cenderung semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Klaten merupakan sektor perekonomian yang penting dalam pembangunan daerah Kabupaten Klaten. Sumbangan P DRB sektor pertanian pada tahun 2004 sebesar 898.771,87; tahun 2005 sebesar 918.295,98; tahun 2006 sebesar 943.060,85; dan tahun 2007 sebesar 957.297,31.

Penelitian Stefani (2010:98) yang berjudul Perenca na an Pemb an gu nan Eko no mi Daera h Ka bup aten Mag elang Berba sis Komo diti Tana ma n Bah an Ma k a na n (Pen dek a ta n Tipo logi Klassen ) menyimpulkan bahwa Klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen diperoleh empat klasifikasi komoditi, yaitu: (1) komoditi prima terdiri dari komoditi jagung dan cabe; (2) komoditi potensial yaitu padi; (3) komoditi berkembang terdiri dari komoditi Ketela rambat, kedelai, bawang merah, kentang, kobis, sawi, kacang panjang, ketimun, labu siam, kangkung, tomat, terong, bayam, duku, sawo, mangga, rambutan, pepaya, salak; dan (4) komoditi terbelakang terdiri dari komoditi Ketela pohon, kacang tanah, bawang putih, bawang daun, wortel, buncis, alpukat, jeruk, durian, jambu biji, nanas, pisang, melon, semangka.

(27)

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan

Salah satu definisi pembangunan adalah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri (Anonim, 2009a).

Pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Peningkatan produksi memang merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Selain segi peningkatan produksi secara kuantitatif, proses pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi) sumber daya produksi (prod uctive resources) di antara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institu tio na l fra mework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh (Djojohadikusumo, 1994:1-2).

Fenomena pembangunan atau adanya situasi keterbelakangan yang kronis sesungguhnya bukan semata-mata merupakan persoalan ekonomi atau sekedar soal pengukuran tingkat pendapatan, masalah ketenagakerjaan, atau penaksiran tingkat ketimpangan penghasilan secara kuantitatif. Keterbelakangan merupakan sebuah kenyataan riil dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud dengan keterbelakangan di sini bukan hanya angka-angka kemiskinan nasional, melainkan juga menyangkut keterbatasan berpikir dari penduduk miskin di negara-negara terbelakang yang bersangkutan (Todaro dan Stephen, 2006:21).

2. Pembangunan Ekonomi

(28)

telah menyadari tentang kemiskinan yang dialami dan jurang perbedaan yang semakin lebar antara negara maju dengan negara sedang berkembang. Sering dikatakan bahwa negara-negara kaya akan semakin kaya sedangkan negara-negara miskin akan semakin banyak jumlah anak-anak yang menjadi tangggungannya. Berhubung dengan sifat-sifat umum negara sedang berkembang itu, maka tidaklah mudah bagi negara-negara yang sedang berkembang untuk melaksanakan program pembangun (Irawan dan Suparmoko, 1982:181).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku (Anonim, 2009b).

Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga Negara itu sendiri. Pembangunan harus diprakarsai oleh Negara dan tak dapat dicangkokkan dari luar. Kekuatan luar seyogyanya merangsang dan membantu kekuatan nasional. Bantuan luar negeri hanya dapat mengawali atau merangsang pembangunan dan tidak untuk mempertahankannya. Semangat membangun harus datang dari dalam, tanpa itu prakarsa pembangunan akan terbuang percuma dan akan segera padam (Jhingan, 2007:41-42).

3. Perencanaan P embangunan

(29)

Artinya, perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Pengertian yang dimiliki oleh sebuah proses perencanaan tidak terbatas pada definisi di atas, karena perencanaan sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai di samping sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan (Widodo, 2006:2).

Perencanaan pembangunan dimaksudkan untuk membangun perekonomian secara keseluruhan. Ia mencakup penerapan sistem pemilihan yang rasional terhadap sejumlah bidang investasi dan kekuatan pembangunan lainnya yang layak. Untuk itu, ia sampai batas tertentu mengandalkan pada mekanisme pasar. Di bawah perencanaan pembangunan, pemerintah merumuskan rencana pembangunan bagi perekonomian secara keseluruhan. P erencanaan pembangunan mempertimbangkan semua agregat ekonomi yang paling penting seperti tabungan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah dan transaksi luar negeri (Jhingan, 2007:548-549).

Menurut Arsyad (1992:740) perencanaan pembangunan ditandai dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan tertentu. Inilah yang membedakan perencanaan pembangunan dengan perencanaan yang lain. Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan yaitu :

a. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap (stea dy social econ omic g ro wth). Hal ini dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang bertambah. b. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan

pendapatan perkapita.

(30)

d. Usaha perluasan kesempatan kerja.

e. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai d istribu tive ju stice.

f. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

g. Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi 4. Pembangunan Daerah

Pengalaman menunjukkan bahwa diberbagai negara bahwa ada salah satu syarat yang diperlukan untuk menunjukkan tingginya tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah yaitu dimulai dari mantapnya pemahaman dari para aparat terkait tentang makna indikator-indikator dan variable-variabel pembangunan serta pengertian kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemerintah pusat dan daerah, dimana kedua kebijaksanaan tersebut harus saling melengkapi ataukan searah. Pemahaman yang memadai tentang indikator pembangunan daerah akan mengakibatkan semakin terarahnya pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan dan semakin tingginya responsi masyarakat dalam menyukseskan dan mencapai sasaran yang telah ditargetkan. Hal ini dianggap perlu mendapatkan perhatian dari kita semua (Anonim, 2009c).

Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu: (1) tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya; (2) kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan pada sektor industrinya sedangkan daerah lain mengalami penurunan. Inilah yang menjelaskan perbedaan perspektif masyarakat daerah mengenai arah dan makna pembangunan daerah (Kuncoro, 2004:47). 5. Otonomi Daerah

(31)

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. P elaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat. P elaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman (Anonim, 2009d).

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Hal ini berdasarkan pada P asal 18 Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan Badan Perwakilan daerah (Widjaja, 2004:1).

Sesuai dengan ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998, penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Di samping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (Bratakusuma dan Dadang, 2002:2).

6. Peranan Pertanian

(32)

dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki posisi yang vital sekali. Peran utama yang diberikan kepada pertanian itu berarti bahwa sektor pertanian harus dapat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga di samping tugas memenuhi kebutuhan hidup yang biasa, ia juga harus dapat menumbuhkan dan menyokong usaha-usaha pembangan di sektor yang lainnya (Mardikanto, 2009:13-14).

Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata. Berdasarkan pengalaman historis dari negara-negara barat, apa yang disebut sebagai pembangunan ekonomi identik dengan transformasi struktural yang cepat terhadap perekonomian, yakni dari perekonomian yang bertumpu pada kegiatan pertanian menjadi industri modern dan pelayanan masyarakat yang lebih kompleks. Dengan demikian, peran utama pertanian hanya dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor-sektor industri yang dinobatkan sebagai ”sektor unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Todaro dan Stephen, 2006:503).

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian besar anggota masyarakat di negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Hampir semua negara yang sedang berkembang mengandalkan sektor pertanian mereka untuk kebutuhan negara mereka. Ukuran sektor pertanian menjadikan sektor ini mempunyai peranan penting dalam menyediakan input, yaitu tenaga kerja, bagi sektor industri dan sektor-sektor modern lainnya. Sebagian besar (70% atau lebih) populasi pada sektor pertanian pedesaan merupakan sumber utama bagi kebutuhan tenaga kerja yang meningkat di sektor pertanian (Arsyad, 1992:271-272).

7. Strategi pembangunan pertanian

(33)

sektor pertanian memiliki laju pertumbuhan yang paling lambat dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan eksistensi dan peranan sektor pertanian di Kabupaten Pacitan perlu adanya strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Pacitan, baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Untuk itu, perlu adanya penelitian tentang strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten P acitan dengan pendekatan Tipologi Klassen. P enelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui klasifikasi sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya di Kabupaten Pacitan, mengetahui klasifikasi sub sektor pertanian di Kabupaten Pacitan, serta mengetahui strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Pacitan (Susanto, 2008).

Selama empat dasawarsa terakhir, strategi pembangunan pertanian mengikuti tiga prinsip penting: (1) bro ad-b ased dan terintegrasi dengan ekonomi makro, (2) pemerataan dan pemberantasan kemiskinan, dan (3) pelestarian lingkungan hidup. Dua prinsip utama telah menunjukkan kinerja yang baik, karena dukungan jaringan irigasi, jalan-jembatan, perubahan teknologi, kebijakan ekonomi makro, dan sebagainya. Konsep revitalisasi pertanian yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pola pikir dan strategi besar di atas. Karena fenomena Revolusi Hijau serta perspektif konsistensi tersebut, pencapaian swasembada beras di era 1980-an juga telah diikuti oleh peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan petani beras di Indonesia, pemerataan sektor pedesaan dan perkotaan (Arifin, 2008). 8. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah

a. Metode Analisis Location Quantient (LQ)

(34)

propinsi, dan bila nilai LQ = 1 berarti nilai produksi sektor tertentu di Kab/kota sama dengan sektor yang sama pada tingkat provinsi. Bila nilai LQ >1 berarti sektor tersebut merupakan sektor unggulan di kabupaten/kota dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian kabupaten/kota. Apabila nilai LQ < 1 berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian kabupaten/kota (Pasaribu, 2005).

Di dalam model ekonomi basis, perekonomian terbagi menjadi dua yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis disebut juga sektor ekspor dan akan menentukan perkembangan wilayah. Kedua sektor memiliki hubungan, dimana jika sektor basis berkembang, maka pada gilirannya akan meningkatkan pula kegiatan non basis. Hal ini sering disebut dengan multiplier effect. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis digunakan metode Loca tion Quo tient (LQ), sedangkan untuk effect multiplier digunakan teknik pengganda basis atau multiplier effect (Anonim, 2009e).

Dengan teknik kuantitatif Loca tio n Qu otien t kita bisa menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat kemandirian suatu sektor. Dalam analisis LQ, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

a. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industri basis.

b. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industri non basis atau industri local.

(35)

b. Metode Analisis Shift Share (SSA)

Analisis Shift Share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja di suatu wilayah pada dua periode waktu. Terdapat 3 (tiga) komponen dalam analisis SS sebagai berikut: (1) komponen P ertumbuhan Nasional, yaitu perubahan produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian sektoral dan wilayah; (2) komponen Pertumbuhan Proporsional, yaitu perbedaan sektor dalam hal permintaan produk akhir, ketersediaan bahan mentah, kebijakan industri dan struktur serta keragaman pasar; (3) komponen P ertumbuhan Pangsa Wilayah, yaitu perubahan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah terhadap wilayah lainnya (Anonim, 2009f).

Analisis shift sha re ini menganalisis perubahan berbagai indicator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relative dengan sektor-sektor lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lamban. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lamban (Budiharsono, 2001:123).

(36)

propinsi atau nasional. P ergeseran proporsional (prop ortio na l sh ift) disebut juga pengaruh bauran industri (indu stri mix). P engukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan referensi. Ketiga, pergeseran diferensial (differentia l sh ift) yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut relative lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan referensi. P ergeseran diferensial disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif (Widodo, 2006:112-113).

c. Metode Analisis Input Output (IO)

Analisis input output (I-O) banyak diterapkan di dalam proses perencanaan pengembangan wilayah. Hal ini karena model I-O dapat diimplementasikan secara empirik pada bidang dimana keterbatasan data dan teori yang belum cukup berkembang membatasi ruang lingkup penelitian dan perencanaan. Hambatan terbesar yang dihadapi oleh lembaga-lembaga perencanaan, terutama di daerah, dalam menggunakan analisis I-O antara lain adalah : (1) biaya yang relatif besar dalam pengumpulan data; (2) data pokok yang belum memadai dan (3) keterbatasan kemampuan teknis. Akan tetapi kalau kendala-kendala tersebut dapat diatasi maka model I-O ini merupakan model yang canggih untuk merencanakan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi (Budiharsono, 2001:44).

Menurut Jhingan (2007:592) Analisa inpu t-o utpu t

(37)

perekonomian secara keseluruhan. Batubara adalah inp ut bagi industri baja dan baja adalah in pu t bagi industri batubara, kendati keduanya merupakan o utpu t dari masing-masing industri yang bersangkutan. Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi barang-barang antara (inpu t) untuk digunakan lebih lanjut dalam pembuatan barang-barang akhir (o utput).

d. Metode Analisis Tipologi Klassen

Menurut Widodo (2006:120-122) teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Analisis ini mendasarkan pengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu: sektor prima, sektor potensial, sektor berkembang, dan sektor terbelakang. P enentuan kategori suatu sektor ke dalam empat kategori di atas didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoral dan rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Matrik Tipologi Klassen

Rerata Kontribusi Sektoral

T erhadap PDR B

Rerata Laju

Pertumbuhan Sektoral

Y sektor > Y PDRB Y sektor < Y PDRB

r sektor > r PDRB Sektor Prima Sektor Berkembang

r sektor < r PDRB Sektor Potensial Sektor T erbelakang

Sumber : Widodo, 2006

Y sektor = nilai kontribusi sektor ke i

Y PDRB = rata-rata PDRB

r sektor = laju pertumbuhan sektor ke i

(38)

Hasil pemetaan dari analisis Tipologi Klassen di atas, bila dikaitkan dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan ekonomi daerah di masa mendatang, antara lain dapat dilakukan dengan menentukan strategi pengembangan menurut periode waktu yang dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi untuk masa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk lebih

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi-bagi menjadi empat klasifikasi, yaitu : daerah cepat maju dan cepat

(39)

selain itu perencanaan juga dapat digunakan sebagai tolok ukur dari keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Karena dari perencanaan yang matang atau jelas prosesnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan maka gambaran pembangunan di masa yang akan datang dapat lebih jelas. Pembangunan adalah suatu transformasi dalam arti perubahan struktural, yaitu perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat yang meliputi perubahan pada perimbangan-perimbangan keadaan yang melekat pada landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi (Djojohadikusumo, 1994:2).

P elaksanaan otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih besar untuk mengurus dan mengembangkan daerahnya. Tujuan dari pembangunan (baik ekonomi maupun nonekonomi) yang dilakukan pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Daerah Kabupaten Banjarnegara mencakup dua sektor yaitu sektor perekonomian dan sektor non perekonomian. Sektor perekonomian dibagi menjadi sektor pertanian dan sektor non pertanian dimana masing-masing sektor tersebut memberikan sumbangan yang beragam bagi Kabupaten Banjarnegara. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Sektor non pertanian terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan; sektor angkutan; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya; dan sektor jasa-jasa.

(40)

sektor perekonomian dan sektor pertanian tersebut dapat ditentukan strategi pengembangan sektor perekonomian dan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara baik strategi pengembangan jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun), maupun jangka panjang (10-25 tahun). Hasil rumusan strategi pengembangan yang telah ditentukan berdasarkan periode waktu tersebut dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah, sehingga akan mempermudah pemerintah daerah dalam menyusun rencana pembangunan daerah Kabupaten Banjarnegara. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah merupakan tindak lanjut dari penetapan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

(41)

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran dalam P enentuan Strategi P engembangan Sektor P ertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan Tipologi Klassen)

Pembangunan Daerah Kabupaten Banjarnegara

Sektor Non Perekonomian

7. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya

8. Jasa-jasa

Otonomi Daerah

Tipologi Klassen

Klasifikasi Sektor Perekonomian & Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara Sektor Perekonomian

Prima

Strategi Pengembangan Sektor P erekonomian & Sektor Pertanian

Jangka Pendek

Potensial Berkembang T erbelakang

1. Pendidikan 2. Keagamaan 3. Pemerintahan 4. Pemuda dan olahraga,

(42)

D. Pe mbatasan Masalah

1. Alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah meliputi Loca tion Quotien t, Sh ift Sh are Ana lysis, in pu t-o utpu t an alysis, linear p ro gramin g, analisis sistem neraca sosial ekonomi maupun pendekatan Tipologi Klassen. Penelitian ini menggunakan alat analisis berupa Tipologi Klassen. Keunggulan dari alat analisis Tipologi Klassen ini adalah dapat diklasifikasikan sektor perekonomian dan sektor pertanian menjadi sektor atau subsektor prima, sektor atau subsektor potensial, sektor atau subsektor berkembang, sektor atau subsektor terbelakang. Kemudian setelah diketahui klasifikasi tersebut dapat ditentukan strategi pengembangan sektor perekonomian dan sektor pertanian baik strategi pengembangan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.

2. Acuan perumusan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Rencana P embangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara; Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Dinas Pertanian, P erikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; dan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008.

3. Penentuan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara pada jangka panjang (10-25 tahun) hanya sebatas pada saat penelitian, tanpa memperhatikan kondisi riil di Kabupaten Banjarnegara yang akan terjadi pada 10-25 tahun yang akan datang (kondisi masyarakat, kondisi perekonomian, dan pemerintahan).

E. De finisi Ope rasio nal dan Pengukuran Variabel

(43)

dan/atau subsektor berdasarkan laju pertumbuhan dan kontribusi sektor perekonomia n dan/atau pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

2. Sektor secara umum adalah lapangan usaha yang mencakup beberapa unit produksi yang terdapat di dalam suatu perekonomian.

3. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4. Prima dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti yang terutama atau terbaik. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi sektor dan/atau subsektor prima dalam penelitian ini adalah sektor dan/atau subsektor yang terbaik serta laju pertumbuhannya cepat dan kontribusi P DRB sektor dan/atau subsektor tersebut lebih besar sama dengan kontribusi P DRB Kabupaten Banjarnegara.

5. Potensial dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti yang mampu. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi sektor dan/atau subsektor potensial dalam penelitian ini adalah sektor dan/atau subsektor yang mampu bersaing dengan sektor dan/atau subsektor lainnya dan laju pertumbuhannya lambat tetapi kontribusi PDRB sektor dan/atau subsektor tersebut lebih besar sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara.

(44)

7. Terbelakang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti menjadi tertinggal atau belum maju. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi sektor dan/atau subsektor terbelakang dalam penelitian ini adalah sektor dan/atau subsektor yang tertinggal atau belum maju daripada sektor dan/atau subsektor lainnya dan laju pertumbuhannya lambat dan kontribusi PDRB sektor dan/atau subsektor tersebut lebih kecil sama dengan kontribusi P DRB Kabupaten Banjarnegara. Sektor dan/atau subsektor terbelakang dapat diupayakan menjadi sektor dan/atau subsektor berkembang.

8. Kontribusi adalah besarnya sumbangan sektor dan/atau subsektor perekonomian terhadap pembentukan P DRB Kabupaten Banjarnegara. Besarnya kontribusi dapat dihitung dengan membandingkan nilai P DRB sektor dan/atau subsektor dengan total PDRB Kabupaten Banjarnegara (dalam persen). Adapun kriterianya adalah:

Kontribusi besar : apabila nilai kontribusi sektor dan/atau subsektor lebih besar atau sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara.

Kontribusi kecil : apabila nilai kontribusi sektor dan/atau subsektor lebih kecil atau sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara.

9. Laju P ertumbuhan adalah perkembangan nilai sektor dan/atau subsektor (peningkatan atau penurunan). Dalam penelitian ini yang dimaksud laju pertumbuhan sektor dan/atau subsektor dapat diketahui dengan menghitung selisih nilai PDRB dari tahun akhir dan tahun awal kemudian dibagi dengan nilai PDRB tahun awal (dalam persen). Kriteria yang digunakan adalah:

(45)

Tumbuh lambat : apabila laju pertumbuhan sektor dan/atau subsektor lebih kecil atau sama dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara.

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Meto de Dasar Pe nelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis karena itu metode ini sering disebut metode analitik (Surakhmad, 1998:140).

B. Meto de Pengambilan Dae rah Pe ne litian

Dalam penelitian ini penentuan lokasi dilakukan secara purp osive

(sengaja), yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Sofian, 1989:155). Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara dengan pertimbangan bahwa kontribusi sektor pertanian, termasuk di dalamnya subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan merupakan penyumbang terbesar pada Produk Regional Domestik Bruto (PDRB). Hal tersebut berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui nilai rata-rata kontribusi PDRB sektor perekonomian yaitu sektor pertanian sebesar 38,12%; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,53%; sektor industri sebesar14,35%; sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,45%; sektor bangunan sebesar 6,61%; sektor perdagangan sebesar 12,95%; sektor angkutan sebesar 4,14%; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar 5,61%; dan sektor jasa-jasa sebesar 17,24%. Selain itu jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara yang bekerja di sektor pertanian juga besar. Adapun besarnya penduduk di Kabupaten Banjarnegara yang bekerja di sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 7.

(47)

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Banjarnegara, 2008

Lapangan Usaha U tama Jenis Kelamin Jumlah T otal

Laki-laki Perempuan

Pertanian 129.889 76.143 206.032

Pertambangan & penggalian 3.276 917 4.193

Industri pengolahan 12.581 26.797 39.378

Listrik, gas & air bersih 116 - 116

Bangunan 28.829 - 28.829

Perdagangan, hotel& restoran 31.879 38.571 70.450

Pengangkut an & komunikasi 12.408 45 12.453

Keu, persewaan & js perush 2.852 1.487 4.339

Jasa-jasa 34.993 21.534 56.527

Total 256.823 165.494 422.317

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009b

C. Je nis dan Sumbe r Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengutip data laporan maupun dokumen dari lembaga atau instansi yang ada hubungannya dengan penelitian. Data sekunder merupakan data yang terlebih dahulu telah

dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti (Surakhmad, 1998:163).

Gambar

Tabel 1. Kontribusi PDRB Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)
Tabel 2. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara,    2004-2008 (dalam persen)
Tabel 3. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara,      2004-2008 (dalam persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

sumur resapan di tingkat petani dan perbaikan kondisi infrastruktur penunjang; alternatif strategi untuk komoditi jagung adalah pemanfaatan secara optimal dukungan

Pendapatan yang diterima adalah sebesar Rp 235.438.425,00, alternatif strategi yang baik untuk diterapkan dalam pengembangan usaha industri kecil kripik kentang

Komoditi kambing termasuk dalam klasifikasi komoditi prima. Hal ini didukung oleh iklim di Kecamatan Margomulyo yang cocok untuk mengembangkan ternak tersebut. Komoditi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB Kabupaten Cilacap periode 2002-2013 dan PDRB Provinsi Jawa Tengah periode 2002-2013. Alat analisis

Berdasarkan analisis SWOT, alternatif strategi pengembangannya adalah: (1) Mengaplikasikan Teknologi Budidaya dengan CBIB (Cara Budidaya Ikan Baik), (2) Pembenihan

Strategi pengembangan dalam jangka panjang pada komoditi prima dapat dilakukan dengan pengembangan alat-alat pertanian yang lebih modern. Hal ini dilakukan agar di masa

Berdasarkan analisis SWOT, alternatif strategi pengembangannya adalah: (1) Mengaplikasikan Teknologi Budidaya dengan CBIB (Cara Budidaya Ikan Baik), (2) Pembenihan

Penentuan alternatif strategi dalam pengembangan sistem usahatani dengan menggunakan analisis SWOT, dimana dalam analisis SWOT dapat diidentifikasi dengan menggunakan