PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN
KABUPATEN CILACAP PERIODE 2002-2013
(Dengan Pendekatan Tipologi Klassen, Shift Share, dan Loqation Quetient
)
ILHAM ALKAF
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN
KABUPATEN CILACAP PERIODE 2002-2013
(Dengan Pendekatan Tipologi Klassen, Shift Share, dan Loqation Quetient)
ILHAM ALKAF
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2015
Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama : Ilham Alkaf
Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 28 Mei 1991
Alamat : Jl. Ir. H Juanda Sandratek No. 106 RT 003 RW 01 Kel. Rempoa Kec. Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
No Telephone : 085693450039
Email : Ialkaf@yahoo.com
Pendidikan Formal
RINGKASAN
ILHAM ALKAF, Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Cilacap Periode 2002-2013 (Dengan Pendekatan Tipologi Klassen, Shift Share, dan Loqation Quetient). Di bawah bimbingan Siti Rochaeni dan Achmad Tjachja Nugraha.
Kabupaten Cilacap menjadi Kabupaten penyumbang pembentuk PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2013. Sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar pertama dalam pembentuk PDRB Kabupaten Cilacap tanpa migas. Pada tahun 2012 enampuluh persen dan limapuluh tujuh persen pada tahun 2013 penduduk angkatan kerja di Kabupaten Cilacap bekerja di sektor pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian dari tahun 2002-2013 selalu mengalami peningkatan. Menjadikan sektor pertanian sebagai sektor penting dalam perekonomian Kabupaten Cilacap. Sehingga penting untuk mengetahui peran sub sektor dalam sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Cilacap
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis posisi tiap sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cilacap tahun 2002-2013. 2) Menganalisis pertumbuhan tiap sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cilacap tahun 2002-2013. 3) Menganalisis sub sektor apakah yang menjadi sub sektor pertanian basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Cilacap tahun 2002-2013.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cilacap. Kabupaten Cilacap adalah salah satu Kabupaten dalam Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan sebuah ketimpangan yang terjadi di Kabupaten Cilacap, yaitu menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2011-2013 Kabupaten Cilacap menjadi penyumbang kedua terbesar setelah Kabupaten Semarang dalam penyumbang pembentuk perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Akan tetapi pada tahun 2013 Kabupaten Cilacap juga menjadi Kabupaten Ketiga termiskin di Provinsi Jawa Tengah
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB Kabupaten Cilacap periode 2002-2013 dan PDRB Provinsi Jawa Tengah periode 2002-2013. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui posisi tiap sub sektor dalam sektor pertanian dala perekonomian Kabupaten Cilacap adalah analisis Tipologi Klassen. Alat analisis untuk mengetahui pertumbuhan tiap sub sektor dalam sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Cilacap adalah analisis Shift Share. Untuk mengetahui sub sektor basis di Kabupatn Cilacap digunakan alata analisis Loqation Quetient.
ii tertinggal 4) Sub sektor kehutanan berada di posisi sub sektor tertinggal. 5) Sub sektor perikanan berada di posisi sub sektor tertinggal
Pertumbuhan tiap sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cilacap yaitu: 1) Sub sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat atau yang mendapat nilai positif berdasar komponen pertumbuhan proporsional (Pp) yaitu sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor peternakan. Dan sub sektor yang mengalami pertumbuhan lebih lambat dibandingkan pertumbuhan ditingkat Provinsi Jawa Tengah yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. 2) Sub sektor yang mengalami pertumbuhan wilayah (Pw) dengan daya saing yang baik atau kompetitif dengan wilayah-wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah ada dua sub sektor yaitu sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor kehutanan. Sedangkan ketiga sub sektor lainnya, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan tidak memiliki daya saing yang baik atau tidak kompetitif jika dibanding dengan wilayah-wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Sektor Pertanian Terhadap
Perekonomian Kabupaten Cilacap Periode 2002-2013 (Dengan Pendekatan Tipologi
Klassen, Shift Share, dan Loqation Quetient)” Shalawat beriring salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
menyampaikan ajaran islam sebagai penyejuk hati dan penyelamat umat manusia dari
belenggu kebodohan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan, baik berupa materil dan moral yang
sangat berarti dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu dan Ayah, kedua orang tua saya tercinta yang selama ini tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang, do’a, semangat, motivasi serta segala upaya
dalam memberikan dukungan kepada penulis
2. Kedua Kakak Penulis yang selalu memberikan dukungan, do’a, semangat, dan
motivasi.
3. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi
iv 4. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP, selaku ketua program studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Akhmad Mahbubi, SP, MM, selaku sekretaris prodi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M. Si dan Bapak Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
masukan, solusi dan dukungan kepada penulis selama proses pelaksanaan
penelitian dan penulisan skripsi.
7. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si dan Ibu Rahmi Purnomowati, SP, M.Si selaku
dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran yang bermanfaat
demi kesempurnan penulisan skripsi.
8. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat
disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan pelajaran
dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.
9. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cilacap dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan bantuan dalam penyediaan data
dan informasi yang berguna dalam penulisan skripsi ini.
10. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Cilacap yang
telah memberikan bantuan dalam penyediaan data dan informasi yang berguna
dalam penulisan skripsi ini.
11. Sahabat perjuangan, Adrian, Fahmi, Hendrik, Isan, Ricky Ade, Alam, Sofyanto,
Tirto, Andika, Adit, Riki Purbaya, Reza, atas semangat dan informasi selama
v 12. Teman-teman Agribisnis angkatan 2010 yang telah banyak membantu saya
melewati masa-masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini mungkin masih banyak
kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata, penulis
mengharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan memenuhi apa yang
diharapkan oleh semua pihak.
Jakarta, April 2015
DAFTAR ISI
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Ruang Lingkup ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Otonomi Daerah ... 7
2.2 Perencanaan Pembangunan ... 9
2.2.1. Pembangunan Ekonomi ... 11
2.2.2. Pembangunan Pertanian ... 11
2.2.3. Sektor Unggulan ... 12
2.3 Definisi Sektor dan Sub Sektor Pertanian ... 12
2.4 Hubungan Antara Pertanian dan Perekonomian ... 14
2.5 Teori Ekonomi Basis ... 17
2.6 Pendapatan Regional ... 18
2.7 Pertumbuhan Ekonomian Regional ... 19
vii
2.9 PDRB ... 23
2.10 Penelitian Terdahulu ... 24
2.11 Kerangka Pemikiran ... 27
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 29
3.1 Lokasi Penelitian ... 29
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 29
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.4 Metode Analisis ... 31
3.1.1.. Analisis Tipologi Klassen ... 31
3.1.2.. Analisis S-S (Shift-Share) ... 33
3.1.3.. Analisis LQ (Loqation Quetient) ... 37
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN CILACAP ... 40
4.1. Letak Geografis ... 40
4.2. Topografi ... 40
4.3. Demografi... 42
4.4. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha Dari Mata Pencarian Utama ... 43
4.5. Pemanfaatan Lahan ... 45
4.6. Keadaan Ekonomi ... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
5.1. Hasil Penelitian ... 49
5.1.1 Klarifikasi Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Kabupaten Cilacap ... 52
5.1.2 Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Kabupaten Cilacap ... 55
viii
5.1.2.2Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi ... 56
5.1.2.3Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Cilacap ... 58
5.1.3 Sub Sektor Basis Kabupaten Cilacap ... 61
5.2. Pembahasan Per Sub Sektor Pertanian Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 64
5.2.1. Analisis Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 66
5.2.2. Analisis Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 68
5.2.3. Analisis Sub Sektor Perkebunan Kabupaten Cilacap Tahunan 2002-2013 ... 70
5.2.4. Analisis Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 72
5.2.5. Analisis Sub Sektor Perikanan Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 74
6.1. Kesimpulan ... 76
6.2. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan Berdasarkan Ketinggian Tempat ... 41
Tabel 2. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 42 Tabel 3. Matapencaharian Penduduk Kabupaten Cilacap Menurut Lapangan
Usaha ... 43 Tabel 4. Rumah Tangga Usaha Pertanian Kabupaten Cilacap Tahun 2003
dan 2013 ... 45
Tabel 5. Luas Penggunaan Lahan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 46 Tabel 6. PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cilacap Tahun
2002-2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 48
Tabel 7. Nilai Kontribusi Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Cilacap Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2013 ... 46
Tabel 8. Nilai Kontribusi Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2013 ... 46
Tabel 9. Rata-rata Laju Pertumbuhan dan Rata-rata Kontribusi Sub Sektor Pertanian Dalam PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten
Cilacap Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2013 ... 48
Tabel 10. Perubahan Pendapatan Sub Sektor Pertanian Kabupaten Cilacap
Tahun 2002-2013 ... 56
Tabel 11. Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi Kabupaten Cilacap
Tahun 2002-2013 ... 57
Tabel 12. Pertumbuhan Regional Sub Sektor Pertanian Kabupaten Cilacap
Tahun 2002-2013 ... 59
Tabel 13. Pertumbuhan Proporsional Sub Sektor Pertanian
Kabupaten CilacapTahun 2002-2013 ... 60
Tabel 14. Pertumbuhan Pangsa Wilayah Sub Sektor Pertanian
Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 61
Tabel 15. Nilai LQ Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
x Tabel 16. Nilai Kontribusi Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten
Cilacap Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2013 ... 64
Tabel 17. Analisis Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Kabupaten
Cilacap Tahun 2002-2013 ... 67
Tabel 18. Analisis Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten Cilacap
Tahun 2002-2013 ... 70
Tabel 19. Analisis Sub Sektor Peternakan Kabupaten Cilacap
Tahun 2002-2013 ... 72
Tabel 20. Analisis Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Cilacap
Tahun 2002-2013 ... 74
Tabel 21. Analisis Sub Sektor Perikanan Kabupaten Cilacap
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tingkat Pertumbuhan Sektor Pertanian Tahun 2002-2013 ... 6
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 28
Gambar 3. Matriks Tipologi Klassen ... 33
Gambar 4. Penduduk Menurut Lapangan Usaha ... 44
Gambar 5. Matriks Tipologi Klassen Klasifikasi Sub Sektor dalam Sektor Pertanian Dalam PDRB Kabupaten Cilacap tahun 2002-2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 54
Gambar 6. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 66
Gambar 7. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 69
Gambar 8. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Peternakan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 71
Gambar 9. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Kehutanan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013 ... 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kabupaten Cilacap Skala 1:100.000 ... 82
Lampiran 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2001-2005 ... 83
Lampiran 3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2005-2009 ... 84
Lampiran 4. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013 ... 85
Lampiran 5. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak Kabupaten Cilacap Tahun 2001-2005 ... 86
Lampiran 6. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak Kabupaten Cilacap Tahun 2005-2009 ... 87
Lampiran 7. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013 ... 88
Lampiran 8. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2005 .... 89
Lampiran 9. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .... 91
Lampiran 10. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2012 .... 93
Lampiran 11. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013 .... 95
Lampiran 12. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Cilacap Tahun 2001-2005... 96
xiii Lampiran 14. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013... 98
Lampiran 15. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 .... 99
Lampiran 16. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal dengan kekayaan hayatinya yang melimpah, hal ini pun
memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk memperoleh pendapatan dari
pemanfaatan kekayaan hayati tersebut. Akan tetapi kekayaan hayati yang dimiliki
Indonesia dalam hal ini keadaan geografis justru cenderung menyulitkan pemerataan
pembangunan perekonomian daerah di Indonesia. Dengan dikeluarkannya UU RI No.
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU RI No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, telah member keleluasaan bagi
pemerintah daerah untuk mengelola perekonomiannya secara penuh. Otonomi daerah
ini memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengatur dan
melaksanakan program-program pembangunan daerahnya, akan tetapi juga
mengharuskan kesiapan dari pemerintah daerah untuk melaksanakan segala kebijakan
yang kini sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya sendiri.
Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Indonesia memiliki 29 Kabupaten dan
6 kota yang juga telah menjadi daerah otonom, dengan beragamnya keadaan geografis
di Provinsi Jawa Tengah, otonomi daerah akan memberi keuntungan bagi
daerah-daerah di Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2011-2013 ada tiga daerah-daerah yang menjadi
penyumbang terbesar pembentuk PDRB Jawa Tengah, yaitu Kota Semarang,
2 Kabupaten Cilacap menjadi daerah otonom pada tahun 1999, Otonomi terhitung
aktif pada tanggal 1 Januari tahun 2001. Menurut data BPS Provinsi Jawa Tengah,
Kabupaten Cilacap menjadi Kabupaten kedua penyumbang terbesar pembentuk PDRB
Provinsi Jawa Tengah. Akan tetapi pada tahun 2013 Kabupaten Cilacap juga
menempati posisi ketiga sebagai Kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Tengah.
Menurut data BPS Kabupaten Cilacap jumlah pekerja di Kabupaten Cilacap pada
tahun 2013 sebanyak 955.310 orang. Limapuluh tujuh persen jumlah pekerja yang ada
di Kabupaten Cilacap bekerja disektor pertanian dengan jumlah 546.888 jiwa, diikuti
sektor jasa, sektor perdagangan, lainnya, sektor industri, sektor angkutan dan
komunikasi. Dengan demikian sektor pertanian masih menjadi sektor utama sebagai
sektor yang banyak menyerap tenaga kerja penduduk Kabupaten Cilacap.(data
terlampir)
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cilacap dari tahun
2002-2013 selalu mengalami peningkatan, dan sektor pertanian berada di peringkat
ketiga sebagai sektor terbesar penyumpang perekonomian Kabupaten Cilacap dibawah
sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, jika dihitung
dengan migas. Dan akan menjadi sektor penyumbang pertama dalam perekonomian
Kabupaten Cilacap jika dihitung tanpa migas (data terlampir). Kondisi ini
mengidentifikasikan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang berpotensi besar
dalam menyumbang PDRB dan sangat berpotensi untuk pengembangan Wilayah dan
3 Pembangunan sektor pertanian menjadi hal yang terpenting dalam pembangunan
perekonomian Kabupaten Cilacap. Ada beberapa hal yang membuat pembangunan
sektor pertanian menjadi penting di Kabupaten Cilacap, diantaranya potensi
sumberdaya alam yang besar dan beragam Kabupaten Cilacap terdiri dari 24
Kecamatan dengan karakteristik dan kondisi geografis yang berbeda, sehingga
memungkinkan keberagaman komoditas yang dihasilkan. Selain itu Sektor pertanian
selalu mengalami peningkatan dari tahun 2002-2013.
Data-data diatas dapat menunjukan bahwa sektor pertanian adalah sektor penting
dalam perekonomian dan dalam usaha pengembangan wilayah Kabupaten Cilacap.
Akan tetapi, potensi sektor pertanian belum dapat dimanfaatkan dengan optimal.
Dengan kondisi-kondisi tersebut diatas maka perlu diadakan penelitian agar dapat
diketahui bagaimana peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten
Cilacap. Data-data tersebut diatas menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten
Cilacap Periode 2002-2013 (Dengan Pendekatan Tipologi Klassen, Shift Share,
4
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana posisi setiap sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten
Cilacap tahun 2002-2013 ?
2. Bagaimana pertumbuhan setiap sub sektor pertanian terhadap PDRB di daerah
Kabupaten Cilacap tahun 2002-2013 ?
3. Sub sektor pertanian apa yang menjadi sub sektor basis dan non basis di
Kabupaten Cilacap tahun 2002-2013 ?
1.3.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis posisi tiap sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten
Cilacap tahun 2002-2013.
2. Menganalisis pertumbuhan tiap sub sektor pertanian dalam perekonomian
Kabupaten Cilacap tahun 2002-2013.
3. Menganalisis sub sektor apakah yang menjadi sub sektor pertanian basis dan non
5
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat baagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Cilacap, diharapkan hasil
penelitian dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan
pembangunan daerah.
2. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam
penerapan antara teori dan praktik yang dituangkan dalam suatu karya ilmiah.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
6
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cilacap yang merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Objek penelitian adalah semua sub sektor
pertanian yang terdiri dari tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan,
peternakan, kehutanan, dan perikanan yang diamati selama dua belas tahun, yaitu
dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2013. Kurun waktu selama dua belas tahun
ini dilandasi oleh tahun awal setelah penetapan otonomi daerah yang dialami
oleh wilayah kota administratif Cilacap menjadi bagian Kabupaten Cilacap pada
tahun 2001 dan peningkatan yang dialami oleh sektor pertanian dalam PDRB
Kabupaten Cilacap selama kurun waktu tahun 2002-2013 seperti terlihat pada
Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Tingkat Pertumbuhan Sektor Pertanian Tahun 2002-2013
Sumber: Nilai Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Cilacap Tahun 2002-2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otonomi Daerah
Menurut Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditetapkannya otonomi daerah berarti telah memindahkan sebagian besar
kewenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat diserahkan kepada daerah
otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon
tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena
kewenangan membuat kebijakan (Perda) sepenuhnya menjadi wewenang daerah
otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas umum pemerintah dan
pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan keuangan
8 untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah otonom (Soenarto,
dalam Lusminah 2008:12).
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah otonom memiliki hak dan
kewajiban. Hak-hak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.
2. Memilih pemimpin daerah.
3. Mengelola kekayaan daerah.
4. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
5. Mendapat bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang berada di daerah.
6. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.
7. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Kewajiban yang harus dilakukan daerah dalam penyelenggaraan otonomi adalah:
1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan
nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi.
4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
9 7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
8. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
10.Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
11.Melestarikan lingkungan hidup undang-undang.
Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah,
khususnya kabupaten atau kota dalam melaksanakan program-program
pembangunannya. Otonomi daerah juga menuntut kesiapan daerah otonom untuk
mempertanggungjawabkan segala urusan yang tadinya adalah tanggung jawab
pemerintah pusat dan kini bergeser menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Semua aspek dalam daerah harus memiliki kesiapan dalam melaksanakan
otonomi daerah ini, bukan hanya sumberdaya manusia dalam pemerintahan saja,
melainkan juga sumberdaya alam yang dimiliki, masyarakat yang harus siap
menghadapi otonomi daerah ini. Dalam otonomi daerah diharapkan segala
potensi yang ada di daerah mampu dioptimalkan dengan baik.
2.2Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan yaitu suatu usaha pemerintah untuk
mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk
mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan pertumbuhan
variabel-variabel ekonomi yang penting (penghasilan, konsumsi, lapangan kerja,
investasi, tabungan, eksport-import, dan lain sebagainya) suatu negara dalam
10 Rencana bisa bersifat komperhensif (multi-sektor), bisa bersifat parsial (lokal).
Rencana yang bersifat komperhensif targetnya semua aspek penting yang
menyangkut perekonomian nasional, sedangkan yang bersifat parsial meliputi
sebagian dari ekonomi nasional, seperti sektor pertanian, perindustrian, sektor
pemerintahan, sektor swasta dan lain sebagainya (Suryana 2000). Menurut
Arsyad (2004) Untuk mencapai keberhasilan sebuah pembangunan yang tepat,
dan untuk menghindari kesulitan yang mungkin timbul dalam proses
pelaksanannya, maka pemerintah harus menetapkan kebijakan yang meliputi:
a. Penyelidikan potensi pembangunan, survei sumberdaya nasional,
penelitian ilmiah, penelitian pasar.
b. Penyediaan prasarana yang memadai (air, listrik, transportasi, dan
telekomunikasi) baik oleh badan usaha negara atau swasta.
c. Penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga pendidikan umum yang
memadai untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan.
d. Perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian, khususnya
peraturan yang berkaitan dengan hak atas tanah, perusahaan, dan transaksi
ekonomi.
e. Bantuan untuk menciptakan pasar yang lebih banyak dan lebih baik.
f. Menemukan dan membantu pengusaha yang potensional, baik dalam
negeri maupun luar negeri.
g. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya secara lebih baik, baik swasta
11
2.2.1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan
pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka
panjang (Suryana, 2000). Menurut Todaro (2000) ada tiga nilai pokok untuk
mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi, yaitu:
1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (basic needs)
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia.
3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from
servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
2.2.2. Pembangunan Pertanian
Menurut Kamaludin (1998) pembangunan pertanian dapat diartikan
sebagai bentuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani,
memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta mengisi dan
memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut
dilaksanakan dengan pertanian yang maju, efisien, dan tangguh sehingga
12 mutu dan derajat pengolahan produksi dan menunjang pembangunan
wilayah. Pembangunan pertanian haruslah mengedepankan potensi wilayah
dan kemampuan masyarakatnya. Pembangunan pertanian harus mampu
memanfaatkan secara maksimal keunggulan sumberdaya daerah dan dapat
berkelanjutan, maka kebijaksanaan pembangunan pertanian harus dirancang
dalam perspektif ekonomi wilayah.
2.2.3. Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh
keberadaan anugerah (endowment factor). Selanjutya faktor ini berkembang
lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan
ekonomi. Keberadaan sektor unggulan, maka akan mempermudah
pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat, sehingga kemajuan
perekonomian akan tercapai. Menurut Tarigan (2005) Kriteria sebuah sektor
dikatakan sektor unggulan adalah sebagai berikkut:
1. Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi.
2. Sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif
besar.
3. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke
depan maupun ke belakang.
13
2.3Definisi Sektor dan Sub Sektor Pertanian
Pertanian adalah kegiataan atau usaha untuk mengadakan suatu ekosistem
buatan yang bertujuan untuk menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada
mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan
keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu
disebut pertanian gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup
(Nasoetion, 2005).
Pertanian merupakan suatu macam produksi khusus yang didasarkan atas
proses pertumbuhan tanaman dan ternak. Dapat dikatakan bahwa pertanian
merupakan suatu industri biologi, oleh karena pertanian berproduksi dengan
menggunakan sumber daya alam secara langsung, pertanian juga disebut industri
primer. Tanaman merupakan pabrik primer pertanian, sedangkan ternak
merupakan pabrik sekunder pertanian Pertanian juga adalah suatu kegiatan
biologis untuk menghasilkan berbagai kebutuhan manusia termasuk sandang,
pangan, papan. Produksi tersebut dapat dikonsumsi langsung maupun jadi bahan
antara untuk proses lebih lanjut. Sub pertanian yaitu semua kegiatan yang
meliputi penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan,
kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan bahan makanan,
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan (Statistik Pertanian, 2009).
Sub sektor dari sektor pertanian mencangkup :
1. Tanaman bahan makanan ialah tanaman yang menjadi bahan pokok atau
14 2. Tanaman perkebunan seperti tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan
sebagai pelengkap dari pola konsumsi manusia.
3. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon)
dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).
4. Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua
hewan vertebrata kecuali ikan dan amfibi) atau serangga (misalnya lebah).
5. Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibi dan semua
non-vertebrata air).
Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama
untuk kepentingan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan
kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumberdaya alam
juga menjadi bagian dalam usaha pertanian. Adapun yang dimaksud dengan
rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang sekurang-kurangnya satu
orang anggota rumah tangga melakukan kagiatan yang menghasilkan produk
pertanian dangan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual atau ditukar
untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan atas risiko sendiri. Kegiatan
dimaksud meliputu bertani, berkebun, beternak ikan dikolam, keramba maupun
tambak, menjadi nelayan, dan mengusahakan ternak atau unggas. (Statistik
15
2.4 Hubungan antara Pertanian dan Perekonomian
Sektor pertanian menjadi sebuah sektor penting dalam sebuah negara yang
dapat menjadi sektor penyumbang perekonomian, terutama pada sebuah negara
agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor
pertanian. Sehingga sudah menjadi kewajaran apabila sektor pertanian
mendapatkan perhatian dominan di negara-negara yang sebagian besar
penduduknya menggantungkan hidup pada sektor ini. Diperlukan setidaknya tiga
unsur pelengkap untuk membentuk suatu strategi pembangunan ekonomi
berlandaskan prioritas pertanian dan ketenagakerjaan (Todaro, 2003):
1. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian
teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk
meningkatkan produktivitas para petani kecil.
2. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang
dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada
upaya pembinaan ketenagakerjaan.
3. Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat
karya, yaitu nonpertanian, yang secara langsung dan tidak langsung akan
menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian.
Dalam sebuah negara berkembang pertanian merupakan suatu sektor ekonomi
yang sangat potensional kontribusinya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
16 1. Ekstansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat tergantung pada
produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan
pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan
baku untuk keperluan kegiatan produksi disektor-sektor non pertanian
tersebut, terutama industri pengolahan. Seperti industri-industri makanan
dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan
farmasi. Hal ini disebut sebagai kontribusi produk.
2. Karena kuatnya bias agraris dari sektor ekonomi selama tahap-tahap awal
pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan)
membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan)
domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di
dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang
konsumen. Hal ini disebut kontribusi pasar.
3. Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan outputnya
terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan andilnya
terhadap penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan
pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi,
sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam
perekonomian. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus
modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor nonpertanian. Dalam proses
pembangunan ekonomi jangka panjang terjadi perpindahan surplus tenaga
kerja dari pertanian (pedesaan) ke industri dan sektor-sektor nonpertanian
17 4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi
surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa),
baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi
komoditas-komoditas pertanian menggantikan impor (substitusi impor).
Hal ini disebut kontribusi devisa.
Secara konseptual maupun empiris sektor pertanian cukup layak untuk
dijadikan sebagai sektor andalan dalam perekonomian terutama sebagai sektor
andalan dalam pemerataan tingkat pendapatan masyarakat yang sebagian besar
bekerja pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan sektor pertanian mempunyai
keunggulan kompetitif yang terbukti mampu menghadapi gangguan dari luar.
Keunggulan kompetitifnya didapat dari input yang berbasis sumber daya lokal.
2.5 Teori Ekonomi Basis
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan lebih banyak ditentukan oleh jenis
keuntungan lokasi (comperative advantage) dan dapat digunakan oleh daerah
tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi umumnya berbeda setiap
wilayah hal ini tergantung pada keadaan geografis daerah setempat (Fachrurrazzy,
2009:33). Aktivitas perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor
kegiatan, yaitu aktivitas basis dan nonbasis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang
berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang
18 yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat dalam batas
wilayah perekonomian yang bersangkutan (Tarigan, 2007).
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)
dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke
wilayah lain akan semakin maju petumbuhan wilayah tersebut, dan begitu pula
sebaliknya. Setiap peerubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan
efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita,
2005)Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian
daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang
cukup tinggi. Sedangkan sektor nonbasis adalah sektor-sektor lainnya yang
kurang potensional tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service
industries (Sjafrizal, 2008).
Inti dari Model Ekonomi Basis (Economic Base Model) menunjukan bahwa
arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.
Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah ditentukan teknik yang
digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient = LQ). LQ digunakan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan
(Leading Sector).
2.6 Pendapatan Regional
Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkan
sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Untuk dapat
19 ekonomi salah satu alat yang dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan
ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan
regional. Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang
dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah
selama satuan tahun (Sukirno, 1985). Menururt Tarigan, pendapatan regional
adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat
pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun
pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Pertumbuhan pendapatan regional merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan makin meningkatnya kegiatan ekonomi yang terjadi pada daerah
tersebut. Demikian juga yang terjadi dengan Kabupaten Cilacap berdasarkan data
PDRB Kabupaten Cilacap Periode 2002-2013 menunjukan bahwa sektor
pertanian menempati urutan ketiga setelah sektor Industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel & restoran (atas dasar harga berlaku dengan migas), dan
sektor pertanian menempati urutan pertama (atas dasar harga berlaku tanpa
migas). Produk Domestik Regional Bruto merupakan indikator penting untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan daerah yang telah dilaksanakan
dan sekaligus berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa mendatang.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto
yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka
waktu tertentu. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output)
dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai
20 gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung
netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan
kemudian menjumlahkannya atau menghasilkan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
2.7 Pertumbuhan Ekonomi Regional
Teori pertumbuhan ekonomi wilayah adalah menganalisis suatu wilayah
sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah-wilayah
lain melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas.
Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi pertumbuhan wilayah
lain dalam bentuk permintaan sektor untuk wilayah lain yang akan mendorong
pembangunan wilayah tersebut, atau suatu pembangunan ekonomi dari wilayah
lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta interrelasi
(Fazhrurrazy, 2009:25).
Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksaaan pemerintah,
khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju
pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara
tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai
indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan
(Sirojuzilam, 2008:18).
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel ekonomi
dari suatu sub sistem suatu bangsa atau negara dan juga dapat diartikan sebagai
21 ditinjau dari peningkatan produksi sejumlah komoditas yang diperoleh suatu
wilayah.
Pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu
endogen atau eksogen, yaitu faktor-faktor yang terdapat didalam daerah yang
bersangkutan atau faktor-faktor di luar daerah, atau kombinasi dari keduanya.
Penentu endogen, meliputi distribusi faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga
kerja, dan modal. Sedangkan penentu eksogen adalah tingkat permintaan dari
daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut (Glasson,
1997).
Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam
era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah
masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerahnya, untuk meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu,
pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat
penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk mendorong perumbuhan ekonomi daerahnya (Sjafrizal,
2008).
Perbedaan pokok antara analisis pertumbuhan perekonomian nasional dan
analisis pertumbuhan daerah adalah bahwa yang menjadi titik berat dalam analisis
tersebut adalah perpindahan faktor (factor movement). Kemungkinan masuk dan
keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal menyebabkan terjadinya
perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi regional (Richardson, 2001).
22 memiliki keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan memiliki
keuntungan komperatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain
dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan (Sirojuzilam, 2008).
2.8 Pembangunan Daerah
Menurut Arsyad (1999) permasalahan pokok pembangunan daerah adalah
terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan
menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada
pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses
pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
peningkatan ekonomi. Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan
ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai
dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan
sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumberdaya alam dari
sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya
daerah-daerah yang kaya sumberdaya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara
layak.
Pembangunan daerah merupakan bagian internal dan integral dari
pembangunan nasional, jika pembangunan daerah gagal melakukan pembangunan
maka bisa dikatakan pembangunan nasional juga tidak berhasil. Namun harus
tetap diperhatikan untuk tercapainya keberhasilan pembangunan suatu daerah
23 Perbedaan kondisi daerah akan mengakibatkan corak pembangunan yang
diterapkan berbeda pula. Kebijaksanaan yang diterapkan dan berhasil pada suatu
daerah belum tentu memberikan hasil yang sama bagi daerah lainnya. Secara
tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada
Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan
yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) suatu provinsi, kabupaten, atau kota (Kuncoro, 2004)
Dalam pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah
yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan di daerah yang miskin sumberdaya alam. Hingga tingkat tertentu,
anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam arti sumber daya alam harus dilihat
sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan
terus. Dan untuk itu diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat
penting adalah teknologi dan sumberdaya manusia (Tambunan, 2001).
Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah,
berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar
peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap
pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju
24
2.9 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan indikator utama
yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS, Kabupaten Cilacap 2012).
PDRB baik atas dasar harga berlaku ataupun atas dasar harga konstan dapat
digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi sebuah
daerah/Kabupaten. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu wilayah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar
harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertambahan ekonomi dari tahun ke tahun.
2.10Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan pendekatan alat analisis Shift Share, Tipologi Klassen,
Loqation Quentient sudah pernah dilakukan, sehingga hasil penelitian yang
pernah dilakukan tersebut dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam
mengkaji penelitian ini. Beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan
25 1. Jelita Septina Jamalia tahun 2011, dengan judul studi pengembangan wilayah
kota tangerang selatan melalui pendekatan sektor-sektor unggulan. Dalam
penelitian ini digunakan alat analisis Shift share dan LQ. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sektor pertanian adalah sektor
unggulan dalam perekonomian Tangerang Selatan. Perbedaan penelitian
penulis dengan penelitian Jelita Septina Jamalia adalah obyek dalam
penelitian, jika dalam penelitian Jelita Septina Jamalia obyek penelitian
adalah Sektor pembentuk PDRB, sedangkan dalam penelitian penulis obyek
penelitian adalah sub sektor dalam sektor pertanian. Selain itu data time-series
yang digunakan dalam penelitian penulis pun jauh lebih lama, yaitu data
time-series dari tahun 2002-2013. Serta tempat penelitian. Hasil dari penelitian
Jelita Septina Jamalia adalah berdasarkan hasil analisis LQ sektor-sektor
ungguluan di Kota Tangerang Selatan pada periode 2007-2008 adalah sektor
keuangan, sektor persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, sektor
bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan hotel
dan restoran, dan sektor listrik gas dan air bersih. Berdasarkan analisis shift
share presentase pertumbuhan total PDRB perubahan sektor-sektor ekonomi
di Kota Tangerang Selatan periode 2007-2008 menunjukan peningkatan
kontribusi sebesar 7,24 persen. Presentase terbesar adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran dengan presentase sebesar 14,66 persen. Berdasarkan
pertumbuhan proporsional shift share dihasilkan bahwa sektor perdagangan,
26 Berdasarkan analisis shift share pula dihasilkan pertumbuhan wilayah yang
memiliki daya saing tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.
2. Fitria Mega Sari tahun 2012, dengan judul penelitian peran sub sektor
pertanian dalam perekonomian Kabupaten Bogor tahun 2008-2010. Penelitan
Fitria Mega Sari adalah penelitian yang memiliki kesamaan dari segi alat
analisis yang dipergunakan. Perbedaaan penelitian penulis dan penelitian
Fitria Mega Sari adalah pada wilayah penelitian dan data time series yang
dipergunakan data time series pada penelitian Fitria hanya 3 tahun sedangkan
penulis menggunakan data time series 12 tahun. Perbedaan Hasil analisis
Tipologi Klassen menunjukan sub sektor peternakan dan kehutanan sebagai
sub sektor yang potensional atau masih dapat dikembangkan. Dengan
menggunakan analisis shift share sub sektor tanaman bahan pangan dan sub
sektor perikanan mengalami pertumbuhan yang cepat. Berdasarkan hasil
perhitungan Location Quetient sub sektor basis yaitu sub sektor tanaman
perkebunan dengan nilai LQ sebesar 1,72, sub sektor peternakan dengan nilai
LQ 2,14, dan sub sektor perikanan dengan nilai LQ sebesar 1,64.
3. Hilal Almulaibari tahun 2011, dengan judul analisis potensi pertumbuhan
ekonomi Kota Tegal tahun 2004-2008. Perbedaan penelitian penulis dengan
penelitian Hilal Almulaibari selain wilayah penelitian dan data time series
yang digunakan perbedaan juga terdapat pada sektor ekonomi yang diteliti,
jika pada penelitian sektor ekonomi yang diteliti oleh Hilal Almulaibari
adalah sektor-sektor pembentuk PDRB Kota Tegal pada penelitian Penulis
27 Berdasarkan analisis LQ Menunjukan bahwa Kota Tegal memiliki sektor
basis yaitu sektor listrik, gas dan air; transportasi dan komunikasi; keuangan;
konstruksi; dan perdagangan. Berdasarkan analisis Shift Share bahwa nilai
proportional positif adalah sektor listrik, gas dan air; sektor konstruksi; sektor
perdagangan; sektor transportasi dan komunikasi; sektor keuangan dan sektor
jasa-jasa. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukan ada tiga sektor yang
menunjukan sektor industri, sektor bangunan dan sektor perdagangan sebagai
sektor potensional.
4. Nudiatulhuda Mangun tahun 2007 dengan judul analisis potensi ekonomi
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Perbedaan penelitan
penulis dan penelitian Nudiatulhuda Mangun adalah pada obyek penelitian.
Pada penelitan Nudiatulhuda mangun obyek yang diteliti adalah wilayah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Sedangkan dalam
penelitian penulis obyek penelitian adalah sub sektor dalam sektor pertanian.
Perbedaan juga terdapat pada salah satu alat analisis yang digunakan pada
penelitian Nudiatulhuda digunakan alat analisi overlay untuk melihat wilayah
yang memiliki potensi daya saing kompetitif dan komparatif. Hasil analisis
overlay menunjukkan tidak satupun mempunyai potensi daya saing kompetitif
dan komparatif. Hasil analisis Shift Share menunjukkan tidak terdapat
satupun Kabupaten/Kota yang memiliki sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif, tetapi hanya memiliki spesialisasi. Berdasarkan Tipologi Klassen
terdapat 3 Kabupaten/Kota yang termasuk daerah maju tertekan, sedangkan 7
28 merupakan sektor yang banyak dimiliki kabupaten/kota di Sulawesi Tengah
sebagai sektor prioritas untuk dikembangkan.
2.11Kerangka Pemikiran
Kabupaten Cilacap merupakan daerah yang memiliki berbagai potensi dan
letak daerah yang strategis yaitu perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan
Provinsi Jawa Barat. Perekonomian Kabupaten Cilacap dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan sembilan sektor yang dimiliki Kabupaten Cilacap.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini tidak terlepas dengan adanya sektor-sektor
unggulan yang dimiliki Kabupaten Cilacap diantaranya adalah Sektor Pertanian,
yang tiap tahun dari 2002-2013 selalu mengalami peningkatan. Sebuah sektor
dapat bertumbuh dengan baik jika pemerintahan dapat berfokus pada sub sektor
unggulan, sehingga potensi yang dimiliki oleh sub sektor tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan analisis yang dapat
memberikan informasi tentang klasifikasi posisi sub sektor dalam sektor
pertanian, pertumbuhan subsektor dalam sektor pertanian, dan subsektor basis
dalam sektor pertanian yang ada di Kabupaten Cilacap sehingga pemerintah dapat
memanfaatkan potensi sub sektor tersebut dengan baik. Secara skematis kerangka
29 Analisis Location
Quetient Sektor Pertanian Di
Kabupaten Cilacap
Analisis Shift Share Analisis Tipologi
Klassen
Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Cilacap
Sub Sektor Pertanian Basis dan Non Basis Pertumbuhan Sub
Sektor Pertanian Klasifikasi Posisi Sub
Sektor Pertanian
Sub Sektor Pertanian :
1. Sub Sektor Tanaman Pangan 2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan 3. Sub Sektor Kehutanan
4. Sub Sektor Peternakan 5. Sub Sektor Perikanan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada wilayah Kabupaten Cilacap, yang
merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian
dipilih secara sengaja dengan pertimbangan sebuah ketimpangan yang terjadi di
Kabupaten Cilacap, yaitu menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah selama tahun 2002-2013 Kabupaten Cilacap menjadi penyumbang kedua
terbesar setelah Kabupaten Semarang dalam penyumbang pembentuk
perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Akan tetapi pada tahun 2013 Kabupaten
Cilacap juga menjadi Kabupaten Ketiga termiskin di Provinsi Jawa Tengah
dengan angka kemiskinan sebesar 17 persen, ini lebih besar dari angka
kemiskinan Provinsi Jawa Tengah sebesar 16 persen.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder, yaitu data yang
dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data (Kuncoro, Mudrajat; 2001) Adapun data yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu:
1. PDRB Kabupaten Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah periode 2002-2013.
31 Provinsi Jawa Tengah, serta dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Cilacap.
2. Data sekunder lainnya yang masih ada kaitannya dengan tujuan penelitian
ini.
3.3Metode Pengumpulan Data
Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan
suatu penelitian. Pengumpulan data akan berhasil jika metode yang dipergunakan
juga sesuai. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan data diperlukan
untuk mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap yang akan digunakan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan di bahas
dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi yaitu mencari dan
mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, notulen, raport, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006).
Menurut Sugiyono (2011) dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Menurut Arikunto (2006) metode dokumentasi memiliki
kelebihan, yaitu metode ini menghemat waktu karena dapat dilihat secara
langsung sekaligus mencatatnya, tidak perlu pengantar orang lain, tidak
menimbulkan kecurigaan, dan dapat mengetahui data yang berlalu. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini dipergunakan data-data
sekunder yang akan diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten
32 Pertanian dan Peternakan, Dinas Kehutanan, dan Dinas Perikanan Kabupaten
Cilacap.
3.4Metode Analisis
Untuk menjelaskan permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan
beberapa metode analisis data, yaitu:
3.4.1 Analisis Tipologi Klassen
Untuk menjawab pertanyaan pertama dipergunakan alat analisis
Tipologi Klassen. Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis
ekonomi regional yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sub
sektor pertanian perekonomian wilayah Kabupaten Cilacap. Analisis
Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sub
sektor pertanian perekonomian di Kabupaten Cilacap dengan memperhatikan
sub sektor pertanian perekonomian Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah
referensi.
Analisi Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan
karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008):
1) Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector)
(Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi
referensi (s) dan memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)
33 yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si>s
dan ski>sk.
2) Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB
(si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tertentu
dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan
sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi
memiliki nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si<s dan
ski>sk.
3) Sektor potensional atau masih dapat berkembang (developing sector)
(Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran laju pertumbuhan sektor
tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi
referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)
yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan
si>s dan ski<sk.
4) Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran
ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam
PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor
tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus
34 dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si<s dan
ski<sk.
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagai berikut:
Kuadran I
Sektor potensional atau
masih dapat berkembang
si>s dan ski<sk
Kuadran IV
Sektor relatif tertinggal
si<s dan ski<sk
Gambar3. Matriks Klasifikasi Tipologi Klassen Sumber:Sjafrizal, 2008
3.4.2 Analisis S-S (Shift Share)
Untuk menjawab pertanyan kedua menggunakan analisis shift share.
Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah bawah dibandingkan dengan struktur
perekonomian daerah atas. Analisi shift share juga merupakan suatu teknik
membagi atau menguraikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah sebagai
perubahan atau peningkatan nilai suatu variabel/indikator pertumbuhan
35 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis shift share
Esteban Marquilas. Analisis shift share Esteban Marquilas merupakan modifikasi
dari analisis shift share klasik. Modifikasi tersebut meliputi pendefinisian
kembali kedudukan atau keunggulan kompetitif sebagai komponen ketiga dari
teknik shift share dan menciptakan komponen shift share dan menciptakan
komponen shift share yang keempat yaitu pengaruh alokasi (Aij)
Tujuan analisis adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja
perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih
besar (tingkat Kabupaten terhadap Provinsi).
Tiga komponen utama dalam Analisis Shift Share:
1. Pangsa Pertumbuhan Nasional (National Growth Share), yaitu pertumbuhan
(perubahan) variabel ekonomi disuatu wilayah yang disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Pangsa Pertumbuhan Proporsional, yaitu menggambarkan perubahan dalam
suatu sektor lokal yang diakibatkan pertumbuhan atau kemunduran sektor
yang sama ditingkat nasional.
3. Pangsa Lokal (Pergeseran Regional), yaitu pangsa dari pertumbuhan yang
menggambarkan tingkat keunikan (kekhasan) tertentu yang dimiliki oleh
suatu wilayah (lokal) yang bisa menyebabkan variabel ekonomi wilayah dari
suatu sektor.
Dalam menggunakan analisis Shift Share, langkah-langkah yang diperlukan
36 1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini wilayah
yang akan dianalisis adalah wilayah Kabupaten Cilacap.
2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator
kegiatan ekonomi yang digunakan adalah pendapatan dilihat dari nilai PDRB
Kabupaten Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan periode analisis
digunakan dari tahun 2002 dampai dangan tahun 2013.
3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor Ekonomi yang
akan dianalisis adalah Sektor Pertanian, yang terdiri dari sub-sub sektor yang
akan dianalisis. Sub sektor yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sub
sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor
perikanan, sub sektor pekebunan, sub sektor kehutanan.
4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi, dengan menghitung
presentase perubahan PDRB:
%∆Yij
=[(Y’
ij-Yij)/ Yij].100%Keterangan:
∆Yij =Perubahan pendapatan sektor pertanian pada wilayah Kabupaten
Cilacap
Yij =Pendapatan dari sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Cilacap
pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2002
Y’
ij =Pendapatan dari sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Cilacappada tahun akhir analisis yaitu tahun 2013
37
Tengah) dari sektor pertanian, Y’i adalah pendapatan (provinsi) dari
sektor i pada tahun akhir analisis, dan Yi adalah pendapatan
(provinsi) dari sektor i pada tahun dasar analisis.
c. Ra
Ra = (Y’..-Y..)/Y.. ; dengan Ra adalah rasio pendapatan (Provinsi Jawa
Tengah), Y’.. adalah pendapatan (Provinsi Jawa Tengah) pada
tahun akhir analisis, dan Y.. adalah pendapatan (Provinsi Jawa
Tengah) pada tahun dasar analisis.
6. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah
a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)
PRij = (Ra)Yij
Keterangan:
PRij=Komponen pertumbuhan regional sektor pertanian untuk wilayah
Kabupaten Cilacap
Yij =Pendapatan dari sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Cilacap
pada tahun dasar analisis.